862 2171 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

OPEN ACCESS

MES (Journal of Mathematics Education and Science)


ISSN: 2579-6550 (online) 2528-4363 (print)
Vol. 4, No. 1. Oktober 2018

PENGEMBANGAN LEMBAR AKTIVITAS SISWA (LAS) MENGGUNAKAN


PENDEKATAN DIFFERENTIATED INSTRUCTION UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIS SISWA SMK

Ade Evi Fatimah1, Azrina Purba2


1, 2
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Pelita Bangsa Binjai
1
[email protected], [email protected]

Abstract. The purpose of this study is to produce quality student activity sheets. To achieve this,
this research uses development research. The development model used in this study is a 4-D
development model consisting of the Define, Design, Development and Disseminate stages. The
subject of this research is the tenth grade students of SMK 1 Percut Sei Tuan Deli Serdang
Regency and the object of this research is the mathematics student activity sheet of trigonometry
material using the Differentiated Instruction (DI) approach. Developed in this study is the
student activity sheet (LAS). The results of the study show that: (1) the level of mastery learning
in classical is 83.33%; (2) the level of student activity during the learning process takes place
on the ideal time tolerance criteria; (3) the level of the teacher's ability to manage learning is
good, because the average has reached the minimum criteria; (4) student responses to the
components of the device and the learning process are positive; (5) Mathematical problem
solving abilities of students have increased with an average value of 1.457 at pretest and 3.103
in postes with an average increase (N Gain) included in the medium category with an average
of 0.521. The researcher suggested that the Differentiated Instruction approach be an
alternative for teachers to improve students' mathematical problem solving abilities.

Keywords: Student Activity Sheet, Differentiated Instruction Approach, mathematical problem


solving ability

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan lembar aktivitas siswa yang
berkualitas. Untuk mencapai itu, penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan. Model
pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan 4-D yang
terdiri dari tahap Define (Pendefinisian), Design (perancangan), Develop (pengembangan) dan
Disseminate (penyebaran). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMKN 1 Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang dan objek penelitian ini adalah lembar aktivitas siswa matematika
materi trigonometri dengan menggunakan pendekatan Differentiated Instruction (DI). Yang
dikembangkan pada penelitian ini adalah lembar aktivitas siswa (LAS). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) tingkat ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 83,33%; (2) kadar
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung berada pada kriteria batas toleransi
waktu ideal; (3) tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah baik, karena
rata-ratanya telah mencapai kriteria minimal; (4) respon siswa terhadap komponen-komponen
perangkat dan proses pembelajaran adalah positif; (5) Kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 1,457 pada pretes dan 3,103
pada postes dengan rataan peningkatan (N Gain ) termasuk dalam kategori sedang dengan rata-
rata 0,521. Peneliti memberikan saran agar pendekatan Differentiated Instruction menjadi
alternatif bagi guru dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Kata Kunci: lembar aktivitas siswa, pendekatan differentiated instruction, kemampuan


pemecahan masalah matematis

PENDAHULUAN
Dalam sistem pendidikan, peserta didik merupakan subyek yang menjadi fokus
utama. Seharusnya para pendidik menfokuskan keberhasilan dan kualitas para peserta
didiknya. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, salah satu pelajaran yang penting dalam
menunjang peningkatan kualitas para peserta didik yaitu pelajaran matematika. Guru

