Casis Revisi Hanjar Gul Benc Pusdikif

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 61

1 PUSAT TERITORIAL ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN TERITORIAL

PENANGGULANGAN BENCANA BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. TNI sebagai bagian dari komponen bangsa sesuai dengan UU RI No. 34

tahun 2004 tentang TNI bertugas pokok melaksanakan operasi militer perang (OMP) serta operasi militer selain perang (OMSP), didalam tugas operasi militer selain perang salah satunya adalah membantu menanggulangi akibat bencana alam, dengan telah diundang-undangkannya tugas TNI maka dalam pelaksanaan tugasnya TNI telah memiliki landasan hukum yang kuat dan menyeluruh sesuai perkembangan maupun kebutuhan pelaksanaan tugas di wilayah tanggung jawab masing-masing. b. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,

hidrologis serta demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan faktor alam, non alam ulah tangan manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda serta dampak psycologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. c. Letak geografis Indonesia yang berada antara lempeng Euronesia dan

lempeng Euroasia menjadikan sebagian besar wilayah Indonesia rawan terhadap bencana alam, kondisi ini merupakan ancaman yang sulit diprediksi dengan perhitungan kapan, dimana, bencana apa yang terjadi, berapa kekuatan bahkan kita tidak dapat memperkirakan estimasi korban jiwa maupun harta benda. d. Kodim sebagai badan pelaksana Korem yang bersifat kewilayahan

menyelenggarakan Binter secara terus menerus guna mewujudkan sasaran Binter dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pembinaan teritorial, komando kewilayahan berfungsi membina aspek geografi, demografi dan kondisi sosial dimana bencana merupakan tantangan yang harus dihadapi, penanggulangan bencana tidak mungkin hanya melibatkan unsur pemerintah saja namun perlu

2 keterpaduan semua pihak dalam rangka memberikan rasa aman dan meningkatkan kembali kesejahteraan masyarakat, dengan demikian aparat kewilayahan memiliki peran penting sebelum, selama dan sesudah bencana itu terjadi. 2. Maksud dan Tujuan. a. Maksud. Naskah departemen ini dimaksudkan untuk memberikan

gambaran kepada Siswa tentang materi pelajaran Penanggulangan Bencana. b. Tujuan. Sebagai pedoman bagi Gadik dan Serdik dalam proses belajar

mengajar, sehingga memiliki kesamaan visi dan persepsi serta memahami tentang Penanggulangan Bencana. 3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Meliputi uraian tentang ketentuan umum

organisasi dan tugas kegiatan penanggulangan bencana alam sesuai UU No. 24 tahun 2007 dan Perpres No. 8 tahun 2008 dengan tata urut sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h. i. 4. Pendahuluan. Ketentuan Umum Organisasi Penanggulangan Bencana. Tugas. Tataran kewenangan. Administrasi dan Logistik. Komando dan Pengendalian. Evaluasi Akhir Pelajaran. Penutup.

Referensi. a. b. c. d. Undang-undang RI No. 34 tahun 2004 tentang TNI. Undang Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor : Perpres RI N0 8 tahun 2008 Peraturan Pemerintah No 21Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

tentang Badan Penanggulangan Bencana. Penanggulangan Bencana. e. f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Permen 46 tahun 2008. Bujuklak tentang penanggulangan Bencana Alam di darat

Perkasad/96/XI/2009.

3 5. Pengertian. a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian pcristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oieh faktor alam dan/atau faktor nonalam ulah tangan manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda serta dampak psikologis. b. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. c. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi. dan wabah penyakit. d. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror. e. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang

meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. f. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana. g. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna h. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan

sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. i. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik

melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

4 j. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang rneliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. k. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik memadai pada wilayah pascabencana

atau masyarakat sampai tingkat yang

dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.. l. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,

kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana. m. Ancaman Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa

menimbulkan bencana. n. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi

masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitas. o. Pencegahan Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengurangi atau menghilangkan resiko bencana baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun ketentuan pihak yang terancam bencana. p. Bantuan Darurat Bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat. q. Status Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan

oleh pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana. r. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa

keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.

5 BAB II KETENTUAN UMUM 6. Umum. Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard potency)

yang sangat tinggi, beberapa potensi tersebut antara lain adalah gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor, angin ribut, kebakaran hutan dan lahan. Terdapat 2 (dua) kelompok utama potensi bencana di wilayah Indonesia yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama (main hazard) dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi bencana banjir. Sedangkan peta potensi bencana ikutan (collateral hazard potency) dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan bangunan dan kepadatan industri berbahaya. 7. Potensi bencana. a Bencana banjir. Banjir baik yang berupa genangan atau banjir bandang

bersipat merusak, aliran arus air yang tidak terlalu dalam tetapi cepat dan bergolak (turbulent) dapat menghanyutkan manusia, hewan dan tumbuhan. Aliran air yang membawa material tanah yang halus akan mampu menyeret material berupa batuan yang lebih berat sehingga daya rusaknya akan semakin tinggi, banjir seperti ini akan mampu merusak pondasi bangunan yang dilewati, sedangkan saat surut material yang terbawa akan mengendap diwilayah tersebut sehingga mengakibatkan kerusakan pada tanaman, pemukiman, persawahan serta timbulnya wabah penyakit. b Bencana tanah longsor. Gerakan tanah atau tanah longsor yang mampu

merusak lingkungannya baik akibat gerakan tanah dibawahnya atau karena penimbunan akibat longsor tersebut, beberapa kejadian dan akibat yang ditimbulkan akibat longsor antara lain : 1) Gerakan tanah yang berjalan lambat menyebabkan

penggelembungan (tilting) sehingga bangunan diatasnya tidak dapat digunakan lagi, rekahan pada tanah menyebabkan pondasi bangunan terpisah dan menghancurkan utilitas lainnya didalam tanah.

6 2) Runtuhan lereng yang tiba-tiba dapat mengakibatkan terseretnya yang berada dilingkungan serta dapat mengakibatkan

pemukiman

tertimbunya lingkungan tersebut. 3) Runtuhan bebatuan (rock falls) yang berupa luncuran bebatuan dapat

menerjang bangunan atau pemukiman dibawahnya yang mengakibatkan tertimbunnya wilayah pemukiman akibat reruntuhan bebatuan tersebut. c. Bencana letusan gunung api. Berdasarkan waktu kejadiannya bahaya

letusan gunung api dibagi 2 (dua) bagian yaitu : 1) Bahaya Utama (primer). Sering juga disebut bahaya langsung, hal

ini terjadi ketika proses peletusan sedang berlangsung biasanya bahaya yang ditimbulkan berupa awan panas (proclasrk flow), lontaran batu (pijar), hujan abu tebal, teleran lava (lava flow) serta gas beracun yang dapat membahayakan jiwa manusia. 2) Bahaya Ikutan (sekunder). Adalah bahaya yang terjadi setelah

proses peletusan berlangsung akibat dari letusan gunung api akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran dibagian puncak dan lereng bagian atas, saat turun hujan sebagian besar material tersebut akan terbawa air hujan sehingga adonan lumpur dan bebatuan turun menuju daerah yang rendah. d. Bencana Gempa Bumi. Adalah getaran partikel batuan atau goncangan dan rekahan akibat naiknya runtuhnya fluida

pada kulit bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi secara tiba-tiba akibat aktivitas tektonik getaran tersebut (gempa bumi tektonik) menyebabkan (magma, gas uap dll) dari dalam bumi menuju kepermukaan, disekitar gunung api, kerusakan dan struktur lain bangunan yang menimbulkan keruntuhan, disamping itu pula dampak transfortasi,

yang ditimbulkan adalah kebakaran, kecelakaan industri dan banjir akibat runtuhnya bendungan dan tanggul. e segala BangunanBencana Tsunami.

Gelombang air laut yang membawa material baik

berupa

sisa-sisa bangunan, tumbuhan dan material lainnya menghempas sesuatu yang berdiri didatran pantai dengan kekuatan dahsyat. bangunan yang mempunyai dimensi lebar dinding sejajar dengan

garis pantai atau tegak lurus dengan arah datangnya gelombang akan mendapat

7 tekanan yang paling kuat sehingga akan mengalami kerusakan yang paling parah. Gelombang air ini juga akan menggerus pondasi dan menyeret berdiri lepas dipemukiman dataran pantai dan dibawa kelaut. f Bencana Kebakaran. Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kebakaran aktifitas apapun yang

alam berupa cuaca yang kering serta faktor manusia baik yang disengaja maupun tidak, sedangkan kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan korban jiwa dan harta benda dampak samping yang diakibatkan adalah asap yang dapat mempengaruhi kesehatan serta penerbangan. g Bencana Kekeringan. dari bencana Kekeringan akan berdampak bagi kesehatan langsung secara kekeringan ini seringkali

gangguan

manusia, tanaman serta hewan baik secara langsung maupun tidak dampak

gradual/lambat, sehingga apabila tidak dipantau secara terus menerus akan mengakibatkan bencana berupa hilangnya bahan pangan akibat tanaman pangan ternak mati, petani kehilangan mata pencaharian, sehingga berdampak urbanisasi. h Bencana Angin Siklon Tropis. Tekanan dan hisapan serta tenaga angin dapat

meniup selama beberapa jam dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan dan sarana umum kebanyakan angin topan disertai hujan deras yang menimbulkan bencana lain seperti tanah longsor dan banjir. i Bencana Wabah Penyakit. Wabah penyakit menular berdampak

kepada masyarakat yang sangat luas meliputi : 1) Jumlah Pesakitan. Bila wabah tidak dikendalikan akan

menyerang masyarakat dalam jumlah besar dan sangat dimungkinkan akan menyerang lintas daerah, negara dan benua. 2) Jumlah Kematian. Bila jumlah penderita tidak berhasil dikendalikan

maka jumlah kematian juga akan meningkat tajam. 3) Aspek Ekonomi. Berkembangnya wabah akan memberikan

dampak pada merosotnya roda perekonomian, turunnya 4) Aspek Politik. keresahan Bila wabah tidak kondisi bisa ini

wisatawan dll. dihentikan sangat akan

menimbulkan

masyarakat,

potensial

dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk menciptakan kondisi tidak stabil.

