1574-Article Text-5437-1-10-20200119

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Volume 19, Nomor 1, November 2019, pp 35-48.

Copyright © 2019 Jurnal


Manajemen Maranatha, Program Studi S-1 Manajemen, Fakultas Ekonomi,
Universitas Kristen Maranatha. ISSN 1411-9293 | e-ISSN 2579-4094.
https://journal.maranatha.edu/index.php/jmm

Implementasi Model Timmons dalam pembinaan startup berbasis teknologi


pada inkubator bisnis

Cut Irna Setiawati*


Administrasi Bisnis, Universitas Telkom
Jl. Telekomunikasi 1. Bandung. 40257. Indonesia
[email protected]

Putri Meuthia Pratiwi


Administrasi Bisnis, Universitas Telkom
Jl. Telekomunikasi 1. Bandung. 40257. Indonesia
[email protected]

*Penulis Korespondensi

Submitted: May 15, 2019; Reviewed: May 28, 2019; Accepted: Nov 5, 2019

Abstract: In 2013 Indonesia has developed Bandung Techno Park (BTP) as the business incubator
and develop Startup Corner (SC) program. SC has four main phrases, such as Registration, Selection
through Presentation, Pre Incubation, and Implementing Incubation Process. However, SC has not
been maximized in identifying aspects of opportunities, teams and resources. The purpose of this
research is to know the role of SC in developing in relation with opportunity, team, and resources
aspects. This research used descriptive qualitative method, with Timmons Model approach. The
sample of this research is SC members and BTP supervisor by using structural interview with
informans. As the results, the role of SC on the dimension of idea has played for product development,
business model, and selling price. Market demand dimension is directing customer translation so that
can assist in reaching customer opportunity and expanding market reach. Furthermore the role of SC
in developing startup of team aspect based on leader dimension and team quality. The SC through
training program has purposed to shape the entrepreneurial character during Pre Incubation
activities. In creating the quality of the team submitted by setting an advisable work discipline in
accordance with the BTP working hours other than that Startup Corner helps in disseminating
recruitment information for startup requiring members. The role of SC in developing startup from the
aspect of resources has provided physical facilities, then assistance to make the legality of a business
entity, patent but there is no funding for the sustainability of a startup, then diverted in incubation or
other programs. SC arranges all the sections for startup participants and has a good results but the
final maitenance would take effort from the startups itself, because BTP only supports them and
building the business model in techonology in short time.

Keywords: opportunity; resource; startup corner; team

Abstrak: Pada 2013 Indonesia telah mengembangkan Bandung Techno Park (BTP) sebagai inkubator
bisnis dan mengembangkan program StartupCorner (SC). SC memiliki empat frase utama, seperti
Pendaftaran, Seleksi melalui Presentasi, Pra Inkubasi, dan proses Inkubasi. Namun, SC belum pernah
dianalisis dari aspek peluang, tim, dan sumber daya secara startup yang dihasilkan kurang maksimal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran SC dalam mengembangkan peluang, tim,
dan aspek sumber daya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan pendekatan
DOI: https://doi.org/10.28932/jmm.v19i1.1574 35
Jurnal Manajemen Maranatha ■ Vol. 19 Nomor 1, November (2019)

teori Model Timmons. Sampel dalam penelitian ini adalah 5 peserta SC dan supervisor BTP. Sebagai
hasilnya, peran dimensi telah bertujuan untuk pengembangan produk, model bisnis, dan harga jual.
Dimensi pasar permintaan adalah mengarahkan menerjemahkan apa yang diinginkan pelanggan
sehingga dapat membantu dalam mencapai peluang pelanggan dan memperluas jangkauan pasar.
Selanjutnya, peran SC dalam mengembangkan tim startup didasarkan pada dimensi pemimpin dan
kualitas tim. SC melalui program pelatihan bertujuan untuk membentuk karakter kewirausahaan
selama kegiatan Pra Inkubasi. BTP merekomendasikan jam kerja kepada semua anggota SC agar dapat
membantu dalam menyebarkan informasi rekrutasi yang bermanfaat bagi startup. Peran berdasarkan
pengembangan sumber daya terlihat pada tersedianya fasilitas fisik, kemudian bantuan untuk membuat
legalitas entitas bisnis, paten tetapi tidak ada dana untuk keberlanjutan startup, kemudian dikonversi
menjadi inkubasi atau program lain. SC mengatur semua bagian untuk startup dan memiliki hasil yang
baik namun untuk menjadi keberlangsungan hidup startup diserakan kepada mereka masing-masing,
karena BTP hanya mendukung dan membantu membangun model bisnis dalam teknologi bagi dalam
waktu singkat.

Kata kunci: peluang; startup corner; sumber daya; tim

1 PENDAHULUAN

Teknologi memiliki kapasitas untuk menjaga agar biaya operasional rendah dan sebagai inovasi dalam
memperbaharui teknologi yang dibutuhkan (Wei, Zhu, Deng, & Yu, 2014:35).Inovasi tidak selalu
identik mengenai Research and Development (R&D) tetapi pengetahuan, kebutuhan, dan keinginan
pasar (Bessant & Tidd, 2007:90). Keberlangsungan kewirausahaan didukung dengan perkembangan
teknologi (Brem & Borchardt, 2014:17).
Menurut Shane & Venkataraman (2003); dalam Siyanbola (2011:62), ikatan antara kewirausahaan
dan teknologi yang memahami suatu proses bisnis dan mengenal peluang dan inovasi teknologi
disebut Technology Entrepreneurship atau Technopreneurship yang bertujuan untuk menciptakan
sebuah nilai ketidakpastian dan risiko yang akan timbul pada teknologi (Brem, 2008; dalam Brem &
Borchardt, 2014:19).
Pada era 2000 Technopreneurship mulai tumbuh kembali, hal ini didorong dari kawasan ekosistem
inovasi dan infrastruktur teknologi yang semakin maju terbukti dengan pengguna internet di Indonesia
(Arjanti & Mosal, 2012:61). Pengguna internet di Indonesia berada pada peringkat ketiga dengan
jumlah 133.700.000 dan penetrasi hingga mencapai 51,4%.
Di Amerika salah satu motivasi mendirikan bisnis yakni hadirnya kawasan Silicon Valley. Silicon
Valley adalah nama untuk sebuah daerah yang berada di Selatan San Fransisco, California Utara
(Hasbullah, 2015:12). Silicon Valley terbentuk pada tahun 1950. Di kawasan tersebut ratusan
perusahaan bergerak di bidang teknologi dengan terobosan terbaru sehingga menjadi rumah
perusahaan teknologi informasi raksasa dunia dengan budaya kerja yang desentralisasi.
Menurut Ries (2011:33) “A startup is a human institution designed to create a new product or
service under conditions of extreme uncertainty”. Menurut Milstein (2014); dalam Saputra (2015:4)
risiko yang dihadapi bagi startup yakni risiko teknikal, risiko customer, dan risiko model bisnis. Oleh
sebab itu, banyak perusahaan teknologi informasi dan startup bergabung di Silicon Valley untuk
mengurangi risiko, membantu dalam mengarahkan bisnis yang sedang dijalankan, kesempatan
kerjasama terbuka, serta mendapatkan informasi teknologi dan tren terbaru. Oleh karena itu, di dalam
kawasan Science and Technology Park terdapat pusat inovasi yaitu inkubator (Philllimore & Joseph,
2003 dalam Isabelle, 2014:69).
Inkubator merupakan program durasi tertentu untuk membantu mengidentifikasi lebih lanjut ide
startup, memberikan dukungan mentor, dan penyediaan fasilitas (Phillimore, 2013:227). Program
inkubator sangat cocok untuk membangun peluang agar dapat mempertajam ide dan model bisnis
sebelum dipresentasikan depan investor. Seperti, inkubator yang unggul adalah Y Combinator,
program yang didirikan pada tahun 2005 dan telah berhasil mendanai 500 perusahaan termasuk
Dropbox, Airbnb, dan Stripe. Program ini dilaksanakan selama 3 bulan dan umpan balik dari startup

