SlideShare a Scribd company logo
VULNUS LACERATUM
1. Pengertian.
Vulnus laceratum adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan sehingga terjadi
pemisahan jaringan yang semula normal, luka robek terjadi akibat kekerasan yang hebat
sehingga memutuskan jaringan.
Secara umum luka dapar dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Simple, bila hanya melibatkan kulit.
2) Kompukatum, bila melibatkan kulit dan jaringan dibawahnya.
Trauma arteri umumnya dapat disebabkan oleh trauma benda tajam ( 50 % ) misalnya karena
tembakan, luka-luka tusuk, trauma kecelakaan kerja atau kecelakaan lalu lintas, trauma arteri
dibedakan berdasarkan beratnya cidera :
1) Derajat I adalah robekan adviticia dan media, tanpa menembus dinding.
2) Derajat II adalah robekan varsial sehingga dinding arteri juga terluka dan biasanya
menimbulkan pendarahan yang hebat.
3) Derajat III adalah pembuluh darah putus total, gambaran klinis menunjukan pendarahan
yang tidak besar, arteri akan mengalami vasokontriksi dan retraksi sehingga masuk ke
jaringan karen elastisitasnya.
2. Etiologi.
Luka dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu:
1) Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terbentur dan terjepit.
2) Trauma elektris dan penyebab cidera karena listrik dan petir.
3) Trauma termis, disebabkan oleh panas dan dingin.
4) Truma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa serta zat iritif dan
berbagai korosif lainnya.
3. Patofisiologi.
Jenis-jenis luka dapat dibedakan dua bagian, yaitu luka tertutup dan luka terbuka, luka
terbuka yaitu dimana terjadi hubungan dengan dunia luar, misalnya : luka lecet ( vulnus
excoratiol ), luka sayat ( vulnus invissum ), luka robek ( vulnus laceratum ), luka potong (
vulnus caesum ), luka tusuk ( vulnus iktum ), luka tembak ( vulnus aclepetorum), luka gigit (
vulnus mossum ), luka tembus ( vulnus penetrosum ), sedangkan luka tertutup yaitu luka
tidak terjadi hubungan dengan dunia luar, misalnya luka memar.
4. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda umum adalah syok dan syndroma remuk (cris syndroma), dan tanda-tanda lokal
adalah biasanya terjadi nyeri dan pendarahan. Syok sering terjadi akibat kegagalan sirkulasi
perifer ditandai dengan tekanan darah menurun hingga tidak teraba, keringat dingin dan
lemah, kesadaran menurun hingga tidak sadar.
Syok dapat terjadi akibat adanya daerah yang hancur misalnya otot-otot pada daerah yang
luka, sehingga hemoglobin turut hancur dan menumpuk di ginjal yang mengakibatkan
kelainan yang disebut “lower Nepron / Neprosis”, tandanya urine berwarna merah, disuria
hingga anuria dan ureum darah meningkat.
5. Pemeriksaan Diagnostik.
Pemeriksaan diagnostik yang dinilai adalah pemeriksaan Hb, Ht, dan leukosit, pada
pendarahan Hb dan Ht akan menurun disertai leukositosis, sel darah merah yang banyak
dalam sedimen urine menunjukan adanya trauma pada saluran kencing, jika kadar amilase
100 unit dalam 100 mll, cairan intra abdomen, memungkinkan trauma pada pankreas besar
sekali.
6. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1) Nyeri B. D adanya luka.
1. Kaji tingkat dan intensitas nyeri serta durasi nyeri.
2. Alihkan persepsi px terhadap rasa nyeri.
3. Monitor TTV.
4. Anjurkan tehnik relaksasi seperti menarik nafas dalam.
2) Gangguan pola tidur B. D nyeri.
1. Kaji tingkat dan intensitas nyeri serta durasi nyeri.
2. Monitor TTV.
3. Atur posisi px senyaman mungkin.
3) Keterbatasan aktifitas B. D kelemahan otot.
1. Monitor TTV.
2. Bantu px untuk melakukan aktifitas.
3. Anjurkan px untuk melakukan latihan ROM.
4. Libatkan keluarga px dalam pemenuhan aktifitas.
PENGKAJIAN
1. Identitas Klien.
a) Identitas.
Nama : WA ONDOLI
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Banggai
Status : Sudah kawin.
