Acute Coronary Syndrome: Indra Prasetya
Acute Coronary Syndrome: Indra Prasetya
Acute Coronary Syndrome: Indra Prasetya
Indra Prasetya
24 months data from 30th June 2014 – 30th June 2016 in iSTEMI
network (West Jakarta + NCC-HK)
ACS
N=6313
STEMI UAP/NSTEMI
N= 2433 N= 3880
(38.5%) (61.9%)
Reperfusion No Reperfusion
N= N= 1019
1414(58.1%) (41.9%)
13,9% 13.2%
(79)
(76)
(58)
(64)
P-value= 0.138
Year 1
5.9% Year 2
(47)
(45) 4.2%
(29)
(26)
N= 762
758 N=
N= N= 568
563 N=
N=
N= 624
655 484
451
Reperfusion Without Reperfusion
24 months data from 30 June 2014 – 30 June 2016 in iSTEMI network (West Jakarta + NCC-HK)
In Hospital Mortality Rate
based on Reperfusion Strategy
P-value= 0.163
13,3%
(19) (76)
(58)
N= 762
143 N= 574
N= 563 N=N=
473
N=
139
655 451
Fibrinolisis Primary PCI
24 months data from 30 June 2014 – 30 June 2016 in iSTEMI network (West Jakarta + NCC-HK)
Reasons of No Reperfusion
Late
Absolute Others
Intervention (N=25)
Died before
Fibrinolysis
(N=37)
Others
Contraindicati 4% (N=59)
Reperfusion
on (N=12)7% Late 13%
(N=19),3.4
2% Intervention
%
Cost (N=18)
(N=22)
3% Absolute5%
Fibrinolysis
Refused Contraindicatio
Consent n ied
D before
(N=15)
(N=42) Reperfusion
3%
7% (N=19),3.5%
Cost (N=12)
3%
Refused
Consent
(N=31)
7% O nset > 12
O nset > 12
hours
hours (N=301),
(N=410), 66.0%
First Year 72.8% Second Year
N : 563 N : 456
24 months data from 30 June 2014 – 30 June 2016 in iSTEMI network (West Jakarta + NCC-HK)
Time is Muscle Paradigm in STEMI
Disusun oleh:
Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia
2018
Dapat di download di :
http://www.inaheart.org/guidelines
Faktor risiko penyakit jantung koroner
•Race •Smoking
Ischemia = imbalance of
oxygen supply and demand
Myocardial
Ischemia
CAD
plaque
Atherosclerosis
Risk Factors
( DYSLIPIDEMIA , BP, DM,
Insulin Resistance, Platelets,
Fibrinogen, etc)
Adapted from
Dzau et al. Am Heart J. 1991;121:1244-1263
The cardiovascular continuum of events
Coronary
Thrombosis
Myocardial
Ischemia
CAD
Atherosclerosis
Risk Factors
( DYSLIPIDEMIA , BP, DM,
Insulin Resistance, Platelets,
Fibrinogen, etc)
Adapted from
Dzau et al. Am Heart J. 1991;121:1244-1263
The cardiovascular continuum of events
ACS
Coronary
Thrombosis
Myocardial
Ischemia
CAD
Atherosclerosis
Risk Factors
( DYSLIPIDEMIA , BP, DM,
Insulin Resistance, Platelets,
Fibrinogen, etc)
Adapted from
Dzau et al. Am Heart J. 1991;121:1244-1263
Stable angina
Plaque rupture
Coronary thrombosis UA/NSTEMI
STEMI
The cardiovascular continuum of events
ACS Meninggal
Coronary
Thrombosis Arrhythmia and
Loss of Muscle
Myocardial
Ischemia Remodeling
Ventricular
CAD Dilatation
Atherosclerosis Congestive
Heart Failure
UA/NQMI: ST MI:
Partially-occlusive thrombus occlusive thrombus (platelets,
(primarily platelets) red blood cells, and fibrin)
Decreased O2 Supply
Asymptomatic
•Plaque rupture/clot
•Flow- limiting stenosis
Myocardial Infarction
•Anemia
Increased O2 Demand
Angina
O2 supply/demand mismatch
Myocardial ischemia/necrosis
Definisi Angina
• Pleuritik
• Lokasinya di perut tengah atau bawah
• Dapat ditunjuk dengan satu jari
• Dapat timbul/terasa dengan penekanan dinding dada
atau pergerakan
• Lamanya hanya beberapa detik.