36
Jurnal Manajemen Maranatha ■ Vol. 19 Nomor 1, November (2019)

yang bergabung di Y Combinator yaitu mengambil 6% dari ekuitas perusahaan (Berkowski, 2016:
203).
Pada tahun 2013 Indonesia telah mengembangkan Science Techno Park di antaranya Batam
Techno Park dan Palembang Techno Park (sedang dalam tahap pengembangan). Perbedaan yang
diinisiasi terbentuknya Science Techno Park di Indonesia di antaranya Batam Techno Park dan Solo
Techno Park diinisiasi oleh pemerintah daerah, sedangkan Cikarang Techno Park oleh pelaku bisnis
(Aditya, 2016:19). Pada tanggal 19 Januari 2010 Bandung Techno Park diresmikan oleh Menteri
Perindustrian. Bandung Techno Park diinisiasi oleh universitas dan pemerintah yang bergerak di
bidang teknologi informasi dan komunikasi (Soenarso, Nugraha, & Listyaningrum, 2013:39) untuk
menciptakan sinergitas antara universitas, pemerintah, dan industri.
Selain itu, Bandung Techno Park (BTP) hadir untuk mendukung program pemerintah yaitu
Pembangunan 100 Science Technlogy Park (STP) di Indonesia yang tertuang dalam Nawa Cita
Presiden Jokowi dan di dalam RPJMN 2014-2019 (Adhitama, 2015:26). Saat ini, BTP dijadikan role
model STP di Indonesia oleh Menristekdikti pada tanggal 23 Januari 2015. Dalam bagian BTP
terdapat inkubator bisnis yaitu StartupCorner (www.bandungtechnopark.com, 2016).
StartupCorneryang dibawahi oleh Technology Business Inkubation diharapkan mampu
mewujudkan visi dan misi dari BTP. Fasilitas yang disediakan oleh StartupCorner untuk menunjang
kinerja startup yaitu ruang kerja, kantin yang sehat, bersih dan halal, 3D printing sebagai pendukung
pembuatan prototyping, fasilitas olahraga, serta peluang untuk pendanaan dari berbagai sumber salah
satu dari Indigo.
Program StartupCorner harus memiliki tahapan untuk bergabung dimulai dari registrasi, seleksi
melalui presentasi produk, dan tim. Kemudian pra inkubasi, tujuan diadakan pra inkubasi untuk
mengenal lingkungan kawasan BTP. Selanjutnya melaksanakan inkubasi yang nanti akan dilakukan
soft launching artinya produk atau startup telah siap untuk dipasarkan dan nantinya pihak pengelola
akan membantu untuk menghubungkan dengan relasi sesuai produk atau bisnis yang ditawarkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Lilies, Manajer Sumber Daya Manusia BTP bahwa saat ini
per November 2016 tercatat 14 Startup yang bergabung yaitu Idsys, Narutindo, Sociocaster, Smash,
Kemas Aja, Ikatali, Pasar Laut.com, Modegi, Bdg Techno Energi, Bdg Techno Industri, Bumbo,
Sebuku, Orent, RadoCare, dan Semogaberkah. Fokus dari StartupCorner memberikan edukasi bagi
pemula mengembangkan startup berbasis teknologi.
Menurut Eko Rahayu sebagai informan peneliti (2016) pada tahap pembekalan yang dilakukan oleh
StartupCorner terhadap pengembangan tim diimplementasikan dengan mengadakan mentoring.
StartupCorner telah mengadakan pelatihan pembentukan karakter kewirausahaan tetapi diadakan pada
saat pra inkubasi. Pelatihan pembentukan karakter kewirusahaan diharapkan berkelanjutan tidak hanya
diadakan saat Pra Inkubasi. Fasilitas yang diberikan sesuai pendanaan StartupCorner berdasarkan
alokasi dana BTP untuk inkubator tersebut. Sehingga keberlangsungan StartupCorner dalam jangka
pendek tidak dapat memperkuat startup secara teknis. Sehingga, tidak terdapat pendanaan untuk setiap
startup yang telah lolos seleksi. Dana yang diberikan berupa penunjang mengikuti kegiatan di luar dari
StartupCorner misal kompetisi atau kegiatan akselerator, dana tersebut diberikan untuk biaya skala
kecil misal biaya server dan domain.
Dari segi legalitas StartupCorner tidak tersedia sehingga startup yang bergabung membentuk
legalitas pihak Startup Corner berusaha membantu pencarian notaris. Oleh karena itu, StartupCorner
belum mampu mengikuti kesuksesan Y Combinator. Sebab, sampai saat ini hanya 14 startup yang
bergabung. Lima di antaranya telah mendapatkan pendanaan lebih dari Indigo atau lembaga lainnya.
StartupCorner belum maksimal dalam mengidentifikasi aspek peluang, tim, dan sumber daya.
Sejatinya, inkubator menyediakan coworking space, pelayanan konsultasi, akses internet, fasilitas data
centre, pendanaan, dan kesempatan membangun jaringan dengan inkubator atau lembaga lain (Wei,
Zhu, Deng, & Yu, 2014: 40). Padahal menurut Model Timmons dalam sebuah usaha atau bisnis harus
mampu menyeimbangkan aspek peluang, tim, dan sumber daya.
Namun, belum ada analisis terhadap StartupCorner dengan pendekatan Model Timmons. Hal
tersebut seharusnya dapat dilakukan oleh pihak StartupCorner untuk membantu startup dalam
menyeimbangan aspek peluang, tim, dan sumber daya. Apalagi proses kewirausahaan memiliki sifat
yang dinamis.
Penelitian ini memiliki rumusan masalah terkait bagaimanakah peran Startup Corner dalam
mengembangkan startup dari aspek peluang, tim, dan sumber daya. Dengan tujuan penelitiannya
37
Jurnal Manajemen Maranatha ■ Vol. 19 Nomor 1, November (2019)

