Jurnal Safflower
Jurnal Safflower
Jurnal Safflower
https://doi.org/10.35617/jfionline.v15i1.71
Sampel yang digunakan adalah bunga volumenya dengan etanol hingga 5.0 mL.
safflower yang dipetik pada jam 9-12. Sampel Campuran kemudian didiamkan di tempat gelap
yang sudah bersih kemudian dikeringkan. selama 20 menit pada suhu kamar. Absorbansi
Simplisia sebanyak 80 g dimaserasi dengan 150 sampel (𝐴𝑠 )diukur pada 515 nm menggunakan
mL etanol 70% selama 1 x 24 jam. Sampel spektrofotometer UV-VIS. Absorbansi blangko
disaring, lalu ampas diremaserasi sebanyak dua (𝐴0 ) DPPH diukur tanpa ekstrak/troloks.
kali. Filtrat dikeringkan hingga diperoleh ekstrak Persentase inhibisi radikal (% IC) dihitung
kering. dengan menggunakan rumus berikut:
Uji toksisitas 𝐴0 − 𝐴 𝑠
% 𝐼𝐶 = 𝑥 100%
Toksisitas diuji menggunakan metode Brine 𝐴0
Shrimp Lethality Test (BSLT) berdasarkan Nilai % IC dikonversi ke nilai probit dan
prosedur yang dilakukan oleh (11). Ekstrak dibuat kurva linear vs konsentrasi. Konsentrasi
kering dilarutkan dalam seri konsentrasi 5-500 inhibisi 50% (IC50) dilaporkan sebagai jumlah
mg/L). Larva udang air asin (Artemia salina antioksidan yang dibutuhkan untuk menurunkan
Leach) digunakan sebagai organisme uji. Untuk konsentrasi DPPH awal sebesar 50%. Prosedur
penetasan, telur disimpan dalam air laut buatan yang sama juga dilakukan terhadap troloks
(25 g per-L) dengan suplai oksigen konstan dimana variasi konsentrasi dalam larutan adalah
selama 48 jam. Larva udang yang telah menetas 1-5 mg/L.
kemudian digunakan dalam percobaan. DMSO
2. Metode cupric ion reducing antioxidant
digunakan sebagai pelarut dan juga sebagai
capacity (CUPRAC)
kontrol negatif. Jumlah larva udang yang hidup
setelah 24 jam dihitung. Larva dianggap mati jika Prosedur penentuan kadar metode yang
tidak menunjukkan gerakan internal atau dilakukan oleh Sethi, Arora, Bhowmik, Sharma, &
eksternal selama beberapa detik pengamatan. Kumar (13) dengan sedikit perubahan. Reagen
Larva tidak diberikan makanan. Kematian yang CUPRAC dibuat dengan mencampurkan larutan
diamati merupakan akibat senyawa bioaktif dan CuCl2.2H2O 0,01 M, neocuproin 7,5 mM (dalam
bukan karena kelaparan; perlu dibandingkan etanol absolut), dan dapar ammonium asetat pH 7
larva mati di setiap perlakuan dengan larva mati (1 M) dengan perbandingan 1:1:1. Reagen
di kontrol. Konsentrasi letal median (LC50) dari CUPRAC dibuat baru setiap hari. Larutan ekstrak
sampel uji dihitung menggunakan metode dilarutkan dan diencerkan hingga diperoleh deret
analisis probit, sebagai ukuran toksisitas ekstrak konsentrasi 20-120 mg/L. Sebagai pembanding,
tumbuhan. dibuat larutan troloks dengan variasi konsentrasi
10-30 mg/L. Setiap larutan ekstrak sebanyak 1.0
