3758 10689 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

https://publikasi.dinus.ac.id/index.

php/visikes

ANALISIS PENERAPAN PRINSIP 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK,


RAWAT, RAJIN) DI BENGKEL X, KECAMATAN MLATI, KABUPATEN
SLEMAN, YOGYAKARTA

Damairia Hayu Parmasari*); Budi Sulistyo Nugroho**)

*Lecturer of Public Health Department Faculty of Health Sciences Universitas Jenderal


Soedirman
**Lecturer of Politeknik Energi dan Mineral AKAMIGAS Cepu
*Jalan Dr. Soeparno, Karangwangkal, Purwokerto Utara, Purwokerto
** Jalan Gajah Mada No 38, Kecamatan Cepu, Blora
Email: [email protected]; [email protected]

Author’s contribution
This work was carried out in collaboration with between both authors. Authors Damairia
Hayu Parmasari designed the study, perfomed the statistical analysis, wrote the protocol and
wrote the first draft of the manuscript. Author Damairia Hayu Parmasari and Budi Sulistyo
Nugroho managed the analysis of the study. Author Damairia Hayu Parmasari managed the
literature searches. Both authors read and approved the final manuscript.
Correspondence author: [email protected]
ABSTRACT
Background: 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) is a work culture that must be
applied in all workplaces in both the formal and informal sectors. The application of the 5R
aims to make workers feel comfortable and safe when working. Besides, the application of
the 5R can make work more effective and efficient because it can eliminate time wasted
because more time to search for goods, work areas that look full due to overload of
equipment and goods that are not needed or dirty environment. Machine shop X in Mlati
Subdistrict, Sleman, Yogyakarta is one of the informal sectors that has not implemented 5R.
This can be seen from the condition of the work area which is full of unnecessary, messy,
and dirty equipment and goods. Therefore researchers researched the analysis of the
application of 5R in Machine shop X. Objectives: The purpose of the study was to find out
the application of the 5R principle in Machine shop X. Methods: This research design
qualitative design. The research was conducted by direct observation and using the 5R
checklist. Research results: The results showed that the application of 5R in Machine shop
X was still poor. This can be seen from the achievement of the overall 5R which is below
50%. Conclusion: The research concludes that the implementation of the 5R in Machine
shop X is still poor so that training on 5R and internal audits is needed periodically.

Keywords: Implementation, 5R, machine shop

PENDAHULUAN manusia yang dimiliki menjadi sumber


Perkembangan teknologi yang daya yang berkualitas pula. Manusia
semakin canggih memberikan kemajuan adalah unsur yang berperan penting dan
di sektor industri. Kemajuan di sektor dominan dalam suatu organisasi. Oleh
industri memberikan manfaat bagi banyak sebab itu, sumberdaya manusia harus
1
pihak. Demi mempertahankan kualitas, mempunyai kemampuan dalam
sektor industri menuntut sumber daya menjalankan tugas demi terwujudnya

1
VISIKES (Vol. 19 No.1) April 2020
https://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes

tujuan suatu organisasi. Salah satu cara memiliki kesadaran untuk menjalankan
membentuk sumber daya manusia yang 5R.5
berkualitas dalam bekerja adalah dengan Hasil penelitian terdahulu
2
cara membentuk budaya kerja. Salah menunjukkan bahwa terdapat hubungan
satu cara membentuk sumber daya yang signifikan antara sikap 5R dengan
manusia yang berkualitas dalam bekerja produktivitas kerja pada pekerja
adalah dengan cara membentuk budaya perusahaan manufaktur PT Sanoh
6
kerja. Budaya kerja terbentuk ketika suatu Indonesia. Selain itu, penelitian terdahulu
satuan kerja berdiri.3 juga menunjukkan bahwa terdapat
Salah satu prinsip kerja yang hubungan yang signifikan antara
banyak diterapkan di sektor industri penerapan budaya 5R dengan kinerja
adalah 5R. Prinsip 5R merupakan budaya karyawan di CV Cahaya Mandiri.7 Selain
untuk mengatur kondisi tempat kerja agar itu, sebuah penelitian menjelaskan bahwa
1
pekerja efektif dan efisien dalam bekerja. perlu dilakukan implementasi 5R untuk
Penerapan 5R dapat membuat mencegah penyakit akibat kerja pada gigi,
perusahaan atau institusi kerja dapat mulut, dan saluran pernapasan di industri
mengatur dan mengelola ruang kerja, informal batik di Sragen.8
sumber daya manusia (pekerja), waktu, Bengkel merupakan salah satu
kualitas, dan modal untuk menghasilkan lingkungan kerja yang perlu dilakukan
produk dengan kegagalan yang lebih penerapan 5R. Hasil penelitian terdahulu
kecil, membuat tempat kerja yang sesuai, menunjukkan bahwa Bengkel Pemesinan
4
bersih, dan disiplin. Prinsip 5 merupakan SMK PGRI 3 Malang melaksanakan 5R
singkatan dari Ringkas, Rapi, Resik, dengan baik. Penerapan 5R dilakukan
Rawat dan Rajin. Prinsip 5R dalam karena bengkel atau laboratorium di
Bahasa Jepang dikenal dengan 5S (Seiri, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke). Rapi merupakan sarana yang menjadi ciri
adalah menyusun dan menyimpan secara khusus dari SMK. Penerapan 5R di
rapi barang-barang yang digunakan dalam bengkel dilakukan supaya mendukung
proses kerja sehingga apabila barang- produktivitas kerja praktik melalui kerja
barang akan digunakan kembali, pekerja yang cepat, akurat, nyaman, dan aman.9
mudah untuk mencari barang-barang Lingkungan kerja yang berantakan dan
tersebut. Resik adalah membersihkan tidak tersusun rapi pada perusahaan
lingkungan kerja dan barang-barang di bengkel dan service mobil PT Jasa
area kerja. Rawat adalah tindakan untuk Barutama Perkasa menyebabkan ruang
menjaga 3 pilar “R”. Sedangkan Rajin kerja yang kurang nyaman seperti volume
adalah memastikan bahwa pekerja ruang kerja menjadi kecil sehingga

