Tinjauan Literatur Faktor Risiko Peningkatan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

TINJAUAN LITERATUR: FAKTOR RISIKO PENINGKATAN

ANGKA INSIDENSI TUBERKULOSIS


Joko Sapto Pramono
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur
e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Globally, the incidence of Tuberculosis was still quite high, there were an estimated that 10 million people are
infected with Tuberculosis and even 44% of cases are in Southeast Asia, Indonesia was in the 2nd position in the
world after India and every year it is still increasing. Tuberculosis is transmitted through droplets of sufferers
when coughing or sneezing, close contact is very vulnerable to the transmission process in addition to other
supporting factors. This paper aims to review various sources regarding the risk factors for an increase in the
incidence of tuberculosis. The method used was literature review sourced from the Google scholar, ScienceDirect,
and ProQuest database as well as other sources such as textbooks and reports published in 2015 to 2020. The
results of the literature review showed that most of the risk factors for the incidence of tuberculosis were a history
of close contact, age, gender, lifestyle and behavior. Meanwhile, the factors that contribute to the increased risk
are occupancy density, ventilation and house lighting, as well as factors for decreased immune system including
nutritional status and comorbidities, although at the age of 0-5 years who have received BCG immunization, they
were still susceptible to primary tuberculosis infection. Controlling the increased incidence of tuberculosis should
be directed at preventing transmission, especially at the family level and close social contacts as well as
increasing awareness of correct coughing and sputum behavior.
Key words: risk factors; incidence; tuberculosis

ABSTRAK

Serara global angka insidensi Tuberkulosis dunia masih cukup tinggi, diperkirakan 10 juta orang terinfeksi
tuberkulosis bahkan 44% kasus berada di Asia Tenggara, Indonesia pada posisi rangking ke-2 dunia setelah
India dan setiap tahun masih meningkat. Tuberkulosis ditularkan melalui droplet penderita saat batuk atau bersin,
kontak dekat menjadi sangat rentan terjadinya proses penularan disamping faktor-faktor lain yang menunjang.
Tulisan ini bertujuan untuk mengulas berbagai sumber mengenai faktor risiko peningkatan angka insidensi
Tuberkulosis. Metode yang digunakan adalah tinjauan literatur yang bersumber dari database Google scholar,
ScienceDirect, dan ProQuest selain itu juga sumber lainnya seperti buku ajar dan laporan yang diterbitkan pada
tahun 2015 hingga 2020. Hasil tinjauan literatur menunjukkan sebagian besar faktor risiko angka insidensi
Tuberkulosis adalah riwayat kontak erat, usia, jenis kelamin, gaya hidup dan perilaku. Sementara faktor yang
menunjang peningkatan risiko adalah kepadatan hunian, ventilasi dan pencahayaan rumah, begitu pula faktor
penurunan daya tahan tubuh meliputi status gizi dan penyakit penyerta, walaupun pada usia 0-5 tahun yang telah
mendapatkan imunisasi BCG, namun masih rentan terinfeksi Tuberkulosis primer. Hendaknya pengendalaian
peningkatan insidensi Tuberkulosis diarahkan pada pencegahan penularan khususnya di tingkat keluarga dan
kontak sosial dekat serta peningkatan kesadaran perilaku batuk dan membuang dahak yang benar.
Kata kunci: Faktor risiko; insidensi; tuberkulosis

PENDAHULUAN Tuberkulosis Indonesia adalah 0.4%, terdapat 400


orang terdiagnosis menderita Tuberkulosis Paru positif
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan dari setiap 100.000 penduduk. (3)
global yang menjadi salah satu dari 10 penyebab Mycobacteriun tuberculosis adalah kuman
kematian dunia setelah HIV/AIDS. Secara global penyebab infeksi Tuberkulosis yang ditularkan melalui
diperkirakan 1,2 miliar orang berisiko terinfeksi droplet, interaksi sosial menjadi media penularan
Tuberkulosis dan sepertiga penduduk dunia telah ketika seseorang terinfeksi berinteraksi fisik secara
terinfeksi Tuberkulosis bahkan 44% kasus Asia dekat sehingga percikan dahak terhirup ke orang yang
Tenggara.(1) Indonesia menempati rangking ke-2 sehat. Tuberkulosis dapat menyerang siapa saja, secara
setelah India. Jumlah penderita terduga Tuberkulosis global mayoritas (90%) terjadi pada orang dewasa
di Indonesia pada tahun 2019 sebanyak 3.414.150 dengan rasio laki : perempuan adalah 2:1(1) begitupun
kasus, angka insidensi sebesar 843.000 kasus pada di Indonesia persentase laki-laki lebih besar (57,6%)
tahun 2019(2) meningkat dari tahun sebelumnya dibanding perempuan.(2) Interaksi sosial umumnya
sebanyak 566.623 kasus, angka prevalensi terjadi diantara keluarga, teman dalam pekerjaan /

