Buku Pedoman TTG Bencana Alam

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 57

MARKAS BESAR ANGKATANDARAT

PUSAT TERITORIAL

BUKU PEDOMAN
Tentang
PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. TNI sebagai bagian dari komponen bangsa sesuai dengan undang-undang


Republik Indonesia nomor. 34 tahun 2004 tentang TNI bertugas pokok
melaksanakan operasi militer perang (OMP),dan operasi militer selain perang
(OMSP), salah satu tugasnya dalam OMSP adalah membantu menanggulangi
akibat bencana alam, maka dalam pelaksanaan tugasnya TNI telah memiliki
landasan hukum yang kuat dan menyeluruh sesuai perkembangan maupun
kebutuhan pelaksanaan tugas di wilayah tanggungjawab masing-masing;

b. TNI AD dalam menjalankan fungsi pembinaan satuan khususnya dalam


tugas membantu penanggulangan bencana alam dituntut untuk mampu
menyiapkan personel, materiil, sarana dan prasarana yang diperlukan, sehingga
kesiap siagaan penanggulangan bencana alam dapat segera dilaksanakan secara
terpadu dan terintegrasi;dan

c. agar satuan-satuan jajaran TNI AD mampu melaksanakan tugas membantu


menanggulangi bencana alam sesuai peraturan dan perundang undangan yang
berlaku, maka perlu disusun buku pedoman tentang penanggulangan bencana
alam.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Buku pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan tuntunan


kepada satuan jajaran TNI AD dalam kesiapan membantu penanggulangan
bencana alam.

b. Tujuan. Adapun tujuan dari buku pedoman ini, untuk menyamakan


pola sikap, pola pikir dan pola tindak satuan jajaran TNI AD dalam melaksanakan
bantuan penanggulangan bencana alam.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Lingkup pembahasan pedoman penanggulangan


bencana alam ini, meliputi tata cara kegiatan perencanaan, persiapan,
pelaksanaan dan pengakhiran dalam melaksanakan tugas membantu
2

penanggulangan bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan


kemanusiaan.
b. Tata Urut. Pedoman penanggulangan bencana alam ini, disusun dengan
tata urut sebagai berikut:

1) Bab I Pendahuluan;

2) Bab II Ketentuan Umum;

3) Bab III Pelaksanaan;

4) BabIV Administrasi dan Logistik;

5) Bab V Komando, Pengendalian dan Komunikasi; dan

6) Bab VI Penutup.

4. Dasar.

a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tanggal 8 Januari


2002 tentang Pertahanan Negara.

b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tanggal 16


Oktober 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.

c. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 26 April


2007 tentang Penanggulangan Bencana.

d. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tanggal 26


Januari 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tanggal 28


Pebruari 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

f. Keputusan Kasad Nomor Kep/480/XII/2013 tanggal 4 Desember 2013


tentang Doktrin TNI AD “Kartika Eka Paksi”.

g. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/35/XI/2007 tanggal 21 Nopember


2007 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Tugas Pasukan Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana (PRC PB TNI).

h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentang


Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, tanggal, 28 Februari 2008.

i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 tentang


Peranserta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing- Non Pemerintah dalam
Penanggulangan Bencana, tanggal, 28 Februari 2008.

j. Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Perkasad/96/XI/2009 tanggal


30 Nopember 2009 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan tentang Pedoman
penanggulangan bencana alam

k. Surat perintah Danpusterad Nomor Sprin/174/II/2014 tanggal 21 Februari


2014 tentang penyusunan buku pedoman tentang penanggulangan bencana alam.
3

5. Pengertian. (lampiran A).


BAB II
KETENTUAN UMUM

6. Umum. Kejadian bencana alam tidak dapat dicegah dan diperkirakan secara
tepat, maka diperlukan pemahaman tentang kriteria bencana alam dan prinsip-prinsip
penanggulangan bencana alam, pertimbangan pelaksanaan tugas operasi, tataran
kewenangan, mekanisme pelibatan satuan TNI AD beserta perkuatannya dalam
penanggulangan bencana alam.

7. Kriteria Bencana Alam.

a. Kriteria Bencana Alam pada skala Tingkat Nasional.

1) bencana yang terjadi menyebabkan mekanisme sistem pemerintahan


di daerah tersebut, baik dalam kawasan satu Propinsi atau lebih tidak
berfungsi;

2) infrastruktur di kawasan daerah yang terkena bencana mengalami


rusak berat dan tidak berfungsi, sehingga kehidupan social ekonomi
masyarakat tidak dapat berjalan;

3) korban manusia baik yang meninggal maupun luka, serta kerusakan


bangunan dan rumah tempat tinggal sangat banyak, sehingga
menyebabkan unsur-unsur satgas di badan penanggulangan bencana
daerah (BPBD) tingkat propinsi tidak mampu mengatasi akibat bencana
tersebut; dan

4) hasil data korban dan kerusakan daerah yang sangat banyak


sehingga tidak mampu ditangani oleh propinsi sehingga harus ditangani
secara nasional, maka selanjutnya penetapan tentang status darurat
bencana alam untuk skala nasional ditetapkan oleh Presiden.

b. Kriteria Bencana Alam pada Skala Propinsi.

1) bencana alam yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya


mekanisme sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena bencana;

2) infrastruktur hanya sebagian kecil yang tidak berfungsi, masyarakat


masih dapat beraktivitas dengan terbatas;

3) korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul, unsur-unsur


satgas pada badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) tingkat
kabupaten/kota tidak mampu mengatasi;

4) unsur-unsur satgas pada badan penanggulangan bencana daerah


(BPBD) tingkat propinsi, masih mampu mengatasi terhadap korban manusia
dan kerusakan daerah yang timbul; dan
4

5) hasil data korban dan kerusakan daerah masih mampu ditangani


oleh propinsi maka penetapan tentang status darurat bencana alam untuk
skala bencana tingkat propinsi ditetapkan oleh Gubernur.
c. Kriteria Bencana Alam pada Skala Kabupaten/Kota.

1) bencana yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya mekanisme


sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena bencana;

2) infrastruktur yang ada di wilayah tersebut semua masih berfungsi dan


bisa dijalankan;

3) unsur-unsur satgas pada badan penangulangan pencana daerah


(BPBD) tingkat kabupaten/kota, mampu mengatasi terhadap timbulnya
korban manusia maupun kerusakan daerah; dan

4) hasil data korban dan kerusakan daerah yang masih mampu


ditangani oleh kabupaten/kota maka penetapan tentang status darurat
bencana alam untuk skala bencana tingkat kabupaten/kota ditetapkan oleh
Bupati/Walikota.

8. Prinsip-prinsip dalam Penanggulangan Bencana Alam.

a. Kesatuan Komando. Agar terlaksana penanggulangan bencana alam di


darat secara efektif dan efisien, perlu adanya suatu organisasi tugas yang jelas
dalam pembagian tugas dan tanggung jawabnya, serta hirarkhis garis komando
dan pertanggung jawaban tugas dalam satgas PRC PB TNI AD;

b. Cepat dan Tepat. Adalah bahwa dalam penanggulangan bencana harus


dilaksanakan dengan cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan. Prinsip ini
dilakukan dalam rangka mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan meliputi;
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
sarana dan prasarana;

c. Prinsip Koordinasi. Adalah pada penanggulangan bencana didasarkan


pada koordinasi yang baik dan saling mendukung;

d. Pemberdayaan. Memberdayakan partisipasi dan memanfaatkan


kemampuan masyarakat, pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada didaerah
bencana dalam rangka memberikan dukungan pada penanggulangan terutama
pada tahap tanggap darurat;

e. Non Diskriminatif. Memberlakukan masyarakat yang terkena bencana


secara adil dengan tanpa mengelompokkannya pada kelompok golongan, suku,
agama, ras dan antar golongan (SARA);

f. Fleksibel. Organisasi dan peralatan penanggulangan bencana harus


berkemampuan sedemikian rupa, sehingga mampu dihadapkan dengan berbagai
masalah dilapangan;

g. Akomodatif. Setiap informasi, laporan-laporan serta saran yang berkaitan


dengan penanggulangan bencana alam harus dapat dijadikan sebagai bahan
5

masukan untuk dikaji sehingga dalam pelaksanaan penanggulangan bencana


dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien;

h. Prioritas. Adalah bahwa apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan


harus mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa
manusia;

i. Transparansi. Adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara


terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan; dan

j. Akuntabilitas. Adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara


terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.

9. Pertimbangan Pelaksanaan. Pertimbangan terhadap penyelenggaraan


penanggulangan bencana alam di darat, berdasarkan kepada beberapa faktor yaitu
pertimbangan terhadap tugas, pertimbangan terhadap kondisi alam dan medan, macam
dan dampak dari bencana alam, gelar satuan TNI AD, dan pelibatan instansi terkait, serta
tempat/instalasi pendukung penyelenggara penanggulangan bencana alam.

a. Pertimbangan Terhadap Tugas.

1) penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam tahap tanggap


darurat dilaksanakan sepenuhnya oleh BNPB dan BPBD. Badan
penanggulangan bencana tersebut terdiri dari unsur pengarah dan unsur
pelaksana. BNPB dan BPBD mempunyai tugas dan fungsi antara lain
mengkoordinasikan penyelenggaraan penanggulangan bencana secara
terencana dan terpadu sesuai dengan kewenangannya;

2) dampak yang ditimbulkan apabila terjadi bencana alam adalah


terganggunya sendi-sendi kehidupan masyarakat, yang akhirnya dapat
mengganggu stabilitas daerah dan dapat berkembang mengganggu
stabilitas nasional. TNI AD dalam tugas pokoknya melalui operasi militer
selain perang (OMSP), berkewajiban untuk memberikan tugas bantuan
kepada pemerintah guna membantu penanggulangan bencana yang terjadi
di darat, melalui koordinasi dengan semua unsur aparat terkait, mulai tahap
pra bencana alam, tanggap darurat, serta pada tahap keadaan pasca
bencana;

3) mabesad selaku Kotama pembinaan satuan jajaran TNI AD,bertugas


menyiapkan satuan-satuan penanggulangan secara terpusat dalam bentuk
pasukan reaksi cepat penanggulangan bencana (PRCPB TNI AD) berbentuk
satgas, merupakan bagian dari kekuatan satuan tugas PRC PB TNI yang
berada dibawah langsung Panglima TNI;

4) masing-masing satkowil sesuai dengan tingkatannya menyiapkan


satu satgas PRC PB yang langsung dibawah komando operasi
Pangdam/Danrem/Dandim, dan setiap saat dapat dioperasionalkan pada
bencana tingkat daerah dan atau dapat dioperasikan oleh Panglima TNI di
daerah bencana lain yang mengalami bencana, untuk memperkuat PRC PB
TNI pada daerah bencana tersebut, dan atau bila ada permintaan bantuan
dari pemerintah daerah atau atas perintah komando atas;
6

5) Kopassus mempunyai tugas untuk menyiapkan personel yang


mempunyai kemampuan sesuai dengan macam bencana yang terjadi,dalam
satuan unit guna memberikan bantuan perkuatan pada satuan PRC PB TNI
AD yang ada di daerah bencana alam;

6) Kostrad mempunyai tugas menyiapkan satu Batalyon PRC PB


sepanjang tahun untuk bersiaga, dengan mengatur pembagian tugas
bergiliran antara Divif-1 dan Divif-2 Kostrad, untuk bantuan khusus atas
perintah Kasad, An. Panglima TNI; dan

7) eselon Balakpus jajaran TNI AD mempunyai kewajiban dalam rangka


penyiapan pembinaan kemampuan dan kekuatan prajurit, satuan dan alat
utama masing-masing fungsi guna penanggulangan bencana alam yang
terjadi di darat.

b. Pertimbangan terhadap Kondisi Alam dan Medan. Kondisi wilayah


geografi Indonesia sangat luas dan rawan terhadap bencana alam, disamping itu
tempat, waktu, jenis dan tingkat terjadinya bencana sangat sulit untuk diprediksi.
Sedangkan sebagian besar daerah atau wilayah belum dilengkapi alat peralatan
pendeteksi dini terhadap terjadinya gejala bencana atau tanda-tanda kemungkinan
datangnya bencana alam. untuk itu perlu pertimbangan terhadap kondisi alam
sebagai berikut:

1) Pertimbangan geografis. bencana alam dapat timbul dari akibat/


dampak perubahan-perubahan kontur permukaan bumi yang sangat cepat,
yang menimbulkan kerugian materiil, terganggunya kehidupan masyarakat,
korban jiwa manusia maupun dampak psikologis masyarakat;

2) Pertimbangan geologis. bencana alam yang dapat timbul


dariperubahan-perubahan pada berbagai jenis tanah, pasir, batu-batuan,
mineral serta pergerakan lempeng patahan-patahan yang ada pada perut
bumi, berakibat terjadinya bencana gempa bumi, tanah longsor dan tsunami
yang menimbulkan kerugian terhadap kehidupan manusia;

3) Pertimbangan hidrologis. bencana alam yang dapat timbul


daridampak perubahan-perubahan Suhu, angin, cahaya dan endapan
(SACE), maka berakibat terjadinya bencana di permukaan bumi yang
menimbulkan bencana terhadap kehidupan dan kontur bumi; dan

4) Pertimbangan demografi. pencana alam yang dapat timbul dari


dampak perilaku manusia yang tidak menjaga ekosistem dan kelestarian
alam secara seimbang, yang berakibat terjadinya bencana kerusakan alam
dan lingkungan, yang menimbulkan kerugian terhadap kehidupan manusia
dan mahluk hidup serta tata kehidupan alam lingkungan lainnya.

c. Macam dan Dampak dari Bencana Alam.

1) Macam bencana alam. Bencana alam antara lain berupa gempa bumi
karena alam, letusan gunung berapi, angin topan, tanah longsor,
kekeringan, kebakaran hutan/lahan karena faktor alam, hama penyakit
tanaman, epidemi, wabah, kejadian luar biasa, dan kejadian antariksa/
benda-benda angkasa. Beberapa bencana alam menimbulkan dampak
perubahan-perubahan kontur permulaan bumi, perubahan berbagai jenis
7

unsur tanah, unsur pasir, batu-batuan, mineral serta pergerakan lempeng


patahan bumi, perubahan suhu, angin, cahaya dan endapan dan dampak
perilaku manusia. Dari perubahan-perubahan alam tersebut, maka
menimbulkan berbagai macam bencana yang mungkin muncul diantaranya.

a) Bencana tsunami. Kejadian tsunami di Indonesia sebagian


besar disebabkan oleh gempa-gempa tektonik disepanjang daerah
subduksi dan seismik aktif, yang terbentang mulai dari pantai
kawasan pesisir Sumatera barat, pantai selatan pulau Jawa dan Bali,
pantai selatan dan utara kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT) serta
Maluku, pantai utara Papua, sertaseluruh pantai timur dan barat
Sulawesi bagian utara;

b) Gempa bumi. Pusat gempa dangkal (0-85 Km) dan pusat


gempa sedang (185-300 Km), banyak terdapat di pulau Sumatera,
Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua, yang sebagian
besar berpusat di dasar laut dan berpotensi tsunami. Gempa bumi
lain dapat disebabkan oleh gempa tektonik, akibat dari letusan
gunung api serta longsoran tanahdan bebatuan dari gunung, jurang
yang cukup besar volumenya;

c) Gunung meletus. Indonesia setidaknya memiliki 240 gunung


api yang tersebar diberbagai daerah, serta sekitar 70 gunung yang
masih aktif, suatu saat akan meletus dan menyemburkan lava panas
yang berpotensi menimbul kanbencana. Bentangan gunung api
disebut busur api yang terbentang mulai dari pulau Sumatera, Jawa,
Bali, NusaTenggara, kepulauan di laut Banda, sampai bagian utara
pulau Sulawesi;

d) Banjir. Daerah yang rawan banjir adalah di pantai timur


Sumatera, pantai utara Jawa, Kalimantan, Sulawesi Selatan, dataran
rendah NTT dan Papua serta beberapa tempat diJakarta. penyebab
banjir masih dominan karena ulah manusia yang kurang disiplin,
melanggar kelestarian alam dan lingkungan hidup, diantaranya akibat
gundulnya hutan, daerah serapan air di ketinggian tidak berfungsi,
pembuangan sampah dan pendangkalan sungai, badan sungai
mengalami penyempitan akibat hunian yang tidak tertib dan tidak
berfungsinya “situ” sebagai danau buatan untuk menampung debit
air, serta yang global melanda dunia saat ini adalah akibat
pemanasan global bumi, akibat dari kasus kebakaran hutan, gas
buang kendaraan dan industri, maka bumi semakin meningkat
suhunya dan es di kutub mencair, air laut menjadi pasang/kenaikan
permukaan air laut (sea level rise), menahan laju air sungai di muara,
merendam pantai-pantai serta pemukiman di pantai;

e) Tanah longsor (land slide). Penyebab terjadinya tanah longsor


adalah karena faktor alam dan tingkah laku dari manusia yang kurang
memperhatikan analisa dampak lingkungan (Amdal), serta adanya
kemiringan tanah/tebing terjal, erosi dipegunungan karena hutan tidak
tertata (penebangan liar), mendirikan bangunan disekitar tebing,
tanah bersifat lembek jenuh dengan air hujan, keretakan tanggul
sungai/situ/danau dan tebing karena proses alam (tanah
lapuk/gempa);
8

f) Kebakaran hutan dan kekeringan. Bencana kekeringan terjadi


pada musim kemarau panjang pada daerah tertentu seperti di NTB,
NTT, Sulawesi dan Kalimantan, maka mengakibatkan tumbuhan
ilalang dan rumput mengering menjadi penyulut kebakaran dan juga
terjadi kegagalan panen. Kebakaran hutan banyak diakibatkan oleh
ulah masyarakat yang membuka lahan baru dengan membakar
hutan, dengan alasan hemat biaya dan cepat cara kerjanya, tetapi
ada juga akibat dari faktor alam yaitu percikan api dari pergesekan
pohon akibat angin, serta panas bumi (batubara di bawah tanah
hutan) yang menimbulkan percikan api. sedangkan kebakaran di
perkotaan banyak disebabkan oleh rapatnya hunian serta tidak
disiplin masyarakat dalam penggunaan sarana listrik dan alat
memasak serta lampu penerangan yang menggunakan bahan bakar
(kerosin);

