Other 46721 1 10 20230630
Other 46721 1 10 20230630
Other 46721 1 10 20230630
Abstract: The pattern of pedagogical education has hampered students' critical power
thereby limiting their creativity. It is appropriate for critical thinking skills to be
improved along with the development of the world of education. The Qur'an always
advocates the primacy of thinking in human life, and many verses in the Qur'an invite
people to think (ulul albab). The purpose of this study is to study in more detail the
following: critical thinking education in the Qur'an; and the implications of critical
thinking in the Koran on contemporary Islamic education. This study used a qualitative
approach, with a type of library research. Efforts to collect data using primary data and
secondary data. As well as analyzing literacy verses in the Koran using the content
analysis method with the maudhu'i interpretation approach (thematic interpretation).
The results of this study indicate that critical thinking education in the Qur'an is a
continuous process that binds knowledge through tafakkur, tafaqquh, tadzakkur and
tadabbur. While the implications of critical education in contemporary Islamic religious
education through the concept of Bloom's taxonomy and learning based on Higher Order
Thinking Skills (HOTS), the more critical thinking students are expected to be, the more
they understand the concept of creation and getting closer to God.
Abstrak: Pola pendidikan pedagogik telah menghambat daya kritis peserta didik
sehingga membatasi kreativitas mereka. Sudah selayaknya keterampilan berpikir kritis
ditingkatkan seiring dengan perkembangan dunia pendidikan. Al-Qur’an selalu
menganjurkan keutamaan berpikir dalam kehidupan manusia, dan banyak ayat dalam al-
Qur’an yang mengajak manusia untuk berpikir (ulul albab). Tujuan penelitian ini guna
mempelajari secara lebih rinci pada: pendidikan berpikir kritis dalam al-Qur’an; dan
implikasi berpikir kritis dalam al-Qur’an pada pendidikan Islam kontemporer. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian pustaka (library
research). Upaya pengumpulan datanya menggunakan data primer dan data sekunder.
Serta menganalisis ayat-ayat literasi dalam al-Qur’an menggunakan metode content
analysis dengan pendekatan tafsir maudhu’i (tafsir tematik). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Pendidikan berpikir kritis dalam al-Qur’an adalah proses
berkesinambungan yang mengikat pengetahuan melalui tafakkur, tafaqquh, tadzakkur
dan tadabbur. Sedangkan implikasi pendidikan kritis dalam pendidikan Agama Islam
kontemporer melalui konsep taksonomi Bloom dan pembelajaran berbasis Higher Order
Thinking Skills (HOTS), semakin kritis berpikir peserta didik diharapkan semakin paham
konsep penciptaan dan semakin dekat dengan Allah.
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol. 8, No. 1, Januari - Juni 2023
Received: 24 December 2022; Accepted 28 January 2023; Published 30 June 2023
*Corresponding Author: [email protected]
DOI: 10.25299/al-thariqah.2023.vol8(1).11469 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770
109
DOI: 10.25299/al-thariqah.2023.vol8(1).11469 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770
(ulul albab) (Anwar, 2016). Sebagaimana Oleh karena itu, sangat menarik untuk
ayat al-Qur’an yang terkandung di dalam mempelajari gambaran di atas secara lebih
Surat al-Mujaadilah ayat 11, yang rinci, maka fokus penelitian ini adalah
menjelaskan bahwa orang-orang beriman, pendidikan berpikir kritis dalam al-Qur’an;
yang berlapang di dalam sebuah majelis, di dan implikasi berpikir kritis dalam al-
mana Allah akan memberikan kelapangan Qur’an pada pendidikan Islam
hidup. Ketika diminta oleh Allah untuk kontemporer.
berdiri, maka Allah akan meninggikan
derajatnya dengan ilmu pengetahuan (RI, KONSEP TEORI
2009). Keterampilan berpikir kritis Berpikir Kritis
semestinya perlu ditingkatkan seiring Berpikir kritis atau critical thinking
dengan perkembangan dunia pendidikan. adalah suatu keterampilan kognitif yang
Dalam penelitiannya, Pia Nurapipah dapat digunakan untuk menciptakan
mengatakan bahwa, konstruksi situasi, masalah, pertanyaan, atau
pendidikan moderat dalam model fenomena agar dapat membuat suatu
pendidikan kritis Muthahhari dapat terjadi pertimbangan atau keputusan. Berpikir
pada poin aktualisasi fitrah manusia, kritis adalah sebuah konsekuensi dari
dimana aktualisasi yang diarahkan oleh salah satu bagian terluas dari otak
pendidikan kritis berujung pada manusia, yaitu cerebrum (otak depan)
penggunaan seimbang seluruh potensi (Soyomukti, 2015).
