Aulia Et Al, 2021

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

JRPF (Jurnal Riset Pendidikan Fisika), Vol. 6, No. 1, 2021, Hal.

7-12

JRPF
Tersedia Online:
http://journal2.um.ac.id/index.php/jrpf/
ISSN: 2548-7183
(Jurnal Riset Pendidikan Fisika)

Pengaruh E-modulee Berbasis TPACK-STEM terhadap


Literasi Sains Alat Optik dengan Model PBL-STEM Disertai
Asesmen Formatif

Received D M Aulia1*, Parno2, dan S Kusairi3


10 October 2020
Jurusan Fisika, Fakultas Matemtika dan Ilmu Pengethauan Alam, Universitas Negeri Malang, Jl
Revised
22 January 2021
Semarang No. 5, Malang, 65145, Indonesia

Accepted for Publication


09 February 2021
*E-mail: [email protected]
Published
21 June 2021 Abstract
The purpose of this study was to analyze scientific literacy skills of student’s eleventh grade
IPA of SMA Negeri 9 Malang before use E-module beased on TPACK-STEM in PBL-
STEM model with formative assessment with scientific literacy student’s after use E-
module beased on TPACK-STEM in PBL-STEM model with formative assessment of
This work is licensed
under a Creative
optical instrument. The research method used quasi experiment with the research design one
Commons Attribution- group pretest-posttest design. The instrument used essay questions of optical instrument with
ShareAlike 4.0
International License.
reliability 0,87. Data collected from the pretest and posttest scores. Data analysis obtained an
average score of pretest 25,18 and average score of posttest 36,26. Based on the result of the
paired test dataanalysis obtained t counting > t table = 41,858>2,024 and the result of
significance less than 0,05 so H0 is rejected and H1 is accepted. It can be concluded that
scientific literacy skills student’s after being treated is better than scientific literacy skills
student’s before being treated.
Keywords: E-modulee, PBL-STEM, Science Literacy

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan literasi sains siswa SMA Negeri 9
Malang kelas XI yang belajar menggunakan e-module berbasis TPACK-STEM yang
disajikan dengan model PBL-STEM disertai asesmen formatif pada materi alat optik.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimrn semu (quasi experiment) dengan
desain penelitian one group pretest-posttest design. Instrumen yang digunakan berupa soal
uraian materi alat optik dengan reliabilitas 0,87. Data diperoleh dari nilai pretest dan posttest.
Analisis data diperoleh nilai rata-rata pretest sebesar 25,18 dan nilai rata-rata posttest sebesar
36,26. Berdasarkan hasil analisis data paired sampel test diperoleh t hitung > t tabel =
41,858>2,024 dan nilai sigifikansi lebih kecil dari 0,05 maka maka H 0 ditolak dan H1
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi sains setelah diberi perlakuan
lebih tinggi dari pada kemampuan literasi sains sebelum diberi perlakuan.
Kata Kunci: E-module, PBL-STEM, Science Literacy

1. Pendahuluan
Memahami sains dan mengaplikasikan sains dalam kehidupan masyarakat disebut literasi sains.
Secara umum, literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan untuk terlibat dalam masalah yang
berhubungan dengan sains dan ide-ide ilmu pengetahuan sehingga dapat menjadikan masyarakat yang
reflektif [1]. Alat optik merupakan materi fisika yang erat kaitannya dengan kehidupan siswa. Alat
optik merupakan materi fisika yang sulit dipahami dan seringkali terjadi kesalahpahaman dalam
menganalisis pembentukan bayangan pada perangkat optik, perbesaran gambar pada lup karena
disampaikan menggunakan persamaan matematis [2]-[5]. Siswa sering kali salah menyebutkan

Sitasi: D M Aulia, Parno, dan S Kusairi, “Pengaruh E-module Berbasis TPACK-STEM terhadap
Literasi Sians Alat Optik dengan Model PBL-STEM Disertai Asesmen Formatif”, Jurnal Riset
Pendidikan Fisika, vol. 6, no. 1, hal. 7-12. 2021.
Aulia et al, Pengaruh E-module Berbasis …