2
VISIKES (Vol. 19 No.1) April 2020
https://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes

dilakukan analisis prinsip kerja 5R dengan Selain itu, tujuan dari penelitian ini adalah
motivasi karyawan yang hasilnya adalah untuk mengetahui penerapan prinsip 5R
terdapat hubungan antara motivasi pada Bengkel X di Kecamatan Melati,
karyawan dengan penerapan 5R di Sleman, Yogyakarta.
tempat kerja.10
Bengkel X merupakan salah satu METODE PENELITIAN
bengkel yang ada di Sendowo, Pendekatan yang digunakan adalah
Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, cross sectional. Pendekatan cross
Yogyakarta. Berdasarkan hasil studi sectional adalah pengukuran yang
pendahuluan, peneliti menemukan bahwa dilakukan pada satu saat atau satu
pemilik bengkel belum menerapkan Hal periode. Jenis penelitian ini adalah
tersebut ditunjukkan dengan kondisi penelitian kombinasi (mixed method)
lingkungan bengkel dan peralatan yang dengan rancangan penelitian
tidak rapi. Banyak kardus yang tidak observasional. Mix method adalah
terpakai diletakkan di sekitar area kerja, penelitian yang diaplikasikan apabila
obeng, kunci yang tidak tertata secara peneliti mempunyai pertanyaan yang perlu
terpisah di ember, peralatan yang tidak diuji dari segi outcomes dan proses, serta
terapakai seperti kardus dan kertas yang menyangkut kombinasi antara metode
diletakkan di dalam rak, oli yang tercecer, kuantitatif dan kualitatif dalam satu
dan lantai, tembok, serta peralatan yang penelitian untuk memberikan penjelasan
kotor dan berkarat. Selain itu, yang baik terhadap suatu permasalahan.11
keterbatasan tempat kerja pemilik bengkel Penelitian kualitatif menghasilkan dan
membuat pemilik bengkel sulit untuk mengolah data yang bersifat deskriptif,
menata peralatan secara rapi. Hal seperti transkrip wawancara, catatan
tersebut, membuat peneliti perlu lapangan, gambar, foto, video, dan
12
melakukan analisis mengenai penerapan sebagainya. Penelitian ini menganalisis
5R di Bengkel X, Sendowo, Kecamatan nilai persentase setiap komponen R
Melati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. terlebih dahulu kemudian menjelaskan
Analisis penerapan 5R diharapkan dapat makna dari nilai persentase tersebut
memberikan manfaat peningkatan kedalam kalimat. Waktu penelitian adalah
produktivitas kerja nantinya bagi pemilik Februari 2019. Lokasi penelitian dilakukan
bengkel. di Bengkel X, Sendowo, Kecamatan Mlati,
Berdasarkan uraian di atas, peneliti Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Subjek
merumuskan masalah “Bagaimana penelitian adalah ruang kerja Bengkel X.
penerapan prinsip 5R pada Bengkel X di Variabel yang diteliti dalam penelitian ini
Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta?”.

3
VISIKES (Vol. 19 No.1) April 2020
https://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes

adalah penerapan 5R (Ringkas, Rapi, 5R. Komponen Ringkas, Rapi, Resik,


Resik, Rawat, Rajin). Rawat, dan Rajin masing-masing memiliki
Instrumen yang digunakan dalam beberapa item pertanyaan. Setiap item
penelitian adalah checklist 5R. Metode memiliki skor 1-5. Kemudian skor dari
pengumpulan data menggunakan masing-masing item pertanyaan
wawancara, observasi, dan dokumentasi. dijumlahkan. Setelah dijumlahkan, dibagi
Data diperoleh dari hasil wawancara, dengan skor maksimal. Lalu,
observasi, dan dokumentasi ruang kerja didapakanlah persentase dari masing-
Bengkel X. Analisis data dilakukan masing komponen “R”. Tabel 1 adalah
dengan menghitung persentase contoh penghitungan skor masing-masing
ketercapaian 5R melalui lembar checklist item pertanyaan dari komponen “R”.