adalah mengidentifikasi aspek peluang, tim, dan sumber daya StartupCorner dengan pendekatan
Model Timmons.
Technology Entrepreneurship atau Technopreneurship mempertimbangkan ikatan antara
kewirausahaan dan teknologi (Shane & Venkataraman, 2003; dalam Zupic, 2014:1)
Technopreneurship merupakan kewirusahaan berbasis teknologi yang tidak lepas dari komersialisasi
dan inovasi teknologi. Pendekatan Technopreneurship dalam manajemen dapat meningkatkan
peluang, komersialisasi, mengelola percepatan pertumbuhan perusahaan, mengelola risiko yang
terjadi, kemampuan pengambilan keputusan, dan mengumpulkan sumber daya baik(Brem &
Borchardt, 2014:19).
Teori yang dipaparkan Ries (2011:33) “A startup is a human institution designed to create a new
product or service under conditions of extreme uncertainty” Didefinisikan bahwa startup ialah
individu, perorangan, atau perusahaan. Untuk menciptakan produk atau jasa yang baru dalam
menghadapi ketidakpastian yang tinggi sangat dibutuhkan manajemen yang terbarukan. Startup pada
hakikatnya dinamis dan inovatif. Menurut Rhonda (2012:3); dalam Sitepu (2016:92) startup bisnis
merupakan istilah dari bisnis yang baru yang memiliki peluang untuk tumbuh dan berkembang.
Inkubator memahami dinamika bisnis dan kebutuhan yang dihadapi perusahaan teknologi.
Inkubator menyediakan ruang kantor gratis, pelayanan konsultasi, akses internet, fasilitas data centre,
pendanaan, dan kesempatan membangun jaringan dengan inkubator atau lembaga lain (Thérin,
2014:28). Inkubator sebagai program pelatihan dan pembinaan kewirusahaan dengan periode tertentu
bertujuan untuk membantu mengidentifikasi lebih lanjut ide startup, memberikan dukungan mentor,
dan penyediaan fasilitas (Hisrich, 2008:24). Program inkubator sangat cocok untuk membangun
peluang agar dapat mempertajam ide dan model bisnis sebelum dipresentasikan di depan investor
(Mason & Strak, 2004:230). Inkubator berfokus pada pengembangan usaha baru, sementara Science
and Technology Park bertujuan dalam konsentrasi membangun bisnis atau industri di suatu kawasan
(Isabelle, 2014:71) Secara umum peran inkubator mendukung perusahaan baru yang berbasis
teknologi (Pauwels & Charlotte, 2016:44)
Secara terminologi, pusat inovasi ialah inkubator yang dekat dengan universitas, kemungkinan
berlokasi di dalam Science and Technology Park (Philllimore & Joseph, 2003; dalam Isabelle,
2014:69). Sebagai contoh, inkubator yang unggul adalah Y Combinator program didirikan pada tahun
2005 yang merupakan bagian dari Science and Technology Park yaitu Silicon Valley (Rahman,
2012:7). Menurut Bergek & Norrman (2008); dalam Saputra (2015:7-8) ada tiga fase inkubator yaitu
fase pertama Rintisan, sebuah inkubator memiliki persyaratan yang tidak ketat, inkubator ini masih
baru. Fase Kedua Pengembangan Bisnis, fokus utama pengembangan kewirausahaan oleh karena itu
seleksi cukup ketat jika ingin bergabung (Zeng, Bu, & Su, 2011:212). Fase terakhir Matang, keadaan
inkubator telah stabil, permintaan untuk bergabung sangat tinggi sehingga perlu meningkatkan layanan
untuk dapat ekspansi.
Menurut Timmons & Spinelli (2008:41) proses kewirausahaan tidak hanya digunakan sebagai teori
untuk mempertajam khazanah keilmuan kewirausahaan, namun perlu kombinasi dari praktik sehingga
adanya keseimbangan yang terintegrasi dengan perubahan dan tantangan yang dihadapi. Proses
kewirausahaan didukung berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi kesuksesan bagi usaha pemula
menjadi usaha yang potensial. Faktor tersebut yaitu ragam bisnis, wirausahawan, geografi, dan
teknologi. Adapun faktor pendukung lainnya, yakni semangat meraih peluang bisnis, digerakkan oleh
wirausahawan, dan tim yang terkemuka, hemat dan kreatif mengelola sumber daya, sadar terhadap
kesesuaian dan keseimbangan, dan terintegrasi dan holistik. Dibutuhkan peran seorang wirausahawan
dan tim untuk menyeimbangankan faktor pendorong yang mendasari kesukesesan bagi usaha yang
terdiri dari peluang usaha, strategi, jaringan, tim, dan rencana bisnis. Sehingga muncul bagan
Timmons untuk menentukan bentuk dan ukuran dalam peluang, tim, dan sumber daya (Timmons &
Spinelli, 2008:42).

38
Jurnal Manajemen Maranatha ■ Vol. 19 Nomor 1, November (2019)

Gambar 1. Bagan timmons dalam proses kewirausahaan


Sumber: Timmons & Spinelli (2008:42)

Keberadaan bagan Timmons berawal dari sebuah penelitian disertasi doktoral di Harvard Business
School tentang perusahaan baru dan perusahaan sedang berkembang (Timmons & Spinelli, 2008:49).
Proses kewirausahaan memiliki sifat dinamis. Peluang terjadi karena ketidakpastian lingkungan. Maka
rencana bisnis dibutuhkan sebagai alat komunikasi dari ketiga faktor yaitu peluang, tim, dan sumber
daya (Timmons & Spinelli 2008: 41).