g) Angin badai dan topan. pemanasan global menyebabkan pula


tidak meratanya pola temperatur dan tekanan udara. Perbedaan
temperatur antara daerah subtropis dengan tropisdan sebaliknya
berkisar 26,5 derajat Celsius, maka menimbulkan angin kencang
dengan kecepatan kencang pada pusat putaran/siklon 95 km/jam
dengan ekor putaran hampir 90-280 km/jam, sering disebut angin
puting beliung. Tidak jarang diwilayah Indonesia angin puting beliung
atau angin badai dan topan yang menerjang perkampungan sehingga
menimbulkan kerusakan fasilitas umum bahkan sampai menimbulkan
korban jiwa. angin tesebut mampu mengangkat rumah-rumah,
perkantoran, dan fasilitas lainnya sehingga menjadi porak poranda.
Peralatan yang dimiliki oleh BMG saat ini sangat terbatas sebagai alat
pendeteksi dini, sehingga terjadinya angin badai dan topan sulit untuk
terdeteksi, kemana arahnya dan berapa kecepatannya, sehingga
mempersulit penanggulangannya; dan

h) Erupsi/semburan materiil dari perut bumi. Penyebab terjadinya


adalah selain akibat faktor alam adanya tekanan besar dari perut
bumi yang sudah tidak tertahan lagi oleh permukaan bumi, juga
akibat faktor kelalaian manusia sehingga memicu terjadinya
semburan materiil/lumpur dari perut bumi secara berlebihan serta
disebabkan adanya eksplorasi dengan tidak mempertimbangkan
analisa dampak lingkungan (amdal).

2) Dampak dari bencana alam.

a) Dampak pada penduduk, antara lain berupa korban jiwa/


meninggal, hilang, luka, pengungsian/evakuasi, wabah penyakit dan
terisolasi dari lingkungan dan membahayakan kehidupan masyarakat
pada waktu yang berkelanjutan dapat menimbulkan dampak
psikologis (trauma);

b) Dampak yang terjadi pada pemerintahan, antara lain berupa


kerusakan sarana dan prasarana pelayanan masyarakat atau
hilangnya arsip/dokumen pemerintah, tidak berjalannya pelayanan
masyarakat serta tidak berfungsinya pemerintah didaerah;
9

c) Dampak pada perekonomian, antara lain berupa hilangnya


mata pencarian masyarakat, tidak berfungsinya perekonomian dan
pasar, serta tidak berfungsinya pertanian/peternakan, terputusnya
sarana transportasi ekonomi dan perdagangan serta hilangnya harta
benda masyarakat;

d) Dampak pada sarana dan prasarana fisik fasilitas umum,


antara lain; kerusakan rumah-rumah, perkantoran, tempat ibadah,
sarana transportasi darat, fasilitas pemerintah dan fasilitas umum;
dan

e) Dampak pada lingkungan, berupa kerusakan ekosistem,


pencemaran udara, obyek wisata, lahan pertanian, perkebunan,
sumber air bersih, jaringan listrik, dan jaringan irigasi.

d. Gelar Satuan TNI AD. Pelaksanaan membantu pemerintah dalam


penanggulangan bencana alam, satgas PRC PB TNI AD berada disemua tingkatan
kotama operasi, dengan gelar satuan jajaran TNI AD sebagai berikut:

1) Kodam sebagai kompartemen strategis dan komando kewilayahan


yang tergelar di seluruh wilayah indonesia, mempunyai peran langsung
dalam penanggulangan bencana alam di daerah, maka gelar satgas PRC PB
dipersiapkan dengan pembinaan kemampuan dan keterampilan mulai
satuan tingkat Kodim sampai dengan Kodam;

2) Kostrad sebagai Komando Cadangan strategis TNI AD yang tergelar


di beberapa wilayah Indonesia mempunyai peran sangat signifikan dalam
memberikan bantuan cepat kepada Komando Kewilayahan yang mengalami
bencana. untuk dapat melakukan tugasnya dengan efektif maka setiap Divisi
(Divif-1 dan 2), masing masing membina 1(satu) Yon PRC PB, dengan
kesiagaan secara bergiliran sepanjang tahun dan setiap saat dapat
dioperasionalkan atas perintah dari Komando Atas;

3) Kopassus, sebagai satuan yang mempunyai kemampuan dan


keterampilan khusus, untuk membantu penanggulangan bencana alam pada
tahap pencarian dan pertolongan korban, setiap saat dapat
dioperasionalkan atas perintah dari komando atas;

4) Balakpus TNI AD, sebagai satuan yang melaksanakan pembinaan


lapangan kekuasaan teknis (LKT), untuk mendukung satuan Kowil dan
Nonkowil, sesuai dengan fungsinya.

e. Instansi Terkait. Yang dimaksud instansi terkait adalah semua instansi


yang ikut terlibat dalam pelaksanaan penanggulangan bencana alam, satuan diluar
TNI AD, baik dari TNI (AL dan AU), Polri, Pemerintah maupun non Pemerintah.
Pelibatan satuan-satuan ini didalam penggunaannya tergantung dari kemampuan
yang dimiliki.

f. Posko, Poslong , Titik Bekal dan Titik Distribusi.

1) Pos komando. merupakan suatu tempat/lokasi yang aman sebagai


wahana didalam mengkoordinasikan dan mengendalikan suatu kegiatan
10

untuk memudahkan jalannya pelaksanaan tugas, baik bersifat statis yang


merupakan posko utama dan yang bersifat mobil merupakan posko taktis:

a) posko utama merupakan tempat yang digunakan untuk


menggelar data-data pengungsian/evakuasi berisi data-data antara
lain: Peta daerah bencana, tempat pengungsian, tempat evakuasi,
tempat aman, rute penyelamatan, rute-rute kegiatan yang akan
dilaksanakan, jumlah, penempatan dan jenis pasukan yang terlibat,
instansi terkait yang terlibat dan sarana prasarana yang digunakan
dalam kegiatan posko, terutama alat komunikasi; dan

b) posko taktis pada umumnya bergerak dilapangan dekat tempat


bencana yang terjadi dengan membawa kelengkapan seperlunya
untuk memudahkan dalam pengendalian langsung dilapangan.

2) Pos pertolongan penanggulangan bencana (poslong PB). merupakan


tempat aman yang sangat penting dan digunakan sebagai tempat
pertolongan darurat akibat dari dampak bencana yang terjadi, dengan
perlengkapan medis serta personelnya yang memadai, peralatan dan
personel khusus yang melaksanakan tugas pencarian dan pertolongan
kecelakaan (SAR). Poslong PB ini sebaiknya sedekat mungkin dengan
sasaran namun terjamin keamanannya sehingga dapat dengan cepat dapat
menolong korban, seperti tersedianya hellypad dan tempat/tenda evakuasi;
dan

3) Titik bekal (TB) dan titik distribusi (TD). Adalah merupakan tempat
yang disiapkan oleh satuan PRC PB dan atau pemerintah, BNPB/BPBD
sesuai tingkatannya di daerah bencana. TB dan TD digunakan untuk
menyimpan dan mendistribusikan bekal logistik dan peralatan yang
digunakan oleh satuan PRC PB, sehingga dengan cepat dan mudah dapat
dioperasionalkan, serta aman dari dampak bencana selanjutnya. Untuk
bangunan fisik TB dapat menggunakan bangunan di daerah yang aman dan
dapat berfungsi atau dibangun secara fisik menggunakan tenda-tenda,
sedangkan TD didirikan sedekat mungkin dengan jalur transportasi darat,
laut dan udara, sehingga mudah dalam penyalurannya terhadap korban dan
satuan PRC PB.

10. Tataran Kewenangan.

a. Panglima TNI.

1) Panglima TNI mengerahkan satuan TNI AD atas perintah dari


Presiden sesuai dengan permintaan dari Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). Selanjutnya melakukan koordinasi
dengan Menkokesra, Departemen atau instansi terkait guna kelancaran
pelaksanaan tugas penanggulangan bencana;

2) Mengeluarkan direktif untuk pelaksanaan program operasional


kegiatan satgas PRC PB TNI AD dan mengendalikan dalam operasi
penanggulangan bencana alam di darat; dan
11

3) Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan berupa pelatihan dasar,


lanjutan, teknis, simulasi, dan geladi yang terkait dengan penanggulangan
bencana, sesuai dengan mandat dan kewenangannya, berdasarkan
pedoman yang ditetapkan oleh Kepala BNPB.

b. Kepala Staf Angkatan Darat.

