Contoh Laporan Budaya Keselamatan Pasien-Dikonversi

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 31

ANALISIS BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RS TIARA SELLA

BENGKULU
ABSTRACT

Background: Patient safety culture in PKU Muhammadiyah Hospital of


Bantul based on Putri (2010) in the category of enough. Though PKU
Muhammadiyah Hospital of Bantul is a Class C has an obligation to
implement the Patient Safety throughout the service area.
Method: This study used a mixed methods research approach is a
quantitative method using cross sectional and qualitative methods with case
study approach with a descriptive research design. Research subjects are nurses
who deal directly with patients. A total of 61 people. Measurement of patient
safety culture using a questionnaire from the AHRQ (Agency for Healthcare
Research and Quality) in 2004 entitled HSOPSC (Hospital Survey on Patient
Safety Culture). The questionnaire consisted of 12 questions dimensions with 42
items and is equipped with the interview data and report patient safety
incidents from Patient Safety Team PKU Muhammadiyah Hospital, Bantul.
Results and Discussion: Patient Safety Culture at PKU Muhammadiyah
Hospital of Bantul in the category of enough with a mean and median of
73.9. Still found gaps between the patient safety incident reporting patient
safety teams and real in the field. As well as barriers to implementation of
patient safety in PKU Muhammadiyah Hospital of Bantul is still not optimal
support came from management, not optimal team performance because the
work load and the persistence of blaming culture in the unit.

Keywords: Patient Safety Culture, PKU Muhammadiyah Hospital of Bantul

1
PENDAHULUAN keselamatan bagi pasien.
Keselamatan Pasien (Patient Perkembangan ini diikuti oleh
Safety) merupakan isu global dan Perhimpunan Rumah Sakit
nasional bagi rumah sakit, Seluruh Indonesia (PERSI) yang
komponen penting dari mutu berinisiatif melakukan pertemuan
layanan kesehatan, prinsip dasar dan mengajak semua stakeholder
dari pelayanan pasien dan rumah sakit untuk lebih
komponen kritis dari manajemen memperhatian keselamatan pasien
mutu. Dengan demikian pada di rumah sakit.
tahun 2004, WHO mencanangkan Keselamatan pasien di
World Alliance for Patient Safety, rumah sakit merupakan suatu
program bersama dengan berbagai sistem di rumah yang menjamin
negara untuk meningkatkan bahwa asuhan pasien lebih aman.
keselamatan pasien di rumah sakit. Sistem tersebut diharapkan dapat
Di Indonesia, program mencegah terjadinya atau
keselamatan pasien dicanangkan meminimalkan kemungkinan
pada tahun 2005, dan terus terjadinya insiden keselamatan
berkembang menjadi isu utama pasien dan memaksimalkan
dalam pelayanan medis di langkah-langkah penanganan bila
Indonesia1. Hal tersebut didukung hal tersebutkan terjadi, serta
dengan dikeluarkannya Keputusan meningkatkan akuntabilitas.
Menteri nomor Rumah sakit sebagai tempat
496/Menkes/SK/IV/2005 tentang pelayanan kesehatan modern
Pedoman Audit Medis di Rumah adalah suatu organisasi yang
Sakit, yang tujuan utamanya sangat komplek karena padat
adalah untuk tercapainya modal, padat teknologi, padat
pelayanan medis prima di rumah karya, padat profesi, padat sistem,
sakit yang jauh dari medical error dan padat mutu serta padat resiko
dan memberikan sehingga tidak mengejutkan bila
inseden
keselamatan pasien yang meliputi KTD diseluruh
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD),
Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
akan sering terjadi dan akan
berakibat pada terjadinya injuri
atau kematian pada pasien. Insiden
keselamatan pasien ini adalah
setiap kejadian yang tidak sengaja
dan kondisi yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan
cedera yang dapat dicegah pada
pasien2.
Fokus terhadap keselamatan
pasien ini didorong oleh masih
tingginya insiden keselamatan
pasien berupa Kejadian Tidak
diharapkan (KTD) di RS secara
global maupun nasional. Pada
tahun 2000 IOM (Institusi of
Medicine) di Amerika Serikat
menerbitkan 2 laporan tetang
angka KTD. Ditemukan angka KTD
sebesar 2,9% dan 3,7% dengan
angka kematian 6,6% dan 13,6%
Dengan data ini kemudian dihitung
dari jumlah pasien rawat inap di
RS Amerika Serikat sebesar 33,6
juta per tahun didapat angka
kematian pasien rawat inap akibat
1
Amerika Serikat berkisar 44.000 RI tahun
s/d
98.000 per tahun. Sebagai
perbandingan angka kecelakaan
lalu lintas pada tahun tersebut
hanyalah
43.458 3.
RSU PKU Muhammadiyah,
Bantul merupakan Rumah Sakit
Kelas C yang memiliki kewajiban
menerapkan Keselamatan Pasien
di seluruh area pelayanan,
Lagipula mulai tahun 2012 ini ada
standar akreditasi baru untuk
rumah sakit yang berfokus pada
pasien yaitu standar Joint
Commission
International (JCI). Standar
akreditasi ini sangat berbeda
dengan standar akreditasi yang
digunakan sebelumnya. Sasaran
keselamatan pasien di Indonesia
secara khusus telah dimasukkan
sebagai salah satu dari 4 kelompok
standar akreditasi Rumah sakit
yang baru.
Keselamatan pasien mulai
diperkenalkan di RSU PKU
Muhammadiyah Bantul sejak
Agustus 2006. Hal tersebut
mengacu pada kebijakan DEPKES

