9150-Article Text-34991-2-10-20230727
9150-Article Text-34991-2-10-20230727
9150-Article Text-34991-2-10-20230727
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150
E-mail:
[email protected] , [email protected], [email protected], [email protected] 4
1
Abstract
Today's technology is developing so fast that the amount of information added every day to the internet cannot be counted.
This progress has a positive effect, one of which is to expand social relations by using social networking or what is
commonly called social media. Internet use among adolescents, especially junior high school aged children is very risky.
Online activities carried out by junior high school teenagers, both uploading and commenting on uploads, are one of the
factors that can trigger bullying to occur. This research used qualitative research methods and data collection techniques
by conducting interviews and direct observation. The theory used in this study is the spiral of silence theory with the
results of research that bullying still often occurs among junior high school adolescents which occurs a lot on social
media, victims of bullying can only remain silent and bury all the bad behavior they get from the perpetrators. Those who
do not have the power or more voice to voice justice for themselves against the bullies. The aggressive behavior of junior
high school adolescents stems from a lack of moral education that should be obtained from the family and social
environment.
Keywords: Cyberbullying, Social Media, Junior High School Adolescents, TikTok, the spiral of silence theory
Abstrak
Teknologi saat ini berkembang cepat hingga tidak dapat terhitung lagi jumlah informasi yang ditambahkan setiap harinya
ke internet. Kemajuan ini memberikan efek yang positif, salah satunya untuk memperluas hubungan sosial dengan
menggunakan social networking atau biasa disebut social media. Penggunaan internet di kalangan remaja, khususnya
anak-anak usia SMP sangat beresiko. Kegiatan online yang dilakukan anak remaja SMP, baik menggunggah unggahan
maupun mengomentari unggahan merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya tindakan bullying. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara dan observasi
langsung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori spiral keheningan (the spiral of silence) dengan hasil
penelitian bullying masih kerap terjadi dikalangan remaja SMP yang banyak terjadi di media sosial, korban bullying
hanya bisa terdiam dan memendam semua perilaku buruk yang mereka dapatkan dari para pelaku. Mereka yang tidak
mempunyai kuasa atau suara yang lebih untuk menyuarakan keadilan terhadap diri mereka untuk melawan para pelaku
bullying. perilaku agresif remaja SMP ini berasal dari kurangnya pendidikan moral yang seharusnya didapat dari
lingkungan keluarga dan lingkungan sosial.
Kata Kunci: Cyberbullying, Media Sosial, Remaja SMP, TikTok, teori spiral keheningan
33
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150
34
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150
elektronik secara berulang kali dari waktu ke alamat email palsu. Mereka juga dapat
waktu terhadap korban yang tidak bisa dengan menggunakan email seseorang atau
mudah membela dirinya sendiri(Syadza N, ponsel sehingga akan muncul seolah-
2017). Cyberbullying sendiri hadir karena olah ancaman telah dikirim oleh orang
adanya teknologi, dimana kekerasan tersebut lain.
tetap terjadi namun menggunakan perangkat f. Nama Samaran (Pseudonyms):
elektronik (Li et al., 2019) (Febriana & menggunakan ‘alias’ atau nama
Rahmasari, 2012). Tujuan yang ingin dicapai panggilan online untuk merahasiakan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui identitas mereka. Orang lain secara
analisis kepedulian remaja SMP terhadap online hanya tahu mereka dengan nama
terjadinya bullying melalui TikTok sebagai samaran ini yang mungkin berbahaya
forum media sosial. atau menghina, namun tidak di ketahui
Bentuk-bentuk cyberbullying menurut identitasnya.