Differential diagnosis sesuai asal dari nyeri dada
Bahu
Bahu
Retrostenal
Retrostenal Nyeri
Nyeri jantung iskemik
jantung iskemik
Nyeri
Nyeri jantung iskemik
jantung iskemik Perikarditis
Perikarditis
Nyeri
Nyeri pericardium
pericardium Abses
Abses subdiafragma
subdiafragma
Nyeri
Nyeri esofagus
esofagus Pleurisy
Pleurisy diafragma
diafragma
Diseksi
Diseksi aorta
aorta Penyakit
Penyakit spina
spina servikal
servikal
Lesi-lesi
Lesi-lesi mediastinum
mediastinum Nyeri
Nyeri otot skeletal akut
otot skeletal akut
Emboli paru
Emboli paru Sindroma
Sindroma Thoracic
Thoracic Outlet
Outlet
Interscapular
Interscapular Lengan
Lengan
Nyeri
Nyeri jantung
jantung iskemik
iskemik Nyeri
Nyeri jantung iskemik
jantung iskemik
Nyeri otot skeletal
Nyeri otot skeletal Nyeri
Nyeri servikal/dorsal
servikal/dorsal spine
spine
Nyeri
Nyeri kantong
kantong empedu
empedu Sindroma Thoracic outlet
Sindroma Thoracic outlet
Nyeri pankreas
Nyeri pankreas
Dada
Dada depan
depan kanan
kanan bawah
bawah Dada
Dada depan
depan kiri
kiri bawah
bawah
Nyeri
Nyeri kantong
kantong empedu
empedu
Daerah
Daerah perut
perut atas
atas Nyeri
Nyeri saraf
saraf interkostae
interkostae
Pembengkakan
Pembengkakan hatihati
Nyeri
Nyeri jantung
jantung iskemik
iskemik Emboli
Emboli paruparu
Abses
Abses subdiafragma
subdiafragma
Nyeri
Nyeri perikardium
perikardium Miositis
Miositis
Pneumonia/pleurisy
Pneumonia/pleurisy
Nyeri
Nyeri esofagus
esofagus Pneumonia/Pleurisy
Pneumonia/Pleurisy
Tukak
Tukak lambung
lambung atau
atau duodenum
duodenum
Nyeri
Nyeri lambung/duodenum
lambung/duodenum Infark
Infark limpa
limpa
Emboli
Emboli paru
paru
Nyeri pankreas
Nyeri pankreas Sindroma
Sindroma fleksura
fleksura limpa
limpa
Akut
Akut miositis
miositis
Nyeri
Nyeri kantong
kantong empedu
empedu Abses subdiafragma
Abses subdiafragma
Cedera
Cedera lainnya
lainnya
Pembengkakan
Pembengkakan hati hati Sindroma
Sindroma Pericardial
Pericardial catch
catch
Pleurisy
Pleurisy diafragma
diafragma Cedera lainnya
Cedera lainnya
Pneumonia
Pneumonia
Braunwald E : Clinical recognition of acute coronary syndromes. In Theroux P. Acute coronary syndrome: a companion to
Braunwald’s Heart Diseases, 2nd ed. Philadelphia, Elsevier Saunders, 2011, pp 99.
Emboli
Emboli paru
paru
Non
Non Kardiak
Kardiak Pneumothorax
Pneumothorax
Gangguan
Gangguan pencernaan
pencernaan
Nyeri
Nyeri dada
dada Spasme
Spasme koroner
koroner
Penyakit
Penyakit aorta
aorta
Obstructive
Obstructive CAD
CAD
Kardiak
Kardiak Myo/pericardium
Myo/pericardium
APS
APS
Penyakit SKA
SKA
Penyakit koroner
koroner
ANGINA
• Sakit dada (sakit, nyeri, rasa tertimpa beban, rasa
terbakar) di belakang tulang dada
• Dipicu oleh aktivitas atau stres emosional
menghilang dengan istirahat atau nitrat
• Dapat menjalar ke punggung, bahu, rahang atau
lengan.
• Disertai rasa lemah, keringat dingin, rasa cemas dan
bahkan bisa pingsan.
