Group 2 - Review of Islamic Education Curriculum Id

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 24

Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.

Visit www.DeepL.com/pro for more information.

KERTAS
PERBEDAAN ANTARA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KURIKULUM DI SEKOLAH UMUM DAN SEKOLAH ISLAM (MADRASAH)
Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Tinjauan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Dosen: Prof. Dr. Abdul Rahman, M. Ag.

Disusun oleh Kelompok 02:

Febilia Jati Witari (2203016010)

Rifty Ariyani (2203016083)

Lia Hikmatul Maula (2203016115)

PAI 5 ICP

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS

ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2024


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam pengembangan sumber
daya manusia. Di Indonesia, sistem pendidikan dirancang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang beragam, baik dari segi sosial, budaya, maupun agama.
Salah satu bentuk keberagaman tersebut tercermin dari adanya dua jenis lembaga
pendidikan formal, yaitu sekolah umum dan sekolah Islam atau madrasah. Kedua
jenis sekolah ini memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kompetensi
peserta didik, namun dengan pendekatan yang berbeda, terutama dalam hal
kurikulum.
Sekolah umum dan madrasah di Indonesia sama-sama diatur oleh pemerintah,
namun pengelolaan keduanya berbeda. Sekolah umum berada di bawah pengawasan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud), sedangkan
madrasah dikelola oleh Kementerian Agama (Kemenag). Perbedaan ini berdampak
pada kurikulum yang diterapkan, di mana sekolah umum berfokus pada pendidikan
umum dengan sedikit penekanan pada aspek agama, sedangkan madrasah
mengintegrasikan pendidikan umum dengan pendidikan agama Islam yang lebih
mendalam.
Keberadaan madrasah sebagai lembaga pendidikan formal menjadi alternatif
bagi masyarakat yang ingin anak-anaknya mendapatkan pendidikan agama yang lebih
intensif. Sementara itu, sekolah umum tetap menjadi pilihan utama bagi banyak orang
karena kurikulumnya yang berorientasi pada pendidikan umum dan pengembangan
keterampilan modern. Dalam konteks ini, penting untuk memahami lebih jauh
tentang perbedaan kurikulum antara sekolah umum dan madrasah, karena hal ini
tidak hanya memengaruhi metode pembelajaran, tetapi juga membentuk pandangan,
nilai, dan sikap siswa di masyarakat.
Tulisan ini akan memberikan wawasan mendalam mengenai perbedaan antara
kurikulum di sekolah umum dan madrasah, dengan fokus utama agar pembaca dapat
lebih memahami kelebihan, kekurangan, dan relevansi keduanya dalam sistem
pendidikan nasional Indonesia. Pembahasan ini juga diharapkan dapat membuka
perspektif baru bagi para pembaca, terutama dalam memahami bagaimana kedua
jenis sekolah ini berperan dalam mencetak generasi yang tidak hanya unggul dalam
ilmu pengetahuan, namun juga memiliki moralitas dan spiritualitas yang kuat.
B. Pernyataan Masalah
a. Bagaimana Kurikulum Pendidikan Islam?
b. Bagaimana Kurikulum di Sekolah Umum?
c. Bagaimana Kurikulum di Sekolah Islam (Madrasah)?
d. Apa Perbedaan antara Kurikulum Sekolah Umum dan Sekolah Islam
(Madrasah)?
C. Tujuan
a. Mengetahui bagaimana Kurikulum Pendidikan Islam.
b. Mengetahui bagaimana kurikulum di sekolah umum.
c. Mengetahui bagaimana kurikulum sekolah Islam (Madrasah).
d. Mengetahui perbedaan antara kurikulum sekolah umum dan sekolah Islam
(Madrasah).
BAB II

PEMBAHASA

A. Kurikulum Pendidikan Agama Islam


1. Definisi Kurikulum
Kata "Kurikulum" berasal dari bahasa Yunani yang pada awalnya digunakan
dalam bidang olahraga, yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yaitu jarak yang
harus ditempuh dalam kegiatan lari dari start sampai finish. Jarak dari start sampai
finish inilah yang kemudian disebut currere.1
Asep Saefudin berpendapat bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai pendidikan atau pembelajaran dan hasil pendidikan yang
harus dicapai oleh peserta didik, kegiatan belajar mengajar, serta pemberdayaan
sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum itu sendiri.2 Selain itu,
Mulyasa juga mengatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar,
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai hasil kompetensi dasar dan tujuan pendidikan.3 Beberapa pendapat
tersebut telah memberikan gambaran bahwa kurikulum merupakan seperangkat
kegiatan pembelajaran yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan
sebagai dasar untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang diinginkan.
Sementara itu, pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam
Menyiapkan peserta didik dalam mengenal, memahami, menghayati, mengimani,
bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari
sumber utamanya kitab suci Al-Qura'an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.4
Pendidikan bertujuan untuk mengubah sikap tingkah laku kehidupan
pribadinya serta kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu itu
hidup. Muhaimin berpendapat bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha berupa
bimbingan, baik jasmani maupun rohani kepada anak didik sesuai dengan ajaran
Islam, agar kelak dapat bermanfaat sebagai pedoman hidup untuk mencapai
kebahagiaan hidup dan berguna bagi

