Jurnal Absobsi Cahaya - A. Ainur Fadilla
Jurnal Absobsi Cahaya - A. Ainur Fadilla
Jurnal Absobsi Cahaya - A. Ainur Fadilla
X-XX
ABSORBSI CAHAYA
A. Ainur Fadilla1,a*, Astriyani Nur2,b, Fadel3,c, Nurfalah Mise;di4,d, Selvi Sewang5,e, Serli
Yuniar6,f
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Makassar
123456
ABSTRACT: Light absorption experiments have been performed with the aim of determining the
absorption coefficient of a material, observing the effect of absorber thickness on a material's light
absorption, and observing the effect of resistance on the intensity of reflection (reflection) of a
material. In this experiment, 3 measurement methods were used, namely the absorption coefficient
at different resistances, the absorption coefficient of light at different colors and material
thicknesses and the absorption of light at different voltage sources. The results obtained in this
experiment were the Id values obtained 2, 1 lux and 0 lux, while the Ip value obtained in each
measurement is 1 lux. Based on the theory of Beer's Law, which states that light absorption is
directly proportional to the concentration and thickness of the medium, with the thicker a material,
the greater the absorbed intensity. However, the experimental results obtained do not agree with the
theory, since several factors are possible, namely the less dark room conditions and the halogen
light source used, the lighting is not optimal and the material structure of a material also affects the
light intensity.
ABSTRAK: Telah dilakukan percobaan percobaan Absorbsi Cahaya dengan tujuan untuk
menentukan koefisien penyerapan suatu material, mengamati pengaruh ketebalan absorber terhadap
penyerapan cahaya suatu material dan untuk mengamati pengaruh hambatan terhadap besar
intensitas pantul (refleksi) suatu material. Dalam percobaan ini ada 3 metode pengukuran yang
dilakukan yaitu koefisien absorbsi dengan hambatan bervariasi, koefisien absorbsi cahaya dengan
warna dan ketebalan material yang bervariasi, dan absorbsi cahaya dengan sumber tegangan yang
bervariasi.. Hasil yang didapatkan pada percobaan ini adalah nilai Id yang diperoleh 2, 1 lux dan 0
lux sedangkan nilai Ip yang diperoleh pada setiap pengukuran adalah 1 lux. Berdasarkan teori
Hukum Beer yang menyatakan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi dan
ketebalan medium dimana semakin tebal suatu material maka intensitas yang diserap akan semakin
besar. Namun, pada hasil percobaan yang diperoleh tidak sesuai dengan teori dikarenakan
kemungkinan adanya beberapa faktor yaitu kondisi ruangan yang kurang gelap serta sumber cahaya
halogen yang digunakan pencahayaannya kurang maksimal dan struktur materi suatu bahan juga
mempengaruhi intensitas cahaya.
*corresponding author
email: [email protected]
DOI:
1
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX
PENDAHULUAN
Dalam sejarah perkembangan teori tentang cahaya Newton sendiri menjelaskan
tentang sifat cahaya yang dikenal dengan pemantulan dan pembiasan. Menurut Newton
cahaya danggap terdiri dari partikel-partikel yang sangat kecil dan ringan yang dipancarkan
kesegala arah dari sumbernya membentuk garis lurus dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Teori partikel dari Newton bertahan hingga seabad dan dihidupkan kembali oleh Thomas
young tentang cahaya sebagai gelombang.
Cahaya pada hakekatnya tidak dapat dilihat, kesan adanya cahaya apabila cahaya
tersebut mengenai benda.Cahaya dapat bersifat gelombang maupun partikel.Cahaya adalah
tenaga berbentuk gelombang dan dapat membantu kita melihat.Cahaya bergerak lurus ke
semua arah.Cahaya di biaskan apabila bergerak secara tegak lurus melalui medium yang
berbeda seperti melalui udara, kaca dan air. Cahaya dapat bergerak lebih cepat melalui
udara
Cahaya memiliki sifat optic yaitu penyerapan.Penyerapan atau absrobsi
adalah spektrum yang terjadi karena penyerapan panjang gelombang tertentu dari suatu
cahaya.Spektrum absorbsi terdiri atas sederetan garis-garis hitam pada spektrum kontinu.
Penyerapan terhadap panjang gelombang tertentu terjadi pada foton yang memiliki energi
tepat sama dengan selisih energi antara tingkat eksitasi dengan tingkat dasar. Misalkan
spektrum pada matahari.
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat mata
dengan panjang gelombang sekitar 380-750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi
elektromagnetik, bak dengan panjang gelombang kasat mata maupun tidak (iwan, 2018 : 8).