8 j Bencana Kegagalan Teknologi. Pada skala besar dapat mengancam

kestabilan ekologi secara global, ledakan instalasi dapat menyebabkan korban jiwa, luka-luka dan kerusakan infrastruktur, kebakaran, pencemaran udara, sumber air minum, tanaman, pertanian serta terganggunya kestabilan ekologi secara global. 8. Kriteria Bencana. a. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Nasional. 1) Bencana yang terjadi menyebabkan mekanisme sistem pemerintahan

di daerah tersebut, baik dalam kawasan satu provinsi atau lebih tidak berfungsi. 2) Infrastruktur di kawasan daerah yang terkena bencana mengalami

rusak berat dan tidak berfungsi. 3) Korban manusia baik yang meninggal maupun luka, serta kerusakan BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota tidak mampu

bangunan dan rumah tempat tinggal sangat banyak sehingga menyebabkan unsur-unsur mengatasi akibat bencana tersebut. 4) Hasil data korban dan kerusakan daerah yang sangat banyak,

selanjutnya Presiden menetapkan Bencana Nasional. b. Kriteria Bencana alam pada Skala Tingkat Provinsi. 1) Bencana alam yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya

mekanisme sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena bencana . 2) 3) Infrastruktur hanya sebagian kecil yang tidak berfungsi. Korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul, unsur-unsur

BPBD Provinsi masih mampu mengatasi. 4) Unsur-unsur BPBD Provinsi masih mampu mengatasi terhadap

korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul. c. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Kabupaten/Kota. 1) Bencana yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya mekanisme

sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena bencana.

9 2) 3) Infrastruktur yang ada di kawasan tersebut semua berfungsi. Unsur-unsur BPBD Kabupaten/Kota mampu mengatasi terhadap

timbulnya korban manusia maupun kerusakan daerah. 9. Korban Bencana. a. Manusia. Korban manusia akibat suatu bencana baik yang mengalami luka

ringan, luka berat dan meninggal dunia. b. Harta Benda. Korban harta benda akibat bencana dapat berupa hilangnya

atau rusaknya harta benda, tempat tinggal, hewan serta sarana dan prasarana umum lainnya. c. Lingkungan hidup. Kerusakan ataupun hilangnya sarana prasarana

lingkungan yang menyangkut kepentingan hidup masyarakat secara umum. 10. Hakekat Penanggulangan Bencana. a. Penanggulangan bencana merupakan salah satu wujud dari upaya untuk

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. b. Penanggulangan bencana adalah kewajiban bersama antara Pemerintah

dan masyarakat yang didasarkan pada partisipasi, dukungan dan prakarsa masyarakat serta Pemerintah Daerah. c. Penanggulangan bencana dititik beratkan pada tahap sebelum terjadinya

bencana yang meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan dan kesiapsiagaan untuk memperkecil, mengurangi dan memperlunak dampak yang ditimbulkan oleh bencana. d. Penanggulangan bencana adalah bagian dari kegiatan pembangunan yang

bertujuan untuk mengurangi penderitaan masyarakat dan meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat secara lahir batin. 11. Asas Penanggulangan Bencana. a. Kemanusiaan. Memberikan perlindungan dan penghormatan hak-hak

azasi manusia, harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.

10 b. Keadilan. Setiap materi muatan ketentuan dalam penanggulangan

bencana harus mecerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali. c. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan .

Penanggulangan bencana tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan latar belakang antara lain, agama, suku, golongan, gender atau status sosial. d. Keseimbangan, Keselarasan dan Keserasian . Dalam penanggulangan

bencana harus mencerminkan keseimbangan kehidupan sosial dan lingkungan, keselarasan tata kehidupan dan lingkungan serta mencerminkan keserasian lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat. e. Ketertiban dan kepastian hukum. Penanggulangan bencana harus dapat

menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum. f. Kebersamaan. Penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi tugas

dan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat yang dilakukan secara gotong royong. g. Kelestarian lingkungan hidup. Materi muatan ketentuan dalam

penanggulangan bencana mencerminkan kelestarian lingkungan untuk generasi sekarang dan untuk generasi yang akan datang demi untuk kepentingan bangsa dan negara. h. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi . Penanggulangan bencana harus

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal sehingga mempermudah dan mempercepat proses penanggulangan bencana baik pada tahap pencegahan, pada saat terjadi bencana maupun pada tahap pasca bencana. 12. Tujuan Penanggulangan Bencana. a. b. c. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,

terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh. d. Menghargai budaya lokal.

11 e. f. g. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan kedemawanan. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. 13. Prinsip-prinsip Penanggulangan Bencana. a. Cepat dan tepat. Dalam penanggulangan harus dilaksanakan secara

cepat dan tepat sesuai dengan tuntunan keadaan. b. Prioritas. Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus

mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan manusia. c. Koordinasikan dan keterpaduan. Penanggulangan bencana

didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Sedangkan keterpaduan adalah penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung. d. Berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan

berdaya guna adalah dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan. Sedangkan berhasil guna adalah kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna dalam mengatasi kesulitan masyarakat. e. Transparansi dan akuntabilitas. Yang dimaksud dengan

transparansi pada penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan, sedangkan akuntabilitas berarti dapat dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum. f. Kemandiriaan. Bahwa penanggulangan bencana utamanya harus

dilakukan oleh masyarakat didaerah rawan bencana secara swadaya. g. Nondiskriminasi. Bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak

memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras dan aliran politik apapun. h. Nonproletisi. Dalam penanggulangan bencana dilarang menyebarkan

agama atau kenyakinan terutama pada saat pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.

12 14. Pentahapan Penanggulangan Bencana. a. Pra Bencana. 1) Dalam situasi tidak terjadi bencana. a) Perencanaan penanggulangan bencana meliputi : (1) (2) (3) (4) (5) Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana.

Pemahaman kerentanan masyarakat. Analisa kemungkinan dampak bencana. Pilihan tindakan pengurangan resiko bencana. Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan

dampak bencana. (6) Alokasi tugas, kewewenangan dan sumber daya yang

tersedia. (7) Penyusunan rencana penanggulangan bencana

dikoordinasikan dengan : (a) (b) (c) (d) BNPB untuk tingkat nasional. BPBD untuk tingkat Provinsi. BPBD untuk tingkat Kabupaten/Kota. Ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah

daerah sesuai dengan kewenangannya untuk jangka waktu 5 tahun. (8) Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara

berkala setiap 2 tahun sekali atau sewaktu waktu bila terjadi bencana. (9) BNPB. b) Pengurangan resiko bencana dilakukan untuk mengurangi dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan Penyusunan rencana penanggulangan bencana

dilakukan berdasarkan pedoman yang ditetapakan oleh kepala

ancaman

masyarakat untuk menghadapai bencana melalui kegiatan : (1) Pengenalan dan pemantauan resiko bencana.

13 (2) (3) (4) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana. Pengembangan budaya sadar bencana. Peningkatan komitmen terhadap pelaku

penanggulangan bencana. (5) Penerapan upaya fisik dan non fisik dan pengaturan

penanggulangan bencana. (6) Untuk melakukan upaya pengurangan resiko bencana

dilakukan penyusunan rencana aksi pengurangan resiko baik secara nasional maupun daerah. c) Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman dan

kerentanan pihak yang terancam bencana dengan melakukan kegiatan meliputi : (1) Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap

sumber bahaya/ancaman bencana. (2) Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber

daya alam yang secara tiba-tiba berpotensi menjadi sumber bencana. (3) (4) (5) d) Pemantauan penggunaan tehnologi. Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup. Penguatan ketahanan sosial masyarakat. Dilakukan

Pemaduan dalam Perencanaan Pembangunan.

oleh pemerintah atau pemerintah daerah melalui koordinasi,integrasi dan sinkronisasi dengan cara mencantumkan unsur-unsur rencana penanggulangan bencana kedalam rencana pembangunan pusat dan daerah. e) Persyaratan Analisis Resiko Bencana. yang mempunyai resiko Setiap tinggi yang kegiatan dapat

pembangunan

menimbulkan bencana dilengkapi analisis resiko bencana sebagai bagian dari usaha penanggulangan bencana sesuai kewenangannya, dan ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang ditunjukkan dalam dokumen yang disyahkan oleh

14 pejabat pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, selanjutnya BNPB melakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaannya. f) Pelaksanaan dan penegakan tata ruang. Dilakukan untuk

mengurangi resiko bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan tentang penataan ruang, standard keselamatan dan penerapan sanksi terhadap pelanggar dimana pemerintah secara berkala melaksanakan pemantauan & evaluasi. g) Pendidikan dan Pelatihan serta Persyaratan Standard Teknis Bencana. Dilaksanakan dan ditetapkan oleh

Penanggulangan

pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2) Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana. a) Kesiap siagaan. Kesiap siagaan dalam situasi terdapat

potensi terjadinya bencana dilakukan melalui : (1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan

darurat bencana. (2) Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistim

peringatan dini. (3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan

kebutuhan dasar. (4) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan geladi

tentang mekanisme tanggap darurat. (5) (6) Penyiapan lokasi evakuasi. Penyusunan data akurat, informasi dan pemutahiran

prosedur tetap tanggap darurat bencana. (7) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang dan

peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana. b) Peringatan Dini. Dilakukan untuk pengambilan tindakan

cepat dan tepat dalam rangka mengurangi resiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan tanggap darurat dan dilakukan melalui :

15 (1) (2) (3) (4) (5) c) Pengamatan gejala bencana. Analisis hasil pengamatan gejala bencana. Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang. Penyebar luasan informasi tentang peringatan bencana. Pengambilan tindakan oleh masyarakat. Dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi

Mitigasi.

masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana, yang dilakukan melalui : (1) Pelaksanaan tata ruang yang berdasarkan analisis

resiko bencana. (2) Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur

dan tata bangunan. (3) Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan

baik secara konvensional maupun modern. b. Tanggap Darurat. 1) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan dan

sumber daya dilakukan untuk mengidentifikasi : a) b) c) d) Cakupan lokasi bencana. Jumlah korban. kerusakan prasarana dan sarana. Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta

pemerintahan. e) 2) Kemampuan sumber daya alam maupun buatan. Keadaan darurat

Penentuan status keadaan darurat bencana.

bencana dilaksanakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan tingkatan bencana untuk tingkat nasional ditetapkan oleh Presiden, tingkat Provinsi oleh Gubernur dan tingkat Kabupaten/Kota oleh Bupati/Wali kota. Pada saat status keadaan darurat bencana ditetapkan BNPB dan BPBD memiliki kemudahan akses dibidang :

16 a) b) c) d) e) f) g) h) i) 3) Pengerahan sumber daya manusia. Pengerahan peralatan. Pengerahan logistik. Imigrasi, cukai dan karantina. Perijinan. Pengadaan barang dan jasa. Pengelolaan dan pertanggung jawaban uang / barang. Penyelamatan. Komando untuk memerintahkan instansi/lembaga. Pada tahap ini dilakukan

Penyelamatan dan Evakuasi Korban.

dengan memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat bencana yang terjadi pada suatu daerah melalui upaya : a) b) Pencarian dan penyelamatan korban pertolongan darurat.

c) Evakuasi korban dan pemakaman korban yang meninggal dunia. 4) Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Dalam tahap ini pemerintah harus

menyediakan kebutuhan dasar meliputi : a) b) c) d) e) f) 5) Kebutuhan air bersih dan sanitasi. Pangan. Sandang. Pelayanan kesehatan. Pelayanan Psikososial. Penampungan dan tempat hunian. Dilakukan dengan Adapun

Perlindungan terhadap kelompok rentan.

memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan dan psikososial. yang termasuk kelompok rentan terdiri atas : a) b) c) d) Bayi, balita dan anak-anak. Ibu yang sedang mengandung dan menyusui. penyandang cacat. Lanjut usia.

17 6) Pemulihan prasarana dan sarana vital. Pemulihan prasarana dan

sarana vital bertujuan berfungsinya prasarana dan sarana vital dengan segera, agar kehidupan masyarakat tetap berlangsung, dilakukan dengan memperbaiki/menggantikan kerusakan akibat bencana. c. Pasca Bencana. Dalam penanganan penanggulangan bencana ditahap

pasca bencana dilakukan kegiatan rehabilitas dan rekonstruksi. 1) Rehabilitasi. Dilakukan melalui kegiatan : a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) Perbaikan lingkungan daerah bencana. Perbaikan prasarana dan sarana umum. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat. Pemulihan sosial psycologis. Pelayanan kesehatan. Rekonsiliasi dan resolusi konflik. Pemulihan sosial ekonomi budaya. Pemulihan keamanan dan ketertiban. Pemulihan fungsi pemerintah. Pemulihan fungsi pelayanan publik. Ketentuan lain mengenai rehabilitasi diatur dengan peraturan

pemerintah. 2) Rekonstruksi. Dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang

lebih baik meliputi : a) b) c) d) e) f) g) h) i) Pembangunan kembali sarana dan prasarana. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat. Membangkitkan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan Partisipasi dan peran serta lembaga organisasi

peralatan yang lebih baik dan tahan bencana. kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya. Peningkatan fungsi pelayanan publik. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat. Ketentuan lain mengenai rekonstruksi diatur dengan peraturan

pemerintah.

18

15. Evaluasi. a. b. c. Sebutkan tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan penanggulangan Uraikan kreteria dalam penanggulangan Bencana ! Jelaskan tentang jenis dan sifat bencana yang pernah terjadi di Idonesia. !

bencana. !

19

BAB III ORGANISASI PENANGGULANGAN BENCANA

16.

Umum.

Perpres RI No. 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan organisasi non departemen setingkat menteri Badan

Bencana

(BNPB) adalah

Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi (BPBD Prov) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten/Kota (BPBD Kab/Kota) dimana mempunyai tugas dan fungsi yang saling terkait satu sama lain. Bencana Alam yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia sangat mempengaruhi terhadap tatanan kehidupan sosial masyarakat dipandang sebagai suatu malapetaka yang banyak menimbulkan korban jiwa, harta benda dan penderitaan yang sangat besar. Komando kewilayahan melalui pendekatan Pembinaan Teritorialnya membantu Pemerintah Daerah dalam rangka memulihkan kembali keadaan seperti sebelumnya, berpartisipasi aktif menangani Bencana alam bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya sehingga dapat membantu meringankan beban kehidupan sosial masyarakat secara lahir batin dari akibat yang ditimbulkan Bencana. Pembinaan Teritorial menciptakan ruang, alat dan kondisi geografi, demografi dan kondisi juang yang tangguh, bersentuhan langsung dengan

sosial, maka penanggulangan bencana alam ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan aparatur Negara beserta masyarakat yang ada diwilayah saling membantu sehingga dapat menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan penanggulangan bencana. Agar dalam setiap pelaksanaan penanggulangan bencana

alam dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan berdayaguna, maka setiap aparatur negara baik dari pemerintah daerah, aparat TNI, Kepolisian, ormas dan masyarakat perlu memahami tentang organisasi penanggulangan bencana dengan tugas dan fungsinya.

20 17. Organisasi Penanggulangan Bencana. a. Tingkat Nasional (Perpres No. 8 Tahun 2008).

Keterangan : 1) Unsur Pengarah (10 pejabat eselon I & 9 professional dan pakar) a) b) c) d) e) f) g) h) Kementerian koordinator bidang kesejahteraan masyarakat. Kementerian dalam negeri. Kementerian Sosial. Kementerian Pekerjaan Umum. Kementerian Kesehatan. Kementerian Keuangan. Kementerian Perhubungan. Kementerian energi dan SDM

21 i) j) 2) Polisi Republik Indonesia. TNI.

Masyarakat Profesional. a) b) c) Pakar. Profesional. Tokoh Masyarakat.

3)

Unsur pelaksana. a) b) c) d) e) f) g) h) Sekretaris Utama. Deputy Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan. Deputy Bidang Penanganan Darurat. Departemen Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Deputy Bidang Logistik dan Peralatan. Inspektorad Utama. Pusat. Unit Pelaksana Teknis.

b. Tingkat Provinsi / Kabupaten / Kota (Permen no. 46 tahun 2008). 1) Pemerintah daerah membentuk badan penanggulangan bencana

daerah dengan ketentuan sebagai berikut : a) Badan pada tingkat Provinsi dipimpin oleh seorang pejabat

setingkat dibawah Gubernur atau setingkat eselon Ib. b) Badan pada tingkat Kabupaten / Kota dipimpin oleh seorang

pejabat setingkat dibawah Bupati / Walikota atau setingkat eselon IIa. 2) Badan penanggulangan bencana daerah terdiri atas unsur : a) b) 3) Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana. Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana.

Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana daerah dilaksanakan

melalui koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

22 4) Pembentukan BPBD Prov/Kab/Kota ditetapkan dengan Peraturan

Daerah (Perda). 5) Keanggotaan unsur pengarah dipilih melalui uji kepatutan yang

dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). 6) Pengaturan unsur pengarah BPBD Prov/Kab/Kota ditetapkan sesuai

peraturan perundang-undangan. 7) Unsur Pelaksana BPBD Provinsi berada dibawah dan bertanggung

jawab kepada kepala BPBD Provinsi. 8) Unsur pelaksana BPBD Provinsi dipimpin oleh seorang kepala

membantu kepala BPBD Provinsi dan dalam penyelenggaraan tugas fungsi unsur pelaksana BPBD Provinsi sehari-hari. 9) Unsur pelaksana BPBD Kab/Kota dibawah dan bertanggung jawab

kepada kepala BPBD Kab/Kota. 10) Unsur pelaksana BPBD Kab/Kota dipimpin kepala pelaksana

membantu kepala BPBD Kab/Kota dalam penyelenggaraan tugas fungsi unsur pelaksana BPBD Kab/Kota. 11) Unsur pelaksana BPBD dapat membentuk satgas sesuai dengan

beban kerja dan kemampuan/kebutuhan. c. Susunan Organisasi BPBD Provinsi. 1) 2) Unsur pengarah (Instansi & professional/ahli) Unsur pelaksana. a) b) c) d) e) Kepala pelaksana. Sekretaris unsur pelaksana. Bidang pencegahan dan kesiapsiagaan. Bidang kedaruratan dan logistik. Bidang rehabilitasi dan rekonstruksi.

23 Sekretariat unsur pelaksana paling banyak 3 (tiga) sub bagian dan masingmasing bidang terdiri dari 2 (dua) seksi. Gambar : Organisasi Tingkat Provinsi.

d.

Susunan organisasi BPBD Kab/Kota. 1) 2) Unsur pengarah (Instansi & professional/ahli) Unsur pelaksana. a) b) Kepala pelaksana. Sekretaris unsur pelaksana.

24 c) d) e) Bidang pencegahan dan kesiapsiagaan. Bidang kedaruratan dan logistik. Bidang rehabilitasi dan rekonstruksi. terdiri paling banyak 3 (tiga) sub bagian dan

Sekretariat dan bidang

masing-masing 2 (dua) seksi.

e.

Susunan organisasi BPBD Kab/Kota terdiri atas klasifikasi A dari Gambar : Organisasi BPBD Kab/Kota.

klasifikasi B.

25

f.