1
Vol. 4, No. 1, Oktober 2018

sebagai tenaga pendidik tetap harus berpikir keras bagaimana mengemas materi pelajaran
matematika agar menjadi menarik dan mudah dipahami oleh siswa.
Dalam pembelajaran matematika, siswa-siswa dihadapkan pada masalah-masalah.
Untuk itu siswa harus dibekali dengan keterampilan memecahkan masalah tersebut.
Menurut Cooney seperti yang dikutip oleh Hudojo (2005:130) bahwa mengajar siswa
menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu menjadi analitik dalam
mengambil keputusan. Dengan kata lain, jika seorang siswa dilatih untuk menyelesaikan
masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan sebab siswa itu mempunyai
keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis
informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang diperolehnya.
Pentingnya kemampuan pemecahan masalah bagi peserta didik, terlihat dari
ditentukannya standar untuk kemampuan tersebut. Standar kemampuan pemecahan
masalah tersebut tertulis dalam NCTM (2000:334) yang merumuskan tentang standar
pemecahan masalah sebagai berikut:
“Instructional programs from prekindergarten through grade 12 should enable
all students to- : (1)Build new mathematical knowledge through problem solving;
(2) Solve problems that arise in mathematics and in other contexts; (3) Apply and
adapt a variety of appropriate strategies to solve problems; (4) Monitor and
reflect on process of mathematical problem solving”
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika harusnya
memungkinkan siswa membangun pengetahuan yang baru melalui pemecahan masalah,
menyelesaikan masalah yang muncul dari matematika atau dalam konteks lain, menerapkan
dan mengadaptasi berbagai pendekatan dan strategi yang sesuai untuk menyelesaikan
masalah dan memonitor serta merefleksi pada proses pemecahan masalah matematis.
Namun, kenyataan saat ini menunjukkan bahwa pencapaian siswa pada pelajaran
matematika tergolong rendah dan belum memenuhi harapan. Hal ini diindikasikan dengan
rendahnya hasil belajar siswa begitu juga dengan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.
Berkaitan dengan hal di atas dilakukan studi pendahuluan pada SMKN 1 Percut Sei
Tuan dan diperoleh hasil bahwa siswa lebih cenderung pasif dalam kegiatan belajar,
pembelajaran masih didominasi guru, siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh
guru. Sehingga siswa kurang diberi kesempatan untuk membangun ide-ide dan
pengetahuan yang mereka miliki. Ini berbeda jauh dengan yang diharapkan pada kurikulum
2013 yaitu, siswa dituntut untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui investigasi,
siswa juga dituntut untuk dapat menemukan sendiri penyelesaian dari masalah. Peran guru
hanyalah sebagai fasilitator bukan penyedia sumber informasi.
Untuk memperkuat alasan, maka diberikan tes pada siswa untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah materi Trigonometri di kelas XI SP dan XI GBR1.
Adapun tes tersebut yaitu: “Eko mengukur bayangan sebuah tiang di tanah. Setelah diukur,
panjangnya mencapai 5 m. Kemudian, ia mengukur sudut yang terbentuk antara ujung
bayangan dengan ujung tiang. Besar sudut tersebut adalah 60°. Tanpa mengukur langsung
tiang tersebut, dapatkah Eko menentukan tinggi tiang sebenarnya? Jika ya, coba kamu
tentukan tinggi tiang tersebut”. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa masih banyak
siswa yang belum mampu menyelesaikan soal dengan benar.
Selain fakta di atas faktor lainnya adalah belum tersedianya sumber belajar seperti
perangkat dan bahan ajar yang mampu menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. Amri (2013:59) mengungkapkan mengapa bahan ajar perlu
untuk dikembangkan karena bahan pembelajaran menempati posisi yang sangat penting
dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat
mencapai sasaran.