1
2006. Pada tahun yang sama juga keselamatan pasien di Rumah sakit
telah dilakukan pembentukan Tim ini sekitar 3 tahun lalu masih
Keselamatan Pasien Rumah sakit masuk dalam kategori cukup. Pada
beserta pembuatan sistem kerja. penelitian Putri (2010) ini
Berdasarkan hasil studi menjelaskan bahwa dimensi
pendahuluan di RSU PKU terendah pada penilaian budaya
Muhammadiyah Bantul diketahui keselamatan pasien di RSU PKU
dalam jangka waktu tahun 2006- Muhammadiyah Bantul adalah
2013 terdapat beberapa laporan dimensi frekuensi pelaporan4.
kejadian yang terjadi di RS PKU Berdasarkan urain di atas
Muhammadiyah Bantul. Pelaporan dan mengacu pada penelitian
kejadian yang ada dari tahun sebelumnya yang dilakukan Putri
2006- 2013 memberikan (2010), maka penulis merasa perlu
penjelasan bahwa penerapan untuk meneliti lebih lanjut
keselamatan pasien di RSU mengenai analisis penerapan
Muhammadiyah Bantul masih keselamatan pasien di Rumah Sakit
belum bisa dikatakan baik. Umum PKU Muhammadiyah, Bantul
Mengacu pada penelitian Putri saat ini serta ingin mengetahui gap
(2010) yang berjudul “Budaya pelaporan insiden/kasus
Patient Safety di Rumah Sakit PKU keselamatan pasien yang dilihat
Muhammadiyah, Bantul”, hasil dari pelaporan yang dilakukan oleh
penelitian dengan menggunakan Tim KPRS dan laporan yang
kuesioner 12 dimensi keselamatan didapatkan melalui responden.
pasien ini berjudul Hospital Serta penulis juga ingin
Survey on Patient Safety Culture mengetahui apa saja hambatan-
(HSOPSC) oleh Hospital Survey on hambatan yang ada di RS PKU
Patient Safety Culture Muhammadiyah Bantul dalam
(2004) ,menunjukkan bahwa menerapkan keselamatan pasien
penerapan budaya sehingga penulis bisa memberikan
2
rekomendasi yang bermanfaat bagi kriteri inklusi berupa responden
rumah sakit. adalah perawat/bidan pelaksana di
instalasi rawat inap rumah sakit
BAHAN DAN CARA yang bersedia menjadi responden
Penelitian ini merupakan dan sudah bekerja selama ≥ 1
penelitian yang menggunakan tahun di bidang. Sedangkan
pendekatan mixed methods research populasi Penelitian buat
yaitu metode kuantitatif dengan Wawancara adalah Tim
pendekatan cross sectional dan Keselamatan Pasien RSU PKU
metode kualitatif dengan Muhammdiyah Bantul sebanyak 3
pendekatan studi kasus (case study) orang yang ditentukan atau dipilih
dengan rancangan penelitian dengan tehnik Quota Sampling.
deskriptif untuk menganalisis Data dalam penelitian ini
Budaya Keselamatan Pasien di diperoleh melalui pengumpulan
RSU PKU Muhammadiyah, Bantul. data dengan cara mengumpulkan
Penelitian ini dilakukan pada data primer yang diperoleh melalui
tanggal 10 – 20 Februari 2013. hasil jawaban kuesioner responden
Objek penelitian ini adalah tentang budaya keselamatan
RSU PKU Muhammadiyah, Bantul. pasien, pelaporan insidens
Sedangkan populasi penelitian ini keselamatan pasien serta hasil
adalah perawat dan bidan wawancara. Sedangkan data
pelaksanan yang bekerja di sekunder diperoleh melalui studi
instalasi rawat inap di RSU PKU dokumentasi berupa data
Muhammdiyah Bantul. Pada pelaporan insiden keselamatan
penelitian ini besar sampel yang pasien dari tim KPRS dan
didapat dengan menggunakan dokumen tentang kebijakan terkait
tehnik Total Sampling adalah program keselamatan pasien
sebanyak 61 orang memenuhi rumah sakit.
Dari hasil pengumpulan data-
3
data primer dan sekunder di atas,
langkah selanjutnya adalah

