Sudah Edit. ADAB-ADAB KEHIDUPAN MUSLIM SEHARI-HARI.

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 68

ADAB-ADAB

KEHIDUPAN MUSLIM

SEHARI-HARI

Karya :
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
-Rahimahulloh-

Judul Asli : Al-Qismu Al-Ilmi


Penerbit Dar Al-Wathan
Segala puji bagi Allah Subhanahu wata'ala yang telah mengajarkan
kesempurnaan adab-adab kepada manusia dan membuka pintu bagi
mereka untuk mengamalkannya. Shalawat dan salam semoga tetap
dilimpahkan kepada manusia terbaik yang beribadah dan kembali
kepada Allah Tabaroka wata'ala. Sesungguhnya Islam benar-benar
menaruh perhatian yang sangat besar kepada manusia di dalam segala
perihal dan urusannya. agama dan dunianya, lapang dan kesulitannya,
bangun dan tidurnya, dikala bepergian dan iqamah, makan dan minum,
bahagia dan sedihnya. Tidak ada perkara kecil ataupun besar apapun
yang tidak dijelaskan' oleh Islam.

Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam telah menggoreskan buat


kita melalui ucapan dan perbuatannya rambu-rambu adab-adab yang
seyogya-nya ditempuh oleh setiap mu'min di dalam hidupnya. Melalui
kepribadiannya yang mulia, Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam telah
menjelaskan kepada kita contoh adab-adab yang seharusnya ditiru.
Maka barang siapa yang menghendaki kebahagiaan, hendaklah ia
menempuh jalan hidup Rasulullah Shallallahualaihi wasallam dan
meneladani adab-adabnya.

Oleh karena kebanyakan orang pada akhir-akhir ini yang tidak


mengetahui adab-adab tersebut atau butuh untuk diingatkan kembali,
maka kami memandang perlu menyajikannya secara singkat, dengan
iringan dosa kepada Allah Tabaroka wata'ala semoga amal ini berguna
bagi segenap kaum muslimin. Semoga shalawat dan salam tetap
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam,
keluarga dan para sahabatnya.

Catatan: risalah ini kami cetak untuk diajarkan kepada santri di Pon-Pes Tahfidhzul
Qur'an Assunnah Ds Kanie, Sidrap, Sulsel. Dan rata-rata santri tersebut berusia kurang-
lebih 10 s/d 14 th. Risalah yang kami cetak ini Juga bisa dimanfaatkan oleh selain
mereka , Insyaallah. Karena alasan usia santri kami tersebut, maka pembahasan tentang
adab suami istri kami undurkan penjelasannya dan tidak kami sertakan di lembaran-
lembaran risalah ini, semikian juga alasannya terhadap sedikit perubahan penyusunan bab
dari aslinya, wallohu muwafiq.

Abu Khodijah Hudzaifah al Musy


Kanie, Dzulhijjah 1432 H.
ADAB-ADAB TIDUR DAN BANGUN
1. Berintrospeksi diri (muhasabah) sesaat sebelum tidur. Sangat
dianjurkan sekali bagi setiap muslim bermuhasabah (berintrospeksi
diri) sesaat sebelum tidur, mengevaluasi segala perbuatan yang telah
ia lakukan di siang hari. talu jika ia dapatkan perbuatannya baik maka
hendaknya memuji kepada Allah Subhanahu wata'ala dan jika
sebaliknya maka hendaknya segera memohon ampunan-Nya, kembali
dan bertobat kepada-Nya.

2. Tidur dini, berdasarkan hadits yang bersumber dari 'Aisyah


Radhiallahu'anha "Bahwasanya Rasulullah Shallallahu'alaihi
wasallam tidur pada awal malam dan bangun pada pengujung malam,
lalu beliau melakukan shalat".(Muttafaq 'alaih)

3. Disunnahkan berwudhu' sebelum tidur, dan berbaring miring sebelah


kanan. Al- Bara' bin 'Azib Radhiallahu'anhu menuturkan : Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Apabila kamu akan tidur,
maka berwudhulah sebagaimana wudhu' untuk shalat, kemudian
berbaringlah dengan miring ke sebelah kanan..." Dan tidak mengapa
berbalik kesebelah kiri nantinya.

4. Disunnahkan pula mengibaskan sperei tiga kali sebelum berbaring,


berdasarkan hadits Abu Hurairah Radhiallahu'anhu bahwasanya
Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: ''Apabila seorang
dari kamu akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah
mengirapkan kainnya pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena
ia tidak tahu apa yang ada di atasnya..." Di dalam satu riwayat
dikatakan: "tiga kali". (Muttafaq 'alaih).

5. Makruh tidur tengkurap. Abu Dzar Radhiallahu'anhu


menuturkan :"Nabi Shallallahu'alaihi wasallam pernah lewat melintasi
aku, dikala itu aku sedang berbaring tengkurap. Maka Nabi
Shallallahu'alaihi wasallam membangunkanku dengan kakinya sambil
bersabda :"Wahai Junadah (panggilan Abu Dzar), sesungguhnya
berbaring seperti ini (tengkurap) adalah cara berbaringnya penghuni
neraka". (H.R. Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

6. Makruh tidur di atas dak terbuka, karena di dalam hadits yang


bersumber dari 'Ali bin Syaiban disebutkan bahwasanya Nabi
Shallallahu'alaihi wasallam telah bersabda: "Barangsiapa yang tidur
malam di atas atap rumah yang tidak ada penutupnya, maka hilanglah
jaminan darinya". (HR. Al-Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrad, dan
dinilai shahih oleh Al-Albani).

7. Menutup pintu, jendela dan memadamkan api dan lampu sebelum


tidur. Dari Jabir diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam telah bersabda: "Padamkanlah lampu di
malam hari apa bila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-
rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan minuman".
(Muttafaq'alaih).
8. Membaca ayat Kursi, dua ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah, Surah
Al-Ikhlas dan Al-Mu'awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas), karena
banyak hadits-hadits shahih yang menganjurkan hal tersebut.

9. Membaca dosa-do'a dan dzikir yang keterangannya shahih dari


Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam, seperti

"Ya Allah, peliharalah aku dari adzab-Mu pada hari Engkau


membangkitkan kembali segenap hamba-hamba-Mu". Dibaca tiga
kali. (HR. Abu Dawud dan di hasankan oleh Al Albani)

10. Dan membaca:

"Dengan menyebut nama- Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup "
(HR. Al Bukhari).

11. Apabila di saat tidur merasa kaget atau gelisah atau merasa
ketakutan, maka disunnatkan (dianjurkan) berdo'a dengan do‘a
berikut ini :

Artinya, "Aku berlindung dengan Kalimatullah yang sempurna dari


murka Nya, kejahatan hamba-hamba-Nya, dari gangguan syaithon
dan kehadiran mereka kepadaku". (HR. Abu Dawud dan dihasankan
oleh Al Albani)
12. Hendaknya apabila bangun tidur membaca :

Artinya, "Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami


setelah kami dimatikan-Nya, dan kepada-Nya lah kami
dikembalikan." (HR. Al-Bukhari)

ADAB-ADAB (ADAB) BUANG HAJAT


1. Segera membuang hajat.

2. Apabila seseorang merasa akan buang air maka hendaknya bersegera


melakukannya, karena hal tersebut berguna bagi agamanya dan bagi
kesehatan jasmani.

3. Menjauh dari pandangan manusia di saat buang air (hajat).


Berdasarkan hadits yang bersumber dari al-Mughirah bin Syu’bah
Radhiallaahu 'anhu disebutkan " Bahwasanya Nabi Shallallaahu
'alaihi wa sallam apabila pergi untuk buang air (hajat) maka beliau
menjauh". (Diriwayatkan oleh empat Imam dan dinilai shahih oleh
Al-Albani).

4. Menghindari tiga tempat terlarang, yaitu aliran air, jalan-jalan


manusia dan tempat berteduh mereka. Sebab ada hadits dari Mu'adz
bin Jabal Radhiallaahu 'anhu yang menyatakan demikian.

5. Tidak mengangkat pakaian sehingga sudah dekat ke tanah, yang


demikian itu supaya aurat tidak kelihatan. Di dalam hadits yang
bersumber dari Anas Radhiallaahu 'anhu ia menuturkan: "Biasanya
apabila Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam hendak membuang
hajatnya tidak mengangkat (meninggikan) kainnya sehingga sudah
dekat ke tanah. (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, dinilai shahih oleh
Albani).

6. Tidak membawa sesuatu yang mengandung, penyebutan Allah


kecuali karena terpaksa. Karena tempat buang air (WC dan yang
serupa) merupakan tempat kotoran dan hal-hal yang najis, dan di situ
syaithon berkumpul dan demi untuk memelihara nama Allah dari
penghinaan dan tindakan meremehkannya.

7. Dilarang menghadap atau membelakangi kiblat, berdasarkan hadits


yang bersumber dari Abi Ayyub Al-Anshari Radhiallahulanhu
menyebutkan bahwasanya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah
bersabda: "Apabila kamu telah tiba di tempat buang air, maka
janganlah kamu menghadap kiblat dan jangan pula membelakanginya,
apakah itu untuk buang air kecil ataupun air besar. Akan tetapi
menghadaplah ke arah timur atau ke arah barat". (Muttafaq'alaih).

8. Ketentuan di atas berlaku apabila di ruang terbuka saja. Adapun jika


di dalam ruang (WC) atau adanya pelindung / penghalang yang
membatasi antara si pembuang hajat dengan kiblat, maka boleh
menghadap ke arah kiblat.
9. Dilarang kencing di air yang tergenang (tidak mengalir), karena hadits
yang bersumber dari Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu bahwasanya
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jangan sekali-
kali seorang diantara kamu buang air kecil di air yang menggenang
yang tidak mengalir kemudian ia mandi di situ".(Muttafaq'alaih).

10. Makruh mencuci kotoran dengan tangan kanan, karena hadits yang
bersumber dari Abi Qatadah Radhiallaahu 'anhu menyebutkan
bahwasanya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jangan
sekali-kali seorang diantara kamu memegang dzakar (kemaluan)nya
dengan tangan kanannya di saat ia kencing, dan jangan pula bersuci
dari buang air dengan tangan kanannya." (Muttafaq'alaih).