Organisasi TNI sesuai Perkasad/96/XI/2009

26 STRUKTUR ORGANISASI PENANGGULANGAN BENCANA ALAM TINGKAT NASIONAL


MABES TNI BN PB MABES TNI AD SATGASPRC PB TNI AD PANGLIMA TNI

STAF PAM

ST AF OPS

STAF MIN LOG

STAF KUM KESRA

STAF HUBLU PROT

UNIT KES

UNIT BEKANG

UNIT Z I

YON PRC PB

UNIT KOMLEK

UNIT EVAK

STRUKTUR ORGANISASI PENANGGULANGAN BENCANA ALAM TINGKAT PROVINSI


BP BD PROV KODAM/ KOREM SATGASPRC PB

STAF PAM

STAF OPS

STAF MIN LOG

ST AF TER

UNIT KES

UNIT BEKANG

UNIT Z I

YON PRC PB

UNIT KOMLEK

UNIT EVAK

UNIT PEN

27 STRUKTUR ORGANISASI PENANGGULANGAN BENCANA ALAM TINGKAT KAB/KOT A


BP BD KAB/KOT A SATGASPRC PB

KODIM

STAF PAM

STAF OPS

STAF MIN LOG

ST AF TER

UNIT KES

UNIT BEKANG

UNIT Z I

YON PRC PB

UNIT KOMLEK

UNIT EVAK

UNIT PEN

STRUKTUR ORGANISASI BAT AL YON PB


BATAL YON PRC PB

STAF YON

KOMPI MARKAS

KOMPI LAPANGAN I - IV

18.

Evaluasi. a. b. c. Jelaskan siapa saja yang ada di organisasi BNPB pada unsur Bagaimana cara pemilihan seorang Kepala BPBD. ! Jelaskan perbedaan organisasi BPBD Kabupaten/Kota type A dan pengarah !

Type B. !

28 BAB IV TUGAS 19. Umum. Sesuai dengan Peraturan Presiden RI No. 8 Tahun 2008 dan

Peraturan Mendagri No 46 Tahun 2008 tentang penanggulangan bencana alam di bentuk wadah Organisasi yang bersifat non departemen setingkat menteri di tingkat Nasional, tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten/Kota, dimana mempunyai tugas dan fungsi yang saling terkait satu sama lain. Walaupun wewenang dan tanggung jawab sepenuhnya berada di pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan tingkatannya, akan tetapi peranan aparat Komando kewilayahan selain melalui pendekatan Binternya dengan metoda bakti TNI landasan pokok berpedoman pada undang-undang RI No 34 tahun 2004 Pasal 7b ayat 12 tentang tugas pokok TNI dalam OMSP ikut secara aktif dalam pelaksanaan penanggulangan bencana di wilayah. Agar dalam setiap pelaksanaan penanggulangan bencana alam dapat berjalan berhasil serta berdaya guna, maka setiap aparatur Negara baik dari pemerintah daerah, aparat TNI, Kepolisian, ormas dan masyarakat perlu memahami tentang tugas-tugas dari unsurunsur pelaksana pada organisasi penanggulangan bencana. 20. Tugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) a. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan

bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi secara adil dan setara. b. Menetapkan standarisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan

bencana berdasarkan peraturan perundang undangan. c. d. Menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden

setiap sebulan sekali dalam kondisi normal, dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana. e. Menggunakan dan mempertanggung jawabkan sumbangan/ bantuan

nasional dan internasional. f. Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari

anggaran pendapatan dan belanja Negara.

29 g. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang

undangan. h. daerah. 21. Tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). a. Menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan pemerintah Menyusun pedoman pembentukan badan penanggulangan bencana

daerah dan badan Nasional Penanggulangan Bencana terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi serta rekonstruksi secara adil dan setara. b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan

penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang undangan. c. d. e. Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana. Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada

wilayahnya. f. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala

daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana. g. h. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang. Mempertanggung jawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari

anggaran pendapatan dan belanja daerah. i. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang

undangan. 22. Pelibatan Pasukan TNI dalam BNPB/BPBD. Keterlibatan satuan TNI dalam

BNPB/BPBD berdasarkan pertimbangan tugas, pertimbangan kondisi alam dan medan, macam dan dampak dari bencana alam, gelar satuan TNI AD, dan pelibatan instansi terkait sertatempat/instalasi pendukung penyelenggaraan penanggulangan bencana alam.

30 a. Pertimbangan Terhadap Tugas. 1) Penyelenggaraan penanggulangan bencana alam dalam tanggap dan unsur pelaksana mempunyai tugas dan fungsi

darurat dilaksanakan sepenuhnya oleh BNPBdan BPBD terdiri dari unsur pengarah mengkoordinasikan penyelenggaraan penanggulangan bencana secara terencana dan terpadu sesuai dengan kewenangannya. 2) Dampak Yang ditimbulkan apabila terjadi bencana alam adalah

terganggunya sendi-sendi kehidupan masyarakat yang akhirnya dapat mengganggu stabilitas daerah dan berkembang nasional. 3) Mabesad selaku Kotama Pembina satuan jajaran TNI AD bertugas

menyiapkan satuan-satuan penanggulangan secara terpusat dalam bentuk Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (PRC PB TNI AD) berbentuk Satgas yang dibawah langsung Panglima TNI. 4) PRC Komando Kewilayahan sesuai tingkatannya menyiapkan Satu Satgas PB yang langsung dibawah Komando Operasi

Pangdam/Danrem/Dandim,dan setiap saat dapat dioperasionalkan pada bencana tingkat daerah atau dapat dioperasionalkan oleh Panglima TNI di daerah bencana lain yang mengalami bencana, untuk memperkuat PRC PB TNI pada daerah bencana tersebut, dan atau bila ada permintaan bantuan daru Pemerintah Daerah atau bila ada perintah dari Komando Atas. b. Pertimbangan terhadap Kondisi Alam dan Medan. 1) Pertimbangnan Geografis. Bencana alam dapat timbul dari

akibat dampak perubahan kontur permukaan bumi yang sangat cepat. 2) Pertibangai Geologis. Bencana alam yang dapat timbul dari

perubahan-perubahan pada berbagai jenis tanah, pasir, batu-batuan, mineral serta pergerakan lempeng patahan-patahan yang ada pada perut bumi. 3) Pertimbangan Hidrologis. Bencana alam yang dapat timbul dari

dampak perubahan-perubahan Suhu, Angin, Cahaya dan Endapan (SACE),

31 4) Pertimbangan Demografis. Bencana alam yang dapat timbul

dari dampak perilaku manusia yang tidak menjaga ekosistem dan kelestarian alam secara seimbang. c. Macam dan Dampak dari Bencana Alam. 1) Bencana tsunami. Korban jiwa/meninggal, hilang, luka,

pengungsian/evakuasi, wabah penyakit dan terisolasi dari lingkungan dan membahayakan kehidupan yang berkelanjutan dapat menimbulkan dampak psikologis (trauma). 2) Gempa bumi. Kerusakan sarana prasarana pelayanan

masyarakat, hilang arsip dokumen pemerintah. 3) Gunung meletus. Hilangnya mata pencarian masyarakat, tidak dan pasar, sarana serta tidak berfungsinya ekonomi, terputusnya transportasi

berfungsinya

perekonomian

pertanian/peternakan,

perdagangan dan hilangnya harta benda. 4) Banjir. Kerusakan sarana prasarana fisik fasilitas umum seperti

rumah-rumah,perkantoran, tempat ibadah, sarana transportasi darat dan fasilitas pemerintahan. 5) Tanah Longsor. Kerusakan ekosistem, pencemaran udara, obyek

wisata, lahan pertianian, perkebunan, sumber air bersih, jaringan listrik dan jaringan irigasi. 6) Kebakaran Hutan. Gagal panen, keruskan ekosistem dan

pencemaran udara dan menimbulkan gangguan pernapasan. 7) Angin badai dan topan. Merusak perumahan, pertanian, jaringan

listrik serta korban jiwa. 8) Erupsi/seburan materiil dari perit bumi. Kerusakan lingkungan,

tempat tinggal masyarakat dan limbah beracun. d. Pertimbangan Gelar Satuan TNI AD. 1) Kodam sebagai kompartemen strategis dan komando kewilayahan

yang tergelar di seluruh wilayah Indonesia mempunyai peran langsung

32 dalam penanggulangan bencana alam di daerah, maka gelar Satgas PRC PB dipersiapkan dengan pembinaan kemampuan dan ketrampilannya mulai dari satuan tingkat Kodim sampai tingkat Kodam. 2) Kostrad sebagai kompartemen strategis yang kendali dari

komandonya secara terpusat dengan gelarnya di beberapa wilayah mempunyai peran sangat dominan dalam rangka member bantuan cepat pada Komando Kewilayahan yang mengalami bencana alam. 3) Kopassus sebagai satuan yang mempunya kemampuan dan dapat diopersionalkan bencana pada untuk membantu pencarian dalam dan tahap

ketrampilan menangani

khusus

penanggulangan

pertolongan korban/SAR dengan penugasan atas permintaan dan perintah Komando Atas. 4) Balakpus TNI AD sebagai satuan yang melaksanakan pembinaan

lapangan kekuasaan teknis (LKT) membantu mendukung satuan-satuan pada satuan Komando Kewilayahan dan Non Koamando Kewilayahan sesuai LKTnya, dengan peran mulai dari pembinaan sampai dengan kondisi melaksanakan tugas sesuai fungsinya. 5) Instansi Terkait semua instansi terkait yang ikut terlibat dalam

pelaksanaan penanggulangan bencana alam Balakpus TNI AD dan satuan di luar TNI AD baik dari TNI (AUdan AL) Polri, Pemerintah, Non Pemerintah sesuai kemampuan yang dimiliki untuk membantu dari masing-masing instansi baik penggunaan kekuatan personel dan materiil. f. Tingkat Propinsi. 1) Melaksanakan koordinasi dan pengendalian kegiatan penanggulangan bencana didaerah dengan berpedoman kepada kebijakan 2) yang telah ditetapkan oleh BPBD Provinsi. koordinasi dan pengendalian kegiatan

Melaksanakan

penanggulangan bencana dilaksanakan baik pada tahap sebelum, saat, sesudah bencana terjadi yang mencakup kegiatan pencegahan, penjinakan, penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi.