4
pengolahan atau analisis data yang dokumentasi dari tim keselamatan
telah diperoleh. Analisis yang pasien.
digunakan dalam penelitian ini
Analisis Deskriptif adalah HASIL
transformasi data mentah ke dalam Penelitian ini menganalisis
bentuk yang akan memberikan penerapan keselamatan pasien di
informasi untuk menjelaskan RSU PKU Muhammadiyah Bantul
sekumpulan faktor dalam suatu yang dilihat melalui penerapan
situasi. Untuk menilai penerapan budaya keselamatan pasien dan
keselamatan pasien di RSU PKU gap pelaporan insiden keselamatan
Muhammdiyah Bantul ini digunakan pasien rumah sakit. Adapun hasil
analisis deskriptif dengan melihat penelitian yang diperoleh akan
jawaban kuesioner responden dan dijelaskan di bawah ini:
dikuatkan atau dibandingkan 1. Karakteristik Responden
dengan hasil wawancara terhadap Populasi Penelitian buat
tim keselamatan pasien RS. Kuesioner 12 Dimensi Budaya
Perhitungan dilakukan untuk Keselamatan Pasien ini
mengkategorikan kuesionernya difokuskan pada perawat dan
dengan menggunakan presentase. bidan pelaksanan yang bekerja
Interpretasi nilai presentase di instalasi rawat inap selama ≥
dikatakan baik apabila pada 1 tahun di RSU PKU
presentasenya 76-100%, cukup Muhammdiyah Bantul
51- Penelitian ini menggunakan
75% dan kurang apabila <50%5. sampel sebanyak 61 orang
Sedangkan variable gap pelaporan perawat/bidan pelaksana.
insiden keselamatan pasien rumah Karakteristik responden pada
sakit diolah melalui data yang penelitian ini disajikan dalam
diperolehdari kuesioner pelaporan tabel berikut ini :
dari responden serta studi
5
Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik Responden Persentase Kriteria


Perawat Bidan
Profesi
89% 11%
1 - 5 tahun > 5 tahun
Lama bekerja di bidang
82% 18%
1 - 5 tahun > 5 tahun
Lama bekerja di RS 58% 42%
< 40 jam ≥ 40 jam
Waktu kerja/minggu
84% 16%
Ya Tidak
Interaksi dengan pasien
100% 0
Ya Tidak
Profesi lain selain perawat/bidan
100% 0
B
Berdasarkan karakteristik
responden yang diuraikan pada
2. Analisis Data Penelitian
Tabel 1, maka sebanyak 61
Budaya Keselamatan Pasien
orang perawat dan bidan yang
berdasarkan 12 Dimensi.
menjadi responden telah
Deskripsi dari 12
memiliki karakter yang sama
dimensi budaya keselamatan
serta telah memenuhi kriteria
pasien dapat dilihat pada table
inklusi yang tetapkan peneliti.
di bawah ini:

Tabel 2. Nilai 12 Dimensi Budaya Keselamatan Pasien RS


12 Dimensi HASIL (%) NILAI
Persepsi 74.2 C
Frekuensi Pelaporan 63.6 C
Supervisi 74.8 C
Pembelajaran Organisasi 83.6 B
Kerjasama intra Bagian 88.0 B
Keterbukaan dan komunikasi 75.6 B
Timbal-balik Kesalahan 77.6 B
Sanksi Kesalahan 74.4 C
Staf/Pegawai 62.6 C
Dukungan Managemen 79.2 B
Kerjasama Antar Bagian 69.4 C
Pemindahan dan Pergantian 63.8 C

Nilai 12 dimensi budaya intrabagian dan dimensi


keselamatan pasien dapat di lihat pada pembelajaran organisasi yang
Tabel 3. Pada penelitian yang mencapai hasil lebih dari 80.
menggunakan kuesioner HSOPSC Sedangkan pada
ini penelitian sebelumnya yang
menampilkan dimensi dilakukan Putri (2010)
staf/pegawai merupakan memperlihatkan hasil bahwa
dimensi yang paling rendah, diikuti dimensi frekuensi pelaporan
dengan dimensi frekuensi pelaporan dan adalah dimensi terendah yang
dimensi pemindahan dan pergantian kemudian diikuti dimensi
yang memiliki hasil yang hamper sama. staf/pegawai dan dimensi
Sedangkan dimensi budaya keselamatan persepsi. Apabila dilihat dari
pasien yang memiliki nilai paling tinggi hasil persentase dimensi
adalah kerjasama terendah berupa staf/pegawai
dan frekuensi pelaporan
didapatkan hasil bahwa pada