2
Ade Evi Fatimah, Azrina Purba
Pengembangan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Menggunakan Pendekatan…

Seperti yang kita ketahui LKS yang diterbitkan/diedarkan oleh instanti tertentu belum
mencerminkan LKS yang semestinya. Seperti yang diungkapkan Amri (2013:97) jika mutu
buku tidak memenuhi standar mutu, terutama dalam kaitannya dengan konsep dan aplikasi
konsep (miskonsepsi, bahkan salah konsep), buku tersebut menjadi sumber pembodohan,
bukan sumber pencerdasan anak didik. Buku demikian sangat berbahaya bagi dunia
pendidikan. Sama halnya dengan instrumen tes yang diberikan guru juga belum memadai.
Selama ini instrumen tes yang diberikan guru belum mengarahkan siswa dalam
menyelesaikan masalah. Ini belum sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga perlu
dilakukan perbaikan dengan mengembangkan sebuah tes yang mampu mengarahkan siswa
untuk menyelesaikan masalah matematis.
Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya tingkat kemampuan matematika siswa
adalah cara mengajar guru yang kurang efektif. Guru harus mampu memilih pembelajaran
yang sesuai bagi setiap siswa. Selain itu, guru perlu mempertimbangkan perbedaan
individual siswa karena tidak semua siswa itu sama. Guru harus mengubah cara mengajar
tradisional atau konvensional yang sering digunakan menuju bentuk pengajaran yang dapat
mengakomodir perbedaan-perbedaan individual tersebut. Karena Tomlinson dan
Kalbfleisch (Wulandari dan Sagita, 2011:274) menyatakan bahwa mengabaikan perbedaan
karakteristik siswa dapat mengakibatkan siswa kehilangan motivasi dan gagal untuk
berhasil.
Menimbang keutamaan mengatasi perbedaan individual siswa yang telah diuraikan
di atas maka diperlukan suatu cara atau pendekatan yang dapat mengatasi permasalahan
perbedaan individual yaitu dengan membedakan instruksi (differentiated instruction).
Differentiated Instruction (DI) adalah cara untuk menyesuaikan instruksi kepada
kebutuhan siswa dengan tujuan memaksimalkan potensi masing-masing siswa dalam
lingkup yang diberikan. DI memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk
mengeksplorasi perbedaan individualnya untuk dijadikan kekuatan dalam memahami
matematika. Proses tersebut diawali dengan pengumpulan informasi awal siswa berupa
kesiapan belajar (readiness), minat (interest), dan gaya belajar (learning style) siswa pada
tahap sebelum pembelajaran dimulai yang dilakukan guru.
Semua siswa tidaklah sama. Berdasarkan hal inilah DI diberlakukan di dalam kelas
yang heterogen agar siswa memiliki beberapa pilihan untuk memperoleh informasi dan
menghasilkan berbagai ide. Pendekatan DI mengharuskan para guru untuk menjadi
fleksibel dalam pendekatan mereka ketika mengajar, menyesuaikan kurikulum, dan
menyajikan informasi kepada siswa. DI merupakan teori pengajaran yang didasarkan pada
pernyataan bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan harus bervariasi dan
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa.
Hall (2002: 2) menyatakan bahwa “To differentiate instruction is to recognize
students varying background knowledge, readiness, language, preferences in learning,
interests, and to react responsively. Differentiated instruction is a process to approach
teaching and learning for students of differing abilities in the same class. The intent of
differentiating instruction is to maximize each student’s growth and individual success by
meeting each student where he or she is, and assisting in the learning process.”
Menurut Hall membedakan pembelajaran dalam DI adalah untuk mengenali siswa
yang berbeda dalam latar belakang pengetahuan, kesiapan, bahasa, minat belajar, gaya
belajar. DI merupakan proses pengajaran yang digunakan dalam pembelajaran bagi siswa
yang memiliki kemampuan berbeda di dalam kelas yang sama. Maksud dari DI adalah
untuk memaksimalkan pertumbuhan dan keberhasilan masing-masing siswa dengan
menemui setiap siswa dimanapun dia berada dan membantunya dalam proses
pembelajaran.

