9150-Article Text-34991-2-10-20230727

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023

Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150

Cyberbullying di Media Sosial Tiktok terhadap Remaja Sekolah Menengah


Pertama
Yessi Mareta Andari1 Putri Fitrawati Azahra2, Ester Marito Sinaga3, Ajeng Linggar Prawitri4
1,2,3,4
Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Pramita Indonesia
Jl. Kampus Pramita, Binong, Kec. Curug, Kabupaten Tangerang, Banten 15810

E-mail:
[email protected] , [email protected], [email protected], [email protected] 4
1

Abstract
Today's technology is developing so fast that the amount of information added every day to the internet cannot be counted.
This progress has a positive effect, one of which is to expand social relations by using social networking or what is
commonly called social media. Internet use among adolescents, especially junior high school aged children is very risky.
Online activities carried out by junior high school teenagers, both uploading and commenting on uploads, are one of the
factors that can trigger bullying to occur. This research used qualitative research methods and data collection techniques
by conducting interviews and direct observation. The theory used in this study is the spiral of silence theory with the
results of research that bullying still often occurs among junior high school adolescents which occurs a lot on social
media, victims of bullying can only remain silent and bury all the bad behavior they get from the perpetrators. Those who
do not have the power or more voice to voice justice for themselves against the bullies. The aggressive behavior of junior
high school adolescents stems from a lack of moral education that should be obtained from the family and social
environment.

Keywords: Cyberbullying, Social Media, Junior High School Adolescents, TikTok, the spiral of silence theory

Abstrak

Teknologi saat ini berkembang cepat hingga tidak dapat terhitung lagi jumlah informasi yang ditambahkan setiap harinya
ke internet. Kemajuan ini memberikan efek yang positif, salah satunya untuk memperluas hubungan sosial dengan
menggunakan social networking atau biasa disebut social media. Penggunaan internet di kalangan remaja, khususnya
anak-anak usia SMP sangat beresiko. Kegiatan online yang dilakukan anak remaja SMP, baik menggunggah unggahan
maupun mengomentari unggahan merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya tindakan bullying. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara dan observasi
langsung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori spiral keheningan (the spiral of silence) dengan hasil
penelitian bullying masih kerap terjadi dikalangan remaja SMP yang banyak terjadi di media sosial, korban bullying
hanya bisa terdiam dan memendam semua perilaku buruk yang mereka dapatkan dari para pelaku. Mereka yang tidak
mempunyai kuasa atau suara yang lebih untuk menyuarakan keadilan terhadap diri mereka untuk melawan para pelaku
bullying. perilaku agresif remaja SMP ini berasal dari kurangnya pendidikan moral yang seharusnya didapat dari
lingkungan keluarga dan lingkungan sosial.

Kata Kunci: Cyberbullying, Media Sosial, Remaja SMP, TikTok, teori spiral keheningan

