PDF Makalah Ebp
PDF Makalah Ebp
PDF Makalah Ebp
A@VSVSH EMCG :
OCMED[EO 3
`|C \@ AC HF CIBVCA [ YB FQ @F C
ABLQBY @V@
`` | C \@ AC HF C I BV CA [ YB F Q @F C
``` | C \ @ A C HF C I BV CA [ Y B F Q @ F C
IBI @
[CHABGSMSBH
B. MBQBY ICMBOBHN
Octcrob`tbh Bhtbrb dbsbmbg ybhg a`mbouobh emcg pcrbwbt abmbd prbot̀o
I. YSDSVBH DBVBMBG
1. Ibgb`dbhb pchgcrt`bh,tujubh, ocuhtuhgbh CI[ 5
2. Bpb hurs`hg cbrmy wbrh`hg sferc systcd 5
3. Ibgb`dbhb pchg`dpmcdchtbs`bh CI[ abmbd prbot`o ocpcrbwbtbh 5
F. QSJSBH
2. Dchjcmbsobh pchgcrt`bh, tujubh scrtb ocuhtuhgbh pchcrbpbh CI[,
2. Dchjcmbsobh hurs`hg cbrmy wbrh`hg sferc systcd,
3. Dchjcmbsobh ichtuo `dpmcdchtbs` CI[ abmbd prbot`o ocpcrbwbtbh,
2|E Vl DE NC E B AS ED P RA CT lC E
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai Glasgow coma scale pada pasien
cidera kepala di Ruang Neurosurgical Critical Care Unit RSUP DR.HASAN
SADIKIN BANDUNG.(Valentine B.M.Lumbantobing.
2|E Vl DE NC E B AS ED P RA CT lC E
b. Cedera akibat kecelakaan lalu lintas di Kota Manado.(Erwin Kristanto)
c. Implementasi clinical governance : pengembangan indicator klinik cedera
kepala di instalasi gawat darurat. ( Agus Wijanarka )
d. Karakteristik penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat
inap di RSUD DR.H.KUMPULAN PANE TEBING TINGGI Taun 2010-2011
(Rohani primasuri damanik)
e. Gambaran pasien cedera kepala di RSUP PROF DR.R.D.KANDOU MANADO
periode januari 2014 — desember 2013
Dari hasil analisis yang bersambut dari jurnal yang berjudul pengaruh
stimulasi sensori terhadap nilai Glasgow Coma Scale pada pasien cidera kepala di
ruang neurosurgical critical care unit RSUP DR.HASAN SIDIKIN BANDUNG.
(Valentine B.M.Lumbantobing).Bahwa perubahan nilai GCS pada pasien cedera
kepala sebelum dan setelah baik pada kelompok control maupun pada kelompok
perlakuan.Pada kelompok control setelah observasi selama 3 hari pada 15 responden
diantaranya mengalami peningkatan GCS namun terapat juga yang mengalami
penurunan GCS sementara pada kelompok perlakuan dari 15 responden terdapat 8
responden mengalami peningkatan nilai GCS dan 6 responden tidak mengalami
perubahan dan 1 mengalami penurunan GCS.
Dari hasil analisis dari jurnal berjudul cedera akibat kecelakaan lalu lintas di
kota Manado. (Erwin Kristanto) di dapatkan bahwa cedera kepala memiliki pola yang
berbeda dengan cedera karena kejadian dan kekerasan lainnya, dimana trauma
mekanik dan luka ditemukan pada korban yang sama, akibat dari gesekan dengan
aspal pada saat terjadi kecelakaan.Pemahaman akan pola cedera dapat membantu
dalam mendeteksi dan tata laksana cedera pada tiap anggota tubuh korban yang
mengalami cedera.
Dari hasil analisis bersumber jurnal implementasi clinical governance :
pengembangan indicator klinik cedera kepala di instansi gawat darurat.(Agus
Wijanarka) bahwa dari hasil penelitian ini menunjukkan jenis kelamin laki-laki 58 %
lebih banyak mengalami cedera kepala dibandingkan perempuan.Hal ini sesuai
dengan teori bahwa laki-laki memiliki injury severity score lebih tinggi apalagi pada
usia tua.
Dari hasil analisis jurnal karakteristik penderita cedera kepala akibat
kecelakaan lalu lintas darat rawat inap di RSUD DR.H.KUMPULANPANE TEBING
TINGGI Tahun 2010 — 2011 (Rohani Primasuri Damanik) didapatkan bahwa proporsi
tinggi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas berdasarkan umur 16 — 24
tahun sebanyak 45 orang atau 39,5 % ini disebabkan Karena sebagian besar penderita
berada pada kelompok usia produktif yang memiliki mobiltas tinggi namun kesadaran
menjaga keselamatan di jalan masih rendah.