Uji aktivitas antioksidan:
mL ditambahkan dengan 3.0 mL reagen FRAP,
Aktivitas antioksidan diukur dengan 3 campuran diinkubasi selama 60 menit pada suhu
metode, yaitu metode peredaman radikal bebas 37oC. Absorbansi blangko (𝐴0 ) CUPRAC diukur
menggunakan reagen DPPH (1,1-difenil-2- tanpa ekstrak/troloks. Kemudian larutan diukur
pikrilhidrazil), CUPRAC (cupric reducing serapannya (𝐴𝑠 ) dengan spektrofotometer pada λ
antioxidant capacity), dan FRAP (ferric reducing 452 nM. Pengujian CUPRAC juga dilakukan
antioxidant power). terhadap troloks. Persentase inhibisi radikal (%
1. Metode peredaman radikal bebas IC) dihitung dengan menggunakan rumus
berikut:
Aktivitas antioksidan ekstrak diukur dengan
𝐴𝑠 − 𝐴 0
DPPH berdasarkan metode yang dilakukan oleh % 𝐼𝐶 = 𝑥 100%
Do dkk (12) dengan sedikit modifikasi. Larutan 𝐴𝑠
ekstrak dilarutkan dalam etanol sehingga Nilai %IC dikonversi ke nilai probit. Aktivitas
diperoleh deret konsentrasi 10-90 mg/L. Masing- antioksidan dihitung sebagai IC50, yaitu
masing konsentrasi larutan ekstrak sebanyak 1 konsentrasi ketika probit %IC adalah 0.5,
mL ditambahkan 1 mL reagen DPPH 0.343 mM dihitung terhadap kurva linear %IC vs
(dalam pelarut etanol) dan dicukupkan konsentrasi (sampel dan troloks).
3. Metode ferric reducing antioxidant power dengan prosedur sebagaimana yang disebutkan
(FRAP) dalam Farmakope Herbal dengan sedikit
modifikasi (14). Ekstrak kering dilarutkan dalam
Prosedur pengujian FRAP untuk aktivitas
etanol 70% dengan konsentrasi 700 mg/L. Kurva
antioksidan dilakukan berdasarkan penelitian
kalibrasi dibuat menggunakan asam galat
oleh Sethi, Arora, Bhowmik, Sharma, & Kumar
dilarutkan dalam etanol 70% dengan deret
(13) dengan sedikit modifikasi. Reagen FRAP
konsentrasi 5–100 mg/L. Uji kadar fenolik total
terdiri atas 3 larutan, yaitu larutan Fe(III) 0,02 M
ditentukan dengan mencampur 0.5 mL sampel
(540 mg FeCl3.6H2O sedang dan 2,0 ml asam
dengan 5 mL reagen Folin-Ciocalteau (7,5%
klorida (1 M) dilarutkan dalam air deionisasi
dalam air) dan 4.0 mL larutan Na2CO3 1 M, dan
untuk membuat larutan 100 mL), larutan TPTZ
didiamkan selama 15 menit. Absorbansi
0,01 M (312 mg 2,4,6-Tris( 2-Pyridyl)-S-Triazine
campuran diukur dengan spektrofotometer
dilarutkan dalam 96% untuk membuat larutan
uv/vis pada panjang gelombang 798 nm, diukur
100 mL), larutan dapar asetat pH 3.6 (3,1 g
terhadap blangko. Kadar fenolik dihitung
natrium asetat dan 16 mL asam asetat glasial
berdasarkan kurva Asam Galat (80-200 mg/L).
dilarutkan dalam air untuk membuat larutan
Hasil pengukuran dinyatakan dalam miligram
1000 mL). Pereaksi FRAP disiapkan baru dengan
ekuivalen asam galat per gram ekstrak (mg EAG/g
pencampuran larutan Fe (III) 0,02 M, larutan
ekstrak).