33
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150

1. Pendahuluan (Nirwana BR Hutabarat, 2021). Berdasarkan


data dari Kementrian Kominfo, pada tahun
Teknologi saat ini berkembang secara 2014 pengguna internet di Indonesia mencapai
pesat hingga tidak dapat terhitung lagi jumlah 78 juta orang, menempati peringkat ke-
informasi yang ditambahkan setiap harinya ke delapan dunia. Dari jumlah itu 80% di
internet. Kemajuan ini memberikan efek yang antaranya adalah anak remaja usia 15-19
positif, salah satunya untuk memperluas tahun. Berdasarkan data Business of Apps, ada
hubungan sosial dengan menggunakan social 1,53 miliar pengguna aktif bulanan (monthly
networking atau biasa disebut social media. active users/MAU) TikTok di dunia hingga
Penggunaan internet di kalangan remaja, kuartal III/2022. Dalam penelitian ini remaja
khususnya anak-anak usia SMP sangat yang dimaksud oleh peneliti adalah anak usia
beresiko. Seorang anak seusia ini sering 15-19 tahun sesuai dengan data dari
menganggap bahwa dunia maya yang dia Kementrian Kominfo(Prasadana, 2018a)(Aser
gunakan sama halnya dengan dunia nyata. Dia et al., 2022).
bisa menggunakan internet untuk menghina Media sosial ada untuk
atau mencemooh temannya, suatu perbuatan mengekspresikan kreativitas pengguna
yang sering dikenal dengan istilah cyber khususnya dalam pembuatan video. Media
bullying. Penyebaran informasi yang terjadi sosial TikTok sendiri merupakan platform
pada media sosial TikTok ini menggambarkan terbesar yang banyak digunakan orang
bentuk perilaku-perilaku pengguna TikTok terutama remaja SMP untuk membuat video
yang dalam konteks ini terfokus pada remaja dengan berbagai konten, bak sesuai umur
SMP dalam menggunakan, baik menunggah maupun yang tidak sesuai umur. Sehingga
atau merespon setiap tindakan yang terjadi tanpa sadar mereka dapat mengunggah/melihat
pada media sosial TikTok tersebut. Dari sebuah video yang seharusnya atau tidak
penyebaran informasi tersebut pula, peneliti seharusnya dilihat. Dengan kebanyakan umur
dapat mengetahui bentuk respon pengguna sebayanya. Tidak dapat dipungkiri, di
baik sebagai komentator unggahan atau hanya Indonesia masih kurang akan pemahaman
sebagai pengamat unggahan. kepada para masyarakatnya sendiri terutama
Kegiatan online yang dilakukan anak remaja SMP dalam menggunakan media
remaja SMP, baik menggunggah unggahan sosial, sehingga membuat marak terjadinya
maupun mengomentari unggahan merupakan kasus bullying terjadi di TikTok. Hal tersebut
salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya seharusnya menjadi perhatian di Indonesia.
tindakan bullying pada individu karena adanya Karena saat ini, semakin banyak orang yang
keinginan untuk mengomentari individu lain mengalami gangguan mental yang disebabkan
berkaitan dengan kekurangan orang lain, baik oleh pengaruh dari penggunaan gadget.
penampilan maupun kegiatan yang tidak TikTok juga menjadi salah satu tempat untuk
sesuai dengan ekspektasi pengguna yang oknum-oknum penyebar hoax dan
berkomentar. Tindakan seperti ini membentuk cyberbullying, penggunanya lebih mengarah
kepribadian buruk yang dampaknya bisa dengan teks, gambar, dan video (Saputra,
berkepanjangan baik untuk pelaku maupun 2020)(Aser et al., 2022).
korban bullying. Perilaku yang diciptakan seperti
Pada masa saat ini anak SMP termasuk tindakan menghina secara verbal yang berasal
kedalam kalangan remaja, Menurut Word dari media sosial dapat dikatakan sebagai
Health Organitation (WHO), remaja adalah cyberbullying. Menurut Smith et al
periode usia antara 10–19 tahun, sedangkan (Chadwick, 2014) berpendapat bahwa
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut cyberbullying adalah sebuah tindakan agresif
remaja adalah kaum muda (Youth) untuk usia yang sengaja dilakukan oleh sekelompok atau
antara 15–24 tahun (Kusmiran, 2011) individu dengan mengunakan kontak dari form

34
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150

elektronik secara berulang kali dari waktu ke alamat email palsu. Mereka juga dapat
waktu terhadap korban yang tidak bisa dengan menggunakan email seseorang atau
mudah membela dirinya sendiri(Syadza N, ponsel sehingga akan muncul seolah-
2017). Cyberbullying sendiri hadir karena olah ancaman telah dikirim oleh orang
adanya teknologi, dimana kekerasan tersebut lain.
tetap terjadi namun menggunakan perangkat f. Nama Samaran (Pseudonyms):
elektronik (Li et al., 2019) (Febriana & menggunakan ‘alias’ atau nama
Rahmasari, 2012). Tujuan yang ingin dicapai panggilan online untuk merahasiakan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui identitas mereka. Orang lain secara
analisis kepedulian remaja SMP terhadap online hanya tahu mereka dengan nama
terjadinya bullying melalui TikTok sebagai samaran ini yang mungkin berbahaya
forum media sosial. atau menghina, namun tidak di ketahui
Bentuk-bentuk cyberbullying menurut identitasnya.
Chadwick (2014) dalam (Syadza N, 2017) g. Tipuan (Outing): menunjukkan pada
sebagai berikut : khalayak umum atau meneruskan
a. Pelecehan (Harassment): berulang kali pesan personal seperti pesan teks,
mengirim pesan yang menyerang, email atau pesan instan. Berbagi
kasar dan sering menghina yang rahasia seseorang atau informasi
dikirim sepanjang hari dan malam. memalukan atau menipu seseorang
Beberapa bahkan mengirim pesan untuk mengungkapkan informasi
mereka ke forum publik, chat room memalukan dan rahasia kemudian
atau papan bulletin dimana orang lain meneruskan pada orang lain.
dapat melihat ancamannya. h. Cyberstalking: ini adalah bentuk
b. Kritik (Denigration): mendistribusikan pelecehan dengan cara berulang kali
informasi tentang orang lain yang mengirimkan pesan yang meliputi
menghina dan tidak benar melalui ancaman bahaya atau kegiatan online
unggahan di halaman Web, lainnya yang membuat seseorang takut
mengirimnya ke orang lain melalui akan keselamatannya. Biasanya pesan
email atau pesan instan dan yang dikirim melalui komunikasi
mengunggah atau mengirim foto pribadi seperti email atau pesan teks,
digital diubah menajadi seseorang. tergantung pada isi pesan yang
c. Flaming: pertempuran online atau mungkin juga ilegal.
argumen yang intens menggunakan Berkaitan dengan bentuk-bentuk
pesan elektronik di chat room melalui cyberbullying yang dikemukakan oleh
pesan instan atau email dengan marah Chadwick (2014), dapat dilihat bahwa ada
menggunakan bahasa yang vulgar, banyak jenis cyberbullying yang terjadi pada
penggunaan huruf capital, gambar dan tingkatan remaja. Fenomena ini biasa terjadi di
symbol untuk menambakan emosi Indonesia karena tingkat pengguna media
dalam argumen mereka. sosial sangat tinggi. Penyebaran berbagai jenis
d. Peniruan (Impersonation): seseorang cyberbullying inilah yang menjadi faktor
yang masuk ke dalam akun email atau pembentu kragam sikap pengguna media
jejaring sosial milik orang lain, sosial dalam menggunakan aplikasi TikTok
kemudian mengirim pesan atau baik sebagai pengguna aktif maupun pengguna
mengunggah materi yang memalukan pasif.
pemilik akun tersebut.
e. Menyamar (Masquerading): berpura-
pura menjadi seseorang dengan
membuat nama pesan instan palsu atau