3
Vol. 4, No. 1, Oktober 2018

Kondisi di atas yang menjadi alasan mengapa penulis mengembangkan lembar


aktivitas siswa (LAS) dengan menggunakan pendekatan DI. Sebuah LAS yang dapat
menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
berkualitas seperti yang diungkapkan oleh Nieveen (2007:94) bahwa suatu bahan ajar
maupun perangkat dikatakan berkualitas, jika memenuhi kriteria-kriteria antara lain; (1)
Relevance (content validity); (2) Consistency (Construct validity); (3) kepraktisan
(practicality); (4) keefektifan (effectiveness). Tanpa adanya bahan ajar seperti LAS akan
sulit bagi guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Begitu juga halnya dengan
siswa, tanpa bahan ajar siswa akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam
belajar
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini permasalahan yang
dikemukakan adalah: (1) Apakah lembar aktivitas siswa materi trigonometri yang
dikembangkan valid; (2) Apakah lembar aktivitas siswa materi trigonometri yang
dikembangkan praktis; (3) Apakah pembelajaran yang menggunakan lembar aktivitas
siswa yang dikembangkan efektif; dan (4) Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan yang
dilaksanakan di SMKN 1 Percut Sei Tuan ini adalah pengembangan sebuah lembar
aktivitas siswa (LAS) materi trigonometri menggunakan pembelajaran pendekatan
Differentiated Instruction untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa SMK kelas X. Adapun yang dikembangkan pada penelitian ini meliputi LAS, serta
instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Tujuan penelitian ini adalah
menghasilkan LAS yang valid, praktis dan efektif untuk pembelajaran. Model
pengembangan yang digunakan adalah dengan memodifikasi model 4-D (Four D model)
dari Thiagarajan (1974:5-9) yang terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) tahap pendefinisian
(Define); (2) tahap perancangan (Design); (3) tahap pengembangan (develop); (4) tahap
penyebaran (disseminate). Untuk tahap keempat yaitu pengembangan tidak dilakukan
karena keterbatasan waktu. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar
validasi LAS, lembar observasi kegiatan guru dan siswa, lembar angket respon siswa serta
tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Untuk menghasilkan lembar aktivitas siswa (LAS) yang berkualitas harus memenuhi
kriteria valid, praktis dan efektif, peneliti mengikuti prosedur pengembangan LAS dan
menganalisis data hasil penelitian. Terlebih dahulu dilakukan pengembangan dengan
menggunakan modifikasi model 4-D.
Untuk tahap pendefinisian dimulai dari kegiatan analisis awal-akhir yang memiliki
tujuan untuk mengidentifikasi masalah dasar pada topik trigonometri dengan melakukan
investigasi awal terhadap proses pembelajaran selama ini, kemampuan matematis siswa,
materi dan kurikulum yang berlaku. Pada pembelajaran materi trigonometri terutama
penerapannya pada kemampuan pemecahan masalah, siswa diarahkan pada pemahaman
masalah. Membuat model matematis, diberikan waktu untuk memilih strategi apa yang
tepat serta menyelesaikan masalah tersebut dengan caranya sendiri. Pendekatan
Differentiated Instruction diberikan untuk lebih memudahkan siswa dalam menyelesaikan
masalah.
Sebelum diberikan perlakuan terlebih dahulu dilakukan analisis siswa kelas X SMKN
1 Percut Sei Tuan. Dalam pembelajaran matematika sangat cocok jika pembelajaran
diawali dengan masalah dalam kehidupan nyata yang dialami oleh siswa secara langsung.

4
Ade Evi Fatimah, Azrina Purba
Pengembangan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Menggunakan Pendekatan…

Penyusunannya diawali dari yang konkret sampai yang abstrak sehingga dapat membantu
siswa.
Untuk analisis materi dilakukan sebelum penyusunan LAS dan pelaksanaan
pembelajaran. Agar materi yang disajikan terstruktur dan sistematis. Sedangkan analisis
tugas disesuaikan dengan analisis materi.
Analisis tugas untuk materi trigonometri disusun merujuk pada indikator
ketercapaian dan indikator kemampuan pemecahan masalah yang termuat dalam kisi-kisi
penyusunan tes kemampuan pemecahan masalah. Selanjutnya pemilihan format, tahapan
ini bertujuan untuk memilih format yang sesuai dengan faktor-faktor yang telah dijabarkan
dalam kompetensi dasar, yaitu format untuk mendesain isi pembelajaran yang mengacu
pada hasil analisis materi, analisis tugas dan indikator hasil belajar yang telah dirumuskan.
Selanjutnya tahap kedua yaitu tahap perancangan diawali dengan penyusunan tes.
Tes disusun berdasarkan indikator ketercapaian dan indikator kemampuan pemecahan
masalah matematis. Tahap pengembangan dimulai dengan validasi ahli. Ini dilakukan
untuk mengetahui validitas isi dari draf 1 yang telah dirancang. Rekapitulasi hasil validasi
perangkat dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi nilai hasil validasi perangkat


