Jurnal Sulistiani
Jurnal Sulistiani
Jurnal Sulistiani
Oleh Sulistiani1
Abstrak
The interpretation of the Qur'an as an attempt to understand and explain the meaning and content
of the holy verses has undergone quite varied developments. The pattern of interpretation of the
Qur'an is unavoidable. Talking about the characteristics and style of an interpretation, scholars
make different mappings and categorizations. There are those who arrange the mapping form in
three directions, namely; first, the method (for example; the verse method between verses, verses
with hadith, verses with israiliyyat stories), second, presentation techniques (for example; coherent
and topical techniques), and third, approaches (for example; fiqhi, philosophy, shufi and others ).
The method of interpretation is viewed from the aspect of the target and the systematics of the
verses being interpreted. This method of interpretation is divided into two kinds, namely the
analytical method (al-tahlily) and the thematic method (al-mawhu'y).
The style of interpretation of the Qur'an is inseparable from differences, tendencies, interests,
motivations of the interpreters, differences in missions carried out, differences in depth [capacity]
and the variety of knowledge mastered, differences in times, environments and different situations
and conditions, and so on. All of these give rise to various styles of interpretation which develop
into various schools with different methods.
A. Pendahuluan
1
Syaikh Manna al-Qathan, Pengantar Studi Al-Qur’an, Penerjemah, H. Aunur Rafiq,
(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005), hal 422.
1
aktual dan kontekstual berperan penting bagi maju dan mundurnya umat
Islam.
2
sesuatu yang dangkal, karena penyajian yang dilakukan tidak terlalu jauh
dari gaya bahasa Al-Qur’an, sehingga membaca tafsir yang dihasilkan
dengan memakai metode ijmali, layaknya membaca ayat Al-Qur’an.
Uraian yang singkat dan padat membuat tafsir dengan metode ijmali tidak
jauh beda dengan ayat yang ditafsirkan.3
Tafsir secara Bahasa berarti menerangkan dan menjelaskan. 4 Al-
Qaththan menjelaskan bahwa arti tafsir secara Bahasa adalah menyingkap.
Tafsir menurut istilah, sebagaimana didefinisikan Abu Hayyan ialah Ilmu
yang membahas tentang cara pengucapan lafaz- lafaz Al-Qur`an, tentang
petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri
maupun ketika tersusun dan makna- makna yang dimungkinkan baginya
ketika tersusun serta hal-hal lain yang melengkapinya.5
Secara etimologi tafsir berasal dari akar kata al-fasr yang berarti
menyingkap sesuatu yang tertutup, sedang kata at-tafsir berarti
menyingkap maksud sesuatu lafadz yang musykil. Menurut istilah banyak
pendapat ulama dalam mendefinisikannya diantaranya adalah:
1. Al-Zarkasy dalam Al- Burhan mendefinisikan tafsir sebagai
berikut:
“Tafsir adalah ilmu untuk memahami kitab Allah (Al-Quran) yang
diturunkan kepada nabi-Nya Muhammad Saw serta menerangkan
makna Alquran dan mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmah-
hikmahnya.”
2. Al - Jurjaniy berkata:
“Tafsir pada asalnya adalah membuka dan menzahirkan. Pada
istilah syara’ ialah menjelaskan makna ayat, urusannya, kisahnya
dan sebab yang karenanya diturunkan ayat, dengan lafaz yang
menunjuk kepadanya secara jelas.”
3
Hendriadi, Tafsir Al-Qur’an: Kajian Singkat atas Metode Tafsir Ijmali, Jurnal, Vol. 11
No.1 (November 2022), hal. 4.
4
Adib bisri dan Munawir AF, Al Bisri kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1999), 568.
5
Manna Khalil Al-Qaththan, Studi ilmu-Ilmu Al-Quran, Terj, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2008), 457.
3
3. Al-Kilby dalam at Tashiel yang dikutip Hasbi Ash-Shiddieqy
menyatakan:
“Tafsir ialah: Mensyarahkan Al-Quran, menerangkan maknanya
dan menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan nashnya atau
dengan isyaratnya, atau dengan tujuannya.”.6
6
Hasybiy as Shiddiqiy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Qur'an dan Tafsir (Jakarta: Bulan
Bintang Indonesia, 1992), hal. 177-178.
4
6. Fath al-Bayan fi Maqashid al-Qur’an, oleh al-Mujtahid Shiddiq
Hasan Khan.
7. Tafsir Alquran al- Karim, oleh Jalaluddin as Suyuthi dan
Jalaluddin al Mahalliy.