35
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150

2. Kajian Pustaka dan Kerangka Pendekatan penelitian yang digunakan


Penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Yang mana peneliti melakukan
Teori komunikasi massa merupakan wawancara dengan narasumber berasal dari
sebuah proses dimana seseorang atau kalangan remaja SMP. Metode penelitian ini
sekelompok orang ataupun organisasi yang bertujuan untuk mengetahui informasi
besar menyusun sebuah pesan dan mengenai terjadinya cyberbullying terhadap
mengirimkannya melalui berbagai media remaja SMP, respon dari para korban bullying,
kepada khalayak umum yang anonim dan dan penganalisisan data yang ada.
heterogen. Kehadiran media komunikasi Target analisis penelitian ini
modern ini sebagai dampak semakin merupakan remaja SMP yang berusia 12 – 15
berkembangnya teknologi informasi dan tahun. Pada umur tersebut, anak-anak sedang
komunikasi cenderung mengaburkan batasan menuju proses dewasa. Pada umur tersebutlah,
antara komunikasi antar pribadi atau perubahan tingkah laku, postur tubuh, dan
komunikasi interpersonal tradisional dan juga daya pikir sedang mengalami evolusi atau
komunikasi massa (Prasadana, 2018a). peningkatan. Pengaruh evolusi daya pikir
Penelitian ini juga mengatkan hasil wawancara inilah yang menyebabkan remaja memasuki
dengan menggunakan Teori Spiral tahap pencarian jati diri. Dalam penelitian kali
Keheningan, dimana Model penyebaran ini, wujud pengambilan penelitian yang
informasi yang dipakai ini adalah model spiral digunakan berupa wawancara. Perolehan
keheningan (the spiral of silence) yang informasi dilakukan secara wawancara online
dikemukakan oleh Elisabeth Noelle Neumann dengan narasumber yang bersangkutan.
(1974) (Demokrasi et al., 2012). Teori ini Slamet (2011) menyebutkan bahwa
menjelaskan tentang dampak penyebaran wawancara adalah cara yang dipakai untuk
informasi melalui media massa. Teori ini memperoleh informasi melalui kegiatan
menjelaskan bahwa, proses komunikasi terjadi interaksi sosial antara peneliti dengan yang
pada saat individu membentuk komunikasi diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti
sehingga menghasilkan pendapat pribadi yang melaksanakan sesi wawancara secara online
berasal dari pandangan personal yang meneliti lewat media sosial Whatsapp (Susilarini,
dan mengamati bentuk komunikasi superior 2021).
atau pandangan dominan terhadap komunikasi
minoritas. Tindakan inilah yang menciptakan 4. Hasil dan Pembahasan
perilaku apatis ketika melihat kelemahan atau
kekuarangan orang lain. Hal inilah yang Perilaku cyberbullying sampai saat
menyebabkan perilaku bullying menjadi hal masih kerap terjadi dikalangan anak muda,
yang lumrah dikalangan remaja SMP. dimana mereka berperan sebagai subjek yang
mengimplementasikan perilaku budaya saat ini
3. Objek dan Metode Penelitian yang dikemas dalam kemajuan teknologi.
Perilaku ini dapat terjadi karena adanya
Pengertian tentang komunikasi massa kekeliruan dalam berkomunikasi. Hal tersebut
sebagaimana diungkapkan oleh C.R. Wright menyebabkan banyak subjek yang akhirnya
berikut: “First, the audience is large and menjadi agresif karena efek komunikasi massa
anonymous, and often very heterogeneous. yang terpecah. Dalam penelitian kali ini,
Individual viewers, listeners, readers, or even komunikasi massa memegang peran besar
groups of individuals can be targeted, but only sebagai arah munculnya perilaku bullying
with limited precision. Second, communication yang terjadi pada lingkup masyarakat. Dapat
sources are institutional and organizational” dikatakan bahwa komunikasi massa
(C.R.Wright, 1986) (Prasadana, 2018a). merupakan ruang publik untuk mendapatkan