TPTZ 0,01 M dan dapar asetat pH 3.6 dengan
perbandingan 1:1:10. Ekstrak dibuat dalam 2. Uji kadar flavonoid total
beberapa deret konsentrasi dengan cara
Uji kolorimetri dengan reagen aluminium
dilarutkan dan diencerkan hingga diperoleh
klorida digunakan untuk menentukan kandungan
konsentrasi 20-320 mg/L. Sedangkan baku
total flavonoid, sesuai dengan prosedur
troloks dibuat dalam variasi konsentrasi 3-15
sebagaimana yang disebutkan dalam Farmakope
mg/L. Untuk pengujian, 1.0 mL larutan ekstrak
Herbal dengan sedikit perubahan (14). Ekstrak
dicampur dengan 3.0 mL reagen FRAP. Campuran
kering dilarutkan dalam etanol 70% hingga
disimpan pada suhu 370C selama 30 menit.
diperoleh konsentrasi 300 mg/L. Kemudian, ke
Absorbansi blangko (𝐴0 ) FRAP diukur tanpa
dalam tabung reaksi dimasukkan 0.5 mL larutan
ekstrak/troloks. Absorbansi campuran (𝐴𝑠 )
ekstrak, 0.1 mL AlCl3 10%, 0,1 mL natrium asetat
reaksi diukur pada 596 nm menggunakan
1 M dan 2.8 mL air suling. Campuran didiamkan
spektrofotometer. Persentase inhibisi radikal (%
selama 30 menit, kemudian diukur serapannya
IC) dihitung dengan menggunakan rumus
dengan spektrofotometer uv/vis pada panjang
berikut:
gelombang 436 nm, diukur terhadap blangko.
𝐴𝑠 − 𝐴0 Kadar flavonoid total dihitung berdasarkan kurva
% 𝐼𝐶 = 𝑥 100%
𝐴𝑠 kuersetin (20-80 mg/L). Hasil pengukuran
dinyatakan dalam miligram ekuivalen kuersetin
Nilai %IC dikonversi ke nilai probit. Kurva
per gram ekstrak (mg EKu/g ekstrak).
probit %IC vs konsentrasi (sampel dan troloks)
digunakan untuk menghitung nilai IC50, yaitu nilai 3. Uji kadar karotenoid total
konsentrasi ketika probit %IC 0.5. Penentuan kadar total karotenoid mengikuti
Uji kadar fitokimia prosedur yang dilakukan oleh Fitriansyah, Aulifa,
Febriani, & Sapitri (15) yang diukur
Golongan fitokimia yang ditentukan adalah
menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan
kadar fenolik, flavonoid dan karotenoid total.
sedikit modifikasi. Absorbansi diukur pada
Kadar fenolik ditentukan sebagai asam galat,
panjang gelombang 470 nm. Ekstrak kering
flavonoid sebagai kuersetin dan karotenoid
dilarutkan dalam metanol sehingga diperoleh
sebagai β-karoten.
konsentrasi sampel 200 mg/L. Larutan β-karoten
1. Uji kadar fenolik total dalam berbagai konsentrasi (3-12 mg/L)
digunakan sebagai standar senyawa katotenoid
Pengujian kadar fenolik total berdasarkan
dan menjadi kurva standar. Persamaan regresi
prinsip kolometri dengan reagen folin-ciocalteau,
linier dari kurva stanadar digunakan untuk
Tabel 2. Kandungan total fenolik, flavonoid dan karotenoid ekstrak etanol kasumba turate
Parameter Uji Kadar per gram Ekstrak
Flavonoid ditemukan di banyak tanaman dan Flavonoid sebagai antioksidan dibuat dengan
termasuk dalam kelompok zat alami dengan memberikan ion hidrogen secara langsung untuk
struktur fenolik yang berbeda. Ini adalah turunan menetralisir efek toksik radikal bebas. Flavonoid
benzo-g-pirone yang dikelompokkan menurut secara tidak langsung sebagai antioksidan dengan
adanya berbagai substituen pada cincin dan cara meningkatkan ekspresi gen antioksidan
tingkat kejenuhan cincin benzo-g-pirone. Efek endogen melalui beberapa mekanisme. Salah satu
terapeutiknya sudah diketahui jauh sebelum mekanisme yang meningkatkan ekspresi gen
dipisahkan. Flavonoid menunjukkan berbagai antioksidan adalah karena aktivasi faktor nuklear
sifat biologis yang bermanfaat dan dibedakan erythroblast 2-related factor 2 (Nrf2), yang
berdasarkan struktur kimianya: flavon (misalnya terlibat dalam sintesis enzim antioksidan
apigenin, baicalein, luteolin, chrysin), flavan endogen seperti gen SOD (superoxide dismutase),
glikosida (misalnya baicalin), flavon (misalnya sehingga jumlah gen yang terlibat menjadi
hesperitin), flavon-3-ols (misalnya, katekin), meningkat.
