1649-Research Results-6036-1-10-20220818
1649-Research Results-6036-1-10-20220818
1649-Research Results-6036-1-10-20220818
p-ISSN 2598-7828
Herman
Syahrun [Perkembangan Pelabuhan Langara dan Dampaknya terhadap
Aswati M. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Wawonii Barat Kabupaten
Hisna Konawe Kepulauan Tahun 1995-2020]
Oleh:
Herman
Syahrun
Aswati M.
Hisna
(Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo)
Abstact
This study aims to explain (1) the background of the development and developing of
Langara Port in West Wawonii District, Konawe Island Regency in 1995-2020, (2) the impact of
Langara Port on the socio-economic life of the people in West Wawonii District, Konawe Island
Regency in 1995-2020. This study uses the historical method according to Louis Gottschalk by
going through four stages of work, namely: heuristics, source criticism, source interpretation, and
historiography. The results of this study indicate that the construction of Langara Port in Konawe
Islands Regency in 1995 was motivated by the desire of the local community to build a port. The
construction of Langara Port at that time was considered important to connect Wawonii Island
and Kendari City. The existence of Langara Port has an important role in supporting the
smoothness of public sea transportation because it is a connecting point between the Wawonii area
and Kendari City. Langara Port continues to develop from 1995-2020. This can be seen from the
types of ships that dock at Langara Port, for example the number of wooden ships and the
increasing capacity of ferries, the number of port infrastructure, such as passenger terminals,
toilets, electricity, and other facilities continues to grow. Langara Port has an impact on the socio-
economic life of the Wawonii community. Langara Port besides acting as a place for social
interaction for people who want to carry out inter-island activities, it is also a place for economic
activities for the Wawonii community.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan (1) latar belakang pembangunan dan
perkembangan Pelabuhan Langara di Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan
tahun 1995-2020, (2) dampak Pelabuhan Langara terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat
yang berada di Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 1995-2020.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah menurut Louis Gottschalk dengan melalui empat
tahapan kerja antara lain: heuristik, kritik sumber, interpretasi sumber, dan historiografi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pembangunan Pelabuhan Langara di Kabupaten Konawe
Kepulauan pada tahun 1995, dilatarbelakangi oleh keinginan masyarakat setempat untuk
membangun sebuah pelabuhan. Pembangunan Pelabuhan Langara pada masa itu dianggap penting
untuk menghubungkan Pulau Wawonii dan Kota Kendari. Keberadaan Pelabuhan Langara memiliki
peran penting dalam mendukung kelancaran transportasi laut masyarakat karena menjadi titik
simpul penghubung antara daerah Wawonii dan Kota Kendari. Pelabuhan Langara terus mengalami
perkembangan dari tahun 1995-2020. Hal itu dapat dilihat dari jenis kapal yang berlabuh di
Pelabuhan Langara misalnya jumlah kapal kayu dan kapasitas kapal ferry yang semakin meningkat,
1. PENDAHULUAN
Indonesia dijuluki sebagai negara maritim yang memiliki ribuan pulau, baik pulau besar
maupun pulau kecil. Pulau-pulau itu tersebar di seluruh penjuru Indonesia, seperti Pulau
Kalimantan, Sumatera, Jawa, Maluku, Sulawesi dan pulau kecil lainnya.Wilayah Sulawesi terbagi
atas, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara
(Ibukota Kendari). Sulawesi Tenggara memiliki beberapa pulau di antaranya, Pulau Buton, Muna,
Wawonii dan pulau-pulau lainnya. Dengan demikian untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut
diperlukan pembangunan pelabuhan dan transportasi laut demi memperlancar mobilitas masyarakat
dalam melakukan aktivitas antarpulau (Hisna, 2019 : 2-3).
