Jurnal Deni New
Jurnal Deni New
Jurnal Deni New
Abstract
Settlement of State Administrative Disputes as a result of a conflict of authority between the government or
TUN officials and a person or civil law entity, sometimes it can be resolved peacefully through administrative
dispute resolution at the regional BPN, if it cannot be resolved then the applicant who objected to the issuance
of the Land Certificate issued by BPN can take legal action through litigation. The research method used is
normative juridical research. As a State of Law (rechtstaat), it is not something that should be considered an
obstacle for the government or TUN officials in carrying out their duties in the field of government affairs, but
from the state's point of view, it is a form of implementation of the principle of the rule of law that everyone has
the same rights in the eyes of the law. (Equality before the law) and all forms of dispute resolution must be
based on the law (rule of law) from the point of view of the TUN Agency or Official is a means or forum to
correct whether the State Administrative Decree issued is in accordance with the principles of the laws and
regulations applicable. A State Administrative Dispute is a matter that must be resolved in the fairest manner in
accordance with the applicable laws and regulations.
Abstrak
Penyelesain Sengketa Tata Usaha Negara sebagai akibat terjadinya benturan kewenangan diantara pemerintah
atau pejabat TUN dengan seorang atau badan hukum perdata tersebut, ada kalanya bisa diselesaikan secara
damai melalui penyelesain sengketa admistratif di BPN wilayah,bilamana tidak dapat diselesaikan maka
pemohon yang merasa keberatan atas terbitnya Sertifikat Tanah yang diterbitkan oleh BPN dapat melakukan
upaya hukum melalui letigasi. Metode penelitian yang digunakan menggunakan penelitian yuridis normatif.
Sebagai Negara Hukum (rechtstaat), maka bukanlah hal yang harus dianggap sebagai hambatan pemerintah
atau pejabat TUN dalam menjalankan tugas dibidang urusan pemerintah, melainkan dari sudut pandang negara,
adalah merupakan bentuk implementasi asas Negara Hukum bahwa setiap orang memiliki hak-hak yang sama
dimata hukum (Equality before the law) dan segala bentuk daripada penyelesai sengketa harus berdasarkan
hukum (rule of law) dari sudut pandang Badan atau Pejabat TUN adalah sarana atau forum untuk mengkorektif
apakah Keputusan Tata Usaha Negara yang diterbitkan sesuai dengan asas-asas peraturan hukum perundang-
undangan yang berlaku. Persengketaan Tata Usaha Negara adalah suatu hal yang harus diselesaikan dengan
cara seadil-adilnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Kata Kunci: Penyelesaian Sengketa ; Sertifikat Tanah ; PTUN
A. Pendahuluan
Indonesia adalah Negara Hukum sebagaimana telah disebutkan didalam Pasal 1 ayat
3 Jo Pasal 27 ayat 1 Jo Pasal 28D ayat 1 UUD 1945 oleh sebab itu segala tindak tanduk
pemerintah dan juga rakyat harus berdasarkan peraturan hukum perundang-undangan yang
1
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
berlaku di Indonesia. Hukum di Indonesia banyak mengatur mengenai penguasaan atas benda
diantaranya pertanahan,tanah adalah suatu benda yang memiliki fungsi yang sangat besar
bagi kehidupan manusia,tanah dapat dimanfaatkan sebagai tempat utuk membangun rumah,
perkantoran, tempat usaha, serta dapat digunakan sebagai lahan bercocok tanam. Sehingga
tanah memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi yang dapat mensejahterakan pemiliknya.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 33 ayat
3 menyebukan “Bumi Air Dan Kekayaan Yang Ada Di Dalamnya Adalah Dikuasai Negara
Dan Dipergunakan Sebesar-Besarnya Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia’’ adalah
sebagai patokan Peraturan Hukum Perundang-udangan Pertanahan Indonesia. Bahwa rakyat
dapat mempergunakan atau mengeksploitasi Sumber Daya Alam sebesar-besarnya
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang kemudia dijabarkan pada Pasal 1,2,3,
UUPA Nomor 5 Tahun 1960 pengaturan dalam pengunaan dan penguasaan tanah seharusnya
sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh the funding father didalam konstitusi UUD 1945.
Perubahan Pradigma sistem pelaksanaan asas Pemerintah, yaitu dari sistem asas
Pemerintah Dekosentrasi (Terpusat) pada masa Orde Baru menuju sistem pelaksanaan asas
Desentralisasi pada Orde Reformasi, membawa perubahan pula pada Sistem pemerintahan
Negara Republik Indonesia.perubahan terhadap sistem pelaksanaan pemerintah tersebut,
berdampak pula pada pradigma pembangunan pertanahan termasuk dengan pelaksanaan
dekosntrasi sebagai urusan pertanahan melalui keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2001
Tentang kebijakan Nasional Dibidang Pertanahan .
