Pengaruh Penambangan Batu Gamping Terhadap Kondisi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Busira, Pengaruh Penambangan Batu Gamping Terhadap Kondisi Lahan dan Air Tanah Dalam di Desa Bedoyo, Kecamatan

Ponjong, 53
Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta

Pengaruh Penambangan Batu Gamping Terhadap Kondisi Lahan dan


Air Tanah Dalam di Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong,
Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta
Kristina Busira
Magister Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya, Surabaya, Indonesia
Email: [email protected]

Abstract
It is necessary to improve the quality of research referring to the improvement of the relevance of
research and scientific development. The potential of limestone is very large in Bedoyo village,
Gunung Kidul sub-district, Yogyakarta can improve social and economic conditions for the local
community, mining can also have a big impact, namely the surface of the mining area is damaged
so that erosion is easier, even the impact of limestone mining on water. Research objectives:
(1) Knowing the level of environmental damage in the form of erosion rates caused by limestone
mining in Bedoyo village, (2) Knowing the direction of land conservation priorities, and
(3) Knowing the effect of limestone mining activities on the depth of groundwater in Bedoyo
village. The research method in this study consists of two parts, namely: (1) The research method
for environmental damage uses the Universal Soil Loss Equation (USLE) method, the factors
made in the calculation are rain erosivity (R), erodibility (K), length and slope (LS), vegetation (C),
conservation measures (P), and (2) research methods for groundwater depth using the geoelectric
resistivity method of the Schlumberger configuration. The results of the study on the level of
environmental damage based on the rate of erosion, the research area in Bedoyo village was
included in the normal, moderate, and very heavy erosion hazard classes, with the highest erosion
of 21,501,849 tons/ha/year found on land near the mining area. Meanwhile, in the geoelectrical
study of the Schlumberger configuration, the data obtained that the shocking point 2 is in the
aquifer depth of 0.41–30.32 meters and the sounding point 3 with a depth of 0.60–31.76 meters.

Keywords: Erosion, Groundwater depth, Schlumberger configuration, USLE method

Abstrak
Potensi batu gamping sangat besar di Desa Bedoyo, Kecamatan Gunung Kidul, Yogyakarta dapat
meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat. Penambangan tersebut juga
dapat menimbulkan dampak besar yaitu permukaan lahan pertambangan yang rusak sehingga lebih
mudah mengalami erosi, bahkan dampak dari penambangan batu gamping pada air. Tujuan
penelitian: (1) Mengetahui tingkat kerusakan lingkungan, berupa laju erosi yang disebabkan oleh
penambangan batu gamping di Desa Bedoyo, (2) Mengetahui arahan prioritas konservasi lahan,
dan (3) Mengetahui pengaruh kegiatan penambangan batu gamping terhadap kedalaman air tanah
di Desa Bedoyo. Metode penelitian pada penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu: (1) Metode
penelitian untuk kerusakan lingkungan menggunakan metode Universal Soil Loss Equation
(USLE), faktor yang dibuat dalam perhitungan adalah erosivitas hujan (R), erodibilitas (K),
panjang dan kemiringan lereng (LS), vegetasi (C), tindakan konservasi (P), dan (2) Metode
penelitian untuk kedalaman air tanah menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi
Schlumberger. Hasil penelitian tingkat kerusakan lingkungan berdasarkan laju erosi, daerah
penelitian di Desa Bedoyo, termasuk dalam kelas bahaya erosi normal, moderat, dan sangat berat,
dengan erosi tertinggi sebesar 21.501.849 ton/ha/tahun terdapat pada lahan dekat daerah tambang.
Sedangkan pada penelitian geolistrik, konfigurasi Schlumberger diperoleh data titik shounding 2
berada di kedalaman akuifer 0,41–30,32 meter dan titik sounding 3 dengan kedalaman 0,60–31,76
meter.

Kata kunci: Erosi, Kedalaman air tanah, Konfigurasi Schlumberger, Metode USLE

ISSN : 2721-1878
DOI : 10.31284/j.jtm.2021.v2i2.1880
54 Jurnal Teknologi dan Manajemen, Vol 2, No 2, Agustus 2021: 53–58