1
dimensi frekuensi pelaporan pada dimensi kerja sama
mengalami peningkatan hasil antarbagian yang sangat
presentase yang dulunya hanya berbeda dengan penelitian ini.
53,6% sekarang meningkat Pada ini kerja sama
menjadi 63,6%. Sedangkan antarbagian justru mengalami
dimensi staf/pegawai tidak penurunan hasil. Kerjasana
mengalami peningkatan hasil. intrabagian memiliki nilai
Apabila dilihat hasil tertinggi pada penelitian ini,
tertinggi pada penelitian Putri sedangkan pada penelitian
(2010), sangat berbeda dengan sebelumnya hanya
penelitian ini. Hasil tertinggi mendudukin posisi ke-3.
pada penelitian Putri (2010) Tetapi nilainya masih dalam
ada pada timbal balik kategori yang sama yaitu B.
kesalahan dengan presentase
sebesar 79,61% apabila dilihat 3. Analisis Pelaporan Insiden
pada penelitian ini, hasil turun Keselamatan Pasien
menjadi 77, 60%, pergeseran Laporan insiden
presentase yang tidak terlalu keselamatan pasien yang
bermakna dan masih dalam masuk ke Tim Keselamatan
nilai yang sama yaitu B. Hasil Pasien RSU PKU
presentase tertinggi kedua ada Muhammadiya Bantul pada
tahun 2011 – 2013 adalah
sebagai berikut:

Tabel 3. Laporan insiden keselamatan pasien yang masuk ke Tim


Keselamatan Pasien RSU PKU Muhammdiyah, Bantul pada tahun 2011
– 2013

Tahun Jumlah Jenis Ket


2011 2 - Kesalahan memberikan obat
injeksi (1)

1
- Bayi baru lahir dgn patah tulang
(1)

1
2012 4 - Kesalahan route pemberian obat
(2)
- Kurangnya re-assemen (1)
- Obat oral tertukar (1)
2013 2 - Pasien jatuh dari tempat tidur (2) geriatri

Sedangkan Laporan insiden responden pada 12 bulan


keselamatan pasien terakhir dapat dilihat
berdasarkan data dari pada diagram berikut ini :

INSIDEN KESELAMATAN PASIEN


Tida k a da 1-2 la pora n 3-5 la pora n
6-10 la pora n 11-20 la pora n>21 la pora n

0%
8% 0% 0%

33%

59%

Gambar 1. Diagram Laporan Insiden Keselamatan Pasien


berdasarkan data Responden 12 bulan terakhir

Sedangkan Jumlah insiden dari responden pada 12 bulan


keselamatan pasien yang tidak terakhir dapat dilihat pada
dilaporkan berdasarkan data diagram berikut ini :

1
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

Tidak ada1-2 laporan3-5 laporan


6-10 laporan11-20 laporan> 21 laporan

1% 0%
6% 0%

27%

66%

Gambar 4. Diagram Jumlah insiden keselamatan pasien yang tidak


dilaporkan berdasarkan data dari responden pada 12 bulan terakhir

4. Analisis Data Berdasarkan Pasien


Hasil Wawancara d. Informan III : Divisi
pada Tim Diklat dan Sosialisasi
Keselamatan Pasien Keselamatan Kerja
Wawancara tentang e. Waktu :
Penerapan Keselamatan Pasien 16 , 18 dan 19
di RSU PKU Muhammadiyah Februari 2013
Bantul ini dilakukan telakukan
terhadap 3 orang anggota Tim Adapun rangkuman hasil
Keselamatan Pasien Rumah wawancara yang dilakukan
Sakit, diantara adalah : pada 3 orang tim Keselamatan
b. Informan I : Pasien RSU PKU
Sekretaris Tim Muhammadiyah Bantul
Keselamatan Pasien adalahsebagai berikut :
c. Informan II : Divisi
Investigas Tim Keselamatan