Tabel 1. Contoh penghitungan Skor Masing-Masing Item Pertanyaan Komponen “R”


No Komponen Pertanyaan Skor Persentase
R (1-5) (0-100%)
1. Ringkas Apakah item yang tidak digunakan sudah diberi 4 4/5x100=80
garis merah, dievaluasi, dan dihilangkan dari
area?
Apakah material atau bahan di tempat kerja 3 3/5x100=60
tersusun dengan rapi?
Total 7 7/10x100=70
2. Rapi Apakah mudah untuk menempatkan, 3 3/5x100=60
menggunakan, mengambil alat dan bahan yang
diperlukan untuk
produksi?
Apakah mudah untuk 2 2/5x100= 40
mengidentifikasi bahan dan alat yang salah
atau tidak sesuai?
Total 5 5/10x100=50
3. Resik Apakah tempat kerja bersih dan bebas dari 5 5/5x100=100
kotoran, debu, minyak, dan sampah?
Apakah kebersihan peralatan dijaga dan 4 4/5x100=80
peralatan dengan mudah diakses pada tempat
yang sesuai?
Total 9 9/10x100=90
4. Rawat Apakah semua area di stasiun kerja 3 3/5x100=60
konsisten dengan level yang diminta?
Apakah tingkat kebersihan di semua area 4 4/5x100=80
stasiun kerja sama?
Total 7 7/10x100=70
5. Rajin Apakah semua pekerja 2 2/5x100=40
Memperhatikan dan memahami konsep 5R?
Apakah ada alat untuk mengukur performansi 3 3/5x100=60
5R?
Total 5 5/10x100=50

4
VISIKES (Vol. 19 No.1) April 2020
https://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes

Parameter ketercapaian 5R dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2. Parameter Ketercapaian 5R


No Persentase Keterangan
(0-100%)
1. 0-59 Tidak memuaskan
2. 60-79 Perlu dilakukan perbaikan
3. ≥ 80 Memuaskan

Dalam penelitian ini, peneliti kepada pemilik Bengkel X. Peneliti


mematuhi etika penelitian dengan memberikan informed consent dan
memberikan informasi kepada pemilik menjamin subjek tidak akan dirugikan
Bengkel X mengenai penelitian yang akan secara materiil dan immateriiL.
dilakukan dan tidak melakukan paksaan

Gambar 1. Kondisi Bengkel X

HASIL lingkungan kerja yang kotor karena debu


Berdasarkan hasil penelitian, dan oli yang menempel di lantai, peralatan
didapatkan bahwa penerapan 5R di rusak yang disebabkan karena tidak
Bengkel X masih jauh dari baik. Hal ini pernah dirawat, dan sikap pekerja yang
ditunjukkan dengan peralatan bengkel tidak disiplin serta belum memiliki
yang berantakan dan tidak tersusun rapi, kesadaran akan pentingnya menerapkan
peralatan yang tidak ditempatkan pada 5R.
tempatnya kembali setelah digunakan,

5
VISIKES (Vol. 19 No.1) April 2020
https://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes

Tabel 3. Penerapan Aspek Ringkas dan Rapi pada Bengkel X, Kecamatan Mlati, Sleman,
Yogyakarta
No. Variabel Pertanyaan Skor Skor Persentase
Maksimal
1. Ringkas Apakah item yang tidak digunakan 0 5 0%
sudah diberi garis merah, dievaluasi,
dan dihilangkan dari area?
Apakah material atau bahan di tempat 0 5 0%
kerja tersusun dengan rapi?
Apakah tempat kerja bebas dari item- 2 5 40 %
item yang berantakan yang
tidak diperlukan ?
Apakah tempat penyimpanan 0 5 0%
material atau bahan sesuai dengan
banyaknya penggunaan ?
Total 2 20 10%
2. Rapi Apakah mudah untuk menempatkan, 3 5 60%
menggunakan, mengambil alat dan
bahan yang diperlukan untuk
produksi?
Apakah mudah untuk 2 5 40%
mengidentifikasi bahan dan alat yang
salah atau tidak sesuai?
Apakah alat dan bahan diletakkan 2 5 40%
pada tempat yang benar setelah ia
digunakan?
Apakah ada standar yang jelas dan 2 5 40%
dapat dilihat untuk kondisi tempat kerja?
Total 9 20 45%

Tabel 3 menunjukkan bahwa bahwa aspek “Rapi” pada Bengkel X


penerapan aspek “Ringkas” hanya hanya mencapai skor 9 dari skor
mencapai skor 2 dari skor maksimal 20. maksimal 20. Hal ini berarti, ketercapaian
Hal ini berarti, aspek “Ringkas” hanya aspek “Rapi” pada Bengkel X sebesar
mencapai 10%. Ruang kerja 45%. Berdasarkan Tabel 3, kemudahan
memperlihatkan bahwa item yang sudah dalam meletakkan, menggunakan, dan
tidak digunakan tidak diberi garis merah, mengambil barang yang diperlukan hanya
dievaluasi dan dihilangkan dari tempat sebesar 60%. Selain itu, kemudahan
kerja. Peralatan-peralatan dalam ruang untuk mengidentifikasi bahan dan alat
kerja masih tersusun berantakan, terdapat yang tidak sesuai, peletakan bahan dan
peralatan yang tidak dipakai masih dalam alat pada tempatnya kembali, dan standar
tempat kerja dan ruangan yang terlalu yang jelas untuk ruang kerja masing-
kecil serta overload dengan material. masing hanya tercapai 40%.
Selain itu, Tabel 3 juga menunjukkan

