264 1133 3 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

ECSOFiM: Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020.

07(02): 239-248 e-ISSN: 2528-5939


Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ecsofim.2020.007.02.09

ECONOMIC VALUATION OF MANGROVE ECOSYSTEM IN COASTAL AREA OF ROKAN


HILIR REGENCY, RIAU PROVINCE

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN ROKAN


HILIR, PROVINSI RIAU

Trisla Warningsih*1, Kusai2, Zulkarnain3, Lamun Bathara4, Isma Mulyani5, and Devia Sari6
1,2,3,4,5,6Fisheries and Marine Science Faculty, Universitas Riau

Received: March 23, 2020 / Accepted: April 26, 2020

ABSTRACT
Mangrove ecosystem is a very important resource for the continuity of community life in coastal
areas. Mangrove ecosystem in the coastal area of downstream Rokan district has decreased
mangrove area because it is used as a pond area to reduce the production of mangrove litter as an
ecological function that can be a carrying capacity of coastal capture fisheries. However, the use of
coastal areas as pond areas provides economic benefits for aquaculture. This study aims to calculate
the economic value of the Rokan Hilir Coastal mangrove ecosystem. This research was conducted
in March-April 2019 in the survey method. Analysis to calculate the total economic value of the
mangrove ecosystem is NET=ML+MTL+MP. The results showed the total economic benefit value of
Rokan Hilir mangrove forest reached IDR 98.697.950.594 / year was a direct benefit value of IDR
701,425,106 / year, indirect benefits were obtained at IDR 94,606,056,000 / year, and the optional
benefits reached IDR 3,512,126,520 / year. Mangrove ecosystems are ecosystems that provide
many benefits to the Rokan Hilir Coastal community, so this ecosystem is highly expected to be
sustainable.

Keywords: mangroves, benefits, economic value, Rokan Hilir.

ABSTRAK
Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk kelangsungan kehidupan
masyarakat di daerah pesisir. Ekosistem mangrove di pesisir Kabupaten Rokan Hilir telah terjadi
penurunan luasan mangrove karena dimanfaatkan sebagai area tambak sehingga menurunkan
produksi serasah mangrove sebagai fungsi ekologi yang dapat menjadi daya dukung perikanan
tangkap pesisir. Namun pemanfaatan kawasan pesisir sebagai area tambak memberikan manfaat
ekonomi bagi perikanan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai ekonomi
ekosistem mangrove pesisir Rokan Hilir. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2019
dengan metode survei. Analisis untuk menghitung nilai ekonomi total ekosistem mangrove adalah:
NET=ML+MTL+MP. Hasil penelitian memperkirakan nilai manfaat ekonomi total hutan mangrove
Rokan Hilir mencapai Rp 98.697.950.594/tahun diantaranya terdapat nilai manfaat langsung sekitar
Rp 701.425.106/tahun, manfaat tidak langsung diperkirakan Rp94.606.056.000/tahun, dan manfaat
pilihan mencapai Rp 3.512.126.520/tahun. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang
memberikan banyak manfaat terhadap masyarakat pesisir Rokan Hilir, sehingga keberadaan
ekosistem ini selalu diharapkan kelestariannya.

Kata kunci: mangrove, manfaat, nilai ekonomi, Rokan Hilir.

PENDAHULUAN
Ekosistem mangrove memiliki nilai ekonomis yang tinggi terutama dalam menunjang
produktivitas sumberdaya perikanan di kawasan laut dan pesisir (Sukmawan, 2004). Hal ini
disebabkan adanya fungsi ekologi mangrove sebagai feeding ground, nursery ground dan spawning