1 M. Ahmad, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 9


2 Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 15
3 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 46
4 Moh. Elman dan Mahrus, Telaah Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah dan Madrasah, (Akademika:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2020), Vol. 2, No 1, hlm. 120.
bangsa dan agama.5 Oleh karena itu, pendidikan agama Islam adalah bimbingan
yang dilakukan secara terencana oleh seseorang kepada peserta didik dalam
pertumbuhannya, agar mereka memiliki kepribadian muslim.
2. Tujuan dan Landasan Kurikulum PAI
Tujuan pendidikan Islam dirumuskan untuk membentuk manusia muslim
yang beriman, bertakwa, dan berilmu pengetahuan, yang dapat mengabdikan diri
kepada Sang Pencipta dengan sepenuh hati dan kepribadian yang utuh, menyerahkan
diri kepada-Nya dalam segala aspek kehidupan demi mencapai keridhaan-Nya.6
Dalam hal ini, pendidikan agama Islam merupakan program pembelajaran yang
diarahkan untuk:
a. Menjaga Aqidah dan ketaqwaan siswa
b. Menjadi pondasi untuk lebih rajin belajar dan memperdalam ilmu agama
c. Mendorong siswa untuk menjadi lebih kritis, kreatif, dan inovatif
d. Menjadi dasar perilaku dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Dengan demikian, tidak hanya mengajarkan ilmu secara teori saja tetapi juga
untuk dipraktekkan atau diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga nilai-
nilai PAI dapat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, pelaksanaan
pendidikan agama di Indonesia memiliki dasar-dasar yang cukup kuat. Dasar-dasar
tersebut antara lain dapat dilihat dari beberapa aspek:

a. Hukum
Yaitu dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal
dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan pendidikan agama, di
sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan formal di Indonesia.
b. Agama
Yaitu dasar-dasar yang berasal dari ajaran Islam yang tertuang dalam
Al Qur'an dan hadits.
c. Psikologi
Semua manusia dalam kehidupannya di dunia ini, selalu
membutuhkan pedoman hidup yang disebut agama. Oleh karena itu, manusia
akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, hanya saja

5Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, Cet. 1 (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm. 259.
6Hamdan, Pengembangan dan Pembinaan Kurikulum (Teori dan Praktek Kurikulum PAI), (Bandung: Pustaka
Setia, 2009), hlm. 20.
cara mereka melayani dan mendekatkan diri kepada Tuhan berbeda sesuai
dengan agama yang mereka anut.7
3. Ruang Lingkup Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum PAI terdiri dari empat mata pelajaran dengan kompetensi lulusan
dan standar isi sesuai dengan PERMENAG no. 2 tahun 2008, yaitu
a. Al- Qur'an Hadits
1) Membaca, menghafal, menulis, dan memahami surat-surat pendek
dalam Al-Qur'an dari al-Fatihah, an-Nas hingga ad-Dhuha.
2) Menghafal, memahami arti, dan mengamalkan hadits-hadits pilihan
tentang akhlak dan perbuatan baik.
b. Akidah Akhlak
Mengenal dan meyakini rukun iman mulai dari iman kepada Allah hingga
iman kepada Qada dan Qadar melalui pembiasaan mengucapkan kalimat
thayyibah, pengenalan, pemahaman sederhana, dan penghayatan terhadap rukun
iman dan al-asma' al-husna, serta pembiasaan mengamalkan akhlak terpuji dan
adab islami dan menghindari akhlak tercela dalam perilaku sehari-hari.
c. Fiqh
Mengenal dan melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan rukun
Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, shalat, puasa,
zakat, hingga pelaksanaan ibadah haji, serta ketentuan tentang makanan dan
minuman, khitan, kurban, dan cara melaksanakan jual beli dan pinjam meminjam.
d. Sejarah Kebudayaan Islam
Mengenali, mengidentifikasi, meneladani, dan mengambil ibrah dari
sejarah Arab pra-Islam, sejarah Nabi Muhammad SAW, khulafaurrasyidin, dan
perjuangan tokoh-tokoh agama Islam di daerah masing-masing.8

Pelajaran-pelajaran ini termasuk dalam lingkup kurikulum Pendidikan Agama


Islam (PAI) yang diajarkan di sekolah-sekolah yang berciri khas Islam atau
madrasah. Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan
keserasian antara

7Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hlm. 21.
8Peraturan Menteri Agama RI tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Islam di
Madrasah, Lamp. 1 (Jakarta: 2008).
hubungan dengan Allah SWT, hubungan antar sesama manusia, hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan lingkungan alam.