1
Tabel 4. Rangkuman Hasil Wawancara terhadap Tim Keselamatan Pasien
RSU PKU Muhammadiyah Bantul

Kata Kunci Story line

Survey atau evaluasi Survey atau evaluasi tentang budaya


tentang budaya Keselamatan pasien di RSU PKU Muhammdiyah,
keselamatan pasien Bantul belum pernah dilakukan.
Sosialisasi /pelatihan Sosialisasi/pelatihan tentang keselamatan
tentang keselamatan pasien di RSU PKU Muhammdiyah, Bantul sudah
pasien dilakukan, meskipun belum berkelanjutan.
Agenda Sosialisasi/pelatihan keselamatan pasien
sosialisasi/pelatihan sudah diagendakan.
keselamatan pasien
Pelaporan kasus/insiden Pelaporan kasus/insiden keselamatan pasien
keselamatan pasien di RSU PKU Muhammadiyah, Bantul ini dinilai
masih kurang, karena blaming culture masih
tinggi
Hasil akhir Pelaporan Hasil akhir pelaporan, analisis dan
analisis dan evaluasi evaluasihanyahanya sebatas analisis dan
evaluasi di Internal rumah sakit saja.
Kinerja Tim keselamatan Kinerja Tim keselamatan pasien RSU PKU
pasien Muhammdiyah, Bantul dinilai masih kurang
optimal, kurang fokus karena beban kerja
setiap anggota
Kesiapan menghadapi Kesiapan menghadapi Akreditasi JCI 2014, tim
Akreditasi JCI 2014 keselamatan pasien hanya dilibatkan dalam
pembahasan dan perumusan pedoman, tapi
pedoman/rumusan yang dibuat belum
seluruhnya diaplikasikan di lapangan.
Dukungan Dukungan Managemen/direksi dalam upaya
Managemen/direksi melaksanakan budaya keselamatan pasien di
RSU PKU Muhammdiyah, Bantul ini belum
begitu maksimal, dukungan masih kurang,
feedback atas laporan kasus sangat
lambat/lama serta dukungan keuangan belum
baik.
Hambatan penerapan Hambatan dalam penerapan budaya
budaya keselamatan keselamatan pasien di RSU PKU Muhammdiyah,
pasien Bantul ini dilihat dari Manajemen dukungan
masih kurang, dukungan biaya yang belum
maksimal, dilihat dari Tim KS  tim masih
banyak yang double job dan tidak fokus,
sedangkan dari Unit pelaksana  adanya
ketakutan akan blaming culture dan budaya
tidak enak sehingga keenganan untuk melapor.

PEMBAHASAN Kuesioner yang


Dugaan malpraktek yang diterjemahkan oleh AHRQ
dilakukan petugas pelayanan (Agency for Healthcare
kesehatan yang mengakibatkan Research and Quality) tahun
pasien mengalami kerugian mulai 2004 yang berjudul Hospital
dari materi, cacat fisik bahkan Survey on Patient Safety
sampai meninggal dunia Culture (HSOPSC)
memperlihatkan masih rendahnya mengemukakan bahwa
mutu pelayanan kesehatan di keselamatan pasien terdiri atas
rumah sakit. Patient safety 12 dimensi 7. Dalam penelitian
(keselamatan pasien) belum ini akan dibahas dalam sub-
menjadi budaya yang harus sub berikut ini:
diperhatikan oleh rumah sakit di
Indonesia6. Tidak ada lagi alasan a. Dimensi Persepsi
bagi setiap rumah sakit untuk tidak Pada dimensi persepsi
menerapkan budaya keselamatan ini nilai mediannya sebesar
pasien karena bukan hanya 74,2 dan nilai mean sebesar
kerugian secara materi yang 74,8 apabila dibandingkan
didapat tetapi juga ancaman pada penelitian terdahulu
terhadap hilangnya nyawa pasien. oleh Putri (2010) dengan
1. Budaya Keselamatan Pasien menggunakan kuesioner
Rumah Sakit yang sama pada rumah sakit

1
yang sama didapatkan nilai pelaporamn menunjukan
mean sebesar 67, 57 dengan
kategori cukup. Artinya
bahwa tingkat pemahaman
dan pengetahuan responden
mengalami peningkatan
skor selama 2-3 tahun.
Tetapi dilihat dari
interpretasi hasil masih
dalam kategori cukup.
b. Dimensi Frekuensi
Pelaporan
Sistem pelaporan
insiden keselamatan pasien
rumah sakit sebenarnya
merupakan suatu sistem
yang mengajak semua orang
dalam organisasi untuk
peduli akan bahaya/potensi
bahaya yang dapat terjadi
kepada pasien. Pelaporan
juga penting digunakan
untuk memonitor upaya
pencegahan terjadinya error
sehingga diharapkan dapat
mendorong
dilakukannya investigasi 8.
Hasil penelitian pada
dimensi frekuensi
1
kategori cukup dengan nilai rumah sakitPada dimensi
median sebesar 63,6 dan supervisi ini didapatkan
nilai mean sebesar 64,8. nilai mean sebesar 75, 6 dan
Sedangkan median sebesar 74,8 yang
artinya masih masuk dalam
penelitian terdahulu yang kategori
dilakukan oleh Putri (2010)
nilai meannya adalah 53,6
(cukup). Artinya bahwa
frekuensi

pelaporan
responden

mengalami peningkatan
skor selama 2-3 tahun.
Tetapi dilihat dari
interpretasi hasil masih
dalam kategori cukup.
c. Dimensi Supervisi
Kemampuan supervisi
akan