1. Pendahuluan
Desa Bedoyo adalah salah satu desa yang masuk pada administrasi Kecamatan Ponjong di
Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Desa tersebut memiliki potensi material industri terutama
bahan galian batu gamping yang sangat besar. Potensi batu gamping yang sangat besar ini
dimanfaatkan oleh berbagai manusia untuk melakukan kegiatan penambangan karena dapat
meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat. Namun, pada penambangan
tersebut juga dapat menimbulkan dampak besar, yaitu permukaan lahan pertambangan yang rusak
serta miliki kemiringan dinding galian yang sangat curam sehingga lebih mudah terjadinya erosi.
Bahkan, dampak dari penambangan terhadap air yaitu sulitnya mendapatkan air tanah.
Proses hilang, terkikisnya tanah dari tempat lain yang terangkut oleh air, angin menuju tempat
yang lain dinamakan erosi [1]. Air tanah sangat berperan penting karena pemenuhan kebutuhan pokok
banyak orang terutama adalah sumber air. Eksplorasi atau pencarian sumber air tanah penting
dilakukan sehingga dapat mengetahui ada dan tidaknya akuifer (lapisan pembawa air). Manrulu [2]
perbandingan antara bidang yang tidak terisi dengan seluruh volume batuan dan dinyatakan dengan
satuan persen, sedangkan permeabilitas adalah tanah atau batuan yang mampu dilewati oleh air.
Semakin berkembangnya aktivitas penambangan batu gamping akan berdampak pada kerusakan lahan,
turunnya potensi air tanah dan kondisi sosial-ekonomi penduduk [3], sehingga tujuan pada penelitian
ini yaitu untuk mengetahui tingkat kerusakan lingkungan yang terjadi akibat penambangan batu
gamping, arahan konservasi lahan, dan mengetahui pengaruh penambangan batu gamping terhadap
kedalam lapisan air tanah (akuifer).

2. Metode
Penelitian dilaksanakan di Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada 10 titik. Adapun titik
sounding geolistrik dilakukan pada tiga titik, mulai dari koordinat 110.72499 E 08.01560 S -
110.73103 E 08.01059 S.
Metode penelitian pada penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu: (1) Metode penelitian
untuk kerusakan lingkungan menggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE), dan
(2) Metode penelitian untuk kedalaman air tanah menggunakan metode geolistrik resistivitas
konfigurasi Schlumberger. Sampel tanah yang diambil menggunakan cara atau metode random
sampling. Cara pengambilan sampel acak adalah teknik sederhana dan praktis untuk mengukur
ketidakpastian (deviasi standar) dari parameter target yang dihitung dengan kode analisis inti
(Tomohiro Endo et all, 2015).

Gambar 1. Peta Kesampaian Daerah


Empat buah elektroda digunakan untuk konfigurasi Schlumberger, elektroda P1 dan P2 berada
di tengah antara elektroda C1 dan C2. Setelah dilakukan pengukuran pertama, elektroda C1 dan C2
Busira, Pengaruh Penambangan Batu Gamping Terhadap Kondisi Lahan dan Air Tanah Dalam di Desa Bedoyo, 55
Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta

digeser menjauhi P1 dan P2 sejauh a, sampai jarak tertentu dengan variasi spasi elektroda (a) 0,5 m;
2,5 m; 5 m; 10 m; 25 m; dan 50 m. Proses pengambilan data dilakukan di tiga titik sounding.
Dua puluh sampel yang diambil dari lokasi penelitian kemudian dilakukan pengujian pada
Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maguwoharjo, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta. Pengujian laboratorium ini bertujuan untuk mendapatkan nilai tekstur tanah, kandungan
C-organik, dan permeabilitas tanah.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

3. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan data DEM dan SRTM daerah penelitian adalah daerah yang memiliki variasi
kemiringan lereng mulai dari lereng datar sampai sangat curam. Daerah penelitian sebagian besar
adalah daerah dengan kemiringan 16,66–25%, > 25–35,71%.

Gambar 3. Peta Kemiringan Lereng


Analisis Laboratorium Tekstur meliputi pasir, debu dan liat serta analisa C-organik. Sampel di
berikan keterangan Lp1 – Lp10. Lp1 (42, 27, 31, 1.87), Lp2 (6, 23, 71, 1.37), Lp3 (13, 31, 56, 1.88),
Lp4 (28, 36, 36, 2.01), Lp5 (4, 25, 71, 1.75), Lp6 (2, 26, 72, 1.63), Lp7 (7, 19, 74, 1.85), Lp8 (44,
24, 32, 2.29), Lp9 (2, 28, 70, 1.48) dan Lp10 (38, 29, 33, 1.16).
Pengelolaan tanaman didaerah pengamatan ditemukan lima macam nilai pengelolaan
tanaman (C) seperti, terbuka (C) 1, Alang-alang murni subur (C) 0,001, Jagung (C) 0,7, hutan
produksi tebang pilih (C) 0,2 dan kebun campur. Cara mendapatkan niai (C) ialah dengan
menjumlahkan nilai indeks faktor vegetasi dan membagikan dengan jumlah sampel.
56 Jurnal Teknologi dan Manajemen, Vol 2, No 2, Agustus 2021: 53–58

Tindakan konservasi lahan didaerah penelitian sebagian besar jenis konservasi lahannya
dengan teras bangku dan hutan produksi dan sebagian kecil padang rumput, kebun campuran dan
tanpa dilakukan tindakan konservasi.
Faktor erosivitas (R), erodibilitas tanah (K), Panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S),
Vegetasi (C) dan Tindakan Konservasi tanah (P) dilakukan pengamatan secara langsung dan
perhitungan menggunakan metode USLE untuk memperoleh nilai laju erosi tanah di Desa Bedoyo.