6
VISIKES (Vol. 19 No.1) April 2020
https://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes

Tabel 4. Penerapan Aspek “Resik dan Rawat” pada Bengkel X, Kecamatan Mlati, Sleman,
Yogyakarta
No. Variabel Pertanyaan Skor Skor Persentase
Maksimal
1. Resik Apakah tempat kerja bersih dan bebas 1 5 20%
dari kotoran, debu, minyak, dan
sampah?
Apakah kebersihan peralatan dijaga 1 5 20%
dan peralatan dengan mudah diakses
pada tempat yang sesuai?
Apakah kebersihan menjadi bagian dari 0 5 0%
pekerjaan dan apakah disebutkan di
dalam SOP?
Apakah level dari kebersihan yang 0 5 0%
ada mencapai ekspektasi untuk
mencapai kesuksesan performansi
5R?
Total 2 20 10%
2. Rawat Apakah semua area di stasiun kerja 0 5 0%
konsisten dengan level yang diminta?
Apakah tingkat kebersihan di semua 2 5 40%
area stasiun kerja sama?
Apakah standar kebersihan yang 0 5 0%
digunakan oleh mereka berdasarkan
pada evidence yang jelas?
Apakah pekerja memberikan perhatian 2 5 40%
terhadap standar
kebersihan untuk stasiun kerja?
Total 4 20 20%

Tabel 4 menunjukkan bahwa mencapai performansi kerja yang


ketercapaian aspek “Resik” pada Bengkel diharapkan tidak tercapai sama sekali
X, Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta atau sebesar 0%. Selain itu, konsistensi
sebesar 10%. Ketercapaian tempat kerja dari pelaksanaan kebersihan dan standar
yang bebas dari debu, kotoran, minyak, kebersihan yang digunakan di tempat
dan sampah serta usaha menjaga kerja tidak tercapai sama sekali (0%).
peralatan tetap bersih dan mudah diakses Tingkat kebersihan di semua tempat kerja
pada tempat yang sesuai masing-masing dan perhatian pekerja terhadap
hanya mencapai 20%. Komponen kebersihan hanya tercapai masing-masing
kebersihan menjadi sebuah bagian dari 40%. Secara keseluruhan, aspek “Rawat”
pekerjaan yang disebutkan dalam SOP tercapai 20%.
dan ekspektasi kebersihan dapat

7
VISIKES (Vol. 19 No.1) April 2020
https://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes

Tabel 5. Penerapan Aspek “Rajin” pada Bengkel X, Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta
Variabel Pertanyaan Skor Skor Persentase
Maksimal
Rajin Apakah semua pekerja 2 5 40%
memperhatikan dan memahami konsep 5R?
Apakah ada alat untuk mengukur 0 5 0%
performansi 5R?
Apakah performansi 5R sudah baik untuk 1 5 20%
menjadi bagian dari tujuan mereka?
Apakah performansi 5R secara teratur 0 5 0%
dievaluasi dan dikomunikasikan ke
departemen?
Total 3 20 15%

Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bekas, kaleng bekas, dan botol air radiator
bahwa ketercapaian aspek “Rawat” bekas. Selain itu, barang-barang tersebut
mencapai skor 3 dari skor maksimal yaitu tidak diletakkan di gudang dan tidak diberi
20. Hal ini berarti, ketercapaian aspek label merah sebagai tanda bahwa barang-
“Rawat” mencapai 15%. Selain itu, barang tersebut sudah tidak dipakai lagi.
ketercapaian perhatian dan pemahaman Pemilik Bengkel X mengatakan bahwa
terhadap 5R hanya mencapai 40 %. kurangnya informasi dan pengetahuan
Performansi 5R belum cukup baik untuk sehingga tidak mengetahui jika peralatan
mencapai performansi kerja karena hanya dan material di tempat kerja yang sudah
mencapai 20%. Belum ada alat untuk tidak dipakai lagi seharusnya diberikan
mengukur performansi 5R, mengevaluasi, label warna merah. Hal ini sejalan dengan
dan mengkomunikasikannya dengan penelitian terdahulu yang mengatakan
pekerja lain. bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
dari pemberian informasi melalui
PEMBAHASAN penyuluhan terhadap pengetahuan dan
Berdasarkan data yang didapat dari sikap 5R pada tenaga kerja di sentra
hasil pengamatan langsung oleh peneliti, industri pengrajin Blangkon Serengan
13
penerapan aspek “Ringkas” pada Bengkel Surakarta. Selain itu, pemilik Bengkel
X, Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta mengatakan bahwa peralatan dan bahan-
belum terlaksana dengan baik dengan bahan yang sudah tidak dipakai masih
tingkat ketercapaian hanya 10%. Hal ini diletakkan di dalam ruang kerja karena
terlihat dari keadaan tempat kerja yang keterbatasan tempat. Hal ini
masih dipenuhi oleh peralatan dan bahan menyebabkan ruangan terlihat kecil dan
(material) yang sudah tidak diperlukan. penuh dengan barang.
Peralatan dan bahan di dalam Bengkel X Ringkas (Seiri) merupakan prinsip
yang sudah tidak diperlukan seperti ban budaya kerja yang memiliki tujuan untuk
bekas, oli bekas, kardus dan kertas mewujudkan tempat kerja yang efektif dan