Penilaian Terhadap Nyeri Dada
Lokasi
ANGINA
Provocation / pencetus
VS
Quality / kualitas nyeri ATYPICAL CHEST PAIN
Radiation / penjalaran
Severity / skala nyeri ANGINA STABIL
VS
Time / durasi nyeri ANGINA TIDAK STABIL
(SKA)
Presentasi Klinis :
Presentasi Atipikal pada SKA
• Terkadang gejala angina tidak begitu jelas,
namun pasien mengeluhkan nyeri ulu hati,
kembung, nyeri dada seperti ditusuk-tusuk,
ataupun sesak nafas
• Keluhan atipikal lebih sering dijumpai pada
orang tua (usia >75 tahun), wanita, pasien
diabetes, Chronic Kidney Disease (CKD), atau
demensia
Consequences of Coronary Thrombosis
Coronary Thrombus
Transien Prolong
ST depression &/ Ischemia ischemia
No ECG changes T inversion
ST Elevasi
Serum Biomarkers (Q waves later)
Naik H, Sabatine M, Lilly S. Acute Coronary Syndrome. In: Pathophysiology of Heart Disease. 4 th ed. 2007
Perubahan ECG
Nilai ambang diagnostik elevasi segmen-ST
Sadapan Jenis kelamin & usia Nilai ambang elevasi ST
V1-V3 Laki-laki ≥ 40 tahun ≥ 0.2 mV
Laki-laki < 40 tahun ≥ 0.25 mV
Perempuan usia berapapun ≥ 0.15 mV
V3R dan V4R Laki-laki & perempuan ≥ 0.05 mV
Laki-laki < 30 tahun ≥ 0.1 mV
V7-V9 Laki-laki & perempuan ≥ 0.05 mV
NEJM 2003(APR);328:981-8.
Acute Right Ventricular Wall MI
Right Sided Leads
Enzim Jantung Sebagai Penanda
IMA
• Creatine Kinase-Myocardial band (CK-MB)
• Troponin I dan Troponin T
• Creatine Kinase (CK)
• Aspartate amino transferase (AST)
• Lactate dehydrogenase (LDH)
• Myoglobin
Cardiac troponin
• Penanda kerusakan/nekrosis otot jantung
• Troponin lebih spesifik daripada CKMB
• Troponin mulai meningkat jam ke-4 pasca onset
dan bertahan sampai 2 minggu di dalam darah
• High sensitive troponin sudah mulai banyak
digunakan, yang mampu mendeteksi kadar
sangat rendah sehingga dapat mendiagnosis
IMA lebih awal
Contoh perlepasan penanda jantung pada pasien NSTE-ACS
(ESC 2007)
Penyebab lain peningkatan troponin selain SKA
PENYEBAB KARDIAK NON KARDIAK
• Kontusio Emboli paru
• Operasi kardiak Hipertensi pulmonal
• Kardioversi Gagal ginjal
• Biopsi endomyocardial Stroke
• Gagal jantung Penyakit infiltratif
• Diseksi aorta Obat kardiotoksik
• Kardiomiopati hipertrofi Penyakit kritis
• Takiaritmia Sepsis
• Bradiaritmia Luka bakar
• Apical ballooning syndrome
• Post PCI
• Myocarditis
Observasi 12 jam
sejak angina
Presentasi klinis
Diagnosis banding Diagnosis banding
disingkirkan
Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang 10-30 menit, bagi IIa C
pasien yang tidak responsif dengan terapi 3 dosis NTG
sublingual
Kriteria risiko untuk menentukan strategi invasif
pada IMA-NEST
Risiko sangat tinggi
• Instabilitas hemodinamik atau syok kardiogenik
• Nyeri dada rekuren atau sedang berlangsung
• Aritmia atau henti jantung yang mengancam jiwa
• Komplikasi mekasis IM
• Gagal jantung akut
• Perubahan gelombang ST-T yang dinamis rekuren, terutama dengan elevasi ST intermiten
Risiko tinggi
• Peningkatan atau penurunan troponin
• Perubahan gelombang ST atau T yang dinamis (simtomatis atau asimtomatis)
• Skor GRACE > 140
Risiko intermediet
• DM Insufisiensi ginjal (eGFR < 60 mL/menit/1.73 m 2)
• LVEF < 40% atau gagal jantung kongestif
• Angina pasca infark dini
• IKP atau BPAK
• Skor risiko GRACE >109 dan < 140
Risiko rendah
• Karakteristik lain yang tidak disebutkan di atas
Rekomendasi waktu melakukan strategi invasif
Risiko Strategi Invasif Kelas level
