Uts B.indonesia
Uts B.indonesia
Uts B.indonesia
NIM :210104007
Fakultas : Teknik
Bahasa Melayu telah ada dan digunakan terlebih dahulu. Keberadaan bahasa Melayu pun
dapat ditilik dalam saat persiapan Kongres Pemuda tahun 1926, para pemuda masih
mempermasalahkan tentang sebutan bahasa persatuan Indonesia. Kemudian M. Tabrani
mengusulkan bahasa Melayu diganti dengan istilah bahasa Indonesia dan hal ini pun
disetujui bersama pada 2 Mei 1926. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam laman resminya telah
mencantumkan bahwa bahasa Melayu telah berada di kawasan Asia dan khususnya Asia
tenggara sejak abad ketujuh. Pernyataan ini juga tentu didukung oleh adanya beberapa
prasasti sepeti prasasti Talang Tuo di Palembang, bahkan prasasti Karang Brahi di Jambi.
Keberadaan prasasti-prasasti ini telah ada sejak tahun 680-an. Bahasa Indonesia
dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena
pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa
Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
2. Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain
menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau. Jelaskan
beberapaalasan tersebut ! kemudian jelaskan juga beberapa sejarah yang
membuktikan bahwa bahasa Melayu Riau sejak zaman dahulu sudah dipergunakan
sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara,
melainkan juga hamper diseluruh Asia Tenggara.
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan
bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai
bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan
juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang
menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun
683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur
berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi).
Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu
tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga
ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka
tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia,
yaitu: (1) Bahasa Melayu merupakan Lingua Franca di Indonesia, yaitu bahasa
perhubungan dan bahasa perdagangan; (2) Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah di
pelajari karena dalam bahasa Melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan
bahasa halus); (3) Suku Jawa, Suku Sunda, dan Suku-suku lainnya dengan sukarela
menerima bahasa Melayu menjadi awal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional; (4)
Bahasa melayu mempunyai potensi untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti
yang luas.
3. a. Jelaskan tantangan penerapan bahasa Indonesia baku pada era globalisasi ini
b. Jelaskanlah konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar! Beserta contoh
a. Berlandaskan alasan globalisasi dan prestise, masyarakat mulai kehilangan rasa
bangga menggunakan bahasa nasional. Tidak hanya pada rakyat kecil, ‘krisis bahasa’
juga ditemukan pada para pejabat negara. Kurang intelek katanya kalau dalam setiap
ucapan tidak dibumbui selingan bahasa asing yang sebenarnya tidak perlu. Hal
tersebut memunculkan istilah baru, yaitu ‘Indoglish’ kependekan dari ‘Indonesian-
English’ untuk fenomena bahasa yang kian menghantam bahasa Indonesia. Sulit
dipungkiri memang, bahasa asing kini telah menjamur penggunaannya. Mulai dari
judul film, judul buku, judul lagu, sampai pemberian nama merk produk dalam
negeri. Kita pun merasa lebih bangga jika lancar dalam berbicara bahasa asing
Namun, apapun alasannya, entah itu menjaga prestise, mengikuti perkembangan
zaman, ataupun untuk meraup keuntungan, tanpa kita sadari secara perlahan kita telah
ikut andil dalam mengikis kepribadian dan jati diri bangsa kita sendiri. Atau bahkan
merusak tatanan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara seperti
yang termaktub dalam ikrar Sumpah Pemuda dan UUD 1945. Penggunaan bahasa
gaul di kalangan remaja di era milenial juga salah satu yang menjadi tantangan
eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Hal ini
tentunya berimplikasi dengan makin sulitnya mengetahui bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Bahkan karena terlalu seringnya menggunakan bahasa gaul, kita tak sadar
bahwa bahasa tersebut bukan bahasa yang baik dan benar. Tidak jarang dalam acara
formal pun banyak orang yang menggunakan bahasa gaul, dengan alasan tidak
sengaja, karena sudah menjadi kebiasaan dalam berbicara sehari-hari. Bahasa gaul
tersebut masih banyak digunakan oleh para remaja untuk menulis dalam Facebook
atau Twitter, maupun di dalam berbahasa sehari-hari. Beberapa kata yang sering
dijumpai dalam “status” para pengguna jejaring sosial, misalnya, kata gue. Kini,
untuk menyatakan kata saya para penutur bahasa gaul juga menggunakan kata saiia,
aq, q, ak, gw, gua, w, akoh, aqoh, aqu, dan ane. Kemudian, kata lo atau lu sama
seperti kata gue. Kini, untuk menyatakan kamu penutur bahasa gaul juga
menggunakan lw, elu, elo, dan ente.
b. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan pemakaian ragam
bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa
yang betul. Ungkapan “bahasa Indonesia yang baik dan benar” mengacu ke ragam
bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang
diucapkan bahasa yang baku.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis
terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu,
yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas
utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Kendala
yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh
adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan
bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini
mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Misalkan dalam pertanyaan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang baku
Contoh :
Apakah kamu ingin menyapu rumah bagian belakang ?