106
Vol. 16 No.1 Januari – April 2021

bisnis, pendidikan dan keagamaan, diperberat cepat, walaupun demikian perempuan lebih mudah
risikonya dengan lamanya penyakit, superspreading, menularkan Tuberkulosis di rumah dibanding laki.
dan lebih lama kontak.(4) Faktor risiko penularan Temuan kasus Tuberkulosis pada laki-laki di fasilitas
infeksi Tuberkulosis yang merupakan dari faktor kesehatan lebih banyak dibanding pada perempuan
internal diantaranya adalah perilaku, status gizi, daya karena pada umumnya laki-laki lebih aktif menjangkau
tahan tubuh, dan penyakit penyerta, sedangkan faktor fasilitas Kesehatan. Beberapa penelitian yang
eksternal oleh karena lingkungan fisik, interaksi sosial, menyebutkan persentase laki-laki lebih besar
dan pelayanan Kesehatan. dibanding perempuan.(9–12)

METODE b. Usia
Sebagian besar prevalensi Tuberkulosis Paru
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui faktor- terjadi pada usia dewasa, pra lansia, dan lansia(6–8,13)
faktor risiko peningkatan insidensi Tuberkulosis, dapat dipahami bahwa kelompok dewasa adalah
melalui tinjauan literatur. Penulis melakukan kelompok produktif yang lebih banyak berinteraksi
pencarian artikel penelitian yang tersedia dalam data secara sosial yang akan berisiko jika terpapar dari
base pada Google Scholar, ProQuest, dan orang yang positif Tuberkulosis Paru. Pada usia
ScienceDirect, dan sumber lain seperti buku ajar, dewasa memiliki mobilitas dan interaksi sosial yang
profil kesehatan dan laporan tahunan WHO mulai tinggi karena berbagai kegiatan pekerjaan, pendidikan,
tahun 2015 hingga 2020. Kata kuncinya adalah “faktor keagamaan, hobi, olah raga, seni, organisasi, dan
risiko” OR “risk factors” AND “insidiensi” OR kerumunan lainnya, saat berinteraksi sosial sangat
”incidence rate” AND “Tuberkulosis” OR memungkinkan terjadi penularan Tuberkulosis. Pada
“tuberculosis”, artikel yang penulis priroritaskan Usia anak-anak memiliki risiko penularan di dalam
adalah artikel dengan teks lengkap dan gratis. rumah, kelompok lansia memiliki kerentanan lebih
tingi pada usia 70 – 74 tahun(8) bahkan usia 75 tahun ke
HASIL DAN PEMBAHASAN atas menunjukkan 10,85% dari risiko. Faktor
degenerasi mungkin menjadi penyebab menurunnya
1. Faktor Karakteristik Individu berbagai mekanisme pertahanan tubuh sehingga
memungkinkan penularan penyakit lebih mudah, perlu
Faktor karakteristik individu yang dipertimbangkan prioritas penemuan kasus
berhubungan Tuberkulosis paru telah diidentifikasi Tuberkulosis paru diutamakan kepada kelompok
dari banyak peneliti, karakteristik yang dapat dirubah lansia guna mempercepat pemutusan rantai
antara lain adalah tingkat pendidikan yang rendah, penularan.(7) Pusat data dan informasi Kemenkes pada
kemiskinan dan perilaku, serta pengangguran yang tahun 2019 menyebutkan sebanyak 78,05% kasus baru
cukup tinggi menjadi masalah negara yang harus Tuberkulosis adalah usia dewasa (15-65 tahun).(2)
ditangai secara menyeluruh.(5) Karakteristik yang tidak
bisa diubah yaitu usia, jenis kelamin, suku bangsa dan c. Pendidikan
genetik sebagian juga memiliki kontribusi peningkatan Pendidikan berkaitan dengan kemampuan
kasus baru.(6–8) dalam menerima informasi dan pengetahuan yang
dimiliki, serta kemampuan dalam mengambil
a. Jenis Kelamin keputusan melakukan tindakan pencegahan dan
Sebagian besar penelitian yang telah dilakukan pengobatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa laki-laki berisiko terinfeksi penderita Tuberkulosis lebih banyak diderita oleh
daripada perempuan, hal ini dimungkinkan laki-laki pendidikan yang rendah(10,14,15) dan hubungan
lebih berat beban kerjanya, kurang istirahat, gaya hidup signifikan antara pendidikan yang rendah dengan
yang tidak sehat di luar rumah, seperti merokok dan kejadian Tuberkulosis dengan nilai p=0,023.(12)
minum alkohol lebih banyak berinteraksi sosial,
paparan polusi udara, paparan polusi industri dan d. Pekerjaan
bermasyarakat.(9) Data Kementerian Kesehatan Penyakit Tuberkulosis termasuk penyakit
menunjukkan persentasi penderita Tuberkulosis laki- kronis yang berdampak pada produktivitas, pada
laki adalah 57,6%(2) bahkan WHO menyebutkan rasio penderita dengan pekerjaan yang tidak menetap
laki : perempuan adalah 2:1.(1) Beberapa penelitian berdampak pada menurunnya penghasilan sehingga
menunjukan jenis kelamin juga merupakan faktor kesulitan dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan
karakteristik yang mempengaruhi peningkatan kasus menjadi beban keluarga serta secara epidemiologis
Tuberkulosis Paru, penelitian di provinsi Anhui China berisiko terjadi penularan diantara keluarga di dalam
menunjukkan laki-laki pada lansia memiliki angka rumah. Beberapa penelitian menunjukkan sebagian
kejadian TB Paru lebih tinggi dibandingkan dengan penderita Tuberkulosis merupakan kelompok yang
perempuan (p<0,001).(8) Perempuan lebih patuh sudah tidak tidak bekerja, atau pekerjaaan yang tidak
berobat sehingga konversi BTA menjadi negatif lebih menetap.(12,14,15)

