Jurnal Skripsi

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

Wilda Faizatunnisa ̽,Trisna Lestari, Nur’aini 2019

ANALISIS KINERJA INSTALASI FARMASI DI RAWAT JALAN UMUM RS DR. SITANALA


DENGAN METODE BALANCED SCORECARD PERIODE 2018-2019

ANALYSIS OF THE INSTALLATION PHARMACEUTICAL IN THE PATHWAY DR. SITANALA


WITH THE BALANCED SCORECARD METHOD FOR THE PERIOD 2018-2019

Wilda Faizatunnisa¹ ̽, Trisna Lestari²,Nur’aini³


¹˒²˒³Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tangerang
̽ Corresponding Author Email : [email protected]

ABSTRACT
Performance is the quantity and quality of achievement of the tasks performed by
individuals, groups, and organizations. The balanced scorecard is a comprehensive system of
measuring organizational performance management that measures from four perspectives, here
are finance, customers, service and growth & learning. This study aim to determine how the
performance of pharmaceutical personel in the Hospital Dr. Sitanala with the balanced scorecard
method based on the service perspective as well as the growth and learning perspective. This
research was conducted in general outpatient care at the Dr. Sitanala during january 2019. The
method is used to the balanced scorecard method. Analysis Data uses descriptive method based
on qualitative and quantitative reasearch. Qualitative data is based on the results of
questionnaires, and qualitative data obtained through direct observation and employee data. these
elite results show that in the service perspective the drug availability is 89%, making time is a
maximum of 52 minutes concoction, the maximum non-concoction time is 25 minutes, the patient
queuing rate is 66,,89%, the components listed on the drug etiquette are 100% and drug
information is given. Based on the perspective of growth and learning shows that the level of
employee satisfaction is good at the category of satisfaction, employee retention 22,22%. The
level of productivity of employee are is enough with a score of 0,10. The performance of
pharmaceutical installations based on the service perspective is quite good except for the patient
queue level indicator. Based on the perspective of growth and learning the criteria are quite good
except for the indicators of retentions employees.
Keywords: performance, balanced scorecard, service perspektive, growth and learning
perspective.
ABSTRAK
Kinerja merupakan kuantitas dan kualitas pencapaian tugas-tugas baik yang dilakukan
individu, kelompok maupun organisasi. Balanced scorecard merupakan sistem pengukuran
manajemen kinerja organisasi secara komprehensif yang mengukur dari empat perspektif, yaitu
keuangan, pelanggan, pelayanan dan pertumbuhan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana kinerja tenaga farmasi di RS Dr. Sitanala dengan metode balanced
scorecard berdasarkan perspektif pelayanan serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
Penelitian ini dilakukan di rawat jalan umum RS Dr. Sitanala selama bulan januari 2019. Metode
yang digunakan adalah metode Balanced Scorecard. Analisis data menggunakan metode
deskriptif berdasarkan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh berdasarkan
hasil kuisioner, dan data kuantitatif diperoleh melalui observasi langsung dan data karyawan. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa pada perspektif pelayanan yaitu tingkat ketersediaan obat 89%,
dispensing time waktu maksimal racikan 52 menit, waktu maksimal non racikan 25 menit, tingkat
antrian pasien 66,89%, komponen yang tertera pada etiket obat 100% dan pemberian informasi
obat. Berdasarkan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menunjukan bahwa tingkat
kepuasan karyawan cukup baik Indeks Kepuasan sebesar 573 dengan kategori puas, retensi
karyawan 22,22%, tingkat produktifitas karyawan cukup dengan skor 0,10. Kinerja instalasi farmasi
berdasarkan perspektif pelayanan sudah cukup baik kecuali pada indikator tingkat antrian pasien.
Berdasarkan pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dalam kriteria cukup baik kecuali
pada indikator retensi karyawan.
Kata kunci : Kinerja, Balanced Scorecard, Perspektif Pelayanan, Perspektif Pertumbuhan
dan Pembelajaran.