2 METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif menguraikan secara detail hasil
analisis data dari berbagai sumber penelitian terhadap gambaran individu dan fenomena. Menurut
Ghony & Almanshur (2012:89) informan adalah seorang yang terlibat dalam penelitian kita. Informan
berfungsi sebagai orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi sesuai dengan kondisi dan
situasi dari penelitian, serta membantu agar informasi cepat didapatkan, teliti dalam menganalisis
(Indrawan & Yaniawati, 2014:37). Selain itu, menurut Sugiyono (2015:147), kriteria sebagai informan
yaitu orang yang memahami dan mendalami proses obyek penelitian, orang yang masih terlibat dalam
kegiatan yang diteliti, orang yang memiliki waktu untuk memberikan informasi pada peneliti, orang
yang tidak cenderung menyampaikan informasi dari hasil sendiri, dan orang yang tidak memiliki
keterlibatan terhadap peneliti.
Informan didapatkan berdasarkan persetujuan yang bersangkutan dan kriteria dari peneliti (Ghony
& Almanshur, 2012:147). Maka peneliti memilih informan yakni Bapak Iwan Iwut Tritoasmoro selaku
Ketua Pengelola StartupCorner, Bapak Eko Rahayu, selaku Pengelola StartupCorner, dan lima
founder dari lima startup (PT Aruna Jaya Nusantara, Modegi, Sociocaster, RadoCare, dan Smash)
yang direkomendasikan oleh pengelola StartupCorner sebab lima startup tersebut mendapatkan
pendanaan di luar dari StartupCorner karena kelima founderstartup yang bergabung dan mengikuti
program Startup Corner. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan triangulasi, yang berarti
teknik pengumpulan data dengan menggabungkan sumber dan data yang telah ada. Triangulasi teknik
diartikan teknik pengumpulan berbeda data berdasarkan sumber dan data yang sama (Sugiyono,
2015:242). Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi
untuk sumber data yang sama secara bersama. Semua diwawancara sampai memperoleh penjelasan
yang jenuh dan mengarah pada jawaban yang sama.
Berikut adalah pokok-pokok telaah dalam penelitian kualitatif ini, seperti pada tabel berikut.

39
Jurnal Manajemen Maranatha ■ Vol. 19 Nomor 1, November (2019)

Tabel 1. Pokok-pokok telaahan


Konsep Deskripsi
Ide: Sarana bagi seorang kewirausahaan di mana proses untuk mengubah
Peluang kreativitas dalam menghadapi peluang.
Permintaan Pasar: Tolak ukur utama dalam menilai sebuah peluang.
Pemimpin: Seorang yang menentukan derap kerja dan iklim kerja dalam tim.
Tim Kualitas Tim: Tim yang memiliki semangat berhasil, tekun dan ulet, kreatif
dan mampu menghadapi ketidakpastian, risiko, dan perubahan.
Aset: Aset fisik seperti pabrik, infrastruktur, bangunan, dan perlengkapan.
Sumber Daya Manusia Orang Lain: Sumber Daya Manusia yang mendukung
Sumber Daya perkembangan bisnis dan mengontrol sumber daya. Dikarenakan kekurangan
tenaga kerja, dana, dan perlengkapan.
Sumber: Timmons & Spinelli (2008)

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2015:368). Menurut Miles & Huberman
dalam Sugiyono (2015:369) analisis data kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung
dan setelah selesai pengumpulan dalam penelitian periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti
sudah melakukan analisis apabila belum merasa memuaskan maka peneliti melanjutkan pertanyaan
sampai diperoleh data yang kredibel.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Konsep peluang


Terdapat jalur eksternal untuk calon startup, diharapkan output-nya menjadi perusahaan berbasis
teknologi dan perusahaan dengan proses seleksi StartupCorner yakni pra inkubasi dan inkubasi.
Seleksi yang dilakukan berdasarkan tiga kriteria yaitu pertama, ide, kreativitas, dan gagasan yang
dapat diukur dengan potensi. Kedua, tim yang kompak, serta ketiga, pemilihan teknologi sudah tepat
bahkan sudah memiliki prototipe produk sehingga ketiga kriteria tersebut diterima. Sesuatu yang
dikatakan sebagai peluang belum tentu memiliki ide yang baik. Seorang wirausahawan harus mampu
memutuskan sebuah ide yang layak yang dapat menyelesaikan suatu masalah (Timmons & Spinelli,
2008:42).
Peluang bisa tercipta dari ide dan permintaan pasar. Ide adalah sarana bagi wirausahawan dalam
proses untuk mengubah kreativitas dalam menghadapi peluang. Penerapan StartupCorner dalam
mempertajam ide startup yang dijalankan oleh kelima startup yakni Radocare, Sociocaster, PT Aruna
Jaya Nusantara, Modegi, dan Smash melalui sebuah pengembangan model bisnis, pengembangan
produk, pelatihan business development, dan keilmuan tentang startup yang disesuaikan dari
kebutuhan tiap startup yang terlibat. Permintaan pasar adalah tolak ukur utama dalam menilai sebuah
peluang. Dalam memahami potensi pasar maka pengelola StartupCorner membantu para startup
dalam menerjemahkan permintaan pasar, memberikan pengarahan proses bisnis yang
diimplementasikan dalam sebuah kajian teori terkait business development, selain itu mengarahkan
startup dalam memahami kebutuhan pelanggan atau umpan balik dari pelanggan.
Sebagaimana dari pernyataan di atas, Radocare mendapatkan pelatihan dalam mempertajam ide
dari produk at bisnis yang dijalankan. Startup ini terbentuk dari hasil bimbingan tugas akhir yang
dibimbing oleh Bapak Bambang dan diarahkan oleh BTP untuk mengkomersialisasikan produk
Radocare melalui pembentukan startup. Kendati demikian, terdapat peluang terbentuknya produk
Radocare yaitu satu-satunya produk di Asia dengan fungsi untuk membantu dokter gigi dalam
mengidentifikasi penyakit gigi. Produk Radocare dapat digunakan tanpa power supply, tujuannya
untuk menjangkau beberapa daerah di Indonesia yang masih terpencil yang belum memiliki fasilitas
medis dan sumber daya listrik yang memadai. Maka produk tersebut dipadukan dengan penggunaan
baterai sehingga dokter gigi yang berada di daerah pedalaman dapat menggunakan produk tersebut.
40
Jurnal Manajemen Maranatha ■ Vol. 19 Nomor 1, November (2019)