*
Corresponding author: Trisla Warningsih, [email protected]
Fisheries and Marine Science Faculty, Universitas Riau.
Cite this as: Warningsih, T. et al. (2020). Economic Valuation of Mangrove Ecosystem in Coastal Area of Rokan
239
Hilir Regency, Riau Province. ECSOFiM: Economic and Social of Fisheries and Marine Journal. 07(02): 239-248
Available online at http://ecsofim.ub.ac.id/
Warningsih, T. et al: Economic Valuation of Mangrove Ecosystem in Coastal Area of Rokan Hilir Regency, Riau Province

ground bagi komoditi perikanan dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi diantaranya perikanan
tangkap (ikan, udang, kerang, kepiting, dll). Fungsi ekonomis hutan mangrove seperti kayu carocok,
bahan bakar, alat tangkap, daun-daun untuk obat dan lain sebagainya (Dahuri, 1996). Sedangkan
produksi serasah mangrove termasuk kedalam fungsi ekologis yang merupakan jaring-jaring
makanan di ekosistem mangrove sebagai bahan organik (Aida, 2015). Mangrove sebagai komunitas
dari vegetasi pantai tropis yang terdiri dari berbagai macam tumbuhan yang dapat hidup di wilayah
pasang surut dan pantai berlumpur (Bengen, 2004). Menurut (KLH, 2008) menjelaskan bahwa
tumbuhan mangrove memiliki sifat yang sangat unik karena tumbuh dari berbagai gabungan pohon
yang berkembangbiak di laut dan darat. Selain memiliki sifat yang unik, hutan mangrove juga
berperan sebagai tempat hidup satwa baik bagi satwa lautan maupun satwa daratan (Hilmi, 1998).
Kabupaten Rokan Hilir memiliki luas hutan mangrove mencapai 16.276,80 Ha yang terletak di
tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Bangko seluas 10.340,40 Ha, Kecamatan Pasir Limau Kapas
seluas 3.269,40 Ha dan Kecamatan Sinaboi seluas 2.667,00 Ha. Pada umumnya hutan mangrove
di Kabupaten Rokan Hilir tumbuh secara alami yang jika tidak diperhatikan akan mengalami
kerusakan. Akhir-akhir ini berbagai aktivitas manusia secara terus-menerus telah menjadi ancaman
bagi keberlanjutan ekosistem mangrove (Wahyuni, 2013). Pemanfaatan mangrove sering kali tidak
diperhatikan kelestariannya oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh tingginya lajunya
pertumbuhan penduduk yang membutuhkan sumberdaya dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Banyaknya penggunaan mangrove tanpa memperhatikan ekosistemnya bisa mengakibatkan
kepunahan, terjadinya penurunan pada luas kawasan mangrove karena kurangnya nilai yang
diberikan pada area ekosistem mangrove.
Ekosistem mangrove di pesisir Kabupaten Rokan Hilir telah terjadi penurunan luasan mangrove
karena dimanfaatkan sebagai area tambak sehingga menurunkan produksi serasah mangrove
sebagai fungsi ekologi yang dapat menjadi daya dukung perikanan tangkap pesisir. Namun
pemanfaatan kawasan pesisir sebagai area tambak memberikan manfaat ekonomi bagi perikanan
budidaya. Fungsi tersebut tidak terlepas dari ancaman kerusakan. Saat ini mangrove di Rokan Hilir
telah banyak dimanfaatkan masyarakat lokal secara berlebihan sehingga memicu kerusakan pada
ekosistem. Adapun bentuk pemanfaatan ekosistem mangrove yang dilakukan masyarakat di sekitar
daerah diantaranya: penebangan hutan mangrove untuk memperluas pemukiman, penangkapan
ikan, pembuangan sampah dan produksi kayu mangrove. Berdasarkan penjelasan di atas perlu
dilakukan kajian tentang valuasi ekonomi ekosistem mangrove di kawasan pesisir Kabupaten Rokan
Hilir.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – April 2019. Wilayah pengambilan sampel ini
dilakukan pada 3 titik kawasan pesisir Kabupaten Rokan Hilir yaitu Kecamatan Bangko, Sinaboi dan
Panipahan yang mewakili kawasan pesisir Rokan Hilir secara keseluruhan. Pengambilan sampel