1) Mengeluarkan direktif untuk pelaksanaan program pembinaan


kegiatan Satgas PRC PB TNI AD dan menyiapkan satuan satgas PRC PB TNI
AD setiap saat dapat dioperasikan dan berada di bawah kendali Panglima
TNI;

2) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berupa pendidikan


formal, non formal dan informal yang berupa pelatihan dasar, lanjutan,
teknis, simulasi, dan geladi yang terkait dengan penanggulangan bencana,
sesuai dengan mandat dan kewenangannya, berdasarkan pedoman yang
ditetapkan oleh Kepala BNPB;

3) Memerintahkan Balakpus TNI AD selaku pembina LKT untuk


memberikan dukungan kemampuan dan kekuatan kepada satuan jajaran di
bawah fungsinya dalam pembinaan maupun penggunaannya; dan

4) Menyiapkan dan mengatur secara bergiliran satu satuan Batalyon


PRC PB TNI AD (terdiri dari Kelompok Komando Kompi (Pokkoki), satu
Kompi Markas (Kima) dan 4 Kompi Lapangan) dari satuan jajaran Kostrad
(Divif-1 dan Divif-2) yang setiap saat dapat digerakkan untuk membantu
satgas PRC PB TNI atau satgas PRC PB TNI AD, Kodam, Korem, Kodim.

c. Pangdam.

1) Menyiapkan rencana operasi (RO) untuk rencana pelaksanaan tugas


satgas PRC PB pada satuan jajarannya dan satuan dibawah kendali
operasinya (BKO) dan menyiapkan serta mengendalikan satuan tugas PRC
PB Kodam setiap saat;

2) Memerintahkan balak kotama Kodam selaku pembina LKT didaerah,


untuk memberikan dukungan kemampuan dan kekuatan kepada satuan
jajaran di bawah fungsinya dalam pembinaan maupun penggunaannya; dan

3) Melakukan koordinasi dengan dinas atau instansi terkait pada tataran


BNPB atau BPBD di Propinsi, guna kelancaran pelaksanaan tugas
penanggulangan bencana di daerah.

d. Danrem.

1) Menyiapkan rencana operasi (RO) untuk rencana pelaksanaan tugas


Satgas PRC PB dan menyiapkan serta mengendalikan satuan tugas PRC PB
Korem setiap saat dan saat operasi berada di bawah kendali Danrem;

2) Memerintahkan Balak Aju Kotama selaku pembina LKT didaerah,


untuk memberikan dukungan kemampuan dan kekuatan kepada satuan
jajaran dibawah fungsinya dalam pembinaan maupun penggunaannya; dan
12

3) Melakukan koordinasi dengan dinas atau instansi terkait pada tataran


BPBD Propinsi/Kabupaten/Kota, guna kelancaran pelaksanaan tugas
penanggulangan bencana di daerah.

e. Dandim.

1) Memberikan bantuan kepada Pemda dalam proses mitigasi wilayah


rawan bencana di daerahnya untuk dapat diprogramkan melalui bakti TNI;

2) Melaksanakan perintah operasi dari komando atas, menyiapkan dan


mengendalikan satuan tugas PRC PB Kodim setiap saat dan saat operasi
berada dibawah kendali Dandim;

3) Menyiapkan potensi masyarakat dan kekuatan sumber daya daerah,


yang meliputi bantuan sarana dan prasarana, fasilitas jasa untuk dapat
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas satgas PRC PB TNI/satgas PRC
PB TNI AD/Kodam/Korem/Kodim;

4) Menyiapkan sarana dan prasarana di daerah untuk dapat mendukung


pelaksanaan operasi penanggulangan bencana di daerahnya atau daerah
satuan tetangga yang mengalami bencana alam;

5) Melakukan koordinasi dengan satuan, dinas atau instansi terkait pada


tataran BPBD Kabupaten/Kota, guna kelancaran pelaksanaan tugas
penanggulangan bencana di daerah; dan

6) Membantu mengendalikan penanggulangan bencana alam di


daerahnya sesuai dengan kriteria bencana yang dihadapi.

BAB III
ORGANISASI DAN TUGAS

11. Umum. Satuan tugas TNI AD dalam membantu penanggulangan bencana


alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan dibutuhkan suatu organisasi
dan tugas yang memadai dihadapkan kepada bentuk bencana alam yang terjadi.
13

12. Organisasi.

a. Tingkat pusat pada bencana alam skala tingkat nasional. struktur


organisasi.

MABES PANGLIMA
TNI TNI

BN PB

MABES SATGAS PRC


TNI AD PB TNI AD

STAF STAF STAF


STAF STAF
MIN KUM HUBLU
PAM OPS
LOG KESRA PROT

UNIT UNIT UNIT YON UNIT UNIT


KES BEKANG ZI PRC PB KOMLEK EVAK

1) Unsur pimpinan.

(a) Dansatgas PRC PB TNI AD adalah Pati TNI AD dengan pangkat


Mayor Jenderal yang ditunjuk oleh Kasad/Panglima TNI; dan

(b) Wadan satgas PRC PB TNI AD adalah Pati TNI ADdengan


pangkat Brigadir Jenderal yang ditunjuk oleh Kasad.

2) Unsur-unsur staf.

(a) Asisten Pengamanan adalah Pamen TNI AD dengan pangkat


Kolonel yang ditunjuk oleh Kasad;

(b) Asisten Operasi adalah Pamen TNI AD dengan pangkat


Kolonel yang ditunjuk oleh Kasad;

(c) Asisten Administrasi Logistik adalah Pamen TNI AD dengan


pangkat Kolonel yang ditunjuk oleh Kasad;
14

(d) Asisten Hukum Kemasyarakatan adalah Pamen TNI AD


dengan pangkat Kolonel yang ditunjuk oleh Kasad; dan

(e) Asisten Hubungan Luar Negeri dan Protokoler adalah Pamen


TNI AD dengan pangkat Kolonel yang ditunjuk oleh Kasad.

3) Unsur-unsur pelaksana.

(a) Kepala Unit Kesehatan adalah Pamen TNI AD Corps Ckm


dengan pangkat Kolonel yang ditunjuk komando atas;

(b) Kepala Unit Bekang adalah Pamen TNI AD Corps Bekang


dengan pangkat Kolonel yang ditunjuk komando atas.

(c) Kepala Unit Zeni adalah Pamen TNI AD Corps Zeni dengan
pangkat Kolonel yang ditunjuk komando atas;

(d) Komandan Batalyon Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan


Bencana (PRC PB) adalah Pamen TNI AD dengan pangkat Letnan
Kolonel yang ditunjuk secara bergiliran oleh komando atas;

(e) Kepala Unit Komlek adalah Pamen TNI AD Corps Chb dengan
pangkat Kolonel yang ditunjuk komando atas; dan

(f) Kepala Unit Evakuasi adalah Pamen TNI AD dengan pangkat


Kolonel yang ditunjuk komando atas.

b. Tingkat daerah propinsi pada bencana alam skala tingkat daerah. struktur
organisasi.

BP BD KODAM/ SATGAS PRC


PROV KOREM PB

STAF STAF STAF STAF


PAM OPS MINLOG TER

UNIT UNIT UNIT UNIT YON UNIT UNIT


KES BEKANG ZI KOMLEK PRC PB EVAK PEN
15

1) Unsur pimpinan.

(a) Dansatgas dijabat oleh Pangdam/Danrem; dan


(b) Wadansatgas dijabat oleh Kasdam/Kasrem.

2) Unsur-unsur staf.

(a) Asisten/Kepala Seksi Pengamanan adalah Pamen TNI AD


dengan pangkat Kolonel/Letkol yang ditunjuk oleh Pangdam/Danrem;

(b) Asisten/Kepala Seksi Operasi adalah Pamen TNI AD dengan


pangkat Kolonel/Letkol yang ditunjuk oleh Pangdam/Danrem;

(c) Asisten/Kepala Seksi Administrasi Logistik adalah Pamen TNI


AD dengan pangkat Kolonel/Letkol yang ditunjuk oleh Pangdam/
Danrem; dan

(d) Asisten/Kepala Seksi Teritorial adalah Pamen TNI AD dengan


pangkat Kolonel/Letkol yang ditunjuk oleh Pangdam/Danrem.

3) Unsur-unsur pelaksana.

(a) Kepala Unit Kesehatan adalah Pamen TNI AD Corps Ckm


dengan pangkat Kolonel/Letkol yang ditunjuk oleh Pangdam/Danrem;

(b) Kepala Unit Bekang adalah Pamen TNI AD Corps Bekang


dengan pangkat Kolonel/Letkol yang ditunjuk oleh Pangdam/Danrem;

(c) Kepala Unit Zeni adalah Pamen TNI AD Corps Zeni dengan
pangkat Kolonel/Letkol yang ditunjuk oleh Pangdam/ Danrem;

(d) Komandan Batalyon Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan


Bencana adalah Pamen TNI AD dengan pangkat Letkol yang ditunjuk
secara bergiliran oleh pangdam/Danrem;

(e) Kepala Unit Komlek adalah Pamen TNI AD Corps Chb dengan
pangkat Kolonel/Letkol yang ditunjuk oleh Pangdam/Danrem;

(f) Kepala Unit Evakuasi adalah Pamen TNI AD dengan pangkat


Kolonel/Letkol yang ditunjuk oleh Pangdam/Danrem; dan

(g) Kepala Unit Penerangan adalah Pamen TNI AD dengan


pangkat Letkol/Mayor yang ditunjuk oleh Pangdam/Danrem .
16

c. Tingkat daerah Kabupaten/Kota pada bencana alam skala tingkat daerah.


struktur organisasi.