flavonol (misalnya, kaempferol, myricetin,
quercetin), glikosida flavonol (misalnya, rutin),
Kesimpulan
avanonol (misalnya, taksifolin), dan isoflavon Hasil ekstrak etanol kasumba turate (LC50)
(misalnya, genistein, didesin). Flavonoid memiliki dengan metode BSLT menghasilkan toksisitas
banyak efek biologis penting, termasuk sebesar 109.64 ± 5.29 mg/L. untuk pengujian
antitumor, antioksidan, anti-inflamasi aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
(penghambatan siklooksigenase dan menghasilkan 35.40 ± 1.62 mg/L, metode
lipoksigenase), antivirus, antibakteri, dan efek CUPRAC menghasilkan 12.42 ± 0.95 mg/L, dan
antijamur. Mereka juga telah terbukti menjadi metode FRAP menghasilkan 36.47 ± 2.79 mg/L.
penghambat agregasi trombosit yang efektif. Sedangkan untuk Kandungan ekstrak etanol
kasumba turate dari total fenolik yaitu 135.40 ±
Aktivitas antioksidan dari sumber tumbuhan
0.12 mg EAG, flavonoid sebesar 124.54 ± 3.38 mg
sering dikaitkan dengan kandungan senyawa
EKu dan karotenoid yaitu 27.25 ± 0.83 mg Eka.
fenolik, flavonoid, dan karotenoid. Senyawa
fenolik telah dilaporkan memiliki aktivitas Referensi
antioksidan karena sifat redoksnya. Senyawa
fenolik bertindak sebagai agen pereduksi, donor 1. Imran A. Isolasi Senyawa Kimia dari Bunga
hidrogen, penyerap singlet, dan agen penghelat Kasumba Terate. 2014. Undergraduate
yang potensial. Flavonoid sangat penting dalam Thesis, Universitas Islam Negeri Alauddin.
menjaga keseimbangan antara oksidan dan Makassar.
antioksidan dalam tubuh, karena dapat berperan 2. Hamsidi R, Widyawaruyanti A, Hafid AF,
sebagai antioksidan dengan menangkap radikal Ekasari W, Kasmawati H, Akib NI, Malaka M.
bebas. Mekanisme kerja flavonoid sebagai In Vivo Antimalarial Activity of Ethanol
antioksidan dapat secara langsung maupun tidak Extract of Carthamus Tinctorius L. Flowers
langsung. Mekanisme beta karoten sebagai Against Plasmodium Berghei Strain Anka In
antioksidan terjadi secara tidak langsung, yaitu Male Mice Balb/C. 6th Int'l Conference on
dengan melindungi membran sel dan menjaga Agriculture, Environment and Biological
keutuhan membran sel dengan radikal bebas.
Sciences (ICAEBS'16), 2016, (pp. 128-130).
Oleh karena itu, dimungkinkan untuk mencegah
Kuala Lumpur.
peroksidasi lipid pada membran sel.
3. Lee SH, Lillehoj HS, Heckert RA, Cho SM, Tuo 44(2), 179-193. doi:10.1016/j.jgr.2019.06.
W, Lillehoj EP, Park HJ. Immune Enhancing 003
Properties of Safflower Leaf (Carthamus 11. Ullah MO, Haque M, FatimaUrmi K, Zulfiker
tinctorius) on Chicken Lymphocytes and AH, Anita ES, Begum M, & Hamid K. Anti–
Macrophages. The Journal of Poultry Science, bacterial activity and brine shrimp lethality
2008, 45(2), 147-151. bioassay of methanolic extracts of fourteen
doi:10.2141/jpsa.45.147 different edible vegetables from Bangladesh.