No Validator LAS TKPM
1 I 4,53 Baik, dapat digunakan dengan sedikit revisi
2 II 4,47 Baik, dapat digunakan dengan sedikit revisi
3 III 4,47 Baik, dapat digunakan dengan sedikit revisi
Skor rata-rata 4,49
Dari tabel 1 dapat kita lihat skor rata-rata akhir penilaian validator terhadap LAS draf
1, yaitu 4,49 yang berarti draf 1 LAS termasuk dalam kategori baik. Sedangkan kesimpulan
yang diberikan adalah dapat digunakan dengan sedikit revisi. Sedangkan untuk tes
kemampuan pemecahan masalah matematis ketiga validator menyatakan valid meskipun
ada revisi sedikit pada bahasa yang digunakan. Berdasarkan hasil validasi ahli terhadap
LAS dan isntrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis dapat disimpulkan
bahwa LAS yang dikembangkan telah memenuhi kriteria valid. Sebelum ujicoba lapangan
maka dilakukan ujicoba terbatas pada siswa untuk melihat apakah LAS sudah bisa
diterapkan di lapangan. Dari hasil yang diperoleh LAS dan isntrumen tes sudah bisa
digunakan dengan sedikit revisi.
Selanjutnya dilakukan ujicoba lapangan untuk mengetahui kriteria kepraktisan dan
keefektifan lembar aktivitas siswa (LAS). Kriteria kepraktisan berdasarkan penilaian
validator yang menyatakan bahwa LAS ini praktis untuk digunakan dan hasil ujicoba
lapangan dimana semua siswa dapat menggunakan LAS dengan baik melalui observasi
aktivitas siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat dikatakan bahwa LAS
yang dihasilkan memenuhi kriteria praktis. Setelah kriteria valid dan praktis terpenuhi
maka selanjutnya kita akan lihat keefektifan pendekatan Differentiated Instruction dengan
menggunakan LAS yang dikembangkan. Kriteria efektif dilihat dari 4 hal, yaitu:
1. kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada hasil pretes uji coba lapangan
diperoleh bahwa jumlah siswa yang tuntas ada sebanyak 6 orang dari 30 orang siswa
(20%). Jumlah siswa yang tidak tuntas ada sebanyak 24 orang dari 30 orang siswa
(80%). Setelah dilakukan pendekatan Differentiated Instruction dengan menggunakan
LAS, diperoleh bahwa banyaknya siswa yang tuntas adalah 25 orang dari 30 orang
siswa (83,33%). Banyak siswa yang tidak tuntas adalah 5 orang dari 30 orang siswa
(16,67%). Sehingga berdasarkan kriteria yang ditetapkan pada kurikulum 2013 bahwa
secara klasikal suatu pembelajaran dikatakan telah tuntas jika terdapat 75% siswa yang

5
Vol. 4, No. 1, Oktober 2018

mengikuti tes telah mencapai skor minimal 2,66. Berdasarkan penjelasan di atas
ketuntasan belajar siswa pada pretes adalah 20% dan postes adalah sebesar 83,33%,
sehingga ketuntasan belajar siswa pada penelitian terjadi peningkatan. Rekapitulasi
ketuntasan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa


Pretes Postes
Kategori
Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase
Tuntas 6 orang 20% 25 orang 83,33%
Tidak tuntas 24 orang 80% 5 orang 16,67%
Jumlah 30 orang 100% 30 orang 100%