BP BD KODIM SATGAS PRC


KAB/KOTA PB

STAF STAF STAF STAF


PAM OPS MINLOG TER

UNIT UNIT UNIT UNIT YON UNIT UNIT


KES BEKANG ZI KOMLEK PRC PB EVAK PEN

1) Unsur pimpinan.

(a) Dansatgas dijabat oleh Dandim; dan


(b) Wadansatgas dijabat oleh Kasdim.

2) Unsur-unsur staf.

(a) Perwira Seksi Pengamanan adalah Pama TNI AD dengan


pangkat Kapten yang ditunjuk oleh Dandim;

(b) Perwira Seksi Operasi adalah Pama TNI AD dengan pangkat


Kapten yang ditunjuk oleh Dandim;

(c) Perwira Seksi Administrasi Logistik adalah Pama TNI AD


dengan pangkat Kapten yang ditunjuk oleh Dandim; dan

(d) Perwira Seksi Teritorial adalah Pama TNI AD dengan pangkat


Kapten yang ditunjuk oleh Dandim.

3) Unsur- unsur Pelaksana.

(a) Kepala Unit Kesehatan adalah Pama TNI AD Corps Ckm


dengan pangkat Kapten yang ditunjuk oleh Danrem;

(b) Kepala Unit Bekang adalah Pama TNI AD Corps Bekang


dengan pangkat Kapten yang ditunjuk oleh Danrem;
17

(c) Kepala Unit Zeni adalah Pama TNI AD Corps Zeni dengan
pangkat Kapten yang ditunjuk oleh Danrem;

(d) Komandan Batalyon pasukan reaksi cepat penanggulangan


bencana adalah Pamen TNI AD dengan pangkat Letkol yang ditunjuk
secara bergiliran oleh Danrem;

(e) Kepala Unit Komlek adalah Pama TNI AD Corps Chb dengan
pangkat Kapten yang ditunjuk oleh Danrem;

(f) Kepala Unit Evakuasi adalah Pama TNI AD dengan pangkat


Kapten yang ditunjuk oleh Danrem; dan

(g) Kepala Unit Penerangan adalah Pama TNI AD dengan pangkat


Kapten yang ditunjuk oleh Dandim.

13. Tugas-tugas

a. Tingkat pusat pada bencana alam skala tingkat nasional

1) Unsur Pimpinan.

a) Dansatgas PRC PB TNI AD.

(1) Memimpin dan mengendalikan unsur-unsur staf dan


pelaksana satgas dalam melaksanakan tugas;

(2) Mengkoordinasikan tugas-tugas satgas dengan BNPB


dan instansi lain yang diperbantukan pada PRC PB TNI AD,
terkait dengan tugas penanggulangan bencana alam didarat;

(3) Mengajukan kebutuhan alpal dan anggaran untuk


kebutuhan pelaksanaan operasi dan duklogops 7 (tujuh) hari
bekal ke Mabes TNI;

(4) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(5) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Panglima TNI dan Kasad paling lambat 15 (lima belas) hari
setelah dikeluarkannya perintah operasi.

b) Wadan satgas.

(1) Membantu semua tugas-tugas Dansatgas;

(2) Memberikan saran yang berkaitan dengan kegiatan


yang dilaksanakan;

(3) Mengkoordinir staf Satgas dalam melaksanakan


tugasnya; dan
18

(4) Memimpin satgas apabila Dansatgas berhalangan.


2) Unsur-unsur staf.

a) Asisten Pengamanan.

(1) Membuat rencana pengamanan personel, materiil dan


kegiatan serta pengendalian pelaksanaan pengamanan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana alam;

(2) Menegakkan ketertiban, hukum dan disiplin terhadap


seluruh anggota satgas dan masyarakat di daerah bencana
dengan mengkordinasikan instansi Polri dan pemerintah
daerah di wilayah;

(3) Melakukan pengawasan dan pengendalian dalam


bidang tibkumplin pada setiap kegiatan di daerah bencana;

(4) Menyiapkan sarana dan prasarana pengamanan


lingkungan di daerah bencana;

(5) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam


rangka mendukung kegiatan pengamanan;

(6) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(7) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas PRC PB TNI AD.

b) Asisten Operasi.

(1) Mengorganisir tugas-tugas satuan dalam pelaksanaan


penanggulangan bencana alam di daerah bencana;

(2) Melaksanakan pengumpulan keterangan awal tentang


terjadinya macam dan dampak bencana alam yang terjadi
guna untuk menyusun kegiatan yang akan dioperasionalkan;

(3) Melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait termasuk


masyarakat guna pemberdayaan dalam berpartisipasi untuk
kesiapan dalam membantu penanggulangan bencana alam
yang terjadi;

(4) Merencanakan dan mengendalikan latihan satgas


sesuai dengan kemungkinan tugas dan macam bencana alam
yang terjadi;

(5) Mengoordinasikan tentang bantuan dukungan


transportasi darat, laut dan udara dengan instansi terkait baik
dari TNI (termasuk TNI AL dan AU), pemerintah maupun non
pemerintah/swasta;
19

(6) Melakukan pengujian kesiapan satuan untuk pe-


nanggulangan bencana alam pada triwulan III setiap tahun
program; dan

(7) Melaporkan hasil kesiapan satgas kepada komando


atas.

c) Asisten Administrasi dan Logistik.

(1) Mengkoordinir dan mengendalikan logistik dengan


satuan yang berada di bawah koordinasinya;

(2) Membuat rencana kebutuhan bekal ulang satuan untuk


operasi selanjutnya (diluar bekal pokok);

(3) Menyiapkan materiil yang berkaitan dengan tugas


penanggulangan bencana alam;

(4) Mengoordinasikan tugas-tugas logistik dengan instansi


lain yang terkait dengan tugas penanggulangan bencana alam;

(5) Melaksanakan evaluasi dan pengawasan dalam


pelaksanaan dukungan logistik agar tetap terjamin kelancaran
tugas; dan

(6) Melaporkan hasil pelaksanaan dukungan logistik


kepada komando atas.

d) Asisten Hukum Kemasyarakatan.

(1) Merencanakan dan memberikan pembekalan tentang


hukum dan HAM kepada anggota satgas TNI AD;

(2) Memberikan bantuan hukum kepada anggota satgas


dan nasehat hukum masyarakat;

(3) Merencanakan dan menyalurkan santunan dan


kebutuhan sosial kepada masyarakat;

(4) Membuat saran hukum kepada DansatgasTNI AD


tentang pelaksanaan kegiatan tugas satgas;

(5) Melaksanakan koordinasi dengan instansi pemerintah


dan non pemerintah yang terlibat terhadap kegiatan dari sisi
aspek hukum dan kemasyarakatan;

(6) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(7) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas TNI AD.
20

e) Asisten Hubungan Luar Negeri dan Protokoler.

(1) Mengkoordinir dan mengendalikan unsur-unsur di


bawah jajarannya di bidang protokoler dan penanganan
permasalahan yang berkaitan dengan peran serta lembaga
internasional atau lembaga asing non pemerintah kepada
BNPB;

(2) Berkoordinasi dengan lembaga pemerintah dan non


pemerintah tentang bantuan dari luar negeri dalam
penyalurannya;

(3) Membuat prosedur tata cara penyelenggaraan bantuan


yang datang dari dalam negeri maupun luar negeri, dan pada
saat tanggap darurat berada dibawah komando BNPB;

(4) Membantu BNPB dalam penelitian dan pengamanan


tentang peran lembaga internasional dan lembaga asing non
pemerintah yang berperan serta dalam penaggulangan
bencana, terutama masalah pelarangan melakukan kegiatan
berlatar belakang politik dan keamanan;

(5) Menerima laporan lembaga usaha dan lembaga


internasional tentang pemberian bantuan dan menjamin
perlindungan terhadap pekerjanya;

(6) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(7) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas TNI AD.

3) Unsur-unsur pelaksana

a) Ka Unit Kesehatan.

(1) Memimpin dan mengendalikan satuan-satuan


kesehatan dan unsur psikologi yang berada di bawah
koordinasinya;

(2) Menyiapkan personel dan peralatannya yang berkaitan


dengan kegiatan pengobatan dan pertolongan medis serta
bantuan psikologi agar tetap siap siaga;

(3) Mengoordinasikan tugas-tugas medis atau psikologi


dengan instansi lain yang terkait dengan tugas
penanggulangan bencana alam;

(4) Melaksanakan evaluasi dan pengawasan dalam


pelaksanaan prosedur kegiatan pertolongan medis maupun
bantuan psikologis agar tetap terjamin kelancaran tugas;
21

(5) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(6) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas PRC PB.

b) Ka Unit Pembekalan Angkutan.