33 g. Tingkat Kabupaten / Kota. terjadi secara terpadu Melaksanakan serta kegiatan penanggulangan pencegahan,

bencana diwilayah baik dalam tahap pra bencana, saat tangggap darurat, paska bencana mencakup kegiatan, penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh BPBD Provinsi dan/atau petunjuk kepala BPBD provinsi , Dalam rangka penyelenggaraan penaganggulangan bencana pada dasarnya langkahlangkah kegiatan untuk semua macam bencana adalah sama dan dilaksanakan melalui tahap-tahap pra bencana, saat tanggap darurat, paska bencana terjadi yang meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) Pra Bencana. a) Titik berat kegiatan adalah melaksanakan program

pencegahan,mitigasi dan kesiapsiagaan dengan mengikut sertakan aparat dinas/instansi terkait di daerah masyarakat. b) Sasaran yang ingin dicapai. (1) Non Fisik. (a) Tingginya tingkat pemahaman masyarakat dan semua lapisan

tentang berbagai peraturan, perundang-undangan dan prosedur-prosedur tetap yang telah dikeluarkan untuk mengurangi atau meniadakan resiko bencana. (b) Meningkatkan kewaspadaan,

kesiapsiagaan serta kemampuan petugas BPBD Kab/Kota dan masyarakat untuk menghadapi bencana yang mungkin terjadi. (2) Fisik. (a) Terwujudnya organisasi BPBD Kab/Kota,

terbentuk Rupusdalops serta Satgas di daerah. (b) Tersedianyan peta rawan bencana dan telah

diinformasikan guna perencanaan pembangunan dan penyusunan Rencana Umum tata Ruang di daerah.

34 (c) Adanya program latihan teknis dan gladi lapang

bagi masyarakat dan petugas serta pembuatan sarana prasarana penunjang terutama di daerah rawan bencana. (d) Terlaksananya pengawasan terhadap IMB,

RTRW dan pemasangan tanda-tanda larangan di daerah rawan bencana serta usaha pemindahan penduduk ke daerah yang aman bencana. c) Kegiatan. (1) Identifikasi masalah. (a) Mengadakan koordinasi dengan dinas / instansi

terkait sesuai dengan perkiraan bencana yang mungkin terjadi di wilayah untuk mendapatkan hasil penelitian dan pemetaan daerah rawan bencana dengan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi. (b) Perkiraan kemungkinan bencana yang terjadi di

wilayah serta dampak negatif yang ditimbulkan akibat bencana tersebut. (c) Jenis latihan teknis dan gladi lapang

penanggulangan bencana yang sesuai dengan perkiraan bencana yang mungkin terjadi serta pembuatan sarana prasarana lingkungan yang diprioritaskan dalam penyusunan Program dan Anggaran Pembangunan tahun berikutnya. (2) Analisa dan Perkiraan. (a) Berdasarkan analisa dan perkiraan, tentukan

sampai seberapa jauh kemungkinan daerah dan masyarakat yang tertimpa bencana tersebut. (b) Tentukan berdasarkan hasil analisa perkiraan

jumlah dan jenis kebutuhan dan bantuan yang diperlukan.

35 (c) Tentukan berdasarkan hasil analisa jenis latihan

teknis dan gladi lapang yang perlu diprogramkan dalam rangka penanggulangan bencana di wilayah. (d) Tentukan berdasarkan hasil analisa tentang

kebutuhan sarana prasarana yang paling mendasar untuk penanggulangan bencana yang mungkin timbul. (e) Adakan perkiraan tentang hambatan yang paling

mungkin dihadapi dalam penanggulangan bencana yang mungkin terjadi. (3) Konsepsi Penindakan. (a) Tentukan organisasi yang diperlukan dalam

rangka menanggulangi bencana yang mungkin terjadi. (b) Laksanakan kegiatan penyuluhan dan latihan

teknis serta geladi lapang yang diperlukan sesuai dengan hasil analisa dan perkiraan. (c) Siagakan masyarakat dalam menghadapi

kemungkinan terjadinya bencana. (d) Tentukan administrasi logistik khususnya obat-

obatan dalam rangka mendukung rencana penanggulangan kemungkinan bencana yang terjadi. (e) Rencanakan perhubungan dan gelar komunikasi

dengan Rupuskodalops Propinsi dalam rangka pengendalian dan pelaporan penanggulangan bencana. (f) Rumuskan petunjuk / protap terhadap korban

bencana meliputi: i) Pertolongan pertama terhadap korban

bencana. ii) Penyelenggaraan bantuan terhadap

korban.

36 iii) Rehabilitasi daerah yang tertimpa

bencana. (4) Pengorganisasian (a) Rencana pelibatan personel satuan dari unsur

TNI & Polri yang ada di wilayah. (b) Koordinasikan dengan dinas/instansi yang terkait

di luar organisasi satlak penanggulangan bencana yang sudah ada. (5) Pelaksanaan. (a) Pengembangan sistem informasi

penanggulangan bencana dan pemanfaatan informasi mengenai kerawanan suatu daerah guna perencanaan pembangunan dan penyusunan Rencana Tata Ruang wilayah Kab/Kota. (b) Penyiapan perangkat lunak dan perangkat keras

serta memberikan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan bagi para petugas dan masyarakat secara terencana dan sistematis serta disusun sesuai dengan jenis bencana yang mungkin terjadi. (c) Mengadakan koordinasi dengan aparat terkait

guna pelaksanaan penyuluhan dan penerangan kepada masyarakat agar tanggap terhadap ancaman bencana yang mungkin terjadi ,sehingga masyarakat mengambil sikap sebagai berikut : i) Tidak bertempat tinggal di daerah rawan

bencana. ii) Tidak membangun rumah di lahan yang

tidak diperuntukan kawasan tempat tinggal. iii) Tidak membangun rumah tanpa IMB,

memperhatikan ketentuan Rencana Tata Ruang

37 Wilayah (RTRW) dan rencana tata guna Tanah dan lahan (TTL). Masyarakat dianjurkan membangun rumah tahan gempa atau tahan banjir. iv) Tidak merambah dan merusak hutan

lindung tanpa ijin yang sah dari yang berwenang. v) Tidak merusak lingkungan dan

ekosistemnya dengan cara membuang limbah pada tempat yang semestinya. vi) Selalu waspada terhadap setiap

perubahan musim maupun cuaca yang dapat mengakibatkan terjadinya bencana. (d) Berperan aktif dalam rapat-rapat koordinasi

dengan Pemda dalam rangka pembahasan tentang Rencana Pengembangan Wilayah, RTRW, RTTL, Rencana pengaturan dan pengawasan gedung bangunan serta fasilitas umum lainnya. (e) Untuk kegiatan antisipasi terhadap ancaman

bencana (mitigasi), maka untuk daerah industri harus membuat pembuangan limbah dan memasang ramburambu peringatan tentang adanya bahaya bencana yang mungkin terjadi. (f) Melakukan koordinasi dengan Rupuskodalops

Propinsi guna menggelar perhubungan dan komunikasi yang lebih efektif dalam rangka memudahkan pengendalian penanggulangan kemungkinan bencana yang terjadi. 2) Saat Tanggap Darurat. a) Titik berat kegiatan. Adalah melakukan peringatan dini dan

tanggapan darurat dengan mengaktifkan Satgas melaporkan

38 kejadian bencana dan tindakan yang telah diambil di wilayahnya kepada kepala BPBD. b) Sasaran yang ingin dicapai. (1) Non Fisik. (a) Adanya sistem peringatan dini, sehingga dapat

memberikan kesempatan pada penduduk secara menyeluruh untuk menyelamatkan diri dari kemungkinan terlanda bencana. (b) Kondisi mental spiritual masyarakat tetap terjaga

sehingga tidak mudah panik dan mampu menyelamatkan diri dari ancaman bencana. (c) Adanya keterpaduan dalam penanggulangan

bencana yang dilakukan oleh BPBD dengan Dinas / Instansi dan organisasi masyarakat lainnya. (2) Fisik. (a) Dapat dilaksanakan upaya tanggap darurat dalam

mencari, menolong, menyelamatkan serta memberikan bantuan terhadap korban bencana secara efektif. (b) Partisipasi masyarakat dalam melakukan upaya

penanggulangan bencana semakin baik. (c) Berfungsinya Rupusdalops penanggulangan

bencana, sehingga dapat dilaporkan kepada eselon atas tentang kejadian bencana dan tindakan yang telah diambil. c) Kegiatan. Pada dasarnya BPBD Kab/Kota dengan cepat dan

spontan melakukan tindakan darurat untuk melakukan pertolongan, pencarian, penyelamatan dan pelayanan kesehatan serta pelayanan sosial terhadap korban bencana dengan menggunakan sarana prasarana yang ada di wilayahnya.

39 (1) Melakukan identifikasi masalah dengan cara : (a) Mengenali jenis bencana dan dampak negatif

yang timbul serta luas daerah yang terkena bencana. (b) Melibatkan masyarakat, palang merah Indonesia

dan organisasi kemasyarakatan lainnya untuk membantu kegiatan penanggulangan bencana, antara lain sebagai berikut : i) Penyediaan dan pembuatan barak

penampungan untuk para pengungsi. ii) udara. iii) iv) Penyelenggaraan dapur umum. Pelayanan bantuan sosial untuk para Pembuatan Helipet ( Landasan

Pendaratan Helikopter) untuk sarana evakuasi

pengungsi. v) Pelayanan kerohanian bagi yang

memerlukan. vi) Pelayanan kesehatan oleh para tenaga

medis setempat. vii) Menentukan jenis dan jumlah korban dan

kerugian materiil akibat bencana. (c) (d) Menentukan prioritas penangananan bencana. Membuat analisa dan perkiraan tentang i) :

Batas kemampuan serta sumber daya

yang tersedia. ii) Urutan Prioritas dalam pengadaan dan

penyaluran bantuan yang tersedia.