36
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150

informasi secara detail baik informasi tentang Cyberbullying merupakan bentuk


politik, kebudayaan, pendidikan dan lain perilaku yang dilakukan seseorang ketika
sebagainya. Komunikasi massa juga merasa dirinya superior dalam beberapa hal
digunakan sebagai wadah untuk promosi, sehingga berani melakukan tindakan
wadah untuk menyalurkan aspirasi. Dalam penghinaan baik yang menyerang fisik
konteks penelitian ini, remaja (pelaku) tidak maupun mental seseorang yang penerapannya
mengerti tentang bahayanya melakukan biasa dilakukan di media sosial. Tindakan ini
bullying di media massa, dalam hal ini media berasal dari sikap agresif atau keapatisan
sosial. Seputar penggunaan media dalam individu yang merasa superior sehingga
komunikasi massa, Kiesler (1997) dan Noll menganggap lemah atau rendah individu lain.
(1996) mengatakan: “Not everyone agrees on Menurut Willard (2005) menjelaskan juga
what other media, if any, are included in mass bahwa cyberbullying merupakan tindakan
communication. The boundaries are growing kejam yang dilakukan secara sengaja
increasingly fuzzy. Cinema, videos, fax ditunjukkan untuk orang lain dengan cara
machines, the Internet, and the World mengirimk an atau menyebarkan hal atau
WideWeb (Kiesler, 1997; Noll, bahan yang berbahaya yang dapat dilihan
1996)(Prasadana, 2018a). Selanjutnya Jowett dengan bentuk agresi sosial dalam penggunaan
dan Linton (1989) menjelaskan, “all have internet ataupun teknologi digital lainnya
some but not all characteristics of mass media. (Nirwana BR Hutabarat, 2021). Definisi lain
Movies play a similar role as mass menurut Smith (2008) mendefinisikan
communication in popular culture (Jowett & cyberbullying sebagai perilaku agresif dan
Linton, 1989), especially now that video disengaja yang dilakukan sekelompok orang
technology allows them to be viewed on atau perorangan, yang menggunakan media
television(Prasadana, 2018b). elektronik sebagai penghubungnya, yang
Konteks penelitian ini bertujuan untuk dilakukan secara berulang-ulang dan tanpa
mengetahui bagaimana perilaku bullying yang batas waktu terhadap seorang korban yang
terjadi pada remaja SMP serta mengetahui tidak bisa membela dirinya sendiri. Dari
bahaya dari bullying tersebut yang terjadi di penjelasan cyberbullying di atas, peneliti
media sosial maupun dampaknya ke setuju dengan definisi smith mengenai
kepribadian orang tersebut. Sesuai dengan cyberbullying yang merupakan bentuk
penjelasan Kiesler dan Noll yang mengatakan perilaku agresif yang dilakukan dengan
bahwa tidak semua orang setuju dengan media sengaja untuk menyerang personal orang lain
sebagai alat komunikasi yang diterima maupun secara berulang-ulang menggunakan media
dipercaya massa karena media dalam video, sosial hanya karena korban tidak memiliki
film, atau dalam konten lainnya tidak kuasa untuk melakukan perlawanan dan
sepenuhnya menyajikan fakta. Dengan adanya membela dirinya sendiri (Nirwana BR
tampilan konten, video, atau film yang tidak Hutabarat, 2021).
menyajikan fakta namun dikemas dengan Ada banyak macam cyberbulliying
konsep sosial yang agresif membuat penonton yang terjadi khususnya di media sosial
tersebut menerima statement berlebihan yang terhadap remaja SMP sehingga dampaknya
akibatnya memungkinkan penonton meniru bisa mengganggu mental korban. Peneliti
konten-konten yang ada di media sosial. melakukan wawancara dengan beberapa
Konten yang ditampilkan tersebut berupa narasumber yang merupakan remaja SMP
perundungan baik yang berhubungan dengan berumur 15 tahun yang juga pengguna media
isu sosial, penampilan fisik, atau kasta sosial. sosial TikTok. Selama wawancara, peneliti
Ketika hal tersebut terjadi dan di-upload ke berkesempatan menanyakan beberapa
media sosial maka cyberbullying. pertanyaan yang membahas mengenai perilaku
bullying yang terjadi di kalangan remaja SMP.