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 07(02):239-248 240
Warningsih, T. et al: Economic Valuation of Mangrove Ecosystem in Coastal Area of Rokan Hilir Regency, Riau Province

dilakukan secara acak dengan sasaran responden merupakan masyarakat yang mata
pencahariannya sebagai nelayan, pencari ikan, kepiting, kerang siput, pembudidaya tambak kerang
darah, dan pemanfaatan kayu bakar, kayu carocok yang tinggal di kawasan pesisir Rokan Hilir serta
memiliki kesempatan yang sama sebagai sampel (Mantra, 2014). Peta lokasi penelitian ditampilkan
pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Penelitian menggunakan metode survei, sebagai pedoman pengumpulan data primer dan
sekunder dengan menyebaran kuesioner. Untuk mengetahui pemanfaatan sumberdaya kawasan
pesisir maka peneliti menganalisis dari nilai manfaat langsung, sehingga diperoleh manfaat
langsung berupa manfaat penerimaan ikan, siput, kepiting, kayu bangunan, kayu bakar, dan
budidaya kerang darah (Fauzi, 2000).
a. Manfaat Langsung
Analisis menghitung nilai ekonomi manfaat langsung dari ekosistem mangrove seperti
perikanan tangkap, budidaya tambak kerang darah dan kayu mangrove (kayu bakar, bangunan)
(Adrianto, 2006).
ML = ML1 + ML2 + ML3 (1)
Keterangan:
ML = Manfaat Langsung
ML1 = Manfaat Langsung Perikanan Tangkap
ML2 = Manfaat Langsung Perikanan Budidaya
ML3 = Manfaat Langsung Kayu Mangrove
b. Manfaat Tidak Langsung
Rumus untuk menghitung nilai manfaat tidak langsung adalah:
MTL = MTL1 (2)

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 07(02):239-248 241
Warningsih, T. et al: Economic Valuation of Mangrove Ecosystem in Coastal Area of Rokan Hilir Regency, Riau Province

Keterangan :
MTL = Manfaat Tidak Langsung
MTL1 = Manfaat Tidak Langsung Mangrove untuk Penahan Abrasi
c. Manfaat Pilihan
Manfaat pilihan diperkirakan dari nilai yang mengacu pada nilai biodiversitas ekosistem
mangrove Indonesia dengan US$15/ha/tahun (Ruitenbeek, 1992). Perhitungan dilakukan dengan
rumus:
MP = MPb (3)
Keterangan:
MP = Manfaat Pilihan
MPb = Manfaat Pilihan biodiversity
d. Nilai Ekonomi Total
Penjumlahan nilai manfaat ekosistem mangrove secara keseluruhan dengan perhitungan
berikut ini:
NET = ML + MTL + MP (4)
Keterangan:
NET = Nilai Ekonomi Total
ML = Manfaat Langsung
MTL = Manfaat Tidak Langsung
MP = Manfaat Pilihan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kabupaten Rokan Hilir adalah pemekaran dari Kabupaten Bengkalis sesuai ketetapan Undang-
undang nomor 53 pada tahun 1999. Luas wilayah Rokan Hilir adalah 8.881,59 Km 2. Terdapat
sebanyak 16 sungai yang dapat dilayari hingga ke daerah hulu sungai dengan menggunakan
sampan, perahu dan pompong. Beberapa sungai tersebut dijadikan sarana pendukung
perekonomian penduduk diantaranya adalah Sungai Rokan yang panjangnya mencapai 350Km
(BPS, 2018). Wilayah Rokan Hilir memiliki potensi untuk berkembangnya produksi hasil perikanan
dan pengolahan dan pemasaran produk hasi perikanan. Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan stori
pernah dijuluki sebagai penghasil ikan terbanyak dari seluruh dunia (Setyawati, 2008). Hasil
perikanan yang telah di ekspor dari wilayah perairan Rokan Hilir yang cukup luas memiliki peran
penting dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.
Penduduk Rokan Hilir berjumlah 679.663 jiwa, diketahui penduduk perempuan lebih sedikit dari
laki-laki. Jumlah penduduk perempuan sebesar 330.881 jiwa (48,69%) sedangkan jumlah penduduk
dari laki-laki diperkirakan mencapai 348.782 jiwa (51,32%). Kabupaten Rokan Hilir memiliki potensi
sumberdaya alam dengan keunggulan yang dapat dilihat dari investasi perikanan baik perikanan
budidaya, perikanan tangkap dan olahan hasil perikanan untuk komoditi perikanan laut, yaitu daerah
perairan pesisir yang dimiliki cukup luas dengan sumberdaya manusia yang sangat terampil dalam
bidangnya. Memiliki beberapa fasilitas untuk memproduksi yang baik untuk perikanan tangkap,
budidaya dan olahan hasil perikanan dengan teknologi penangkapan yang masih sederhana.