Apa yang kamu lakukan tadi?
Misalkan ketika dalam dialog antara seorang Guru dengan seorang siswa
Pak guru : Rino apakah kamu sudah mengerjakan PR?
Rino : sudah saya kerjakan pak.
Pak guru : baiklah kalau begitu, segera dikumpulkan.
Rino : Terima kasih Pak
4. Jelaskan sejarah perkembangan ejaan dan berikan contoh setiap perubahan yang
terjadi pada perkembangan ejaan!
1. Ejaan van Ophuisjen
Ini merupakan pedoman resmi ejaan pertama yang diterbitkan pada tahun 1901. Fyi,
bahasa Indonesia waktu itu masih disebut sebagai bahasa Melayu. Bisa ditebak dari
namanya, ejaan ini disusun oleh orang Belanda bernama Charles A. van Ophuijsen
dan dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib
Soetan Ibrahim.
2. Ejaan Soewandi
Ejaan ini menggantikan Ejaan van Ophuijsen setelah diresmikan pada tanggal 19
Maret 1947 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.Pembaharuan dari Ejaan Soewandi
terletak dalam penggunaan diftong (gabungan dua huruf vokal) oe yang diganti
menjadi huruf u, dan dihapuskannya tanda apostrof. Nah, tanda apostrof ini diganti
menjadi huruf k atau tidak dituliskan sama sekali. Contohnya:
Jum’at → Jumat
ra’yat → rakyat
ma’af → maaf
3. Ejaan Pembaharuan
Melalui Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954, Prof. M. Yamin
menyarankan agar ejaan Soewandi disempurnakan. Pembaharuan yang disarankan
panitia yang diketuai Prijono dan E. Katoppo antara lain: membuat standar satu
fonem satu huruf, dan diftong ai, au, dan oi dieja menjadi ay, aw, dan oy. Selain itu,
tanda hubung juga tidak digunakan dalam kata berulang yang memiliki makna
tunggal seperti kupukupu dan alunalun.
4. Ejaan Melindo
Melindo ini akronim dari Melayu-Indonesia. Yup, draft penyusunan ejaan ini disusun
pada tahun 1959 atas kerja sama Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu, yang
dalam hal ini adalah Malaysia. Perubahan yang diajukan dalam ejaan ini nggak jauh
berbeda kok dari Ejaan Pembaharuan. Ejaan Melindo ini bertujuan untuk
menyeragamkan ejaan yang digunakan kedua negara. Secara ‘kan ya Indonesia dan
Malaysia bahasanya mirip-mirip gitu. Tapi sayang, ejaan ini pun gagal diresmikan
akibat ketegangan politik antara Indonesia dan Malaysia waktu itu.
5. Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)
Ejaan ini bisa dibilang adalah lanjutan dari Ejaan Melindo yang nggak jadi itu.
Panitianya masih campuran antara Indonesia dan Malaysia dan dibentuk pada tahun
1967. Isinya juga nggak jauh berbeda dari Ejaan yang Disempurnakan (yang akan
dijelaskan selanjutnya), hanya ada perbedaan di beberapa kaidahnya saja.
Ada pun huruf vokal dalam ejaan ini terdiri dari: i, u, e, ə, o, a. Dalam ejaan ini,
istilah-istilah asing sudah mulai diserap seperti: extra → ekstra; qalb → kalbu;
guerilla → gerilya.
6. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Kamu pasti udah kenal dong sama yang namanya EYD. Ejaan ini berlaku sejak tahun
1972 sampai 2015. Di antara deretan “mantan” ejaan di atas, EYD ini yang paling
awet. Juga, ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah penulisan bahasa
Indonesia, antara lain: tentang unsur bahasa serapan, tanda baca, pemakaian kata,
pelafalan huruf “e”. penggunaan huruf kapital, dan penggunaan cetak miring. Selain
itu, huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” yang kental dengan unsur bahasa asing resmi
menjadi bagian Bahasa Indonesia.
7. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, EBI pun
resmi berlaku sebagai ejaan baru Bahasa Indonesia. Katanya, latar belakang
diresmikan ejaan baru ini adalah karena perkembangan pengetahuan, teknologi, dan
seni sehingga pemakaian bahasa Indonesia semakin luas. Ejaan ini menyempurnakan
EYD, terutama dalam hal penambahan diftong, penggunaan huruf kapital, dan cetak
tebal.
Huruf diftong yang berlaku antara lain: ai, au, ei, oi
Lafal huruf “e” menjadi tiga jenis. Contohnya seperti pada lafal: petak, kena, militer
Penulisan cetak tebal untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring,
dan bagian-bagian karangan seperti judul, bab, dan subbab.
Huruf kapital pada nama julukan seseorang. Contohnya: Pak Haji Bahrudin
Tanda elipsis (...) digunakan dalam kalimat yang tidak selesai dalam dialog.