Pelabuhan merupakan salah satu infrastruktur penting bagi masyarakat yang tinggal di
wilayah kepulauan, seperti Wawonii Barat. Sebagai daerah kepulauan, di Pulau Wawonii Barat
dibangun suatu pelabuhan yang dinamakan Pelabuhan Langara. Sebelum berdirinya Pelabuhan
Langara, pada saat itu tempat aktivitas masyarakat masih merupakan tempat bersandarnya kapal-
kapal nelayan yang berasal dari berbagai daerah di Sulawesi Tenggara khususnya masyarakat
Wawonii Barat. Di sekitar tempat bersandarnya kapal nelayan itu, juga terdapat sebuah pasar yang
menjadi pusat jual beli barang kehidupan sehari-hari bagi masyarakat Wawonii. Semakin lancarnya
aktivitas ekonomi masyarakat dan juga banyaknya kapal-kapal kayu yang melakukan sandar di
tempat kapal-kapal nelayan tersebut, membuat pemerintah Konawe berinisiatif untuk membangun
pelabuhan. Pada tahun 1995, pembangunan Pelabuhan Langara mulai dilakukan oleh pemerintah
daerah Kabupaten Konawe. Pada saat itu yang menjadi Bupati Konawe adalah Drs. H. Abdul Razak
Porosi. Pembangunan Pelabuhan Langara bertujuan untuk mempermudah transaksi ekonomi dan
mobilitas sosial masyarakat dalam melakukan aktivitas dengan daerah lain khususnya Kota Kendari
(Profil Pelabuhan Langara, 1995: 47).
Pemilihan Langara sebagai tempat pembangunan pelabuhan dikarenakan memiliki peran
strategis dalam mendukung sistem transportasi laut antardaerah. Pelabuhan Lanagara menjadi
tempat perpindahan antarmoda transportasi laut dari Wawonii Barat (Langara) dan Kota Kendari
atau sebaliknya dari Kendari ke Wawonii Barat (Langara). Dengan demikian, Pelabuhan Langara
memiliki dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat Wawonii. Secara ekonomi, Pelabuhan
Langara berfungsi sebagai salah satu penggerak roda perekonomian karena menjadi fasilitas yang
memudahkan distribusi hasil-hasil produksi dan kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat.
Secara sosial, Pelabuhan Langara menjadi fasilitas publik tempat berlangsungnya interaksi
antarpengguna (masyarakat), termasuk interaksi yang terjadi karena adanya aktivitas perekonomian
di pelabuhan tersebut (Profil Kecamatan Wawonii Barat, 2013: 58). Oleh sebab itu keberadaan
Pelabuhan Langara turut memberikan dampak sosial dan ekonomi bagi kehidupan masyarakat
Wawonii Barat yang berada di Kabupaten Konawe Kepulauan. Berangkat dari uraian di atas
peneliti tertarik untuk mengkaji “Perkembangan Pelabuhan Langara dan dampaknya terhadap
kehidupan sosial ekonomi masyarakat Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 1995-
2020”.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan menggunakan metode sejarah yang
dikemukakan oleh Louis Gottschalk (1975:18-32) yang terbagi atas heuristik, kritik sumber,
interpretasi sumber, dan historiografi. Penelitian ini menggunakan tiga ruang lingkup atau batasan
masalah sebagai berikut: temporal, spasial, dan tematis. Batasan temporal dalam penelitian ini
adalah tahun 1995-2020. Alasan mengawali kajian tahun 1995 didasarkan karena pada tahun ini
merupakan awal pembangunan Pelabuhan Langara di masa pemerintahan Drs. H. Abdul Razak
Porosi. Mengakhiri penelitian tahun 2020 karena pada tahun tersebut Pelabuhan Langara
mengalami banyak perkembangan terutama dari segi sarana-prasarana pelabuhan dan aktivitas
sosial ekonomi di pelabuhan itu sendiri. Batasan tematis dalam penelitian ini adalah disusun dengan
tema “Perkembangan Pelabuhan Langara dan dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi
Masyarakat Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 1995-2020”. Adapun yang
menjadi pembahasan inti dalam penelitian ini antara lain: (1) Bagaiamana latar belakang
pembangunan Pelabuhan Langara di Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan
tahun 1995, (2) Bagaimana perkembangan Pelabuhan Langara di Kecamatan Wawonii Barat,
Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 1995-2020, (3) Bagaimana dampak Pelabuhan Langara
terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe
Kepulauan tahun 1995-2020.
3. PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Pelabuhan Langara
Secara geografis, Pelabuhan Langara berada pada posisi antara 03˚55’30 Lintang Utara dan
117˚54’30 Bujur Timur. Pelabuhan Langara merupakan salah satu pelabuhan yang terletak di
Kabupaten Konawe Kepulauan tepatnya di Kecamatan Wawonii Barat. Pelabuhan ini memiliki
peran penting dalam pergerakan transportasi laut dan ekonomi masyarakat Wawonii Barat.
Sebagai pelabuhan utama, aktivitas masyarakat Wawonii Barat banyak dipusatkan di pelabuhan,
bahkan di sekitar pelabuhan tersebut terdapat pasar yang diberi nama Pasar Langara. Di pasar
inilah masyarakat melakukan aktivitas sosial dan ekonominya, seperti menjual hasil pertanian dan
perkebunannya. Hasil pertanian dan perkebunan itu berupa sayur-sayuran, umbi-umbian, kelapa,
rempah dan tanaman lainnya. Mayoritas hasil perkebunan tersebut didatangkan dari wilayah
pedalaman Wawonii Barat. Setelah melakukan penjualan hasil perkebunan, masyarakat pedalaman
Wawonii Barat juga membeli keperluan sehari-hari seperti beras, sabun, garam dan kebutuhan
lainnya. Interkasi sosial dan ekonomi masyarakat di Pasar Langara pun terbangun dengan baik dan
sangat komunikatif. Di samping itu, pasar Langara memiliki letak yang strategis, yakni tepat
berada di sekitar Pelabuhan Langara (Profil Pelabuhan Langara, 2000 : 96).
Pelabuhan Langara menjadi satu-satunya penghubung utama antarmoda transportasi laut dan
darat bagi masyarakat Konawe Kepulauan khususnya masyarakat Wawonii Barat. Dengan
demikian secara sosial dan ekonomi, keberadaan Pasar Langara dan Pelabuhan Langara selain
menjadi pertemuan antarmasyarakat di Konawe Kepulauan juga sebagai penunjang
keberlangsungan hidup ekonomi masyarakat sekitar. Pelabuhan Langara bergerak melayani rute
pelayaran Langara-Kendari dan sebaliknya Kendari-Langara. Perannya adalah sebagai pelabuhan
ferry yang mengangkut kendaraan roda dua, roda empat dan penumpang. Selain itu letak
Pelabuhan Langara yang strategis menciptakan potensi pengembangan daerah dan menjadi sumber
pendapatan masyarakat yang berdagang di pelabuhan tersebut. Pengembangan ekonomi
masyarakat WawoniI Barat terus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Konawe Kepulauan lewat
kegiatan pelabuhan. Hal itu dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada semua
masyarakat Wawonii Barat untuk melakukan aktivitas ekonominya di pelabuhan demi mencukupi
kehidupannya (Profil Pelabuhan Langara, 2003: 49).
Sarana jalan dan pelabuhan memiliki hubungan satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan guna
mempermudah mobilitas masyarakat dalam melakukan aktivitasnya baik aktivitas sosial maupun
ekonomi. Mengingat Wawonii Barat sebagai daerah kepulauan maka pengembangkan pelabuhan
sangat diperlukan sebagai titik simpul ekonomi masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pembangunan pelabuhan di Wawonii Barat menjadi prioritas utama sebagai pendukung
transportasi masyarakat dalam pelayaran antarpulau utamanya dari Langara-Kendari dan sebaliknya
dari Kendari-Langara.