8
VISIKES (Vol. 19 No.1) April 2020
https://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes

efisien sehingga pekerjaan dapat berjalan tempat kerja yang sempit dan sarana
lancar.14 Selain itu, ringkas bertujuan prasarana seperti tempat atau wadah
untuk memaksimalkan tempat kerja yang menjadi kendala penerapan Ringkas di
ada hanya untuk peralatan dan bahan Bengkel X.17
yang digunakan saja.15 Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan langsung
terdahulu yang dilakukan di PT Y, sebuah yang dilakukan oleh peneliti, penerapan
perusahaan manufaktur yang aspek “Rapi” pada Bengkel X, Kecamatan
memproduksi bahan pangan menerapkan Mlati, Sleman, Yogyakarta belum baik. Hal
praktik “Ringkas” dengan memilah semua ini terlihat dengan tingkat ketercapaian
item yang ada di tempat kerja dan aspek “Rapi” hanya sebesar 45%. Pekerja
diklasifikasikan sesuai dengan frekuensi Bengkel X, belum menempatkan
pemakaian. Item yang berstatus ragu-ragu peralatan dan bahan yang sudah
dipisahkan pada suatu area di tempat digunakan setelah bekerja ke tempatnya
kerja dan diberi batas yang jelas. Selain kembali. Bengkel X tidak mempunyai
itu, area kerja tidak menyimpan item yang tempat peralatan dan bahan. Peralatan
tidak diperlukan. Item yang tidak dan bahan hanya diletakkan dalam ember
diperlukan diletakkan diberi label merah yang sudah kotor. Peralatan dan bahan
kemudian disimpan di gudang atau tidak diklasifikasikan berdasarkan fungsi
16
dibuang. Tidak diterapkannya aspek dan frekuensi penggunaannya. Hal ini
Ringkas di Bengkel X diduga disebabkan menyebabkan peralatan dan bahan
oleh kesadaran pekerja akan penerapan terlihat berserakan dan tidak tertata
5R yang kurang. Hal ini sejalan dengan secara rapi. Hal ini terlihat dengan
Kartika dan Hastuti mengatakan bahwa peletakan kunci ring, kunci T, kunci
penerapan 5R di departemen produksi inggris, obeng, tang, palu dan gergaji
perusahaan sepatu belum dilaksanakan yang tercampur dalam satu ember.
karena masih rendahnya kesadaran Rapi (Seiton) adalah penyimpanan
pekerja untuk melaksanakan. Pekerja peralatan dan material pada tempat atau
memiliki pandangan bahwa, jika 5R lokasi yang semestinya.18 Tujuan dari
dilaksanakan tidak akan berdampak besar penerapan “Rapi” adalah untuk
karena yang melakukan hanya sedikit mempermudah dalam mencari peralatan
pekerja. Selain itu, tidak adanya atau bahan yang bersangkutan apabila
kerjasama antar pekerja dan saling dibutuhkan kembali. Penerapan “Rapi”
mengingatkan serta kurangnya akan sangat berguna terutama bagi orang
kekompakan menyebabkan minat pekerja baru yang sebelumnya tidak mengetahui
melaksanakan 5R rendah. Pekerja tidak tempat penyimpanannya.15 Peletakan
pernah mendapatkan informasi tentang peralatan dan bahan di Bengkel X
pentingnya penerapan 5R. Selain itu, seharusnya peralatan atau bahan yang

9
VISIKES (Vol. 19 No.1) April 2020
https://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes

sejenis diletakkan di tempat yang sama. terbuang karena mencari peralatan atau
Kunci-kunci diletakkan pada satu rak. bahan yang dibutuhkan saat bekerja.
Palu, obeng, tang dan gergaji diletakkan Penelitian terdahulu yang tentang
pada rak lain secara terpisah. Bengkel X penerapan prinsip 5S di gudang zat kimia
perlu menyediakan rak-rak untuk perusahaan perkebunan kelapa sawit
meletakan peralatan dan bahan. Hal ini menyebutkan bahwa setelah dilakukan
sejalan dengan penelitian terdahulu yang kegiatan “Rapi”, gudang penyimpanan
menyatakan bahwa solusi untuk terlihat lebih luas karena kardus-kardus
mengoptimalkan aspek “Rapi” pada CV ditata dengan rapi dan jerigen-jerigen
Kokoh Bersatu Plastik adalah melakukan bekas yang tidak dipakai dikeluarkan dari
penataan ulang tempat penyimpanan dalam gudang. Kardus-kardus yang
bahan-bahan baku produksi dengan berisikan bahan kimia diberi alat palet
menambah jumlah rak tempat untuk mencegah penguapan bahan kimia
penyimpanan. Rak-rak penyimpanan serta memudahkan petugas untuk
20
dapat diberi tanda-tanda khusus untuk melakukan pengecekan fisik barang. Hal
membedakan tempat penyimpanan ini sejalan dengan Kartika dan Rinawati
masing-masing jenis peralatan dan bahan. yang mengatakan bahwa perusahaan
Rak penyimpanan untuk kunci-kunci dapat harus efisien dalam menggunakan
diberi tanda hijau, rak penyimpanan palu ruangan. Efisiensi penggunaan ruangan
dapat diberi tanda kuning, dan rak dan sistem yang baik diperlukan agar
penyimpanan obeng dapat diberi tanda aktivitas pergudangan berjalan dengan
biru, serta rak penyimpanan tang dapat lancar, peralatan dan baha juga terjaga.
diberikan tanda coklat. Peletakan Efisiensi ruang, peralatan, bahan dan
peralatan dan bahan diurutkan sesuai pelaksanaan Sistem yang baik akan
dengan urutan proses kerja dan frekuensi mewujudkan aspek Rapi.21 Penelitian
pemakaian. Peralatan dan bahan yang Diputra menunjukkan bahwa terdapat
dibutuhkan pada tahapan pertama kerja hubungan positif sikap 5R dengan
dan sering dipakai diletakkan pada rak perilaku K3 pada siswa SMK Kartini
yang paling mudah dijangkau. Batam. Hal ini menyebabkan siswa yang
Sedangkan, peralatan dan bahan yang memiliki sikap positif terhadap 5R akan
dibutuhkan pada akhir proses kerja dan memiliki perilaku K3 yang baik dan
jarang dipakai diletakkan pada rak yang mengerti tentang hal-hal yang tidak boleh
tingkat kemudahannya lebih kecil dan tidak boleh dilakukan karena memiliki
dibandingkan dengan peralatan dan potensi bahaya dan risiko yang dapat
bahan yang sering dipakai dan dibutuhkan menimbulkan kecelakaan maupun
pada tahap awal kerja.19 Penerapan penyakit akibat kerja.22 Tidak
“Rapi” akan mengurangi waktu yang diterapkannya aspek Rapi di Bengkel X