107
menularkan kepada orang lain. Kepatuhan menelan
e. Gaya hidup obat menunjukkan hubungan yang sangat signifikan
Gaya hidup merupakan faktor risiko yang dengan tingkat kesembuhan penderita Tuberkulosis
dapat diubah, merokok sering dilakukan oleh laki-laki (nilai p=0,0001) sehingga bisa mengurangi
dewasa bahka para remaja dengan berbagai alasan penyebaran.(22)
misalnya ingin percaya diri, menghargai teman yang
merokok atau perekat persahabatan, menghilangkan 2. Faktor Sosial Ekonomi
kejenuhan atau menghilangkan stress, menemukan ide-
ide baru, dan kesulitan meninggalkan kebiasaan Permasalahan sosial dan ekonomi sudah sangat
merokok. Rokok menyebabkan berbagai penyakit sering kita dengar jika dikaitkan dengan kemampuan
karena kandungan zat-zat kimia beracun misalnya secara ekonomi memenuhi kebutuhan hidupnya, begitu
nikotin, asam formiat, hydrogen sianida, formaldehida, pula masalah kesenjangan sosial yang terjadi
nitro oksida, acrolein, karbonmonoksida, dan lain dikarenakan sebagian besar kelompok kurang mampu
sebagainya. Zat-zat kimia beracun pada asap yang bertempat tinggal di lingkungan padat penduduk, di
terhirup pada saluran nafas menjadikan kerusakan rumah yang hunian melebihi kapasitas. Selanjutnya
organ dan menurunkan fungsi organ sehingga mudah interaksi sosial yang dekat (close contact) tidak bisa
terinfeksi mikobakterium Tuberkulosis.(16) Kebiasaan dihindarkan dalam aktivitas sehari-hari berkaitan
merokok memperburuk gejala Tuberkulosis, demikian dengan pekerjaan dan aktivitas sosial lainnya. Faktor
juga dengan perokok pasif akan mudah terinfeksi ekonomi juga berkaitan dengan kemampuan
Tuberkulosis, pasien Tuberkulosis paru di Indonesia masyarakat membiayai masalah kesehatan yang
bahkan 68% diantaranya adalah perokok aktif yang dialami, pada kelompok ekonomi yang rendah menjadi
pada umummnya laki-laki dewasa(17,18) dan faktor risiko tidak tuntasnya pengobatan dan menjadi
berhubungnan signifikan dengan kejadian sumber penularan bagi yang lain.
Tuberkulosis (nilai p= 0,020 dan OR=4,3).(10) Kondisi sosial-ekonomi merupakan masalah
Gaya hidup tidak sehat lainnya pada remaja yang besar bagi negara-negara yang memiliki kasus
dan dewasa yang menimbulkan efek ketergantungan Tuberkulosis tertinggi dunia semisal India, China dan
adalah meminum alkohol, ketergantungan psikologis Indonesia, yang memiliki pendudukan terbesar di
(psychological dependence) untuk mengatasi sering dunia dengan segala permasalahan sosial dan ekonomi
dijadikan alasan, begitu pula ketika ingin yang mempercepat penularan Tuberkulosis. Tingkat
meningkatkan percaya diri dalam situasi tertentu ekonomi yang rendah dan kepadatan penduduk di
bahkan tidak jarang digunakan untuk prilaku wilayah perkotaan mempunyai risiko lebih besar
kriminal.(19) Mengkonsumsi alkohol dalam jangka dibanding dengan wilayah yang jarang penduduk dan
panjang dapat meningkatkan kadar trigliserida yang ekonomi yang cukup. Pengaruh status sosial dan
berdampak pada kerusakan biologis beragai organ ekonomi terhadap kasus Tuberkulosis di Bejing China
tubuh diantaranya jantung, sistem endokrin, pankreas sangat sugnifikaan, disebutkan produk domestic bruto
dan lainnya, disamping itu juga menimbulkan (GDP) per kapita berpengaruh positif terhadap kasus
kemunduran memori karena kerusakan otak.(20) Tuberkulosis (p = 0,025).(23) Di Indonesia angka
Kebiasaan minum alkohol berdampak pada penurunan kemiskinan dari tahun ke tahun semakin menurun
imunitas sehingga mudah terjangkitnya penyakit walaupun sebagian kecil di daerah tertentu yang angka
Tuberkulosis terlebih pada fase laten.(21) kemiskinan masih tinggi, di provinsi Bali pengaruh
kemiskinan memberikan kontribusi pengaruh yang
f. Perilaku yang masih rawan terhadap kasus TB Paru.(24)
Faktor perilaku adalah kebiasaan yang bisa Penderita Tuberkulosis sebagian besar pada
dirubah dengan pemahaman dan komitmen untuk keeluarga bepenghasilan rendah(12) dan hubungan
menjalani hidup sehat, kebiasaan yang bersiko sangat signifikan dengan kejadian Tuberkulosis
menularkan Tuberkulosis adalah batuk yang tidak dengan nilai p=0,000(25) penghasilan rendah
menutup mulut dan meludah di sembarang tempat. berpengaruh terhadap pembiayaan pengobatan
Sesuai dengan sifat kuman Tuberkulosis dapat Tuberkulosis nilai p=0,000(26) secara tidak langsung
ditularkan melalui percikan dahak (droplet) bahkan penghasilan rendah memperberat kondisi penyakit
setiap kali batuk dapat mengeluarkan sekitar 3000 dimana keluarga lebih mementingkan kebutuhan
partikel kuman dan dapat bertahan hidup di lingkungan primer dibanding pengobatan, pemenuhan gizi dan
yang gelap dan lembab, jika penderita tidak menutup vitamin yang baik.
mulut saat batuk dan meludah di sembarang tempat
maka akan berisiko menularkan kepada orang di 3. Faktor Kepadatan Hunian dan Perpindahan
sekitarnya.(1) Penelitian menyebutkan adanya Penduduk
hubungan signifikan dengan kejadian Tuberkulosis
dengan nilai p=0,022 dan OR=3,9.(17) Perilaku tidak Kepadatan dan mobilitas penduduk yang tidak
disiplin dalam menelan obat selama menjalani program diimbangi dengan kesadaran pencegahan penularan
pengobatan menjadikan penderita resisten terhadap TB Paru menjadi masalah di negara-negara dengan
obat anti Tuberkulosis, kuman tetap aktif dan berisiko penduduk besar seperti India, Indonesia dan China.