Ruang tunggu penumpang menjadi sarana penting dalam mendukung kelancaran aktivitas
masyarakat di pelabuhan. Seperti diketahui bahwa ruang tunggu penumpang yang berada di
Pelabuhan Langara merupakan salah satu sarana yang berguna sebagai tempat penumpang yang
ingin melakukan penyeberangan dari Langara ke Kendari. Namun sebelum masyarakat Konawe
Kepulauan melakukan penyeberangan dari Langara ke Kendari, mereka terlebih dahulu menunggu
kapal ferry di ruang tunggu pelabuhan. Pelayanan pelayaran kapal ferry untuk masyarakat di
Pelabuhan Langara sangat lancar, yakni dimulai dari pagi hingga sore hari. Bahkan di Pelabuhan
Langara dalam setiap harinya terdapat empat (4) kali trip kapal ferry yang melayani masyarakat
dalam melakukan pelayaran antarpulau. Banyaknya trip pelayanan kapal ferry di wilayah
Pelabuhan Langara tidak terlepas dari kebijakan pemerintah daerah Konawe Kepulauan dan Dinas
Perhubungan Kota Kendari. Kebijakan pemerintah itu disesuaikan dengan melihat gerak
perekonomian di pelabuhan yang sangat ramai sehingga perlu menetapkan kebijakan demi
kelancaran arus penumpang di pelabuhan tersebut (Profil Pelabuhan Langara, 2005 : 57).
Pelabuhan Langara telah dibangun sebuah dermaga yang berfungsi sebagai tempat berlabuh atau
bersandarnya kapal. Selain pembangunan dermaga juga dilakukan pembuatan ruang tunggu
penumpang, toilet, dan lampu. Pada tahun 2004 pemerintah daerah memberikan bantuan fasilitas
untuk keperluan Pelabuhan Langara berupa musholah. Sebelumnya musholah pelabuhan berada
satu gedung dengan ruang tunggu penumpang. Pengadaan musholah yang dilakukan oleh
pemerintah bertujuan untuk menfasilitasi tempat ibadah masyarakat yang menganut agama Islam.
Selanjutnya pada tahun 2008 dibangun ruang parkiran penumpang dengan fungsi sebagai
tempat kendaraan roda dua dan roda empat seperti motor dan mobil. Seiring dengan perkembangan
aktivitas pelayaran di Pelabuhan Langara, maka pemerintah terus melakukan pembangunan
infrastruktur pelabuhan. Pembangunan itu dilakukan pada tahun 2011 dengan menambah panjang
pelabuhan sekitar 50 meter dan lebar 7 meter. Sebelumnya panjang Pelabuhan Langara di tahun
1995 hanya 48 meter dan lebar 7 meter. Kemudian di tahun 2013 dilakukan penambahan pelabuhan
sepenjang 70 meter dengan lebar tetap 7 meter. Selain itu pada tahun yang sama dilakukan pula
pembuatan pintu gerbang masuk pelabuhan (Profil Pelabuhan Langara, 2013 : 116).
Bertambahnya sarana transportasi itu tidak terlepas dari lancarnya aktivitas manusia yang
melakukan pelayaran dalam artian jumlah pengguna yang semakin meningkat sehingga
mengharuskan pemerintah menambah kapal laut di pelabuhan (Profil Pelabuhan Langara, 2005 :
78). Di tahun 2020, terdapat perubahan rute pelayaran kapal di Pelabuhan Langara yakni K.M.P
Sumumu digantikan oleh K.M.P Bahteramas. K.M.P Sumumu dipindahkan di Pelabuhan Amolengo
dengan rute pelayaran Amolengo-Labuan, sedangkan K.M.P Bahteramas menggantikan K.M.P
Sumumu dengan rute pelayaran Langara-Kendari. Kedua kapal ferry di atas fungsinya melayani
angkutan penumpang (Profil Pelabuhan Langara, 2020 : 81).