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 07(02):239-248 242
Warningsih, T. et al: Economic Valuation of Mangrove Ecosystem in Coastal Area of Rokan Hilir Regency, Riau Province

Hutan mangrove selain sebagai sumberdaya alam yang sangat penting di wilayah pesisir serta
terdapat beberapa fungsi utama diantaranya fungsi ekologi, ekonomi serta biologis (Romimotarto,
2001). Manfaat mangrove tidak terlepas dari kerusakan oleh berbagai aktivitas masyarakat.
Kerusakan hutan magrove di Riau akibat deforestasi mencapai 32.970,99 ha, untuk itu pemerintah
mengajak masyarakat bersama-sama untuk terus berupaya menjaga kelestarian lingkungan.
Tingginya tingkat abrasi di wilayah pesisir Rokan Hilir akibat karakter pantai timur yang pada
umumnya berlumpur, juga berpengaruh pada kelestarian ekosistem hutan mangrove dan
mengakibatkan bergesernya batas wilayah negara yang berdampak pada geopolitik, ekologi dan
ekonomi. Pemerintah harus melakukan upaya restorasi yang bertujuan untuk mengembalikan
kondisi mangrove tersebut melalui kegiatan-kegiatan penyelamatan lingkungan, yang juga
berdampak sosial dan peningkatan ekonomi masyarakat, untuk mengurangi dampak penurunan
fungsi hutan mangrove (Zen, 2013).
Menurut (Ritohardoyo, 2011) rendahnya penghargaan yang diberikan masyarakat terhadap
potensi keberadaan ekosistem mangrove sebagai nilai ekonomi, sehingga perlu adanya kajian
mengenai valuasi ekonomi terhadap besarnya fungsi dan manfaat ekosistem mangrove. Valuasi
ekonomi adalah suatu cara dalam memberikan kuantitatif yang dihasilkan lingkungan sebagai
sumberdaya alam terhadap barang dan jasa baik nilai pasar atau non pasar (Vo, 2012).
Berdasarkan data dinas (DKP, 2017), diketahui jumlah hasil tangkapan di Rokan Hilir pada
tahun 2017 yaitu sebesar 48.089,79 ton. Jika dibandingkan dengan produksi hasil tangkapan 2016
yaitu sebesar 61.326,90 ton, maka produksi perikanan dari penangkapan ikan di perairan umum
daerah dan laut mengalami penurunan sebesar 13.237,11 ton atau sebesar 21,58%. Penurunan
hasil tangkapan disebabkan oleh penebangan hutan di sekitar sungai untuk pembukaan lahan untuk
industri kertas dan perkebunan, serta kondisi cuaca yang buruk juga berdampak dalam
mempercepat terjadinya proses degradasi perairan Rokan Hilir yang mempengaruhi jumlah hasil
tangkapan, keadaan sarana dan prasarana yang tidak memadai serta berkurangnya area
penangkapan dengan adanya tambak ditengah laut. Sedangkan jumlah produksi budidaya tambak
kerang darah di Rokan Hilir pada akhir tahun 2017 sebanyak 9.291,06 ton. Dibandingkan jumlah
produksi budidaya tambak tahun 2016, produksi budidaya tambak bertambah sebesar 9.245,48 ton.
Secara umum, manfaat dan fungsi hutan mangrove berupa : 1) habitat dan berkembangbiak
ikan, kerang, kepiting dan satwa liar lainnya, 2) daerah nursery grounds, feeding grounds, dan
spawning grounds bagi beberapa jenis biota laut, 3) penghasil kayu carocok/bakar, kerang, kepiting,
pemasok larva kan serta biota laut lainnya, 4) peredam gelombang dan angin laut, 5) tempat
penelitian bagi mahasiswa dan pihak terkait serta tempat praktek kerja lapangan.
Pada kawasan mangrove Rokan Hilir diketahui bahwa masyarakat sekitar telah
memanfaatkannya, baik berdampak positif maupun negatif. Berdasarkan hasil survei dengan
responden terkait wawancara yang telah dilakukan terdapat bentuk-bentuk pemanfaatan di dalam
dan sekitar kawasan hutan mangrove. Bentuk pemanfaatan kawasan ekosistem mangrove yang