108
Vol. 16 No.1 Januari – April 2021

Sebagai salah satu negara padat dunia, China memiliki Lingkungan merupakan area dimana kita
masalah besar dalam mencegah kejadian kasus baru berada yang terdiri dari lingkungan fisik, biologis,
TB Paru, disebutkan di kota Beijing kepadatan kimia, dan radiasi, lingkungan yang berpengaruh
penduduk dan perpindahan penduduk berpengaruh terhadap berkembangbiaknya bakteri Tuberkulosis
positif (p=0,001) terhadap kejadian TB.(23) Angkatan meliputi kepadatan penghuni, lantai rumah, ventilasi,
kerja yang tinggi menyebabkan tingkat mobilitas yang pencahayaan, kelembaban dan suhu(35) kondisi
tinggi pula, tidak bisa dihindarkan latent tuberculosis perumahan di Indonesia dengan luas lantai rumah
infection (LTBI) meningkatkan kejadian kasus yang kurang dari 7,2 meter persegi per kapita lebih banyak
tidak terduga..(13) ditemukan di perkotaan.(36)
Kepadatan penduduk tetap dan migran yang Kondisi fisik rumah adalah dilihat dari sisi
tinggi menjadi salah satu penyebab tingginya angka konstruksi, luas, dan kebersihan menjadi satu faktor
kesakitan Tuberkulosis Kepadatan penduduk menjadi yang mempengaruhi kejadian kasus TB Paru.(24)
salah satu semakin meningkatnya interaksi social. Di Kondisi rumah yang langsung berhubungan dengan
Indonesia dengan jumlah populasi sekitar 270 juta penularan TB Paru adalah dimana rumah yang
jiwa saat ini distribusi yang tidak merata sebagian besar memungkinkan kuman Tuberkulosis hidup lebih lama
kepadatan berada di perkotaan salah satu contoh yaitu apa bila kurang pencahayaan sinar matahari,
penelitian di provinsi Bali menunjukkan adanya lembab dan sirkulasi udara kurang. Kondisi ventilasi
pengaruh yang siginfikan (p=0.000) kepadatan yang kurang baik berhubungan signifikan dengan
penduduk terhadap kejadian TB Paru.(24) Kepadatan kejadian Tuberkulosis(27,37,38) hal ini disebabkan karena
hunian rumah berhubungan siginifikan dengan ruangan dalam rumah memerlukan udara yang
penularan Tuberkulosis diantara penghuni diperoleh bersirkulasi, dengan bebas maka diperlukan ventilasi
nilai p-value= 0,023 dan OR=5,59(27) jumlah yang memenuhi syarat kesehatan yaitu 15% sampai
penghuni yang melebihi kapasitas dalam satu rumah 20% dari luas lantai, sehingga udara di dalam rumah
atau satu kamar mengurangi ketersediaan O2 tetap segar, menghindarkan pertumbuhan berbagai
sebaliknya CO2 meningkat yang menjadi sumber bakteri patogen, dan mempertahankan kelembaban
pencemar kimia udara berdampak pada ruangan optimal. Ventilasi alamiah dapat berupa jendela, pintu
pengab dan lembab, suhu udara ruangan naik(28) dan atau lubang angin, sedangkan ventilasi buatan bisa
memicu berkembangnya berbagai bakteri termasuk berupa kipas angin atau mesin penghisap
Tuberkulosis dan infeksi saluran pernafasan lainnya (AC).(28,29,39,40)
dan beresiko penularan dalam rumah tangga.(29) Begitu pula pencahayaa rumah oleh beberapa
penelitian disebutkan mempegaruhi secara signifikan
4. Faktor Riwayat Kontak terhadap kejadian Tuberkulosis dan meningkatkan
risiko sebesar 2 hingga 4 kali. (38,41,42) Kecukupan
Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis cahaya dan penghangatan rumah, dapat bersumber
menjadi faktor risiko penularan penyakit Tuberkulosis secara alamiah maupun buatan, syarat kecukupan
karena percikan dahak dari penderita akan terhirup ke cahaya adalah kemudahan melihat benda sekitarnya
orang yang sehat. Penderita Tuberkulosis laten dan membaca. Matahari pagi mengandung sinar ultra
memiliki prevalensi yang tinggi terhadap penularan violet dibutuhkan untuk pencegahan pertumbuhan dan
tuberkulusis diantara kontak serumah.(30) Kontak dekat membunuh kuman patogen(43) sehinga kamar
(close contact) menularkan kepada 2-3 orang di dalam sebaiknya mendapatkan sinar matahari dari arah timur,
rumah bahkan akan menjadi empat kali beresiko sehingga objek-objek yang menghalangi dapat
penularan jika di dalam rumah terdapat lebih dari satu dimodifikasi.(44) Cahaya matahari yang kurang
orang penderita Tuberkulosis.(31) Lamanya kontak dan menyebabkan kelembaban air yang tinggi dan
kualitas pemaparan dengan penderita Tuberkulosis penurunan suhu rumah sehingga menjadi bakteri tetap
menjadi penentu risiko penularan, setiap satu penderita hidup dalam jangka waktu yang lama.(29)
Tuberkulosis BTA positif dapat menularkan kepada
10-15 orang lainnya, sehingga kemungkinan kontak
untuk tertular Tuberkulosis adalah 17%. Riwayat 6. Faktor Gizi dan Status Kesehatan
kontak berpengaruh sangat signifikan terhadap
penularan dan bahkan kontak terdekat (keluarga Beberapa faktor yang teridentifikasi
serumah) berisiko dua hingga tiga kali lipat dibanding memperberat peningkatatan kasus adalah kekurangan
dengan kontak biasa (tidak serumah).(32–34) gizi, penurunan daya tayan tubuh oleh karena penyakit
tertentu (misalnya pada infeksi HIV, keganasan,
transplantasi organ, dan pengobatan imunosupresi),
diabetes melitus, dan gagal ginjal kronik.(45) Penderita
HIV/ AIDS atau orang dengan status gizi yang buruk
5. Faktor Lingkungan Fisik Rumah lebih gampang untuk terinfeksi dan terjangkit TB
dibandingkan orang dengan status gizi baik.(18)