manusia. Ini sehingga seluruh potensi Pendapat lain mengatakan bahwa
manusia berujung pada aktualitas yang berpikir kritis dapat dipahami sebagai
seimbang dimana tidak ekstrim. menganalisis gagasan, memisahkannya
Pendidikan kritis Muthahhari menekankan secara tajam, mengidentifikasi, dan
aktualitas fitrah sebagai basis keberhasilan mengembangkannya ke arah yang lebih
dalam upaya mendidik (Nuraripah et al., utuh. Berpikir kritis mengacu pada asumsi
2020). Selain itu, Ifa Afida dalam bahwa berpikir merupakan potensi dalam
penelitiannya juga menyebutkan diri seseorang yang harus dikembangkan
paradigma pendidikan kritis adalah secara optimal (Susanto, 2013). Berpikir
paradigma pendidikan yang mengarahkan kritis sangat penting dalam kaitannya
pendidikan untuk melakukan refleksi dengan pembentukan moral, penyesuaian
kritis terhadap ideologi dominan ke arah sosial, pengembangan spiritual,
transformasi sosial. Pendidikan kritis pengembangan kognitif, dan strukturisasi
adalah pendidikan yang berusaha sains (Putri, 2021).
menciptakan ruang untuk Proses pendidikan jadi lebih
mengidentifikasi dan menganalisis mengutamakan bagaimana cara berpikir
segenap potensi yang dimiliki oleh peserta (how to think) daripada apa yang harus
didik secara bebas dan kritis untuk dipikirkan (what to think) (Al-Fadhil,
mewujudkan proses transformasi sosial 2016). Sehingga dalam pendidikan, yang
(Afida, 2016). diprioritaskan adalah bagaimana peserta
Di dalam Islam sendiri dengan jelas didik dapat memahami dan mengikuti
mengatakan bahwa, kemampuan berpikir proses pendidikan dengan baik. Dari sini,
kritis menjadi sesuatu yang sangat metode pembelajaran menjadi lebih
diperlukan untuk menghadapi tantangan penting, termasuk berpikir, berdebat,
zaman. Apalagi persoalan menyangkut berdiskusi (dialog), dan mengapreasi ide-
kehidupan sehari-hari. Orang yang telah ide orang lain.
terbiasa dalam berpikir kritis sangat sulit Berpikir secara kritis bukanlah sesuatu
untuk dibodohi, ditipu, dimanipulasi, dan yang baru. Hal ini karena kemampuan
disesatkan, baik cara berpikirnya maupun berpikir secara kritis amat penting dalam
tindakannya. mewujudkan pengajaran inovasi untuk
110
DOI: 10.25299/al-thariqah.2023.vol8(1).11469 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770
111
DOI: 10.25299/al-thariqah.2023.vol8(1).11469 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770
112
DOI: 10.25299/al-thariqah.2023.vol8(1).11469 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770
113
DOI: 10.25299/al-thariqah.2023.vol8(1).11469 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770
peristiwa (Holimi, 2020). Sebagaimana Sebagaimana dalam QS. Ali Imran: 190-
dalam QS. Al-Isra’: 44: 191:
ٰار َّليتِٰ ل َوالنَّ َه ِٰ ض َواخت َِلفِٰ الَّي ٰ ِ ت َواّلَر ِٰ ق السَّمو ِٰ ِن فِىٰ خَل َّٰ ا
ن ٰۚ َوإِن ِمن َّٰ ضٰ َو َمن فِي ِه ُ س ْب ُعٰ َو ْٱْل َ ْر
َّ س َم َوتُٰ ٱل َّ ح لَ ٰهُ ٱل َ ُت
ُٰ ِسب ع لى و ًا د و عُ
َ َّ ُ َّ ً َ ِ َ ٰق و ٰ
ا ما يق ٰ
ّللا َٰن و ر
ُ َُ
ك ذ ي َٰن ِيذ َّ ل ا )( ٰ
ب ا
ِ َ بل َ اّل ِى
ل و ُِّل
ٰ َّ ح بِ َح ْم ِدِۦه َولَكِن
َّٰل ت َ ْفقَ ُهونَٰ ت َ ْسبِي َح ُه ْمٰ ٰۚ إِنَّ ۥهُ كَان ُٰ ِسب ٰ َّ ِش ْىءٰ إ
َ ُّل ي َ ضٰ َربَّنَاٰ َما ٰ ِ ت َواّلَر ِٰ قٰ السَّمو ِ ُجنُوبِ ِهمٰ َويَتَفَ َّك ُرونَٰ فِىٰ خَل
ٰور ً ُغفَ َحلِي ًما )( ار َٰ َعذ
ِٰ َّاب الن َ ٰسبحنَكَٰ فَ ِقنَا ُ ٰۚ َٰخلَقتَٰ هذَا َباطِ ًل
“Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang “Sesungguhnya dalam penciptaan langit
ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan bumi, dan pergantian malam dan siang
Dan tidak ada sesuatu pun melainkan terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)
bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang-
tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia orang yang mengingat Allah sambil berdiri,
Maha Penyantun, Maha Pengampun”. duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan
Pandangan al-Qur’an terkait langit dan bumi sambil berkata, “Wahai
pendidikan kritis perspektif QS. Al-Isra’ Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan
ayat 44 adalah memaksimalkan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau,
kemampuan berpikir kita dalam lindungilah kami dari azab neraka”.
