Oleh :
Wahyu Sekar Sari, Kantor Bahasa Lampung
Bahasa Indonesia memiliki pola-pola tertentu sebagai suatu aturan bahasa. Salah satu aturan yang berlaku yaitu aturan terkait pola pada peluluhan fonem. Pemahaman mengenai peluluhan fonem akan memberikan kemudahan untuk menentukan bentuk kata berimbuhan yang tepat. Di antara beberapa awalan yang dapat digunakan sebagai pembentuk kata dalam bahasa Indonesia, meng- dan peng- merupakan awalan yang paling banyak menimbulkan masalah. Dikatakan demikian karena awalan itu dapat mengalami perubahan bentuk jika digabungkan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem tertentu. Awalan meng-, misalnya, dapat berubah bentuknya menjadi me-, meny-, men-, mem-, dan menge-. Begitu pula dengan awalan peng-, dapat berubah bentuknya menjadi pe-, peny-, pen-, pem-, dan penge-.
Perubahan Awalan Meng- dan Peng-
Secara ringkas, perubahan awalan meng- dan peng- tersebut, baik disertai akhiran maupun tidak, dapat dirangkum dalam ketentuan sebagai berikut.
- Awalan meng- dan peng- berubah menjadi me- dan pe- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal fonem /r, l, m, n, w, y, ng, ny/.
- Awalan meng- dan peng- berubah menjadi mem- dan pem- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem /p, b, f, v/.
- Awalan meng- dan peng- berubah menjadi men- dan pen- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem /t, d, c, j, z, sy/.
- Awalan meng- dan peng- tetap menjadi meng- dan peng- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem /k, g, h, kh, dan vokal/.
- Awalan meng- dan peng- berubah menjadi menge- dan penge- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang hanya terdiri atas satu suku kata.
- Fonem /k, p, t, s/ pada awal kata dasar luluh jika mendapat awalan meng- dan peng-.
Secara khusus artikel ini akan membahas mengenai kaidah pada fonem /k, p, t, s/ yang pada kata dasar mengalami peluluhan jika dirangkaikan dengan imbuhan meng- dan peng- baik disertai akhiran atau pun tidak. Bandingkan contoh di bawah ini.
meng- + kupas → mengupas
meng- + potong → memotong
meN- + tatap → menatap
meng- + sontek → menyontek
Bentukan kata menyolok, mencontoh dan menyubit, dalam hal ini tidak tepat karena bentuk dasar kata-kata tersebut adalah colok, contoh, dan cubit, yang masing-masing berawal dengan fonem /c/. Dalam bahasa Indonesia, fonem /c/ pada awal kata dasar tidak luluh jika dirangkaikan dengan awalan meng-. Dengan demikian, bentuk kata-kata tersebut yang tepat adalah mencolok, mencontoh, dan mencubit. Berikut ini beberapa contoh lain penggunaan fonem /c/ tidak luluh.
meng- + cuci → mencuci
meng- …-i + cinta → mencintai
Gugus konsonan /pr/, /st/, /sk/, /tr/, /sp/, /kr/, dan /kl/ pada awal kata dasar juga tidak luluh jika dirangkaikan dengan awalan meng-. Beberapa contoh dapat diperhatikan di bawah ini.
meng- + produksi → memproduksi
meng-…-kan + stabil → menstabilkan
meng-…-kan + skema → menskemakan
meng- + tradisi → mentradisi
meng-…-i + sponsor → mensponsori
meng- + kritik → mengkritik
meng- + klasifikasi → mengklasifikasi
Fonem /k, /p/, /t/, dan /s/ pada gugus konsonan tersebut tidak luluh apabila mendapat imbuhan, baik meng- maupun peng-, kecuali fonem awal /p/ jika mendapat imbuhan peng-. Dalam hal ini, jika mendapat imbuhan meng-, fonem /p/ pada gugus konsonan /pr/ tidak luluh, tetapi jika mendapat imbuhan peng- fonem /p/ itu luluh. Misalnya:
meng- + proses → memproses
meng- + produksi → memproduksi
peng- + proses → pemroses
peng- + produksi → pemroduksi
Terdapat syarat ketentuan dalam peluluhan fonem, bahwa pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/, konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/.
Pengecualian dari Kaidah
Beberapa kata pengecualian muncul karena dianggap tidak mengikuti aturan yang sudah ada. Salah satu kata pengecualian yang baku yaitu kata mempunyai. Kata mempunyai sering diperdebatkan dengan kata memunyai. Jika dilakukan pengecekan melalui KBBI Daring Edisi V, dapat diketahui bahwa kata dasar dari mempunyai yaitu punya. Oleh karena itu, apabila mengikuti aturan yang sudah ada, seharusnya fonem /p/ pada kata dasar punya meluluh apabila mendapat awalan meng- menjadi memunyai. Namun, kata memunyai dari segi pengucapannya tidak mudah dan tidak lazim pada bunyi fonem kosakata bahasa Indonesia. Di sisi lain, muncul opini yang mengatakan bahwa kata mempunyai berasal dari kata dasar empunya. Namun kata empunya sudah lama hilang dari kosakata yang digunakan di masyarakat. Apabila kata dasar yang digunakan adalah empunya maka meng- diikuti oleh kata dasar empunya membentuk kata mengempunyai sebagaimana kata mengembik dari kata dasar embik dan pada kata mengerang dari kata dasar erang. Hal ini juga terjadi karena alomorf yang dipakai untuk kata dasar dengan fonem /e/ adalah meng-. Berkaitan dengan hal di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kata baku yang dipilih yaitu kata mempunyai karena pengucapannya lebih mudah dan lebih lazim pada bunyi fonem kosakata bahasa Indonesia.
Contoh pengecualian yang lainnya yaitu pada kata mengkaji. Berdasarkan KBBI Daring Edisi V, kata mengkaji berasal dari kata dasar kaji. Pada hukum fonem /k, p, t, s/, fonem /k/ pada kata kaji luluh apabila diberi awalan meng- sehingga kata yang terbentuk seharusnya adalah mengaji. Namun, kata mengaji sudah memiliki makna yang lain yaitu membaca atau mempelajari alquran. Terkait hal tersebut, maka fonem /k/ pada kata dasar kaji tidak luluh apabila diberi awalan meng- dan dibakukan menjadi kata mengkaji.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Mustakim. 2014. Bentuk dan Pilihan Kata. Jakarta: Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.