11. Dianjurkan kencing dalam keadaan duduk, tetapi boleh jika sambil
berdiri. Pada dasarnya buang air kecil itu di lakukan sambil duduk,
berdasarkan hadits 'Aisyah Radhiallaahu 'anha yang berkata: Siapa
yang telah memberitakan kepada kamu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam kencing sambil berdiri, maka jangan
kamu percaya, sebab Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak
pernah kencing kecuali sambil duduk. (HR. An-Nasa'i dan dinilai
shahih oleh Al- Albani). Sekalipun demikian seseorang dibolehkan
kencing sambil berdiri dengan syarat badan dan pakaiannya aman dari
percikan air kencingnya dan aman dari pandangan orang lain
kepadanya. ada hadits yang bersumber dari Hudzaifah, ia berkata:
"Aku pernah bersama Nabi Shallallaahu alalhi wa (di suatu
perjalanan) dan kadab-adab sampai di tempat pembuangan sampah
suatu kaum beliau buang air kecil sambil berdiri, maka akupun
menjauh daripadanya. Maka beliau bersabda: "Mendekatlah kemari".
Maka aku mendekati beliau hingga aku berdiri di sisi kedua mata
kakinya. Lalu beliau berwudhu dan mengusap kedua khuf-nya."
(Muttafaq alaih).

12. Makruh berbicara di saat buang hajat kecuali darurat. Berdasarkan


hadits yang di riwayatkan dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘anhu :
"Bahwa sesungguhnya ada seorang lelaki lewat, sedangkan
Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam. Sedang buang air kecil. Lalu
orang itu memberi salam (kepada Nabi), namun beliau tidak
menjawabnya. (HR. Muslim).

13. Makruh bersuci (istijmar) dengan mengunakan tulang dan kotoran


hewan dan disunnah kan bersuci dengan jumlah ganjil. Di dalam
hadits yang bersumber dari Salman Al-Farisi Radhiallaahu 'anhu
disebutkan bahwasanya ia berkata: "Kami dilarang oleh Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam beristinja (bersuci) dengan
menggunakan kurang dari tiga biji batu, atau beristinja dengan
menggunakan kotoran hewan atau tulang. (HR. Muslim).

14. Dan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam juga bersabda: "


Barangsiapa yang bersuci menggunakan batu (istijmar), maka
hendaklah diganjilkan."
15. Disunnatkan masuk ke WC dengan mendahulukan kaki kiri dan
keluar dengan kaki kanan berbarengan dengan dzikirnya masing-
masing. Dari Anas bin Malik Radhiallaahu 'anhu diriwayatkan bahwa
ia berkata: "Adalah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam apabila
masuk ke WC mengucapkan :

Artinya, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari pada syaithon


jantan dan syaithon betina".

16. Dan apabila keluar, mendahulukan kaki kanan sambil mengucapkan

" Ampunan-Mu ya Allah ".

17. Mencuci kedua tangan sesudah menunaikan hajat. Di dalam hadis


yang bersumber dari Abu Hurairah radhiyallohu anhu diriwayatkan
bahwasanya "Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam menunaikan
hajatnya (buang air) kemudian bersuci dari air yang berada pada
sebejana kecil, lalu menggosokkan tangannya ke tanah. (HR. Abu
Daud dan Ibnu Majah).

ADAB-ADAB MAKAN DAN MINUM


1. Berupaya untuk mencari makanan yang halal. Allah Subhanahu
wata'ala berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang
baik-baik yang Kami berikan kepadamu". (Al-Baqarah: 172). Yang
baik disini artinya adalah yang halal.

2. Hendaklah makan dan minum yang kamu lakukan diniatkan agar bisa
dapat beribadah kepada Allah, agar kamu mendapat pahala dari
makan dan minummu itu.

3. Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan kamu kotor,


dan begitu juga setelah makan untuk menghilangkan bekas makanan
yang ada di tanganmu.

4. Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang
ada, dan jangan sekali-kali mencelanya. Abu Hurairah Radhiallaahu
anhu di dalam haditsnya menuturkan: "Rasulullah Shallallaahu alaihi
wa Sallam sama sekali tidak pernah mencela makanan. Apabila suka
sesuatu ia makan dan jika tidak, maka ia tinggalkan".
(Muttafaq'alaih).

5. Hendaknya jangan makan sambil bersandar atau dalam keadaan


menyungkur. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda;
"Aku tidak makan sedangkan aku menyandar". (HR. Al-Bukhari).
Dan di dalam haditsnya, Ibnu Umar Radhiallaahu anhu menuturkan:
"Rasulullah Shallallaahu alaihi Sallam telah melarang dua tempat
makan, yaitu duduk di meja tempat minum khamar dan makan sambil
menyungkur". (HR. Abu Daud, dishahihkan oleh Al-Albani).
6. Tidak makan dan minum dengan menggunakan bejana terbuat dari
emas dan perak. Di dalam hadits. Hudzaifah dinyatakan di antaranya
bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda: "... Dan
janganlah kamu minum dengan menggunakan bejana terbuat dari
emas dan perak, dan jangan pula kamu makan dengan piring yang
terbuat darinya, karena keduanya untuk mereka (orang kafir) di dunia
dan untuk kita di akhirat kelak". (Muttafaq'alaih).

7. Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan membaca:


Bismillah dan diakhiri dengan Alhamdulillah.

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila seorang


diantara kamu makan, hendaklah menyebut nama Allah Subhanahu
wa Ta'ala dan jika lupa menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta'ala
pada awalnya maka hendaknya mengatakan:

"Bismillahi pada awalnya dan akhirnya". (HR. Abu Daud dan


dishahihkan oleh Al-Albani).
Adapun meng-akhirinya dengan Hamdalah, karena Rasulullah
Shallallaahu alaihi wassallam bersabda: "Sesungguhnya Allah sangat
meridhai seorang hamba yang apabila telah makan suatu makanan ia
memuji-Nya dan apabila minum minuman ia pun memuji-Nya". (HR.
Muslim).
8. Hendaknya makan dengan tangan kanan dan dimulai dari yang ada di
depanmu. Rasulllah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda Kepada
Umar bin Salamah: "Wahai anak, sebutlah nama Allah dan makanlah
dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang di depanmu.
(Muttafaq'alaih).
9. Disunnahkan makan dengan tiga jari dan menjilati jari-jari itu
sesudahnya. Diriwayatkan dari Kasab bin Malik dari ayahnya, ia
menuturkan: "Adalah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam makan
dengan tiga jari dan ia menjilatinya sebelum mengelapnya". (HR.
Muslim).

10. Disunnatkan mengambil makanan yang terjatuh dan membuang


bagian yang kotor darinya lalu memakannya. Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila suapan makan seorang kamu
jatuh hendaklah ia mengambilnya dan membuang bagian yang kotor,
lalu makanlah ia dan jangan membiarkannya untuk syaithon". (HR.
Muslim).

11. Tidak meniup makan yang masih panas atau bernafas di saat
minum. Hadits Ibnu Abbas menuturkan "Bahwasanya Nabi
Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang bernafas pada bejana
minuman atau meniupnya". (HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh
Al-Albani).

12. Tidak berlebih-lebihan di dalam makan dan minum. Karena


Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Tiada tempat
yang yang lebih buruk yang dipenuhi oleh seseorang daripada
perutnya, cukuplah bagi seseorang beberapa suap saja untuk
menegakkan tulang punggungnya; jikapun terpaksa, maka sepertiga
untuk makanannya, sepertiga untuk minu-mannya dan sepertiga lagi
untuk bernafas". (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).

13. Hendaknya pemilik makanan (tuan rumah) tidak melihat ke muka


orang-orang yang sedang makan, namun seharusnya ia menundukkan
pandangan matanya, karena hal tersebut dapat menyakiti perasaan
mereka dan membuat mereka menjadi malu.

14. Hendaknya kamu tidak memulai makan atau minum sedangkan di


dalam majlis ada orang yang lebih berhak memulai, baik kerena ia
lebih tua atau mempunyai kedudukan, karena hal tersebut
bertentangan dengan adab-adab.

15. Jangan sekali-kali kamu melakukan perbuatan yang orang lain bisa
merasa jijik, seperti mengirapkan tangan di bejana, atau kamu
mendekatkan kepalamu kepada tempat makanan di saat makan, atau
berbicara dengan nada-nada yang mengandung makna kotor dan
menjijik-kan.

16. Jangan minum langsung dari bibir bejana, berdasarkan hadits Ibnu
Abbas beliau berkata, "Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang
minum dari bibir bejana wadah air." (HR. Al Bukhari)
17. Disunnatkan minum sambil duduk, kecuali jika udzur, karena di
dalam hadits Anas disebutkan "Bahwa sesungguhnya Nabi
Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang minum sambil berdiri". (HR.
Muslim).

ADAB-ADAB BERPAKAIAN DAN BERHIAS


1. Disunnahkan memakai pakaian baru, bagus dan bersih.

2. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah Bersabda kepada salah


seorang sahabatnya di saat beliau melihatnya mengenakan pakaian
jelek : "Apabila Allah Tabaroka wata'ala mengaruniakan kepadamu
harta, maka tampakkanlah bekas nikrmat dan kemurahan-Nya itu
pada dirimu. (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).

3. Pakaian harus menutup aurat, yaitu longgar tidak membentuk lekuk


tubuh dan tebal tidak memperlihatkan apa yang ada di baliknya.

4. Pakaian laki-laki tidak boleh menyerupai pakaian perempuan atau


sebaliknya. Karena hadits yang bersumber dari Ibnu Abbas
Radhiallaahu 'anhu ia menuturkan:. "Rasulullah melaknat (mengutuk)
kaum laki-laki yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang
menyerupai kaum pria." (HR. Al-Bukhari).

5. Tasyabbuh atau penyerupaan itu bisa dalam bentuk pakaian ataupun


lainnya.

6. Pakaian tidak merupakan pakaian show (untuk ketenaran), karena


Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam telah bersabda: "Barang siapa
yang mengenakan pakaian ketenaran di dunia niscaya Allah akan
mengenakan padanya pakaian kehinaan di hari Kiamat." ( HR.
Ahmad, dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

7. Pakaian tidak boleh ada gambar makhluk yang bernyawa atau gambar
salib, karena hadits yang bersumber dari Aisyah Radhiallaahu 'anha
menyatakan bahwasanya beliau berkata: "Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa sallam tidak pernah membiarkan pakaian yang ada gambar
salibnya melainkan Nabi menghapusnya". (HR. Al-Bukhari dan
Ahmad).

8. Laki-laki tidak boleh memakai emas dan kain sutera kecuali dalam
keadaan terpaksa. Karena hadits yang bersumber dari Ali
Radhiallaahu 'anhu mengatakan: "Sesungguhnya Nabi Allah
Subhaanahu wa Ta'ala pernah membawa kain sutera di tangan
kanannya dan emas di tangan kirinya, Ialu beliau bersabda:
Sesungguhnya dua jenis benda ini haram bagi kaum Ielaki dari
umatku". (HR. Abu Daud dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

9. Pakaian laki-laki tidak boleh panjang melebihi kedua mata kaki.


Karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda :
"Apa yang berada di bawah kedua mata kaki dari kain itu di dalam
neraka" (HR. Al-Bukhari).