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 07(02):239-248 243
Warningsih, T. et al: Economic Valuation of Mangrove Ecosystem in Coastal Area of Rokan Hilir Regency, Riau Province

dilakukan diantaranya, yaitu : 1) area perikanan tangkap, 2) budidaya tambak kerang darah dan 3).
kayu mangrove sebagai bahan bakar dan bangunan (Gambar 2).

a) perikanan tangkap b) budidaya kerang darah c) kayu mangrove


Gambar 2. Pemanfataan Kawasan Hutan Mangrove

Pada kawasan mangrove Rokan Hilir tidak dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat untuk
wisata, hal ini dikarenakan kondisi wilayah mangrove yang tidak baik untuk dijadikan kawasan
wisata. Sebagian besar kawasan hanya dijadikan sebagai area penangkapan karena memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap pendapatan. Nilai total Willingnes to Pay (WTP) untuk
keberadaan mangrove di Rokan Hilir sebesar Rp 2.615.652.000/tahun (Warningsih, 2019).
Nilai manfaat total dari ekosistem mangrove Rokan Hilir dapat dikategorikan kedalam tiga
kriteria, diantaranya: manfaat secara langsung, tidak langsung dan pilihan (Adrianto, 2006).
1. Nilai Manfaat Langsung
Masyarakat secara langsung dapat merasakan nilai dari keberadaan mangrove sebagai
pemenuhan kebutuhan dan mata pencaharian. Nilai ini berupa pemanfaatan mangrove untuk kayu
bakar, bangunan, berbagai jenis perikanan tangkap, serta budidaya kerang darah. Manfaat
langsung perikanan tangkap diperoleh dari hasil tangkapan berupa ikan gulama, sembilang, udang,
kerang dan kepiting. Nilai manfaat langsung perikanan tangkap dapat disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Manfaat Langsung Perikanan Tangkap
Rincian Satuan Jumlah
Hasil Tangkapan Kg/tahun 13.867
Harga Rp/Kg 42.293
Total harga Rp/tahun 472.800.137
Biaya operasional Rp/tahun 41.932.110
Nilai manfaat perikanan tangkap Rp/tahun 430.868.027
Sumber: Olahan Data Primer, 2019
Nilai manfaat langsung yang dapat diperoleh adalah manfaat perikanan tangkap. Hasil
perikanan tangkap seperti : ikan, kepiting, udang, kerang dan biota laut lainnya. Masyarakat
melakukan penangkapan dengan alat yang sederhana berupa perahu/sampan berukuran kecil yang
dilengkapi dengan mesin berkekuatan kecil. Dari hasil perhitungan perikanan tangkap, diperoleh
nilai manfaat perikanan tangkap adalah sebesar Rp 430.868.027/tahun. Nilai manfaat langsung
perikanan budidaya dapat dilihat pada Tabel 2.

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 07(02):239-248 244
Warningsih, T. et al: Economic Valuation of Mangrove Ecosystem in Coastal Area of Rokan Hilir Regency, Riau Province

