862 2171 1 SM
862 2171 1 SM
862 2171 1 SM
Abstract. The purpose of this study is to produce quality student activity sheets. To achieve this,
this research uses development research. The development model used in this study is a 4-D
development model consisting of the Define, Design, Development and Disseminate stages. The
subject of this research is the tenth grade students of SMK 1 Percut Sei Tuan Deli Serdang
Regency and the object of this research is the mathematics student activity sheet of trigonometry
material using the Differentiated Instruction (DI) approach. Developed in this study is the
student activity sheet (LAS). The results of the study show that: (1) the level of mastery learning
in classical is 83.33%; (2) the level of student activity during the learning process takes place
on the ideal time tolerance criteria; (3) the level of the teacher's ability to manage learning is
good, because the average has reached the minimum criteria; (4) student responses to the
components of the device and the learning process are positive; (5) Mathematical problem
solving abilities of students have increased with an average value of 1.457 at pretest and 3.103
in postes with an average increase (N Gain) included in the medium category with an average
of 0.521. The researcher suggested that the Differentiated Instruction approach be an
alternative for teachers to improve students' mathematical problem solving abilities.
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan lembar aktivitas siswa yang
berkualitas. Untuk mencapai itu, penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan. Model
pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan 4-D yang
terdiri dari tahap Define (Pendefinisian), Design (perancangan), Develop (pengembangan) dan
Disseminate (penyebaran). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMKN 1 Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang dan objek penelitian ini adalah lembar aktivitas siswa matematika
materi trigonometri dengan menggunakan pendekatan Differentiated Instruction (DI). Yang
dikembangkan pada penelitian ini adalah lembar aktivitas siswa (LAS). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) tingkat ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 83,33%; (2) kadar
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung berada pada kriteria batas toleransi
waktu ideal; (3) tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah baik, karena
rata-ratanya telah mencapai kriteria minimal; (4) respon siswa terhadap komponen-komponen
perangkat dan proses pembelajaran adalah positif; (5) Kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 1,457 pada pretes dan 3,103
pada postes dengan rataan peningkatan (N Gain ) termasuk dalam kategori sedang dengan rata-
rata 0,521. Peneliti memberikan saran agar pendekatan Differentiated Instruction menjadi
alternatif bagi guru dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
PENDAHULUAN
Dalam sistem pendidikan, peserta didik merupakan subyek yang menjadi fokus
utama. Seharusnya para pendidik menfokuskan keberhasilan dan kualitas para peserta
didiknya. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, salah satu pelajaran yang penting dalam
menunjang peningkatan kualitas para peserta didik yaitu pelajaran matematika. Guru
1
Vol. 4, No. 1, Oktober 2018
sebagai tenaga pendidik tetap harus berpikir keras bagaimana mengemas materi pelajaran
matematika agar menjadi menarik dan mudah dipahami oleh siswa.
Dalam pembelajaran matematika, siswa-siswa dihadapkan pada masalah-masalah.
Untuk itu siswa harus dibekali dengan keterampilan memecahkan masalah tersebut.
Menurut Cooney seperti yang dikutip oleh Hudojo (2005:130) bahwa mengajar siswa
menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu menjadi analitik dalam
mengambil keputusan. Dengan kata lain, jika seorang siswa dilatih untuk menyelesaikan
masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan sebab siswa itu mempunyai
keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis
informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang diperolehnya.
Pentingnya kemampuan pemecahan masalah bagi peserta didik, terlihat dari
ditentukannya standar untuk kemampuan tersebut. Standar kemampuan pemecahan
masalah tersebut tertulis dalam NCTM (2000:334) yang merumuskan tentang standar
pemecahan masalah sebagai berikut:
“Instructional programs from prekindergarten through grade 12 should enable
all students to- : (1)Build new mathematical knowledge through problem solving;
(2) Solve problems that arise in mathematics and in other contexts; (3) Apply and
adapt a variety of appropriate strategies to solve problems; (4) Monitor and
reflect on process of mathematical problem solving”
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika harusnya
memungkinkan siswa membangun pengetahuan yang baru melalui pemecahan masalah,
menyelesaikan masalah yang muncul dari matematika atau dalam konteks lain, menerapkan
dan mengadaptasi berbagai pendekatan dan strategi yang sesuai untuk menyelesaikan
masalah dan memonitor serta merefleksi pada proses pemecahan masalah matematis.