37
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150

Peneliti melakukan wawancara dengan tiga mana dalam unggahan tersebut,


narasumber berbeda di mana mereka juga pemilik akun membuat unggahan yang
sekaligus informan dari hasil penelitian kali menampilkan foto dan caption yang
ini. Hasil pembahasan dibagi menjadi tiga berpotensi mengandung unsur
bagian, di mana tiap bagiannya pelecahan (harassament), lalu ada
menginformasikan perilaku bullying yang sebagian netizen pun ikut melontarkan
ditemukan oleh tiap informan selama kalimat bullying yang berdasarkan
menggunakan media sosial TikTok. pelecahan.
Bagian pertama adalah hasil
wawancara dengan narasumber pertama Gambar 1. Harassment 1
berinisial ‘E’ yang juga sekaligus reader media
sosial TikTok. Peneliti mendapatkan banyak
informasi dari narasumber dengan mengajukan
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
pembullyan yang terjadi di media elektronik
terkhusus yang terjadi pada remaja SMP, lalu
berdampak pada korban di lingkungan sosial.
Dari hasil wawancara, ada banyak jenis
penindasan yang terjadi, di mana narasumber
berinisial ‘E’ merupakan pengguna TikTok
juga sekaligus informan yang pernah
mendapatkan bullying ketika sedang membuat
video di TikTok. Perundungan yang
didapatkan ‘E’ dari para pelaku berupa
sindiran, gossip, serta hinaan fisik. Dari
pemaparan informan, diketahui bahwa pelaku
bullying yang juga merupakan remaja SMP
tega melakukan bullyng dengan menyindir
bahkan menghina fisik dikarenakan adanya
faktor dendam dan faktor tidak mau kalah.
Perilaku ini memicu pelaku untuk melakukan
penghinaan terhadap orang lain hanya karena
pelaku merasa keberadaannya lebih rendah
dibandingkan orang lain.
Dapat dikatakan juga TikTok sebagai
informan yang berhasil menampilkan beberapa
konten yang masuk kedalam kategori bullying.
Bentuk-bentuk dari kategori bullying di
dalamnya dapat berupa unggahan maupun 2. Nama samaran (Pseudonyms)\
komentar. berikut laporan bukti bullying yang Untuk contoh Gambar 2 merupakan
informan ‘E’ dapat dari TikTok. Cyberbullying sebuah unggahan yang diunggah oleh
yang terdapat pada gambar komentar yang di konten creator berinisial ‘P’, lalu
temui ‘E di TikTok: terdapat komentar yang dilontarkan
1. Pelecehan (Harassment) oleh netizen yang menggunakan nama
Pada Gambar 1, terdapat sebuah samaran untuk melakukan penghinaan
komentar yang dilontarkan oleh terhadap isi konten tersebut. Dalam
netizen terhadap konten yang dibuat konten tersebut, netizen menggunakan
oleh pemilik akun berinisial ‘C’ di nama samaran untuk menghina.

38
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150

Gambar 2. Pseudonyms 1
Gambar 3. Impersonation 1

3. Peniruan (Impersonation)
Diketahui bahwa pemilik akun
berinisial H sedang membuat konten
hiburan yang isinya sekelompok
wanita yang ingin meniru gaya
perilaku atau gaya bicara beberapa
konten kreator lainnya. Dalam video
tersebut terlihat bahwa beberapa talent
mencoba mengimpersonate satu
persatu konten creator lain dengan
menampilkan gambar subjek yang
sedang di tiru. Selama proses meniru
tersebut, ada satu talent yang mencoba
menirukan salah satu konten creator
berinisial C yang saat ini sedang
booming dengan gaya bicara dan
tingkahnya yang lucu. Namun, setelah
konten tersebut di posting, netizen 4. Flaming
tidak mengapresiasi konten tersebut Dalam konten ini, Pemilik akun
tetapi malah menjatuhkan beberapa berinisial ‘B’ mengunggah sebuah
kalimat sindiran atau sarkas. Hal ini gambar dari berita yang menyebutkan
yang menyebabkan banyak netizen kedekatan salah satu aktor berinisiak
mengomentari cara talent tersebut ‘AS’ dengan lawan mainnya ‘AM’,
dalam menirukan orang lain karena yang di mana pemeran serial TV Ikatan
dinilai tidak mirip dan tidak berbakat. Cinta itu diduga selingkuh dengan