8. Tafsir Alquran al Karim oleh Muhammad Farid Wajdi.7
Kitab-kitab tafsir di atas pada hakikatnya bukan saja bisa ditinjau dari
segi metode penafsirannya saja sebagai bentuk tafsir dengan
metode ijmali, tetapi boleh jadi jika ditijnjau dari segi jenis/pendekatan
maupun coraknya bisa tergolong pada jenis dan corak tafsir yang
lain. Misalnya, meskipun tafsir al-Jalalain digolongan sebagai tafsir
metode ijmali tapi dari segi jenis/pendekatanya digolongan pada jenis
tafsir bil ra’yi.
7
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Quran, Cet.I, (Yogyakarya : Pustaka
Pelajar, 199.
5
kisah-kisah yang tercantum dalam Al-Quran kepada tokoh-tokoh Ahlul
kitab yang telah memeluk Islam, seperti Abdullah bin Salam, Ka’ab al-
Ahbar, dan lain-lain.
8
Rosihan Anwar, Ilmu Tafsir, Cet.III, ( Bandung : Pustaka Setia, 2005 ), h. 143.
6
disebut terakhir ini berpengaruh terhadap perkembangan tafsir Al-Quran.
Dalam menafsirkan Al-Quran, para ahli tafsir tidak lagi merasa cukup
dengan hanya mengutip atau tepatnya menghafal riwayat dari generasi
sahabat, tabi’in dan tabi’ al-tabi’in seperti yang diwarisinya selama ini,
akan tetapi telah mulai berorientasi pada penafsiran Al-Quran yang
didasarkan pada pendekatan ilmu-ilmu bahasa pada khususnya dan
penalaran-penalatan ilmiah yang lain pada umumnya.9 Maka pada saat ini
berkembanglah apa yang disebut dengan tafsir bil ra’yi atau tafsir bi al-
dirayah. Penulis tafsir jenis ini antara lain :
7
yang istimewa, seperti tinggi ilmu pengetahuannya atau orang lain yang
awam. Dalam menafsirkan ayat-ayat Al Qur'an mufassir menggunakan
hadist Nabi, atsar salaf shalih, kejadian sejarah, kisah-kisah yang
termaktub di dalam Al Qur'an dan juga menyebutkan sebab-sebab
diturunkan ayat jika ada. Tujuan asasi penafsiran dengan metode ini adalah
menggunakan bahasa yang dipergunakan oleh jumhur untuk mendekatkan
makna supaya dapat dipahami pembaca.11
Dengan demikian langkah-langkah yang ditempuh oleh para
mufassir yang tergolong dalam metode ini antara lain :
1. Menentukan ayat Al-Quran yang akan ditafsirkan menurut
urutannya dalam mushaf atau menurut urutan turunnya.
2. Menjelaskan makna mufradat (kosa kata) dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami.
3. Menjelaskan makna ayat-ayat tersebut berdasarkan kaidah- kaidah
bahasa arab, seperti menjelaskan hukum dhamir dan susunan
kalimatnya.
4. Kadangkala juga menjelaskan asbabun nuzulnya dan
munasabahnya.
5. Dalam penafsirannya dijelaskan dengan hadis, atsar para sahabat
dan orang-orang shaleh terdahulu atau pendapat penafsir sendiri.
E. Analisis Kelebihan Dan Kekurangan
Suatu metode yang dilahirkan seorang manusia, selalu saja
memliki kelemahan dan keistimewaan. Demikian halnya juga dengan
metode tafsir ijmali ini. Namun perlu disadari keistimewaan dan
kelemahan yang dimaksud disini bukanlah suatu hal yang negatif, akan
tetapi rujukan dalam ciri-ciri metode yang lain. Metode ijmali, sebagai
salah satu metode penafsiran Alqur'an memiliki beberaa kelebihan yang
tidak dimiliki oleh tafsir-tafsir lainnya, diantara kelebihan ini adalah:
1. Jelas dan Mudah di pahami
11
Ummi Kalsum dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam
Mitra Penafsiran Al-Qur’an, Jurnal Ilmu Ushulluddin, Vol. 2 No. 2, (November 2022), hal. 228-
229.
8
Sesuai dengan sebutannya, tafsir ijmali ini merupakan penafsiran
yang dalam menafsirkan suatu ayat tidak terbelit-belit, ringkas, jelas
dan mudah dipahami oleh pembacanya. Selain itu juga pesan-pesan
yang terkandung dalam tafsir ini, sangat mudah ditangkap oleh
pembaca.