2. Pencapaian waktu ideal aktivitas siswa, pada penelitian ini persentase kadar aktivitas
siswa yang diperoleh selama proses pembelajaran masih dalam batas toleransi waktu
ideal. yaitu: (a) waktu yang digunakan untuk kegiatan mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru/teman sebesar 15,875% dari waktu yang tersedia; (b) waktu yang
digunakan untuk kegiatan membaca/ memahami masalah kontekstual di buku
siswa/LAS sebesar 19,625% dari waktu yang tersedia; (c) waktu yang digunakan untuk
kegiatan menyelesaikan masalah/ menemukan penyelesaian dan jawaban masalah
sebesar 37,375% dari waktu yang tersedia; (d) waktu yang digunakan untuk kegiatan
berdiskusi/bertanya antar siswa atau guru sebesar 25,2% dari waktu yang tersedia; (e)
waktu yang digunakan untuk perilaku yang tidak relevan dengan KBM 1,625% dari
waktu yang tersedia dan masih dalam batas toleransi waktu ideal. Berdasarkan data
hasil pengamatan tentang aktivitas siswa, terlihat bahwa kegiatan menyelesaikan
masalah/ menemukan penyelesaian dan jawaban merupakan aktivitas yang paling
tinggi, maka ini menunjukkan bahwa LAS dengan pendekatan Differentiated
Instruction dapat mengaktifkan siswa;
Kemampuan guru mengelola pembelajaran, berdasarkan hasil pengamatan diperoleh
hasil bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah tergolong baik
pada ujicoba lapangan sebesar 3,61. Dengan demikian kemampuan guru mengelola
pembelajaran sudah memenuhi kriteria efektif
3. Respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran. Pada ujicoba lapangan
respon positif siswa baik yaitu sebesar 85,02%. Ini menunjukkan LAS yang disusun
dengan menggunakan pendekatan Differentiated Instruction mendapat respon yang
baik. Siswa merasa senang dan tertarik terhadap komponen lembar aktivitas siswa.
Karena keempat indikator keefektifan pembelajaran sudah terpenuhi maka kriteria
keefektifan pendekatan Differentiated Instruction dengan menggunakan LAS yang
dikembangkan sudah terpenuhi.
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Kemampuan pemecahan masalah diukur berdasarkan tiga proses penemuan jawaban
siswa, yaitu: (1) Membuat model matematis yang berhubungan dengan masalah dunia
nyata; (2) Memilih strategi pemecahan masalah yang tepat untuk menyelesaikan model
matematis tersebut; (3) Menjelaskan jawaban dan memeriksa kebenarannya. Jawaban yang
diberikan siswa dalam memecahkan masalah akan diberikan skor sesuai dengan rubrik
penskoran untuk setiap indikator yang dibuat.
Berdasarkan data hasil pretes dan postes, dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan pemecahan masalah siswa. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
siswa dapat dilihat dari nilai rataan tes, yaitu mulai dari rataan skor pretes sebesar 1,457
sedangkan rataan skor postes sebesar 3,103. Hal ini menunjukkan bahwa LAS dengan
menggunakan pendekatan Differentiated Instruction yang dikembangkan dapat