40 iii) Jenis dan jumlah kebutuhan untuk korban

bencana. iv) Jenis keahlian dan tenaga ahli yang

dibutuhkan segera untuk penanggulangan bencana. v) Jumlah dana yang diperlukan dan

perkiraan sumber dana. (2) Penentuan cara bertindak. (a) Segera melaksanakan koordinasi untuk dapat

menggerakan seluruh kekuatan sumber daya yang tersedia dari berbagai dinas/instansi serta potensi dalam masyarakat agar pelaksanaan operasi pencarian, penyelamatan dan pemberian bantuan terhadap korban dapat berjalan secara efektif dan efesien. (b) Segera ditentukan prioritas penindakan dengan

pentahapannya termasuk kodal dalam rangka pelaksanaan penanggulangan bencana. (c) Memberikan petunjuk dan pengarahan pada

unsur pelaksana di lapangan. (d) Menyempurnakan organisasi dan prosedur yang

telah ada. (e) Penyusunan laporan awal kejadian bencana dan

tindakan darurat yang telah dilakukan kepala BPBD. (3) Pengoperasian. (a) Mengefektifkan organisasi. i) Penggunaan prosedur dan petunjuk

disesuaikan dengan kebutuhan.

41 ii) Daya improvisasi dan inisiatif personel

yang tergabung dalam Satlak PBP terus digalakan. (b) Prosedur kerja. i) Utamakan spontanitas kecepatan

bertindak. ii) iii) Tata cara yang mutlak dilaksanakan. Pertolongan pertama terhadap korban

(PPPK). iv) v) vi) vii) viii) (c) Pencarian dan penyelamatan korban. Perawatan korban. Penyingkiran / evakuasi korban. Pengiriman logistik. Keamanan korban dan petugas.

Tindakan lanjutan. i) ii) iii) iv) Pemukiman sementara. Penerangan dan penyuluhan. Kesejahteraan dan moril Pekerjaan umum.

(4)

Pelaksanaan. (a) Kecepatan dalam penanganan merupakan faktor terpenting dalam kegiatan-kegiatan pokok yang harus di prioritaskan. (b) Kegiatan pokok adalah : i) ii) iii) Iv) v) Pengurusan korban meliputi : Pertolongan pertama terhadap Pencarian dan penyelamatan Penyingkiran korban. Perawatan korban. korban. korban.

42 vi) (c) Rehabilitasi mental korban.

Angkutan : i) ii) iii) Untuk menyingkirkan korban. Untuk angkutan bekal. Pengangkutan personel pendukung.

(d)

Administrasi Logistik : i) ii) iii) iv) v) Pengadaan bekal. Distribusi bekal. Pencatatan kerugian personel dan materiil. Pekerjaan umum. Pembersihan daerah yang terkena

bencana. vi) (e) Pembuatan sarana dan prasarana darurat.

Kegiatan menunjang adalah : i) ii) iii) Keamanan dan ketertiban. Penerangan dan hubungan masyarakat. Koordinasi bantuan masyarakat. Di dalam

(f)

Pengendalian dan pengawasan.

pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana akan dapat berjalan dengan baik dan berhasil apabila adanya pengendalian dan pengawasan yang melekat yang dilakukan oleh pejabat terkait meliputi pengurusan korban, penerimaan dan penyaluran bantuan kepada korban yang berhak menerima. (g) Laporan. Laporan kejadian bencana mencakup

antara lain :

43 i) ii) iii) iv) v) vi) vii) viii) 3) Pasca Bencana. a) Kegiatan BPBD Kab/Kota dititik beratkan pada upaya Waktu kejadian bencana. Sifat bencana. Lingkup daerah bencana. Jumlah korban. Perkiraan kerusakan. Tindakan yang diambil. Permasalahan yang dihadapi. Saran.

penyusunan rencana program rehabilitasi dan rekonstruksi secara terpadu untuk disampaikan kepada kepala BPBD Provinsi. Selanjutnya kepala BPBD Provinsi menetapkan program dalam rangka pelaksanaan rehabilitasi dan rekontruksi terhadap pusat. b) Sasaran yang ingin dicapai : (1) Non Fisik. (a) Dapat diwujudkan kembali kondisi kehidupan daerah yang dilanda bencana berkoordinasi dengan dinas/instansi terkait di

masyarakat seperti sedia kala. (b) Meningkatkan suasana kegotongroyongan

dikalangan masyarakat. (c) Semakin mantapnya kepercayaan masyarakat

terhadap pemerintah dan TNI.

44 2) Fisik. (a) Dapat terlaksananya rehabilitasi dan rekontruksi

daerah yang terlanda bencana sehingga berfungsi kembali sarana dan prasarana yang ada guna mengurangi penderitaan masyarakat yang tertimpa bencana. (b) Dapat dibangun kembali sarana prasarana

lingkungan dan infra struktur pemerintahan yang rusak akibat bencana. (c) Dapat dicegah terjadinya penyalahgunaan dan

penyimpangan pendistribusian bantuan sosial. c) Kegiatan. (1) Perencanaan/persiapan. Dalam rangka penyusunan

program rehabilitasi dan rekontruksi secara terpadu dilaksanakan kegiatan sebagai berikut : (a) Identifikasi masalah. i) Mengenali sampai sejauh mana bencana

dapat diatasi. ii) Memperlajari dampak akibat bencana

tersebut. iii) Menjaga agar masyarakat tetap waspada

terhadap bencana yang telah terjadi. (b) Analisa dan pemikiran. i) Pertimbangan kemungkinan ada daerah

yang terkena bencana tersebut, kalau ada apa jenis dan dampak yang ditimbulkan. ii) Bantuan rehabilitasi dan rekontruksi yang

perlu segera diberikan.

45 iii) Tentukan metoda terbaik untuk

penanggulangan bencana yang terjadi. (c) Langkah penindakan. i) Melaksanakan program rehabilitasi dan

rekontruksi terhadap daerah yang terkena bencana. ii) Memanfaatkan personel yang terlibat

secara efektif iii) Dorong masyarakat untuk berperan aktif

dalam rangka rehabilitasi daerah. iv) (2) Pedomani prosedur yang berlaku.

Pengoperasian. Mengefektifkan organisasi yang sudah

ada sesuai dengan kebutuhan. (3) Pelaksanaan. (a) Kecepatan dan efektifitas kegiatan merupakan

faktor utama dalam rehabilitasi /rekonstruksi. (b) Prioritas sasaran dalam rehabilitasi dan

rekontruksi adalah daerah yang terlanda bencana paling parah, guna mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi daerah maka dapat menggunakan metode Bhakti TNI. (c) Kegiatan pokok meliputi : i) Rehabilitasi akibat bencana. aa) Pembuatan tenda dan

pembangunan barak-barak darurat sebagai tempat pemukiman sementara bagi masyarakat yang kehilangan tempat tinggal.

46 bb) Rehabilitasi sarana prasarana

umum seperti tempat ibadah, gedung rumah sakit, gedung sekolah, gedung perkantoran pemerintah, pasar, instalasi air bersih. cc) Bimbingan dan penyuluhan kepada

para korban untuk mempercepat pemulihan kehidupan dan penghidupan mereka dengan didukung pemberian sarana dan usaha ekonomi produktif. dd) Pelaksanaan rehabilitasi melibatkan

seluruh lapisan masyarakat secara terpadu seperti lembaga-lembaga pemerintahan terkait, ormas dan masyrakat. ii) Rekontruksi akibat bencana. aa) Penerapan rancang bangun yang

tepat dan benar dari bangunan-bangunan yang ada untuk mengantisifasi bencana yang sering terjadi, sehingga dapat mengurangi dampak negatif yang timbul akibat bencana. bb) Pembangunan sarana prasarana

yang dapat memantau kejadian bencana diwaktu yang akan datang. cc) Melakukan pemindahan penduduk

secara lokal atau melalui transmigrasi terhadap penduduk yang bermukim di daerah rawan bencana. iii) Kegiatan penunjang. aa) Keamanan dan ketertiban.

47 bb) Penerangan dan hubungan

masyarakat. cc) .iv) Koordinasi bantuan masyarakat dan pengawasan penyaluran dan

Pengendalian

dilaksanakan secara tepat guna baik dalam administrasi penerimaan, penggunaan bantuan, kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi sarana prasarana dalam pelaksanaan kegiatan lainnya dilapangan. v) Laporan menyangkut hasil perkembangan

pelaksanaan rehabilitasi dan rekontruksi. 23. Mekanisme Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. a. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala BPBD Kab/Kota. 1) Melibatkan secara langsung aparat Dinas-dinas/Intansi-instansi

vertikal di daerah yang bersangkutan. 2) Mengikutsertakan orsos, organisasi massa yang ada di daerah serta

masyarakat secara luas. 3) Dapat membentuk satuan tugas penanggulangan bencana dan

pengungsi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan fungsinya. b. Tugas BPBD Kab/Kota pada dasarnya adalah melaksanakan sebagaian

tugas pokok BPBD Provinsi, sesuai dengan kebijaksanaan Kepala BPBD Provinsi yang mengacu pada tingkat kerawanan bencana yang mungkin terjadi. c. Di Tingkat Kabupaten/Kota di laksanakan : 1) Bupati/Walikota mengkoordinasikan dan membina aspek kegiatan

warganya agar mempunyai daya tangkal yang tinggi terhadap kemungkinan terjadi bencana di daerahnya. 2) Pembinaan dilaksanakan melalui ceramah, penyuluhan dan simulasi

penanggulangan bencana yang diadakan secara periodik dan terencana serta berkelanjutan.