4. Fungsi Kurikulum PAI


Fungsi kurikulum PAI adalah tugas dan tanggung jawab guru PAI untuk
membimbing peserta didik agar memiliki keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Muhaimin, fungsi
kurikulum PAI dibagi menjadi beberapa bagian:
a. Fungsi kurikulum PAI bagi sekolah atau madrasah yang bersangkutan.
1) Sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam yang
diinginkan atau dalam istilah KBK disebut standar kompetensi PAI,
meliputi fungsi dan tujuan pendidikan nasional, kompetensi lintas
kurikulum, kompetensi lulusan atau tamatan, kompetensi bahan kajian PAI,
kompetensi mata pelajaran PAI (TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA),
kompetensi mata pelajaran kelas (kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX,
X, XI, XII).
2) Pedoman penyelenggaraan kegiatan pendidikan agama Islam di sekolah
atau madrasah.
b. Fungsi kurikulum PAI bagi sekolah atau madrasah di atas.
1) Membuat penyesuaian
2) Hindari pengulangan yang membuang waktu
3) Menjaga kesinambungan
c. Fungsi Kurikulum PAI bagi Masyarakat
1) Masyarakat adalah pengguna lulusan sehingga sekolah atau madrasah
harus mengetahui hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat dalam
rangka pengembangan PAI.
2) Adanya kerja sama yang harmonis dalam pembenahan dan
pengembangan kurikulum PAI9
5. Konsep Kurikulum PAI
Kurikulum adalah rencana pendidikan yang mencakup semua pengalaman
belajar yang disediakan untuk siswa di sekolah. Kurikulum ini mengintegrasikan
filosofi, nilai, pengetahuan, dan tindakan pendidikan. Kurikulum dirancang oleh
para ahli pendidikan, ahli kurikulum

9Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.
11.
para ahli dan pejabat pendidikan. Hal ini dirancang untuk memandu para pendidik
dalam membimbing perkembangan siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan
oleh siswa, keluarga, dan masyarakat.10
Pengembangan kurikulum harus mengacu pada tujuan pendidikan yang
tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:
"Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab." Menurut Puskur Depdiknas, kurikulum PAI memiliki 3 standar, yaitu:
1) Kurikulum pendidikan yang berisi semua aspek agama yang akan diajarkan
oleh guru pendidikan agama, yang semua aspeknya dididik dengan mengacu
pada kitab suci.
2) Kurikulum pendidikan agama yang mengintegrasikan seluruh aspek ajaran
agama yang akan diajarkan oleh guru agama sebagai satu kesatuan yang
tidak terpisah, apalagi dipertentangkan antara satu aspek dengan aspek
lainnya.
3) Kurikulum pendidikan agama yang mampu mengintegrasikan ilmu/nilai-
nilai agama itu sendiri dengan ilmu-ilmu lain (misalnya: sains, bahasa, ilmu
sosial, dan lain-lain) yang setidaknya dianggap sama penting dan
bermanfaatnya bagi hidup dan kehidupan bangsa Indonesia bahkan umat
manusia pada umumnya.
B. Kurikulum di Sekolah Umum
1. Evaluasi Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah
Pendidikan agama di Indonesia telah menjadi topik yang sering dibicarakan
dan dianggap sebagai masalah yang kompleks sejak awal kemerdekaan. Hal inilah
yang mendasari pandangan Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan agama di
sekolah merupakan tantangan tersendiri. Tantangan inilah yang menjadi tanggung
jawab pemerintah dalam meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam, di mana
kebijakan yang diambil harus tepat sasaran dan mampu membangun. Pendekatan
pemerintah terhadap pendidikan agama Islam telah mengalami perubahan dan
perbaikan dari masa ke masa, mulai dari era Orde Lama setelah kemerdekaan
hingga saat ini.