bahan konsumsi lainnya. Semua barang-barang tersebut dimuat menggunakan kapal kayu motor
untuk dibawa ke tempat tujuan yakni Konawe Kepulauan (Harsin, wawancara 16 November 2021).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hadirnya transportasi laut seperti kapal kayu dan kapal
ferry di wilayah Konawe Kepulauan tepatnya di Pelabuhan Langara membawa dampak positif bagi
masyarakat sekitar. Hal itu karena peran trasportasi laut di wilayah ini menjadi penghubung utama
mobilitas masyarakat dalam melaksanakan aktivitasnya, terutama dalam pelayaran antara pulau dan
antardaerah.
4. SIMPULAN
Konawe Kepulauan merupakan salah satu daerah yang masuk dalam Provinsi Sulawesi
Tenggara. Sebagai wilayah pulau, Konawe Kepulauan mempunyai infrastruktur pelabuhan yang
diberi nama Pelabuhan Langara. Secara geografis pelabuhan ini masuk di Kecamatan Wawonii
Barat. Pelabuhan Langara dibangun pada tahun 1995. Pada tahun yang sama, pemerintah daerah
meresmikan pelabuhan ini sebagai pelabuhan laut. Setelah resmi menjadi pelabuhan, aktivitas
masyarakat mulai aktif dilakukan. Bahkan Pelabuhan Langara menjadi ramai dikunjungi oleh
masyarakat yang datang dari berbagai daerah Sulwesi Tenggara. Pelabuhan Langara dikategorikan
sebagai pelabuhan laut atau pelabuhan penumpang yang fungsinya menghubungkan Konawe
Kepulauan dengan Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara (Kendari). Pembangunan Pelabuhan
Langara sangat penting dilakukan sebagai pendukung aktivitas kelancaran transportasi laut
masyarakat Konawe Kepulauan (Wawonii Barat) ke Kota Kendari. Transportasi laut yang terdapat
di Pelabuhan Langara dari tahun 1995-2020 adalah kapal ferry dan kapal motor kayu. Kedua
kategori transportasi ini memiliki fungsi yang berbeda. Kapal ferry berperan sebagai alat angkutan
manusia dan kendaraan seperti roda dua dan roda empat, sementara kapal kayu digunakan untuk
mengangkut hasil pertanian dan perkebunan para petani dari wilayah Konawe Kepulauan. Hasil
perkebunan dan pertanian dibawa melalui laut ke Kendari untuk dijual di pasar-pasar tradisional
Kota Kendari. Dari aspek pembangunan sarana pelabuhan, pada tahun 1995-2020 dibangun
beberapa fasilitas di Pelabuhan Langara di antaranya, mushola, ruang tunggu penumpang, jalan,
ruang parkir, lampu, toilet, dan fasilitas lainnya. Pelabuhan Langara selain menjadi tempat
perpindahan intra atau antarmoda transportasi laut dan darat juga sebagai tempat aktvitas sosial dan
ekonomi masyarakat yang berada di sekitar pelabuhan. Pelabuhan Langara membuka lapangan
kerja atau usaha bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pelabuhan, seperti membuka usaha warung
makan, warung gorengan, kedai kopi, dan lain-lain. Di samping itu juga, hadirnya Pelabuhan
Langara dapat memberikan peluang kerja bagi tukang ojek dan mobil angkot. Hasil dari mengojek
dan membawa angkot tersebut digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Oleh sebab itu secara sosial dan ekonomi Pelabuhan Langara membawa dampak positif bagi
peningkatan pendapatan masyarakat setempat khususnya yang tinggal di wilayah pelabuhan.
B. Tesis
Hisna. 2019. Perkembangan Pelabuhan Bitung Sulawesi Utara Tahun 1954-2005 (Tesis pada
Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Undip, Semarang).
C. Wawancara
Nuriamin, wawancara 12 November 2021
Iwan, wawancara 14 November 2021
Harsin, wawancara 16 November 2021