39
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150

lawan mainnya yaitu ‘AM’, terungkap Bagian kedua adalah hasil wawancara
oleh suatu video yang beredar di media dengan narasumber kedua berinisial 'P'
sosial TikTok yang membuat fans yang juga merupakan siswi SMP yang
kecewa dengan ‘AS’ karena telah saat ini berumur 15 tahun dan juga
menyelingkuhi istri sah-nya berinisial sebagai pengguna Tiktok. Narasumber
‘PA’. Hal ini lah yang menyebabkan menjelaskan bahwa dikalangan SMP
netizen berkomentar terhadap saat ini, tidak banyak kasus bullying
unggahan tersebut yang menimbulkan yang terlihat oleh mata secara
peperangan antara komentar para langsung. Banyak kasus pembullyan
pendukung film tersebut dengan yang justru terlihat di media sosial.
komentar pendukung istri sah AS. Peneliti menanyakan beberapa
pertanyaan yang sama dengan
Gambar 3. Flamming 1 narasumber pertama, dan hasil jawaban
keduanya cukup sinkron. Menurut 'P'
media sosial yang saat ini sangat
banyak digunakan orang tak terkecuali
anak SMP adalah aplikasi TikTok.
Tiktok dinilai sebagai media hiburan
bagi 'P' untuk melihat video-video
kreatif yang menghibur.
Namun, dari hasil jawaban narasumber
mengenai pertanyaan peneliti tentang
apakah beranda TikTok 'P' pernah
menampilkan konten bullying, maka
jawaban 'P' adalah pernah. 'P' juga
mengirim beberapa gambar yang ia
lihat di media sosial TikTok yang ia
nilai merupakan sebuah tindakan
bullying.
5. Pelecehan (Harassment)
Seorang pemilik akun berinisial 'G'
membuat sebuah unggahan hiburan
dimana pemilik akun sedang
melakukan beberapa lompatan untuk
mengikuti trend video yang sedang
viral. Namun, karena pemilik akun
memiliki berat badan yang besar,
banyak netizen yang justru menjadikan
penampilan fisik pemilik akun 'G'
sebagai bahan hinaan yang menjurus
kepada pelecehan fisik 'G'. Netizen
berkomentar bahwa 'G' sebagai pemilik
terlihat seperti sebuah 'daging'.

40
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150

Gambar 5. Harassment 2 TikTok namun tidak menjadi pengguna


aktif yang dimana hanya sesekali
menggunakan aplikasi TikTok di saat-
saat tertentu. Namun, narasumber 'D'
tidak terlalu mengetahui mengenai
tingkah atau perilaku yang ada di media
sosial Tiktok karena tidak sering
menggunakan aplikasi tersebut. Oleh
karena itu, narasumber 'D' hanya
mengirim satu tangkapan layar konten
yang menurutnya tergolong sebagai
video pembullyan yang 'D' lihat di
beranda TikTok milik pengguna.

Gambar 6. Denigration 1

6. Kritik (Demigration)
Pemilik akun berinisial 'A' sedang
melakukan record saat menonton salah
satu live TikTok seorang konten
kreator berinisial 'U'. Dimana live
tersebut berisi tampilan video konten
kreator 'U' yang sedang live saat tidur.
Di tengah live, konter kreator 'U'
tersebut membuka hijab dan
menunjukkan warna rambut putihnya.
Record live yang di upload oleh 'A'
tersebut akhirnya memicu netizen
untuk mengomentari rambut dan gaya
tidur kreator tersebut. Komentar
tersebut di tujukan dengan mengkritik
model rambut dan mempertanyakan
usia 'U' yang terkesan berumur sangat
tua.
Bagian ketiga, adalah narasumber
berinisial 'D' yang merupakan siswa
SMP yang juga sebagai pengguna