Tabel 2. Nilai Manfaat Langsung Perikanan Budidaya


Rincian Satuan Jumlah
Hasil panen Kg/tahun 16.238
Harga Jual Rp/Kg 8.071
Total harga Rp/tahun 135.558.969
Biaya Operasional Rp/tahun 52.664.923
Nilai manfaat perikanan budidaya Rp/tahun 82.894.046
Sumber: Olahan Data Primer 2019
Tabel 2 menunjukkan bahwa besarnya nilai manfaat langsung yang dihasilkan dari budidaya
tambak kerang darah di ekosistem hutan mangrove Rokan Hilir mencapai Rp 82.894.046 per tahun.
Kerang darah (Anadara granosa) adalah salah satu biota laut yang telah dibudidayakan oleh
masyarakat Rokan Hilir pada substratnya lumpur berpasir serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Berbeda dengan penelitian (Indriyanti, 2015) menjelaskan bahwa terdapat fungsi ekologis yang lebih
memiliki nilai ekonomis dibandingkan fungsi sosial ekonomi. Manfaat langsung kayu mangrove
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Manfaat Langsung Kayu Mangrove
Uraian Satuan Jumlah
Hasil kayu mangrove Kg/tahun 14.100
Harga Jual Rp/Kg 7.454
Total harga Rp/tahun 93.066.000
Biaya operasional Rp/tahun 27.060.000
Manfaat kayu mangrove Rp/tahun 66.006.000
Sumber: Olahan Data Primer, 2019
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari perhitungan biaya operasional untuk melakukan penebangan
dan pengangkutan kayu mangrove mencapai Rp 27.060.000/tahun. Sehingga nilai ekonomi hutan
magrove di Rokan Hilir yang didapatkan sebagai kayu bakar dan bangunan adalah sebesar Rp
66.006.000/tahun. Perbedaan yang tampak jelas pada penelitian (Osmaleli, 2013) di Hutan
Mangrove Desa Pabean Udik memiliki manfaat langsung yaitu membuat sirup mangrove. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat berbagai keberagaman dari manfaat mangrove yang terdapat pada
setiap daerah. Manfaat langsung hutan mangrove disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Manfaat Langsung Hutan Mangrove
Jenis Manfaat Nilai (Rp/Thn) Biaya (Rp) Pendapatan (Rp/Thn) %
Perikanan Tangkap 472.800.137 41.932.110 430.868.027 74
Budidaya tambak kerang darah 135.558.969 52.664.923 82.894.046 14
Kayu Mangrove 93.066.000 27.060.000 66.006.000 11
Jumlah 701.425.106 121.657.033 579.768.074 100
Sumber: Olahan Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 4 menjelaskan bahwa nilai total yang diperoleh dari manfaat langsung hutan mangrove
saat ini mencapai Rp 701.425.106/tahun. Sehingga diperkirakan potensi yang dimiliki kawasan mangrove
cukup tinggi dan kaya akan sumberdaya alam yang bemanfaat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
pesisir Rokan Hilir pada umumnya. Jika dibandingkan dengan penelitian yang serupa di daerah lain, nilai

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 07(02):239-248 245
Warningsih, T. et al: Economic Valuation of Mangrove Ecosystem in Coastal Area of Rokan Hilir Regency, Riau Province