10 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung, Remaja Rosdakarya,
2006), hlm. 5.
Dalam penelitian Ali Mustafa, kurikulum Pendidikan Agama Islam di sekolah
umum mengalami perubahan sejak kemerdekaan hingga reformasi sebagai berikut:
1) Setelah kemerdekaan pada tahun 1945, pengembangan PAI masih dalam
tahap perencanaan, yang masih dalam bentuk kurikulum yang sederhana.
2) Kurikulum (1951): Pendidikan agama ditawarkan dari sekolah dasar hingga
perguruan tinggi, tetapi masih bersifat opsional.
3) Pendidikan agama disamakan dengan etika pada masa orde lama, merupakan
bagian dari pendidikan patriotisme dan masih dipengaruhi oleh paham
komunisme.
4) TAP MPRS No. XXVII/1968 mencabut TAP MPRS No.
Status PAI sebagai mata pelajaran wajib atau pilihan menjadi tidak jelas
karena kedua TAP tersebut diberlakukan pada waktu yang sama, yaitu pada
kurikulum 1968.
5) Masih pada kurikulum 1968, melalui TAP MPRS No. XXVIII/1968 yang
mencabut TAP MPRS No. II/MPRS/1960, memperjelas status PAI sebagai
mata pelajaran wajib.
6) Kurikulum 1975 dalam program Pelita 1 (1969-1973), GBHN 1973,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kedudukan PAI memiliki
dasar akademis, berorientasi pada hasil, berprinsip efisien-efektif, dan
merupakan unit studi.
7) Kurikulum 1984 dalam program Pelita berikutnya, GBHN 1978 dan GBHN
1983 merupakan upaya penyederhanaan kurikulum 1975, yaitu dengan
membangun keterampilan proses yang dikenal dengan CBSA.
8) Kurikulum 1994 melalui Pedoman 1988 yang menggabungkan kurikulum
1975 dan 1984 sehingga penuh dengan materi dan tumpang tindih.
9) Kurikulum KBK 2004 dan kurikulum KTSP 2006 berorientasi pada kualitas.11
10) Kurikulum K13 yang lebih menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik
11) Kurikulum Merdeka Belajar, sebuah upaya transformasi pendidikan demi
t e r w u j u d n y a Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang unggul dan
memiliki Profil Mahasiswa Pancasila.

Perubahan arah kurikulum dipengaruhi oleh berbagai dinamika, antara lain


politik, teknologi, dan budaya, yang dapat dilihat dari sejarah kurikulum

11Mustofa. Perkembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Pesantren, Madrasah dan Sekolah. (Jurnal
Pikir: Jurnal Studi Pendidikan Dan Hukum Islam, 2015), Vol. 1, No, 2, hlm 114
perkembangan pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu. Hal ini dapat dilihat
dari perubahan struktur kurikulum yang meliputi tujuan pembelajaran, kompetensi,
proses dan sistem penilaian. Dalam perkembangannya, pemerintah secara kolektif
telah berupaya menciptakan pendidikan yang berkualitas untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang memiliki kredibilitas tinggi. Pemerintah juga
mempertimbangkan perubahan pada konsep-konsep kunci terkait pengembangan
pengetahuan Islam yang diajarkan, untuk memastikan siswa Muslim mendapatkan
pendidikan yang terbaik. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian ini, pemerintah
berupaya untuk menetapkan kebijakan dalam mengembangkan standar khusus
untuk kurikulum Pendidikan Agama Islam.12

2. Evaluasi Implementasi Materi Pendidikan Agama Islam di Sekolah


Implementasi kurikulum pendidikan agama Islam sangat tergantung pada
sarana dan prasarana sekolah, lingkungan, masyarakat dan lingkungan sosial peserta
didik, latar belakang keluarga dan cara pandang guru terhadap kurikulum memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kurikulum pendidikan agama
Islam. Guru pendidikan agama harus mampu membaca "visi" kurikulum atau tujuan
utama kurikulum agar dapat mengimplementasikan kurikulum pendidikan agama
Islam di sekolah umum. Gagasan utama tersebut terdiri dari cara berpikir, hipotesis,
dan strategi formal yang melatarbelakanginya.13
Secara garis besar, materi pendidikan agama Islam mencakup mata pelajaran
dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas meliputi: al-Quran-Hadis, Aqidah,
Akhlak, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam yang dikemas dalam satu paket
sehingga menjadi mata pelajaran wajib. Siswa diajarkan Aqidah, dasar keimanan
mereka, Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman atau pegangan hidup, Fiqih sebagai
dasar dalam beragama, Sejarah Islam, yaitu ilmu yang mempelajari keteladanan
Rasulullah SAW dan orang-orang saleh lainnya di seluruh dunia yang menjadi
pedoman tingkah laku manusia dalam bermasyarakat. Oleh karena itu, tujuan utama
dari pendidikan PAI adalah pengembangan karakter dan kepribadian peserta didik
yang tercermin dalam tindakan dan cara berpikir sehari-hari.
Tujuan PAI jika dilihat dari keberhasilan pendidikan agama Islam itu sendiri
yaitu, Pertama, upaya Departemen Agama dalam mengatur pendidikan agama di
sekolah berhasil mewujudkan cita-cita penyatuan melalui pengenalan program
pendidikan agama Islam. Memahami cita-cita