10. Adapun perempuan, maka seharusnya pakaiannya menutup seluruh


badannya, termasuk kedua kakinya. Adalah haram hukumnya orang
yang menyeret (meng- gusur) pakaiannya karena sombong dan
bangga diri. Sebab ada hadits yang menyatakan : "Allah tidak akan
memperhatikan di hari Kiamat kelak kepada orang yang menyeret
kainnya karena sombong". (Muttafaq'alaih).

11. Disunnahkan mendahulukan bagian yang kanan di dalam


berpakaian atau Iainnya. Aisyah Radhiallaahu 'anha di dalam
haditsnya berkata: "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam suka
bertayammun (memulai dengan yang kanan) di dalam segala
perihalnya, adab-adab memakai sandal, menyisir rambut dan bersuci'.
(Muttafaq'-alaih).

12. Disunnahkan kepada orang yang mengenakan pakaian baru


membaca : "Segala puji bagi Allah yang telah menutupi aku dengan
pakaian ini dan sb mengaruniakannya kepada-ku tanpa daya dan
kekuatan dariku". (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

13. Disunnahkan memakai pakaian berwarna putih, karena hadits


mengatakan: "Pakailah yang berwarna putih dari pakaianmu, karena
yang putih itu adalah yang terbaik dari pakaian kamu ..." (HR. Ahmad
dan dinilai shahih oleh Albani).

14. Disunnahkan menggunakan parfum bagi laki-laki dan perempuan,


kecuali bila keduanya dalam keadaan berihram untuk haji ataupun
umrah, atau jika perempuan itu sedang berihdad (berkabung) atas
kematian suaminya, atau jika ia berada di suatu tempat yang ada laki-
laki asing (bukan mahramnya), karena larangannya shahih.
15. Haram bagi perempuan memasang tato, menipiskan bulu alis,
memotong gigi supaya cantik dan menyambung rambut (bersanggul).
Karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam di dalam haditsnya
mengatakan: "Allah melaknat (mengutuk) wanita pemasang tato dan
yang minta ditatoi, wanita yang menipiskan bulu alisnya dan yang
meminta ditipiskan dan wanita yang meruncingkan giginya supaya
kelihatan cantik, (mereka) mengubah ciptaan Allah". Dan di dalam
riwayat Imam Al-Bukhari disebutkan: "Allah melaknat wanita yang
menyambung rambutnya". (Muttafaq'alaih).

ADAB-ADAB DI JALANAN
1. Berjalan dengan sikap wajar dan tawadhu, tidak berlagak sombong di
saat berjalan atau mengangkat kepala karena sombong atau
mengalihkan wajah dari orang lain karena takabbur. Allah
Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena


sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri". (Luqman: 18).

2. Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan.


Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:
"Katakanlah kepada orang laki- laki beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaIuannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah
Yang Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah
kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya...." (An-Nur: 30-31).

3. Tidak mengganggu, yaitu tidak membuang kotoran, sisa makanan di


jalan-jalan manusia, dan tidak buang air besar atau kecil di situ atau di
tempat yang dijadikan tempat mereka bernaung.

4. Menyingkirkan gangguan dari jalan. Ini merupakan sedekah yang


karenanya seseorang bisa masuk surga. Dari Abu Hurairah
Radhiallaahu 'anhu diriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa sallam bersabda: "adab-adab ada seseorang sedang berjalan
di suatu jalan, ia menemukan dahan berduri di jalan tersebut, lalu
orang itu menyingkirkannya. Maka Allah bersyukur kepadanya dan
mengampuni dosanya..." Di dalam suatu riwayat disebutkan: maka
Allah memasukkannya ke surga". (Muttafaq'alaih).

5. Menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal. Ini
hukumnya wajib, karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam
bersabda:"Ada lima perkara wajib bagi seorang muslim terhadap
saudaranya- diantaranya: menjawab salam". (Muttafaq alaih).

6. Beramal ma’ruf dan nahi munkar. Ini juga wajib dilakukan oleh setiap
muslim, masing-masing sesuai kemampuannya.

7. Menunjukkan orang yang tersesat (salah jalan), memberikan bantuan


kepada orang yang membutuhkan dan menegur orang yang berbuat
keliru serta membela orang yang teraniaya. Di dalam hadits
disebutkan: "Setiap persendian manusia mempunyai kewajiban
sedekah...dan disebutkan diantaranya: berbuat adil di antara manusia
adalah sedekah, menolong dan membawanya di atas kendaraannya
adalah sedekah atau mengangkatkan barang-barangnya ke atas
kendaraannya adalah sedekah dan menunjukkan jalan adalah
sedekah...." (Muttafaq alaih).

8. Perempuan hendaknya berjalan di pinggir jalan. Pada suatu adab-


adab, Nabi pernah melihat campur baurnya laki-laki dengan wanita di
jalanan, maka ia bersabda kepada wanita: "Meminggirlah kalian,
kalian tidak layak memenuhi jalan, hendaklah kalian menelusuri
pinggir jalan. (HR. Abu Daud, dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

9. Tidak ngebut bila mengendarai mobil khususnya di jalan-jalan yang


ramai dengan pejalan kaki, melapangkan jalan untuk orang lain dan
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk lewat. Semua itu
tergolong di dalam tolong-menolong di dalam kebajikan.
ADAB-ADAB MEMBERI SALAM
1. Makruh memberi salam dengan ucapan: "Alaikumus salam" karena di
dalam hadits Jabir Radhiallaahu 'anhu diriwayatkan bahwasanya ia
menuturkan : Aku pernah menjumpai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa sallam maka aku berkata: "Alaikas salam ya Rasulallah". Nabi
menjawab: "Jangan kamu mengatakan: Alaikas salam". Di dalam
riwayat Abu Daud disebutkan: "karena sesungguhnya ucapan "alaikas
salam" itu adalah salam untuk orang-orang yang telah mati". (HR.
Abu Daud dan At-Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albani).

2. Dianjurkan mengucapkan salam tiga kali jika khalayak banyak


jumlahnya. Di dalam hadits Anas disebutkan bahwa Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa sallam apabila ia mengucapkan suatu kalimat,
ia mengulanginya tiga kali. Dan apabila ia datang kepada suatu kaum,
ia memberi salam kepada mereka tiga kali" (HR. Al- Bukhari).

3. Termasuk sunnah adalah orang mengendarai kendaraan memberikan


salam kepada orang yang berjalan kaki, dan orang yang berjalan kaki
memberi salam kepada orang yang duduk, orang yang sedikit kepada
yang banyak, dan orang yang lebih muda kepada yang lebih tua.
Demikianlah disebutkan di dalam hadits Abu Hurairah yang
muttafaq'alaih.

4. Disunnahkan keras adab-adab memberi salam dan demikian pula


menjawabnya, kecuali jika di sekitarnya ada orang-orang yang sedang
tidur. Di dalam hadits Miqdad bin Al-Aswad disebutkan di antaranya:
"dan kami pun memerah susu (binatang ternak) hingga setiap orang
dapat bagian minum dari kami, dan kami sediakan bagian untuk Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa sallam Miqdad berkata: Maka Nabi pun datang
di malam hari dan memberikan salam yang tidak membangunkan
orang yang sedang tidur, namun dapat didengar oleh orang yang
bangun".(HR. Muslim).

5. Disunahkan memberikan salam di waktu masuk ke suatu majlis dan


kadab-dab akan meninggalkannya. Karena hadits menyebutkan:
"Apabila salah seorang kamu sampai di suatu majlis hendaklah
memberikan salam. Dan apabila hendak keluar, hendaklah
memberikan salam, dan tidaklah yang pertama lebih berhak daripada
yang kedua. (HR. Abu Daud dan disahihkan oleh Al-Albani).

6. Disunnahkan memberi salam di saat masuk ke suatu rumah sekalipun


rumah itu kosong, karena Allah telah berfirman:

"Dan apabila kamu akan masuk ke suatu rumah, maka ucapkanlah


salam atas diri kalian" (An-Nur: 61)

7. Dan karena ucapan Ibnu Umar Radhiallaahu 'anhuma : "Apabila


seseorang akan masuk ke suatu rumah yang tidak berpenghuni, maka
hendaklah ia mengucapkan :
Assalamu 'alaina wa 'ala 'ibadillahis shalihin" (HR. Bukhari di dalam
Al-Adab Al-Mufrad, dan disahihkan oleh Al-Albani).
8. Dimakruhkan memberi salam kepada orang yang sedang di WC
(buang hajat), karena hadits Ibnu Umar Radhiallaahu 'anhuma
yang menyebutkan "Bahwasanya ada seseorang yang lewat
sedangkan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam sedang buang air
kecil, dan orang itu memberi salam. Maka Nabi tidak menjawabnya".
(HR. Muslim)

9. Disunnahkan memberi salam kepada anak-anak, karena hadits yang


bersumber dari Anas Radhiallaahu 'anhu menyebutkan: Bahwasanya
adab-adab ia lewat di sekitar anak-anak ia memberi salam, dan ia
mengatakan: "Demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam". (Muttafaq'alaih).

10. Tidak memulai memberikan salam kepada Ahlu Kitab, sebab


Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :" Janganlah kalian
terlebih dahulu memberi salam kepada
orang-orang Yahudi dan Nasrani " (HR. Muslim). Dan apabila
mereka yang memberi salam maka kita jawab dengan mengucapkan
"wa 'alaikum" saja, karena sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
sallam : "Apabila Ahlu Kitab memberi salam kepada kamu, maka
jawablah: wa 'alaikum".(Muttafaq'alaih).

11. Disunnahkan memberi salam kepada orang yang kamu kenal


ataupun yang tidak kamu kenal. Di dalam hadits Abdullah bin Umar
Radhiallaahu 'anhu disebutkan bahwasanya ada seseorang yang
bertanya kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Islam yang
manakah yang paling baik? Jawab Nabi: Engkau memberikan
makanan dan memberi salam kepada orang yang telah kamu kenal
dan yang belum kamu kenal". (Muttafaq'alaih).

12. Disunnahkan menjawab salam orang yang menyampaikan salam


lewat orang lain dan kepada yang dititipinya. Pada suatu kadab-adab
seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
sallam lalu berkata: Sesungguhnya ayahku menyampaikan salam
untukmu. Maka Nabi menjawab : "'alaika wasala abikas salam"

13. Dilarang memberi salam dengan isyarat kecuali ada uzur, seperti
karena sedang shalat atau bisa atau karena orang yang akan diberi
salam itu jauh jaraknya. Di dalam hadits Jabir bin Abdillah
Radhiallaahu 'anhu diriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian memberi salam seperti
orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena sesungguhnya pemberian
salam mereka memakai isyarat dengan tangan". (HR. Al-Baihaqi dan
dinilai hasan oleh Al-Albani).