ANALISIS KINERJA INSTALASI FARMASI 1


Wilda Faizatunnisa ̽,Trisna Lestari, Nur’aini 2019

PENDAHULUAN adanya beberapa masukan tersebut, dapat


digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
Sumber daya manusia (SDM) adalah pengambilan keputusan untuk memperbaiki
faktor sentral dalam suatu organisasi. Apapun kondisi perusahaan, penetapan kebijakan baru
bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat yang lebih baik, dan terencana (Mariza, 2003).
berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan Berdasarkan latar belakang di atas
manusia dan dalam pelaksanan misinya maka peneliti tertarik untuk melakukan
dikelola dan diurus oleh manusia. Jadi, penelitian yang berjudul “Analisis Kinerja
manusia merupakan faktor strategis dalam Instalasi Farmasi Di Rawat Jalan Umum RS
semua kegiatan institusi/ organisasi (Masram Dr. Sitanala dengan Metode Balanced
dan Mu’ah, 2015). Scorecard Periode 2018” atas kinerja yang ada
Sumber daya merupakan sumber di RS Dr. Sitanala dengan menganalisa
energi, tenaga, kekuatan (power) yang kinerjanya berdasarkan metode Balanced
diperlukan untuk menciptakan daya, gerakan, Scorecard yang di lakukan dalam upaya
aktivitas, dan tindakan. Sehubungan dengan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
pengembangan dan peningkatan sumber daya khususnya pelayanan dibidang kefarmasian.
manusia, maka salah satu faktor yang harus di
perhatikan adalah masalah kinerja. Kinerja METODE PENELITIAN
merupakan kuantitas dan kualitas pencapaian
tugas-tugas, baik yang dilakukan individu, Alat
kelompok maupun organisasi. Hal yang sangat
berpengaruh pada kinerja tenaga kesehatan Alat yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah faktor kedisiplinan. Disiplin kerja yaitu formulir data sekunder, formulir
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pengamatan dan formulir kuisioner.
kinerja, jika disiplin kerja tidak ditingkatkan
maka secara langsung akan berdampak pada Bahan
penurunan kinerja sehingga tujuan akhir dari
organisasi tidak tercapai. Turunnya kinerja Bahan yang digunakan dalam penelitian
tenaga kesehatan disebabkan oleh beberapa ini adalah data hasil kuisioner, formulir hasil
faktor, diantaranya faktor kemampuan, beban pengamatan dan data sekunder (jumlah total
kerja, disiplin kerja dan motivasi karyawan, jumlah karyawan yang keluar dan
(Usman,2016). jumlah hari absensi kerja).
Pengukuran kinerja di Rumah Sakit
memerlukan metode yang tidak hanya Pengumpulan Data
mengukur aspek keuangan saja tetapi juga
mempertimbangkan aspek non keuangan. Pengukuran terhadap kinerja karyawan
Metode yang di nilai paling cocok untuk di dilakukan dengan cara pengamatan langsung
terapkan dalam organisasi publik adalah terhadap kinerja karyawan dan pengambilan
Balanced Scorecard. balanced scorecard data sekunder meliputi jumlah total karyawan,
menentukan strategi organisasi dalam jumlah karyawan yang keluar dan jumlah hari
pencapaian tujuan organisasi secara absensi kerja. Data sekunder diambil dalam
berimbang yang mencakup empat perspektif jangka waktu satu tahun yakni tahun 2018.
yaitu pembelajaran dan pertumbuhan, proses Untuk pendekatan kualitatif dilakukan
bisnis internal atau pelayanan, custemer, serta dengan pengisian kuisioner yang dibagikan
keuangan (Aprilliani, dkk, 2015). kepada seluruh karyawan di IF RS Dr. Sitanala
Setiap aspek yang ada dalam balanced tersebut
scorecard dapat diketahui seberapa baik
kondisi keuangan perusahaan, seberapa besar
tingkat kepuasan pelanggan, seberapa baik
proses perkembangan usaha perusahaan
sesuai dengan visi dan misinya, dan seberapa
besar tingkat kepuasan orang-orang yang
terlibat dalam perusahaan. Dengan
berdasarkan penilaian tersebut maka
perusahaan akan mengetahui kelebihan dan
kekurangan perkembangan usahanya. Dengan