ekosistem mangrove di Desa Teluk Pambang memperoleh nilai manfaat sekitar Rp 1.348.869.603/tahun
(Widiastuti, 2016). Sehingga produksi dari ekosistem mangrove di Rokan Hilir dibandingkan tempat lain
tergolong rendah. Ekosistem mangrove memiliki potensi yang penting untuk menunjang penghidupan
masyarakat di kawasan pesisir khususnya dalam meningkatkan hasil pendapatan daerah.
2. Manfaat Tidak Langsung
Pemijahan ikan, penahan abrasi serta penyediaan pakan dan hasil tangkapan perikanan
merupakan manfaat tidak langsung. Dalam hal ini, penelitian hanya menghitung nilai manfaat tidak
langsung mangrove sebagai penahan abrasi di kawasan pesisir Rokan Hilir. Manfaat mangrove
untuk penahan abrasi tidak bisa diukur menurut harga pasar, maka untuk pengukurannya dilakukan
dengan pendekatan pembuatan dari penahan ombak (Marhayana, 2012). Ukuran tanggul 5m x 1,5m
x 2,5m dengan masa tahan selama 5 tahun biayanya mencapai Rp 291.994.000 atau sebesar
5.839.880/m (KPU, 2014). Panjang pantai Rokan Hilir sekitar 81.000 meter, maka dari itu dapat
diperhitungkan dengan pendekatan nilai ekosistem mangrove sebagai penahan abrasi mencapai Rp
437.030.280.000 (Tabel 5). Hal ini memperkirakan bahwa masa tanggul dapat bertahan mencapai
5 tahun, maka manfaat tersebut dibagikan dengan masa tahan 5 tahun sehingga diperoleh manfaat
secara tidak langsung dari ekosistem mangrove sebesar Rp 94.606.056.000/tahun.
Tabel 5. Manfaat Tidak Langsung Ekosistem Mangrove
Biaya Jumlah Tidak Langsung
Keterangan Panjang Pantai (m)
(Rp/m) (Rp/Thn)
Penahan Abrasi 81.000 5.839.880 473.030.280.000
Daya tahan 5 tahun 473.030.280.000
Daya tahan per tahun 94.606.056.000
Sumber: Olahan Data Primer 2019
3. Nilai Guna Pilihan
Menurut (Fahrudin, 1996) nilai yang dihitung dari berbagai kenekaragaman hayati (biodiversity)
merupakan nilai manfaat pilihan. Menurut (Ruitenbeek, 1992) menyebutkan bahwa nilai biodiversity di
Indonesia mencapai US$15.000 km, jika nilai tukar rupiah pada saat penelitian sebesar Rp 14.385 (April 2019)
maka manfaat pilihan hutan mangrove diperoleh nilai Rp 215.775/ha/tahun. Hal tersebut dikalikan dengan luas
ekosistem mangrove di wilayah pesisir Rokan Hilir yaitu luas 16.276,80 ha. Maka nilai manfaat pilihan
ekosistem mangrove di Rokan Hilir di peroleh sekitar Rp 3.512.126.520 per tahun. Nilai manfaat pilihan
ekosistem mangrove disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai Manfaat Pilihan Ekosistem Mangrove
Luas Mangrove Biaya
Nilai Pilihan Manfaat Pilihan (Rp/Thn)
(ha) (Rp/ha)
Biodiversity 16.276,80 215.775 3.512.126.520
Total 3.512.126.520
Sumber: Olahan Data Primer, 2019
4. Nilai Ekonomi Total
Nilai ekonomi total merupakan penggabungan seluruh nilai manfaat hasil penelitian. Nilai ekonomi total
mangrove Rokan Hilir diperoleh dari perhitungan manfaat langsung diantaranya: perikanan tangkap, budidaya

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 07(02):239-248 246
Warningsih, T. et al: Economic Valuation of Mangrove Ecosystem in Coastal Area of Rokan Hilir Regency, Riau Province

tambak kerang darah, kayu mangrove), manfaat tidak langsung diperoleh dari nilai ekosistem mangrove
sebagai penahan abrasi serta manfaat pilihan dari nilai berbagai keaekaragaman hayati yang ada di sekitar
perairan.
NET = NML + NMTL + NMP
= Rp 579.768.074 + Rp 94.606.056.000 + Rp 3.512.126.520
= Rp 98.697.950.594/tahun
Nilai ekonomi total ekosistem mangrove sebesar Rp 98.697.950.594/tahun. Nilai ekonomi total ekosistem
mangrove khususnya di kawasan pesisir memiliki nilai manfaat yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian
(Qodrina, 2012) yang berjudul Ekosistem Ekonomi Mangrove di Desa Teluk Pambang Kabupaten Bengkalis
mengemukakan bahwa nilai ekonomi total hutan mangrove sebesar Rp 140.945.439.018 ha/tahun. Nilai
ekonomi dari fungsi ekologis lebih besar dibandingkan dengan fungsi sosial ekonomi.

KESIMPULAN DAN SARAN


Manfaat hutan mangrove di Rokan Hilir terdiri dari manfaat langsung diantaranya berupa hasil
perikanan tangkap (ikan, udang, kepiting, kerang), perikanan budidaya tambak kerang darah, dan
hasil kayu mangrove. Nilai dari manfaat ekonomi total ekosistem mangrove Rokan Hilir sebesar
Rp 98.697.950.594/tahun, terdiri dari manfaat langsung sekitar Rp 579.768.074/tahun, nilai manfaat
tidak langsung sebesar Rp 94.606.056.000 sedangkan manfaat pilihannya sekitar
Rp 3.512.126.520/tahun.
Ekosistem mangrove di Rokan Hilir yaitu memiliki nilai manfaat yang cukup tinggi sehingga perlu
dijaga keberadaannya supaya tetap berkelanjutan serta meningkatkan penerapan peraturan tentang
pentingnya menjaga kelestarian hutan mangrove oleh masyarakat terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, L. (2006). Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan
Laut. Bogor: PKSPL IPB.