6
Ade Evi Fatimah, Azrina Purba
Pengembangan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Menggunakan Pendekatan…

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan besar peningkatan


tersebut adalah 1,646.
Jika kita perhatikan berdasarkan masing-masing aspek maka rerata nilai pretes untuk
aspek membuat model matematis memperoleh rata-rata sebesar 8,033, aspek memilih
strategi yang tepat untuk menyelesaikan model matematis memperoleh rata-rata sebesar
5,467, aspek memeriksa dan menjelaskan jawaban sebesar 1,1. Setelah perlakuan diberikan
pada siswa, yaitu dengan menggunakan pendekatan Differentiated Instruction terdapat
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis. Berdasarkan hasil penelitian,
rata-rata skor gain ternormalisasi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa untuk
setiap aspek adalah pada aspek membuat model matematis sebesar 0,469, aspek memilih
strategi yang tepat untuk menyelesaikan model matematis sebesar 0,523, dan aspek
memeriksa dan menjelaskan jawaban sebesar 0,44. Dan data hasil tes kemampuan
pemecahan masalah siswa dengan perolehan rataan peningkatan (N-Gain) untuk
keseluruhan aspek termasuk dalam kategori sedang dengan rata-rata 0,652. Peningkatan ini
terjadi karena terdapat kesesuaian antara materi yang dikembangkan dengan pembelajaran
yang dilakukan guru. Sehingga membuat siswa termotivasi dan tertarik untuk mempelajari
materi tersebut yang mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dapat
meningkat.
Dari hasil yang diperoleh dapat kita ketahui bahwa peningkatan kemampuan
pemecahan masalah yang paling tinggi adalah pada aspek memilih strategi yang tepat untuk
menyelesaikan model matematis. Salah satu faktor yang mendukung terjadinya
peningkatan ini adalah proses pembelajaran yang dilakukan yaitu melalui pendekatan
Differentiated Instruction (DI). Pendekatan DI merupakan cara untuk menyesuaikan
instruksi kepada kebutuhan siswa dengan tujuan memaksimalkan potensi masing-masing
siswa dalam lingkup yang diberikan. DI merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis karena siswa diberikan pilihan
pembelajaran dan dikelompokkan berdasarkan gaya belajar. Kelas yang diberikan
pendekatan DI bekerja bagus dalam kelompok dan menuntut kerja yang lebih bermakna
dan berbasis pada masalah. Dengan adanya kelompok siswa yang sama gaya belajarnya,
mereka akan lebih leluasa dalam berkomunikasi dan bekerja sama. Dengan demikian
proses tersebut akan mengembangkan kecakapan berpikir siswa baik diajarkan oleh guru
secara langsung atau memadukannya dalam materi pelajaran sehingga kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa akan lebih meningkat.
Selain itu peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dapat dilihat dari
persentase pencapaian siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Peningkatan
kemampuan pemecahan masalah siswa berdasarkan data nilai pretes dan postes yang paling
tinggi adalah aspek memilih strategi yang tepat sebesar 50%. Hal ini mengindikasikan
bahwa kemampuan pemecahan masalah mengalami peningkatan khususnya pada aspek
memilih strategi yang tepat.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian pada ujicoba lembar aktivitas
siswa (LAS) materi trigonometri dengan menerapkan pendekatan Differentiated
Instruction untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, maka
dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Lembar aktivitas siswa (LAS) yang dikembangkan telah memenuhi kriteria valid
berdasarkan hasil penilaian para ahli dan praktisi terhadap LAS. Ketiga validator telah
memberikan penilaian. Hasil penilaian para ahli dan praktisi dianalisis dengan melihat
nilai rata-rata dan tingkat kesepakatan penilaian para ahli melalui analisis statistika