Agama : Islam.
Suku Bangsa : Muna / Indonesia.
Dx Medis : Vulnus Laceratum.
b) Identitas Penanggung Jawab.
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Hubungan dengan klien : Anak.
2. Riwayat Penyakit.
a) Keluhan Utama.
Pada kaki kiri dekat ( parak mata batis ), luka robek akibat diseruduk sapi dan masih ada
nyeri pada kaki kiri tungkai bawah yang dirasakan apabila ditekan, px juga mengatakan
daerah luka bengkak dan terdapat nanah pada luka tersebut.
b) Riwayat Penyakit Sekarang.
Px mengatakan luka robek pada kaki kiri akibat diseruduk sapi, pada saat ia mau
mengeluarkan sapi dari kandangnya pada waktu pagi hari sekitar pukul 08.00, dan tiba-tiba
sapi yang dipeliharanya langsung menyeruduk kaki kirinya hingga px ( Tepelanting ), px
jatuh bangun dengan kaki yang berlumuran darah dan langsung dibawa ke RSUD Ulin
Banjarmasin pada pukul 09.10 wita.
c) Riwayat Penyakit Dahulu.
Sebelumnya px tidak pernah masuk Rumah Sakit dengan apa yang diderita sekarang dan juga
px tidak pernah menderita penyakit yang lain, dan kalaupun px sakit ia hanya berobat ke
Puskesmas.
d) Riwayat Penyakit Keluarga.
Px mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada menderita penyakit seperti darah tinggi,
jantung koroner dll, yang sifatnya menurun.
3. Pemeriksaan Fisik.
a) Keadaan Umum. ( 10 Mei 2004. Pukul 11.30 )
Kesadaran px Compos Mentis dengan nilai GCS 15.
TTV : TD : 120/80 mmHg.
N : 82 x/m.
R : 24 x/m.
S : 36,8 ‘C.
b) Kulit.
Kebersihan cukup bersih, warna kulit coklat, tidak ada lesi, tekstur kulit kering, dan kulit
sedikit kendur dan berkeriput.
c) Kepala dan Leher.
Struktur dan bentuk simetris, tidak ada nyeri, tidak ada trauma kepala dan keterbatasan
gerak, tidak ada kesulitan menelan dan pembesaran kelenjar tyroid
d) Penglihatan dan Mata.
Struktur dan bentuk simetris, kebersihan cukup baik, kornea jernih, konjunctiva anemis,
pergerakan mata baik, tidak ada kelainan dan alat bantu penglihatan.
e) Penciuman dan Hidung.
Struktur dan bentuk simetris, kebersihan baik, tidak ada pendarahan dan peradangan, tidak
ada pergerakan cuping hidung.
f) Pendengaran dan Telinga.
Struktur simetris, kebersihan baik tidak ada pengerasan serumen, tidak ada nyeri, tidak ada
peradangan dan pendarahan, menggunakan alat bantu pendengaran
g) Gigi dan Mulut.
Kebersihan baik, mukosa bibir berwarna kemerahan, tidak ada stomatitis, tidak ada
peradangan dan pendarahan, dan fungsi mengunyah cukup baik.
h) Dada, Pernafasan dan Sirkulasi.
Struktur simetris, pergerakan dada kanan dan kiri simetris, tidak ada nyeri dan sesak nafas,
tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak ada batuk, sputum dan dahak, tidak ada bunyi jantung
tambahan.
i) Abdomen.
Struktur simetris, tidak ada asites dan nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa.
j) Genetalia dan Reproduksi.
Tidak ada nyeri pada saat BAB dan BAK.
k) Ekstrimitas Atas dan Bawah.
Struktur simetris, tidak ada kelainan bentuk, tampak adanya keterbatasan gerak pada
ekstrimitas kiri bawah, dan tidak menggunakan alat bantu pergerakan.
Skala kekuatan otot:
4. Kebutuhan Fisik, Psikososial, dan Spiritual.
a) Aktifitas dan Istirahat.
Di Rumah :
· Px memelihara sapi sebagai pekerjaan sehari-hari, tidur siang + 2 jam, tidur malam
biasanya mulai pukul 21.00 – 05.00 wita. Px tidak menggunakan obat, dan tidak ada kesulitan
menjelang tidur.