109
HIV merupakan virus yang dapat melemahkan dan dan kontak sosial dekat serta peningkatan
kekebalan tubuh hingga mempermudah risiko infeksi kesadaran perilaku batuk dan membuang dahak yang
lain termasuk TBC. Insiden dan prevalensi benar.
Tuberkulosis di antara penderita HIV yang positif
lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum,
walaupun di berbagai wilayah terdapat variasi.(46) DAFTAR PUSTAKA
Koinfeksi HIV adalah faktor risiko imunosupresif
paling kuat terhadap terjangkitnya penyakit 1. WHO Global TB Programme. Global
Tuberkulosis, secara global penderita Tuberkulosis Tuberculosis Report 2020 [Internet]. World
yang mengidap HIV diperkirakan sebesar 56%.(1) Health Organization (WHO). Geneva: World
Walaupun beberapa kondisi di wilayah Indonesia Health Organization (WHO); 2020. Available
bervariasi tingkat prevalensi sebagian besar penderita from:
TB Paru tidak memiliki riwayat HIV(21) seiring dengan https://www.who.int/publications/i/item/9789240
data Pusdatin Kemenkes yang menunjukkan hanya 013131
1,8% penderita Tuberkulosis yang disertai HIV di 2. Kemenkes RI. Data dan informasi profil kesehatan
Indonesia pada tahun 2019 namun terus mengalami Indonesia 2019 [Internet]. Jakarta; 2019.
peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.(18) Penyakit Available from:
lainnya yang berisiko meningkatkan prevalensi https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download
Tuberkulosis adalah Diabetes Miletus yang memiliki /pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-
hubungan cukup siginfikaan.(21,22,47) Kesehatan-indonesia-2019.pdf
Imunisasi BCG diharapkan mencegah infeksi 3. Kemenkes RI. Profil kesehatan Indonesia 2018
Tuberkulosis, namun masih kontroversial, secara [Internet]. Jakarta: Kemenkes RI; 2019. 173–180
umum diperkirakan daya proteksi BCG hanya 50%, p. Available from:
dan vaksinasi BCG hanya mencegah terjadinya TB http://www.depkes.go.id/resources/download/pus
berat, seperti milier dan meningitis TB. Daya proteksi datin/profil-kesehatan-indonesia/Data-dan-
BCG terhadap meningitis TB 64%, dan milier TB 78% Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
pada anak yang mendapat vaksinasi(48) walaupun anak 4. Melegaro A, Fava E Del, Poletti P, Merler S,
telah mendapatkan imunisasi BCG namun tetap rentan Nyamukapa C, Williams J, et al. Social contact
terhadap infeksi primer Tuberkulosis, penelitian yang structures and time use patterns in the manicaland
dilakukan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat province of Zimbabwe. PLoS One [Internet].
(BKPM) Purwokerto pada sebanyak 160 anak 0-1 2017; Available from:
tahun yang terdiagnosis Tuberkulosis hanya 4 anak https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.13
(2,5%) yang belum mendapatkan imunisasi BCG dan 71/journal.pone.0170459
sisanya 156 anak (97,5%) telah mendapatkan imunisasi 5. Saunders MJ, Wingfield T, Datta S, Montoya R,
BCG, disebutkan pula BCG tidak berpengaruh Ramos E, Baldwin MR, et al. A household-level
signifikan terhadap terjadinya penyakit TB pada anak score to predict the risk of tuberculosis among
dengan nilai p=1,000(49) hal serupa kejadian contacts of patients with tuberculosis: a derivation
Tuberkulosis pada anak 1 – 5 tahun di Kabupaten and external validation prospective cohort study.
Kebumen disebutkan 72 kasus hanya 4 (5,56%) yang Lancet Infect Dis [Internet]. 2020;20(1):110–22.
telah mendapatkan imunisasi BCG.(50) Available from:
Status gizi yang kurang menyebabkan daya http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/
tahan tubuh yang menurun yang beresiko terhadap S1473309919304232
berbagai infeksi begitu pula sebaliknya infeksi 6. Sari RP, Arisandi RD. Faktor-faktor yang
Tuberkulosis menyebabkan gizi yang buruk dan berhubungan dengan kejadian penyakit tb paru di
penurunan berat badan.(9,48) wilayah kerja Puskesmas Walantaka. J Ilmu
Kesehat Masy [Internet]. 2018;07(01):25–32.
KESIMPULAN Available from:
http://journals.stikim.ac.id/index.php/jikm/article/
Dari hasil tinjauan jurnal, penulis simpulkan view/49
bahwa faktor risiko peningkatan kasus Tuberkulosis 7. Cheng J, Sun YN, Zhang CY, Yu YL, Tang LH,
meliputi faktor karaktersitik (usia, jenis kelamin, Peng H, et al. Incidence and risk factors of
pendidikan, gaya hidup dan perilaku), sosial dan tuberculosis among the elderly population in
ekonomi, kepadatan hunian, perpindahan penduduk, China: A prospective cohort study. Infect Dis
riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis, status Poverty [Internet]. 2020;9(1):1–13. Available
gizi, status imunisasi dan penyakit penyerta. Beberapa from:
faktor risiko sebagian tidak menunjukkan pengaruh https://idpjournal.biomedcentral.com/articles/10.1
signifikan yaitu status imunisasi dan penyakit penyerta 186/s40249-019-0614-9
HIV. Untuk pengendalian peningkatan kasus 8. Zhu QQ, Wu Q, Wang AM, Bao FJ, Zhang YZ,
Tuberkulosis hendaknya lebih diarahkan pada Liu J, et al. Epidemiological characteristics of
pencegahan penularan, khususnya di tingkat keluarga pulmonary tuberculosis in Anhui Province,