(1) Memimpin dan mengendalikan satuan-satuan angkutan


yang berada di bawah koordinasinya;

(2) Menyiapkan personel dan peralatannya yang berkaitan


dengan kegiatan transportasi darat, laut dan udara, agar tetap
siap siaga dalam mengantisipasi bencana yang terjadi;

(3) Mengoordinasikan tugas-tugas transportasi dan


perbekalan dengan instansi lain yang terkait dengan tugas
penanggulangan bencana alam;

(4) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dalam


pelaksanaan prosedur kegiatan transportasi dan perbekalan,
agar tetap terjamin kelancaran tugas;

(5) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(6) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas PRC PB.

c) Ka Unit Zeni.

(1) Memimpin dan mengendalikan satuan-satuan


konstruksi yang berada dibawah koordinasinya;

(2) Menyiapkan personel dan peralatannya yang berkaitan


dengan kegiatan penyiapan akomodasi maupun rehabilitasi
akibat bencana alam;

(3) Mengkoordinasikan tugas-tugas konstruksi dengan


instansi lain yang terkait dengan tugas penanggulangan
bencana alam;

(4) Melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaan


prosedur kegiatan pembangunan dan penyiapan akomodasi
dan pemukiman pengungsi, agar tetap terjamin kelancaran
tugas;

(5) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(6) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas PRC PB.
22

d) Komandan Batalyon pasukan reaksi cepat penanggulangan


bencana.

(1) Memimpin dan mengendalikan Kompi-kompi Lapangan


(Kilap) yang ada dalam Batalyon PRCPB;

(2) Melaksanakan kegiatan pencarian dan pertolongan dan


bantuan kemanusiaan terhadap korban bencana;

(3) Melaksanakan latihan Batalyon PRC PB sesuai dengan


program latihan gabungan dari satuan atas, serta
kemungkinan tugas dan macam bencana alam yang terjadi;

(4) Merencanakan dan melaksanakan uji terampil


perorangan (UTP/UTJ) dan satuan, serta menyiapkan latihan
geladi posko-I dan posko-II serta ujisiap penanggulangan
(USP), sesuai dengan proglatsi;

(5) Melaporkan kesiapan Batalyon PRC PB kepada


Dansatgas PRC PB;

(6) Mengajukan kebutuhan Alpal dan anggaran untuk


kebutuhan pelaksanaan operasi dan Duklogops 7 (tujuh) hari
bekal kepada Dansatgas PRC PB;

(7) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(8) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas PRC PB TNI AD.

e) Ka Unit Komlek.

(1) Memimpin dan mengendalikan satuan-satuan Komlek


yang berada dibawah koordinasinya;

(2) Merencanakan dan mengajukan kebutuhan dukungan


Alpal Unit Komlek;

(3) Menjamin kelancaran dukungan komlek pada saat


pelaksanaan tugas penanggulangan bencana alam;

(4) Mengoordinasikan dengan instansi terkait dalam gelar


komlek sesuai kebutuhan pelaksanaan tugas di daerah
bencana;

(5) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(6) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas PRC PB TNI AD.
23

f) Ka Unit Evakuasi.

(1) Memimpin unsur-unsur satuan dalam pencarian dan


penyelamatan korban serta pertolongan darurat;

(2) Mengoordinasikan dan mengendalikan kegiatan


evakuasi, pengungsian dan pengaturan tempat yang telah
ditentukan/Poslong PB;

(3) Menyiapkan sarana dan prasarana/peralatan yang


berkaitan dengan kegiatan evakuasi dan pengungsian;

(4) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(5) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas PRC PB TNI AD.

g) Ka Unit Penerangan.

(1) Mengendalikan dan mengawasi kegiatan unsur


penerangan yang bertugas di daerah bencana;

(2) Mendata dan mendokumentasikan kondisi daerah,


jumlah korban dan pengungsi yang timbul;

(3) Mengkoordinir media dan mempublikasikan kegiatan


yang dilaksanakan secara proporsional, bermartabat dan
bertanggungjawab;

(4) Melaksanakan evaluasi dan koordinasi dengan unsur


media lain untuk kepentingan instansi sendiri maupun untuk
masyarakat;

(5) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(6) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas PRC PB.

b. Tingkat daerah propinsi.

1) Unsur Pimpinan.

a) Dansatgas.

(1) Memimpin dan mengendalikan unsur-unsur staf dan


satuan pelaksana bawahannya dalam melaksanakan tugas;

(2) Mengkoordinasikan tugas-tugas dengan instansi terkait


tentang tugas penanggulangan bencana alam.
24

(3) Merencanakan dan melaksanakan uji terampil


perorangan (UTP) dan satuan serta menyiapkan latihan geladi
posko I dan posko II serta uji siap penanggulangan (USP);

(4) Mengajukan kebutuhan alpal dan anggaran untuk


kebutuhan pelaksanaan operasi dan duklogops 7 (tujuh) hari
bekal ke Mabes TNI;

(5) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(6) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Panglima TNI dan Kasad paling lambat 15 (lima belas) hari
setelah dikeluarkannya perintah operasi.

b) Wadansatgas.

(1) Membantu semua tugas-tugas Dansatgas;

(2) Memberikan saran yang berkaitan dengan tugas;

(3) Mengkoordinir staf satgas dalam melaksanakan


tugasnya; dan

(4) Memimpin satgas apabila Dansatgas berhalangan.

2) Unsur-unsur Staf.

a) Asisten/Kasi Pengamanan.

(1) Membuat rencana pengamanan dan pengendalian


pelaksanaan pengamanan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana alam;

(2) Menegakkan ketertiban, hukum dan disiplin terhadap


seluruh anggota satgas dan masyarakat di daerah bencana
dengan berkoordinasi Instansi Polri di daerah terjadinya
bencana;

(3) Melakukan pengawasan dan pengendalian dalam


bidang tibkumplin setiap kegiatan di daerah bencana;

(4) Menyiapkan sarana dan prasarana pengamanan


lingkungan di daerah bencana;

(5) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam


rangka mendukung kegiatan pengamanan;

(6) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(7) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas PRC PB.
25

b) Asisten/Kasi Operasi.

(1) Mengorganisir dan mengendalikan tugas tugas satuan


dalam pelaksanaan penanggulangan bencana alam di daerah
bencana;

(2) Mengkoordinir dalam pelaksanaan pendirian Posko


maupun Poslong PB;

(3) Merencanakan dan mengendalikan latihan perorangan,


satuan dan gabungan satgas sesuai dengan kemungkinan
tugas dan macam bencana alam yang terjadi;

(4) Melakukan pengujian kesiapan satuan untuk


penanggulangan bencana alam, Uji Siap Penanggulangan
(USP) pada triwulan III setiap tahun program; dan

(5) Melaporkan hasil kesiapan satgas kepada komando


atas.

c) Asisten/Kasi Administrasi Logistik.

(1) Mengkoordinir dan mengendalikan logistik dengan


satuan yang berada dibawah koordinasinya;

(2) Membuat rencana kebutuhan bekal ulang satuan untuk


tugas operasi lanjutan (diluar bekal pokok);

(3) Menyiapkan alpal dan sarpras yang berkaitan dengan


tugas penanggulangan bencana alam;

(4) Mengkoordinir dalam menentukan tempat titik bekal dan


titik distribusinya serta pelaksanaan kegiatannya;

(5) Mengoordinasikan tugas-tugas logistik dengan instansi


lain yang terkait dengan tugas penanggulangan bencana alam;

(6) Melaksanakan evaluasi dan pengawasan dalam


pelaksanaan dukungan logistik agar tetap terjamin kelancaran
tugas; dan

(7) Melaporkan hasil pelaksanaan dukungan logistik


kepada komando atas.

d) Asisten/Kasi Teritorial.

(1) Mengoordinasikan dan membangun partisipasi


masyarakat dan kemitraan publik serta swasta dalam
mendukung kegiatan penanggulangan bencana alam;

(2) Memberikan pembekalan pada anggota satgas tentang


geografi, demografi dan kondisi sosial masyarakat daerah
bencana;
26

(3) Melaksanakan penerangan dan pelatihan bersama


instansi terkait kepada masyarakat tentang pengetahuan yang
berkaitan dengan bencana alam;

(4) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait


terhadap semua kegiatan yang dapat mendukung bantuan
penanggulangan bencan alam;

(5) Melaksanakan pendataan secara cermat tentang data-


data personel dan materiil serta dampak yang terjadi akibat
bencana alam;

(6) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(7) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas TNI AD.

3) Unsur-unsur pelaksana.

a) Ka Unit Kesehatan.

(1) Memimpin dan mengendalikan satuan-satuan


kesehatan yang berada dibawah koordinasinya;

(2) Menyiapkan personel dan peralatannya yang berkaitan


dengan kegiatan pengobatan dan pertolongan medis dan
psikologi agar tetap siap siaga;

(3) Mengoordinasikan tugas-tugas medis dan psikologi


dengan instansi lain yang terkait dengan tugas
penanggulangan bencana alam;

(4) Melaksanakan evaluasi dan pengawasan dalam


pelaksanaan prosedur kegiatan pertolongan medis agar tetap
terjamin kelancaran tugas;

(5) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(6) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas PRC PB.

b) Ka Unit Pembekalan Angkutan.