48 3) Setiap Kepala daerah harus mampu memberikan motivasi kepada

warganya untuk selalu mentaati berbagai peraturan dan ketentuan tentang keamanan dan keselamatan guna dapat menghindari terjadinya bencana. Peraturan Daerah yang menyangkut RTRW, RTTL, IMB dan sejenisnya dimaksudkan untuk memberikan kepastian kepada penduduk akan menjamin keamanan dan keselamatan. 4) Masyarakat juga dipacu untuk mampu secara swadaya atau mandiri

dalam menghadapi berbagai kemungkinan ancaman bencana maupun gangguan lainnya, sehingga masyarakat mempunyai kesiapsiagaan dan kewaspadaan yang tinggi. 5) Aktivitas aparat Pemda beserta organisasi kemasyarakatan amat masyarakat untuk berpartisipasi dalam usaha Disamping itu tingkat terhadap usaha sangat berpengaruh

menentukan motivasi perekonomian

penanggulangan bencana secara swakarsa. masyarakat penanggulangan bencana swakarsa tersebut. 24. Kewenangan dan Tanggung Jawab. a. Wewenang pemerintah daerah. 1)

Penetapan kebijakan penanggulangan bencana pada wilayahnya

selaras dengan pembangunan daerah. 2) Pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-

unsur penanggulangan bencana. 3) Pelaksanaan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana

dengan Provinsi dan atau Kab/Kota. 4) Pengaturan penggunaaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber

ancaman atau bahaya bencana pada wilayahnya. 5) Perumusan kebijakan pencegahan penguasaan dan pengurasan

sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam pada wilayahnya. 6) Pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang

berskala Provinsi/Kab/Kota.

49 b. Tanggung jawab pemerintah daerah. 1) Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsian yang

terkena bencana sesuai dengan standar umum. 2) 3) Perlindungan masyarakat dari dampak bencana. Pengurangan resiko bencana dan pemanduan pengurangan resiko

bencana dengan program pembangunan. 4) c. Pengalokasian dana penanggulangan bencana alam dalam APBD.

Dandim. 1) Membantu Kepala BPBD Kab/Kota, tahap sebelum, pada saat dan

setelah terjadi bencana dalam hal merencanakan, mengkoordinasikan, mengkoordinir, mengarahkan, mengerahkan dan mengendalikan satuan TNI dengan segala alat dan perlengkapannya untuk penanggulangan bencana. 2) tugas Bertanggung jawab kepada Kepala BPBD Kab/Kota tentang tugaspenanggulangan bencana yang dilimpahkan kepadanya dan atas tentang pelaksanaan tugas dalam

melaporkan kepada Komando

rangka penanggulangan bencana di wilayahnya. Tugas Dandim pada Kasdim dan Pa Staf. a) Memberikan arahan untuk peningkatan upaya pencegahan

bencana melalui Musrenbang Kab/Kota terutama dalam pembuatan rencana tata guna tanah dan lahan (RTTL), rencana pengaturan dan pengawasan gedung, bangunan, fasilitas umum serta pembuatan peta rawan bencana di wilayahnya. b) Memberikan pengarahan tentang pembuatan rencana dan

laporan Bhakti TNI dalam rangka melaksanakan perbaikan daerah akibat bencana. Tugas Dandim pada Danramil. a) Memberikan arahan menyangkut pengawasan daerah industri,

pembuangan limbah, pemasangan rambu-rambu peringatan tentang bahaya bencana di daerahnya.

50 b) Memberikan pengarahan tentang pengamanan masyarakat

dan harta bendanya, rencana pengungsian penduduk pada tempattempat yang aman terhadap bencana, merencanakan tentang pertolongan terhadap korban dan rencana dukungan logistic. c) Memberikan pengarahan dan cara pembuatan data-data

tentang korban bencana untuk diajukan ke Kodim, dalam rangka perencanaan Bhakti TNI selanjutnya. 25. Evaluasi. a. Jelaskan tugas-tugas dari unsur TNI yang terlibat dalam penanggulangan

bencana pada tahap pra bencana. ! b. Pada saat tanggap darurat tugas-tugas apa saja yang dilakukan unsur

pelaksana. ! c. Mengapa TNI selalu terlibat dalam setiap kegiatan penanggulangan

bencana. Jelaskan !

51 BAB V

TATARAN KEWENANGAN 26. Tataran Kewenangan. a. Panglima TNI. 1) Panglima TNI mengerahkan satuan TNI AD atas perintah dari sesuai dengan permintaan dari Kepala Badan Nasional Selanjutnya melakukan koordinasi Presiden

Penanggulangan Bencana (BNPB).

dengan Menkokesra, Departemen atau instansi terkait guna kelancaran pelaksanaan tugas penanggulangan bencana. 2) Mengeluarkan Direktif untuk pelaksanaan program operasional

kegiatan Satgas PRC PB TNI AD dan mengendalikan dalam operasi penanggulangan bencana alam di darat. 3) Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan berupa pelatihan dasar,

lanjutan, teknis, simulasi dan geladi yang terkait dengan penanggulangan bencana, sesuai dengan mandate kewenangannya, berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Kepala BNPB. b. Kepala Staf Angkatan Darat. 1) Mengeluarkan Direktif untuk pelaksanaan program pembinaan dioperasikan dan berada dibawah kendali kegiatan Satgas PRC PB TNI AD dan menyiapkan Satuan Satgas PRC PB TNI AD setiap saat dapat Panglima TNI. 2) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berupa pendidikan

formal, non formal dan informal yang berupa pelatihan dasar, lanjutan, teknis simulasi dan geladi yang terkait dengan penanggulangan bencana, sesuai dengan mandate dan kewenangannya, berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Kepala BNPB. 3) Memerintahkan Balakpus TNI AD selaku Pembina LKT untuk

memberikan dukungan kemampuan dan kekuatan kepada satuan jajaran dibawah fungsinya dalam pembinaan maupun penggunaannya.

52 4) Menyiapkan dan mengatur secara bergiliran satu satuan Batalyon

PRC PB TNI AD dari satuan jajaran Kostrad (Divif-1 dan Divif-2) yang setiap saat dapat di gerakkan untuk membantu Satgas PRC PB TNI atau Satgas PRC PB TNI AD, Kodam, Korem, Kodim. 5) satu Batalyon PRC PB terdiri dari kelompok Komando Kompi

(Pokkoki), satu Kompi Markas (Kima) dan 4 Kompi Lapangan (Kilap). c. Pangdam. 1) Menyiapkan Rencana Operasi (RO) untuk rencana pelaksanaan tugas Satgas PRC PB pada satuan jajarannya dan satuan dibawah kendali operasinya (BKO) dan menyiapkan serta mengendalikan Satuan Tugas PRC PB Kodam setiap saat. 2) Memerintahkan Balak Kotama selaku Pembina LKT didaerah, untuk

memberikan dukungan kemampuan dan kekuatan kepada satuan jajaran dibawah fungsinya dalam pembinaan maupun penggunaanya. 3) Melakukan koordinasi dengan dinas atau instansi terkait pada tataran

BNPB atau BPBD di provinsi, guna kelancaran pelaksanaan tugas penanggulangan bencana di daerah. d. Danrem. 1) Menyiapkan Rencana Operasi (RO) untuk rencana pelaksanaan dan saat operasi berada dibawah kendali tugas Satgas PRC PB dan menyiapkan serta mengendalikan Satuan Tugas PRC PB Korem setiap saat Danrem. 2) Memerintahkan Balak Aju Kotama selaku Pembina LKT di daerah,

unruk memberikan dukungan kemampuan dan kekuatan kepada satuan jajaran dibawah fungsinya dalam pembinaan maupun penggunaannya. 3) Melakukan koordinasi dengan dinas atau instansi terkait pada tataran

BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota, guna kelancaran pelaksanaan tugas penanggulangan bencana di daerah.

53 e. Dandim. 1) Memberikan bantuan kepada Pemda dalam proses mitigasi wilayah

rawan bencana di daerahnya untuk dapat diprogramkan melalui Bakti TNI. 2) Melaksanakan Perintah Operasi dari Komando Atas, menyiapkan dan

mengendalikan Satuan Tugas PRC PB Kodim setiap saat dan saat operasi berada dibawah kendali Dandim. 3) Menyiapkan potensi masyarakat dan kekuatan sumber daya daerah,

yang meliputi bantuan sarana dan prasarana, fasilitas jasa untuk dapat mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Satgas PRC PB TNI/Satgas PRC PB TNI AD/Kodam/Korem/Kodim. 4) Menyiapkan sarana dan prasarana di daerah untuk dapat mendukung

pelaksanaan operasi penanggulangan bencana di daerah atau daerah satuan tetangga yang mengalami bencana alam. 5) Melakukan koordinasi dengan satuan, dinas atau instansi terkait

pada tataran BPBD Kabupaten/Kota, guna kelancaran pelaksanaan tugas penanggulangan bencana di daerah. 6) Membantu mengendalikan penanggulangan bencana alam di

daerahnya sesuai dengan criteria bencana yang dihadapi. f. Kepala/Komandan Satuan Polri. 1) Melaksanakan bantuan kepada Pemerintah daerah dalam bidang di daerah terjadinya bencana, khususnya penanganan Kamtibmas

kerawanan penjarahan harta benda korban dan pelanggaran hukum serta Kamtibmas lainnya. 2) Memberikan bantuan kepada Satgas PRC PB, terutama dari unsure

Sat Brimob dalam tugas pencarian dan pertolongan korban (SAR). g. Kepala Daerah Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota. 1) Mengajukan bantuan tugas TNI/TNI AD kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan atau Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tingakat Povinsi/Kabupaten/Kota.