Demi keberlanjutan Radocare maka StartupCorner turut andil dalam perancangan aplikasi dan
hardware-nya. Startup corner membina Radocare pengembangan model dan proses bisnis yang telah
memiliki kebutuhan pasar dan segmentasi yang jelas. Alhasil, Radocare telah memiliki lima calon
pembeli dengan harga sekitar Rp 6.000.000 per produk dan garansi satu tahun. Namun belum
dipasarkan sebab masih tahap akhir pengembangan produk.
Sociocaster bergabung bersama StartupCorner yang sebelumnya mengembangkan sendiri bersama
tim, kemudian masuk ke StartupCorner sehubungan dengan program Kemerinstek Dikti. Namun
menurut Bapak Eko selaku Manager Operation StartupCorner bahwa Sociocaster tidak dari awal
berasal dari inkubator lain karena inkubator tersebut tidak memenuhi syarat program Inkubasi Bisnis
Teknologi/IBT (Kemenristek) akhirnya dialihkan ke StartupCorner untuk dibina. Peluang yang
terbentuk dari startup ini diperuntukkan bagi jenis bisnis atau Usaha Menengah Kecil (UKM),
memudahkan UKM dalam mengelola akun social media management mereka tanpa harus mengelola
satu per satu. Sociocaster mendapatkan pembinaan dari StartupCorner dalam hal menganalisis ide
hingga pengembangan produk. Sebagai contoh, Startup Corner memberikan arahan dalam melakukan
pendekatan terhadap pasar Indonesia sehingga penawaran harga kepada pelanggan yang mampu
menyesuaikan dengan permintaan pasar dan menciptakan pasar baru yakni pelanggan di Indonesia.
Tidak hanya itu, pengembangan model bisnis juga diterapkan atas saran dari StartupCorner yaitu
awal mula pembayaran aplikasi dibayarkan dimuka dengan mendapatkan seluruh fitur dan dapat
berlangganan secara penuh, lalu ditambahkan model bisnis yang baru yakni pelanggan dapat
membayar per bulan maka akan mendapatkan fitur yang lebih banyak dibandingkan sekali bayar.
Selain itu Sociocaster juga dipertemukan dengan bagian business service Telkom untuk pembinaaan
UKM.
Selama bergabung bersama StartupCorner PT Aruna Jaya Nusantara mendapatkan pelatihan dan
pembekalan terkait penerapan business development, model bisnis, serta networking yang
berkecimpung di pemerintahan sehingga jangkauan pasar semakin luas. PT Aruna Jaya Nusantara
melihat peluang dari potensi pasar yang luas, apalagi pasar di Indonesia terhadap pelelangan ikan
tercatat sekitar 58 triliun atau sekitar 6,4 billion USD total pendapatan per tahun. Tentunya masih
banyak pelelangan yang belum tercatat yang berpotensi bagi mafia-mafia pelelangan ikan. Di Asia
pasar pelelangan ikan sekitar 25 billion USD. Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia 9% dan sekitar
8,8% disumbangkan dari sektor perikanan, secara ekonomi sektor perikanan menjanjikan sehingga
mampu mengundang investor dikutip dari CEO PT Aruna Jaya Nusantara.
Awal masuk PT Aruna Jaya Nusantara di StartupCorner mengikuti perlombaan yang bernama
KlikStart yang dicetus oleh StartupCorner itu sendiri. Atas kemenangan perlombaan tersebut akhirnya
Bapak Iwan Iwut mengajak PT Aruna Jaya Nusantara untuk mengikuti program inkubasi BTP atau
disebut dengan StartupCorner. Karena PT Aruna Jaya Nusantara tetap berkelanjutan maka PT Aruna
Jaya Nusantara mengikuti co-inkubasi untuk mendapatkan pendanaan lebih namun sebelum
pendaftaran di Indigo, PT Aruna Jaya Nusantara diberikan pelatihan untuk mempertajam ide dalam
penerapan model bisnis, market validation, dan customer validation. Selain itu, StartupCorner juga
mengarahkan PT Aruna Jaya Nusantara pada pendekatan customer segmentation ke pemerintah. Hal
serupa dialami oleh Modegi yang bergabung bersama StartupCorner dengan mencari program BTP
yang mulanya ingin mencetak prototipe. Lalu, mengikuti program StartupCorner melalui tahap
seleksi, pra inkubasi, hingga inkubasi. Pada proses pengembangan produk dengan memberikan
pelatihan terkait packagingdan pengembangan produk perangkat keras dan lunak, user Interface, serta
user experience sehingga para startup bergabung juga mendapatkan peluang untuk soft launching di
PT Telkom Indonesia. Produk Modegi dapat digunakan untuk penghematan listrik yang setiap hari
dikonsumsi. Tidak hanya rumah namun penggunaan produk Modegi dapat diimplementasikan untuk
kantor dengan mempermudah aktivasi lampu, serta pabrik untuk mengurangi emisi pabrik sebab biaya
listrik gudang.
Berbeda halnya dengan Smash yang tidak mendapatkan pembekalan terkait mempertajam ide
begitupun terhadap pengembangan produknya dikarenakan Smash terbentuk sudah lama sebelum
tercetusnya StartupCorner. Namun Smash lebih terlibat secara internal dengan memberikan saran
koneksi dan peluang permintaan pasar, salah satu contoh saat StartupCorner mempertemukan Smash
dengan pemerintah di Kabupaten Samosir untuk penerapan aplikasi My Smash, Smash mendapatkan
peluang dalam mewujudkan bank sampah dalam versi mobile. Meninjau dari jumlah sampah serta
persebaran bank sampah yang ada di Indonesia, kegiatan sosial yang melibatkan efisiensi sampah
41
Jurnal Manajemen Maranatha ■ Vol. 19 Nomor 1, November (2019)

sudah marak diadakan maka dari itu My Smash membuat invasi untuk mengintegrasikan bank sampah
ketitik terdekat user.
Sebelum mendapatkan pendanaan lebih oleh Indigo, Smash bergabung di StartupCorner, hal
tersebut karena CEO dari Smash sendiri merupakan pihak internal BTP. Tetapi secara ide dan personal
Smash mendapatkan informasi kegiatan-kegiatan dan peluang networking, salah satunya mengikuti
co-inkubasi bersama Indigo. Smash resmi bergabung di StartupCorner sejak 2016, ke depannya empat
orang tim Smash akan mengikuti program yang dilaksanakan oleh StartupCorner. Berdasarkan
Gambar 2 dapat dilihat jalur masuk startup yang bergabung.

Gambar 2. Jalur masuk startup yang bergabung


Sumber: Wawancara peneliti dengan lima startup

Berdasarkan konsep keberhasilan peluang untuk menghasilkan suatu startup andal dengan ide yang
brilian, maka tugas utama Startup Corner adalah memilih startup yang bergabung berdasarkan tiga
kriteria yakni ide dan gagasan, tim, dan teknologi dengan adanya potensi pasar. Sehingga konsep
peluang yang didapatkan pada startup yang bergabung yaitu dalam pengembangan produk, model
bisnis, penentuan harga, penerjemahan kebutuhan pelanggan maka akan mendapatkan peluang untuk
memperluas pasar dan koneksi bersama partnership.