(1) Memimpin dan mengendalikan satuan-satuan angkutan


yang berada dibawah koordinasinya;

(2) Menyiapkan personel dan peralatan yang berkaitan


dengan kegiatan transportasi darat, laut dan udara, agar tetap
siap siaga dalam mengantisipasi bencana yang terjadi;
27

(3) Mengoordinasikan tugas-tugas transportasi untuk


kepentingan distribusi maupun evakuasi dengan instansi lain
yang terkait dengan tugas penanggulangan bencana alam;

(4) Melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaan


prosedur kegiatan transportasi agar tetap terjamin kelancaran
tugas;

(5) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(6) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas PRC PB.

c) Ka Unit Zeni.

(1) Memimpin dan mengendalikan satuan-satuan


konstruksi yang berada dibawah koordinasinya;

(2) Menyiapkan personel dan peralatan yang berkaitan


dengan kegiatan penyiapan akomodasi maupun rehabilitasi
akibat bencana alam;

(3) Mengoordinasikan tugas-tugas konstruksi dan


rehabilitasi dengan instansi lain yang terkait dengan tugas
penanggulangan bencana alam;

(4) Melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaan


prosedur kegiatan pembangunan dan penyiapan akomodasi
serta pemukiman pengungsi, agar tetap terjamin kelancaran
tugas;

(5) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(6) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas PRC PB.

d) Komandan Batalyon Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan


Bencana.

(1) Memimpin dan mengendalikan Kompi-kompi pelaksana


yang ada dalam Batalyon PRC PB;

(2) Melaksanakan kegiatan pencarian dan pertolongan dan


bantuan kemanusiaan terhadap korban bencana;

(3) Melaksanakan dan mengendalikan latihan Batalyon


PRC PB mulai tingkat perorangan, satuan, gabungan dan
geladi posko I dan II sesuai dengan kemungkinan tugas dan
macam bencana alam yang terjadi;
28

(4) Melaporkan kesiapan Batalyon PRC PB kepada


Dansatgas PRC PB;

(5) Mengajukan kebutuhan alpal dan anggaran untuk


kebutuhan pelaksanaan operasi dan duklogops 7 (tujuh) hari
bekal ke Dansatgas PRCPB;

(6) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(7) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas PRC PB.

e) Ka Unit Komlek.

(1) Memimpin dan mengendalikan satuan-satuan Komlek


yang berada dibawah koordinasinya;

(2) Merencanakan dan mengajukan kebutuhan dukungan


alpal unit komlek;

(3) Menjamin kelancaran dukungan komlek pada saat


pelaksanaan tugas penanggulangan bencana alam.

(4) Mengoordinasikan dengan instansi terkait dalam gelar


komlek sesuai kebutuhan pelaksanaan tugas di daerah
bencana;

(5) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(6) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas PRC PB.

f) Ka Unit Evakuasi.

(1) Memimpin unsur-unsur satuan dalam pencarian dan


penyelamatan korban serta pertolongan darurat;

(2) Mengoordinasikan dan mengendalikan kegiatan


evakuasi, pengungsian dan pengaturan tempat korban
bencana yang telah ditentukan;

(3) Menyiapkan sarana dan prasarana/peralatan yang


berkaitan dengan kegiatan evakuasi dan pengungsian;

(4) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(5) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas PRC PB.
29

g) Ka Unit Penerangan.

(1) Mengendalikan dan mengawasi kegiatan unsur


penerangan yang bertugas di daerah bencana;

(2) Mendata dan mendokumentasikan kondisi daerah,


jumlah korban dan pengungsi yang timbul;

(3) mengKoordinir media dan mempublikasikan kegiatan


yang dilaksanakan secara proporsional, bermartabat dan
bertanggungjawab;

(4) Melaksanakan evaluasi dan koordinasi dengan unsur


media lain untuk kepentingan instansi sendiri maupun untuk
masyarakat;

(5) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai kegiatan


dalam pelaksanaan tugas; dan

(6) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada


Dansatgas PRC PB.

3) Tingkat Daerah Kabupaten/Kota.

a) unsur Pimpinan.

(1) Dansatgas.

(a) Memimpin dan mengendalikan unsur-unsur


satuan bawahannya dalam melaksanakan tugas;

(b) Mengoordinasikan tugas-tugas dengan instansi


terkait tentang tugas penanggulangan bencana alam;

(c) Mengajukan kebutuhan alpal dan anggaran untuk


kebutuhan pelaksanaan operasi dan Duklogops 7
(tujuh) hari bekal ke Pangdam;

(d) Melaksanakan latihan dan evaluasi pada setiap


selesai kegiatan dalam pelaksanaan tugas; dan

(e) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan


kepada Danrem paling lambat 15 (lima belas) hari
setelah dikeluarkannya perintah operasi.

(2) Wadansatgas.

(a) Membantu semua tugas-tugas Dansatgas;

(b) Memberikan saran yang berkaitan dengan tugas;

(c) Mengkoordinir staf Satgas dalam melaksanakan


tugasnya; dan
30

(d) Memimpin satgas apabila Dansatgas


berhalangan.

b) unsur-unsur staf.

(1) Perwira Seksi Pengamanan.

(a) Membuat rencana pengamanan dan


pengendalian pelaksanaan pengamanan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana alam;

(b) Menegakkan ketertiban, hukum dan disiplin


terhadap seluruh anggota satgas dan masyarakat di
daerah bencana;

(c) Melakukan pengawasan dan pengendalian


dalam bidang tibkumplin setiap kegiatan di daerah
bencana;

(d) Menyiapkan sarana dan prasarana pengamanan


lingkungan di daerah bencana;

(e) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait


dalam rangka mendukung kegiatan pengamanan;

(f) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai


kegiatan dalam pelaksanaan tugas; dan

(g) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan


kepada Dansatgas PRC PB.

(2) Perwira Seksi Operasi.

(a) Mengorganisir tugas-tugas satuan dalam


pelaksanaan penanggulangan bencana alam didaerah
bencana;

(b) Mengkoordinir dalam pelaksanaan pendirian


posko maupun poslong PB;

(c) Merencanakan dan mengendalikan latihan


satuan dan masyarakat sesuai dengan kemungkinan
tugas dan macam bencana alam yang terjadi; dan

(d) Melaporkan hasil kesiapan satgas Kodim kepada


komando atas.

(3) Perwira Seksi Administrasi Logistik.

(a) Mengkoordinir dan mengendalikan logistik satuan


yang berada dibawah koordinasinya;
31

(b) Mengkoordinir dalam menentukan tempat titik


bekal dan titik distribusinya serta pelaksanaan
kegiatannya;

(c) Membuat rencana kebutuhan bekal ulang satuan


untuk tugas operasi lanjutan (diluar bekal pokok);

(d) Menyiapkan alpal dan sarpras yang berkaitan


dengan tugas penanggulangan bencana alam;

(e) Mengoordinasikan tugas-tugas logistik dengan


instansi lain yang terkait dengan tugas penanggulangan
bencana alam;

(f) Melaksanakan evaluasi dan pengawasan dalam


pelaksanaan dukungan logistik agar tetap terjamin
kelancaran tugas; dan

(g) Melaporkan hasil pelaksanaan dukungan logistik


kepada komando atas.

(4) Perwira Seksi Teritorial.

(a) Mengoordinasikan dan membangun partisipasi


masyarakat dan kemitraan publik serta swasta dalam
mendukung kegiatan penanggulangan bencana alam;

(b) Memberikan pembekalan pada anggota satgas


tentang geografi, demografi dan kondisi sosial
masyarakat daerah bencana;

(c) Melaksanakan pendataan secara cermat tentang


data-data personel dan materiil serta dampak yang
terjadi akibat bencana alam;

(d) Memberikan penerangan dan pelatihan bersama


instansi terkait kepada masyarakat tentang
pengetahuan hal-hal yang berkaitan dengan bencana
alam;

(e) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai


kegiatan dalam pelaksanaan tugas; dan

(f) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan


kepada komando atas.

c) unsur-unsur pelaksana

(1) Ka Unit Kesehatan.

(a) Memimpin dan mengendalikan satuan-satuan


kesehatan yang berada dibawah koordinasinya;
32

(b) Menyiapkan personel dan peralatannya yang


berkaitan dengan kegiatan pengobatan dan pertolongan
medis agar tetap siap siaga;

(c) Mengoordinasikan tugas-tugas medis dengan


instansi lain yang terkait dengan tugas penanggulangan
bencana alam;

(d) Melaksanakan evaluasi dan pengawasan dalam


pelaksanaan prosedur kegiatan pertolongan medis agar
tetap terjamin kelancaran tugas;

(e) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai


kegiatan dalam pelaksanaan tugas; dan

(f) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan


kepada Dansatgas PRC PB.

(2) Ka Unit Pembekalan Angkutan.