10
VISIKES (Vol. 19 No.1) April 2020
https://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes

diduga disebabkan oleh pekerja di suka menunda-nunda kebiasaan


Bengkel X yang belum memiliki budaya membersihkan tempat kerja setelah
untuk berperilaku rapi. Hal ini terlihat dari bekerja. Pekerja mengaku hanya
pekerja yang meletakkan barang tidak menyapu tempat kerja setiap 3 atau 4 hari
pada tempatnya dan mencampuradukkan sekali, padahal tempat kerja digunakan
peralatan yang tidak sejenis atau memiliki sehari-hari. Hal ini menyebabkan tempat
fungsi yang sama. kerja terakumulasi oleh debu dan oli serta
Berdasarkan hasil pengamatan peralatan dan bahan yang sudah tidak
langsung yang dilakukan oleh peneliti, dipakai.
hasil menunjukkan bahwa ketercapaian Hasil penelitian terdahulu mengenai
aspek “Resik” pada Bengkel X, penerapan metode 5S dan perancangan
Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta fasilitas peletakan material dan peralatan
masih belum baik. Hal ini terlihat dari hasil guna eliminasi waste of motion dalam
yang menunjukkan angka 10%. Pekerja perakitan generator set di PT Berkat
Bengkel X jarang membersihkan tempat Manunggal Jaya menyebutkan bahwa
kerja. Hal ini terlihat dari tempat kerja perancangan aspek “Resik” bisa dilakukan
yang penuh dengan debu dan oli yang melalui tahapan yaitu menentukan daftar
menempel pada lantai, dinding, peralatan dan peralatan kebersihan yang diperlukan
atau bahan yang digunakan untuk serta menentukan tanggung jawab
bekerja. Selain itu, pekerja juga mengaku kebersihan tempat kerja. Sarana dan
tidak memiliki sarana dan prasarana yang prasarana untuk menerapkan “Resik”
memadai untuk membersihkan area kerja. antara lain adalah tong sampah besar,
Pekerja hanya menggunakan sapu untuk sapu, pengki, kemoceng, lap, dan papan
membersihkan debu dan kotoran. Tidak pengumuman.24 Adanya penerapan
ada lap bersih yang digunakan untuk “Resik” di tempat kerja dapat
membersihkan peralatan. Hal tersebut meminimalkan biaya kerusakan alat,
membentuk kebiasaan. Kebiasaan waktu pembersihan lebih cepat, suasana
terbentuk melalui tindakan yang berlulang- kerja lebih nyaman dan ceria, pekerja
ulang.23 Tindakan berulang-ulang pekerja akan menghasilkan ide-ide kreatif, dan
yang hanya membersihkan area kerja aman di tempat kerja.25
dengan sapu dan tidak menggunakan lap Berdasarkan hasil pengamatan
tidak bisa membersihkan peralatan, bahan langsung yang dilakukan oleh peneliti
dan area kerja secara optimal. Hal ini ketercapaian aspek “Rawat” pada
menyebabkan tempat kerja masih terlihat Bengkel X, Kecamatan Mlati, Sleman,
kotor walau sudah disapu. Tidak Yogyakarta masih belum baik. Hal ini
diterapkannya aspek Rapi di Bengkel X terlihat dengan ketercapaian yang hanya
diduga disebabkan oleh pekerja yang mencapai angka 20%. Pekerja pada