Di Rumah Sakit :
· Px berbaring ditempat tidur, duduk dan berdiri, beraktifitas yang ringan saja, tidur siang 1 –
2 jam, dan tidur malam mulai pukul 21.00 – 05.00 dan tidak ada kesulitan menjelang tidur.
b) Personal Hygent.
Di Rumah :
· Mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, potong kuku jika dirasa panjang, keramas 2x dalam
seminggu, ganti baju 2x sehari bahkan lebih jika dirasa kotor.
Di Rumah Sakit :
· Px hanya diseka oleh keluarganya, gosok gigi tidak dilakukan tapi px sering berkumur-
kumur, potong kuku tidak dilakukan, keramas tidak dilakukan, ganti baju + 2 hari sekali.
c) Nutrisi.
Di Rumah :
· Makan 3x sehari, dengan makanan : nasi + lauk pauk + sayur, minum 4 – 5 gelas sehari,
tidak ada makanan pantangan dan gangguan.
Di Rumah Sakit :
· Makan 3x sehari, dengan diit NB TKTP,minum 4 – 5 gelas sehari.
d) Eliminasi.
Di Rumah :
· BAB tidak menentu 1 – 2 x sehari dengan warna kuning kecoklatan, konsistensi padat dan
tidak ada nyeri, BAK 2 – 3 x sehari dengan warna kuning seperti air teh, bau pesing, dan
tidak ada nyeri.
Di Rumah Sakit :
· BAB 1x sehari biasanya pada pagi hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi padat dan
tidak ada nyeri. BAK 3 – 4 x sehari dengan warna kuning, bau pesing dan tidak ada nyeri.
e) Sexual.
Px sudah kawin dan memiliki 7 orang anak yang terdiri dari: 3 orang laki-laki dan 4 orang
perempuan.
f) Psikososial.
Hubungan px dengan keluarga, perawat, tim medis lain maupun dengan keluarga cukup baik.
g) Spiritual.
Selama di rumah sakit tidak melaksanakan shalat, px percaya bahwa ini merupakan kehendak
tuhan yang ada maksudnya. Px juga selalu berdoa untuk kesembuhannya.
5. Pemeriksaan Diagnostik dan Pengobatan.
a) Laboratorium. ( Tanggal 10 Mei 2004 )
· HB : 10,0 ( L: 14 – 18 g%, P: 12 – 16 g% )
· Leukosit : 10.800 ( 5000 – 10.000 /mm3 )
· Massa Pendarahan : 2’17” ( 1 – 3 menit )
· Massa Pembekuan : 5’30” ( 2 – 6 menit )
· Gula Darah Puasa : 84 ( 70 – 110 mg/dl )
· Ureum : 27 ( 10 – 50 mg/dl )
· Kreatinin : 0,8 ( L: 0,6 – 1,1 P: 0,5 – 0,9 mg/dl )
· SGOT : 42 ( L: up to 25 U/I, suhu 30 ‘C
P: up to 21 U/I, suhu 30’C ).
· SGPT : 49 ( L: up to 29 U/I, suhu 30 ‘C
P: up to 22 U/I, suhu 30’C ).
b) Pengobatan.
a. Infus RL 20 tts/m. ( sebagai elektrolit )
b. Standacilin 3x500 mg. ( sebagai anti bioti )
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DO :
a. Ada nyeri tekan pada daerah
luka.
b. Daerah luka tampak bengkak.
c. TTV: TD : 120/80 mmHg.
N : 82 x/m.
R : 24 x/m.
S : 36,8 ‘C.
DS :
· Px mengatakan ada rasa nyeri pada
daerah luka jika didresing.
Ganggua rasa nyaman:
nyeri.
Adanya luka.
2.
DO :
·Px tampak tenang, aktifitas px
hanya di tempat tidur.
· Skala otot.
5 5
5 3
DS :
· Px mengatakan tidak dapat
melakukan aktifitas yang terlalu
berat karena adanya rasa nyeri pada
daerah luka.
Gangguan pola
aktifitas.
Adanya luka.
3. DO :
· Luka tampak bengkak, basah.
· Terdapat pus pada luka.
· Ada nyeri tekan pada daerah luka.
· Daerah luka tampak berwarna
kemerahan.
DS :
· Px mengeluh nyeri saat didresing.
Terjadi infeksi. Adanya luka.