41
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150

Gambar 7. Denigration 2 mengkritik 'RR' dan suaminya karena tidak


bisa mengurus bayi mereka.
Dari hasil wawancara peneliti dengan
beberapa narasumber di atas tentang
beberapa pertanyaan yang berkaitan
dengan kasus perundungan yang terjadi di
lingkungan anak SMP, setiap video yang
narasumber kirim termasuk ke dalam
bentuk perundungan di mana perundungan
tersebut terjadi di media sosial.
Narasumber yang sudah peneliti
wawancara juga merupakan pengguna
TikTok yang saat ini masih menempuh
jenjang pendidikan menengah pertama.
Dari beberapa bukti yang telah
dipaparkan diatas, narasumber ‘E’, ‘A’,
dan ‘D’ sering menemukan perundungan
yang berada di TikTok. Di mana
narasumber ini hanya berperan sebagai
reader disebabkan narasumber tidak tahu
harus berbuat seperti apa untuk merespon
video yang narasumber lihat, akan tetapi
narasumber ikut merasakan rasa kasihan,
kecewa, dan sedih terhadap korban yang
mendapatkan perundungan.
Dampak psikologis dan emosional dari
cyberbullying bisa mengakibatkan mental
korban terguncang yang mana sama
dengan bullying biasanya, namun
cyberbullying bisa lebih berpotensi
mengalami gangguan depresi berlebih
dikarenakan bahan bully atau informasi ini
akan tersimpan dan tersebar secara cepat di
internet dan dapat dilihat oleh siapapun,
Gambar di atas, menunjukkan adanya kapanpun dan dimanapun. Dari data yang
sebuah unggahan yang di unggah pemilik peneliti dapatkan berasal dari informan
akun bernama 'tanamanlayu' dimana video yaitu berupa beberapa gambar atau
tersebut berisi konten permintaan maaf tangkapan layar diatas, tentang isi konten
seorang youtuber sekaligus konten kreator yang informan lihat tanpa E ketahui bahwa
berinisial 'RR' karena membawa anaknya konten tersebut adalah sebuah pembullyian
yang masih balita untuk berlibur dan yang terjadi di media sosial. Lalu konten
menaikin jetski bersama kedua orang tua semacam hal itu sering bermunculan di
nya. Dikarenakan unggahan tersebut, beranda akun TikTiok milik E.
netizen mempertanyakan parenting dari
'RR' yang tega membiarkan anaknya 5. Kesimpulan dan Rekomendasi
menaiki jestki padahal anaknya masih
sangat kecil untuk terkena angin laut. Hal Penelitian ini menyimpulkan bahwa
ini yang menyebabkan banyak netizen saat ini budaya bullying masih kerap terjadi

42
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150

dikalangan remaja SMP yang target pasarnya seharusnya didapat dari lingkungan keluarga
banyak terjadi di media sosial. Kegiatan dan lingkungan sosial lainnya, serta hausnya
perundungan dalam media sosial berbentuk kesenangan atau validasi yang pelaku ingin
komentar yang menyudutkan seseorang, yang dapatkan dari orang-orang yang disekitarnya
mana salah satunya masih terjadi dsehingga untuk menyatakan bahwa ia “hebat”.
tindakan bullying tersebut dapat direlasasikan Sedangkan disisi lain pelaku masih tidak bisa
secara langsung dikehidupan si korban, sebab mengontrol emosi yang dialaminya, lalu sama
pelaku masih berada disekitar lingkup hidup si hal nya untuk para korban yang emosi dan
korban. Degan hasil wawancara berasal dari mental mereka berada di umur yang masih
narasumber yang bersekolah di SMP 11 terbilang muda untuk mendapatkan perilaku
KOTA JAMBI masih banyaknya pembullyan buruk yang menyakiti perasaan mereka yang
disana, baik secara verbal, nonverbal, secara berasal dari bullying.
langsung atau melalui media sosial. Sebagai pengguna internet yang baik
Bahwasanya memang remaja SMP yg ada di dan bijak dalam media sosial, jangan
sekitar lingkungan kita hanya bisa diam karena berkomentar mengenai suatu hal yang
takut untuk speak up. Sebab mereka takut menimbulkan banyak prasangka dugaan atau
terjadinya semakin di hujat atau bdi bully oleh buruk. Terutama komentar terhadap seseorang,
orang lain. Perilaku memberikan penghinaan sengaja ataupun tidak sengaja karena semua itu
di media sosial disebut cyberbullying, dapat berakibat fatal kedepannya. Dengan hal
cyberbullying sendiri terjadi karena adanya ini remaja SMP masih perlunya pengawasan
faktor kekuasaan berlebih yang dimiliki pelaku yang dari orang tua, yang mana peran orang tua
untuk merendahkan pihak atau korban lain untuk tetap mengawasi segala tindakan anak-
yang lebih lemah. Hal tersebut yang anak mereka terutama yang beranjak menjadi
menyebabkan pelaku merasa memiliki hak remaja SMP.
superior untuk melakukan perbuatan bullying Maka dari itu teori spiral keheningan
kepada orang lain. yang peneliti ambil sebagai bentuk
Pelaku dapat melakukan tindakan penggambaran situasi keadaan para korban
bullying seperti disebutkan diatas kepada bullying yang terjadi dikalangan remaja SMP,
korban, disebabkan karena adanya kekuasaan mereka yang hanya bisa terdiam dan
yang pelaku miliki. Kekuasaan yang dimiliki memendam semua perilaku buruk yang
pelaku yaitu berasal dari keluarga yang mereka dapatkan dari para pelaku. Mereka
berlatar belakang orang penting, mempunyai yang tidak mempunyai kuasa atau suara yang
koneksi dan relasi baik kepada para Guru di lebih untuk menyuarakan keadilan terhadap
sekolah, lalu merupakan siswi yang ternilai diri mereka untuk melawan para pelaku
pintar. Maka dengan kekuasaan tersebut, bullying.
pelaku tega melakukan tindakan bullying
kepada teman sebayanya karena merasa akan Daftar Pustaka
mendapat dukungan dari guru-guru yang
bertanggung jawab di sekolah sehingga tidak Aser, F. G., Paramita, S., & Sudarto. (2022).
akan mempercayai korban. Sehingga hal ini Fenomena Cyberbullying di Media Sosial
membuat E sebagai korban tidak punya TikTok. Kiwari, 1(3), 449–453.
kekuatan untuk melawan pelaku, yang mana https://doi.org/10.24912/ki.v1i3.15763
suara dari E akan terkalahkan oleh pihak
Demokrasi, T., Pengujian, S., Lembang, J., &
pelaku sehingga korban merasa suaranya tidak
No, T. (2012). Teori Spiral Kesunyian.
didengarkan oleh badan pendidik yang ada di
I(April), 13–22.
kawasan lingkungan sekolah SMP.
Perilaku agresif anak SMP ini berasal Febriana, & Rahmasari. (2012). Gambaran
dari kurangnya pendidikan moral yang Penerimaan Diri Korban Bullying. Jurnal