1
Subekti. 1995. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Intermasa. Jakarta. hlm. 93
2
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
Menjaga Hak Atas Tanah merupakan hal yang sangat penting dalam Hukum
Agraria, pendaftaran tanah di Indonesia dilakukan melalui suatu rechct kadaster dengan
memakai sitem torrens, dimana semua data tentang tanah dicatat dalam sebuah Buku Tanah
(groundboekhowding) sistem pendaftaran seperti ini memang ditunjukan untuk mendapat
2
Hasan Basri Nata Menggala Dan Sarjita. 2005. Pembatalan Dan Kebatalan Hak Atas Tanah .Tugu
Jogja Pustaka. Jogjakarta. hlm.35
3
Andrian Sutedi. 2007. Peralihan Hak Atas Tanah. Sinar Grafika. Jakarta. hlm.5
3
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
kepastian hukum untuk menjamin hak-hak pemilik tanah. Hukum yang menganut hak atas
tanah merupakan salah satu bidang hukum Perdata yang syarat dengan ketentuan birokratis.4
Mengingat nilai ekonomis yang terkandung didalam tanah maka terkadang timbulah
niat yang tidak baik diantara oknum baik dari masyarakan atau dari Intern Lembaga Negara,
umumnya sengketa tanah ada karena adanya faktor sebagai berikut:
Sebagai Negara Hukum (rechtstaat), maka bukanlah hal yang harus dianggap
sebagai hambatan pemerintah atau pejabat TUN dalam menjalankan tugas dibidang urusan
pemerintah, melainkan dari sudut pandang negara, adalah merupakan bentuk implementasi
asas Negara Hukum bahwa setiap orang memiliki hak-hak yang sama dimata hukum
(Equality before the law) dan segala bentuk daripada penyelesai sengketa harus berdasarkan
hukum (rule of law) dari sudut pandang Badan atau Pejabat TUN adalah sarana atau forum
untuk mengkorektif apakah Keputusan Tata Usaha Negara yang diterbitkan sesuai dengan
asas-asas peraturan hukum perundang-undangan yang berlaku. Persengketaan Tata Usaha
4
Munir fuady. 2014. Konsep Hukum Perdata.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. hlm. 46
4
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
Negara adalah suatu hal yang harus diselesaikan dengan cara seadil-adilnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.5
Lahirnya suatu Sengketa Tata Usaha Negara adalah suatu hal yang harus
diselesaikan melalui sarana yang disediakan oleh peraturan perundang undangan yang
berlaku. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 Jo Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2004 Jo Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara untuk menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara yang timbul sebagai akibat
terbitnya suatu keputusan Tata Usaha Negara (beschikking). Untuk melaksanakan kekuasaan
kehakiman Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, Peradilan Tata Usaha Negara sebagai
salah satu lembaga peradilan yang berada dibawahnya ditugaskan untuk memeriksa,memutus
dan menyelesaikan sengketa didalam bidang Tata Usaha Negara. Salah satu yang merupakan
sengketa Tata Usaha Negara yang sering timbul adalah sengketa pertanahan. 6 Apabila terjadi
sengketa, maka dapat dibuktikan melalui sertifikat yang diterbitkan oleh BPN yang dimana
penerbitan sertifikat tersebut sesuai dengan PP Nomor 10 Tahun 1961 bahwa sertifikat terdiri
atas salinan buku tanah yang memuat data yuridis dan Fisik dari objek yang terkait yang
dijilid menjadi dokumen menurut PP Nomor 24 Tahun 1977 tentang Pendaftaran Tanah.7
5
Ujang Abdulah. 2009. Upaya Administrasi Dalam Peradilan Tata Usaha Negara. hlm.1
6
Syarifudin Candra. 2005. Sertifikat Kepemilikan Hak Atas Tanah Persyaratan Permohonan Di Kantor
Pertanahan. Grasindo. Jakarta. hlm. 3.
7
Boedi Harsono. 2008. Hukum Agrarian Indonesia (Sejarah Pembentukan Pokok Agrarian, Isi Dan
Pelaksanaanya). Djambatan. Jakarta. hlm. 501
5
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode mengumpulkan dan menganalisis data dengan
metode pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan cara, pendekatan yuridis
normatif yaitu pendekatan dalam arti menelaah kaidah atau norma-norma dan aturan-aturan,
yang berhubungan dengan cara studi keputsakaan (library research), yaitu membaca,
mengutip, menyalin dan menelaah terhadap teori-teori yang berkaitan erat dengan
permasalahan penelitian.