Dari hasil analisis jurnal gambaran pasien cedera kepala di RSUP PROF DR.D
KANDOU MANADO periode januari 2014 — desember 2013 menunjukkan sebagian
besar penderita cedera kepala ialah laki-laki yaitu sebanyak 302 orang atau 71,9 %
dan perempuan sebanyak 118 orang atau 28,1 %.Ini menunjukkan hubngan dengan
aktifitas dan bidang pekerjaan yang berbeda Antara laki-laki dan perempuan.Dan
bidang pekerjaan beersiko untuk terjadi cedera kepala misalnya mengendarai motor,
pekerja bangunan, dll.
3|E Vl DE NC E B AS ED P RA CT lC E
B. EVIDANCE BASED PRACTICE GAWAT DARURAT TERKAIT KEPERAWATAN
MATERNITAS
1|E Vl DE NC E B AS ED P RA CT lC E
b. Factor risiko yang berhubungan dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil
(studi kasus di RSUD Kabupaten Brebes tahun 2014)
Dari hasil survei analitik jurnal hubungan usia dengan kejadian preeklamsia
pada ibu hamil di RSUP Kabupaten Kediri tahun 2018 didapatkan hampir setengah
dari responden 58 (32,4 %) usianya berisik menderita preeklamsia pada kehamilan
dan sebagian kecil dari 25 responden (14 %) adalah usia tidak beresiko menderita
preeklamsia pada kehamilan.Analisis menggunakan chi square di dapatkan nilai p
value = 0,000 < a 0,05, nilai CC = 0,376, nilai CI = 2,962 — 10,718 dan nilai QR =
5,6, sehingga HO di tolak dan H1 diterima berarti ada hubngan Antara usia dengan
kejadian preeklamsia pada ibu hamil di RSUP Kabupaten Kediri.Ibu dengan usia
beresiko rentan mengalami preeklamsia karena terjadi peningkatan oksidatif sehingga
produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblast juga meningkat, hal ini
menyebabkan reaksi sistemik inflamasi. Untuk mencegah terjadinya preeklamsia
pada ibu hamil dapat melakukan deteksi dini kehamilan.
Dari hasil survey jurnal factor risiko yang berhubungan dengan kejadian
preeklamsia pada ibu hamil studi kasus di RSUD kabupaten Brebes tahun 2014
bahwa umur adalah factor resiko yang berhubungan dengan preeklamsia. Variable
yang tidak berhubungan adalah jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, riwayat DM, dan
riwayat kehamilan ganda.
3|E Vl DE NC E B AS ED P RA CT lC E
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui factor-faktor yang berhubngan
dengan kejadian kejang demam terulang pada anak. Penelitian ini dilakukan di RSUP
Sangla Denpasar dengan menggunakan pendekatan Evidence Based Praktis. Hasil
penelitian yang dapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna Antara usia saat
kejang demam pertama (P=0,031) dan riwayat keluarga dengan kejang demam
(P=0,009) terhadap terjadinya demam kejang berulang.
Analisis rekresi logistic menunjukkan bahwa usia <12 bulan saat kejang
demam pertama (P=0,019) dan riwayat keluarga dengan kejang demam (P=0,08)
bermakna secara statistic untuk kejadian kejang demam berulang pada anakdapat
disimpulkan bahwa kejang demam pertama pada usia <12 bulan dan adanya riwayat
keluarga dengan kejang demam (L`rst acgrcc rcmbt`vc) merupakan factor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian kejang demam berulang pada anak di RSUP Sanglah
Denpasar.
te
bargbiaaink,dkalriinliiinkgeksuenhgata
annsm
osein
alt,aldhenbdaagkin
an yadamriem
an syasntedm
anpgeplaaysiaennanbakieksseehbaatagna.i individu,
Instalasi rawat darurat (IRD) merupakan tempat yang penuh dengan kesibukan
dimana sindrom psikiatrik akut seringkali muncul dan menimbulkan kesulitan dalam
diagnostic dan manajemen. Ruang kedaruratan dirumah sakit awalnya digunakan
untuk mengatasi dan memberikan pelayanan segera pada pasien dengan kondisi medis
atau trauma akut. Peran ini kemudian meluas dengan memberikan pelayanan segara
pada tipe kondisi lain, termasuk pasien yang mengalami kedaruratan psikiatri. (Petit,
204 ; Trent, 2013).
Metode penulisan ini didapatkan dari 2 jurnal dengan metode survei analitik
dengan pendekatan evidence based practice, adapun jurnal-jurnal tersebut adalah :
<|E Vl D E NC E B AS ED P RA CT lC E
a. Hubungan karakteristik personal perawat dengan tingkat pengetahuan tentang
penanganan kegawatdaruratan psikiatri di ruang emergency di RSJ Wilayah
Jawa Tengah tahun 2018.
b. Penyakit-penyakit di bidang psikiatri yang harus di tuntaskan di puskesmas
Dari hasil survey yang berjudul hubungan karakteristik personal perawat
pasien puskesmas mempunyai banyak gejala fisik, psikologik dan masalah sosial.bila
dilakukan pemeriksaan psikiatri, merupakan kasus-kasus yang tidak terdiferensiasi
(uha`llcrcht`btca) dan tidak memenuhi kriteria diagnostic sehingga kasus gangguan
jiwa selalu tidak terlaporkan.