2. Bebas dari penafsiran Israiliyat
Peluang masuknya penafsiran Israiliyat dalam metode penafsiran
ini dapatdihindarkan, bahkan dapat dikatakan sangat jarang sekali
ditemukan. Hal ini disebabkan uraiannya yang singkat hanya
mengemukakan tafsir dari kata-kata dalam suatu ayat dengan ringkas
dan padat.
3. Akrab dengan bahasa Alquran
Uraiannya yang singkat dan padat mengakibatkan tidak
dijumpainya penafsiran ayat-ayat Alquran yang keluar dari kosa
kata ayat tersebut. Metode ini lebih mengedepankan makna
sinonim dari kata-kata yang bersangkutan, sehingga bagi
pembacanya merasa dirinya sedang membaca Alquran dan bukan
membaca suatu tafsir.12
9
Metode tafsir ini tidak menyediakan ruangan untuk memberikan
uraian atau pembahasan yang mendalam dan memuaskan pembacanya
berkenaan dengan pemahaman suatu ayat. Ini boleh disebut suatu
kelemahan yang harus disadari para mufassir yang akan menggunakan
metode ijmali ini. Akan tetapi, kelemahan yang dimaksud di sini
tidaklah bersifat negatif melainkan hanyalah merupakan karakteristik
atau ciri-ciri metode penafsiran ini.
10
6. Al-Tafsir al-Muyassar karya Syaikh Abd al-jalil Isa.
7. Al-Tafsir al-Mukhtashar, produk Majelis Tinggi Urusan Umat Islam,
karya suatu komite ulama.15
G. Contoh Penafsiran Ijmali
15
Ahmad Syukri Saleh, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer Dalam Pandangan
Fazlur Rahman, (Jakarta: Sulthan Thaha Press, 2007), hal. 48.
11
Dan juga ada yang berpendapat lain bahwa huruf-huruf muqattha’ah ini
diambil dari dari Asma Allah kesemuanya. Huruf aliif dari Allah, huruf
laam dari Asma Allah Latif, dan huruf miim diambil dari Asma Allah
Majiid.16
12
dari kesemuanya. Pertama, hudaa adalah petunjuk yang didapat oleh para
Rasul beserta para pengikut mereka. Kedua, ada yang menafsirkan hudaa
disini adalah salah satu nama sungai, karena sungai merupakan suatu
tempat yang sangat dibutuhkan manusia dalam kehidupan sehari-harinya,
sebagaimana juga hidayah/petunjuk sangat dibutuhkan manusia untuk
menemukan kebahagian hidup.Kemudian imam memaparkan makna
taqwa menurut beberapa ulama, diantaranya ada yang menafsirkan taqwa
adalah kebaikan, juga ada yang menafsirkan taqwa disini dengan sedikit
cakap. Karena kata taqwa asalnya adalah sedikit cakap. Serta berbagai
permasalahan lainnya yang diutarakan imam Qurthubiy dalam
menafsirkan ayat pertama surat al Baqarah ini.17
Kesimpulan
Metode tafsir ijmali berarti cara sistematis untuk menjelaskan atau
menerangkan makna-makna Al-Quran baik dari aspek hukumnya dan
hikmahnya dengan pembahasan yang bersifat umum (global), ringkas,
tanpa uraian yang panjang lebar dan tidak secara rinci tapi mencakup
sehingga mudah dipahami oleh semua orang mulai dari orang yang
berpengetahuan rendah sampai orang-orang yang berpengetahuan tinggi.
17
Ahmad Syukri Saleh, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer Dalam Pandangan
Fazlur Rahman,…….hal. 53.
18
Ahmad Syukri Saleh, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer Dalam Pandangan
Fazlur Rahman,……hal. 55.
13
Semua jenis, metode dan corak tafsirAl-Quran memiliki kelebihan
dan kekurangan. Maka, metode tafsir Ijmali pasti juga memiliki kelebihan
dan kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
14
Anwar, Rosihan. 2005. Ilmu Tafsir, Cet.III, Bandung : Pustaka Setia.
Jurnal, Hujair AH. Sanaky, Dosen tetap faultas Tarbiyah UIN Yogyakarta Vol II.
No. 3.
Kalsum, Ummi dkk. Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak
dalam Mitra Penafsiran Al-Qur’an. Jurnal Ilmu Ushulluddin. Vol. 2 No.
2. (2022).
Bisri, Adib dan Munawir AF. 1999. Al Bisri kamus Arab Indonesia. Surabaya:
Pustaka Progresif.
Hendriadi. Tafsir Al-Qur’an: Kajian Singkat atas Metode Tafsir Ijmali. Jurnal.
Vol. 11 No.1 (2022).
15