contoh-contoh alat optik beserta proses pembentukan bayangan pada alat optik tersebut [2]. Hal
tersebut menunjukkan bahwa literasi sains siswa pada alat optik rendah.
Rendahnya literasi sains Indonesia tercermin dalam PISA 2006, Indonesia menempati peringkat
ke-50 dari 57 negara dan 2015, Indonesia menempati posisi ke-63 dari 71 negara [1], [6]. Rendahnya
literasi sains siswa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pemilihan model pembelajaran, saran, dan
fasilitas pembelajaran, sumber belajar dan bahan ajar [7]. Peran guru dalam proses pembelajaran
masih dominan dan siswa jarang melakukan praktikum merupakan faktor yang menyebabkan
kemampuan literasi sains siswa rendah [8].
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar mampu meningkatkan
kemampuan literasi sains siswa [9]. Namun penggunaan bahan ajar berupa buku teks dirasa kurang
optimal untuk meningkatkan kemampuan literasi sains siswa karena belum mengandung komponen
literasi sains yang seimbang karena bahan ajar yang biasa digunakan guru hanya menyajikan konten
tanpa adanya contoh implementasi dalam kehidupan [10], [11]. Diperlukan bahan ajar yang
digunakan sebagai upaya peningkatan literasi sains. Sementara itu, pembelajaran berbantuan modul
memiliki kemampuan literasi sains lebih tinggi [12].
Seiring dengan perkembangan teknologi, dimana kebutuhan dalam hidup dipengaruhi dengan
penggunaan elektronik [13]. Sektor pendidikanpun tak luput akan pengaruhnya, terdapat elektronikasi
penggunaan alat-alat bantu mengajar di sekolah dan lembaga pendidikan lainnya [14]. Salah satunya
adalah electronics-module yang merupakan modul dalam bentuk digital. Electronics-module yang
diperlukan merupakan electronics-module interaktif yang berisi gambar, variasi tulisan, suara, animasi
bahkan video sehingga dapat membantu upaya peningkatan literasi sains [15]. Electronics-Module
berbasis (TPACK-STEM) ini siswa dapat memperoleh pengalam belajar yang dapat digunakan sebegai
bekal siswa dalam memecahkan permasalahan yang terdapat dalam kehidupan. Penggunaan integrasi
kerangka TPACK dan pendekatam STEM dapat membantu siswa menggunakan teknologi sebagai
alat bantu untuk meningkatkan daya pemahaman terhadap konsep alat optik sehingga dengan mudah
dapat mengidentifikasi fenomena ilmiah dan melakukan pemecahan masalah pada alat optik,
teknologi, maupun masalah sehari-hari.
Selain bahan ajar, model pembelajaran yang digunakan harus memiliki komponen yang dapat
meningkatkan literasi sains siswa. Sehingga diperlukan model pembelajaran yang mengaitkan konsep
yang dipelajari dengan fenomena-fenomena yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Model Problem-
Based Learning (PBL)-STEM merupakan model yang dapat meningkatkan literasi sains, karena
dengan mengitegrasikan komponen STEM ke dalam PBL dapat mendekatkan siswa dengan
kehidupan yakni permasalahan yang ada di sekitar diangkat dalam pembelajaran [16]. Penggunaan
integrasi STEM tidak hanya berfokus pada konten tetapi juga memasukkan keterampilan pemecahan
masalah dan instruksi berbasis penyelidikan. Sehingga PBL-STEM merupakan model pembelajaran
yang diharapkan mampu meningatkan literasi sains siswa.
Selain E-module berbasis TPACK-STEM yang disajikan dengan model PBL-STEM, penilaian
(asesmen) diakui memiliki potensi untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran [17]. Asesmen
formatif memiliki lima kunci keberhasilan atau key elements yakni adanya learning progression,
learning goals and criteria for success, descriptive feedback, self-assessment and peer-assessment,
and collaboration between teachers and students [18]. Feedback dapat digunakan untuk
memodifikasi pembelajaran dan dapat bertujuan untuk meningkatkan pencapaian siswa dari hasil
pembelajaran [17]-[20]. Penilaian formatif dalam pembelajaran dapat menciptakan lingkungan kelas
yang selaras dengan cara kerja sains [21]. Karenanya perlu pembelajaran yang mengintegrasikan
PBL-STEM disertai penilaian formatif terhadap literasi sains materi alat optik.
Berdasarkan permasalahan dan uraian di atas pembelajaran PBL-STEM disertai penilaian
formatif diprediksi dapat meningkatkan literasi sains siswa pada materi alat optik. Oleh karena itu,
tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kemampuan literasi sains siswa SMA 9 Malang
kelas XI pada materi alat optik sebelum dan setelah belajar menggunakan e-module berbasis TPACK-
STEM yang disajikan dengan model PBL-STEM disertai asesmen formatif.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experimental) dengan desain one group
pretest-posttest design. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Malang. Populasi dalam
penelitian ini merupakan siswa kelas XI SMA Negeri 9 Malang. Dari populasi yang ada, kelas XI IPA