11
VISIKES (Vol. 19 No.1) April 2020
https://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes

Bengkel X belum melakukan perawatan peralatan dan bahan di lingkungan kerja


terhadap peralatan dan bahan yang akan lebih awet dan lama masa
digunakan. Hal ini terlihat dari peralatan pemakaiannya. Hal ini akan
dan bahan yang tidak dibersihkan secara menyebabkan efisiensi dalam
teratur dan tidak pernah diperbaiki. pemakaian alat dan bahan sehingga
Belum disediakan jadwal pembersihan di meminimalisasi biaya pengeluaran dan
Bengkel X. Selain itu, ditinjau dari aspek meningkatkan keuntungan yang lebih
“Ringkas” dan “Rapi” pekerja belum besar.
menerapkan kedua aspek tersebut Berdasarkan hasil pengamatan
secara terus menerus. Belum ada tanda langsung yang dilakukan oleh peneliti,
dan papan peringatan untuk tetap ketercapaian aspek “Rajin” pada Bengkel
menjaga 3R (Ringkas, Rapi, Resik) X, Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta
secara berkelanjutan. masih belum baik. Hal ini terlihat dari
Rawat (Seiketsu) adalah tahapan ketercapaian “Rajin” hanya mencapai
budaya kerja yang sukar. Perlu angka 15%. Pekerja pada Bengkel X
standardisasi dan konsistensi dari belum memiliki kesadaran dan
masing-masing individu untuk melakukan kedisiplinan untuk menerapkan 5R.
tahapan 3R sebelumnya. “Rawat” bisa Pekerja belum mengerti tentang
dilakukan dengan membuat pentingnya menerapkan 5R. Pekerja
standardisasi dan semua individu harus mengungkapkan juga belum merasa
berkomitmen untuk patuh pada standar malu apabila lingkungan kerjanya terlihat
yang telah dibuat. Pemberian hadiah dan penuh, berantakan, kotor, dan tidak
hukuman dapat dilakukan untuk terawat.
memotivasi pekerja menerapkan Rajin (Shitsuke) adalah budaya
“Rawat”.25 Hasil penelitian terdahulu kerja untuk mempertahankan tahapan
menyebutkan bahwa pengukuran 4R sebelumnya yang Sudah berjalan.
“Rawat” bisa dilakukan dengan membuat Hal ini bisa dilakukan dengan
self assessment form yang menyatakan memberikan pelatihan kepada pekerja
bahwa ada usaha dan mekanisme agar tentang pentingnya penerapan 5R.
3R sebelumnya selalu dilaksanakan Selain itu, bisa dilakukan pembelajaran
dengan baik setiap saat dan terdapat 5R secara berkala dan audit internal 5R
ajakan untuk selalu melaksanakan secara periodik.26 Hasil penelitian
tahapan 3R sebelumnya berupa slogan sebelumnya menyebutkan bahwa perlu
26
atau peringatan. Rawat merupakan dilakukan audit secara berkala dan
aspek penting yang harus diterapkan di pelatihan berkaitan 5R kepada pekerja
lingkungan kerja. Hal ini dikarenakan area warehouse di CV Sempurna Boga
dengan adanya penerapan aspek Rawat, Makmur Semarang. Hal ini dikarenakan

12
VISIKES (Vol. 19 No.1) April 2020
https://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes

perusahaan tersebut belum pernah COMPETING INTEREST


melakukan audit dan pelatihan 5R. Audit Hambatan dari penelitian ini adalah
bisa dilakukan dengan turun langsung tempat penelitian yang sempit sehingga
ke lapangan dan menggunakan indikator membuat peneliti merasa kurang nyaman
penilaian audit yang sudah ditentukan ketika melakukan pengambilan data
sebelumnya. Selain itu, pelatihan 5R penelitian. Selain itu, tempat penelitian
berisi penyadaran diri akan etika kerja, yang berdebu membuat peneliti juga
disiplin terhadap standar, dan malu untuk kurang maksimal dalam mengumpulkan
melanggar aturan.21 Adanya audit bisa data.
memberikan koreksi dan perbaikan UCAPAN TERIMA KASIH
terhadap segala sesuatu yang terlibat Peneliti mengucapkan terimakasih
dalam pekerjaan baik itu proses kerja, kepada responden penelitian yaitu pekerja
peralatan, bahan, tempat kerja, maupun di Bengkel X, Sendowo, Sleman,
pekerja sendiri. Adanya audit akan Yogyakarta yang sudah bersedia
memberikan data apakah terdapat meluangkan waktunya untuk menjadi
keselarasan antara tujuan dengan responden.
output. Apabila tujuan dan sasaran DATA AVAILIBILITY
organisasi atau tempat kerja tidak Data penelitian secara langsung
tercapai dilakukan langkah-langkah dapat diakses di tempat penelitian
perbaikan untuk bisa mencapai bahkan (Bengkel X, Sleman, Yogyakarta) atau
meningkatkan target yang ingin dicapai. menghubungi peneliti secara langsung ke
Hal ini sejalan dengan Silaban yang [email protected].
mengatakan bahwa audit SMK3 SPONSOR
merupakan umpan balik bagi Penelitian ini didanai oleh peneliti
manajemen untuk melakukan tindakan sendiri menggunakan dana pribadi.
korektif demi peningkatan produktivitas
perusahaan.27 DAFTAR PUSTAKA
1. Jahja, K.Seri Budaya Unggulan 5R

SIMPULAN DAN SARAN (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).

Penerapan 5R pada Bengkel X, Productivity and Quality, Jakarta:

Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta Management Consultans. 2000.

masih jauh dari kategori baik. Perlu 2. Tangkilisan, H.N. Manajemen SDM

dilakukan sosialisasi tentang pentingnya Birokrasi Publik Strategi Keunggulan

penerapan budaya 5R dan audit internal Pelayanan Publik, Yogyakarta:

agar 5R bisa terwujud sehingga YPAPI. 2002.