Berkaitan dengan pengertian Sengketa Pertanahan dapat dilihat dari dua bentuk
pengertian yaitu pengertian yang diberikan para ahli hukum dan yang ditegaskan oleh
peraturan perundang-undangan. Sengketa hak atas tanah, yaitu timbulnya sengketa hukum
adalah bermula dari pengaduan sesuatu pihak
(orang/badan) yang berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah,
baik terhadap status tanah, prioritas, maupun kepemilikannya dengan
harapan dapat memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku.
8
Hadimulyo. 1997. Mempertimbangkan ADR, Kajian Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar
Pengadilan. ELSAM . Jakarta. hlm. 1
6
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
9
Rusmadi Murad. 1999. Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah. Alumni. Bandung. hlm. 22
7
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
10
Tami Rusli. 2008. Hak Tanggungan Hukum sebagai Lembaga Jaminan terhadap Hak Milik atas
Tanah. Pranata Hukum. Vol. 3, No.2. hlm.1
11
Rachmadi Usman. 2003. Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan. PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, hlm 1.
12
Suyud Margono. 2000. Alternative Dispute Resulution dan Arbitrase. Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm.
34.
8
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
kehidupan manusia dan merupakan satu modal pembangunan yang memiliki nilai strategis
demi tercapainya masyarakat adil dan makmur baik dari sisi material, spiritual.
9
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
10
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
pokok yakni semakin tidak seimbangnya pertubuhan penduduk dengan luas tanah yang
tersedia.
Dalam sengketa tanah, tidak selamanya hanya berpangkal pada tuntutan warga
masyarakat terhadap tanahnya yanag dicaplok oleh orang lain yang tidak berhak tetapi tidak
jarang terjadi tuntutan mereka yang merasa berhak dan orang-orang yang berspekulasi
menuntut tanah orang lain yang ingin dikuasainya karena mereka mengatahui si pemilik tidak
memiliki bukti yang kuat terhadap tanahnya. Selain itu, juga tidak jarang terjadi sengketa
tanah yang justru berpangkal pada tidak adanya jaminan kepastian hokum darii alat bukti
yang diimiliki pemilik tanah termasuk sertifikat tanah yang dikeluarkan oleh Badan
Pertanahan Nasional (BPN) berupa sertifikat tanah. Sengketa tanah juga banyak terjadi
berenaan dengan berbagai transaksi tanah yang dimundulkan dalam berbagai model transaksi
bisnis yang dapat memungkinkan beralihnya kepemilikan atau penguasaan tanah dari tangan
yang satu ketangan yang lain tanpa disadari atau sepengetahuan dari mereka yang sebenarnya
berhak atas tanah yang bersangkutan.
Menurut Hakim PTUN Bandar Lampung banyak perkara yang masuk kepengadilan,
yang dirasakan tidak memuaskan adalah karena banyak pengadilan yang memutus dengan
menyatakan gugatan tidak dapat diterima atau “niet van ontvankelijke” yang lazim dikenal
dengan NO oleh karena penggugat mengajukan gugatan tidak sempurna berkenaan dengan
letak, ukuran tanah dan batas-batas tanah yang digugat masih kabur atau tidak jelas. Gugatan
juga dinyatakan tidak dapat diterima apabila penggugat hanya menggugat mereka yang
11
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
menguasai tanah saja sedangkan jelas dan diketahui bahwa tergugat mendapatkan tanah dari
orang tertentu sedangkan orang tersebut tidak digugat dalam perkara yang bersangkutan.
Analisa penjelasan diatas bahwa upaya hukum terhadap putusan yang menyatakan
gugatan tidak dapat diterima adalah dengan mengggugat kembali yakni dengan upaya
banding, kasasi atau peninjauan kembali. Upaya hukum tersebut diambul bilamana mereka
berkeyakinan bahwa gugatannya sudah cukup jelas dan cukup pihak. Langkah menempuh
upaya hukum kadangkala berhasil bilamana pengadilan tinggi selaku pengadilan banding atau
mahkamah agung selaku pengadilan kasasi membatalkan putusan “judex facti” tersebut tetapi
tidak sedikit pula Pengadilan Tinggi dan/atau Mahkamah Agung menguatkan putusan
Pengadilan Negeri yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima (NO), akibatnya banyak
perkara pertanahan yang berlangsung selama puluhan tahun dan tidak pernah menemui ujung
pangkal penyelesaian dan penyelesaian perkara pertanahan menjadi berlarut-larut.