Risiko sangat tinggi Strategi invasif segera (< 2 jam) I C
Risiko tinggi Strategi invasif dini (<24 jam) I A
Risiko intermediate Strategi invasif (≤ 72 jam) I A
Risiko rendah Tes stress non-invasif I A
Pemilihan strategi terapi dan waktu berdasarkan
stratifikasi risiko pada IMA-NEST
Awitan gejala
Tinggi Tinggi
intermediat intermediat
Rendah
Terapetik
Langkah 2: Tentukan pilihan yang lebih baik, fibrinolysis atau strategi invasif
Bila sudah diputuskan fibrinolysis, harus segera diberikan di IGD untuk meminimalisir keterlambatan reperfusi
STEMI Treatment (2):
Medical management of patients treated with primary PCI 2.3
P.35
OxygenwhenSpO2<90%
STEMI Aspirin Prasugrel or ticagrelor loading i.v.Beta-blocker
diagnosis Loading (clopidogrel asalternative)
i.v.Opioids/tranquilizer
Highdosestatin
Hospital (e.g. atorvastatin 80 mgor rosuvastatin 40mg)
Admission
Oralβ-blocker
ACEinhibitor
Highdosestatin
Hospital Coronaryangiography±PCI (e.g. atorvastatin 80 mgor rosuvastatin 40mg)
Admission (2-24h)
Oralβ-blocker
ACEinhibitor
*Untuk penilaian risiko iskemik dan perdarahan dianjurkan menggunakan skor DAPT
Catatan : pada kondisi dimana ticagrelol tidak dapat diberikan selama 1 tahun, maka
dapat diganti dengan clopidogrel setelah pemberian ticagrelor > 1 bulan (IIb-B).
Penggantian ticagrelor ke clopidogrel dimulai dengan loading dose terlebih dahulu, 24
jam setelah pemberian obat terakhir.
Rekomendasi terapi jangka panjang dan
pencegahan sekunder IMA-NEST (lanjutan)
Rekomendasi Kelas Level
Statin intensitas tinggi diberikan sesegera mungkin dan diberikan I A
dalam jangka panjang, kecuali ada kontraindikasi
Pada pasien dengan LDL > 70 mg/dL meskipun telah diberikan dosis IIa B
statin maksimal yang dapat ditoleransi, harus dipertimbangkan untuk
menambahkan pemberian golongan non-statin (ezetimibe)
Penyekat beta disarankan untuk pasien dengan penurunan fungsi I A
sistolik ventrikel kiri (LVEF ≤ 40%)
a. Penghambat ACE diberikan dalam 24 jam pada semua pasien I B
dengan LVEF 40% dan yang menderita gagal jantung, diabetes,
hipertensi, atau PGK, kecuali dikontraindikasikan
b. Penghambat ACE juga disarankan untuk pasien lainnya untuk I B
mencegah berulangnya kejadian iskemik, dengan memilih agen
dan dosis yang telah terbukti efikasinya
Rekomendasi terapi jangka panjang dan
pencegahan sekunder IMA-NEST (lanjutan)
Rekomendasi Kelas Level
ARB dapat diberikan pada pasien dengan intoleransi penghambat ACE, I B
dengan memilih agen dan dosis yang telah terbukti efikasinya
Antagonis aldosteron disarankan pada pasien setelah MI yang sudah I A
mendapatkan penghambat ACE dan penyekat beta dengan LVEF ≤35%
dengan diabetes atau gagal jantung, apabila tidak ada disfungsi ginjal yang
bermakna (kreatinin serum > 2.5 mg/dL pada pria dan > 2 mg/dL pada
wanita) atau hiperkalemia
Rekomendasi umum :
a. Kombinasi PPI dengan DAPT direkomendasikan pada pasien dengan I B
risiko perdarahan saluran cerna lebih tinggi (diantarannya riwayat
ulkus/perdarahan saluran cerna, terapi antikoagulan, pemakaian
OAINS/kortikosteroid, atau 2 dari kondisi beriku : usia ≥ 65 tahun,
dispepsia, GERD, infeksi H. Pylori, pemakaian alkohol kronis)
b. Pada prosedur bedah non-kardiak yang tidak dapat ditunda atau pada IIb B
komplikasi perdarahan, penghentian pemberian penghambat P2Y 12
dapat dipertimbangkan minimal 1 bulan (setelah IKP dengan BMS) dan