menentukan keberhasilan
atau kegagalan dalam
melaksanakansuatu
kebijakan9. Begitu pula
halnya dalam upaya
menerapkan
budaya
keselamatan pasien di
1
cukup. Berbeda halnya lebih baik . Maka dengan
dengan penelitian yang adanya perubahan perilaku
dilakukan oleh Putri (2010) maka telah terjadi proses
yang memiliki nilai 77,01 belajar 10. Dilihat pada
yang interpretasinya adalah dimensi pembelajaran
baik. Apabila dilihat dari organisasi yang berupa
penurunan skor nilai yang keaktifan dalam
turun tidak terlalu signifikan meningkatkan keselamatan
tetapi apabila dilihat dari pasien, selalu meanjadikan
interpretasi, maka kesalahan untuk berubah
mengalami penurunan yang menjadi lebih baik serta
dulunya baik menjadi keinginan melakukan
kategori cukup. Hal ini evaluasi atas kesalahan
menunjukan bahwa memiliki nilai dalam
kepemimpinan yang ada interpretasi baik dengan
pada unit kerja di rumah nilai mean 80,9 dan median
sakit masih perlu sebesar 83,6. Hal ini jauh
ditingkatkan lagi, sehingga berbeda dengan hasil
tugas supervisi dapat penelitian yang dilakukan
berjalan dengan baik sesuai Putri (2010) yang masuk
dengan tanggung jawa nya dalam kategori cukup
atas departemen/unit yang dengan nilai mean 68,03.
mereka pimpin. Artinya bahwa selama 2-3
d. Dimensi Pembelajaran tahun responden
Organisasi mengalami
Pada dimensi ini harus peningkatan motivasi untuk
menjadikan kesalahan menjadi lebih baik dan
sebagai upaya untuk menjadikan kesalahan
menjadi sebagai bentuk evaluasi
2
meskipun hal tersebut bagian dimana mereka
belum dapat dibuktikan
dengan statistik berupa
menurunya angka keajadian
tidak diinginkan, nyaris
cidera dll.
e. Dimensi Kerja sama intra
bagian/subdepartemen
dan kerja sama antar
bagian
Dimensi kerja sama
intra bagian masuk dalam
interpretasi Baik, bertolak
belakang dengan dimensi
kerjasama antar bagian yang
memiliki interpretasi
Cukup. Dan hal ini juga
bertolak belakang pada
penelitian sebelumnya oleh
Putri (2010) yang
menyatakan hasil yang
sebaliknya. Pada penelitian
kali ini,
menjelaskan bahwa kerja
sama personel dalam satu
bagian berjalan dengan baik,
artinya mereka saling
membantu dalam
menyelesaikan tugas dalam
3
bekerja sehingga hal dll.
tersebut dapat
meningkatkan kinerja unit
masing-
masing. Sedangkan kerja
sama antar bagian masih
dinilai cukup.
f. Dimensi Keterbukaan dan
Komunikasi
Dimensi keterbukaan
dan komunikasi dalam
interpretasi