Menurut pihak Humas BPN Lampung Selatan sengketa tanah tidak dapat dipisahkan
dalam kaitannya dengan konsep Negara Indonesia sebagaimana bunyi Pasal 1 Ayat 33 UUD
1945, karena itu apabila terjadi sengketa mesti diselesaikan sesuai dengan ketentuan hokum
yang berlaku agar tercipta rasa keadilan dalam masyarakat sebagai implementasi dari hukum
yang demokratis.
2. Perbedaan nilai;
3. Perbedaan kepentingan;
12
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
Pada umumnya, dalam masyarakat yang belum memehami penyebab sengketa perlu
diberikan pengetahuan hokum yang cukup. Tidak saja pada persoalan pertanahan, tetapi juga
pada hokum antar orang, hokum benda hokum perjanjian dan hukum-hukum lainnya
khususnya yang terangkum dalam KUH Perdata. Secara garis besar, sengketa tanah beraspek
yuridis memerlukan penyelesaian berupa keputusan mengenai siapa yang berhak dan siapa
yang tidak berhak serta ada kemungkinan untuk melakukan gugatan. Sengketa tanah biasanya
timbul sebagai konsekuesi dari pembangunan serta semakin meningkatnya kebutuhan
manusia, sementara sumber-sumber yang tersedia semakin sedikit dan mengakibatkan
ketidak seimbangan. Ruang lingkup pertanahan yang meliputi hubungan penguasaan
pemilikan dan hubungan penggunaan pemanfaatan dapat dibedakan hubungan secara fisik (de
facto) dan hubungan secara yuridis (de jure) yang tidak selalu sejalan, merupakan pemicu
timbulnya sengketa tanah yang mendasar.
13
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
1. Adanya sebidang tanah yang dikuasai secara fisik namun tidak diikuti dengan hak
kepemilikan atas tanah (sering dikenal dengan okupasi liar);
2. Adanya sebidang tanah yang dikuasai dengan hak kepemilikan atas tanah namun tidak
diiuti dengan pemanfaatan sesuai dengan tujuan pemberi
haknya;
3. Adanya sebidang tanah yang digunakan dan dimanfaatkan secara fisik namun tidak
sesuai arahan tata guna tanah maupun rencana tata ruangnya sehingga berpotensi
menimbulkan kerusakan tanah dan lingkungan sekitar.
14
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
hukum atau menerima akibat hukum dari suatu peristiwa hukum maka
seseorang pertama-tama harus memahami apa yang disebut “tanah” dan
ketentuan-ketentuan yang mengaturnya.14
Teori Kepastian Hukum Menurut Hans Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma.
Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen, dengan
menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma adalah
produk dan aksi manusia yang deliberative. Undang-Undang yang berisi aturan-aturan yang
bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik
dalam hubungan dengan sesama individu maupun dalam hubungannya dengan masyarakat.
Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan
tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan
kepastian hukum.15
15
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
merdeka. Maksud dari kata merdeka adalah tidak adanya sebuah intervensi dari subjek dan
Lembaga apapun yang bisa mengubah keputusan pengadilan. Penyelesaian dalam jalur
litigasi ini dapat ditempuh oleh para pihak yang bersengketa.
Adapun yang perlu dilakukan oleh kedua belah pihak dalam memakai
jalur ini harus menyampaikan sebuah gugatan dalam bentuk tertulis kepada
kepaniteraan Pengadilan Negeri Setempat sesuai Pedoman HIR atau Hukum
Formil Perdata. Tujuannya agar pengadilan tersebut memiliki wewenang
untuk memeriksa dan mengadili perkara tersebut.
Menurut Hakim PTUN Bandar Lampung penyelesaian sengketa tanah senantiasa
diupayakan agar tetap mengikuti tata cara dan prosedur yang telah diatur dalam berbagai
peraturan perundang-undangan. Pentingnya mengindahkan ketentuan peraturan dimaksud
karena untuk menghindari tindakan melanggar hokum dan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Penyelesaian sengketa tanah dapat dibedakan menjadi 2 yaitu penyelesaian
melalui jalur non peradilan (perundingan/musyawarah atau negisiasi, konsiliasi, mediasi dan
arbitrase) dan jalur peradilan/litigasi. Apabila usaha musyawarah tidak menemukan
kesepakatan maka yang bersangkutan/pihak yang bersengketa dapat mengajukan
masalahnya kepengadilan (Pengadilan Negeri Atau Pengadilan Tata Usaha Negara).