Chadwick (2014) dalam (Syadza N, 2017) g. Tipuan (Outing): menunjukkan pada
sebagai berikut : khalayak umum atau meneruskan
a. Pelecehan (Harassment): berulang kali pesan personal seperti pesan teks,
mengirim pesan yang menyerang, email atau pesan instan. Berbagi
kasar dan sering menghina yang rahasia seseorang atau informasi
dikirim sepanjang hari dan malam. memalukan atau menipu seseorang
Beberapa bahkan mengirim pesan untuk mengungkapkan informasi
mereka ke forum publik, chat room memalukan dan rahasia kemudian
atau papan bulletin dimana orang lain meneruskan pada orang lain.
dapat melihat ancamannya. h. Cyberstalking: ini adalah bentuk
b. Kritik (Denigration): mendistribusikan pelecehan dengan cara berulang kali
informasi tentang orang lain yang mengirimkan pesan yang meliputi
menghina dan tidak benar melalui ancaman bahaya atau kegiatan online
unggahan di halaman Web, lainnya yang membuat seseorang takut
mengirimnya ke orang lain melalui akan keselamatannya. Biasanya pesan
email atau pesan instan dan yang dikirim melalui komunikasi
mengunggah atau mengirim foto pribadi seperti email atau pesan teks,
digital diubah menajadi seseorang. tergantung pada isi pesan yang
c. Flaming: pertempuran online atau mungkin juga ilegal.
argumen yang intens menggunakan Berkaitan dengan bentuk-bentuk
pesan elektronik di chat room melalui cyberbullying yang dikemukakan oleh
pesan instan atau email dengan marah Chadwick (2014), dapat dilihat bahwa ada
menggunakan bahasa yang vulgar, banyak jenis cyberbullying yang terjadi pada
penggunaan huruf capital, gambar dan tingkatan remaja. Fenomena ini biasa terjadi di
symbol untuk menambakan emosi Indonesia karena tingkat pengguna media
dalam argumen mereka. sosial sangat tinggi. Penyebaran berbagai jenis
d. Peniruan (Impersonation): seseorang cyberbullying inilah yang menjadi faktor
yang masuk ke dalam akun email atau pembentu kragam sikap pengguna media
jejaring sosial milik orang lain, sosial dalam menggunakan aplikasi TikTok
kemudian mengirim pesan atau baik sebagai pengguna aktif maupun pengguna
mengunggah materi yang memalukan pasif.
pemilik akun tersebut.
e. Menyamar (Masquerading): berpura-
pura menjadi seseorang dengan
membuat nama pesan instan palsu atau
35
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150
36
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150
37
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150
38
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150
Gambar 2. Pseudonyms 1
Gambar 3. Impersonation 1
3. Peniruan (Impersonation)
Diketahui bahwa pemilik akun
berinisial H sedang membuat konten
hiburan yang isinya sekelompok
wanita yang ingin meniru gaya
perilaku atau gaya bicara beberapa
konten kreator lainnya. Dalam video
tersebut terlihat bahwa beberapa talent
mencoba mengimpersonate satu
persatu konten creator lain dengan
menampilkan gambar subjek yang
sedang di tiru. Selama proses meniru
tersebut, ada satu talent yang mencoba
menirukan salah satu konten creator
berinisial C yang saat ini sedang
booming dengan gaya bicara dan
tingkahnya yang lucu. Namun, setelah
konten tersebut di posting, netizen 4. Flaming
tidak mengapresiasi konten tersebut Dalam konten ini, Pemilik akun
tetapi malah menjatuhkan beberapa berinisial ‘B’ mengunggah sebuah
kalimat sindiran atau sarkas. Hal ini gambar dari berita yang menyebutkan
yang menyebabkan banyak netizen kedekatan salah satu aktor berinisiak
mengomentari cara talent tersebut ‘AS’ dengan lawan mainnya ‘AM’,
dalam menirukan orang lain karena yang di mana pemeran serial TV Ikatan
dinilai tidak mirip dan tidak berbakat. Cinta itu diduga selingkuh dengan
39
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150
lawan mainnya yaitu ‘AM’, terungkap Bagian kedua adalah hasil wawancara
oleh suatu video yang beredar di media dengan narasumber kedua berinisial 'P'
sosial TikTok yang membuat fans yang juga merupakan siswi SMP yang
kecewa dengan ‘AS’ karena telah saat ini berumur 15 tahun dan juga
menyelingkuhi istri sah-nya berinisial sebagai pengguna Tiktok. Narasumber
‘PA’. Hal ini lah yang menyebabkan menjelaskan bahwa dikalangan SMP
netizen berkomentar terhadap saat ini, tidak banyak kasus bullying
unggahan tersebut yang menimbulkan yang terlihat oleh mata secara
peperangan antara komentar para langsung. Banyak kasus pembullyan
pendukung film tersebut dengan yang justru terlihat di media sosial.