4. Wang CC, Choy CS, Liu YH, Cheah KP, Li JS, Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine,
Wang JTJ, Hu CM. Protective effect of dried 2013, 3(1), 1-7. doi:10.1016/S2221-
safflower petal aqueous extract and its main 1691(13)60015-5
constituent, carthamus yellow, against 12. Do QD, Angkawijaya AE, Tran-Nguyen PL,
lipopolysaccharide-induced inflammation in Huynh LH, Soetaredjo FE, Ismadji S, & Ju YH.
RAW264.7 macrophages. The Journal of the Effect of extraction solvent on total phenol
Science of Food and Agriculture, 2010, 91(2), content, total flavonoid content, and
218-225. doi:10.1002/jsfa.4172 antioxidant activity of Limnophila aromatica.
5. Kim DH, Moon YS, Park TS, Son JH. Serotonins Journal of Food and Drug Analysis, 2013,
of safflower seeds play a key role in anti- 22(3), 296-302. doi:10.1016/j.jfda.2013.11.
inflammatory effect in lipopolysaccharide- 001
stimulated RAW 264.7 macrophages. Journal 13. Sethi S, Arora AJ, Bhowmik A, Sharma RR, &
of Plant Biotechnology, 2015, 42, 364-369. Kumar P. Significance of FRAP, DPPH, and
doi:10.5010/JPB.2015.42.4.364 CUPRAC assays for antioxidant activity
6. Mani V, Lee SK, Yeo Y, Hahn BS. A Metabolic determination in apple fruit extracts.
Perspective and Opportunities in European Food Research and Technology,
Pharmacologically Important Safflower. 2020, 246, 591–598. doi:10.1007/s00217-
Metabolites, 2022, 17(10), 253. 020-03432-z
doi:10.3390/metabo10060253 14. Kementerian Kesehatan RI. 2017. Farmakope
7. Zhou X, Tang L, Xu Y, Zhou G, & Wang Z. Herbal Indonesia (II ed.). Jakarta.
Towards a better understanding of medicinal 15. Fitriansyah SN, Aulifa DL, Febriani Y, &
uses of Carthamus tinctorius L. in traditional Sapitri E. Correlation of Total Phenolic,
Chinese medicine: A phytochemical and Flavonoid and Carotenoid Content of
pharmacological review. Journal of Phyllanthus emblica Extract from Bandung
Ethnopharmacology, 2014, 151(1), 27-43. with DPPH Scavenging Activities.
doi:10.1016/j.jep.2013.10.050 Pharmacognosy Journal, 2018, 10(3), 447-
8. Asgarpanah J, Kazemivas N. Phytochemistry, 452. doi:10.5530/pj.2018.3.73
Pharmacology and Medicinal Properties of 16. Ma Y, Feng C, Wang J, Chen Z, Wei P, Fan A, Li
Carthamus tinctorius L. Chinese Journal of XH. Hydroxyl safflower yellow A regulates
Integrative Medicine, 2013, 19, 153–159. the tumor immune microenvironment to
doi:10.1007/s11655-013-1354-5 produce an anticancer effect in a mouse
9. Shan JJ, Rodgers K, Lai CT, Sutherland SK. model of hepatocellular carcinoma. Oncology
Challenges in natural health product Letters, 2019, 17(3), 3503-3510.
research: The importance of standardization. doi:10.3892/ol.2019.9946
Proceedings of the Western Pharmacology
Society, 2007, 50, 24–30
10. Bilia AR, Bergonzi MC. The G115
standardized ginseng extract: an example for
safety, efficacy, and quality of an herbal
medicine. Journal of Ginseng Research, 2020,