merenungi betapa tingginya kekuasaan
Allah. Ayat ini berbicara mengenai Perhatian al-Qur’an terkait dengan
kekuasaan Allah yang meliputi langit dan pendidikan kritis perspektif QS. Ali Imran
bumi beserta isinya, salah satunya adalah ayat 190-191 adalah mengoptimalkan
adanya hukum gaya tarik gravitasi. fungsi otak untuk merenungkan
penciptaan langit dan bumi serta
Pendidikan Tadzakkur menggunakan potensi akalnya untuk
Tadzakkur berasal dari kata dzakara menyelidiki tanda-tanda kebesaran Allah
yang berarti mengingat. Ibn Manzur sehingga menghasilkan ide pemikiran atau
berpendapat bahwa tadzakkur adalah pengetahuan. Dalam al-Qur’an, orang yang
upaya untuk menjaga sesuatu yang pernah memiliki otak tajam dan selalu berpikir
ia ingat atau pahami. Kata dzakara diulang kritis dikiaskan dengan istilah ulul albab
284 kali dalam al-Qur’an, yang terdiri dari (Hunsouw, 2013).
kata benda sebanyak 132 kali dan kata
kerja sebanyak 152 kali. Ar-Raghib al-
Asfahany membagi makna dzikr menjadi Pendidikan Tadabbur
dua, yaitu dzikr bi al-qalb (berpikir dengan Makna tadabbur dan yudabbir dalam
hati) dan dzikr bi al-lisan (mengingat Al-Qur'an diulang di suatu tempat
dengan lisan). Jadi, dzikr tidak dilakukan beberapa kali. Kata yudabbir terdapat
oleh akal sebagamana tafakkur, melainkan
berulang kali yang bermaksud memikirkan
dilakukan oleh organ yang bernama hati
(qalb). Perbedaannya dengan tafakkur dan mempertimbangkan. Tadabbur
adalah jika tafakkur merupakan aktifitas khusus digunakan untuk al-Qur’an, yaitu
mencari ilmu pengetahuan, sedangkan mengambil hikmah/makna
tadzakkur berfungsi untuk menjaga ilmu. tersirat/maqashid dalam ayat-ayat al-
Hati inilah yang memutuskan apakah ilmu
Qur’an (Erpida et al., 2022). Sebagaimana
tersebut akan menjadi ilmu yang
bermanfaat atau tidak, apakah ilmu dalam QS. An-Nisa’: 82:
tersebut akan mendekatkan dirinya
kepada Allah atau justru sebaliknya, ّٰللا لَ َو َجد ُْوا فِ ْي ِه
ِٰٰ ْر
ِٰ غي ْٰ ِل َيتَدَب َُّر ْونَٰ ْالقُ ْرانَٰ ٰۚ َولَ ْوٰ كَانَٰ م
َ ن ِع ْن ِٰد ٰ َ َاَف
melahirkan kekufuran (Kurniasih, 2022). ا ْخت َِلفًا َك ِثي ًْرا
115
DOI: 10.25299/al-thariqah.2023.vol8(1).11469 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770
116
DOI: 10.25299/al-thariqah.2023.vol8(1).11469 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770
117
DOI: 10.25299/al-thariqah.2023.vol8(1).11469 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770
118
DOI: 10.25299/al-thariqah.2023.vol8(1).11469 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770
119
DOI: 10.25299/al-thariqah.2023.vol8(1).11469 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770
120