8
Aulia et al, Pengaruh E-module Berbasis …

5 dipilih sebagai kelas eksperimen dengan cara purposive sampling. Artinya dalam pengambilan
sampel, peneliti mempertimbangkan beberapa hal tertentu yang bertujuan data yang diperoleh lebih
representatif. Kelas eksperimen dalam penelitian ini diajarkan materi alat optik dan diberi perlakuan
pembelajaran yang menggunakan e-module berbasis TPACK-STEM yang disajikan dengan model
PBL-STEM disertai asesmen formatif.
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa instrumen perlakuan dan instrumen
pengukuran. Instrumen perlakuan merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
kepentingan kegiatan pembelajaran. Instrumen perlakuan dalam penelitian ini adalah e-module
berbasis TPACK-STEM yang diberikan pada kelas eksperimen. Selain itu, instrumen perlakuannya
adalah silabus dan RPP materi alat optik dengan model PBL-STEM disertai asesmen formatif.
Seluruh instrumen perlakuan ini telah divalidasi secara substatif oleh dosen fisika, secara kepraktisan
oleh guru fisika. Disampig itu, khusus e-module berbasis TPACK-STEM telah diuji keterbacaan
bahasa oleh siswa SMA.
Instrumen pengukuran dalam penelitian berupa lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
dan tes literasi sains alat optik. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk
mengetahui presentase keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan pendidik dan siswa dengan
model yang sesuai dengan RPP dan dinilai oleh observer. Tes literasi sains alat optik berupa wacana
dan setiap wacana berisi beberapa butir soal uraian yang dibuat sesuai dengan indikator literasi sains
pada dimensi kompetensi. Literasi sains kompetensi terdiri dari tiga faktor yaitu menjelaskan
fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah, serta menafsirkan data
dan bukti ilmiah. Pada soal literasi sains terdapat cognitive demand yang terdiri low, medium, high.
Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu divalidasi oleh dosen fisika. Kemudian soal diuji
dahulu pada kelas XII yang telah mendapatkan materi alat optik. Uji coba tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat kesukaran, daya beda, uji reliabilitas dan uji validitas. Hasil uji coba dan analisis
data menunjukkan bahwa terdapat 2 butir soal yang tidak valid dari 21 butir soal dan reliabilitas soal
sebesar 0,87 yang berarti sangat tinggi. Setelah uji coba kemudian soal direvisi untuk digunakan
sebagai instrumen yang valid.
Data hasil penelitian tersebut dianalisis dengan menggunakan paired sampel t-test untuk
membandingkan antara kemampuan literasi sains siswa setelah belajar menggunakan e-module
berbasis TPACK-STEM dengan model PBL-STEM disertai asesmen formatif dan kemampuan literasi
sains siswa sebelum belajar menggunkan e-module berbasis TPACK-STEM dengan model PBL-
STEM disertai asesmen formatif. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat analisis yaitu uji normalitas menggunakan uji Liliefors.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil
Data kemampuan literasi sains siswa diperoleh dari hasil pretest dan posttest, selanjutnya dianalisis
sehingga diperoleh hasil data kemampuan literasi sains siswa seperti disajikan dalam Tabel 1.
Berdasarkan pada Tabel 1 terlihat bahwa rata-rata nilai posttest kemampuan literasi sains siswa yang
belajar menggunakan e-module berbasis TPACK-STEM dengan model PBL-STEM disertai asesmen
formatif lebih tinggi daripada nilai pretest kemampuan literasi sains yang belajar menggunkan E-
module berbasis TPACK-STEM dengan model PBL-STEM disertai asesmen formatif. Nilai terendah
dan nilai tertinggi yang diperoleh pada nilai posttest lebih tinggi daripada nilai pretest. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai kemampuan literasi sains siswa setelah belajar menggunakan e-module
berbasis TPACK-STEM dengan model PBL-STEM disertai asesmen formatif lebih baik daripada nilai
kemampuan literasi sains siswa sebelum belajar menggunkan e-module berbasis TPACK-STEM
dengan model PBL-STEM disertai asesmen formatif.
Tabel 1. Data Kemampuan Literasi Sians