110
Vol. 16 No.1 Januari – April 2021

Eastern China from 2013 to 2018. PLoS One Kesehat Masy [Internet]. 2018;6(1):245–52.
[Internet]. 2020;15(8):1–11. Available from: Available from:
https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.13 https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/articl
71/journal.pone.0237311 e/view/19876
9. Melina Nunkaidah, Hariati Lestari, Afa JR. 18. Kemenkes RI. Infodatin Tuberkulosis. Kementeri
Prevalensi risiko kejadian tuberkulosis multi drug Kesehat RI [Internet]. 2018;1–8. Available from:
resistance. Jimkesmas [Internet]. 2017;2(6):1–10. https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/181015
Available from: 00001/infodatin-tuberkulosis-2018.html
https://www.neliti.com/id/publications/198308/pr 19. Nies MA |McEwe., Melanie MM. Community and
evalensi-risiko-kejadian-tuberkulosis-multi-drug- Familly Health Nursing - 1st Indonesian Edition
resistance-tb-mdr-di-kabupate [Internet]. 1st ed. Shar J, Setiawan A, Ni Made
10. Alnur RD, Pangestika R. Faktor risiko Riasmini, editors. Singapore: Elsevier; 2018.
tuberkulosis paru pada masyarakat di wilayah Available from: https://books.google.co.id
kerja Puskesmas Bambu Apus Kota Tangerang 20. Purbayanti D, Saputra NA. Efek mengkonsumsi
Selatan. ARKESMAS (Arsip Kesehat minuman beralkohol terhadap peningkatan kadar
Masyarakat) [Internet]. 2019;3(2):112–7. trigliserida. J Surya Med [Internet]. 2017;3(1).
Available from: Available from: http://publications.lib.chalmers.se
https://journal.uhamka.ac.id/index.php/arkesmas/ 21. Muchtar NH, Herman D, Yulistini Y. Gambaran
article/view/2929 faktor risiko timbulnya tuberkulosis paru pada
11. Fadilla M, Utomo B. Analisis Faktor Risiko pasien yang berkunjung ke unit DOTS RSUP dr.
Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas M. Djamil Padang tahun 2015. J Kesehat Andalas
Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2017. [Internet]. 2018;7(1):80. Available from:
Bul Keslingmas [Internet]. 2018;37(3):347–53. http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/v
Available from: http://ejournal.poltekkes- iew/783
smg.ac.id/ojs/index.php/keslingmas/article/view/ 22. Janan M. Faktor-faktor risiko yang berhubungan
3899 dengan peningkatan prevalensi kejadian TB MDR
12. Handriyo RG, SRW DW. Determinan sosial di Kabupaten Brebes Tahun 2011-2017. J Kebijak
sebagai faktor risiko kejadian tuberkulosis paru di Kesehat Indones JKKI [Internet]. 2019; Available
Puskesmas Panjang. J Major [Internet]. from:
2017;7(1):1–5. Available from: https://jurnal.ugm.ac.id/jkki/article/view/36833
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/maj 23. Mahara G, Yang K, Chen S, Wang W, Guo X.
ority/article/view/1732 Socio-Economic Predictors and Distribution of
13. Bustamante-rengifo, González-Salazar, Osorio- Tuberculosis Incidence in Beijing, China: A Study
Certuche, Bejarano-Lozano C-O. Prevalence of Using a Combination of Spatial Statistics and GIS
and risk factors associated with latent tuberculosis Technology. Med Sci [Internet]. 2018;6(26):1–14.
infection in a Latin American region. PeerJ Available from: https://www.mdpi.com/2076-
[Internet]. 2020;(12 Agust 2020):1–23. Available 3271/6/2/26
from: https://peerj.com/articles/9429/ 24. Saputra FF, Wahjuni CU, Isfandiari MA. Spatial
14. Anam AK, Winarni S, Saputra A. Keluhan modeling of environmental-based risk factors of
penderita tuberkulosis tentang efek samping obat tuberculosis in Bali Province: an Eecological
anti tuberkulosis dan faktor yang study. J Berk Epidemiol [Internet]. 2020;8(1):26–
mempengaruhinya di UPTD kesehatan. JKM 34. Available from: https://e-
[Internet]. 2018;3(2). Available from: journal.unair.ac.id/JBE/article/view/14241
https://jurnal.stikespantiwaluya.ac.id/index.php/J 25. Hapsari DA, Yunus M, Gayatri RW. Faktor Yang
PW/article/view/62 Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis Pada
15. Chairani M, Mariana D. Faktor risiko kejadian Pasien Yang Berkunjung Ke Puskesmas Dinoyo
tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Kota Malang. Prev Indones J Public Heal
Binanga Kabupaten Mamuju. J Penelit Kesehat [Internet]. 2020;5(1):35–48. Available from:
[Internet]. 2017;8(3):140–5. Available from: http://journal2.um.ac.id/index.php/preventia/articl
https://forikes- e/view/14782
ejournal.com/index.php/SF/article/view/172 26. Iswari A, Endarti D, Trijayanti C, Nur R, Haris H,
16. Septiani CA, Sodik MA. Penyakit yang dapat Nadya A, et al. Analisis biaya penyakit
ditimbulkan oleh rokok. OSF Prepr [Internet]. tuberkulosis : studi kasus di salah satu puskesmas
2021;(1 Februari):1–5. Available from: dan rumah sakit di Yogyakarta cost off iilness of
https://osf.io/bzjep tuberculosis : case study in a primary healthcare
17. Putri EA, Saraswati LD. Faktor risiko tuberkulosis and hospital in Yogyakarta. J Farm [Internet].
paru pada warga binaan pemasyarakatan di 2020;16(2):211–7. Available from:
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang. J https://jurnal.ugm.ac.id/majalahfarmaseutik/articl