Empat gangguan jiwa yang harus tuntas diatasi di Puskesmas mempunyai
kode diagnostic berdasarkan ICD-10 atau ICPC. Pada kenyataannya pasien yang
dating ke Puskesmas lebih banyak tidak memenuhi kriteria diagnostic yang lengkap
melainkan hanya kondisi distress. Kondisi kesenjangan kasus gangguan jiwa yang
sedikit ditemui di Puskesmas seperti yang disebutkan WHO mungkin disebabkan
kriteria diagnostic yang sangat ketat sehingga dokter di pelayanan primer tidak
mampu mendeteksi gangguan dengan keparahan yang lebih rendah.
Laporan bulanan penyakit di Puskemas menggunakan ICD-10 untuk kode
diagnosis, sedangkan ICPC belum digunakan. ICPC memungkinkan menegakkan
diagnosis lebih longgar di bandingkan ICD, tetapi sayangnya ICPC tidak
diperkenlakan atau diberikan petunjuk penggunaannya. Bila menggunakan kode
diagnostic sesuai ICPC, diperkirakan kasus-kasus ganggan jiwa akan lebih banyak
dilaporkan di Puskesmas.
>|E Vl D E NC E B AS ED P RA CT lC E
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
EBP sangat perlu diaplikasikan di dalam praktik keperawatan terutama dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada klien.Dengan mengaplikasikan EBP di dalam
tindak keperawatan akan memberikan pelayanan yang terbaik dan berkualitas dalam
kondisi klinis pasien.Keadaan sehat pasien sangat berkaitan dengan tindakan keperawatan
yang diberikan oleh perawat.Dalam pemberian keperawatan yang didasarkan pada EBP
menekankan pada bukti-bukti yang ada sekaligus relevansi terhadap kondisi klinis
pasien.Bukti-bukti yang dapat ditemukan dapat berasal dari sumber-sumber riset hasil
penelitian yang telah dilakukan.Selain itu, bukti-bukti juga dapat ditemukan melalui
internet dengan mencari jurnal penelitian atau artikel ilmiah yang relevan dengan masalah
atau kondisi klinis dari pasien.Perawat dalam mengaplikasikan atau
mengimplementasikan EBP dalam pelayanan kesehatan bergantung pada pengetahuan,
keterampilan serta kompetensinya.Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pemberian
pelayanan kesehatan berdasarkan EBP.Dengan adanya komponen-komponen pendukung
EBP dalam pelayanan kesehatan dapat diberikan secara professional serta meminimalisir
terjadinya insiden dalam praktik keperawatan sehingga pasien tidak mengalami kerugian
saat proses perawatan di rumah sakit.
Komponen-komponen juga berpengaruh terhadap pengaplikasian EBP karena EBP
terbentuk dari adanya komponen-komponen tersebut yang mendukungnya untuk
diterapkan dalam praktik keperawatan.EBP diberlakukan pada praktik keperawatan
khususnya pada asuhan keperawatan.EBP mempunyai fungsi tersendiri selain ditekankan
pada praktik berbasis bukti.Fungsi-fungsinya yaitu sebagai metode untuk mengevaluasi
system kerja perawat dalam melakukan praktik keperawatan serta mengintegrasikan
komponen-komponen pendukung EBP dalam pelayanan kesehatan.Disamping itu, saat
melakukan proses penelitian berdasarkan EBP harus memperhatikan 5 tahapan penting
yaitu merumuskan pertanyaan klinis, mengumpulkan bukti, mengevaluasi bukti,
menggabungkan unsur-unsur dalam penelitian, mengevaluasi keputusan hasil praktek.
B. SARAN
Penerapan EBP perlu ditingkatkan kembali dalam praktik keperawatan khususnya
dalam intervensi kepada pasien.Karena ketika EBP dilakukan dengan baik, maka pasien
7|E Vl DE NC E B AS ED P RA CT lC E
yang dirawat akan menerima dampak yang baik pula.Maka dari itu, pengetahuan
mengenai EBP harus perlu diperhatikan bagi para tenaga kesehatan khususnya perawat
yang dituntut untuk profesionalitas tinggi dengan berbagai kompetensi dan skill.
9|E Vl DE NC E B AS ED P RA CT lC E
DAFTAR PUSTAKA
JB Lippincott.
Newhouse R, et al.2005.” Evidance-Based Practice:A Practical Appoarch to
Implementation.”J Nurs Adm, 35 (1) : 35.
10 | E Vl DE NC E B AS E D P RA CT l C E