43
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150

Penelitian Psikologi, 1(1), 1–120. Isroini, S. P. (2010). PENGARUH BULLYING


TERHADAP KESEHATAN MENTAL
Nirwana BR Hutabarat, E. (2021). Tingkat
REMAJA The Effect of Bullying on
Pengetahuan Remaja Putri Kelas Iii Smp
Adolescent Mental Health.
Tentang Menarche. Jurnal Ilmiah
Kamila, Y. N., Laksono, B. A., & Karwati, L.
Kebidanan Imelda, 7(2), 81–84.
(2022). Peningkatan Kepekaan Pada
https://doi.org/10.52943/jikebi.v7i2.632
Korban Bullying Di Lingkungan
Prasadana, D. P. (2018a). Cyberbullying dalam Pendidikan. Jurnal Pendidikan Modern,
Media Sosial Anak SMP. KOMUNIKA: 7(3), 123–127.
Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 11(1), https://doi.org/10.37471/jpm.v7i3.468
141–148. Junita, J., Mamesah, M., & Hidayat, D. R.
https://doi.org/10.24090/kom.v11i1.1283 (2015). Kondisi Emosi Pelaku Bullying.
Prasadana, D. P. (2018b). Cyberbullying Insight: Jurnal Bimbingan Konseling,
dalam Media Sosial Anak SMP ( Studi 4(2), 57.
Kasus pada Anak SMP Pengguna Twitter https://doi.org/10.21009/insight.042.10
di Kelurahan Jatibening Kecamatan Nurhalidah, N., & Briandana, R. (2022).
Pondok Gede Kota Bekasi). Konstruksi Sosial Teknologi Dalam
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah Dan Pembelajaran Virtual Di Kota Tangerang.
Komunikasi, 11(1), 141–148. WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu
http://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/k Komunikasi, 21(1), 11–24.
omunika/article/view/1283 https://doi.org/10.32509/wacana.v21i1.1
655
Susilarini, T. (2021). Pengantar Ayu Devasari, A., Diniati, A., Isnaini
Psikodiagnostik III Interview- Istiqomah, A., Jenderal Achmad Yani
Wawancara. Bogor, 131. Yogyakarta, U., Ringroad Barat, J.,
http://repository.upi- Kidul, G., & Gamping, K. (n.d.).
yai.ac.id/4267/1/Fix-Diktat-Interview- CYBERBULLYING PADA APLIKASI
Tanti.pdf MEDIA SOSIAL TIKTOK.
Syadza N, S. I. (2017). Cyberbullying Pada
Remaja Smp X Di Kota Pekalongan.
Proyeksi, 12(1), 17–26.
PUTRI, N. A. (2019). Bullying Dalam
Pendidikan (Analisis Semiotika Film
Sajen Karya Haqi Ahman).
Suciartini, N. N. A., & Sumartini, N. L. U.
(2018). Verbal Bullying dalam Media
Sosial. Jurnal Pendidikan Bahasa
Indonesia, 6(2), 152–171.
Rahmawati, E. (2018). Quality Of Life Dan
Sikap Terhadap Cyberbullying Pada
Mahasiswa Pengguna Media Sosial.
Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952., 1–11.
Mangintir, A. Z. N. (2019). Pengaruh Life
Satisfaction dan Social SUpport terhadap
Cyberbullying. 1–84.

44

You might also like