PROSES KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Ganggua rasa nyaman:
nyeri B. D adanya luka.
DO :
· Ada nyeri tekan
pada daerah luka.
· Daerah luka tampak
bengkak.
· TTV:
TD: 120/80 mmHg
N : 82 x/m.
R : 24 x/m.
S : 36,8 ‘C.
DS :
· Px mengatakan ada
rasa nyeri pada daerah
luka jika didresing.
Rasa nyaman px
terpenuhi setelah 4
hari perawatan.
KE :
1) TTV normal :
TD: 120/80 mmHg
N : 60 – 84 x/m.
R : 16 – 24 x/m.
S : 36 – 37 ‘C.
2) Px tidak
mengeluh nyeri tekan.
3) Luka tidak
bengkak lagi.
1) Ukur TTV.
2) Kaji status
nyeri.
3) Atur posisi.
4) Ajarkan
tehnik relaksasi.
1) Untuk
mengetahui
perkemba ngan px.
2) Mengetahui
tingkat nyeri yang
dirasakan px
sehingga mudah
menentukan
intervensi.
3) Posisi yang
nyaman dapat
mengurangi rasa
nyeri.
4) Agar px
merasa tenang dan
mengurangi rasa
nyeri.
2. Gangguan pola aktifitas B.
D adanya luka.
DO :
· Px tampak tenang,
aktifitas px hanya di
tempat tidur.
Aktifitas px kembali
normal dalam 4 hari
perawatan.
KE :
1) Px dapat
melakukan aktifitas
sendiri tidak hanya
1) Kaji
penyebab
kelemahan
aktifitas.
2) Kaji tingkat
mobilisasi px.
1) Untuk
memudahkan
intervensi yang
tepat.
2) Mengetahui
tingkat pergerakan
px.
No
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
· Skala otot.
5 5
5 3
ditempat tidur.
2) Skala otot:
5 5
3) Bantu
px dalam
beraktifi tas.
3) Mempercepat
proses
penyembuhan
DS :
· Px
mengatakan
tidak dapat
melakukan
aktifitas yang
terlalu berat
karena adanya
rasa nyeri pada
daerah luka.
5 5
3) Rasa nyeri
hilang.
3. Terjadinya
infeksi B. D
adanya luka.
DO :
· Luka
tampak bengkak,
basah.
· Terdapat
pus pada luka.
· Ada nyeri
tekan pada
daerah luka.
· Daerah
luka tampak
berwarna
kemerahan.
DS :
· Px
mengeluh nyeri
saat didresing.
Infeksi tidak terjadi
dalam 4 hari
perawatan.
KE :
1) Luka tidak
bengkak, tidak
terdapat pus, tidak
ada kemerahan.
2) Tidak
mengeluh nyeri
saat didresing.
1) Bersihkan
luka setiap hari.
2) Beri
kompres
hangat.
3) Atur
posisi.
Kolaborasi :
1) Beri anti
biotik.
1) Mencegah
penyebaran infeksi.
2) Untuk
mengurangi
bengkak dan
mengatasi nyeri.
3) Posisi yang
nyaman dapat
mengurangi nyeri.
Kolaborasi :
1) Membunuh
kuman penyebab
infeksi.
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Tanggal 10 Mei 2004.
1) Mengukur TTV.
2) Mengkaji status nyeri. ( nyeri
sedang )
3) Mengatur posisi.
4) Mengajarkan tehnik relaksasi.
Tanggal 10 Mei 2004.
S :
· Px mengatakan lukanya masih nyeri,
pada saat didresing atau ditekan.
O :
· Px tampak meringis menahan nyeri
dengan skala 2 ( sedang )
A :
· Masalah belum teratasi.
P :
· Intervensi dilanjutkan.
S :
· Px mengatakan dapat melakukan
aktifitasnya sendiri.
O :
· Px tampak tenang.
A :
· Masalah teratasi.
P :
· Intervensi dihentikan.
S :
· Px mengeluh lukanya sakit saat
didresing.
O :
· Luka tampak masih basah, bengkak,
terdapat pus, berwarna kemerahan, dan ada
nyeri tekan.
A :
· Masalah belum teratasi.
P :
· Intervensi dilanjutkan.
2. 1) Mengkaji penyebab kelemahan
aktifitas.
2) Mengkaji tingkat mobilisasi px.