Namun, kenyataan saat ini menunjukkan bahwa pencapaian siswa pada pelajaran
matematika tergolong rendah dan belum memenuhi harapan. Hal ini diindikasikan dengan
rendahnya hasil belajar siswa begitu juga dengan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.
Berkaitan dengan hal di atas dilakukan studi pendahuluan pada SMKN 1 Percut Sei
Tuan dan diperoleh hasil bahwa siswa lebih cenderung pasif dalam kegiatan belajar,
pembelajaran masih didominasi guru, siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh
guru. Sehingga siswa kurang diberi kesempatan untuk membangun ide-ide dan
pengetahuan yang mereka miliki. Ini berbeda jauh dengan yang diharapkan pada kurikulum
2013 yaitu, siswa dituntut untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui investigasi,
siswa juga dituntut untuk dapat menemukan sendiri penyelesaian dari masalah. Peran guru
hanyalah sebagai fasilitator bukan penyedia sumber informasi.
Untuk memperkuat alasan, maka diberikan tes pada siswa untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah materi Trigonometri di kelas XI SP dan XI GBR1.
Adapun tes tersebut yaitu: “Eko mengukur bayangan sebuah tiang di tanah. Setelah diukur,
panjangnya mencapai 5 m. Kemudian, ia mengukur sudut yang terbentuk antara ujung
bayangan dengan ujung tiang. Besar sudut tersebut adalah 60°. Tanpa mengukur langsung
tiang tersebut, dapatkah Eko menentukan tinggi tiang sebenarnya? Jika ya, coba kamu
tentukan tinggi tiang tersebut”. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa masih banyak
siswa yang belum mampu menyelesaikan soal dengan benar.
Selain fakta di atas faktor lainnya adalah belum tersedianya sumber belajar seperti
perangkat dan bahan ajar yang mampu menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. Amri (2013:59) mengungkapkan mengapa bahan ajar perlu
untuk dikembangkan karena bahan pembelajaran menempati posisi yang sangat penting
dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat
mencapai sasaran.
2
Ade Evi Fatimah, Azrina Purba
Pengembangan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Menggunakan Pendekatan…
Seperti yang kita ketahui LKS yang diterbitkan/diedarkan oleh instanti tertentu belum
mencerminkan LKS yang semestinya. Seperti yang diungkapkan Amri (2013:97) jika mutu
buku tidak memenuhi standar mutu, terutama dalam kaitannya dengan konsep dan aplikasi
konsep (miskonsepsi, bahkan salah konsep), buku tersebut menjadi sumber pembodohan,
bukan sumber pencerdasan anak didik. Buku demikian sangat berbahaya bagi dunia
pendidikan. Sama halnya dengan instrumen tes yang diberikan guru juga belum memadai.
Selama ini instrumen tes yang diberikan guru belum mengarahkan siswa dalam
menyelesaikan masalah. Ini belum sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga perlu
dilakukan perbaikan dengan mengembangkan sebuah tes yang mampu mengarahkan siswa
untuk menyelesaikan masalah matematis.
Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya tingkat kemampuan matematika siswa
adalah cara mengajar guru yang kurang efektif. Guru harus mampu memilih pembelajaran
yang sesuai bagi setiap siswa. Selain itu, guru perlu mempertimbangkan perbedaan
individual siswa karena tidak semua siswa itu sama. Guru harus mengubah cara mengajar
tradisional atau konvensional yang sering digunakan menuju bentuk pengajaran yang dapat
mengakomodir perbedaan-perbedaan individual tersebut. Karena Tomlinson dan
Kalbfleisch (Wulandari dan Sagita, 2011:274) menyatakan bahwa mengabaikan perbedaan
karakteristik siswa dapat mengakibatkan siswa kehilangan motivasi dan gagal untuk
berhasil.