14. Disunnahkan kepada seseorang berjabat tangan dengan saudaranya.


Hadits Rasulullah mengatakan: "Tiada dua orang muslim yang saling
berjumpa lalu berjabat tangan, melainkan diampuni dosa keduanya
sebelum mereka berpisah" (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-
Albani).

15. Dianjurkan tidak menarik (melepas) tangan kita terlebih dahulu di


saat berjabat tangan sebelum orang yang dijabat tangani itu
melepasnya. Hadits yang bersumber dari Anas Radhiallaahu 'anhu
menyebutkan: "Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam apabila ia diterima
oleh seseorang lalu berjabat tangan, maka Nabi tidak melepas
tangannya sebelum orang itu yang melepasnya...." (HR. At- Tirmidzi
dan dishahihkan oleh Al-Albani).

16. Haram hukumnya membungkukkan tubuh atau sujud adab-adab


memberi penghormatan, karena hadits yang bersumber dari Anas
menyebutkan: Ada seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah, kalau
salah seorang di antara kami berjumpa dengan t:emannya, apakah ia
harus membungkukkan tubuhnya kepadanya? Nabi Shallallaahu
'alaihi wa sallam menjawab: "Tidak". Orang itu bertanya: Apakah ia
merangkul dan menciumnya? Jawab nabi: Tidak. Orang itu bertanya:
Apakah ia berjabat tangan dengannya? Jawab Nabi: Ya, jika ia mau.
(HR. At-Tirmidzi dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

17. Haram berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram.


Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam adab-adab akan dijabat
tangani oleh kaum wanita di saat baiat, beliau bersabda: "Sesung-
guhnya aku tidak berjabat tangan dengan kaum wanita".
(HR.Tirmidzi dan Nasai, dan dishahihkan oleh Albani).

ADAB-ADAB BERKOMUNIKASI VIA TELEPON


1. Ceklah dengan baik nomor telepon yang akan anda hubungi sebelum
anda menelpon agar anda tidak mengganggu orang yang sedang tidur
atau mengganggu orang yang sedang sakit atau merisaukan orang
lain.

2. Pilihlah waktu yang tepat untuk berhubungan via telepon, karena


manusia mempunyai kesibukan dan keperluan, dan mereka juga
mempunyai waktu tidur dan istirahat, waktu makan dan bekerja.

3. Jangan memperpanjang pembicaraan tanpa alasan, karena khawatir


orang yang sedang dihubungi itu sedang mempunyai pekerjaan
penting atau mempunyai janji dengan orang lain.

4. Hendaknya wanita tidak memperindah suara di saat ber-bic:ara (via


telpon) dan tidak berbicara melantur dengan laki-laki. Allah
berfirman:

"Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga


berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan
ucapkanlah perkataan yang baik". (Al-Ahzab: 32).

5. Maka hendaknya wanita berhati-hati, jangan berbicara diluar


kebiasaan dan tidak melantur berbicara dengan lawan jenisnya via
telepon, apa lagi memperpanjang pembicaraan, memperindah suara,
memperlembut dan lain sebagainya.

6. Hendaknya penelpon memulai pembicaraannya dengan ucapan


Assalamu'alaikum, karena dia adalah orang yang datang, maka dari
itu ia harus memulai pembicaraannya dengan salam dan juga
menutupnya dengan salam.

7. Tidak memakai telpon orang lain kecuali seizin pemilik-nya, dan


itupun bila terpaksa.

8. Tidak merekam pembicaraan lawan bicara kecuali seizin darinya,


apapun bentuk pembicaraannya. Karena hal tersebut merupakan
tindakan pengkhianatan dan mengungkap rahasia orang lain, dan
inilah tipu muslihat. Dan apabila rekaman itu kamu sebarluaskan
maka itu berarti lebih fatal lagi dan merupakan penodaan terhadap
amanah. Dan termasuk di dalam hal ini juga adalah merekam
pembicaraan orang lain dan apa yang terjadi di antara mereka. Maka,
ini haram hukumnya, tidak boleh dikerjakan!

9. Tidak menggunakan telepon untuk keperluan yang negatif, karena


telepon pada hakikatnya adalah nikmat dari Allah yang Dia berikan
kepada kita untuk kita gunakan demi memenuhi keperluan kita. Maka
tidak selayaknya jika kita menjadikannya sebagai bencana,
menggunakannya untuk mencari-cari kejelekan dan kesalahan orang
lain dan mencemari kehormatan mereka, dan menyeret kaum wanita
ke jurang kenistaan. Ini haram hukumnya,dan pelakunya layak
dihukum.
ADAB-ADAB MINTA IZIN
1. Hendaknya orang yang akan meminta izin memilih waktu yang tepat
untuk minta izin.

2. Hendaknya orang yang akan minta izin mengetuk pintu rumah orang
yang akan dikunjunginya secara pelan. Anas Radhiallaahu 'anhu
meriwayatkan bahwasanya ia telah berkata: Sesung-guhnya pintu-
pintu kediaman Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam diketuk (oleh para
tamunya) dengan ujung kuku". (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab
Al-Mufrad dan dishahihkan oleh Al-Albani).

3. Hendaknya orang yang mengetuk pintu tidak menghadap ke pintu


yang diketuk, tetapi sebaiknya menolehkan pandangannya ke kanan
atau ke kiri agar pandangan tidak terjatuh kepada sesuatu di dalam
rumah tersebut yang dimana penghuni rumah tidak ingin ada orang
lain yang melihatnya. Karena minta izin itu sebenarnya dianjurkan
untuk menjaga pandangan.

4. Sebelum minta izin hendaknya memberi salam terlebih dahulu. Rib’iy


berkata: Telah bercerita kepada saya seorang lelaki dari Bani 'Amir,
bahwasanya ia pernah minta izin kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
sallam di saat beliau ada di suatu rumah. Orang itu berkata: Bolehkah
saya masuk? Maka Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam berkata
kepada pembantunya: "Jumpailah orang itu dan ajari dia cara minta
izin, dan katakan kepadanya: Ucapkan Assalamu 'alaikum, bolehkah
saya masuk?". (HR. Ahmad dan Abu Daud, dishahihkan oleh Al-
Albani).

5. Minta izin itu sampai tiga kali, jika sesudah tiga kaji tidak ada
jawaban maka hendaknya pulang. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
sallam telah bersabda: "Apabila salah seorang di antara kamu minta
izin sudah tiga kali, lalu tidak diberi izin, maka hendaklah ia pulang".
(Muttafaq'alaih).

6. Apabila orang yang minta izin itu ditanya tentang namanya, maka
hendakiah ia menyebutkan nama dan panggilannya, dan jangan
mengatakan: "Saya". Jabir Radhiallaahu 'anhu menuturkan: "Aku
pernah datang kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam untuk
menanyakan hutang yang ada pada ayah saya. Maka aku ketuk pintu
(rumah Nabi). Lalu Nabi berkata: "Siapa itu?". Maka aku jawab:
Saya. Maka Nabi berkata: "Saya! Saya!" dengan nad'a tidak suka."
(Muttafaq'alaih).

7. Hendaknya peminta izin pulang apabila permintaan izinnya ditolak,


karena Allah telah berfirman:

"Dan jika dikatakan kepada kamu "pulang", maka pulanglah karnu,


karena yang demikian itu lebih suci bagi kamu". (An-Nur: 28).
8. Hendaknya peminta izin tidak memasuki rumah apabila tidak ada
orangnya, karena hal tersebut merupakan perbuatan melampaui hak
orang lain.

ADAB-ADAB MAJLIS
1. Hendaknya memberi salam kepada orang-orang yang di dalam majlis
di saat masuk dan keluar dari majlis tersebut. Abu Hurairah
Radhiallaahu 'anhu telah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Apabila salah seorang
kamu sampai di suatu majlis, maka hendaklah memberi salam, lalu
jika dilihat Iayak baginya duduk maka duduklah ia. Kemudian jika
bangkit (akan keluar) dari majlis hendaklah memberi salam pula.
Bukanlah yang pertama lebih berhak daripada yang selanjutnya. (HR.
Abu Daud dan At-Tirmidzi, dinilai shahih oleh Al-Albani).

2. Hendaknya duduk di tempat yang masih tersisa. Jabir bin Samurah


telah menuturkan: "Adalah kami, apabila kami datang kepada Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa sallam maka masing-masing kami duduk di
tempat yang masih tersedia di majlis". (HR. Abu Daud dan
dishahihkan oleh Al-Albani).

3. Jangan sampai memindahkan orang lain dari tempat duduknya


kemudian mendudukinya, akan tetapi berlapang-lapanglah di dalam
majlis. Ibnu Umar Radhiallaahu 'anhunna telah meriwayatkan bahwa
sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
"Seseorang tidak boleh mernindahkan orang lain dari tempat
duduknya, lalu ia menggantikannya, akan tetapi berlapanglah dan
perluaslah." (Muttafaq'alaih).

4. Tidak duduk di tengah-tengah halaqah (lingkaran majlis).

5. Tidak duduk di antara dua orang yang sedang duduk kecuali seizin
mereka. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak
halal bagi seseorang memisah di antara dua orang kecuali seizin
keduanya". (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).

6. Tidak boleh menempati tempat duduk orang lain yang keluar


sementara waktu untuk suatu keperluan. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Apabila seorang di antara kamu bangkit (keluar)
dari tempat duduknya, kemudian kembali, maka ia lebih berhak
menempatinya". (HR.Muslim)

7. Tidak berbisik berduaan dengan meninggalkan orang ketiga. Ibnu


Mas’ud Radhiallaahu 'anhu menuturkan : Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa sallam telah bersabda: "Apabila kamu tiga orang, maka dua
orang tidak boleh berbisik-bisik tanpa melibatkan yang ketiga
sehingga kalian bercampur baur dengan orang banyak, karena hal
tersebut dapat membuatnya sedih". (Muttafaq'alaih).

8. Para anggota majlis hendaknya tidak banyak tertawa. Rasulullah


Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:"Janganlah kamu
memperbanyak tawa, karena banyak tawa itu mematikan hati". (HR.
Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al- Albani).
9. Hendaknya setiap anggota majlis menjaga pembicaraan yang terjadi
di dalarn forum (majlis). Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Apabila seseorang membicarakan suatu pembicaraan
kemudian ia menoleh, rnaka itu adalah amanat". (HR. At-Tirmidzi,
dinilai hasan oleh Al-Albani).

10. Anggota majlis hendaknya tidak melakukan suatu perbuatan yang


bertentangan dengan perasaan orang lain, seperti menguap atau
membuang ingus atau bersendawa di dalam majlis.