Para ahli telah lama mempelajari cahaya untuk mengetahui hakekatnya. Pada mulanya,
cahaya didefenisikan oleh benda penghasil cahaya (sumber cahaya). Tetapi penyelidkan
yang lian menyatakan bahwa cahaya adalah gelombang karena cahaya dimililki oleh
gelombang. Pada akhirnya, mereka menyimpulkan bahwa kedua teori diatas yaitu bahwa
gelombang adalah materi yang merambat dan cahaya adalah gelombang adalah benar
(Nirsal, 2012).
*corresponding author
email: [email protected]
DOI:
2
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX
Iluminasi cahaya adalah sinar yang jatuh (datang) pada sebuah permukaan atau
fluks cahaya yang menerangi bidang tiap satu satuan luas, sehingga dapat di tulis
persamaan:
φ
E= …(1)
A
Karena filuks cahaya yang memancarkan dari titik seluruh ruang adalah dan luas
permukaan bola adalah suatu sumber intensitas cahaya I menghasilkan iluminasi total
adalah:
I
E= …(2)
R2
Ini menunjukan bahwa iluminasi pada jarak R berbanding lurus terhadap intensitas cahaya
sumber dan berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak (Winoto,2008).
Optik adalah cabang fisika yang menggambarkan kelakuan dan sifat cahaya dan
interaksi cahaya dengan materi.Optik menerangkan dan diwarnai oleh gejala optik. Bidang
optik biasanya menggambarkan sifat cahaya tampak,inframerah dan ultraviolet, tetapi
karena cahaya adalah gelombang elektromagnetik, gejala yang sama juga terjadi disinar-X,
gelombang mikro, gelombang radio, dan bentuk lain dari radiasi elektromagnetik. Optik
secara umum dapat dianggap sebagai bagian dari ke-elektromagnet-an. Beberapa gejala
optis bergantung pada sifat kuantum cahaya yang terkait dengan beberapa bidang optik
kuantum hingga mekanika. Dalam prakteknya, sebagian besar fenomena optik dapat
dihitung dengan menggunakan sifat dari cahaya elektromagnet, seperti yang dijelaskan oleh
persamaan Maxwell.Sifat optik suatu material adalah responsi material tersebut terhadap
paparan gelombang elektromagnetik, radiasi, khususnya untuk range cahaya tampak. Sifat
optik suatu material dari bahan atau logam yaitu karakteristik absobsi, refleksi dan
transmisi (Iswadi,2013).
Spektrum absorbsi adalah spektrum yang terjadi karena penyerapan panjang
gelombang tertentu dari suatu cahaya.Spektrum absorbsi terdiri atas sederetan garis-garis
hitam pada spektrum kontinu. Penyerapan terhadap panjang gelombang tertentu terjadi
pada foton yang memiliki energi tepat sama dengan selisih energi antara tingkat eksitasi
dengan tingkat dasar. Misalkan spektrum pada matahari. Secara sepintas, matahari seperti
*corresponding author
email: [email protected]
DOI:
3
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX
spektrum kontinu, akan tetapi jika dicermati akan tampak garis-garis gelap terang yang
disebut garis-garis Fraunhofer yang disebabkan oleh cahaya putih dari bagian inti matahari
yang diserap oleh atom-atom dan molekul-molekul gas dalam atmosfer matahari maupun
atmosfer bumi (Anonim, 2007).
Radiasi elektromagnetik adalah kombinasi medan listrik dan medan magnet yang
berosilasi dan merambat lewat ruang dan membawa energi dari satu tempat ke tempat yang
lain. Cahaya tampak adalah salah satu bentuk radiasi elektromagnetik. Radiasi
elektromagnetik dianggap seperti gelombang, dimana gelombang tersebut terdiri dari
komponen listrik dan magnet yang saling tegak lurus satu sama lain. Macam-macam bentuk
radiasi elektromagnetik antara lain adalah cahaya, panas gelombang radio dan x-ray.
Dimana yang membedakan adalah panjang gelombangnya (Iswadi,2013).
Zat kimia dapat mengabsorpsi cahaya melalui berbagai cara. Bila zat kimia
mengabsorpsi cahaya, maka energi cahaya tersebut diubah menjadi bentuk energi lain.
Elektron valensi  pada atom atau ion dapat mengabsorpsi energi cahaya uv atau visible
sehingga menyebabkan elektron pindah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Atom hanya
dapat mengabsorpsi energi bila energi tersebut setara dengan perbedaan energi dari dua
tingkat energi. Kalau energi cahaya tidak cukup memadai dengan tingkat energi atom,
maka cahaya hanya akan melewatinya tanpa diabsorpsi. Energi berhubungan dengan
panjang gelombang.Oleh karena itu juga berkaitan dengan warna cahaya (Anonim, 2007).