cukup. Keterbukaan dan


komunikasi sebenarnya
merupakan kunci untuk
melakukan pelayanan
kesehatan yang baik.
Kesalahan berkomunikasi
dalam dunia medis dapat
menyebabkan hal yang
fatal. Komunikasi ini tidak
hanya terjadi antara tenaga
medis dengan pasien saja,
tetapi meliputi komunikasi
antar tenaga medis
(perawat dengan perawat,
perawat dengan dokter,
dokter dengan dokter dll),
antara tenaga media
dengan tenaaga kesehatan
4
g. Dimensi Timbal-balik h. Dimensi Sanksi Kesalahan
Kesalahan Dimensi sanksi
Pada dimensi timbal terhadap kesalahan di RSU
balik kesalaahan di RS PKU PKU Muhammdiyah
Muhammdiyah Bantul asuk Bantul
dalama interpretasi baik. diinterpretasikan cukup.
Hal ini menunjukan bahwa Begitu pula dengan hasil
apabila terjadi suatu penelitian yang dilakukan
kesalahan medis maka akan Putri (2010) 2-3 tahun yang
diberikan respon yang baik lalu. Pemberian sanksi
terhadap laporan tersebut. kepada unit kerja atau
Kesalahan akan segera individu yang melakukan
dicari jalan keluarnya. kesalahan adalah hal yang
Setelah kejadian selesai paling sulit dilakukan oleh
maka akan dievaluasi pihak rumah sakit. Padahal
terhadap kasus yang terjadi sanksi terhadap kesalahan
dan akan dicari cara harus digunakan sebagai
pencegahan agar kesalahan pelajaran yang berharga dan
tersebut tidak terulang jika perlu disertai dengan
kembali. Tetapi berdasarkan sanksi yang sesuai dengan
pengakuan dari tim prosedur untuk mencegah
keselamatan pasien rumah terjadinya atu terulangnya
sakit. Timbal balik kekeliruan yang sama.
kesalahan hanya berasal Tetapi hal ini harus
dari Tim Keselamatan dijauhkan dengan blaming
pasien rumah sakit, bukan culture, melainkan sebagai
dari Pimpinan Rumah sakit upaya untuk perbaikan
atau Komite Keselamatan dalam upaya meningkatkan
Pasien RS. keselamatan pasien.
5
i. Dimensi Staf dan Pegawai Dukungan manajemen dilihat
Pada dimensi staf dan dari hasil kuesioner sudah
pegawai ini RS PKU masuk dalam kategori baik.
Muhammadiyah Bantul k. Dimensi Pemindahan dan
memiliki nilai Mean sebesar Pergantian
65 dan nilai Median dengan Pada dimensi
nilai 62,6. Maka dari nilai pemindahan dan pergantian
tersebut dimensi staf dan di RSU PKU
pegawai masuk dalam Muhammadiyah Bantul ini
kategori cukup, begitu pula masuk dalam kategori
dengan penelitian yang Cukup, begitupula dengan
dilakukan oleh Putri (2010) penelitian terdahulu yang
yang masuk dalam kategori masuk dalam kategori cukup
cukup dengan nilai Mean juga.
68, 2.
j. Dimensi Dukungan 2. Gap Pelaporan Insiden
Manajemen Keselamatan Pasien
Berdasarkan hasil Berdasarkan laporan
wawancara yang dilakukan insiden keselamatan pasien
terhadap tim keselamatan yang masuk ke Tim
pasien rumah sakit, mereka Keselamatan Pasien RSU PKU
mengaku dukungan tim Muhammdiyah, Bantul yang ada
sudah ada. Hanya saja pada Tabel 6. Dari tahun ke
dukungan tersebut masih tahun mengalami peningkatan.
kurang optimal dalam upaya Hal ini dapat dilihat pada
untuk menerapkan budaya tahun 2011 jumlah kasus yang
keselamatan pasien di RS dilaporkan sebanyak 2 kasus,
ini. Sedangkan Dimensi pada tahun 2012 kasus yang
dilaporkan sebanyak 4 kasus
6
sedangkan awal tahun 2013 kasus/insiden keselamatan di
(sampai bulan Februari) kasus ruangan mereka bekerja
yang masuk ke Tim selama 12 bulan terakhir ini.
Keselamatan Pasien RSU PKU Maka dari hitungan tersebut
Muhammdiyah, Bantul sudah masih banyak kasus yang
mencapai 2 kasus. mungkin telah mengakibatkan
Sedangkan hasil dari cedera, kejadian nyaris cidera
pengambilan data terhadap maupun potensial cidera tidak
responden pada gambar 3. dilaporkan oleh perawat/bidan
apabila dihitung setiap pelaksana di unit-unit.
ruangan melaporkan 1–2 kasus Apabila dilihat pada hasil
pertahunnya, maka penelitian pengambilan data melalui
yang dilakukan pada 7 ruangan kuesioner mengenai dimensi
yang ada di RSU PKU frekuensi pelaporan masih
Muhammdiyah, Bantul akan menduduki kategori cukup, hal
ditemukan sekitar 7-14 kasus ini juga didukung dengan hasil
yang dilaporkan selama 12 wawancara dengan tim
bulan terakhir. keselamatan pasien rumah sakit
Pada Gambar 4. ditemukan Maka disimpulkan bahwa
sebesar 27% atau lebih dari pelaksanaan pelaporan insiden
seperempat responden oleh tim keselamatan pasien
mengaku bahwa pernah tidak belum dilakukan secara optimal.
melaporkan 1-2 kasus/insiden Hal tersebut dapat dilihat
yang pernah terjadi di ruangan masih adanya gap
selama 12 bulan terakhir ini. pelaporan yang
Dan ada sebanyak 6% dilakukan oleh tim
responden mengaku pernah keselamatan pasien rumah
tidak melaporkan 3-5 sakit dan hasil penelitian yang
dilakukan pada responden.
7
Serta diperkuat

8
adalah datang dari:

dengan hasil wawancara yang


dilakukan pada tim
keselamatan pasien RS, yang
menyimpukan bahwa belum
optimalnya pelaksanaan
pelaporan insiden keselamatan
pasien ini sebenarnya datang
dari unit itu sendiri, yaitu
masih adanya ketakutan akan
budaya menyalahkan yang
mengakibatkan keengganan
unit/individu untuk melaporkan
insiden yang terjadi. Dan
dukungan manajemen yang
kurang optimal dengan tidak
segera memberikan feedback
atas laporan insiden
keselamatan pasien yang
datang dari Tim KPRS juga
menjadi alasan yang sangat
kuat.