Tabel 1. Perhitungan Laju Erosi Tanah dengan Metode USLE


No. Satuan R K LS C P A Kelas Bahaya Tingkat
Lahan (ton/ha/Th) Erosi (KBE) Bahaya Erosi
1 Lp1 3,161.107 0,517 4.25 1,000 1,00 6.945.742 V Sangat Berat
2 Lp2 3,161.107 0,089 9.50 0,001 0,40 1.069 I Normal
3 Lp3 3,161.107 0,237 4.25 0,700 0,06 133.729 III Moderat
4 Lp4 3,161.107 0,442 4.25 0,001 0,40 2.375 I Normal
5 Lp5 3,161.107 0,071 4.25 0,200 0,60 114.464 III Moderat
6 Lp6 3,161.107 0,086 4.25 0,200 0,60 138.646 III Moderat
7 Lp7 3,161.107 0,247 9.50 0,200 0,10 148.351 III Berat
8 Lp8 3,161.107 0,716 9.50 1,000 1,00 21.501.849 V Sangat Berat
9 Lp9 3,161.107 0,222 4.25 0,700 0,06 125.265 III Moderat
10 Lp10 3,161.107 0,500 9.50 1,000 1,00 15.015.258 V Sangat Berat

Gambar 4. Peta Tingkat Bahaya Erosi dengan Metode USLE

Nilai kedalaman dan resistivitas pada setiap lapisan batuan diperoleh berdasarkan hasil
pengolahan data dari lapangan.

Gambar 5. Hasil pengolahan data geolistrik Section 1


Busira, Pengaruh Penambangan Batu Gamping Terhadap Kondisi Lahan dan Air Tanah Dalam di Desa Bedoyo, 57
Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta

Gambar 6. Hasil pengolahan data geolistrik Section 2

Gambar 7. Hasil pengolahan data geolistrik Section 3

Hasil interpretasi struktur lapisan batuan bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas di
Desa Bedoyo, Pojong, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta diperoleh tiga lapisan
batuan penyusun bawah permukaan. Lapisan top soil, lapisan batupasir gampingan dan batu gamping.
Lapisan batu gamping mempunyai variasi kedalaman dan ketebalan yang berbeda pada setiap titik
sounding. Pada titik sounding Sch-1 pada kedalaman 0,06–3,99 meter, titik sounding Sch-2 pada
kedalaman 30,32–97,88 meter, dan titik sounding Sch-3 pada kedalaman 31,76–105,19 meter.

Gambar 8. Hasil korelasi geolistrik

4. Kesimpulan
Tingkat kerusakan lingkungan yang terjadi akibat penambangan batu gamping berdasarkan
metode USLE diperoleh rata-rata dugaan erosi yang terjadi adalah 1.877,948 ton/tahun. Tingkat
bahaya erosi berdasarkan Departemen Kehutanan tahun 1998 adalah sangat berat, berat, moderat, dan
58 Jurnal Teknologi dan Manajemen, Vol 2, No 2, Agustus 2021: 53–58

normal. Arahan konservasi dilakukan berdasarkan tingkat bahaya erosi, yaitu (a) lahan tambang dan
lahan bekas tambang agar dilakukan konservasi atau reklamasi vegetatif berupa tanaman penutup
tanah seperti Rebah bangun (Mimosa invisa), Krokot (Alternanthera ticaina), Rumput teki (Cyperus
rondentus). Sebelum dilakukan penanaman penggunaan mulsa, lebih utama agar menutup permukaan
tanah, (b) hutan produksi jati agar ditanami dengan penanaman berganda seperti tebu karena perakaran
dari tebu dapat menyerap air dan menambah bahan organik ke dalam tanah, dan (c) pada lahan yang
mengalami tingkat erosi moderat disarankan melakukan penanaman berganda seperti tanaman ubi jalar
karena tanaman ini perakarannya dapat menyerap air dengan unsur hara yang baik. Jenis akuifer yang
telah teridentifikasi sangat dalam berada pada titik sounding Sch-2 dengan kedalaman 0,41–30,32
meter dan titik sounding Sch-3 dengan kedalaman 0,60–31,76 meter. Kedalaman air tanah yang berada
di Desa Bedoyo cukup dalam karena dipengaruhi oleh lapisan batuan penyusun dan juga diperkirakan
adanya kegiatan penambangan batu gamping.

Referensi
[1] Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
[2] Manrulu, R.H. Aryadi Nurfalaq dan Iis, D.H., Pendugaan Sebaran Air Tanah Menggunakan
Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner dan Schlumberger Di Kampus 2 Universitas
Cokroaminoto Palopo. Jurnal Fisika FLUX Volume 15, Nomor 1, ISSN : 1829- 796X.
[3] Widya Astuti. Himawati dan prof sutikno., 2007. Pengaruh Penambangan Batugampig Terhadap
Air Tanah Di Desa Beoyo Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istemewa
Yogyakarta. Tesis S2 Ilmu Lingkungan UGM.

You might also like