11. Tidak melakukanperbuatan memata-matai. Rasulullah Shallallaahu


'alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah karnu mencari-cari atau
memata-matai orang". (Muttafaq'alaih).

12. Disunnahkan menutup majlis dengan doa Kaffarat majlis, karena


Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Barang
siapa yang duduk di dalam suatu majlis dan di majlis itu terjadi
banyak gaduh, kemudian sebelum bubar dari majlis itu ia membaca :

"Maha Suci Engkau ya Allah, dengan segala puji bagi-Mu; aku


bersaksi bahwasanya tiada yang berhak disembah selain engkau; aku
memohon ampunanmu dan aku bertobat kepada-Mu", melainkan
Allah mengampuni apa yang terjadi di majlis itu baginya". (HR.
Ahmad dan At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al- Albani).
ADAB-ADAB BERBICARA

1. Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan. Allah Subhaanahu


wa Ta'ala berfirman:

"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali


bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah
atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia".
(An-Nisa: 114).

2. Hendaknya pembicaran dengan suara yang dapat didengar, tidak


terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah, ungkapannya jelas dapat
difahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau dipaksa-
paksakan.

3. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagimu. Hadits


Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam menyatakan: "Termasuk
kebaikan islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak
berguna". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

4. Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu dengar. Abu


Hurairah Radhiallaahu 'anhu di dalam hadisnya menuturkan :
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Cukuplah
menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan
semua apa yang telah ia dengar".(HR. Muslim)

5. Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu


berada dipihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun
bercanda. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku
adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang
menghindari bertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan
(penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang
meninggalkan dusta sekalipun bercanda". (HR. Abu Daud dan dinilai
hasan oleh Al-Albani).

6. Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Aisyah Radhiallaahu


'anha. Telah menuturkan: "Sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
sallam apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang
yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya". (Mutta-
faq'alaih).

7. Menghindari perkataan jorok (keji). Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi


wasallam bersabda: "Seorang mu'min itu pencela atau pengutuk atau
keji pembicaraannya". (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Mufrad,
dan dishahihkan oleh Al-Albani).

8. Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di dalam


berbicara. Di dalam hadits Jabir Radhiallaahu 'anhu disebutkan: "Dan
sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh
dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang
yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun". Para
sahabat bertanya: Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi
menjawab: "Orang-orang yang sombong". (HR. At-Tirmidzi, dinilai
hasan oleh Al-Albani).

9. Menghindari perbuatan menggunjing (ghibah) dan mengadu domba.


Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain".(Al-


Hujurat: 12).

10. Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak


memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui apa
yang dibicarakannya, tidak menganggap rendah pendapatnya atau
rnendustakannya.

11. Jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi berikanlah kesempatan


kepada orang lain untuk berbicara.

12. Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan


perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain
dan kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian,
permusuhan dan pertentangan.

13. Menghindari sikap mengejek, memperolok-olok dan memandang


rendah orang yang berbicara. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-
olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-
olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan); dan jangan
pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita-wanita lain (karena)
boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari
wanita (yang mengolok-olokan). (Al-Hujurat: 11).

ADAB-ADAB BERBEDA PENDAPAT


1. Ikhlas dan mencari yang haq serta melepaskan diri dari nafsu di saat
berbeda pendapat. Juga menghindari sikap show (ingin tampil) dan
membela diri dan nafsu.

2. Mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Kitab Al-


Qur'an dan Sunnah. Karena Allah Subhaanahu wa Ta'ala telah
berfirman:

"Dan jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka


ke_balikanlah ia kepada Allah (Kitab) dan Rasul". (An-Nisa: 59).

3. Berbaik sangka kepada orang yang berbeda pendapat denganmu dan


tidak menuduh buruk niatnya, mencela dan menganggapnya cacat.
4. Sebisa mungkin berusaha untuk tidak memperuncing perselisihan,
yaitu dengan cara menafsirkan pendapat yang keluar dari lawan atau
yang dinisbatkan kepadanya dengan tafsiran yang baik.

5. Berusaha sebisa mungkin untuk tidak mudah menyalahkan orang


lain, kecuali sesudah penelitian yang dalam dan difikirkan secara
matang.

6. Berlapang dada di dalam menerima kritikan yang ditujukan kepada


anda atau catatan-catatang yang dialamatkan kepada anda.

7. Sedapat mungkin menghindari permasalahan-permasalahan


khilafiyah dan fitnah.

8. Berpegang teguh dengan adab-adab berdialog dan menghindari


perdebatan, bantah-membantah dan kasar rnenghadapi lawan.

ADAB-ADAB BERCANDA
1. Hendaknya percandaan tidak mengandung nama Allah, ayat-ayat-
Nya, Sunnah rasul-Nya atau syar-syar Islam. Karena Allah telah
berfirman tentang orang- orang yang memperolok-olokan shahabat
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam , yang ahli baca al-Qur'an:

"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka
lakukan), tentulah mereka menjawab: "Sesungguh-nya kami hanyalah
bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan
Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?".
Tidak usah kamu minta ma'af, karena kamu kafir sesudah beriman".
(At-Taubah: 65-66).
2. Hendaknya percandaan itu adalah benar tidak mengandung dusta.
Dan hendaknya pecanda tidak mengada-ada cerita-cerita khayalan
supaya orang lain tertawa. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta supaya
dengannya orang banyak jadi tertawa. Celakalah baginya dan
celakalah". (HR. Ahmad dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

3. Hendaknya percandaan tidak mengandung unsur menyakiti perasaan


salah seorang di antara manusia. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Janganlah seorang di antara kamu mengambil
barang temannya apakah itu hanya canda atau sungguh-sungguh; dan
jika ia telah mengambil tongkat temannya, maka ia harus
mengembalikannya kepadanya". (HR. Ahmad dan Abu Daud; dinilai
hasan oleh Al-Albani).

4. Bercanda tidak boleh dilakukan terhadap orang yang lebih tua darimu,
atau terhadap orang yang tidak bisa bercanda atau tidak dapat
menerimanya, atau terhadap perempuan yang bukan mahrammu.
5. Hendaknya anda tidak memperbanyak canda hingga menjadi
tabiatmu, dan jatuhlah wibawamu dan akibatnya kamu mudah
dipermainkan oleh orang lain
ADAB-ADAB BERGAUL DENGAN ORANG LAIN
1. Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai
mereka cacat.
2. Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq
mereka, lalu pergaulilah mereka, masing-masing menurut apa yang
sepantasnya.
3. Mendudukkan orang lain pada kedudukannya dan masing-masing
dari mereka diberi hak dan dihargai.
4. Perhatikanlah mereka, kenalilah keadaan dan kondisi mereka, dan
tanyakanlah keadaan mereka.
5. Bersikap tawadhulah kepada orang lain dan jangan merasa lebih
tinggi atau takabbur dan bersikap angkuh terhadap mereka.
6. Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain.
7. Berbicaralah kepada mereka sesuai dengan kernampuan akal mereka.
8. Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai
mereka.
9. Memaafkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari kesalahan-
kesalahannya, dan tahanlah rasa benci terhadap mereka.
10. Dengarkanlah pembicaraan mereka dan hindarilah perdebatan dan
bantah- membantah dengan mereka

ADAB-ADAB BERTETANGGA

1. Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka.


Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, sebagaimana di
dalam hadits Abu Hurairah Radhiallaahu anhu: "....Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan
tetangganya". Dan di dalam riwayat lain disebutkan: "hendaklah ia
berprilaku baik terhadap tetangganya". (Muttafaq'alaih).

2. Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak


membuat mereka tertutup dari sinar matahari atau udara, dan kita
tidak boleh melampaui batasnya, apakah merusak atau mengubah
miliknya, karena hal tersebut menyakiti perasaannya.

3. Hendaknya Kita memelihara hak-haknya di saat mereka tidak di


rumah. Kita jaga harta dan kehorrnatan mereka dari tangan-tangan
orang jahil; dan hendaknya kita ulurkan tangan bantuan dan
pertolongan kepada mereka yang membutuhkan, serta memalingkan
mata kita dari wanita mereka dan merahasiakan aib mereka.

4. Tidak melakukan suatu kegaduhan yang mengganggu mereka, seperti


suara radio atau TV, atau mengganggu mereka dengan melempari
halaman mereka dengan kotoran, atau menutup jalan bagi mereka.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda: "Demi
Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak
beriman! Nabi ditanya: Siapa, wahai Rasulullah? Nabi menjawab:
"Adalah orang yang tetangganya tidak merasa tentram karena
perbuatan-nya". (Muttafaq'alaih).

5. Jangan kikir untuk memberikan nasihat dan saran kepada mereka, dan
seharusnya kita ajak mereka berbuat yang ma'ruf dan mencegah yang
munkar dengan bijaksana (hikmah) dan nasihat baik tanpa maksud
menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.

6. Hendaknya kita selalu memberikan makanan kepada tetangga kita.


Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda kepada Abu Dzarr:
"Wahai Abu Dzarr, apabila kamu rnemasak sayur (daging kuah),
maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu". (HR. Muslim).

7. Hendaknya kita turut bersuka cita di dalam kebahagiaan mereka dan


berduka cita di dalam duka mereka; kita jenguk bila ia sakit, kita
tanyakan apabila ia tidak ada, bersikap baik bila menjumpainya; dan
hendaknya kita undang untuk datang ke rumah. Hal-hal seperti itu
mudah membuat hati mereka jinak dan sayang kepada kita.

8. Hendaknya kita tidak mencari-cari kesalahan/kekeliruan mereka dan


jangan pula bahagia bila rnereka keliru, bahkan seharusnya kita tidak
memandang kekeliruan dan kealpaan mereka.

9. Hendaknya kita sabar atas prilaku kurang baik mereka terhadap kita.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Ada tiga
kelompok manusia yang dicintai Allah....Disebutkan di
antaranya- :Seseorang yang mempunyai tetangga, ia selalu disakiti
(diganggu) oleh tetangganya, namun ia sabar atas gangguannya itu
hingga keduanya dipisah oleh kematian atau keberangkatannya". (HR.
Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).
ADAB-ADAB DI MASJID

1. Berdo'a di saat pergi ke masjid. Berdasarkan hadits Ibnu Abbas


Radhiallaahu anhu beliau menyebutkan: Adalah Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam apabila ia keluar (rumah) pergi shalat
(di masjid) berdo'a :

"Ya Allah, jadikanlah cahaya di dalam hatiku, dan cahaya pada


lisanku, dan jadikanlah cahaya pada pendengaranku dan cahaya pada
penglihatanku, dan jadikanlah cahaya dari belakangku, dan cahaya
dari depanku, dan jadikanlah cahaya dari atasku dan cahaya dari
bawahku. Ya Allah, anugerahilah aku cahaya". (Muttafaq'alaih).