Data
Pretest 8 33 25,18
Posttest 23 47 36,26

9
Aulia et al, Pengaruh E-module Berbasis …

Gambar 1. Hasil Uji Pired Sampel t-Test Kemampuan Literasi Sains

Uji normalitas dianalisis menggunakan uji Liliefors diperoleh nilai pretest 0,148 dan
nilai posttest 0,095 sedangkan nilai sebesar 0,152 sehingga terlihat bahwa data pada
pretest dan posttest memiliki . Hal ini berarti kedua sampel berasal dari populasi
yang terdistribusi normal. Berdasarkan hasil analisis SPSS, diperoleh nilai = 41,858 dan
signifikansi 0,000. Nilai lebih besar dari = 2,042 dan nilai signifikansi tersebut lebih
kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau dapat
dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan literasi sains siswa sebelum
belajar menggunakan e-module berbasis TPACK-STEM dengan model PBL-STEM disertai asesmen
formatif dengan kemampuan literasi sains siswa setelah belajar menggunakan e-module berbasis
TPACK-STEM dengan model PBL-STEM disertai asesmen formatif. Berdasarkan Tabel 1 diketahui
bahwa skor rata-rata posttest lebih besar daripada skor rata-rata pretest sehingga bisa dikatakan bahwa
penggunaaan e-module berbasis TPACK-STEM dengan model PBL-STEM disertai asesmen formatif
mempengaruhi literasi sains siswa pada materi alat optik.

3.2 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan literasi sains siswa dari skor
pretest dan skor postest akibat penggunaan e-module berbasis TPACK-STEM dengan model PBL-
STEM disertai asesmen formatif. Peningkatan ini tidak lepas dari peran tiga hal yang terkandung
dalam pembelajaran, yakni penggunaan e-module berbasis TPACK-STEM, adanya perlakukan
tindakan berupa model PBL-STEM, dan dilakukannya asesmen formatif selama pembelajaran.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa
pembelajaran menggunakan e-module mampu meningkatkan kemampuan literasi sains siswa karena
siswa menjadi lebih mandiri dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran [22]. Keaktifan siswa
dalam pembelajaran juga mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa termasuk literasi sains.
Selain itu, e-module juga berfungsi sebagai motivasi untuk belajar karena e-module menampilkan
gambar, video, suara, dan gambar bergerak yang dapat digunakan untuk mengautentikan isi dari
pembelajaran.
Dalam e-module berbasis TPACK-STEM juga berisi tentang permasalahan-permasalahan dalam
kehidupan sesuai dengan sub bab pada materi alat optik. Selain itu, terdapat langkah-langkah
penyelesaian masalah yang berpedoman pada sintaks PBL-STEM. PBL merupakan keseluruhan dari
pembelajaran untuk memunculkan pemikiran penyelesaian masalah, dimulai dari awal pembelajaran
disintesis dan diorganisasikan dalam suatu masalah, sehingga dapat membiasakan siswa untuk
memahami konsep dengan cara mengkonstruk pengetahuannya sendiri [22],[23].Pembelajaran dengan
model PBL-STEM membuat peserta didik menjadi lebih aktif, karena pembelajaran bersumber dari
permasalahan dalam kehidupan nyata sehingga pembelajaran tidak abstrak dan lebih relevan dengan
kehidupan siswa. Selain itu, model PBL-STEM merupakan model pembelajaran yang dapat
membantu siswa dalam pematangan konsep karena siswa diminta untuk mencari solusi dengan
menggunakan keterampilan berpikir, mengumpulkan informasi melalui diskusi dan kegiatan
praktikum [24]. Dalam proses pembelajaran PBL-STEM siswa dituntut untuk menghasilkan sebuah
karya dalam setiap satu siklus pembelajaran. Karya tersebut merupakan implementasi aspek
engineering, dalam aspek engineering siswa diminta untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah
diperoleh ke dalam sebuah desain atau karya.

