Kekurangan energi protein (KEP) merupakan masalah gizi utama pada balita di Indonesia yang disebabkan oleh asupan makanan yang kurang. KEP dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kekebalan tubuh anak serta menurunkan tingkat kecerdasan. Penanganannya meliputi pemberian cairan dan makanan secara bertahap, mulai dari tahap stabilisasi hingga pembinaan, untuk memulihkan keadaan gizi anak. Pencegahannya
2. KEP merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia disebabkan karena defisiensi Macro Nutrient . Gizi Buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein (KEP) dalam makanan sehari-hari. Riskesda tahun 2007 bahwa Prevalensi Gizi Buruk mencapai 18,4%. PENDAHULUAN
4. PENGERTIAN Kekurangan energi protein (KEP) adalah : keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi Energi dan Protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG )
5. Lanjutan ….. Anak balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita KEP pada anak-anak dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, 2003).
7. PENYEBAB KEP Penyebab langsung dari KEP adalah kekurangan kalori protein. Sediaoetomo (1999): KEP disebabkan asupan makanan yang kurang dan penyakit / kelainan yang diderita anak, co:/ penyakit infeksi, malabsorbsi dll.
8. PENYEBAB KEP …… Penyebab tak langsung dari KEP sangat banyak multifaktorial. Disebabkan karena penyerapan protein terganggu, seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein seperti pada keadaan penyakit hati kronik, faktor ekonomi, faktor fasilitas perumahan dan sanitasi, faktor pendidikan dan pengetahuan, faktor fasilitas pelayanan kesehatan, faktor pertanian dan lain-lain.
9. TIGA (3) TIPE KURANG ENERGI PROTEIN Suatu bentuk Kurang Energi Protein Berat Sering dijumpai usia 0 – 2 tahun Etio : - asupan makanan yang kurang - infeksi - kelainan struktur bawaan - prematuritas - penyakit neonatus - kegagalan pemberian ASI - dll. Gambaran penderita : “ TULANG TERBALUT KULIT” 1. MARASMUS
10. TIGA (3) TIPE KURANG ENERGI PROTEIN Suatu gangguan gizi akibat kekurangan protein. Asal kata dari Afrika : kurang kasih sayang 2. KWASHIORKOR
11. TIGA (3) TIPE KURANG ENERGI PROTEIN Bentuk gabungan Marasmus dan Kwashiorkor. Gambaran marasmus dan kwashiorkor muncul secara bersamaan dan didominasi kekurangan protein yang parah 3. MARASMUS-KWASHIORKOR
12. MANIFESTASI KLINIK Pertumbuhan sangat lambat Lemak subkutan hampir tidak ada sehingga kulit anak keriput, wajah seperti orang tua Jaringan otot mengecil Edema (-), BB yang kurang Tanda lain : Muka bulat, rambut tipis, kulit pecah dan mengelupas. MARASMUS
13. MANIFESTASI KLINIK Edema (+) Pertumbuhan terlambat Cengeng, Apatis Berkurangnya Jaringan lemak sub kutan Perubahan rambut (tipis, lurus,jarang,mudah dicabut) Pigmentasi kulit Moon-face KWASHIORKOR
14. PATOFISIOLOGI Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : 1. Tubuh sendiri (host), 2. Agent (kuman Penyebab) 3. Environment (lingkungan)
15. PATOFISIOLOGI Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi yaitu kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar
16. PATOFISIOLOGI Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
17. DIAGNOSIS berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan antropometri (BB dan TB) dan dibandingkan dengan angka standar (anak yang normal). Puskesmas umumnya menggunakan BB/U.
19. DIAGNOSIS ..... Status gizi didasarkan pada asumsi risiko kesehatan sebagai berkut : Antara -2 SD sampai dengan + 2 SD tidak memiliki atau berisiko paling ringan Antara -2 SD sampai dengan -3 SD atau antara +2 SD sampai + 3 SD memiliki risiko cukup tinggi (Moderat) untuk menderita masalah kesehatan. Dibawah -3 SD atau diatas + 3 SD memiliki atau berisiko tinggi untuk menderita masalah kesehatan
20. Kematian meningkatnya angka kematian Jumlah sel otak, besar sel otak dan berat otak < anak normal Kemunduran mental dampak
22. PENATALAKSANAN DIET Tujuan Diet : Memberikan Makanan TETP secara bertahap sesuai dengan keadaan pasien untuk mencapai keadaan gizi optimal.
23. PEMBERIAN CAIRAN/MAKANAN TAHAPAN PEMBERIAN CAIRAN/MAKANAN : TAHAP STABILISASI / FASE INISIAL TAHAP TRANSISI/FASE PENYESUAIAN TAHAP REHABILITASI/FASE PENYEMBUHAN TAHAP PEMBINAAN/FASE PEMULIHAN
24. TAHAPAN STABILISASI (INITIAL) Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena. Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
25. TAHAPAN TRANSISI (PENYESUAIAN) Tujuan : memberi bentuk, jenis, dan cara pemberian makanan yg sesuai dg kemampuan digesti dan absorbsi penderita. Porsi kecil tapi sering ( 6-12x pemberian sehari) Umur < 1 tahun / BB < 7 kg : Cair- semi solid spt mkn bayi, ASI diteruskan bila masih ada dan diperlukan pada saat setelah makan atau mau tidur. Umur > 1 tahun / BB > 7 kg : Semi solid-solid berupa makanan anak 1 th bentuk cair kemudian lunak dan makanan padat, cairan 150-200 ml/kg BB/hari. Kalori yang diberikan 50- 100 kalori/kgBB/hr dengan protein 2 g/ kgBB/ hari Susu formula / rendah laktosa Bila tak minum susu formula diberi makanan yang yang tak mengandung protein susu sapi dan bebas laktosa ( preda = formula bubur- tempe)
26. TAHAP REHABILITASI Intake kalori 100- 175 kalori/kgBB/hari. Bentuk jenis dan cara pemberian disesuaikan dengan makin meningkatnya kemampuan digesti dan absorbsi. Jenis makanan diupayakan disesuaikan dengan apa yang mungkin dapat diberikan di rumah
27. TAHAPAN PEMBINAAN Bimbingan pada orang tua untuk memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan, dapat dimulai setiap tahap, dalam bentuk dan jenis makanan yang dapat disediakan oleh mereka dirumah Tujuan : ibu dapat merawat anak KEP dan menghindari berulangnya KEP Intake 100-120 kalori / kgBB/hari, protein 2-3 g/kgBB/hari
28. Lanjutan …. Anak dengan Gizi Buruk boleh dipulangkan bila terjadi kenaikan sampai kira-kira 90% BB normal menurut umurnya, bila nafsu makannya telah kembali dan penyakit infeksi telah teratasi. Penderita yang telah kembali nafsu makannya dibiasakan untuk mendapat makanan biasa seperti yang dimakan sehari-hari
29. PENCEGAHAN Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 bulan ke atas. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan. Pemberian imunisasi.
30. PENCEGAHAN …. Mengikuti program KB untuk mencegah kehamilan terlalu kerap. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan BB tiap bulan.