2. Berjalan menuju masjid untuk shalat dengan tenang dan khidmat.


Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda: "Apabila
shalat telah diiqamatkan, maka janganlah kamu datang menujunya
dengan berlari, tetapi datanglah kepadanya dengan berjalan dan
memperhatikan ketenangan. Maka apa (bagian shalat) yang kamu
dapati ikutilah dan yang tertinggal sempurnakanlah. (Muttafaq'alaih).

3. Berdo'a disaat masuk dan keluar masjid. Disunatkan bagi orang yang
masuk masjid mendahulukan kaki kanan, kemudian bershalawat
kepada Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam lalu mengucapkan:
"(Ya Allah, bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu)"

4. Dan bila keluar mendahulukan kaki kiri, lalu bershalawat kepada


Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam kemudian membaca do'a:

"(Ya Allah, sesungguhnya aku memohon bagian dari karunia-Mu)".


(HR. Muslim).

5. Disunnahkan melakukan shalat sunnah tahiyatul masjid bila telah


masuk masjid. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
"Apabila seorang di antara kamu masuk masjid hendaklah shalat dua
raka'at sebelum duduk". (Muttafaq alaih).

6. Dilarang berjual-beli dan mengumumkan barang hilang di dalam


masjid. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila
kamu melihat orang yang menjual atau membeli sesuatu di dalam
masjid, maka doakanlah "Semoga Allah tidak memberi keuntungan
bagimu". Dan apabila kamu melihat orang yang mengumumkan
barang hilang, maka do'akanlah "Semoga Allah tidak mengembalikan
barangmu yang hilang". (HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-
Albani).

7. Dilarang masuk ke masjid bagi orang makan bawang putih, bawang


merah atau orang yang badannya berbau tidak sedap. Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang rnemakan
bawang putih, bawang merah atau bawang daun, maka jangan sekali-
kali mendekat ke masjid kami ini, karena malaikat merasa terganggu
dari apa yang dengan-nya manusia terganggu". (HR. Muslim). Dan
termasuk juga rokok dan bau lain yang tidak sedap yang keluar dari
badan atau pakaian.

8. Dilarang keluar dari masjid sesudah adzan. Rasulullah Shallallaahu


alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila tukang adzan telah adzan, rnaka
jangan ada seorangpun yang keluar sebelum shalat". (HR. Al-Baihaqi
dan dishahihkan oleh Al-Albani).

9. Tidak lewat di depan orang yang sedang shalat, dan disunnatkan bagi
orang yang sholat menaroh batas di depannya. Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Kalau sekiranya orang yang
lewat di depan orang yang sedang sholat itu mengetahui dosa
perbuatannya, niscaya ia berdiri dari jarak empat puluh itu lebih baik
baginya daripada lewat di depannya". (Muttafaq alaih).

10. Tidak menjadikan masjid sebagai jalan. Rasulullah Shallallaahu


alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kamu menjadikan masjid
sebagai jalan, kecuali (sebagai tempat) untuk berzikir dan shalat".
(HR. Ath-Thabrani, dinilai hasan oleh Al- Albani).

11. Tidak menyaringkan suara di dalam masjid dan tidak mengganggu


orang-orang yang sedang shalat. Termasuk perbuatan mengganggu
orang shalat adalah membiarkan Handphone anda dalam keadaan
aktif di saat shalat.
12. Hendaknya wanita tidak memakai parfum atau berhias bila akan
pergi ke masjid. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
"Apabila salah seorang di antara kamu (kaum wanita) ingin shalat di
masjid, maka janganlah menyentuh parfum". (HR. Muslim).

13. Orang yang junub, wanita haid atau nifas tidak boleh masuk masjid.
Allah berfirman: "(Dan jangan pula menghampiri masjid), sedang
kamu dalam keadaan junub, kecuali sekedar berlalu saja, hingga
kamu mandi". (an-Nisa: 43). Dan dari 'Aisyah Radhiallaahu anha
meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah
bersabda kepadanya: "Ambilkan buat saya kain alas dari masjid".
Aisyah menjawab: Sesungguhnya aku haid? Nabi bersabda:
"Sesungguhnya haidmu bukan di tanganmu". (HR. Muslim).

ADAB-ADAB MEMBACA AI-QUR'AN

1. Sebaiknya orang yang membaca Al-Qur'an dalam keadaan sudah


berwudhu, suci pakaiannya, badannya dan tempatnya serta telah
bergosok gigi.

2. Hendaknya memilih tempat yang tenang dan waktunya pun pas,


karena hal tersebut lebih dapat konsentrasi dan jiwa lebih tenang.

3. Hendaknya memulai tilawah dengan ta'awwudz, kemudian basmalah


pada setiap awal surah selain surah At-Taubah. Allah Subhanahu wa
Ta'ala berfirman:
"Apabila. kamu akan mem-baca al-Qur'an, maka memohon
perlindungan-lah kamu kepada Allah dari godaan syaithon yang
terkutuk". (An-Nahl: 98).

4. Hendaknya selalu memperhatikan hukum-hukum tajwid dan


membunyikan huruf sesuai dengan makhrajnya serta membacanya
dengan tartil (perlahan-lahan). Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Dan Bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan". (Al-Muzzammil: 4).

5. Disunnatkan memanjangkan bacaan dan memperindah suara di saat


membacanya. Anas bin Malik Radhiallaahu anhu pernah ditanya:
Bagaimana bacaan Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam (terhadap Al-
Qur'an? Anas menjawab: "Bacaannya panjang (mad), kemudian Nabi
membaca "Bismillahirrahmanirrahim" sambil memanjangkan
Bismillahi, dan memanjangkan bacaan ar-rahmani dan
memanjangkan bacaan ar-rahim". (HR. Al-Bukhari). Dan Nabi
Shallallaahu alaihi wa Sallam juga bersabda: "Hiasilah suara kalian
dengan Al-Qur'an". (HR. Abu Daud, dan dishahih-kan oleh Al-
Albani).

6. Hendaknya membaca sambil merenungkan dan menghayati makna


yang terkandung pada ayat-ayat yang dibaca, berinteraksi dengannya,
sambil memohon surga kepada Allah bila terbaca ayat-ayat surga, dan
berlindung kepada Allah dari neraka bila terbaca ayat-ayat neraka.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh


dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran."
(Shad: 29).
Dan di dalam hadits Hudzaifah menuturkan: " Apabila Nabi terbaca
ayat yang mengandung makna bertasbih (kepada Allah) beliau
bertasbih, dan apabila terbaca ayat yang mengandung do'a, maka
beliau berdo'a, dan apabila terbaca ayat yang bermakna meminta
perlindungan (kepada Allah) beliau memohon perlindungan". (HR.
Muslim).
7. Hendaknya mendengarkan bacaan Al-Qur'an dengan baik dan diam,
tidak berbicara. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan apabila Al- Qur'an dibacakan, maka dengarkanlah baik-baik,


dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu men-dapat rahmat". (Al-
A'raf: 204).

8. Hendaklah selalu menjaga al-Qur'an dan tekun membacanya dan


mempelajarinya (bertadarus) hingga tidak lupa. Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Peliharalah Al-Qur'an baik-
baik, karena demi Tuhan yang diriku berada di tangan-Nya, ia benar-
benar lebih liar (mudah lepas) dari pada unta yang terikat di tali
kendalinya". (HR. Al-Bukhari).

9. Hendaknya tidak menyentuh Al-Qur'an kecuali dalam keadaan suci.


Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:

“ Tidak akan menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan”.


(Al-Waqi’ah:79)

10. Boleh bagi wanita haid dan nifas membaca al-Qur'an dengan tidak
menyentuh mushafnya menurut salah satu pendapat ulama yang lebih
kuat, karena tidak ada hadits shahih dari Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Sallam yang melarang hal tersebut.

11. Disunnahkan menyaringkan bacaan Al-Qur'an selagi tidak ada


unsur yang negatif, seperti riya atau yang serupa dengannya, atau
dapat mengganggu orang yang sedang shalat, atau orang lain yang
juga membaca Al-Qur'an.

12. Termasuk sunnah adalah berhenti membaca bila sudah ngantuk,


karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila
salah seorang kamu bangun di malam hari, lalu lisannya merasa sulit
untuk membaca Al-Qur'an hingga tidak menyadari apa yang ia baca,
maka hendaknya ia berbaring (tidur)". (HR. Muslim).
ADAB-ADAB BERDOA
1. Terlebih dahulu sebelum berdo'a hendaknya memuji kepada Allah
kemudian bershalawat kepada Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam pernah mendengar seorang
lelaki sedang berdo'a di dalam shalatnya, namun ia tidak memuji
kepada Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi Shallallaahu alaihi
wa Sallam maka Nabi bersabda kepadanya: "Kamu telah tergesa-gesa
wahai orang yang sedang shalat. Apabila anda selesai shalat, lalu
kamu duduk, maka memujilah kepada Allah dengan pujian yang
layak bagi-Nya, dan bershalawatlah kepadaku, kemudian berdo'alah".
(HR. At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani).
2. Mengakui dosa-dosa, mengakui kekurangan (keteledoran diri) dan
merendahkan diri, khusyu', penuh harapan dan rasa takut kepada
Allah di saat anda berdo'a. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera di


dalam (mengerjakan) perbuatan- perbuatan yang baik dan mereka
berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyu' kepada Kami". (Al- Anbiya': 90).
3. Berwudhu' sebelum berdo'a, menghadap Kiblat dan mengangkat
kedua tangan di saat berdo'a. Di dalam hadits Abu Musa Al-Asy'ari
Radhiallaahu anhu disebutkan bahwa setelah Nabi Shallallaahu alaihi
wa Sallam selesai melakukan perang Hunain :" Beliau minta air lalu
berwudhu, kemudian mengangkat kedua tangannya; dan aku rnelihat
putih kulit ketiak Beliau". (Muttafaq'alaih).

4. Benar-benar (meminta sangat) di dalam berdo'a dan berbulat tekad di


dalam memohon. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
"Apabila kamu berdo'a kepada Allah, maka bersungguh-sungguhlah
di dalam berdo'a, dan jangan ada seorang kamu yang
mengatakan :Engkau menghendaki, maka berilah aku", karena
sesungguhnya Allah itu tidak ada yang dapat: memaksanya". Dan di
dalarn satu riwayat disebutkan: "Akan tetapi hendaknya ia
bersungguh-sungguh dalam memohon dan membesarkan harapan,
karena sesungguhnya Allah tidak merasa berat karena sesuatu yang
Dia berikan". (Muttafaq'alaih).

5. Menghindari do'a buruk terhadap diri sendiri, anak dan harta.


Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Jangan sekali-
kali kamu mendo'akan buruk terhadap diri kamu dan juga terhadap
anak-anak kamu dan pula terhadap harta kamu, karena khawatir do'a
kamu bertepatan dengan waktu dimana Allah rnengabulkan do'amu".
(HR. Muslim).