12 Aep Saepul Anwar, N. M. (2018). Kurikulum Pendidikan Islam dalam Litasan Sejarah. (Jurnal Genealogi PAI,
2018), Vol. 5, No. 1, hlm 314.
13 Hatim, M. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. (EL-HIKMAH: Jurnal Dan Penelitian
Pendidikan Islam, 2018), Vol. 12, No. 2, hlm 145.
pendidikan nasional, siswa-siswa umum mulai mengenal dan mempelajari agama di
sekolah mereka sendiri, bukan hanya pendidikan umum. Kedua, siswa belajar dan
mempraktekkan agamanya, sehingga sekolah tidak sepenuhnya sekuler. Ketiga, di satu
sisi, siswa Madrasah tidak selalu menganggap ilmu-ilmu duniawi sebagai mata
pelajaran sekuler yang tidak boleh dipelajari, sebaliknya, siswa-siswa lembaga-
lembaga ini sekarang telah mempelajari ilmu-ilmu umum secara seimbang.
Karakteristik pendidikan agama Islam di Madrasah antara lain:
1) Di tingkat sekolah dasar, materi yang diberikan adalah ilustrasi dari mata
pelajaran Islam, misalnya aqidah (rukun iman) dan syariah (rukun Islam).
2) Materi yang ditawarkan di sekolah menengah pertama dan menengah atas
menekankan pentingnya memahami, mengembangkan, dan mempraktikkan
iman Islam.
3) Mata pelajaran PAI digabungkan menjadi satu buku paket yang meliputi al-
Qur'an-hadis, aqidah, akhlak, fiqih, dan SKI.
4) Di sekolah, tradisi salam ketika bertemu guru lebih bervariasi, yaitu dengan
Assalamu'alaikum Wr. Wb. atau dengan ucapan selamat pagi sesuai dengan
latar belakangnya.

Mengamati simbolik dan ciri khas PAI di sekolah-sekolah tentu tidak luput
dari masalah. Sekolah seakan tidak memberikan harapan karena sedikitnya waktu
yang disediakan untuk pendidikan agama di sekolah umum. Hal ini dapat dilakukan
oleh guru jika pengajaran agama Islam hanya menitikberatkan pada aspek kognitif
saja. Namun, jika semua aspek dikembangkan, guru tentu akan mengalami kesulitan
karena terbatasnya waktu yang diberikan. Itulah kelemahan kurikulum PAI di sekolah
umum.

Indikasi lemahnya implementasi PAI di sekolah umum adalah:

1) PAI tidak mampu mentransformasikan pengetahuan kognitif menjadi makna


dan nilai, serta tidak memberikan dukungan terhadap nilai-nilai agama yang
ingin ditanamkan kepada siswa.
2) Siswa belum sepenuhnya mengapresiasi nilai-nilai agama sebagai nilai yang
penting dalam kehidupan sehari-hari, karena PAI tidak terkait dengan
perubahan konteks sosial budaya.
3) Dibandingkan dengan pesan-pesan Islam y a n g diharapkan dari para siswa,
alokasi waktu belajar per minggu masih belum mencukupi untuk
menyampaikan pesan-pesan tersebut.
4) Dalam hal penguasaan materi, metodologi dan sikap keagamaan, tingkat guru
agama masih kurang.
5) Ketika PAI diajarkan dan dinilai, aspek kognitif cenderung mendapat perhatian
lebih dibandingkan aspek afektif dan psikomotorik.
6) Kurangnya kerja sama antara pendidik PAI dan pendidik lainnya dalam
mengembangkan sikap spiritual keagamaan. Guru non agama masih
berkesimpulan bahwa guru PAI memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan
potensi keimanan dan ketakwaan siswa.
7) Pengelolaan PAI biasanya tidak dipandang sebagai isu penting dan sering kali
tidak diprioritaskan di lembaga pendidikan. Akibatnya, pembelajaran
cenderung bersifat seadanya.
8) Misi PAI sulit diwujudkan karena adanya ketidakseimbangan antara visi PAI
dengan realitas yang ada dalam kehidupan.
9) Era globalisasi dan data yang ditandai dengan perkembangan yang cepat dan
gaya hidup yang serakah, materialistis, dan konsumtif menjadi ujian bagi
pemenuhan misi PAI di sekolah itu sendiri.
Namun, tidak semua sekolah umum yang menyediakan Pendidikan Agama
Islam (PAI) mampu memenuhi kebutuhan umat Islam. Untuk memajukan
pendidikan agama Islam, diperlukan pedoman yang memperhatikan kondisi dan
keterbatasan yang ada. Hal ini terkait dengan langkah strategis Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam dalam Rencana Strategis Kebijakan Umum Kementerian Agama
untuk meningkatkan mutu PAI di sekolah. Upaya peningkatan mutu tersebut
difokuskan pada hasil belajar PAI peserta didik. Mutu yang dimaksud adalah
standar yang diharapkan dapat memenuhi tuntutan ajaran Islam.14
Berdasarkan hal tersebut, menghasilkan sebuah analisis bahwa implementasi
kurikulum pendidikan agama Islam dihadapkan pada permasalahan yang kompleks. Hal
ini dapat dilihat dari ketidaksesuaian antara tujuan pendidikan agama Islam dengan
realita yang terjadi di sekolah, dimana terdapat kesenjangan antara pengetahuan
yang dimiliki dengan proses pengamalannya. Maka, menjadi penting bagi setiap
pihak yang berkepentingan untuk memberikan perhatian lebih terhadap pendidikan
agama Islam demi terciptanya generasi yang memiliki kepekaan sosial dan spiritual.
C. Kurikulum di Sekolah Islam (Madrasah)
Perkembangan kurikulum PAI di madrasah mencerminkan perubahan yang terjadi
di dunia pendidikan. Masyarakat kini lebih rasional dalam mengambil keputusan,
termasuk dalam memilih lembaga pendidikan untuk anak-anaknya. Mereka cenderung
memilih lembaga yang tidak hanya mengembangkan potensi intelektual, spiritual, dan
emosional anak didik, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk masa depan yang lebih
baik. Madrasah, sebagai lembaga pendidikan sosial, memadukan sistem pendidikan
modern
Rouf. POTRET PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH UMUM. (Jurnal Pendidikan Agama Islam UIN Sunan
14