Pada cara emisi, interaksi dengan enegi menyebabkan eksitasi atom yang mana
keadaan ini tidak berlangsung lama dan akan kembali ke tingkat semula dengan
melepaskan sebagian atau akan kembali ke tingkat semula dengan melepaskan sebagian
atau seluruh energi eksitasinya dalam bentuk radiasi. Frekuensi radiasi yang dipancarkan
bersifat karakteristik untuk setiap unsur dan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom
yang tereksitasi dan yang mengalami proses deeksitasi. Pemberian energi dalam bentuk
nyala merupakan salah satu cara untuk eksitasi atom ke tingkat yang lebih tinggi. Cara
tersebut dikenal dengan nama spektrofotometri emisi nyala (Sudjadi, 2007).
Menurut (Tim Dosen,2016), intensitas cahaya adalah besaran pokok fisika untuk
mengukur daya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per satuan
sudut. Satuan SI dari intensitas cahaya adalah candela (cd) Intensitas suatu radiasi akan
berkurang bila cahaya tersebut telah melewati suatu bahan atau material, sebab energi
cahaya yang berisi foton-foton dihamburkan keseluruh bagian material sehingga arahnya
*corresponding author
email: [email protected]
DOI:
4
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX
tidak lagi seperti semula. Berkurangnya intensitas cahaya disebabkan oleh karena adanya
efek foto listrik, efek compton dan efek produksi pasangan. Pengurangan intensitas cahaya
tersebut dapat dihitung dengan persamaan:
I =I 0 e−μx …(3)
Dimana :
METODE PENELITIAN
Praktikum eksperimen Difraksi Laser dilaksanakan pada hari Jumat, 25 November
2022, pada pukul 15.15 – 17.00 WITA, bertempat di Laboratorium Fisika Optik, Jurusan
Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah power supply, lensa,
celah tunggal, lux meter, kertas berwarna orange, mikrometer sekrup, dan sumber cahaya
halogen.
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini adalah menyusun rangkaian seperti
gambar berikut:
*corresponding author
email: [email protected]
DOI:
5
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX
*corresponding author
email: [email protected]
DOI:
6
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX
6. 45 1 1 0
1. 20 2 1 0,9
2. 25 1 1 0
Celah tetap
3. 30 1 1 0
4. 35 1 1 0
5. 40 1 1 0
6. 45 1 1 0
Tabel 2. Koefisien absorbsi dengan warna dan ukuran ketebalan material yang bervariasi
Tegangan sumber (Vs) = 10 Volt dan Jarak (L) = 30 cm
No x (mm) Warna Id (lux) Ip (lux) µ
*corresponding author
email: [email protected]
DOI:
7
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX
6. 10,5 1 1 0
Analisis Data
1. Koefisien absorbsi dengan hambatan bervariasi
Untuk hambatan: 20 cm dengan lensa yang tetap
1
μ= ln d
x
I
Ip ( )
¿
1
0,78
ln()
1
1
¿ 1,28 ln 1
¿0
Untuk hambatan: 20 cm dengan celah yang tetap
1
μ= ln
x
Id
Ip ( )
¿
1
0,78
ln()
1
1
¿ 1,28 ln 1
¿0
2. Koefisien absorbsi dengan warna dan ukuran ketebalan material yang bervariasi
Untuk x = 0,141 mm dan warna kuning
1
μ= ln
x
Id
Ip ( )
¿
1
1,7
ln()
0
1
¿ 0,6 ln 0
¿ Tak terdefinisi
*corresponding author
email: [email protected]
DOI:
8
Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal. X-XX
Pembahasan
*corresponding author
email: [email protected]
DOI:
9
A. Ainur Fadilla, dkk. Jurnal Sains Fisika (2022) Vol. : Hal.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Modul Kuliah Spektroskopi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Iswadi. 2013. Fisika Modern. Makassar: Alauddin University press.
Nirsal. 2012. Perangkat Lunak Pembentukan Bayangan pada Cermin dan Lensa.Jurnal
Ilmiah d’Computare. Vol 2, Hal 24-33.
Sudjadi. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Tim Dosen Praktikum. 2019. Penuntun Prktium Eksperimen I. Makassar: UINAM
Winoto,Ardi., 2008. Mikrokontroler AVR ATmega8/32/16/8535 dan Pemograman
dengan Bahasa C pada WinAVR. Bandung : ITB
10