Menimbang keutamaan mengatasi perbedaan individual siswa yang telah diuraikan
di atas maka diperlukan suatu cara atau pendekatan yang dapat mengatasi permasalahan
perbedaan individual yaitu dengan membedakan instruksi (differentiated instruction).
Differentiated Instruction (DI) adalah cara untuk menyesuaikan instruksi kepada
kebutuhan siswa dengan tujuan memaksimalkan potensi masing-masing siswa dalam
lingkup yang diberikan. DI memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk
mengeksplorasi perbedaan individualnya untuk dijadikan kekuatan dalam memahami
matematika. Proses tersebut diawali dengan pengumpulan informasi awal siswa berupa
kesiapan belajar (readiness), minat (interest), dan gaya belajar (learning style) siswa pada
tahap sebelum pembelajaran dimulai yang dilakukan guru.
Semua siswa tidaklah sama. Berdasarkan hal inilah DI diberlakukan di dalam kelas
yang heterogen agar siswa memiliki beberapa pilihan untuk memperoleh informasi dan
menghasilkan berbagai ide. Pendekatan DI mengharuskan para guru untuk menjadi
fleksibel dalam pendekatan mereka ketika mengajar, menyesuaikan kurikulum, dan
menyajikan informasi kepada siswa. DI merupakan teori pengajaran yang didasarkan pada
pernyataan bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan harus bervariasi dan
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa.
Hall (2002: 2) menyatakan bahwa “To differentiate instruction is to recognize
students varying background knowledge, readiness, language, preferences in learning,
interests, and to react responsively. Differentiated instruction is a process to approach
teaching and learning for students of differing abilities in the same class. The intent of
differentiating instruction is to maximize each student’s growth and individual success by
meeting each student where he or she is, and assisting in the learning process.”
Menurut Hall membedakan pembelajaran dalam DI adalah untuk mengenali siswa
yang berbeda dalam latar belakang pengetahuan, kesiapan, bahasa, minat belajar, gaya
belajar. DI merupakan proses pengajaran yang digunakan dalam pembelajaran bagi siswa
yang memiliki kemampuan berbeda di dalam kelas yang sama. Maksud dari DI adalah
untuk memaksimalkan pertumbuhan dan keberhasilan masing-masing siswa dengan
menemui setiap siswa dimanapun dia berada dan membantunya dalam proses
pembelajaran.
3
Vol. 4, No. 1, Oktober 2018
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan yang
dilaksanakan di SMKN 1 Percut Sei Tuan ini adalah pengembangan sebuah lembar
aktivitas siswa (LAS) materi trigonometri menggunakan pembelajaran pendekatan
Differentiated Instruction untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa SMK kelas X. Adapun yang dikembangkan pada penelitian ini meliputi LAS, serta
instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Tujuan penelitian ini adalah
menghasilkan LAS yang valid, praktis dan efektif untuk pembelajaran. Model
pengembangan yang digunakan adalah dengan memodifikasi model 4-D (Four D model)
dari Thiagarajan (1974:5-9) yang terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) tahap pendefinisian
(Define); (2) tahap perancangan (Design); (3) tahap pengembangan (develop); (4) tahap
penyebaran (disseminate). Untuk tahap keempat yaitu pengembangan tidak dilakukan
karena keterbatasan waktu. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar
validasi LAS, lembar observasi kegiatan guru dan siswa, lembar angket respon siswa serta
tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
4
Ade Evi Fatimah, Azrina Purba
Pengembangan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Menggunakan Pendekatan…
Penyusunannya diawali dari yang konkret sampai yang abstrak sehingga dapat membantu
siswa.
Untuk analisis materi dilakukan sebelum penyusunan LAS dan pelaksanaan
pembelajaran. Agar materi yang disajikan terstruktur dan sistematis. Sedangkan analisis
tugas disesuaikan dengan analisis materi.