Ampel, 2015), Vol. 03, No. 1, hlm 197.


sistem pendidikan dengan nilai-nilai pesantren. Meski awalnya berstatus swasta dengan
fasilitas terbatas, kini banyak madrasah yang telah berkembang, meski sebagian masih
kekurangan sarana dan prasarana sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Pemerintah, khususnya Kementerian Agama, memainkan peran penting dalam
menjembatani kesenjangan antara pendidikan umum dan madrasah. Hal ini dilakukan
dengan mencari titik temu antara pendidikan umum dan madrasah dan memasukkan
pendidikan agama ke dalam kurikulum sekolah umum.15 Namun, meskipun sudah ada
undang-undang yang mengatur, banyak pemerintah daerah yang belum sepenuhnya
memahami bahwa pendidikan agama juga merupakan tanggung jawab mereka. Hal ini
penting untuk mendukung pengembangan guru, pembiayaan, dan pengembangan
kurikulum yang lebih baik di madrasah. Pemerintah daerah perlu lebih menyadari
tanggung jawab mereka dalam mendukung pendidikan agama Islam, sehingga perhatian
terhadap pendidikan ini dapat ditingkatkan di masa depan.
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah melibatkan beberapa
aspek penting yang menjadi inti dari sistem belajar dan mengajar di lembaga-lembaga
tersebut. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai pelaksanaan PAI di Madrasah:
1) Kurikulum yang Komprehensif dan Terpadu:
Kurikulum Pendidikan Islam di Madrasah mencakup berbagai disiplin ilmu
agama seperti Al-Qur'an, Hadis, Aqidah, Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam,
dan Bahasa Arab. Disiplin ilmu ini mempertimbangkan kebutuhan peserta didik,
kebutuhan untuk bertahan hidup, dan perluasan pengetahuan dan khazanah
intelektual.16 Setiap disiplin ilmu ini dirancang untuk memperkuat pengetahuan
agama siswa sambil mengembangkan keterampilan sosial, intelektual, dan spiritual
mereka. Standar Isi PAI yang diterapkan sesuai dengan peraturan nasional seperti
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2021 yang mengatur Standar Nasional
Pendidikan di Indonesia. Hal ini memberikan ruang untuk diferensiasi dan
fleksibilitas dalam pembelajaran.
2) Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum:
Madrasah mengintegrasikan pengetahuan umum dan agama dalam satu sistem
pendidikan. Siswa tidak hanya mendapatkan materi agama tetapi juga mendapatkan
pelajaran umum seperti yang diterapkan di sekolah umum. Oleh karena itu,
Madrasah memberikan bekal yang seimbang antara ilmu duniawi dan ukhrawi.