3) Membantu px dalam beraktifitas.
3. 1) Membersihkan luka setiap hari.
2) Memberi kompres hangat.
3) Mengatur posisi.
Kolaborasi :
1) Memberi anti biotik.
(Standacillin)

More Related Content

Makalah vulnus laceratum

  • 1. VULNUS LACERATUM 1. Pengertian. Vulnus laceratum adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan sehingga terjadi pemisahan jaringan yang semula normal, luka robek terjadi akibat kekerasan yang hebat sehingga memutuskan jaringan. Secara umum luka dapar dibagi menjadi 2 yaitu: 1) Simple, bila hanya melibatkan kulit. 2) Kompukatum, bila melibatkan kulit dan jaringan dibawahnya. Trauma arteri umumnya dapat disebabkan oleh trauma benda tajam ( 50 % ) misalnya karena tembakan, luka-luka tusuk, trauma kecelakaan kerja atau kecelakaan lalu lintas, trauma arteri dibedakan berdasarkan beratnya cidera : 1) Derajat I adalah robekan adviticia dan media, tanpa menembus dinding. 2) Derajat II adalah robekan varsial sehingga dinding arteri juga terluka dan biasanya menimbulkan pendarahan yang hebat. 3) Derajat III adalah pembuluh darah putus total, gambaran klinis menunjukan pendarahan yang tidak besar, arteri akan mengalami vasokontriksi dan retraksi sehingga masuk ke jaringan karen elastisitasnya. 2. Etiologi. Luka dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu: 1) Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terbentur dan terjepit. 2) Trauma elektris dan penyebab cidera karena listrik dan petir. 3) Trauma termis, disebabkan oleh panas dan dingin. 4) Truma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa serta zat iritif dan berbagai korosif lainnya. 3. Patofisiologi. Jenis-jenis luka dapat dibedakan dua bagian, yaitu luka tertutup dan luka terbuka, luka terbuka yaitu dimana terjadi hubungan dengan dunia luar, misalnya : luka lecet ( vulnus excoratiol ), luka sayat ( vulnus invissum ), luka robek ( vulnus laceratum ), luka potong ( vulnus caesum ), luka tusuk ( vulnus iktum ), luka tembak ( vulnus aclepetorum), luka gigit ( vulnus mossum ), luka tembus ( vulnus penetrosum ), sedangkan luka tertutup yaitu luka tidak terjadi hubungan dengan dunia luar, misalnya luka memar.
  • 2. 4. Tanda dan Gejala Tanda-tanda umum adalah syok dan syndroma remuk (cris syndroma), dan tanda-tanda lokal adalah biasanya terjadi nyeri dan pendarahan. Syok sering terjadi akibat kegagalan sirkulasi perifer ditandai dengan tekanan darah menurun hingga tidak teraba, keringat dingin dan lemah, kesadaran menurun hingga tidak sadar. Syok dapat terjadi akibat adanya daerah yang hancur misalnya otot-otot pada daerah yang luka, sehingga hemoglobin turut hancur dan menumpuk di ginjal yang mengakibatkan kelainan yang disebut “lower Nepron / Neprosis”, tandanya urine berwarna merah, disuria hingga anuria dan ureum darah meningkat. 5. Pemeriksaan Diagnostik. Pemeriksaan diagnostik yang dinilai adalah pemeriksaan Hb, Ht, dan leukosit, pada pendarahan Hb dan Ht akan menurun disertai leukositosis, sel darah merah yang banyak dalam sedimen urine menunjukan adanya trauma pada saluran kencing, jika kadar amilase 100 unit dalam 100 mll, cairan intra abdomen, memungkinkan trauma pada pankreas besar sekali. 6. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan 1) Nyeri B. D adanya luka. 1. Kaji tingkat dan intensitas nyeri serta durasi nyeri. 2. Alihkan persepsi px terhadap rasa nyeri. 3. Monitor TTV. 4. Anjurkan tehnik relaksasi seperti menarik nafas dalam. 2) Gangguan pola tidur B. D nyeri. 1. Kaji tingkat dan intensitas nyeri serta durasi nyeri. 2. Monitor TTV. 3. Atur posisi px senyaman mungkin. 3) Keterbatasan aktifitas B. D kelemahan otot. 1. Monitor TTV. 2. Bantu px untuk melakukan aktifitas. 3. Anjurkan px untuk melakukan latihan ROM. 4. Libatkan keluarga px dalam pemenuhan aktifitas.