ANALISIS KINERJA INSTALASI FARMASI 2


Wilda Faizatunnisa ̽,Trisna Lestari, Nur’aini 2019

Teknik Analisis Data jumlah karyawan yang keluar


= x 100%
jumlah total karyawan
teknik analisa data menggunakan c. Produktivitas Karyawan
analisis deskriptif yaitu cara analisis dengan Tingkat produktivitas
mendeskripsikan atau menggambarkan data jumlah hari absensi kerja
yang telah terkumpul sebagaimana adanya. = x 100%
jumlah hari kerja
Pendeskripsian data dilakukan untuk
6. Merangkum hasil data dan kuisioner yang
mengukur kinerja dari masing-masing
sudah dihitung, memeriksa, mengedit dan
perspektif dalam balanced scorecard.
dideskripsikan dalam bentuk narasi.
Tahapan dalam analisis data yang dilakukan
Menyajikan data dalam bentuk uraian
sebagai berikut :
singkat dan tabel hasil pengamatan. Langkah
selanjutnya dalam analisa data adalah
1. Mengumpulkan data yang diperoleh setiap
penarikan kesimpulan dan verifikasi , yaitu
selesai pengamatan kinerja setiap hari
bagaimana kinerja yang ada di RS Dr.
selama jam kerja pengamatan.
Sitanala.
2. Memeriksa kelengkapan data.
3. Memasukan data yang diperoleh ke dalam
komputer dan melakukan pengelompokan
berdasarkan indikator sesuai dengan
perspektif balanced scorecard
4. Menghitung persentasi setiap indikator
pada perspektif pelayanan
a. Tingkat ketersediaan obat
ketersediaan obat
jumlah obat di serahkan
= x 100%
jumlah obat diresepkan
b. Dispensing time, Standar waktu tunggu HASIL DAN PEMBAHASAN
pelayanan obat jadi ≤ 30 menit
sedangkan standar waktu tunggu 1. Perspektif Pelayanan
pelayanan obat racikan ≤ 60 menit a. Tingkat Ketersediaan Obat
c. Tingkat antrian pasien Berdasarkan hasil pengamatan,
Tingkat antrian pasien Tingkat ketersediaan obat di RS Dr.
Σpasien terlayani setelah1 jam kerja Sitanala sebesar 89%, dan obat yang
= x
Σpasien dalam 1 jam kerja tidak tersedia yaitu 11%.
100%
d. Komponen yang tertera pada etiket obat, Gambar 1. ketersediaan obat di Farmasi
keterangan dalam etiket terdiri dari nama Rawat Jalan RS Dr. sitanala
RS, alamat dan nomor telepon, nomor
resep, tanggal pembuatan resep, nama Tingkat ketersediaan obat di
pasien, aturan pakai dan peringatan rawat jalan umum RS Dr. Sitanala
khusus untuk obat tertentu. dikatakan baik walaupun tidak
e. Komponen informasi obat yang diberikan, tercapainya ketersediaan obat 100%.
informasi obat pada pasien sekurang- Salah satu faktor yang menyebabkan
kurangnya meliputi cara pemakaian obat, tidak terpenuhinya persediaan obat
cara penyimpanan obat, jangka waktu dipengaruhi oleh faktor internal dan
pengobatan, aktivitas serta makanan dan eksternal. Pada faktor internal
minuman yang harus dihindari selama terkadang dokter meresepkan obat
terapi tidak sesuai dengan formularium RS
5. Menghitung setiap indikator pada perspektif sehingga di IF obat tidak disediakan
pertumbuhan dan pembelajaran atau di ganti dengan obat lain setelah
a. Kepuasan karyawan, pengukuran adanya konfirmasi ke dokter yang
dilakukan menggunakan kuisioner yang meresepkan obat. Pada faktor
dibagikan kepada seluruh karyawan eksternal salah satunya di pengaruhi
b. Retensi Karyawan oleh adanya keterlambatan pengiriman
Retensi karyawan dari distributor atau karena adanya
kosong Nasional pada distributor
ANALISIS KINERJA INSTALASI FARMASI 3
Wilda Faizatunnisa ̽,Trisna Lestari, Nur’aini 2019