3 bulan (setelah IKP dengan DES generasi baru)
Rekomendasi terapi jangka panjang dan
pencegahan sekunder IMA-NEST (lanjutan)
Rekomendasi Kelas Level
Durasi DAPT pada pasien dengan antikoagulan oral
a. Pada pasien dengan indikasi antikoagulan oral (fibrilasi atrium I C
dengan skor CHA2DS2-VASc ≥ 2, baru mengalami
tromboembolisme venosa, trombus ventrikel kiri atau prostese
katup mekanik), direkomendasikan antikoagulan oral sebagai
tambahan terhadapat terapi antiplatelet
b. Triple therapy dengan aspirin, clopidogrel, dan antikoagulan oral IIa B
selama > 1 bulan sampai 6 bulan harus dipertimbangkan pada
pasien dengan risiko tinggi iskemik karena SKA atau karakteristik
anataomis/prosedural lainnya yang melebihi risiko perdarahan
Rekomendasi Syok Kardiogenik
Rekomendasi Kelas Level
IKP segera diindikasikan untuk pasien dengan syok kardiogenik. I B
Jika anatomi koroner tidak sesuai untuk dilakukan IKP, atau jika
IKP gagal, direkomendasi bedah pintas arteri coroner (BPAK)
secepatnya
Ticagrelor Loading dose 180 mg per oral, diikuti dosis rumatan 90 mg, 2x/hari
Abciximab* Bolus 0.25 mg/kg i.v dan infus 0.125 µg/kg /menit (maks 10 µg/menit) selama 12 jam
Eptifibatide Bolus ganda 180 µg/kg i.v (diberikan dengan interval 10 menit) diikuti infus 2
µg/kg /menit selama 18 jam
Tirofiban* 25 µg/kg i.v selama 3 menit, diikuti infus rumatan 0.15 µg/kg/menit, selama 18 jam
Dosis ko-terapi antiplatelet dan antikoagulan pada
pasien yang menjalani IKP primer atau belum
menjalani reperfusi (diadaptasi dari Ibanez et al.,2017)
Aspirin Loading dose 150-300mg per oral, diikuti dosis rumatan 75-100mg/hari
Clopidogrel Loading dose 300 mg per oral, diikuti dosis rumatan 75 mg/hari
Terapi Antikoagulan Parenteral
UFH Bolus 60 IU/kg i.v dengan dosis maks. 4000 IU, diikuti infus 12 IU/kg i.v dengan
dosis maks. 1000 IU/jam, selama 24-48 jam. Target Aptt: 50-70 detik atau 1.5-
2 kali kontrol, harus dimonitor pada 3,6,12, dan 24 jam
Enoxaparin Pada pasien <75 tahun : bolus 30 mg i.v diikuti 15 menit kemudian dengan 1
mg/kg subkutan setiap 12 jam sampai revaskularisasi atau dipulangkan dari
RS maksimal selama 8 hari. Dua hari dosis subkutan pertama hendaknya tidak
melebihi 100 mg per injeksi.
Pasien dengan GFR <30 ml/menit/1.73m2, tanpa memandang usia, dosis
subkutan diberikan 1x/24 jam
Fondaparinux Bolus 1.5 mg i.v , diikuti infus 2.5 mg subcutan 1x/hari sampai pasien
dipulangkan
Rekomendasi Terapi Fibrinolitik
Rekomendasi Kelas Level
Terapi Fibrinolitik direkomendasikan diberikan dalam 12 jam I A
sejak awitan gejala pada pasien-pasien tanpa kontraindikasi,
apabila IKP primer tidak bisa dilakukan oleh tim yang
berpengalaman dalam waktu 120 menit sejak kontak medis
pertama
Pada pasien yang datang segera <2 jam sejak awitan gejala IIa B
dengan infark yang besar dan risiko perdarahan perdarahan
rendah, fibrinolitik perlu dipertimbangkan bila waktu antara
KMP dengan inflasi balon lebih dari 90 menit
Jika strategi reperfusi adalah fibrinolitik, direkomendasikan I A
untuk memulai terapi di rumah sakit sesegera mungkin*setelah
diagnosis
*waktu dari diagnosis IMA-EST sampai fibrinolitik < 30 menit
Direkomendasikan golongan fibrin spesifik (misal tenecteplase, I B
alteplase, atau reteplase)
Separuh dosis tenecteplase hendaknya dipertimbangkan pada IIa B
pasien usia ≥75 tahun
Dosis Fibrinolitik dan ko-terapi antitrombotik
(diadaptasi dari Ibanez et al.,2017)