  • 3. PENGKAJIAN 1. Identitas Klien. a) Identitas. Nama : WA ONDOLI Umur : 38 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Desa Banggai Status : Sudah kawin. Agama : Islam. Suku Bangsa : Muna / Indonesia. Dx Medis : Vulnus Laceratum. b) Identitas Penanggung Jawab. Nama : Umur : Jenis Kelamin : Pekerjaan : Hubungan dengan klien : Anak. 2. Riwayat Penyakit. a) Keluhan Utama. Pada kaki kiri dekat ( parak mata batis ), luka robek akibat diseruduk sapi dan masih ada nyeri pada kaki kiri tungkai bawah yang dirasakan apabila ditekan, px juga mengatakan daerah luka bengkak dan terdapat nanah pada luka tersebut. b) Riwayat Penyakit Sekarang. Px mengatakan luka robek pada kaki kiri akibat diseruduk sapi, pada saat ia mau mengeluarkan sapi dari kandangnya pada waktu pagi hari sekitar pukul 08.00, dan tiba-tiba sapi yang dipeliharanya langsung menyeruduk kaki kirinya hingga px ( Tepelanting ), px jatuh bangun dengan kaki yang berlumuran darah dan langsung dibawa ke RSUD Ulin Banjarmasin pada pukul 09.10 wita. c) Riwayat Penyakit Dahulu. Sebelumnya px tidak pernah masuk Rumah Sakit dengan apa yang diderita sekarang dan juga px tidak pernah menderita penyakit yang lain, dan kalaupun px sakit ia hanya berobat ke Puskesmas.
  • 4. d) Riwayat Penyakit Keluarga. Px mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada menderita penyakit seperti darah tinggi, jantung koroner dll, yang sifatnya menurun. 3. Pemeriksaan Fisik. a) Keadaan Umum. ( 10 Mei 2004. Pukul 11.30 ) Kesadaran px Compos Mentis dengan nilai GCS 15. TTV : TD : 120/80 mmHg. N : 82 x/m. R : 24 x/m. S : 36,8 ‘C. b) Kulit. Kebersihan cukup bersih, warna kulit coklat, tidak ada lesi, tekstur kulit kering, dan kulit sedikit kendur dan berkeriput. c) Kepala dan Leher. Struktur dan bentuk simetris, tidak ada nyeri, tidak ada trauma kepala dan keterbatasan gerak, tidak ada kesulitan menelan dan pembesaran kelenjar tyroid d) Penglihatan dan Mata. Struktur dan bentuk simetris, kebersihan cukup baik, kornea jernih, konjunctiva anemis, pergerakan mata baik, tidak ada kelainan dan alat bantu penglihatan. e) Penciuman dan Hidung. Struktur dan bentuk simetris, kebersihan baik, tidak ada pendarahan dan peradangan, tidak ada pergerakan cuping hidung. f) Pendengaran dan Telinga. Struktur simetris, kebersihan baik tidak ada pengerasan serumen, tidak ada nyeri, tidak ada peradangan dan pendarahan, menggunakan alat bantu pendengaran g) Gigi dan Mulut. Kebersihan baik, mukosa bibir berwarna kemerahan, tidak ada stomatitis, tidak ada peradangan dan pendarahan, dan fungsi mengunyah cukup baik. h) Dada, Pernafasan dan Sirkulasi. Struktur simetris, pergerakan dada kanan dan kiri simetris, tidak ada nyeri dan sesak nafas, tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak ada batuk, sputum dan dahak, tidak ada bunyi jantung tambahan. i) Abdomen. Struktur simetris, tidak ada asites dan nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa. j) Genetalia dan Reproduksi. Tidak ada nyeri pada saat BAB dan BAK.