3.2 Konsep tim


Tim merupakan aspek-aspek utama dari startup sudut pandang venture, kesalahan kerap terjadi bukan
hanya pada ide akan tetapi orang yang bergabung adalah orang yang tidak tepat. (Timmons & Spinelli,
2008:44). Diperlukan pemimpin yang mampu memimpin derap kerja dan iklim dalam tim (Timmons
& Spinelli, 2008:66-73).
Investor akan menilai dari kualitas sebuah tim di mana investor mencari startup yang penuh
semangat, enerjik, dan motivasi yang tinggi, mampu menghadapi ketidakpastian, risiko, dan
perubahan. Dari penjelasan di atas dapat digambarkan bahwa dimensi tim terbagi atas dua yaitu
pemimpin adalah seseorang yang menentukan derap kerja dan iklim dalam membangun karakteristik
kewirausahaan. Maka dalam penelitian ini peneliti mengambil gambaran melalui pembentukan
karakter kewirausahaan terhadap dimensi pemimpin.
Selanjutnya dimensi kualitas tim pada proses pembentukan atau perekrutan tim dan budaya kerja
yang diterapkan pada startup (Ramdhan, 2016:38). Umumnya StartupCorner memberikan pelatihan
saat pra inkubasi mengenai karakter kewirausahaan, meliputi leadership dan mentalitas seorang
wirausaha. Menurut Ries (2011:33) startup didirikan oleh individu, perorangan, ataupun perusahaan
untuk menciptakan produk atau jasa yang baru dalam menghadapi ketidakpastian yang tinggi.
Menurut Milstein (2014); dalam Saputra (2015:4) risiko yang dihadapi bagi startup yakni risiko
teknikal, risiko customer, dan risiko model bisnis. Saat ini peran StartupCorner dalam pembentukan
jiwa kepemimpinan didapatkan oleh startup yang bergabung melalui sebuah pelatihan agar dapat
memiliki karakteristik kewirausahaan dan menghadapi tantangan dalam berwirausaha. Startup Corner
secara insidental membantu perekrutan atau pembentukan tim namun jika startup membutuhkan
anggota akan dihubungkan dengan komunitas dan lembaga terkait. Peran StartupCorner dalam
menciptakan budaya kerja fleksibel kecuali untuk waktu kerja di ruang kerja atau coworking space
menyesuaikan dengan jam kerja dalam BTP sehingga mengajarkan para stratup untuk bekerja selama
8 jam. Namun kenyataannya sebagian memilih untuk bekerja di laboratorium atau di Bandung Digital
Valley.

42
Jurnal Manajemen Maranatha ■ Vol. 19 Nomor 1, November (2019)

Pada Radocare dimensi pertama yaitu pemimpin. Tim Radocare mengikuti pelatihan terkait
karakter kewirausahaan selama dua kali selama program inkubasi. Radocare menerapkan budaya
akademisi yaitu membimbing mahasiswa dalam pengembangan produk serta mengikuti instruksi dari
dosen. Pembentukan tim dan pembagian tugas dilakukan oleh tim dosen berdasarkan ide tugas akhir
dari mahasiswa bimbingan Bapak Bambang sehingga budaya kerja dilaksanakan berdasarkan
permintaan proyek. Selama inkubasi, budaya kerja tidak dirasakan oleh Radocare, ini dikarenakan
proses perakitan produk lebih cenderung dilakukan di laboratorium karena peralatan perakitan yang
lengkap dan akan menganggu startup yang lain. Sociocaster mengikuti pelatihan karakter
kewirausahaan termasuk aspek-aspek dalam bisnis tapi tidak terkait karakteristik kewirausahaan
karena materi tersebut kiranya telah didapatkan sebelum mengikuti program inkubator StartupCorner.
Dari kasus tersebut, StartupCorner turut membantu dalam perekrutan tim melalui career centre
development Universitas Telkom. Selain itu, budaya kerja yang diterapkan oleh Sociocaster tidak
formal tetapi tetap profesional dengan menyesuaikan suasana kerja di StartupCorner untuk lebih
displin. Meninjau dari pembagian tugas yang fleksibel, hal ini dikarenakan tim yang bergabung
bersama Sociocaster masih minim dengan pembagian tugas lebih mengarah pada aspek programming-
nya namun kurang di aspek pemasaran. PT Aruna Jaya Nusantara mendapatkan pelatihan
kewirausahaan terutama mentalitas kewirausahaan meskipun pendiri berlatar belakang dari Jurusan
Manajemen namun secara praktisi sangat berbeda dengan teori, sehingga para pendiri maish tetap aktif
mengikuti pelatihan yang disediakan oleh Startup Corner. Maka dari itu, StartupCorner memberikan
arah di pra inkubasi, sedangkan untuk pembentukan timnya dibentuk oleh PT Aruna Jaya Nusantara
dengan pembagian tugas cofounder Utari di bidang keuangan dan pemasaran, Daka di bidang
operasional dengan budaya kerja fleksibel tetapi mengikuti pola budaya kerja StartupCorner dengan
menerapkan kedisplinan. Atmosfir kerja pada Startup Corner hening atau pasif namun pembinaan,
pelatihan, dan monitoring masih tetap dijalankan oleh Startup Corner.
Sedangkan Modegi pertama kali bergabung di StartupCorner mendapatkan pelatihan dalam mental
kewirausahaan dan kepimpinan. Sehingga pembentukan tim dibentuk sendiri oleh Modegi sebab
persyaratan sebelum bergabung dan seleksi bersama StartupCorner terdiri dari tiga orang dengan
pembagian tugas yang berbeda namun dalam perekrutan StartupCorner membantu dalam koneksi
career centre di Universitas Telkom khususnya untuk karyawan magang dengan sumber daya manusia
yang terbatas menutupi ruang kerja apabila kerja kurang dari 24 jam.
Hanya Smash yang belum mendapatkan pelatihan kewirausahaan. CEO Smash sendiri
mendapatkan selama bekerja di BTP. Namun untuk pembentukan tim ataupun perekrutan serta budaya
kerja belum didapatkan oleh Smash, hal tersebut karena Smash terbentuk sebelum bergabung di
StartupCorner namun karena ada penawaran dari pihak BTP maka Smash bergabung di StartupCorner
dan mengikuti program Indigo. Saat ini Smash diminta untuk memberikan mentoring di
StartupCorner namun adanya kendala maka untuk saat ini Smash belum bisa bergabung. Dapat
disimpulkan bahwa dari pihak StartupCorner peran di aspek tim memberikan pelatihan kewirausahaan
dan pada kualitas tim yang terdiri dari pembentukan tim, diserahkan oleh startup yang bergabung.
Startup Corner juga membantu dalam penyebaran informasi perekrutan anggota dalam startup yang
bergabung dalam budaya kerja mengikuti jam operasional BTP. Dari sisi startup mendapatkan
pelatihan kewirausahaan, pembentukan tim, dan perekrutan yang fleksibel, budaya kerja belum
dirasakan penuh.