produktivitas pekerja dapat meningkat. 3. Ndraha, T. Budaya Organisasi,


Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2003

13
VISIKES (Vol. 19 No.1) April 2020
https://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes

4. Chapman, C.D. Clean House with 11. Masrizal. Mixed Method Research.
Lean 5S. Quality Progress. 2005; 38 Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2011;
(6): 27-32. 6(1): 53-56.
5. Saikh, S., Alam, A.N., Ahmed, K.M., 12. Poerwandari. Pendekatan Kualitatif
Ishtiyak, S., Hasan, S.Z. International Untuk Penelitian Perilaku Manusia.
Joournal of Science, Engineering and Perfekta. Jakarta. 2007.
Technology Research (IJESTR). 13. Muslihah. Pengaruh Penyuluhan
2015; 4(4): 927-931. terhadap Pengetahuan dan Sikap 5R
6. Supriyanto, A. Pengaruh Sikap Kerja (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Publikasi Ilmiah. Universitas
Shitsuke) terhadap Produktivitas. Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.
Riset Manajemen & Akuntansi. 5(9): 2016.
23-31. 14. Osada, T. Sikap Kerja 5S. Jakarta:
7. Sofiyanurriyanti, Shofi, A.I.A. 2019. PPM. 2011.
Penerapan Budaya 5R/5S dan 15. Gaspersz, V. Organizational
Pengaruhnya terhadap Kinerja Excellence. Jakarta: PT Gramedia
Karyawan di CV Cahaya Mandiri. Pustaka Utama. 2007
Jurnal MATRIK. 2014; 2(14): 31-36. 16. Rachmawati, S., Rinawati, S.,
8. Setyawan, H., and, Sjariah, I. Suryadi, I., Paskanita, M. Penerapan
Implementasi 5R Untuk Mencegah Budaya 5R (Ringkas, Rapi, Resik,
Penyakit Akibat Kerja Pada Gigi, Rajin, dan Rawat). dengan
Mulut, dan Saluran Pernapasan di Pendekatan SNI ISO 22000:2009 dan
Industri Informal Sragen. Jurnal Penilaiannya di PT Y Surakarta.
Kesehatan Gigi. 2015; 2(2): 84-91. Journal of Industrial Hygiene and
9. Purjayanto, P., Yoto, Basuki. Occupational Health. 2008; 2(2): 132-
Implementasi Pelaksanaan 140.
Manajemen Bengkel Berbasis 5S di 17. Kartika, H., Hastuti, T. Analisa
Bengkel Permesinan SMK PGRI 3 Pengaru Sikap Kerja 5S dan Faktor
Kota Malang. Jurnal Pendidikan Penghambat Penerapan 5S terhadap
Profesional. 2015; 4(2): 29-37. Efektifitas Kerja Departemen Produksi
10. Siska,M., Sari, L.F. Analisis Prinsip di Perusahaan Sepatu. Jurnal Ilmiah
Kerja 5S dan Motivasi Karyawan di PASTI. 2014; 5(1): 47-54.
PT Jasa Barutama Perkasa 18. Pramono, WA. Meraup Keuntungan
Pekanbaru Riau. Jurnal Sains, dengan Lean Manufacturing. PT Elex
Teknologi, dan Industri. 2016; 14(1): Media Komputindo, 2008
57-65. 19. Putra, BH., Haryadi, B. Analisis
Prinsip Kerja 5S (Seiri, Seiton, Seiso,

14
VISIKES (Vol. 19 No.1) April 2020
https://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes

Seiketsu, Shitsuke) pada CV Kokoh Material dan Peralatan Guna


Bersatu Plastik, Surabaya. AGORA. Eliminasi Waste of Motion dalam
2014; 2(2): 1-8. Perakitan Generator Set (Studi
20. Hudori, M Penerapan Prinsip 5S Kasus PT Berkat Manunggal Jaya).
(Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Industrial Enginering Journal Online.
Shitsuke) di Gudang Zat Kimia 2015; 4(1): 1-8.
Perusahaan Perkebunan Kelapa 25. Suwondo, C. Penerapan Budaya
Sawit. Industrial Engineering Journal. Kerja Unggulan 5S (Seiri, Seiton,
2017; 6(2): 45-52. Seiso, Seiketsu, Shitsuke). Jurnal
21. Kartika, M., Rinawati, D.I. Analisa Magister Manajemen. 2012; 1(1): 29-
Penerapan 5S (Seiri, Seiton, Seiso, 48.
Seiketsu, Shitsuke). Industrial 26. Rahman, N.M., Nurhusna, G.A.
Engineering Journal Online. 2016; Implemetasi Metodologi 5S sebagai
5(4): 1-8. Upaya Meningkatkan Produktivitas
22. Diputra, M.N.A. Pengaruh Penerapan Karyawan Kantor Pelayanan Publik
5R terhadap Perilaku K3 di SMK XYZ. Seminar dan Konferensi
Kartini Jodoh Batam. Jurnal Nasional IDEC.Universitas Islam
Pendidikan Teknik Mekatronika. Indonesia: Yogyakarta. 2019.
2017; 7(3): 235-245 27. Silaban, G. Hubungan Angka
23. Leboeuf, M. Working Smart: Kecelakaan Kerja dengan Tingkat
Terjemahan Munandar, H. Jakarta: Pemenuhan Penerapan Sistem
Tangga Pustaka. 2010 Manajemen Keselamatan dan
24. Tanuwijaya, A., Purwanggono, B. Kesehatan Kerja. Berita Kedokteran
Penerapan Metode 5S dan Masyarakat. 2009; 25(3): 156-166.
Perancangan Fasilitas Peletakan

15
VISIKES (Vol. 19 No.1) April 2020

You might also like