6. Merendahkan suara di saat berdo'a. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa


Sallam bersabda: "Wahai sekalian manusia, kasihanilah diri kamu,
karena sesungguhnya kamu tidak berdo'a kepada yang tuli dan tidak
pula ghaib, sesungguhnya kamu berdo'a (memohon) kepada Yang
Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu menyertai kamu".
(HR. Al-Bukhari).

7. Berkonsentrasi di saat berdo'a. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa


Sallam bersabda: "Berdo'alah kamu kepada Allah sedangkan kamu
dalam keadaan yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai".
(HR. At-Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani).

8. Tidak memaksa bersajak di dalam berdo'a. Ibnu Abbas pernah berkata


kepada ikrimah: "Lihatlah sajak dari do'amu, lalu hindarilah ia,
karena sesungguhnya aku memperhatikan Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Sallam dan para shahabatnya tidak melakukan hal tersebut".
(HR. AI-Bukhari).

ADAB-ADAB DI PASAR
1. Hendaknya berdzikir kepada Allah di saat masuk ke pasar, karena
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa
yang masuk ke pasar lalu membaca:

"(Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada


sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah kerajaan, dan kepunyaan-Nyalah
segala pujian, Dia yang menghidupkan dan yang mematikan, dan Dia
Maha Hidup tidal( akan mati; di tangan-Nyalah segala kebaikan, dan
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu), Maka Allah mencatat sejuta
kebajikan baginya, dan menghapus sejuta dosa darinya, dan Dia
tinggikan baginya sejuta derajat dan Dia bangunkan satu istana
baginya di dalam surga". (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, di nilai
hasan oleh Al-Albani).

2. Tidak menyaringkan suara dengan berbagai pertengkaran dan


perdebatan. Di antara sifat kepribadian Nabi Shallallaahu alaihi wa
Sallam adalah Bahwasanya beliau bukanlah seorang yang keras
kepala atau keras hati dan bukan pula orang yang suka teriak-teriak di
pasar dan juga bukan orang yang membalas keburukan dengan
keburukan, akan tetapi ia mema'afkan dan mengampuni'. (HR. Al-
Bukhari).

3. Menjaga kebersihan pasar. Pasar tidak boleh dicemari dengan kotoran


dan sampah, karena hal tersebut dapat melurnpuhkan arus jalanan dan
menjadi sumber bau busuk yang mengganggu.

4. Menjaga agar selalu memenuhi akad dan janji serta kesepakatan-


kesepakatan di antara dua belah pihak (pembeli dan penjual). Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu”. (Al-


Ma'idah : 1)

5. Mengukuhkan jual beli dengan persaksian atau catatan (dokumentasi),


karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:
"Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beil". (Al-Baqarah: 282).

6. Bersikap ramah dan rnemberikan kemudahan di dalam proses jual


beli. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Allah akan
belas kasih kepada seorang hamba yang ramah apabila menjual,
ramah apabila membeli dan ramah apabila memberikan keputusan".
(HR. Al-Bukhari).

7. Jujur, terbuka dan tidak menyembunyikan cacat barang jualan.


Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Seorang muslim
itu adalah saudara muslim lainnya, maka tidak halal bagi seorang
muslim membeli dari saudaranya suatu pembelian yang ada cacatnya
kecuali telah dijelaskannya terlebih dahulu". (HR. Ahmad dan
dishahihkan oleh Al-Albani).

8. Jangan mudah mengobral sumpah di dalam berjual beli. Rasulullah


Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Hindarilah banyak
bersumpah di dalam berjual-beli, karena sumpah itu dapat
menghabiskan (barang) kemudian membatalkan (barakahnya)". (HR.
Muslim).

9. Menghindari penipuan, kecurangan dan pengkaburan serta berlebih-


lebihan di dalam menarik keuntungan. Telah diriwayatkan bahwa
sesungguhnya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam pernah menjumpai
setumpuk makanan, maka Nabi memasukkan tangannya ke dalam
tumpukan tersebut, maka jari-jemarinya basah. Maka beliau bersabda:
"Apa ini, wahai si pemilik makanan?" Pemilik makanan
menjawab :Terkena hujan, wahai Rasulullah. Maka Nabi bersabda:
"Kenapa bagian yang basah tidak kamu letakkan di paling atas agar
dilihat oleh manusia? Barangsiapa yang curang terhadap kami, maka
ia bukan dari golongan kami". (HR. Muslim).

10. Menghindari perbuatan curang di dalam menakar atau menimbang


barang dan tidak menguranginya. Allah berfirman:

"Celakalah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang


apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan
apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi". (Al-Muthaffifin : 1-3).

11. Menghindari riba, penimbunan barang dan segala perbuatan yang


dapat merugikan orang banyak. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Sallam bersabda: "Allah mengutuk (melaknat) pemakan riba,
pemberinya, saksi dan penulisnya". (HR. Ahmad, dan dishahihkan
oleh Al-Albani). Dan Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
"Tidak akan menimbun barang kecuali orang yang salah ". (HR.
Muslim).

12. Membersihkan pasar dari segala barang yang haram diperjual-


belikan.
13. Menghindari promosi-promosi palsu yang bertujuan menarik
perhatian pembeli dan mendorongnya untuk membeli, karena
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah melarang najasy.
(Muttafaq'alaih). Najasy adalah semacam promosi palsu.

14. Hindarilah penjulan barang rampasan (hasil ghashab) dan curian.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesama kamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu".
(AI-Nisa: 29).
15. Menundukkan pandangan mata dari wanita dan menghindar dari
percampurbauran dan berdesak-desakan dengan mereka. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka


menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada
wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan memelihara kemaluannya; (An-Nur: 30-31).

16. Selalu menjaga syar-syar agama (shalat berjama'ah, dll.), tidak


melalaikan shalat berjama'ah karena berjual-beli. Maka sebaik-baik
manusia adalah orang yang keduniaannya tidak membuatnya lalai
terhadap masalah-masalah akhiratnya atau sebaliknya. Allah
berfirman:

"Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh
jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan
(dari) menunaikan zakat". (An-Nur:37).

ADAB-ADAB BERTAMU UNTUK


Orang yang mengundang :
1. Hendaknya mengundang orang-orang yang bertaqwa, bukan orang
yang fasiq. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
"Janganlah kamu bersahabat kecuali dengan seorang mu'min, dan
jangan memakan makananmu kecuali orang yang bertaqwa". (HR.
Ahmad dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

2. Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan


mengabaikan orang-orang fakir. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Sallam bersbda: "Seburuk-buruk makanan adalah makanan
pengantinan (walimah), karena yang diundang hanya orang-orang
kaya tanpa orang-orang faqir." (Muttafaq' alaih).

3. Undangan jamuan hendaknya tidak diniatkan berbangga-bangga dan


berfoya- foya, akan tetapi niat untuk mengikuti sunnah Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam dan membahagiakan teman-teman
sahabat.

4. Tidak memaksa-maksakan diri untuk mengundang tamu. Di dalam


hadits Anas Radhiallaahu anhu ia menuturkan: "Pada suatu adab-adab
kami ada di sisi Umar, maka ia berkata: "Kami dilarang memaksa
diri" (membuat diri sendiri repot)." (HR. Al-Bukhari)

5. Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini


bertentangan dengan kewibawaan.

6. Jangan kamu menampakkan kejemuan terhadap tamumu, tetapi


tampakkanlah kegembiraan dengan kahadirannya, bermuka manis dan
berbicara ramah.

7. Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu, karena yang


demikian itu berarti menghormatinya.

8. Jangan tergesa-gesa untuk mengangkat makanan (hida-ngan) sebelum


tamu selesai menikmati jamuan.

9. Disunnahkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini


menunjukkan penerimaan tamu yang baik dan penuh perhatian.
Bagi tamu :
1. Hendaknya memenuhi undangan dan tidak terlambat darinya kecuali
ada udzur, karena hadits Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam
mengatakan: "Barangsiapa yang diundang kepada walimah atau yang
serupa, hendaklah ia memenuhinya". (HR. Muslim).

2. Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang fakir dengan


undangan orang yang kaya, karena tidak memenuhi undangan orang
faqir itu merupakan pukulan (cambuk) terhadap perasaannya.

3. Jangan tidak hadir sekalipun karena sedang berpuasa, tetapi hadirlah


pada waktunya, karena hadits yang bersurnber dari Jabir Radhiallahu
anhu berkata: menyebutkan bahwasanya Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Sallam telah bersabda:"Barangsiapa yang diundang untuk
jamuan sedangkan ia berpuasa, maka hendaklah is menghadirinya.
Jika ia suka makanlah dan jika tidak, tidaklah mengapa. (HR. Ibnu
Majah dan dishahihkan oleh Al-Albani).

4. Jangan terlalu lama menunggu di saat bertamu karena ini


memberatkan yang punya rumah juga jangan tergesa-gesa datang
karena membuat yang punya rumah kaget sebelum semuanya siap.

5. Bertamu tidak boleh Iebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah
memaksa untuk tinggal lebih dari itu.

6. Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurang apa


saja yang terjadi pada tuan rumah.
7. Hendaknya mendo'akan untuk orang yang mengundangnya seusai
menyantap hidangannya. Dan di antara do'a yang ma'tsur adalah :
"Orang yang berpuasa telah berbuka puasa padamu. Dan orang-orang
yang baik telah memakan makananmu dan para malaikat telah
bershalawat untukmu". (HR. Abu Daud, dishahihkan Al-Albani). Dan
juga doa:,
"Ya Allah, ampunilah mereka, belas kasihilah mereka, berkahilah
bagi mereka apa yang telah Engkau karunia-kan kepada mereka. Ya
Allah, berilah makan orang yang telah memberi kami makan, dan
berilah minum orang yang memberi kami minurn".

ADAB-ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT


Untuk orang yang berkunjung (menjenguk):
1. Hendaknya tidak lama di dalam berkunjung, dan mencari waktu yang
tepat untuk berkunjung, dan hendaknya tidak menyusahkan si sakit,
bahkan berupaya untuk menghibur dan membahagiakannya.

2. Hendaknya mendekat kepada si sakit dan menanyakan keadaan dan


penyakit yang dirasakannya, seperti mengata-kan: "Bagaimana kamu
rasakan keadaanmu?". Sebagai-mana pernah dilakukan oleh
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam.

3. Mendo'akan semoga cepat sembuh, dibelaskasihi Allah, selamat dan


disehatkan. Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu telah meriwayat-kan
bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam apabila beliau
menjenguk orang sakit, ia mengucapkan:
"Tidak apa-apa. Sehat (bersih) insya Allah". (HR. Al-Bukhari). Dan
berdo'a tiga kali sebagai-mana dilakukan oleh Nabi Shallallaahu
alaihi wa Sallam.