15 Yuniarti, I., Khodijah, N., & ... (2022). Analisis Kebijakan Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan Madrasah.
Pemodelan, 9(1), 193.
16 Darise, G. N. (2021). Pendidikan Agama Islam Dalam Konteks "Merdeka Belajar". Pendidikan Islam : Guru

Peradaban, 2, hlm. 9.
dan pengetahuan ukhrawi, termasuk pengembangan intelektual (IQ), emosional
(EQ), kreatif (CQ), dan spiritual (SQ).17
3) Pengajaran yang Disesuaikan dengan Perkembangan Zaman:
Pembelajaran PAI di Madrasah tetap relevan dengan kondisi sosial dan
teknologi modern. Mata pelajaran seperti Fikih terus diperbarui dan dikaitkan
dengan tantangan kehidupan sehari-hari, menekankan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan menerapkan prinsip-prinsip agama dalam konteks kontemporer.
Fleksibilitas juga diterapkan dalam kurikulum untuk siswa penyandang disabilitas,
yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan khusus mereka.
4) Proses Pembelajaran Terstruktur:
Proses pembelajaran di Madrasah sangat memperhatikan keteraturan dan
struktur, termasuk dengan alokasi waktu untuk mata pelajaran PAI. Setiap mata
pelajaran agama memiliki dua jam pelajaran per minggu, dan sesi pembelajaran
selalu diawali dan diakhiri dengan doa. 18 Interaksi antara guru dan siswa juga
dibentuk melalui kebiasaan-kebiasaan Islami seperti mengucapkan salam, yang
memperkuat nilai-nilai religius dalam kehidupan sehari-hari siswa.
5) Pengembangan Kepribadian dan Karakter Islami:
Pendidikan Islam di Madrasah tidak hanya berfokus pada aspek intelektual,
tetapi juga pada pengembangan karakter siswa. Melalui pelajaran seperti Aqidah,
Akhlak, dan Fikih, siswa didorong untuk mengembangkan akhlak yang baik dan
menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan di Madrasah
bertujuan untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi
juga memiliki kepribadian yang positif, spiritualitas yang tinggi, dan kemampuan
untuk beradaptasi dengan lingkungan yang beragam.19

Secara keseluruhan, pelaksanaan PAI di Madrasah merupakan upaya


komprehensif yang memadukan pengajaran ilmu-ilmu agama dan umum, serta
penanaman nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, dengan tujuan membentuk
generasi yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual.

D. Perbedaan antara kurikulum sekolah umum dan sekolah Islam (Madrasah).

17 Ashari, N. A. (2021). Pengembangan Kurikulum PAI Di Madrasah. Jurnal Edukasi, 4(1), 23-38
18 Rohmah, N. (2019). Integrasi Kurikulum dan Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Membentuk
Sikap Religius Siswa. El-Banat: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam 9 (2), 197-218.
19 Mastur, A. & Haris, A. (2024). Filsafat Manajemen Pendidikan Pesantren, Madrasah Dan Keluarga. An Nafi':

Ilmu Pengetahuan Multidisipliner 1(1), 71-92.


Perbedaan antara kurikulum sekolah umum dan sekolah Islam (madrasah) di
Indonesia terletak pada pendekatan pendidikan yang digunakan, meskipun keduanya
tetap mengikuti standar nasional yang ditetapkan oleh pemerintah. Berikut adalah
perbedaan utamanya:

1. Kurikulum Inti
• Sekolah Umum: Mengikuti Kurikulum Nasional (Kurikulum Merdeka) yang
berfokus pada pendidikan umum seperti matematika, sains, bahasa Indonesia,
bahasa Inggris, pendidikan kewarganegaraan, dan lain-lain.
• Madrasah: Juga mengikuti Kurikulum Nasional, namun memiliki tambahan
kurikulum khusus untuk pendidikan agama Islam. Siswa madrasah
mendapatkan mata pelajaran umum seperti di sekolah umum, namun
ditambah dengan mata pelajaran agama.
2. Mata Pelajaran Agama
• Sekolah Umum: Ada satu mata pelajaran agama (misalnya, Pendidikan
Agama Islam untuk siswa yang beragama Islam).
• Madrasah: Pendidikan agama jauh lebih mendalam dan terstruktur. Terdapat mata
pelajaran khusus seperti:
o Al-Qur'an dan Hadis
o Yurisprudensi (hukum Islam)
o Akidah Akhlak (moral dan keyakinan)
o Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
o Bahasa Arab
3. Tujuan Pendidikan
• Sekolah Umum: Menekankan pada pendidikan umum dengan tujuan
menghasilkan siswa yang kompeten di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta pembangunan karakter.
• Madrasah: Selain pendidikan umum, madrasah bertujuan untuk mendidik
siswa dengan nilai-nilai Islam yang kuat, baik dari segi keimanan, ibadah, dan
moral.
4. Penekanan pada Nilai-nilai Agama
• Sekolah Umum: Nilai-nilai agama diajarkan dalam satu mata pelajaran agama.
• Madrasah: Nilai-nilai agama tidak hanya diajarkan di kelas agama, tetapi juga
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, seperti melalui doa bersama,
sholat berjamaah, dan pengembangan karakter Islami.
5. Pengawasan dan Manajemen
• Sekolah Negeri: Dikelola oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi (Kemendikbudristek).
• Madrasah: Dikelola oleh Kementerian Agama (Kemenag), sehingga ada fokus
tambahan pada aspek pendidikan Islam.