komentar pendukung istri sah AS. Peneliti menanyakan beberapa
pertanyaan yang sama dengan
Gambar 3. Flamming 1 narasumber pertama, dan hasil jawaban
keduanya cukup sinkron. Menurut 'P'
media sosial yang saat ini sangat
banyak digunakan orang tak terkecuali
anak SMP adalah aplikasi TikTok.
Tiktok dinilai sebagai media hiburan
bagi 'P' untuk melihat video-video
kreatif yang menghibur.
Namun, dari hasil jawaban narasumber
mengenai pertanyaan peneliti tentang
apakah beranda TikTok 'P' pernah
menampilkan konten bullying, maka
jawaban 'P' adalah pernah. 'P' juga
mengirim beberapa gambar yang ia
lihat di media sosial TikTok yang ia
nilai merupakan sebuah tindakan
bullying.
5. Pelecehan (Harassment)
Seorang pemilik akun berinisial 'G'
membuat sebuah unggahan hiburan
dimana pemilik akun sedang
melakukan beberapa lompatan untuk
mengikuti trend video yang sedang
viral. Namun, karena pemilik akun
memiliki berat badan yang besar,
banyak netizen yang justru menjadikan
penampilan fisik pemilik akun 'G'
sebagai bahan hinaan yang menjurus
kepada pelecehan fisik 'G'. Netizen
berkomentar bahwa 'G' sebagai pemilik
terlihat seperti sebuah 'daging'.
40
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150
Gambar 6. Denigration 1
6. Kritik (Demigration)
Pemilik akun berinisial 'A' sedang
melakukan record saat menonton salah
satu live TikTok seorang konten
kreator berinisial 'U'. Dimana live
tersebut berisi tampilan video konten
kreator 'U' yang sedang live saat tidur.
Di tengah live, konter kreator 'U'
tersebut membuka hijab dan
menunjukkan warna rambut putihnya.
Record live yang di upload oleh 'A'
tersebut akhirnya memicu netizen
untuk mengomentari rambut dan gaya
tidur kreator tersebut. Komentar
tersebut di tujukan dengan mengkritik
model rambut dan mempertanyakan
usia 'U' yang terkesan berumur sangat
tua.
Bagian ketiga, adalah narasumber
berinisial 'D' yang merupakan siswa
SMP yang juga sebagai pengguna
41
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150
42
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150
dikalangan remaja SMP yang target pasarnya seharusnya didapat dari lingkungan keluarga
banyak terjadi di media sosial. Kegiatan dan lingkungan sosial lainnya, serta hausnya
perundungan dalam media sosial berbentuk kesenangan atau validasi yang pelaku ingin
komentar yang menyudutkan seseorang, yang dapatkan dari orang-orang yang disekitarnya
mana salah satunya masih terjadi dsehingga untuk menyatakan bahwa ia “hebat”.