Analisis tugas untuk materi trigonometri disusun merujuk pada indikator
ketercapaian dan indikator kemampuan pemecahan masalah yang termuat dalam kisi-kisi
penyusunan tes kemampuan pemecahan masalah. Selanjutnya pemilihan format, tahapan
ini bertujuan untuk memilih format yang sesuai dengan faktor-faktor yang telah dijabarkan
dalam kompetensi dasar, yaitu format untuk mendesain isi pembelajaran yang mengacu
pada hasil analisis materi, analisis tugas dan indikator hasil belajar yang telah dirumuskan.
Selanjutnya tahap kedua yaitu tahap perancangan diawali dengan penyusunan tes.
Tes disusun berdasarkan indikator ketercapaian dan indikator kemampuan pemecahan
masalah matematis. Tahap pengembangan dimulai dengan validasi ahli. Ini dilakukan
untuk mengetahui validitas isi dari draf 1 yang telah dirancang. Rekapitulasi hasil validasi
perangkat dapat dilihat pada tabel 1.
5
Vol. 4, No. 1, Oktober 2018
mengikuti tes telah mencapai skor minimal 2,66. Berdasarkan penjelasan di atas
ketuntasan belajar siswa pada pretes adalah 20% dan postes adalah sebesar 83,33%,
sehingga ketuntasan belajar siswa pada penelitian terjadi peningkatan. Rekapitulasi
ketuntasan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa disajikan pada tabel 2.
2. Pencapaian waktu ideal aktivitas siswa, pada penelitian ini persentase kadar aktivitas
siswa yang diperoleh selama proses pembelajaran masih dalam batas toleransi waktu
ideal. yaitu: (a) waktu yang digunakan untuk kegiatan mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru/teman sebesar 15,875% dari waktu yang tersedia; (b) waktu yang
digunakan untuk kegiatan membaca/ memahami masalah kontekstual di buku
siswa/LAS sebesar 19,625% dari waktu yang tersedia; (c) waktu yang digunakan untuk
kegiatan menyelesaikan masalah/ menemukan penyelesaian dan jawaban masalah
sebesar 37,375% dari waktu yang tersedia; (d) waktu yang digunakan untuk kegiatan
berdiskusi/bertanya antar siswa atau guru sebesar 25,2% dari waktu yang tersedia; (e)
waktu yang digunakan untuk perilaku yang tidak relevan dengan KBM 1,625% dari
waktu yang tersedia dan masih dalam batas toleransi waktu ideal. Berdasarkan data
hasil pengamatan tentang aktivitas siswa, terlihat bahwa kegiatan menyelesaikan
masalah/ menemukan penyelesaian dan jawaban merupakan aktivitas yang paling
tinggi, maka ini menunjukkan bahwa LAS dengan pendekatan Differentiated
Instruction dapat mengaktifkan siswa;
Kemampuan guru mengelola pembelajaran, berdasarkan hasil pengamatan diperoleh
hasil bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah tergolong baik
pada ujicoba lapangan sebesar 3,61. Dengan demikian kemampuan guru mengelola
pembelajaran sudah memenuhi kriteria efektif
3. Respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran. Pada ujicoba lapangan
respon positif siswa baik yaitu sebesar 85,02%. Ini menunjukkan LAS yang disusun
dengan menggunakan pendekatan Differentiated Instruction mendapat respon yang
baik. Siswa merasa senang dan tertarik terhadap komponen lembar aktivitas siswa.
Karena keempat indikator keefektifan pembelajaran sudah terpenuhi maka kriteria
keefektifan pendekatan Differentiated Instruction dengan menggunakan LAS yang
dikembangkan sudah terpenuhi.
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Kemampuan pemecahan masalah diukur berdasarkan tiga proses penemuan jawaban
siswa, yaitu: (1) Membuat model matematis yang berhubungan dengan masalah dunia
nyata; (2) Memilih strategi pemecahan masalah yang tepat untuk menyelesaikan model
matematis tersebut; (3) Menjelaskan jawaban dan memeriksa kebenarannya. Jawaban yang
diberikan siswa dalam memecahkan masalah akan diberikan skor sesuai dengan rubrik
penskoran untuk setiap indikator yang dibuat.