10
Aulia et al, Pengaruh E-module Berbasis …

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan e-module berbasis TPACK-STEM disertai dengan


asesmen formatif, karena asesmen formatif bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai
kekuatan dan kelemahan pembelajaran dan menggunakan informasi tersebut untuk memperbaiki,
memodifikasi pembelajaran, dan meningkatkan proses pembelajaran [17][20]. Salah satu elemen
asesmen formatif yang berperan penting dalam pembelajaran adalah feedback, karena dapat
meningkatkan hasil belajar dan memotivasi siswa [17]. Pelaksanaan asesmen yang baik disertai
dengan pemberian tugas secara terikat dan terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran [25].
Pemberian tugas secara individu maupun kelompok dapat membuat siswa untuk bereksplorasi
menggunakan penalaran dan berpikir analitik dalam menyelesaikan tugas, selain itu juga dapat
menggambarkan hasil penyeledikan, observasi, hipotesis, dan kesimpulan tentang suatu fenomena
sains [25][26]. Melalui pemberian tugas kepada siswa dapat menggambarkan dan memahami
fenomena melalui pengalamanya dan mempunyai potensi membantu siswa membuat pengamatan,
mengingat peristiwa dan dapat mengkomunikasikan apa yang dipahaminya [27].

4. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi sains siswa
setelah belajar menggunakan e-module berbasis TPACK-STEM dengan model PBL-STEM disertai
asesmen formatif lebih baik daripada kemampuan literasi sains siwa sebelum belajar menggunkan e-
module berbasis TPACK-STEM dengan model PBL-STEM disertai asesmen formatif. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa pembelajaran menggunakan e-module berbasis TPACK-STEM dengan
model PBL-STEM disertai asesmen formatif berpengaruh pada kemampuan literasi sains siswa kelas
XI IPA SMA Negeri 9 Malang pada pokok bahasan alat optik.
Kepada peneliti lain yang membaca penelitian ini dan bermaksud mengembangkan hasil
temuan lebih lanjut, diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih baik dengan cara
menggunkaan sampel yang lebih banyak sehingga hasil akan lebih luas dan terukur keakuratannya.

Ucapan Terima Kasih


Penulis berterima kasih kepada Universitas Negeri Malang karena penelitian ini telah didukung oleh
dana PNBP tahun anggaran 2020 Universitas Negeri Malang dengan nomor kontrak
4.3.458/UN32.14/LT/2020. Selain itu, penulis juga berterima kasih kepada guru dan seluruh
siswa/siswi SMA Negeri 9 Malang yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Daftar Rujukan
[1] OEDC, 2015, PISA 2015 Draft Science Framework. Dari :
www.oedc.org/pisa/pisaproducts/Draft.pdf.
[2] Hermawan and A. Arief, "Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Melalui
Pendekatan Scientific Pada Materi Alat Optik untuk Melatihkan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X
SMAN 3 Surabaya," J. Inovasi Pendidikan Fisika. Univ. Negeri Surabaya, vol. 3, no. 3, pp 96-
102, 2014.
[3] D. Agnes, I. Kaniawati, and A. Danawan, "Analisis Deskriptif Tes Tiga Tingkat Materi Optik
Geometri dan Alat Optik," Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains
2015.Univ. Pendidikan Indonesia, pp 597-600, 2015.
[4] N. M. S. Suniati, W. Sadia, and A. Suhandana, "Pengaruh Implementasi Pembelajaran
Kontekstual Berbantu Multimedia Interaktif Terhadap Penurunan Miskonsepsi," E-Journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, vol. 4, no. 1, 2013.
[5] A. Rokhmah, W. Sunarno, and M. Masykuri, " Science Literacy Indicators In Optical
Instruments of Highschool Physics Textbooks Chapter," Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia.
Univ. Negeri Semarang, vol. 13, no.1, pp 19-24, 2017.
[6] OEDC. 2007. PISA 2006 Science Competencies for Tomorrow’s World. Dari :
www.oedc.org/unitedstates.
[7] F. Kurnia, Zulherman, and A. Fathurohman, " Analisis Bahan Ajar Fisika SMA Kelas XI di
Kecamatan Indralaya Utara Berdasarkan Kategori Literasi Sains," Jurnal Inovasi dan
Pembelajaran Fisika, Univ. Sriwijaya, vol. 1, no. 1, pp 43-47, 2014.
[8] M. Handayani, A. Rusilowati, and S. Sarwi, "Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis
Literasi Sains pada Materi Alat-Alat Optik untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains

11
Aulia et al, Pengaruh E-module Berbasis …

Siswa SMP," Unnes Physics Education Journal, Univ. Negeri Semarang, vol. 9, no. 1, pp 79-
88, 2020.
[9] A. D. Safitri, A. Rusilowati, and Sunarno, "Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Berbasis
Literasi Sains Bertema Gejala Alam," Unnes Physics Education Journal, Univ. Negeri
Semarang, vol. 4, no. 2, pp 32-40, 2015.
[10] T. E. Yuliyanti, and A. Rusilowati, " Analisis Buku Ajar Fisika SMA Kelas XI Berdasarkan
Muatan Literasi Sains di Kabupaten Tegal," Unnes Physics Education Journal, Univ. Negeri
Semarang, vol. 3, no. 2, pp 68-72, 2014.
[11] M. W. C. Raharjo, S. Suryati, and Y. Khery, " Pengembangan E-module Interaktif
Menggunakan Adobe Flash Pada Materi Ikatan Kimia Untuk Mendorong Literasi Sains
Siswa," Hydrogen : Jurnal Kependidikan Kimia, Univ. Pendidikan Mandalika, vol. 5, no. 1, pp
8-13, 2017.
[12] D. N. Sari, A. Rusilowati, and M. Nuswowati, " Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek
terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa," Pancasakti Science Education Journal, Univ.
Panca Sakti, vol. 2, no. 2, pp 114-124, 2015.
[13] W. Wardiana," Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia," Makalah disampaikan pada
Seminar dan Pameran Teknologi Informasi 2002, Fakultas Teknik UNIKOM.
[14] K. A. Lawless and J. W. Pellegrino, " Professional Development in Integrating Technology
into Teaching and Learning : Knowns, Unknowns, and Ways to Pursue Better Questions
Answers," Creative Education Journal, vol. 7, no. 10, pp 576-614, 2007.
[15] Abdullah, Haerpratiwi, and Tarkono, " Pengembangan Bahan Ajar Modul Interaktif Konsep
Dasar Kerja Motor 4 Langkah," Jurnal Teknologi Informasi Komunikasi Pendidikan, Univ.
Lampung, vol. 1, no. 1, 2013.
[16] H. H. Wang, T. J. Moore, G. H. Roehriq, and M. S. Park, " STEM Integration : Teacher
Preceptions and Practice," Journal of Pre-College Engineering Education Research, vol. 1, no.
2, pp 1-13, 2011.
[17] P. Black and D. William, " Inside the black box: Rising standars through classroom
assessment," Phi Delta Kappan, vol. 80, no. 2, pp 139, 1998.
[18] McManus, " Attributes of effective formative assessment," 2008.
[19] C. Box, " Formative assessment in United States classrooms: changing the landscape of
teaching and learning (1st edition)," New York, NY: Springer Science+Business Media, 2019.
[20] J. Popham, " Transformative Assessment. Alexandria," Virginia: Association for Supervision
and Curriculum Development, 2008.
[21] C. Harrison, " Assessment for Learning in Science Classrooms," Journal of Research in STEM
Education, vol. 1, no. 2, 2015.
[22] C. D. Imaningtyas, P. Karyanto, Nurmiyati, and L. Asriani, "Penerapan E-module berbasis
Problem Based Learning untuk Meningkatkan Literasi Sains dan Mengurangi Miskonsepsi
pada Materi Ekologi Siswa Kelas X MIA 6 SMAN 1 Karanganom Tahun Pelajaran
2014/2015," Jurnal Pendidikan Biologi, Univ. Sebelas Maret, vol. 9, no. 1, pp 4-10, 2016.
[23] U. Toharudin, S. Hendrawati, and A. Rustaman, "Membangun Literasi Sains Peserta Didik,"
Bandung: Humaniora, 2011.
[24] J. Jolly and C. Jacob, " A Study of Problem Based Learning Approach For Undergraduate
Students," Asian Social Science, vol. 8, no. 15, pp 157, 2012.
[25] S. Saptoni, N. Y. Rustaman, Saefudin, and A. Widodo, "Memfasilitasi High Order Thinking
Skills dalam Perkuliahan Biologi Sel Melalui Model Integrasi Atribut Asesmen Formatif,"
Unnes Science Education Journal, Univ. Negeri Semarang, vol. 5, no. 3, pp 1408-1417, 2016.
[26] L. F. Lowery, "NSTA Pathways to The Scince Standard," Arlington : National Science
Teacher Association, 2000.
[27] D. P. Shepardson and S. Beitsch, "Tools for Teaching, Learning and Assessing," Childern's
Science Journal, vol. 34, no. 5, pp 13-17, 2000.

12

You might also like