  • 5. k) Ekstrimitas Atas dan Bawah. Struktur simetris, tidak ada kelainan bentuk, tampak adanya keterbatasan gerak pada ekstrimitas kiri bawah, dan tidak menggunakan alat bantu pergerakan. Skala kekuatan otot: 4. Kebutuhan Fisik, Psikososial, dan Spiritual. a) Aktifitas dan Istirahat. Di Rumah : · Px memelihara sapi sebagai pekerjaan sehari-hari, tidur siang + 2 jam, tidur malam biasanya mulai pukul 21.00 – 05.00 wita. Px tidak menggunakan obat, dan tidak ada kesulitan menjelang tidur. Di Rumah Sakit : · Px berbaring ditempat tidur, duduk dan berdiri, beraktifitas yang ringan saja, tidur siang 1 – 2 jam, dan tidur malam mulai pukul 21.00 – 05.00 dan tidak ada kesulitan menjelang tidur. b) Personal Hygent. Di Rumah : · Mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, potong kuku jika dirasa panjang, keramas 2x dalam seminggu, ganti baju 2x sehari bahkan lebih jika dirasa kotor. Di Rumah Sakit : · Px hanya diseka oleh keluarganya, gosok gigi tidak dilakukan tapi px sering berkumur- kumur, potong kuku tidak dilakukan, keramas tidak dilakukan, ganti baju + 2 hari sekali. c) Nutrisi. Di Rumah : · Makan 3x sehari, dengan makanan : nasi + lauk pauk + sayur, minum 4 – 5 gelas sehari, tidak ada makanan pantangan dan gangguan. Di Rumah Sakit : · Makan 3x sehari, dengan diit NB TKTP,minum 4 – 5 gelas sehari. d) Eliminasi. Di Rumah : · BAB tidak menentu 1 – 2 x sehari dengan warna kuning kecoklatan, konsistensi padat dan tidak ada nyeri, BAK 2 – 3 x sehari dengan warna kuning seperti air teh, bau pesing, dan tidak ada nyeri. Di Rumah Sakit : · BAB 1x sehari biasanya pada pagi hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi padat dan tidak ada nyeri. BAK 3 – 4 x sehari dengan warna kuning, bau pesing dan tidak ada nyeri. e) Sexual.
  • 6. Px sudah kawin dan memiliki 7 orang anak yang terdiri dari: 3 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. f) Psikososial. Hubungan px dengan keluarga, perawat, tim medis lain maupun dengan keluarga cukup baik. g) Spiritual. Selama di rumah sakit tidak melaksanakan shalat, px percaya bahwa ini merupakan kehendak tuhan yang ada maksudnya. Px juga selalu berdoa untuk kesembuhannya. 5. Pemeriksaan Diagnostik dan Pengobatan. a) Laboratorium. ( Tanggal 10 Mei 2004 ) · HB : 10,0 ( L: 14 – 18 g%, P: 12 – 16 g% ) · Leukosit : 10.800 ( 5000 – 10.000 /mm3 ) · Massa Pendarahan : 2’17” ( 1 – 3 menit ) · Massa Pembekuan : 5’30” ( 2 – 6 menit ) · Gula Darah Puasa : 84 ( 70 – 110 mg/dl ) · Ureum : 27 ( 10 – 50 mg/dl ) · Kreatinin : 0,8 ( L: 0,6 – 1,1 P: 0,5 – 0,9 mg/dl ) · SGOT : 42 ( L: up to 25 U/I, suhu 30 ‘C P: up to 21 U/I, suhu 30’C ). · SGPT : 49 ( L: up to 29 U/I, suhu 30 ‘C P: up to 22 U/I, suhu 30’C ). b) Pengobatan. a. Infus RL 20 tts/m. ( sebagai elektrolit ) b. Standacilin 3x500 mg. ( sebagai anti bioti )
  • 7. ANALISA DATA NO DATA MASALAH ETIOLOGI 1. DO : a. Ada nyeri tekan pada daerah luka. b. Daerah luka tampak bengkak. c. TTV: TD : 120/80 mmHg. N : 82 x/m. R : 24 x/m. S : 36,8 ‘C. DS : · Px mengatakan ada rasa nyeri pada daerah luka jika didresing. Ganggua rasa nyaman: nyeri. Adanya luka. 2. DO : ·Px tampak tenang, aktifitas px hanya di tempat tidur. · Skala otot. 5 5 5 3 DS : · Px mengatakan tidak dapat melakukan aktifitas yang terlalu berat karena adanya rasa nyeri pada daerah luka. Gangguan pola aktifitas. Adanya luka. 3. DO : · Luka tampak bengkak, basah. · Terdapat pus pada luka. · Ada nyeri tekan pada daerah luka. · Daerah luka tampak berwarna kemerahan. DS : · Px mengeluh nyeri saat didresing. Terjadi infeksi. Adanya luka.