5. Bahasa sebagai alat komunikasi mengandung beberapa sifat antara lain :
sistematik, mana suka, dan ujaran. Kemudian hakikat bahasa terbentuk dari bunyi
dan arti. Jelaskan maksud dari pernyataan tersebut!
a. Sistematik
Dalam setiap bahasa ada dua sistem yaitu sistem bunyi dan makna. Bunyi
merupakan sesuatu yang bersifat fisik yakni bisa ditangkap oleh panca indra.
Hanya bunyi-bunyi tertentu yang dapat diklasifikasikan sebagai simbol sebuah
kata yaitu bunyi yang dapat digunakan atau digabungkan dengan bunyi lain
sehingga membentuk satu kata. Jika sebuah tanda fisik diberi/atau makna tertentu
mewakili tertentu maka tanda tersebut disebut lambang. Lambang ini menjadi isi
yang terkandung dalam arus bunyi sehingga menimbulkan reaksi. Bunyi lah yang
merangsang panca indra sehingga ada reaksi. Bunyi yang menimbulkan reaksi
disebut ujaran.
b. Mana suka Bahasa disebut
mana suka karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar. Tidak ada
hubungan logis antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Sebagai contoh,
penyebutan manusia yang lahir disebut bayi, untuk remaja disebut ABG, anak
perempuan dewasa disebut gadis/cewek, orang yang sudah menikah dan punya
anak atau belum disebut bapak/ibu, orang tua yang sudah punya cucu disebut
kakek/nenek.
c. Ujaran Bahasa
disebut ujaran karena media bahasa yang terpenting adalah bunyi walaupun
kemudian ditemui juga media tulisan dan isyarat lainnya.
d. Pada hakikatnya bahasa adalah bunyi ujar atau lisan. Hal ini dapat dijelaskan
dengan menggunakan fakta sejarah bahwa orang atau kelompok orang
(masyarakat) sejak dahulu kala telah dapat melakukan komunikasi dengan
menggunakan bahasa yang telah disepakati bersama secara lisan. Bahasa tulis
baru datang kemudian setelah muncul para ahli linguis yang menciptakan
lambang-lambang tulis yang juga didasari atas kesepakatan bersama. Kesepakatan
masing-masing kelompok/lingkungan masyarakat penggunan bahasa tersebut.
6. a.Jelaskan pengertian dan jenis- jenis diksi!
b.Menurut pendapat Anda apa manfaat diksi dalam kehidupan sehari- hari, baik
secara lisan maupun secara tulisan.
c. Apa yang anda ketahui tentang kesalahan pembentukan kata?
a. Pengertian Diksi – Diksi adalah pilihan kata dalam tulisan yang biasa
digunakan untuk menggambarkan suatu cerita atau memberi makna sesuai
dengan keinginan penulis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), diksi adalah pilihan kata yang tepat serta selaras dalam
penggunaannya. Diksi digunakan oleh penulis untuk mengungkapkan
suatu gagasan sehingga mendapatkan efek tertentu, sesuai yang
diharapkan oleh penulis.
1. Diksi Berdasarkan Makna
Jenis diksi berdasarkan maknanya dibagi menjadi dua macam yang
meliputi makna konotatif dan makna denotatif. Menurut Chaer
perbedaan diksi berdasarkan pada makna konotatif dan denotatif
sesuai pada ada atau tidaknya nilai rasa pada suatu kata. Secara
singkat, denotatif bersifat umum sedangkan konotatif bersifat
khusus.
2. Diksi Berdasarkan Leksikal
Diksi berdasarkan leksikal dibedakan menjadi delapan macam.
Berikut penjelasan dari macam-macam diksi berdasarkan leksikal.
a. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki persamaan makna antara satu
kata dengan lainnya.
b. Antonim
Antonim merupakan kebalikan dari sinonim yang artinya adalah pemilihan kata
atau diksi yang memiliki makna berbeda atau berlawanan.
c. Homonim
Homonim adalah pemilihan kata atau diksi yang memiliki ejaan atau pelafalan
yang sama dengan suatu kata, akan tetapi memiliki arti yang berbeda.
d. Homofon
Homofon merupakan pemilihan kata atau diksi yang memiliki makna dan ejaan
berbeda namun pelafalannya sama.
e. Homograf
Homograf adalah pemilihan kata atau diksi yang memiliki pelafalan dan arti
berbeda namun memiliki ejaan yang sama.
f. Polisemi
Polisemi merupakan diksi atau frasa yang memiliki lebih dari satu arti.
g. Hipernim
Hipernim adalah diksi yang mewakili banyak kata lainnya atau mencakup makna
dari kata lain.
h. Hiponim
Hiponim adalah diksi yang dapat terwakilkan oleh kata hipernim.
Ciri :
Contoh :Hadirin dimohon naik ke panggung. Penggunaan kata 'hadirin' dalam suatu
kalimat pada dasarnya sudah memiliki makna jamak, sehingga tidak perlu
menambahkan kata 'sekalian' setelah kata hadirin.