Menurut Hakim PTUN Bandar Lampung penyelesaian sengketa pembatalan
sertifikat tanah dalam perkara Nomor 22/G/2022/PTUN-BL melalui Peradilan/Litigasi yang
dilakukan di Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung pada sekiranya bulan agustus
tahun 2020. Penyelesaian sengketa/konflik melalui peradilan/litigasi diatur dalam Undang-
undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang kekuasaan Kehakiman. Pasal 1 Undang-undang
tersebut dengan tegas mengatakan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan Negara
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
demi terselenggaranya Negara hukum Republik Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pasal
1 Undang-Undang dasar 1945. Pasal 2 menjelaskan bahwa kekuasaan kehakiman yang
dimaksud dilaksanakan oleh badan-badan peradilan, diantaranya peradilan umum Menurut
Undang-undang Nomor 8 tahun 2004 Tentang Peradilan Umum) yang berwenang
memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara-perkara perdata termasuk didalam
penyelesaian sengketa mengenai tanah sebagai bagian dari masalah-masalah hokum perdata
pada umumnya.
Selanjutnya Peradilan tata Usaha Negara (Menurut Undang-undang Nomor 9 tahun
2004 Tentang Peradilan tata Usaha Negara) yang berwenang menyelesaikan sengketa Tata
16
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
Usaha Negara dan Peradilan Agama (menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 2006 Tentang
Peradilan Agama) yang berwenang menyelesaikan sengketa tanah diantaranya karena akibat
dari peristiwa hukum misalnya pewarisan.
17
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
D. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka penulis menyimpulkan sebagai berikut.
Penyebab terjadinya sengketa pertanahan dalam Perkara Nomor 22/G/2020/PTUN-BL
adanya tumpang tindih (Over Lapping) sertifikat tanah, serta tanah tersebut dikuasai secara
fisik dan dikelola / digarap secara terus menerus secara sepihak oleh tergugat. Dalam hal ini
penyebab perselisihan sehingga terdapat perkara pembatalan tersebut adanya sebidang tanah
yang dikuasai secara fisik namun tidak diikuti dengan hak kepemilikan atas tanah (sering
dikenal dengan okupasi liar), adanya sebidang tanah yang dikuasai dengan hak kepemilikan
atas tanah namun tidak diikuti dengan pemanfaatan sesuai dengan tujuan pemberi haknya.
Penyelesaian sengketa pembatalan sertifikat tanah dalam perkara Nomor 22/G/2022/PTUN-
BL dilakukan melalui jalur Peradilan/Litigasi yang dilakukan di Pengadilan Tata Usaha
Negara Bandar Lampung. Pengadilan Tata Usaha Negara dimaksudkan untuk menegakkan
keadilan, kebenaran, ketertiban, dan kepastian hukum, sehingga dapat memberikan
pengayoman kepada masyarakat, khususnya dalam hubungan antara Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara dengan masyarakat. Selain untuk memberikan pengayoman atau perlindungan
hukum bagi masyarakat
Daftar Pustaka
Andrian Sutedi. (2007). Peralihan Hak Atas Tanah. Sinar Grafika. Jakarta.
Boedi Harsono. (2005). Hukum Agrarian Indonesia (Sejarah Pembentukan Pokok Agrarian,
Isi Dan Pelaksanaanya). Djambatan. Jakarta.
Hasan Basri Nata Menggala Dan Sarjita. (2005). Pembatalan Dan Kebatalan Hak Atas
Tanah. Tugu jogja pustaka. Jogjakarta.
Hadimulyo. (1997). Mempertimbangkan ADR, Kajian Alternatif Penyelesaian Sengketa di
Luar Pengadilan. ELSAM . Jakarta
Munir Fuady. (2014). Konsep Hukum Perdata. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Ujang Abdulah. (2009). Upaya Administrasi Dalam Peradilan Tata usaha Negara.
Perangin Effendi. (1986). Pertanyaan dan Jawaban Tentang Hukum Agraria. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
18
Jurnal HUMANI ( Hukum dan Masyarakat Madani )
Vol.10 no.1 Mei 2020
http://journals.usm.ac.id/index.php/humani
Tami Rusli. (2008). Hak Tanggungan Hukum sebagai Lembaga Jaminan terhadap Hak Milik
atas Tanah. Pranata Hukum. Vol. 3, No.2.
19