  • 8. PROSES KEPERAWATAN No Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Intervensi Rasional 1. Ganggua rasa nyaman: nyeri B. D adanya luka. DO : · Ada nyeri tekan pada daerah luka. · Daerah luka tampak bengkak. · TTV: TD: 120/80 mmHg N : 82 x/m. R : 24 x/m. S : 36,8 ‘C. DS : · Px mengatakan ada rasa nyeri pada daerah luka jika didresing. Rasa nyaman px terpenuhi setelah 4 hari perawatan. KE : 1) TTV normal : TD: 120/80 mmHg N : 60 – 84 x/m. R : 16 – 24 x/m. S : 36 – 37 ‘C. 2) Px tidak mengeluh nyeri tekan. 3) Luka tidak bengkak lagi. 1) Ukur TTV. 2) Kaji status nyeri. 3) Atur posisi. 4) Ajarkan tehnik relaksasi. 1) Untuk mengetahui perkemba ngan px. 2) Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan px sehingga mudah menentukan intervensi. 3) Posisi yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri. 4) Agar px merasa tenang dan mengurangi rasa nyeri. 2. Gangguan pola aktifitas B. D adanya luka. DO : · Px tampak tenang, aktifitas px hanya di tempat tidur. Aktifitas px kembali normal dalam 4 hari perawatan. KE : 1) Px dapat melakukan aktifitas sendiri tidak hanya 1) Kaji penyebab kelemahan aktifitas. 2) Kaji tingkat mobilisasi px. 1) Untuk memudahkan intervensi yang tepat. 2) Mengetahui tingkat pergerakan px. No Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Intervensi Rasional · Skala otot. 5 5 5 3 ditempat tidur. 2) Skala otot: 5 5 3) Bantu px dalam beraktifi tas. 3) Mempercepat proses penyembuhan
  • 9. DS : · Px mengatakan tidak dapat melakukan aktifitas yang terlalu berat karena adanya rasa nyeri pada daerah luka. 5 5 3) Rasa nyeri hilang. 3. Terjadinya infeksi B. D adanya luka. DO : · Luka tampak bengkak, basah. · Terdapat pus pada luka. · Ada nyeri tekan pada daerah luka. · Daerah luka tampak berwarna kemerahan. DS : · Px mengeluh nyeri saat didresing. Infeksi tidak terjadi dalam 4 hari perawatan. KE : 1) Luka tidak bengkak, tidak terdapat pus, tidak ada kemerahan. 2) Tidak mengeluh nyeri saat didresing. 1) Bersihkan luka setiap hari. 2) Beri kompres hangat. 3) Atur posisi. Kolaborasi : 1) Beri anti biotik. 1) Mencegah penyebaran infeksi. 2) Untuk mengurangi bengkak dan mengatasi nyeri. 3) Posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri. Kolaborasi : 1) Membunuh kuman penyebab infeksi.
  • 10. NO IMPLEMENTASI EVALUASI 1. Tanggal 10 Mei 2004. 1) Mengukur TTV. 2) Mengkaji status nyeri. ( nyeri sedang ) 3) Mengatur posisi. 4) Mengajarkan tehnik relaksasi. Tanggal 10 Mei 2004. S : · Px mengatakan lukanya masih nyeri, pada saat didresing atau ditekan. O : · Px tampak meringis menahan nyeri dengan skala 2 ( sedang ) A : · Masalah belum teratasi. P : · Intervensi dilanjutkan. S : · Px mengatakan dapat melakukan aktifitasnya sendiri. O : · Px tampak tenang. A : · Masalah teratasi. P : · Intervensi dihentikan. S : · Px mengeluh lukanya sakit saat didresing. O : · Luka tampak masih basah, bengkak, terdapat pus, berwarna kemerahan, dan ada nyeri tekan. A : · Masalah belum teratasi. P : · Intervensi dilanjutkan. 2. 1) Mengkaji penyebab kelemahan aktifitas. 2) Mengkaji tingkat mobilisasi px. 3) Membantu px dalam beraktifitas. 3. 1) Membersihkan luka setiap hari. 2) Memberi kompres hangat. 3) Mengatur posisi. Kolaborasi : 1) Memberi anti biotik. (Standacillin)