sehingga obat yang diresepkan tidak Gambar 3. Tingkat antrian pasien di


tersedia Farmasi Rawat Jalan RS Dr. sitanala

b. Dispensing Time Hasil penelitian berdasarkan


60
pengamatan langsung diperoleh rata-
50
52 menit
Minimal waktu
rata tingkat antrian pasien yaitu
40 racikan kurang dari 100%. Hal ini disebabkan
Minimal waktu
30 25 menit non racikan karena kedatangan pasien yang
20 Maksimal waktu
racikan
cukup banyak di satu waktu secara
10
0
5 menit
2 menit Maksimal waktu bersamaan yaitu sekitar pukul 11:00-
non racikan
12:00 WIB sehingga resep lebih
banyak, dan rata-rata resep yang
dibawa pada jam tersebut adalah
resep racikan sehingga membutuhkan
waktu penyiapan yang lebih lama.
Gambar 2. Dispensing time di Farmasi
Rawat Jalan RS Dr. sitanala d. Komponen yang tertera pada etiket
obat
Berdasarkan data pengamatan,
dilihat waktu maksimal dari pelayanan
Berdasarkan hasil pengamatan,
obat racikan adalah sebesar 52 menit
persentasi jumlah obat yang
dan waktu maksimal obat non racikan
diserahkan dengan etiket yang benar
adalah 25 menit. Obat racikan lebih
dapat dilihat nama RS, alamat RS,
lama waktu penyiapannya
tanggal pembuatan resep, nama
dibandingkan dengan obat non
pasien, nomor MR/ tanggal lahir
racikan, karena obat racikan melalui
pasien, nama obat, aturan pakai obat
beberapa tahap proses seperti
dan nomor telepon dengan persentase
menghitung, menimbang, dan meracik
100%. Peringatan khusus juga
obat tersebut sehingga membutuhkan
mencapai persentasi 100%
waktu yang lebih lama dalam
penyiapan obat dalam satu resep.
seperti obat antibiotik yang memang
Jika dibandingkan dengan nilai
penggunaannya harus dihabiskan. Hal
yang diharapkan Menkes tahun 2008
ini menunjukan bahwa semua obat
untuk sediaan racikan ≤60 menit dan
yang diserahkan pada pasien sesuai
sediaan jadi ≤30 menit, maka
dengan yang tertulis dalam resep.
pengelolaan obat memenuhi waktu
ideal karena tidak melampaui waktu
e. Komponen pemberian informasi
yang sudah ditetapkan oleh Menkes
obat
dan pasien tidak terlalu lama
menunggu obat.
Setelah dilakukan penelitian di
rawat jalan didapati bahwa pemberian
c. Tingkat antrian pasien
informasi obat yang dilakukan oleh
apoteker mencakup semua komponen
Pengukuran tingkat antrian
mengenai cara pemakaian obat, cara
pasien dilakukan dengan melihat
penyimpana obat, jangka waktu
kedatangan pasien atau keluarga
pengobatan, aktivitas serta makanan
yang menyerahkan resep di rawat
dan minuman yang harus dihindari
jalan dan jumlah resep yang dilayani
selama terapi. Hal tersebut sesuai
oleh petugas IFRS pada setiap jam.
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Apriliani, dkk (2015) yang dilakukan di
72%
70% 70% Instalasi Farmasi di BLUD RS Kota
71,43% 68,75%
68%
64,28%
Banjar Baru.
66%
64% 60%
Pemberian informasi obat perlu
62%
60%
secukupnya diberikan kepada pasien
58% tergantung penyakit yang dialami
56%
54% pasien. Pada penyakit dengan
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
penggunaan waktu yang cukup
ANALISIS KINERJA INSTALASI FARMASI 4
Wilda Faizatunnisa ̽,Trisna Lestari, Nur’aini 2019

panjang tidak diberikan PIO kecuali jika karyawan bisa disebabkan karena
ada penggunaan obat baru atau ada beberapa faktor salah satunya seperti
kontraindikasi. adanya ketidak terikatan karyawan
secara terikat kontrak dengan rumah
2. Perspektif pertumbuhan dan sakit sehingga lebih memilih
pembelajaran mengundurkan diri dan pensiun.

a. Kepuasan karyawan c. Produktivitas karyawan

Tingkat kepuasan karyawan Produktivitas karyawan


digunakan untuk mengukur tingkat dilakukan untuk mengetahui tingkat
kepuasan karyawan terhadap rumah produktivitas karyawan dinilai dari
sakit. Pengukurannya menggunakan absensi kerja karyawan selama tahun
survei kepuasan karyawan pada RS Dr. 2018 di bagi dengan jumlah hari kerja.
Sitanala dengan cara membagikan Jumlah hari absensi kerja yaitu 264
kuisioner kepada karyawan. hari dan jumlah hari kerja yaitu 2.537
Setelah dilakukan perhitungan hari, sehingga Setelah dilakukan
didapatkan interval indeks kepuasan perhitungan didapatkan data bahwa
karyawan yaitu 225-393,75 (Sangat tingkat produktivitas karyawan adalah
Tidak Puas), 393,76-562,5 (Tidak 0,10. Setelah didapati hasil skor
Puas), 562,6-731,25 (Puas), 731,26- dibuat skala nilai untuk menentukan
900 (Sangat Puas). Diperoleh indeks apakah kinerja farmasi di RS Dr.
kepuasan sebesar 573, Sehingga dari Sitanala dapat dikatakan “kurang”,
hasil ini menunjukan bahwa tenaga “cukup”, dan “baik”.
farmasi di RS Dr. Sitanala dapat di hasil skala nilai produktivitas
kategorikan puas terhadap kinerja di karyawan:
RS Dr. Sitanala.
Kurang Cukup Baik
b. Retensi karyawan -1 0 0,10 1