111
e/view/54172 kesehatan lingkungan 2020 [Internet]. Astuti SP,
27. Hayana, Sari NP, Rujiati S. Hubungan kondisi Ponco SH, Harahap IE, editors. Jakarta: Badan
lingkungan rumah dan perilaku anggota keluarga Pusat Statistik RI; 2020. Available from:
dengan suspek TB paru di kelurahan Harapan Tani https://www.bps.go.id
kabupaten Indragiri Hilir. 2020;3(3):91–9. 37. Pradita ER, Suhartono, Dewanti NAY. Kondisi
Available from: faktor fisik rumah yang terkait dengan
http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/ tuberkulosis paru di Puskesmas Bandarharjo, Kota
28. Mukono H. Pencemaran udara dalam ruangan : Semarang. J Kesehat Masy [Internet].
berorientasi kesehatan masyarakat [Internet]. 1st 2018;6(6):94–103. Available from:
ed. Surabaya: Airlangga University Press; 2014. http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Available from: 38. Aprialiani NA, Rahayu U, Narwati. Hubungan
https://scholar.google.com/scholar?oi=bibs&clust kondisi fisik rumah dengan kejadian penyakit tbc
er=17141254994821496942&btnI=1&hl=en paru di wilayah kerja puskesmas simomulyo kota
29. Pinontoan OR, Sumampouw OJ. Dasar kesehatan surabaya tahun 2019. GEMA Lingkung Kesehat
lingkungan [Internet]. 1st ed. Yogjakarta: [Internet]. 2020;18(1):33–8. Available from:
Deepublish Publisher; 2019. Available from: http://journal.poltekkesdepkes-
https://books.google.co.id sby.ac.id/index.php/KESLING/article/view/1103
30. Al-kayali R. Risk factors for latent tuberculosis 39. Sari M dkk. Kesehatan Lingkungan Perumahan
infection in close contacts of active ...: [Internet]. 1st ed. Matondang ZA, editor. Yayasan
EBSCOhost. BMC Infect Dis [Internet]. Kita Menulis; 2020. 5 p. Available from:
2014;(April). Available from: https://books.google.co.id
http://ezproxy.ug.edu.gh:2199/ehost/pdfviewer/p 40. Kementeran Kesehatan RI. Peraturan menteri
dfviewer?sid=446e6f9f-26db-45be-a992- kesehatan Indonesia No 1077/Menkes/PER/2011
2605da8b0a54%40sessionmgr4010&vid=0&hid= [Internet]. 1077/Menkes/PER/2011 Indonesia:
4114 Kementerian Kesehatan RI; 2011. Available from:
31. Wikurendra EA. Faktor faktor yang http://hukor.kemkes.go.id
mempengaruhi kejadian tb paru dan upaya 41. Sambera R, Hamisah I. Studi hubungan antara
penanggulangannya [Internet]. Peer-reviewed faktor lingkungan fisik rumah dengan penderita
Publication DOI. 2019. Available from: TB Paru BTA di Aceh Selatan. Serambi Eng
https://osf.io/preprints/inarxiv/r3fmq/ [Internet]. 2019;IV(1):406–15. Available from:
32. Tahumile A, Asrifuddin A, Ratag BT. Faktor – http://download.garuda.ristekdikti.go.id
faktor yang berhubungan dengan penemuan kasus 42. Zuraidah A, Ali H. Hubungan faktor lingkungan
tuberkulosis paru di kota Bitung. J KESMAS rumah terhadap kejadian TB paru BTA positif di
[Internet]. 2019;8(7):422–9. Available from: wilayah Puskesmas Nusa Indah kota Bengkulu. J
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/arti Nurs Public Heal [Internet]. 2020;8(1):1–10.
cle/view/26662 Available from:
33. Desissa F, Workineh T, Beyene T. Risk factors for https://jurnal.unived.ac.id/index.php/jnph/article/
the occurrence of multidrug-resistant tuberculosis view/1004