7
Vol. 4, No. 1, Oktober 2018

interater Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa LAS sudah
valid dan layak untuk digunakan.
2. Lembar aktivitas siswa (LAS) yang dikembangkan telah memenuhi kriteria
kepraktisan, yaitu:
a. Hasil penilaian ahli dan praktisi (guru) yang menyatakan bahwa LAS yang
dikembangkan sudah praktis atau dapat digunakan dengan sedikit revisi.
b. Guru dan siswa dapat menggunakan LAS ini dalam pembelajaran dengan baik
berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa.
3. Pembelajaran yang dilakukan selama ujicoba lapangan dengan menggunakan lembar
aktivitas siswa (LAS) telah memenuhi kriteria efektif, adapun kriterianya yaitu:
a. Ketuntasan belajar siswa pada ujicoba lapangan yang dilakukan memperoleh hasil
bahwa jumlah siswa yang tuntas ada sebanyak 25 orang dari 30 orang siswa
(83,33%). Ini berarti menunjukkan bahwa ketuntasan siswa secara klasikal telah
tercapai.
b. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran telah memenuhi batas toleransi waktu
ideal yang ditentukan. Aktivitas menyelesaikan masalah dan berdiskusi merupakan
aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh siswa ini menunjukkan bahwa
pendekatan Differentiated Instruction mampu mengaktifkan siswa.
c. Kemampuan guru mengelola pembelajaran sudah memenuhi kriteria pada ujicoba
lapangan, dengan nilai kemampuan guru (NKG) sebesar 3,61.
d. Respons siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran tergolong respon yang
positif. Respon positif ini diberikan pada ujicoba lapangan.
4. Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
menggunakan lembar aktivitas siswa (LAS) yang dikembangkan, terlihat dari rataan
skor siswa pada saat pretes sebesar 1,457 menjadi 3,103 pada saat postes. Dan aspek
kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa paling tinggi ada pada aspek
memilih strategi yang tepat dengan rata-rata skor N-Gain sebesar 0,523. Peningkatan
secara keseluruhan aspek yang terjadi diklasifikasikan dan termasuk dalam kategori
sedang dengan rataan N-Gain sebesar 0,652.
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka penulis memberikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Guru dapat mengembangkan lembar aktivitas siswa (LAS) dengan pendekatan
Differentiated Instruction pada materi lainnya dalam memenuhi kebutuhan siswa
terhadap sumber belajar yang memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif.
2. Guru hendaknya menjadikan pendekatan Differentiated Instruction sebagai salah
satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa serta mampu meningkatkan aktivitas siswa.
3. Lembar aktivitas siswa (LAS) yang dikembangkan hanya berhenti sampai tahap
pengembangan saja, belum diimplementasikan pada sekolah-sekolah, disarankan
kepada guru dan peneliti selanjutnya agar mengimplementasikan pada ruang
lingkup yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA
Amin. 2009. Pembelajaran Berdiferensiasi: Alternatif Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak
Berbakat. Edukasi, 1(1).
Amri, S. 2013. Pengembangan & Model pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Asmin. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan
Modern. Medan: Larispa Indonesia.

8
Ade Evi Fatimah, Azrina Purba
Pengembangan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Menggunakan Pendekatan…

Ditasona, C. 2013. Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction dalam Peningkatan


Kemampuan Pemecahan Masalah dan Penalaran Matematis Siswa SMA. Tesis pada
PPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Hall. T. 2002. Differentiated Instruction: Effective Classroom Practices Report. National
Center on Accessing the General Curriculum. Principals.in. [Online]. Tersedia
http://www.principals.in/uploads/pdf/Instructional_Strategie/DI_Marching.pdf
[13 September 2013]
Harta, I. 2011. Differentiated Instruction: What, Why, and How?. Yogyakarta: SEAMEO
for Qitep in Mathematics. Tidak Diterbitkan.
NCTM, 2000. Principles and standards for school mathematics. Reston, VA: NCTM.
Nieveen, N. 1997. Computer Support for Curriculum Developers: A study on potential of
computer support in the domain of formative curriculum evaluation. Thesis
University of twente: Enschede.
Polya, G. 1973. How to solve it:A new aspect of mathematics method. New Jersey:
Princeton University Press.
Thiagarajan, S., Semmel, D., & Semmel, M. 1974. Instructional Development for Teacher
of Exceptional Children. A Source Book Bloomington: Indiana University
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembeajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Penerbit
Kencana.
Wulandari, I. & Sagita, L. 2011. Pembelajaran Matematis dengan Differentiated
Instruction untuk Mengembangkan Karakter Positif Siswa. Seminar Nasional
Matematis dan Pendidikan Matematis. ISBN: 978-979-16353-6-3. [Online].
Tersedia http://eprints.uny.ac.id/7380/1/p-25.pdf. [12 September 2013]

You might also like