3.3 Konsep sumber daya


Menurut Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) dalam Utoyo
(2016:195) terdapat minimal enam fasilitas inkubasi bisnis yang harus disediakan. Pertama, physical
infrastructure merupakan tempat pengembangan usaha seperti ruang kerja, ruang rapat, internet, dan
fasilitas lainnya. Keberadaan infrastruktur menunjang para startup untuk membawa atmosfir kerja
yang profesional.
Kedua, management support dengan menyediakan kegiatan mentoring melalui mentor para startup
dapat belajar dalam mengelola bisnis. Ketiga, technical support berupa pelatihan khusus tentang
membangun produk sehingga produk dapat diterima oleh masyarakat. Keempat, access to finance
menyediakan ketersediaan modal untuk menjalankan usaha menjadi kendala utama dan atau
mempertemukan kepada pihak ketiga untuk memperoleh bantuan modal baik dari bank, angel

43
Jurnal Manajemen Maranatha ■ Vol. 19 Nomor 1, November (2019)

investor, dan lain-lain. Kelima, legal service memberikan bantuan berupa konsultasi pendaftaran
badan usaha dan Hak Kekayaan Intelektual.
Dilansir dari www.investopedia.com pada tanggal 16 Januari 2017 bahwa sumber daya terbagi atas
dua yakni sumber daya tangible terdiri dari mesin dan infrastruktur,serta sumber daya intangible yang
terdiri dari hak paten, copyrights, dan merek. Terkait sumberdaya, StartupCorner memberikan sumber
daya fisik yakni aset yang dimaksud ialah aset fisik dan StartupCorner telah menyediakan coworking
space, fasilitas olahraga, pantry, Mushola, 3D Printing, dan fasilitas lainnya yang disediakan oleh
BTP untuk menunjang atmosfir kerja bagi startup yang bergabung. Aset fisik tersebut telah didapatkan
bagi startup yang lolos inkubasi di StartupCorner termasuk lima startup yang telah mendapatkan
pendanaan lebih. Sumber daya intangible meliputi sumber daya manusia orang lain yang mendukung
perkembangan bisnis dan mengontrol sumber daya dikarenakan kekurangan tenaga kerja, dana, dan
perlengkapan. Sejauh ini, StartupCorner memberi peran untuk legalitas badan usaha, hak paten, dan
pemasaran bagi startup yang bergabung. Walaupun lima di antarannya telah memiliki legalitas badan
usaha, startup terdaftar sebagai badan usaha seperti PasarLaut.com menjadi PT Aruna Jaya Nusantara
dan Radocare yang telah mendapatkan Hak Paten.
Tiga di antaranya sedang dalam proses legalitas badan usaha yang dibantu oleh StartupCorner dan
Bandung Digital Valley (BDV). Menurut pengelola startupCorner, StratupCorner telah menyediakan
dalam membantu komersialisasi produk namun hal tersebut tidak didapatkan oleh kelima startup
tersebut. Keuntungan mendapatkan hak paten ialah perusahaan kecil dapat mengalahkan perusahaan
besar, sebab Hak Paten tidak memandang besar kecilnya suatu bisnis, dapat menggalang dana.Dari
aspek sumber daya, peran StartupCorner memberikan dari segi fasilitas fisik, membantu dalam
komersialisasi, legalitas badan usaha, HAKI, dan Hak Paten.
Namun untuk pendanaan StartupCorner tidak menyediakan karena pemasukan dari StartupCorner
disesuaikan dengan pemasukan dari BTP maka startup diarahkan mengikuti co-inkubasi atau program
akselerator seperti Indigo dan Kemenristek Dikti. Namun pada kasus Radocare, Tim Radocare
berasumsi bahwa dana yang didapatkan berasal dari StartupCorner setelah peneliti menelusuri lebih
lanjut. Menurut Bapak Iwan Iwut, Radocare mendapatkan pendanaan dari Yayasan Pendidikan
Telkom dan Kemenristek Dikti. Dapat disimpulkan sumber pendanaan bagi kelima startup tersebut
startup yang mendapatkan pendanaan dari Kemenristek yakni Radocare dan Sociocaster. Selain itu
Radocare juga mendapatkan pendanaan dari Yayasan Pendidikan Telkom adalah Radocare. Kemudian
yang telah mengikuti program co-inkubasi adalah PT Aruna Jaya Nusantara, Smash, dan Modegi. Dari
hasil analisis penelitian ini dapat dijabarkan melalui Tabel 2.

44
Jurnal Manajemen Maranatha ■ Vol. 19 Nomor 1, November (2019)

4 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan yang dapat diuraikan adalah peran StartupCorner dalam mengembangkan startup dari aspek
peluang, berdasarkan dimensi ide telah berperan dalam pengembangan produk dan model bisnis, harga
jual, kemudian dimensi kedua yaitu permintaan pasar peranan StartupCorner yaitu mengarahkan
dalam menerjemahkan pelanggan sehingga dapat membantu dalam mencapai peluang pelanggan dan
memperluas jangkauan pasar. Selanjutnya peran StartupCorner dalam mengembangkan startup dari
aspek tim berdasarkan dimensi pemimpin dan kualitas tim. StartupCorner telah berperan pada dimensi
pemimpin melalui sebuah pelatihan untuk membentuk karakter kewirausahaan saat kegiatan pra
inkubasi. Dalam menciptakan kualitas tim diserahkan kepadastartup yang bergabung namun budaya
kerja disarankan untuk bekerja displin sesuai dengan jam kerja BTP selain itu StartupCorner
membantu dalam menyebarkan informasi perekrutan bagi startup yang membutuhkan anggota. Dan
peran StartupCorner dalam mengembangkan startup dari aspek sumber daya, StartupCorner telah
memberikan fasilitas fisik, kemudian bantuan untuk membuat legalitas badan usaha, hak paten namun
tidak ada bantuan dana untuk keberlanjutan suatu startup.
Saran yang dapat diajukan kepada StartupCorner terkait penelitian ini, yaitu ke depannya
diharapkan startup yang bergabung dapat mengikuti pelatihan dengan berkolaborasi salah satu wadah
startup dibawah naungan Telkom Group yaitu Amoeba sebagai wadah pertajam ide dan
menerjemahkan permintaan pasar dan pelanggan secara luas.
Pada konsep tim diharapkan tidak hanya di pra inkubasi tetapi selama inkubasi startup diberikan
pembekalan sesuai yang dihadapi dengan mengadakan sharing session ataupun pendampingan mentor
dari pihak eksternal. Hal tersebut dikarenakan pemecahan masalah dari pihak eksternal beragam
sehingga dapat dijadikan pembelajaran dan berbagi pengalaman. Terbukti hingga saat ini startup yang
mendapatkan pendanaan lebih hanya terdapat lima startup.
Menurut Inamato; dalam Utoyo (2016:183) pada saat proses seleksi diperlukan kejelasan
pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing personel dalam suatu startup, misalnya personel
yang bertugas dalam public relation, investment product, ataupun coding sehingga program
45
Jurnal Manajemen Maranatha ■ Vol. 19 Nomor 1, November (2019)

pelatihannya diberikan oleh Startup Corner fokus berdasarkan pembagian tugas tersebut. Selain itu,
penting untuk membangun suasana startup dengan desain kantor yang lebih mengarah suasana yang
unik untuk menciptakan semangat bagi para tim startup. Namun, di sisi lain promosi terkait
StartupCorner masih kurang dijalankan baik segi internal maupun eksternal.
Penelitian dapat dilajutkan terkait dengan performa pada masing-masing startup setelah mengikuti
masa inkubator di BTP, terutama dengan mengungkapkan kinerja keuangan (profit, investasi, nilai
asset, dan margin) dan non keuangan (market share, brand awareness, penetrasi pasar, dan lainnya),
sehingga dapat menilai keberhasilan BTP sebagai perantara kesuksesan para startup menjadi unicorn
di Indonesia.