among patients undergoing multidrug-resistant 43. Istiqomah, Mursid, Rahardjo, Nurjazuli.
tuberculosis treatment in East Shoa, Ethiopia. Hubungan proporsi ventilasi berdasarkan volume
BMC Public Health [Internet]. 2018;18(1):1–6. ruangan dan orientasi matahari dengan
Available from: tuberkulosis paru di Puskesmas Mranggen Ii
https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articl Kabupaten Demak. J Kesehat Masy [Internet].
es/10.1186/s12889-018-5371-3 2018;6(6):184–8. Available from:
34. Butiop HML, Kandou GD, Palandeng HMF. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/articl
Hubungan Kontak Serumah, Luas Ventilasi, dan e/view/22175
Suhu Ruangan dengan Kejadian Tuberkulosis 44. Lestiyaningsih T. Hubungan lingkungan fisik
Paru di Desa Wori. J Kedokt Komunitas Dan Trop rumah dengan kejadian tuberculosis paru. J
[Internet]. 2015;3(4). Available from: Kesehat Lingkung Ruwa Jurai. 2020;14(2):78–84.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JKKT/artic 45. Hasriani, La Rangki. Analisis faktor risiko
le/view/11265 kejadian tuberkulosis paru. J Kesehat Al-Irsyad
35. Mariana D, Chairani M. Kepadatan hunian, [Internet]. 2020;13(1):1–10. Available from:
ventilasi dan pencahayaan terhadap kejadian tb http://e-
paru di wilayah kerja Puskesmas Binanga jurnal.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jka/article
Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat. J Kesehat /view/63
Manarang [Internet]. 2018;3(2):75–80. Available 46. Alemu A, Yesuf A, Zerihun B, Getu M, Worku T,
from: Bitew ZW. Incidence and determinants of
http://www.jurnal.poltekkesmamuju.ac.id/index.p tuberculosis among HIV-positive individuals in
hp/m/article/view/40 Addis Ababa, Ethiopia: A retrospective cohort
36. Badan Pusat Statistik. Indikator perumahan dan study. Int J Infect Dis [Internet]. 2020;95:59–66.

112
Vol. 16 No.1 Januari – April 2021

Available from:
https://doi.org/10.1016/j.ijid.2020.02.053
47. Pangaribuan L, Kristina, Perwitasari D, Tejayanti
T, Lolong DB. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian tuberkulosis pada umur 15 tahun ke atas
di Indonesia. Bul Penelit Sist Kesehat [Internet].
2020;23(1):10–7. Available from:
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/
hsr/article/view/2594#:~:text=Adapun faktor yang
berkaitan dengan,keturunan%2C nutrisi%2C dan
imunitas.
48. Kartasasmita CB. Epidemiologi tuberkulosis. Sari
Pediatr [Internet]. 2016; Available from:
https://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/view/605
49. Brajadenta GS, Laksana ASD, Peramiarti IDSAP.
Faktor risiko tuberkulosis paru anak:studi pada
Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM)
Purwokerto. Str J Ilm Kesehat [Internet].
2018;7(2):1–6. Available from:
https://www.sjik.org/index.php/sjik/article/view/1
60
50. Halim, Naning R, Satrio DB. Faktor risiko
kejadian tb paru pada anak usia 1 – 5 tahun di
Kabupaten Kebumen. J Penelit Univ Jambi Seri
Sains World [Internet]. 2015;17(2):26–39.
Available from: https://adoc.pub/faktor-risiko-
kejadian-tb-paru-pada-anak-usia-1-5-tahun-di-
k.html

113

You might also like