4. Mengusap si sakit dengan tangan kanannya, dan berdo'a:


"Hilangkanlah kesengsaraan (penyakitnya) wahai Tuhan bagi
manusia, sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh, tiada
kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak
meninggalkan penyakit". (Muttafaq'alaih).

5. Mengingatkan si sakit untuk bersabar atas taqdir Allah Subhanahu wa


Ta'ala dan jangan mengatakan "tidak akan cepat sembuh", dan
hendaknya tidak mengharapkan kematiannya sekalipun penyakitnya
sudah kronis.

6. Hendaknya mentalkinkan kalimat Syahadat bila ajalnya akan tiba,


memejamkan kedua matanya dan mendo'akan-nya. Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda: "Talkinlah orang yang
akan meninggal di antara kamu “ “ (HR. Muslim).

Untuk orang yang sakit:


1. Hendaknya segera bertobat dan bersungguh-sungguh beramal shalih.

2. Berbaik sangka kepada Allah, dan selalu mengingat bahwa ia


sesungguhnya adalah makhluk yang lemah di antara makhluk Allah
lainnya, dan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak
membutuhkan untuk menyiksanya dan tidak membutuhkan
ketaatannya.

3. Hendaknya cepat meminta kehalalan atas kezhaliman-kezhaliman


yang dilakukan olehnya, dan segera mem-bayar/menunaikan hak-hak
dan kewajiban kepada pemi-liknya, dan menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya.

4. Memperbanyak zikir kepada Allah, membaca Al-Qur'an dan


beristighfar (minta ampun).

5. Mengharap pahala dari Allah dari musibah (penyakit) yang


dideritanya, karena dengan demikian isa pasti diberi pahala.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Apa raja yang
menimpa seorang mu'min baik berupa kesedihan, kesusahan,
keletihan dan penyakit, hingga duri yang menusuknya, melainkan
Allah meninggikan karena satu derajat baginya dan mengarnpuni
kesalahannya karenanya". (Muttafaq'alaih).

6. Berserah diri dan tawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan


berkeyakinan bahwa kesembuhan itu dari Allah, dengan tidak
melupakan usaha-usaha syar’i untuk kesembuhan-nya, seperti berobat
dari penyakitnya.
ADAB-ADAB JANAZAH DAN TA'ZIAH
1. Segera merawat janazah dan mengebumikannya untuk meringankan
beban keluarganya dan sebagai rasa belas kasih terhadap mereka. Abu
Hurairah Radhiallaahu anhu di dalam haditsnya menyebutkan
bahwasanya Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda:
"Segeralah (di dalam mengurus) jenazah, sebab jika amal-amalnya
shalih, maka kebaikanlah yang kamu berikan kepadanya; dan jika
sebaliknya, maka keburukan-lah yang kamu lepaskan dari pundak
kamu". (Muttafaq alaih).

2. Tidak menangis dengan suara keras, tidak meratapinya dan tidak


merobek-robek baju. Karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
telah bersabda: "Bukan golongan kami orang yang memukul-mukul
pipinya dan merobek-robek bajunya, dan menyerukan kepada seruan
jahiliyah". (HR. Al-Bukhari).

3. Disunahkan mengantar janazah hingga dikubur. Rasulullah


Shallallaahu alaihi wa Sallam bersada: "Barangsiapa yang menghadiri
janazah hingga menshalatkannya, maka baginya (pahala) sebesar
qirath; dan barangsiapa yang menghadirinya hingga dikuburkan maka
baginya dua qirath". Nabi ditanya: "Apa yang disebut dua qirath itu?".
Nabi menjawab: "Seperti dua gunung yang sangat besar".
(Muttafaq'alaih).

4. Memuji si mayit (janazah) dengan mengingat dan rnenyebut


kebaikan-kebaikannya dan tidak mencoba untuk menjelek-
jelekkannya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
bersabda:"Janganlah kamu mencaci-maki orang-orang yang telah
mati, karena mereka telah sampai kepada apa yang telah mereka
perbuat". (HR. Al-Bukhari).

5. Memohonkan ampun untuk janazah setelah dikuburkan. lbnu Umar


Radhiallaahu anhu pernah berkata: "Adalah Rasulullah Shallallaahu
alaihi wa Sallam apabila selesai mengubur janazah, maka berdiri di
atasnya dan bersabda:"Mohonkan ampunan untuk saudaramu ini, dan
mintakan kepada Allah agar ia diberi keteguhan, karena dia sekarang
akan ditanya". (HR.. Abu Daud dan dishahihkan oleh Albani).

6. Disunahkan menghibur keluarga yang berduka dan memberikan


makanan untuk mereka. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
telah bersabda: "Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja'far, karena
mereka sedang ditimpa sesuatu yang membuat mereka sibuk". (HR.
Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

7. Disunnahkan berta'ziah kepada keluarga korban dan menyarankan


mereka untuk tetap sabar, dan mengatakan kepada mereka:
"Sesungguhnya milik Allahlah apa yang telah Dia ambil dan milik-
Nya jualah apa yang Dia berikan; dan segala sesuatu disisi-Nya sudah
ditetapkan ajalnya. Maka hendaklah kamu bersabar dan mengharap
pahala dari-Nya". (Muttafaq'alaih).
ADAB-ADAB SAFAR (BEPERGIAN JAUH)
1. Disunnahkan bagi orang yang berniat untuk melakukan perjalan jauh
(safar) beristikharah terlebih dahulu kepada Allah mengenai rencana
safarnya itu, dengan sholat dua raka'at di luar shalat wajib, lalu
berdo`a dengan do'a istikharah.

2. Hendaknya bertobat kepada Allah Shallallaahu alaihi wa Sallam dari


segala kemaksiatan yang pernah ia lakukan dan meminta ampun
kepada-Nya dari segala dosa yang telah diperbuatnya, sebab ia tidak
tahu apa yang akan terjadi di balik kepergiannya itu.

3. Hendaknya ia mengembalikan barang-barang yang bukan haknya dan


amanat- amanat kepada orang-orang yang berhak menerimanya,
membayar hutang atau menyerah-kannya kepada orang yang akan
melunasinya dan berpesan kebaikan kepada keluarganya.

4. Membawa perbekalan secukupnya, seperti air, makanan dan uang.

5. Disunnahkan bagi musafir pergi dengan ditemani oleh teman yang


shalih selama perjalanannya untuk meringarikan beban diperjalananya
dan menolongnya bila perlu. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
telah bersabda: "Kalau sekiranya manusia mengetahui apa yang aku
ketahui di dalam kesendirian, niscaya tidak ada orang yang
menunggangi kendaraan (musafir) yang berangkat di malam hari
sendirian". (HR. Al-Bukhari)
6. Disunnahkan bagi para musafir apabila jumlah mereka lebih dari tiga
orang mengangkat salah satu dari mereka sebagai pemimpin (amir),
karena hal tersebut dapat: memper-mudah pengaturan urusan mereka.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila tiga
orang keluar untuk safar, maka hendaklah mereka mengangkat
seorang amir dari mereka". (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-
Albani).

7. Disunnahkan berangkat safar pada pagi (dini) hari dan sore hari,
karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Ya Allah,
berkahilah bagi ummatku di dalam kediniannya". Dan juga bersabda:
"Hendaknya kalian memanfaatkan waktu senja, karena bumi dilipat di
malam hari". (Keduanya diriwayat-kan oleh Abu Daud dan
dishahihkan oleh Al-Albani).

8. Disunahkan bagi musafir apabila akan berangkat mengu-capkan


selamat tinggal kepada keluarga, kerabat dan teman-temannya,
sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
dan dia sabdakan: ;

"Aku titipkan kepada Allah agamamu, amanatmu dan penutup-


penutup amal perbuatanmu". (HR. At- Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-
Albani).
9. Apabila si musafir akan naik kendaraannya, baik berupa mobil atau
lainnya, maka hendaklah ia membaca basmalah; dan apabila telah
berada di atas kendaraannya hendaklah ia bertakbir tiga kali,
kemudian rnembaca do'a safar berikut ini:

"Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami,
padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan
sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami; Ya Allah,
sesungguhnya kami memohon kepadamu di dalam perjalanan kami
ini kebajikan dan ketaqwaan, dan amal yang Engkau ridhai; Ya Allah,
mudahkanlah perjalannan ini bagi kami dan dekatkanlah
kejauhannya; Ya Allah, Engkau adalah Penyerta kami di dalam
perjalanan ini dan Pengganti kami di keluarga kami; Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari bencana safar dan
kesedihan pemandangan, dan keburukan tempat kembali pada harta
dan keluarga". (HR. Muslim).
10. Disunnahkan bertakbir di saat jalan menanjak dan bertasbih di saat
menurun, karena ada hadits Jabir yang rnenuturkan: "Apabila (jalan)
kami menanjak, maka kami bertakbir, dan apabila menurun maka
kami bertasbih". (HR. Al-Bukhari).

11. Disunnahkan bagi musafir selalu berdo'a di saat perjala-nannya,


karena do'anya mustajab (mudah dikabulkan).
12. Apabila si musafir perlu untuk bermalam atau beristirahat di tengah
perjalanannya, maka hendaknya menjauh dari jalan; karena
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila kamu
hendak mampir untuk beristirahat, maka menjauhlah dari jalan,
karena jalan itu adalah jalan binatang melata dan tempat tidur bagi
binatang-binatang di malam hari". (HR. Muslim).

13. Apabila musafir telah sampai tujuan dan menunaikan keperluannya


dari safar yang ia lakukan, maka hendaknya segera kembali ke
kampung halarnannya. Di dalam hadits Abu Hurairah Radhiallaahu
anhu disebutkan diantaranya: " Apabila salah seorang kamu telah
menunaikan hajatnya dari safar yang dilakukannya, maka hendaklah
ia segera kembali ke kampung halamannya". (Muttafaq' alaih).

14. Disunnahkan pula bagi si musafir apabila ia kembali ke kampung


halamannya untuk tidak masuk ke rumahnya di malam hari, kecuali
jika sebelumnya diberi tahu terlebih dahulu. Hadits Jabir
menuturkan :"Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang seseorang
mengetuk rumah (membangunkan) keluarganya di malam hari".
(Muttafaq'alaih).

15. Disunnahkan bagi musafir di saat kedatangannya pergi ke masjid


terlebih dahulu untuk shalat dua rakaat. Ka'ab bin Malik
meriwayatkan: "Bahwasariya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam
apabila datang dari perjalanan (safar), maka ia Iangsung menuju
masjid dan di situ ia shalat dua raka'at". (Muttafaq' alaih).

You might also like