5 ACKNOWLEDGEMENTS

Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh pihak informan dalam penelitian ini yaitu para
pimpinan perusahaan startup yang kami wawancara, terutama pihak BTP Telkom University yang
telah bercerita banyak mengenai program StartupCorner.

6 REFERENSI

Adhitama, B. (2015). The impact of sosial entrepreneurship dimension of Timmons Model to the
future Indonesian batik (A case study of Ikatan Pencinta Batik Nusantara) (Master’s Thesis,
Telkom University. Unpublished)
Aditya, H. (2016, 4 November). 5 strategi pemerintah untuk “Melahirkan” 1.000 startup digital di
Indonesia. Diperoleh dari https://id.techinasia.com/pemerintah-luncurkan-gerakan-nasional-1000-
startup-digital/
Arjanti, A.R. & Mosal, L.R. (2012). Startup indonesia! Inspirasi dan pelajaran dari para pendiri
bisnis digital.1st Edition, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara
Berkowski, G. (2016). How to build a billion dollar app: Temukan rahasia dari para pengusaha
aplikasi paling sukses di dunia. 1st Edition, Jakarta: Gemilang
Bessant, J. & Tidd, J. (2007). Innovation and entrepreneurship.2nd Edition, West Sussex, England:
John Wiley & Sons Ltd
Brem, A. & Borchardt. (2014). Technology entrepreneurship innovation and intrepreneurship
managing entrepreneurial activities in technology-intensive environments. Handbook of research
on technopreneurship: How technology and entrepreneurship are shaping the development of
industrie and companies. 1st Edition, West Sussex, England: John Wiley & Sons Ltd
Cimahi Techno Park. (2017, Januari 16). Soft launching Cimahi Technopark. Diperoleh dari
https://cimahitechnopark.wordpress.com/2016/10/25/soft-launching-cimahi-technopark/
Ghony, D. & Almanshur. (2012). Metode penelitian kualitatif. 4th Edition, Jogjakarta: AR-Ruzz Media
Hasbullah, R. (2015). Peran inkubator bisnis perguruan tinggi dalam peningkatan kinerja usaha UKM
pangan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), 12(1), 9-20
Hisrich. (2008). Kewirausahaan. 7th Edition, Jakarta: Salemba Empat
Indrawan, R. & Yaniawati, R. (2014). Metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif, dan campuran
untuk manajemen, pembangunan, dan pendidikan. 2nd Edition, Bandung: PT Reflika Aditama
Isabelle, D.A. (2014). Capitalization of science and technology knowledge: Practices, trends and
impacts on techno-entrepreneurship. Handbook of research on technopreneurship: How
technology and entrepreneurship are shaping the development of industrie and companies. 2nd
Edition, Wiesbaden: Gabler
Mason, C. & Strak. (2004). What do investors look for in a business plan? A comparison of the
investment criteria of bankers, venture capitalists, and business angels. International Small
Business Journal.22(3), 227-248
Pauwels & Charlotte. (2016). Understanding a new generation incubation model: The accelerator.
Technovation,12(1), 13–24
Phillimore, J. (2013). Science parks: A triumph of hype over experience?. In L.V. Shavinina (eds.).
The International Handbook on Innovation. 2nd Edition, Kiddlington, UK: Elsevier

46
Jurnal Manajemen Maranatha ■ Vol. 19 Nomor 1, November (2019)

Profil Bandung Techno Park. (2016, November 4). Diperoleh dari


http://bandungtechnopark.com/profil/
Profil startup corner. (2016, November 4). Diperoleh dari http://startupCorner.com/profil/
Rahman, L.F. (2012). Strategy development of PT. XYZ astartup technology company, The
Indonesian Journal of Business Administration, 5(2), 6-11
Ramdhan, H.F. (2016).Startupreneur: Menjadi entrepreneur startup. Jakarta: Penebar Swadya Grup
Rhonda, A. (2012). En.Tre.Pre.Neur.Ship. 4th Edition, Upper Saddler River, United States of
America: Planningshop, Inc
Ries, E. (2011). The lean startup: How today's entrepreneurs use continuous innovation to create
radically successful businesses. New York, USA: Fletcher & Company
Saputra, A. (2015). Peran inkubator bisnis dalam mengembangkan digital startup lokal di
Indonesia.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 4(1), 1-24
Sitepu, S.N. (2016). Kolaborasi dan inovasi pada kegiatan mentoring dan eksekusi bisnis untuk
mendorong keberhasilan start-up bisnis. ProsidingKonferensi Nasional Riset Manajemen X, 2-14
Siyanbola, W.O. (2011). Framework for technological entrepreneurship development: Key issues and
policy directions. America Journal of Industrial and Business Management, 1, 10-19
Soenarso, W., Nugraha, D., & Listyaningrum, E. (2013). Development of Science and Technology
Park (STP) in Indonesia to support innovation-based regional economy: Concept and early stage
development. World Technopolis Association,11(3), 32-42
Sugiyono. (2015). Metode penelitian dan pengembangan: Research and development/R&D. 5th
Edition, Bandung: ALFABETA
Tangible Asset. (2017, Januari 16). What is tangible asset? Diperoleh dari
http://www.investopedia.com/terms/t/tangibleasset.asp
Thérin, F. (2014). Handbook of research on technopreneurship how technology and entrepreneurship
are shaping the development of industrie and companies (2nd Ed.). Northampton, USA &
Cheltenham, UK: Elgar Edward Publishing
Timmons, A.J. & Spinelli, S. (2008). New venture creation: Entrepreneurship for the 21th century.
6th Edition. Yogyakarta: ANDI
Utoyo, I. (2016). Silicon valley mindset. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Wei, L., Zhu, Y., Deng, P., & Yu, W. (2014). Identifying business incubators based on their real
activities: Evidence from China. World academy of science, engineering, and technology.
International Journal of Social, Behavioral, Educational, Economic, Business, and Industrial
Engineering, 8(11), 3718-3725
Zeng, F., Bu, X., & Su, L. (2011). Study on entrepreneurial process model for SIFE student team
based on Timmons model. Journal of Chinese Entrepreneurship, 3 (3), 204-214
Zupic, I. (2014). The knowledge base of technology entrepreneurship. Handbook of research on
technopreneurship: how technology and entrepreneurship are shaping the development of industrie
and companies. 2nd Edition, Northampton, USA & Cheltenham, UK: Elgar Edward Publishing

47
Jurnal Manajemen Maranatha ■ Vol. 19 Nomor 1, November (2019)

48

You might also like