Aida, G. R. (2015). Model Dinamik Nilai Ekonomi Ekosistem Mangrove di Wilayah Pesisir Kabupaten
Tangerang. Bogor: Pascasarjana IPB.

Bengen, D. G. (2004). Pedoman Teknis Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor: IPB.

BPS, R. H. (2018). Kabupaten Rokan Hilir Dalam Angka. Rokan Hilir.

Dahuri, et al. (1996). Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu.
Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

DKP. (2017). Laporan Tahunan Dinas Perikanan Kabupaten Rokan Hilir. Bagansiapiapi: Dinas
Perikanan Kabupaten Rokan Hillir.

Fahrudin, A. (1996). Analisis Ekonomi Pengelolaan Pesisir Kabupaten Subang. Bogor:


Pascasarjana IPB.

Fauzi, A. (2000). Persepsi Terhadap Nilai Ekonomi Sumberdaya. Semarang: UNDIP.

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 07(02):239-248 247
Warningsih, T. et al: Economic Valuation of Mangrove Ecosystem in Coastal Area of Rokan Hilir Regency, Riau Province

Hilmi, E. (1998). Penentuan Lebar Optimal Jalur Hijau Mangrove Melalui Pendekatan Sistem. Bogor:
Pascasarjana IPB.

Indriyanti, M. D. (2015). Penilaian Jasa Ekosistem Mangrove di Teluk Blanakan Kabupaten Subang.
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI) , 20(2) : 91-96.

KLH. (2008). Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.

KPU. (2014). Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil. Jakarta: Kementerian
Pekerjaan Umum.

Mantra, et al. (2014). Penentuan Sampel . Jakarta: LP3S.

Marhayana, S., et al. (2012). Manfaat Ekonomi Ekosistem Mangrove di Taman Wisata Perairan
Padaido Kabupaten Biak Numfor. Makassar: FPIK, UNHAS.

Osmaleli. (2013). Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berkelanjutan
di Desa Pabean Udik Kabupaten Indramayu. Bogor: Pascasarjana IPB.

Qodrina, H. R. (2012). Ekosistem Ekonomi Mangrove di Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan
Kabupaten Bengkalis, Riau. Jurnal Ilmu Lingkungan , 7 (2) : 29-38.

Ritohardoyo. (2011). Arahan Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove Kasus Pesisir Kecamatan
Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Jurnal Geografi , 8(2) : 3-12.

Romimotarto, K. (2001). Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan.

Ruitenbeek, H. J. (1992). An Economic Analysis of Management Options with a Focus on Bintuni


Bay Irian Jaya. Jakarta: KLH.

Setyawati, S. (2008). Pasang Surut Industri Perikanan Bagansiapiapi 1898-1936. Depok: FIPB, UI.

Sukmawan, D. (2004). Penilaian Ekonomi Manfaat Hutan Mangrove di Desa Karangjaladri


Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Bogor: IPB.

Vo, et al. (2012). Review of Valuatioan Method for Mangrove Ecosystem Services. Ecological
Indicators Journal , 431-446.

Wahyuni, Y. P. (2013). Valuasi Total Ekonomi Hutan Mangrove di Kawasan Delta Mahakam
Kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian Kehutanan Wallacea , 1-12.

Warningsih, T., et al. (2019). Faktor yang Mempengaruhi Willingness to pas (WTP) Masyarakat
Terhadap Keberadaan Ekosistem Mangrove Rokan Hilir. Seminar Nasional Tahunan XVI Tahun
2019 (pp. 297-300). Yogyakarta: Semnaskan-UGM XVI.

Widiastuti, M. D. (2016). Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove di Wilayah Pesisir Kabupaten


Marauke. Jurnal Sosek KP , 11 (2) : 147-159.

Zen, L. W. (2013). Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove di Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
Jurnal Dinamika Maritim , 4(1) : 45-52.

ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2020. 07(02):239-248 248

You might also like