Berdasarkan data hasil pretes dan postes, dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan pemecahan masalah siswa. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
siswa dapat dilihat dari nilai rataan tes, yaitu mulai dari rataan skor pretes sebesar 1,457
sedangkan rataan skor postes sebesar 3,103. Hal ini menunjukkan bahwa LAS dengan
menggunakan pendekatan Differentiated Instruction yang dikembangkan dapat
6
Ade Evi Fatimah, Azrina Purba
Pengembangan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Menggunakan Pendekatan…
7
Vol. 4, No. 1, Oktober 2018
interater Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa LAS sudah
valid dan layak untuk digunakan.
2. Lembar aktivitas siswa (LAS) yang dikembangkan telah memenuhi kriteria
kepraktisan, yaitu:
a. Hasil penilaian ahli dan praktisi (guru) yang menyatakan bahwa LAS yang
dikembangkan sudah praktis atau dapat digunakan dengan sedikit revisi.
b. Guru dan siswa dapat menggunakan LAS ini dalam pembelajaran dengan baik
berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa.
3. Pembelajaran yang dilakukan selama ujicoba lapangan dengan menggunakan lembar
aktivitas siswa (LAS) telah memenuhi kriteria efektif, adapun kriterianya yaitu:
a. Ketuntasan belajar siswa pada ujicoba lapangan yang dilakukan memperoleh hasil
bahwa jumlah siswa yang tuntas ada sebanyak 25 orang dari 30 orang siswa
(83,33%). Ini berarti menunjukkan bahwa ketuntasan siswa secara klasikal telah
tercapai.
b. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran telah memenuhi batas toleransi waktu
ideal yang ditentukan. Aktivitas menyelesaikan masalah dan berdiskusi merupakan
aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh siswa ini menunjukkan bahwa
pendekatan Differentiated Instruction mampu mengaktifkan siswa.
c. Kemampuan guru mengelola pembelajaran sudah memenuhi kriteria pada ujicoba
lapangan, dengan nilai kemampuan guru (NKG) sebesar 3,61.
d. Respons siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran tergolong respon yang
positif. Respon positif ini diberikan pada ujicoba lapangan.
4. Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
menggunakan lembar aktivitas siswa (LAS) yang dikembangkan, terlihat dari rataan
skor siswa pada saat pretes sebesar 1,457 menjadi 3,103 pada saat postes. Dan aspek
kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa paling tinggi ada pada aspek
memilih strategi yang tepat dengan rata-rata skor N-Gain sebesar 0,523. Peningkatan
secara keseluruhan aspek yang terjadi diklasifikasikan dan termasuk dalam kategori
sedang dengan rataan N-Gain sebesar 0,652.
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka penulis memberikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Guru dapat mengembangkan lembar aktivitas siswa (LAS) dengan pendekatan
Differentiated Instruction pada materi lainnya dalam memenuhi kebutuhan siswa
terhadap sumber belajar yang memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif.
2. Guru hendaknya menjadikan pendekatan Differentiated Instruction sebagai salah
satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa serta mampu meningkatkan aktivitas siswa.
3. Lembar aktivitas siswa (LAS) yang dikembangkan hanya berhenti sampai tahap
pengembangan saja, belum diimplementasikan pada sekolah-sekolah, disarankan
kepada guru dan peneliti selanjutnya agar mengimplementasikan pada ruang
lingkup yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Amin. 2009. Pembelajaran Berdiferensiasi: Alternatif Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak
Berbakat. Edukasi, 1(1).
Amri, S. 2013. Pengembangan & Model pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Asmin. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan
Modern. Medan: Larispa Indonesia.
8
Ade Evi Fatimah, Azrina Purba
Pengembangan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Menggunakan Pendekatan…