3. Hambatan-Hambatan
Penerapan Keselamatan
Pasien
Dengan demikian hambatan
dalam penerapan Keselamatan
Pasien di RS PKU
Muhammadiyah, Bantul
9
1. Unit yang menerapkan budaya
keselamatan itu sendiri yaitu
berupa blaming culture , dan
budaya tidak enak, sehingga
ada keengganan untuk
melaporkan kasus sendiri
maupun rekan kerja. Hal itu
terbukti dengan masih
rendahnya kesadaran
melakukan pelaporan atas
insiden keselamatan pasien
yang masih dinilai dalam
kategori cukup.
2. Tim Keselamatan Pasien
Rumah sakit berupa kinerja
yang belum optimal
dikarenakan Kepengurusan
Tim Keselamatan Pasien RSU
PKU Muhammadiyah Bantul
masih merangkap pekerjaan
lain sehingga dalam
kegiatannya merupakan tugas
tambahan.
3. Dukungan dari manajemen
yang juga masih kurang
optimal, hal tersebut dapat
dilihat pada respon berupa

1
0
feedback atas kasus yang Muhammadiyah, Bantul antara
dilaporkan yang sangat lain :
lamban serta pembiayaan a. Terdapat ketakutan
atas pelaksanaan program dipersalahkan (blaming
keselamatan pasien yang culture) di unit pelaksana
belum maksimal. keselamatan pasien rumah
sakit
KESIMPULAN b. Kepengurusan tim
Berdasarkan hasil penelitian dan keselamatan pasien rumah
pembahasan yang telah dilakukan sakit masih merangkap
pada bab sebelumnya, maka dapat pekerjaan lain sehingga
ditarik kesimpulan bahwa : kinerja tim tidak optimal
1. Budaya Keselamatan Pasien di c. Dukungan dari manajemen
RSU PKU Muhammadiyah, masih kurang optimal dalam
Bantul masuk dalam kategori hal pembiayaan kegiatan
cukup dengan nilai mean dan dan feedback pelaporan
median sebesar 73,9. insiden .
2. Di RSU PKU Muhammadiyah, d. Pada hasil 12 dimensi
Bantul masih ditemukan Gap budaya keselamatan pasien
pelaporan Insiden hal yang menjadi hambatan
Keselamatan Pasien antara tim dalam penerapan
keselamatan pasien dan real di keselamatan pasien datang
lapangan. Laporan insiden dari dimensi staf/pegawai
keselamatan di lapangan lebih diikuti dengan dimensi
banyak dari pada yang masuk frekuensi pelaporan dan
ke tim keselamatan pasien. dimensi pemindahan dan
3. Hambatan dalam penerapan pergantian yang masuk
Keselamatan Pasien di RSU PKU dalam kategori cukup
dengan nilai mean dan
1
1
median yang rendah.

1
2
Intensitas Kerja Perawat
Pelaksana di Instalasi Rawat
DAFTAR PUSTAKA Inap RS Islam
1. Pinzon, Rizaldy. 2008. Muhammadiyah, Kendal.
Peresepan Elektronik untuk Yogyakarta. UMY
meningkatkan Keamanan 7. Agency for Healthcare
Pengobatan di Rumah Sakit.CDK Research and Quality. 2004.
161/Vol. 35 No. 2 Maret-April Hospital Survey on Patient
2008. Safety Culture. US.Department
2. Institute of Medicine. 2004. of Health anh Human Service.
Keeping Patients Safe: 8. KKP-RS PERSI. 2007. Sembilan
Transforming the Work Solusi Keselamatan Pasien.
Environment of Nurses. Http://www.inapatsafety-
www.iom.edulrepart.asp/16173 persi.or.id. Jakarta.
. 9. Bann S, A, Darzi, A, 2004,
3. Lumenta, Nico. 2007. Protocol for The Reduction of
Keselamatan Pasien Rumah Surgical Errors, Qual Saf
Sakit. Jurnal IRMK Edisi 1. No. Health: 13; hh. 162-163.
1- Maret 2007, Hal.3 10. Muchlas, M, 2005. Perilaku
4. Putri, 2010. Penerapan Budaya Organisasi. Yogyakarta. Magister
Patient Safety di RS PKU Manajemen Rumah Sakit.
Muhammadiyah, Bantul. UMY. UGM
5. Arikunto, S. 2006. Prosedur
penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta:
Rineka Cipta.
6. Sudarwaty , 2011. Pengaruh
Budaya Patient Safety Terhadap

1
3

You might also like