tindakan bullying tersebut dapat direlasasikan Sedangkan disisi lain pelaku masih tidak bisa
secara langsung dikehidupan si korban, sebab mengontrol emosi yang dialaminya, lalu sama
pelaku masih berada disekitar lingkup hidup si hal nya untuk para korban yang emosi dan
korban. Degan hasil wawancara berasal dari mental mereka berada di umur yang masih
narasumber yang bersekolah di SMP 11 terbilang muda untuk mendapatkan perilaku
KOTA JAMBI masih banyaknya pembullyan buruk yang menyakiti perasaan mereka yang
disana, baik secara verbal, nonverbal, secara berasal dari bullying.
langsung atau melalui media sosial. Sebagai pengguna internet yang baik
Bahwasanya memang remaja SMP yg ada di dan bijak dalam media sosial, jangan
sekitar lingkungan kita hanya bisa diam karena berkomentar mengenai suatu hal yang
takut untuk speak up. Sebab mereka takut menimbulkan banyak prasangka dugaan atau
terjadinya semakin di hujat atau bdi bully oleh buruk. Terutama komentar terhadap seseorang,
orang lain. Perilaku memberikan penghinaan sengaja ataupun tidak sengaja karena semua itu
di media sosial disebut cyberbullying, dapat berakibat fatal kedepannya. Dengan hal
cyberbullying sendiri terjadi karena adanya ini remaja SMP masih perlunya pengawasan
faktor kekuasaan berlebih yang dimiliki pelaku yang dari orang tua, yang mana peran orang tua
untuk merendahkan pihak atau korban lain untuk tetap mengawasi segala tindakan anak-
yang lebih lemah. Hal tersebut yang anak mereka terutama yang beranjak menjadi
menyebabkan pelaku merasa memiliki hak remaja SMP.
superior untuk melakukan perbuatan bullying Maka dari itu teori spiral keheningan
kepada orang lain. yang peneliti ambil sebagai bentuk
Pelaku dapat melakukan tindakan penggambaran situasi keadaan para korban
bullying seperti disebutkan diatas kepada bullying yang terjadi dikalangan remaja SMP,
korban, disebabkan karena adanya kekuasaan mereka yang hanya bisa terdiam dan
yang pelaku miliki. Kekuasaan yang dimiliki memendam semua perilaku buruk yang
pelaku yaitu berasal dari keluarga yang mereka dapatkan dari para pelaku. Mereka
berlatar belakang orang penting, mempunyai yang tidak mempunyai kuasa atau suara yang
koneksi dan relasi baik kepada para Guru di lebih untuk menyuarakan keadilan terhadap
sekolah, lalu merupakan siswi yang ternilai diri mereka untuk melawan para pelaku
pintar. Maka dengan kekuasaan tersebut, bullying.
pelaku tega melakukan tindakan bullying
kepada teman sebayanya karena merasa akan Daftar Pustaka
mendapat dukungan dari guru-guru yang
bertanggung jawab di sekolah sehingga tidak Aser, F. G., Paramita, S., & Sudarto. (2022).
akan mempercayai korban. Sehingga hal ini Fenomena Cyberbullying di Media Sosial
membuat E sebagai korban tidak punya TikTok. Kiwari, 1(3), 449–453.
kekuatan untuk melawan pelaku, yang mana https://doi.org/10.24912/ki.v1i3.15763
suara dari E akan terkalahkan oleh pihak
Demokrasi, T., Pengujian, S., Lembang, J., &
pelaku sehingga korban merasa suaranya tidak
No, T. (2012). Teori Spiral Kesunyian.
didengarkan oleh badan pendidik yang ada di
I(April), 13–22.
kawasan lingkungan sekolah SMP.
Perilaku agresif anak SMP ini berasal Febriana, & Rahmasari. (2012). Gambaran
dari kurangnya pendidikan moral yang Penerimaan Diri Korban Bullying. Jurnal
43
Jurnal Common | Volume 7 Nomor 1 | Juni 2023
Website : https://ojs.unikom.ac.id/index.php/common
DOI Jurnal: https://doi.org/10.344010/common
DOI Artikel: https://doi.org/10.34010/common.v7i1.9150
44