Meskipun terdapat perbedaan, pada intinya kedua jenis sekolah ini bertujuan untuk
menghasilkan generasi yang cerdas dan berkarakter.
BAB III KESIMPULAN

Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran penting dalam


membentuk siswa yang beriman, berakhlak mulia, dan berilmu pengetahuan. Kurikulum PAI
tidak hanya menitikberatkan pada pengetahuan, tetapi juga pada penerapan nilai-nilai agama
dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun telah mengalami banyak perubahan sejak
kemerdekaan, pelaksanaan PAI di sekolah umum masih menghadapi tantangan, seperti
kurangnya waktu pengajaran dan penekanan yang berlebihan pada aspek kognitif.
Di madrasah, kurikulum PAI menggabungkan pendidikan agama dan umum,
berusaha menyeimbangkan kebutuhan intelektual, spiritual dan emosional siswa. Terlepas
dari peran pemerintah, terutama Kementerian Agama, tantangan seperti fasilitas yang tidak
memadai dan rendahnya kesadaran pemerintah daerah masih ada. Secara keseluruhan,
madrasah bertujuan untuk membentuk siswa yang cerdas secara akademis dan juga memiliki
karakter Islam yang kuat.
Perbedaan utama antara sekolah umum dan madrasah terletak pada pendekatan
pendidikannya. Sekolah umum lebih berfokus pada pendidikan umum, sedangkan madrasah
menambahkan kurikulum agama Islam yang lebih mendalam serta penerapan nilai-nilai
agama dalam kehidupan sehari-hari. Keduanya tetap bertujuan untuk mencetak generasi
yang cerdas dan berakhlakul karimah.
BIBLIOGRAFI

Aep Saepul Anwar, N. M. (2018). Kurikulum P e n d i d i k a n Islam dalam Litasan Sejarah.


(Jurnal Genealogi PAI, 2018), Vol. 5, No. 1.
Ashari, N. A. (2021). Pengembangan Kurikulum PAI Di Madrasah. Jurnal Edukasi, 4(1).
Darise, G. N. (2021). Pendidikan Agama Islam Dalam Konteks "Merdeka Belajar". Islamic,
2(1), 1-10.
Pendidikan: Guru Peradaban, 2, 2721-2149.
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006).

Hamdan, Pengembangan dan Pembinaan Kurikulum (Teori dan Praktek Kurikulum PAI),
(Bandung: Pustaka Setia, 2009).

Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012).

Hatim, M. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2008), hlm. 1. EL-HIKMAH: Jurnal Dan


Penelitian Pendidikan Islam, 2018), Vol. 12, No. 2.
M. Ahmad, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1998).

Mastur, A. & Haris, A. (2024). Filsafat Manajemen Pendidikan Pesantren, Madrasah Dan
Keluarga. An Nafi': Ilmu Pengetahuan Multidisipliner 1(1), 71-92.
Moh. Elman dan Mahrus, Telaah Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah dan
Madrasah, (Akademika: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2020), Vol. 2, No 1.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 2005).
Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, Cet. 1 (Jakarta: Rajawali Press, 2009).

Mustofa. Perkembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Pesantren, Madrasah dan


Sekolah. (Jurnal Pikir: Jurnal Studi Pendidikan Dan Hukum Islam, 2015), Vol. 1,
No, 2.
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung,
Remaja Rosdakarya, 2006).
Peraturan Menteri Agama RI tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
Pendidikan Islam di Madrasah, Lamp. 1 (Jakarta: 2008).
Rohmah, N. (2019). Integrasi Kurikulum dan Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam
Membentuk Sikap Religius Siswa. El-Banat: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam
9 (2), 197-218.
Rouf. POTRET PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH UMUM. (Jurnal Pendidikan
Agama Islam UIN Sunan Ampel, 2015), Vol. 03, No. 1.
Yuniarti, I., Khodijah, N., & ... (2022). Analisis Kebijakan Pendidikan Agama Islam di Sekolah
dan Madrasah. Pemodelan, 9(1), 182-207.
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981).

You might also like