54 2) Penyiapan anggaran untuk pelaksanaan operasi penanggulangan

bencana alam dari APBN/APBD dan mendorong partisipasi potensi masyarakat dalam penyediaan fasilitas sarana dan prasarana, serta jasa untuk dapat mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Satgas PRC PB TNI/Satgas PRC PB TNI AD/Kodam/Korem Kodim. h. Instansi Non Pemerintah. 1) Melaksanakan kegiatan bantuan sesuai bidang dan fungsi masingmasing instansi/Lembaga, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. 2) Melaksanakan fungsi 54nsure54 dan evaluasi terhadap pelaksanaan

tugas dalam penanggulangan bencana alam. i. Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana 1) 2) 3) 4) 5) 6) Penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan Pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan 54nsurePenetapan status dan tingkatan bencana nasional dan daerah. Penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana Perumusan kebijakan tentang penggunaan teknologi yang berpotensi Perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan

meliputi : kebijakan pembangunan nasional. unsur kebijakan penanggulangan benacana.

dengan Negara lain, badan-badan atau pihak-pihak Internasional lain. sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana. sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam untuk melakukan pemulihan. 7) Pengendalian, pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang berskala nasional. 27. Evaluasi. a. b. c. d. Jelaskan tataran kewenangan bagi Komandan Korem ? Jelaskan tataran kewenangan bagi Komandan Kodim ? Jelaskan tataran kewenangan bagi Komandan Polisi ? Jelaskan tataran kewenangan instansi Non pemerintah ?

55 BAB VI

ADMINISTRASI DAN LOGISTIK 28. Umum. Dalam rangka pelaksanaan tugas penanggulangan bencana, serta

keberhasilan pelaksanaan tugas Satgas PRC PB TNI, maka diperlukan pengaturan administrasi dan logistic yangmempunyai peran penting guna mendukung pelaksanaan tugas pokok penanggulangan bencana alam di darat. Untuk kebutuhan logistic dalam pengerahan satuan tugas TNI AD dan personel pendukung atau perkuatan lainnya dari satuan, instansi lain, menggunakan anggaran APBN/APBD serta dukungan dari partisipasi masyarakat. Sedangkan untuk kepentingan pembinaan satuan, tetap menggunakan anggaran yang diprogramkan dari Komando Atas (TNI/TNI AD). 29. Administrasi. a. Mabes TNI/TNI AD menentukan kekuatan unsure-unsur satuan dan Alut Satgas PRC PB TNI AD yang dilibatkan dalam penanggulangan bencana alam di darat, disesuaikan dengan kriteria skala bencana, lokasi serta status bencana yang ditetapkan oleh pemerintah. b. Pengerahan dan pelibatan satuan-satuan TNI/TNI AD membantu pemerintah

dalam penanggulangan bencana alam nasional berdasarkan permintaan dari Kepala Daerah setempat melalui Kepala BNPB dan selanjutnya meminta dari Kepala Daerah setempat melalui Kepala BNPB dan selanjutnya meminta pada Presiden untuk mengerahkan satuan TNI/TNI AD ke daerah bencana.

e.

Pelibatan Satgas PRC PB TNI AD diprioritaskan pada tahap tanggap

darurat, sedangkan pada pelaksanaan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, apabila pemerintah masih memerlukan bantuan TNI/TNI AD, selanjutnya secara prosedural mengajukan permintaan kepada Panglima TNI/Pangdam untuk dilaksanakan Operasi Bhakti TNI. f. Satgas PRC PB TNI AD dalam membantu pemerintah untuk menanggulangi

bencana alam di darat, membawa senjata dengan jumlah terbatas hanya untuk tindakan dan tugas pengamanan.

56 g. Anggota TNI AD yang melakukan pelanggaran pidana selama melakukan

tugas, dikenakan sanksi-sanksi hukum yang diatur dalam KUHPT-KUHDT dan diadili dalam peradilan militer. 30. Logistik. a. Dukungan logistik untuk membantu pengerahan dan pelibatan Satgas PRC

PB TNI AD dalam penanggulangan bencana alam skala nasional atau daerah, didukung oleh instansi yang meminta atau dari dukungan dana APBN/APBD dan telah mendapatkan persetujuan DPR/DPRD, serta disalurkan melalui Mabes TNI/Kodam/Korem/Kodim. b. Dukungan logistik dan alat peralatan kebutuhan satuan PRC PB

diprogamkan oleh Balakpus sesuai dengan fungsinya untuk kebutuhan pembinaan maupun pelaksanaan tugas dalam peanggulangan bencana. c. Bantuan logistik dapat juga diperoleh dari partisipasi masyarakat dan

bantuan luar negeri bersifat pemerintah/non pemerintah dalam bentuk material, jasa atau penyediaan dana dan penerimaannya dikoordinir oleh unsure dari pemerintah. d. Perawatan kesehatan satuan dan masyarakat dapat menggunakan fasilitas

kesehatan TNI yang ada Satgas dan pada daerah bencana serta fasilitas kesehatan umum/Rumah Sakit yang tersedia di daerah. 31. Evaluasi : a. b. Jelaskan penanggulangan bencana secara Administrasi. Jelaskan penanggulangan bencana secara Logistig.

57 BAB VII

KOMANDO, PENGENDALIAN 32. Umum. a. Untuk kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan Penanggulangan bencana alam pada satuan jajaran TNI AD dan atau bergabung dengan satuan TNI /unsur lain, maka diperlukan dukungan komunikasi di masing-masing unsure pelaksana dan dengan pengendalian yang terpusat maupun tersebar sesuai situasi dan kondisi tugas dilapangan, serta adanya satuan Komando dari semua satuan yang terlibat. b. Komando dan pengendalian Peanggulangan Bencana Alam di darat dapat

dilakukan oleh pejabat TNI dari tingkat Panglima TNI sampai dengan Dandim, sesuai dengan tingkatan skala bencana alam pada skala nasional maupun skala local, pelaksanaannya mengacu ketentuan dari BNPB/BPBD yaitu fungsi Komando pada saat tanggap darurat dan fungsi koordinasi pada saat pra bencana dan pasca bencana. 33. Komando. a. Komando operasional TNI tingkat Bencana Nasional dipimpin oleh Komandan Satgas PRC PB TNI AD dengan Pangkat Mayor Jenderal dan seorang Komandan Satgas berpangkat Brigadir Jenderal berdasarkan keputusan Presiden dan atau berdasarkan Surat Perintah Panglima TNI. b. Komando operasional bantuan penanggulangan bencana alam di darat

tingkat nasional dari Satgas TNI/TNI AD kepada pemerintah daerah secara terpusat berada pada Panglima TNI. c. Komando operasional bantuan penanggulangan bencana alam di darat

tingkat nasional dari Satgas TNI/TNI AD kepada pemerintah daerah tingkat provinsi/kabupaten/kota dalam penanggulangan berskala daerah berada pada Pangdam/Danrem/Dandim. d. Komando Operasional yang bersifat taktis : 1) Komando operasional yang bersifat taktis, bantuan Satgas TNI/TNI

AD kepada pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana skala

58 nasional berada pada masing-masing Komandan Satuan Tugas (Dansatgas PRC PB TNI AD). 2) Komando operasional yang bersifat taktis, bantuan TNI kepada

pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana skala daerah berada pada Danrem/Dandim. e. Wewenang Komando dan Pengendalian penanggulangan bencana alam di

daerah berada pada Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) selaku Panglima Kotama Operasi TNI dan atau pada Komandan Komando Resort Militer (Danrem), Komandan Komando Distrik Militer (Kodim), sesuai dengan atataran kewenangan tugas dari Komando Atas, serta situasi dan kondisi tingkat bencana alam. 34. Pengendalian. a. Pengendalian bencana pada saat tanggap darurat berada dibawah

BNPB/BPBD atau incident Comamander yang ditunjuk. b. TNI. c. Kendali operasional bantuan Satgas TNI/TNI AD kepada pemerintah daerah bencana alam skala nasional tanggung jawab Satgas PRC PB TNI AD pengendaliannya berada dibawah kendali Panglima

dalam penananggulangan Komandan PRC PB TNI AD. d.

Kendali opersional bantuan Satgas TNI kepada pemerintah daerah dalam

penanggulangan bencana skala daerah tanggung jawab Pangdam. e. Pelaksanaan latihan Satgas PRC PB TNI AD dilaksanakan secara terpadu unsur lain, secara bertahap, bertingkat dan berlanjut serta

dengan

berkesinambungan sepanjang tahun program satuan dengan memadukan program kerja dengan pemerintah Pusat/Daerah. f. Pelaksanaan latihan puncak Satgas PRC PB TNI AD, dikoordinir oleh

Dankodiklat TNI AD untuk tingkat nasional, oleh Danrindam untuk tingkat daerah Provinsi, Kabupaten/Kota.

59 35. Evaluasi : a. b. c. Jelaskan penanggulangan Bencana dipimpin oleh siapa ? Jelaskan wewenang Komando dan pengendalian bencana tingkat daerah ? jelaskan pengendalian bencana saat tanggap darurat.

60 BAB VIII

EVALUASI AKHIR PELAJARAN 36. Evaluasi Akhir. a. Bencana alam merupakan peristiwa yang sangat menakutkan bagi

kehidupan manusia,tanggungjawab siapa dalam rangka penanggulangan bencana tersebut. Jelaskan. ! b. c. d. Jelaskan yang anda ketahui tentang Organisasi BPBD di Tingkat Propinsi ? Sebutkan sasaran nonfisik dan fisik yang ingin dicapai pada saat tanggap Dalam organisasi Penanggulangan Bencana sesuai Perpres no 8 tahun

darurat ! 2008 secara segnifikan tidak terlibat dalam kegiatan penanggulangan bencana, peranan apa yang diambil TNI dalam penanggulangan bencana. Jelaskan ! e. f. Pada tahap paska bencana banyak kegiatan penting yang harus dilakukan Dalam penanganan bencana mempunyai prinsip bahwa titik berat dengan cepat dan segera, jelaskan pekerjaan apa saja. ! penanggulangan bencana terletak pada saat Pra bencana Jelaskan. !

61 BAB VI

PENUTUP 37. Demikian Naskah Departemen tentang Penanggulangan Bencana ini untuk

digunakan sebagai pedoman bagi gadik dan Serdik dalam proses belajar mengajar .

Anda mungkin juga menyukai