Retensi karyawan merupakan hasil pengukuran kinerja


kemampuan suatu organisasi untuk farmasi RS Dr. Sitanala dapat
mempertahankan karyawan potensial dikatakan cukup dengan skor 0,10.
yang dimiliki oleh rumah sakit. Tujuan Artinya kinerja farmasi di RS Dr.
dari retensi karyawan adalah untuk Sitanala cukup baik jika dinilai dengan
mempertahankan karyawan pendekatan Balanced Scorecard.
yang dianggap berkualitas yang
dimiliki selama mungkin. Kesimpulan

Kinerja instalasi farmasi


Tahun Jumlah Jumlah Retensi
karyawan total karyawan
berdasarkan perspektif pelayanan
yang keluar karyawan rawat jalan ditinjau dari tingkat
ketersediaan obat, dispensing time
2018 4 18 22,22% untuk obat racikan dan non racikan,
komponen yang tertera pada etiket
obat, dan informasi obat yang
Tabel 1. hasil pengukuran retensi karyawan
diberikan termasuk kriteria baik,
sedangkan pada indikator tingkat
Setelah dilakukan pengamatan antrian pasien dikatakan belum cukup
dengan cara menghitung jumlah baik. Kinerja Instalasi Farmasi
karyawan yang keluar dibagi dengan berdasarkan perspektif pertumbuhan
jumlah total karyawan didapati hasil dan pembelajaran menunjukan tingkat
bahwa retensi karyawan di RS Dr. kepuasan karyawan dengan kriteria
Sitanala adalah 22,22 %. Retensi baik, produktivitas karyawan dengan
karyawan disebabkan karena adanya kriterian cukup dan pada tingkat
karyawan yang keluar. Keluarnya retensi karyawan belum dikatakan
baik.
ANALISIS KINERJA INSTALASI FARMASI 5
Wilda Faizatunnisa ̽,Trisna Lestari, Nur’aini 2019

DAFTAR PUSTAKA

Aprilliani, W.A., Kartinah, N.,


Hardianti, R.S.W. 2015.
Analisis Kinerja Instalasi
Farmasi BLUD Rumah Sakit
Kota Banjarbaru Dengan
Metode Balanced Scorecard
Berdasarkan Perspektif
Keuangan Dan Perspektif
Pelayanan Periode 2012-
2014. Jurnal Pharmascience.
Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru.

ANALISIS KINERJA INSTALASI FARMASI 6


Wilda Faizatunnisa ̽,Trisna Lestari, Nur’aini 2019

Budi, S., Fudholi, A., Satibi. 2011.


Analisis Kinerja Instalasi
Farmasi Rs Medika Mulya
Wonogiri Pada Perspektif
Pertumbuhan Dan
Pembelajaran Dan Perspektif
Proses Bisnis Internal. Jurnal
Farmasi Indonesia.
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.

Fakhriadi, A., Marchaban, D.P. 2011.


Analisis Pengelolaan Obat Di
Instalasi Farmasi Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah
Temanggung Tahun 2006,
2007 dan 2008.
Pascasarjana Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta

Mariza, I. 2003. Pengukuran Kinerja


Dengan Balanced Scorecard.
Fakultas Ekonomi UBINus.
Jakarta.Banjarbaru.
Masram & Mu’ah. 2015. Manajemen
Sumber Daya Manusia.
Zifatama Publisher. Sidoarjo

Menkes RI. 2008. Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008
Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit . Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.

Usman. 2016. Analisis Kinerja Tenaga


Kesehatan Pada Puskesmas
Lapadde Kota Parepare.
Jurnal MKMI. FIKES
UMPAR.
.

ANALISIS KINERJA INSTALASI FARMASI 7

You might also like