(a) Memimpin dan mengendalikan satuan-satuan


angkutan yang berada dibawah koordinasinya;

(b) Menyiapkan personel dan peralatan yang


berkaitan dengan kegiatan transportasi darat, laut dan
udara, agar tetap siap siaga dalam mengantisipasi
bencana yang terjadi;

(c) Mengoordinasikan tugas-tugas transportasi


dengan instansi lain yang terkait dengan tugas
penanggulangan bencana alam;

(d) Melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaan


prosedur kegiatan transportasi agar tetap terjamin
kelancaran tugas;

(e) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai


kegiatan dalam pelaksanaan tugas;

(f) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan


kepada Dansatgas PRC PB.

(3) Ka Unit Zeni.

(a) Memimpin dan mengendalikan satuan-satuan


konstruksi yang berada dibawah koordinasinya;

(b) Menyiapkan personel dan peralatan yang


berkaitan dengan kegiatan penyiapan akomodasi
maupun rehabilitasi akibat bencana alam;
33

(c) Mengoordinasikan tugas-tugas konstruksi


dengan instansi lain yang terkait dengan tugas
penanggulangan bencana alam;

(d) Melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaan


prosedur kegiatan pembangunan dan penyiapan
akomodasi serta pemukiman pengungsi, agar tetap
terjamin kelancaran tugas;

(e) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai


kegiatan dalam pelaksanaan tugas; dan

(f) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan


kepada Dansatgas PRC PB.

(4) Komandan Batalyon Pasukan Reaksi Cepat


Penanggulangan Bencana.

(a) Memimpin dan mengendalikan Kompi-kompi


Lapangan dalam pelaksana tugas yang ada dalam
Batalyon PRC PB;

(b) Melaksanakan kegiatan pencarian dan


pertolongan dan bantuan kemanusiaan terhadap korban
bencana;

(c) Mengendalikan latihan Batalyon PRC PB sesuai


dengan program latihan dihadapkan dengan
kemungkinan tugas dan macam bencana alam yang
akan terjadi;

(d) Melaporkan kesiapan Batalyon PRC PB kepada


Dansatgas PRC PB;

(e) Mengajukan kebutuhan alpal dan anggaran untuk


kebutuhan pelaksanaan operasi dan Duklogops 7
(tujuh) hari bekal ke Dansatgas PRCPB;

(f) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai


kegiatan dalam pelaksanaan tugas; dan

(g) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan


kepada Dansatgas PRC PB.

(5) Ka Unit Komlek.

(a) Memimpin dan mengendalikan satuan-satuan


Komlek yang berada dibawah koordinasinya;

(b) Merencanakan dan mengajukan kebutuhan


dukungan alpal Unit Komlek;
34

(c) Menjamin kelancaran dukungan Komlek pada


saat pelaksanaan tugas penanggulangan bencana
alam;

(d) Mengoordinasikan dengan instansi terkait dalam


gelar komlek sesuai kebutuhan pelaksanaan tugas di
daerah bencana;

(e) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai


kegiatan dalam pelaksanaan tugas; dan

(f) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan


kepada Dansatgas PRC PB.

(6) Ka Unit Evakuasi.

(a) Memimpin unsur-unsur satuan dalam pencarian


dan penyelamatan korban serta pertolongan darurat;

(b) Mengoordinasikan dan mengendalikan kegiatan


evakuasi, pengungsian dan pengaturan tempat korban
bencana yang telah ditentukan;

(c) Menyiapkan sarana dan prasarana/peralatan


yang berkaitan dengan kegiatan evakuasi dan
pengungsian;

(d) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai


kegiatan dalam pelaksanaan tugas; dan

(e) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan


kepada Dansatgas PRC PB.

(7) Ka Unit Penerangan.

(a) Mengendalikan dan mengawasi kegiatan unsur


penerangan yang bertugas di daerah bencana;

(b) Mendata dan mendokumentasikan situasi dan


kondisi daerah, jumlah korban dan pengungsi yang
timbul akibat bencana;

(c) Mengkoordinir media dan mempublikasikan


kegiatan yang dilaksanakan secara proporsional,
bermartabat dan bertanggungjawab;

(d) Melaksanakan evaluasi dan koordinasi dengan


unsur media lain untuk kepentingan instansi sendiri
maupun untuk masyarakat;

(e) Melaksanakan evaluasi pada setiap selesai


kegiatan dalam pelaksanaan tugas; dan

(f) Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan


kepada Dansatgas PRC PB.
35

BAB IV
PELAKSANAAN

14. Umum. Agar penanggulangan bencana alam dapat dilaksanakan secara


efektif dan efisien, perlu adanya prosedur langkah-langkah kegiatan yang jelas sesuai
dengan pembagian tugas dan tanggungjawabnya mulai dari tingkat nasional sampai
dengan tingkat daerah.

15. Mekanisme Pelibatan Satuan TNI AD.

a. Tingkat Nasional.

1) Menkokesra atas nama Presiden secara lisan menyampaikan


permohonan permintaan bantuan kekuatan TNI AD kepada Panglima TNI,
setelah itu diikuti permohonan permintaan secara tertulis;

2) Satuan-satuan TNI AD pada saat keadaan darurat bencana langsung


melibatkan diri berada dibawah Kepala BNPB guna mengerahkan sumber
daya manusia, peralatan, dan logistik dari satuan, untuk melakukan tanggap
darurat, yang meliputi permintaan, penerimaan dan penggunaan sumber
daya manusia, peralatan, dan logistik;

3) Permohonan permintaan bantuan TNI AD secara tertulis paling lambat


1 x 24 jam, dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban TNI/TNI AD maupun
pemerintah kepada rakyat;

4) Permohonan permintaan secara lisan diharapkan dapat menjelaskan:

a) macam bencana yang terjadi serta tempat titik-titik terjadinya


bencana;

b) perkembangan situasi terakhir tentang bencana yang timbul;


dan

c) jumlah korban manusia dan kerusakan daerah secara umum,


serta dampak yang ditimbulkannya.

5) Permohonan permintaan secara tertulis diharapkan:

a) mewadahi tiga persoalan yang telah disampaikan secara lisan


di atas;

b) kekuatan satuan TNI AD dan peralatan yang digunakan;

c) perkiraan waktu penggunaan bantuan TNI AD; dan

d) dukungan administrasi dan logistik.

6) Mabesad, Kodam, Korem dan Kodim sesuai tingkatannya masing-


masing segera melaksanakan kordinasi dengan instansi terkait dan
melaksanakan kegiatan bantuan penanggulangan bencana sesuai dengan
organisasi yang berlaku.
36

b. Tingkat Daerah.

1) Gubernur/Bupati/Walikota secara lisan menyampaikan permohonan


permintaan bantuan kekuatan TNI AD kepada Pangdam/Danrem/Dandim,
sesuai dengan strata jabatan dan tataran kewenangannya di daerah yang
terkena bencana, setelah itu diikuti permohonan permintaan secara tertulis;

2) Permohonan permintaan bantuan TNI AD secara tertulis paling lambat


1 x 24 jam, dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban TNI AD maupun
pemerintah kepada rakyat;

3) Permohonan permintaan secara lisan diharapkan dapat menjelaskan:

a) macam bencana yang terjadi serta tempat titik-titik terjadinya


bencana;

b) perkembangan situasi terakhir tentang bencana yang timbul;


dan

c) jumlah korban manusia dan kerusakan daerah secara umum,


serta dampak yang ditimbulkannya.

4) Permohonan permintaan secara tertulis diharapkan:

a) mewadahi tiga persoalan yang telah disampaikan secara lisan


di atas;

b) kekuatanTNI AD dan peralatan yang digunakan;

c) perkiraan waktu penggunaan bantuan TNI AD; dan

d) dukungan administrasi dan logistik.

5) Mabesad, Kodam, Korem dan Kodim sesuai tingkatannya masing-


masing segera melaksanakan kordinasi dengan instansi terkait dan
melaksanakan kegiatan bantuan penanggulangan bencana sesuai dengan
organisasi yang berlaku.

c. Dalam mekanisme pelibatan satuan TNI AD, maka:

1) pada saat keadaan darurat bencana, Kepala BNPB dan Kepala BPBD
berwenang mengerahkan sumber daya manusia, peralatan instansi/lembaga
dan masyarakat untuk melakukan tanggap darurat;

2) pengerahan sumber daya manusia, peralatan dan logistik


sebagaimana dimaksud diatas, meliputi permintaan, penerimaan dan
penggunaan sumber daya manusia, peralatan dan logistik; dan

3) satuan TNI AD yang berada diwilayah bencana sebagai bagian


kekuatan penanggulangan bencana telah terorganisir, terlatih dan
dipersiapkan untuk ikut terlibat secara terintegrasi dibawah kendali satgas
BNPB/BPBD sesuai prosedur permintaan bantuan TNI yang diatur
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
37

16. Pelaksanaan Kegiatan.

a. Tahap Pra Bencana.

1) Perencanaan.

a) Para Komandan dan staf sesuai dengan tingkatannya,


membuat rencana kemungkinan pelibatan satuan dari beberapa
perkiraan bencana yang akan terjadi dengan membuat rencana
koordinasi dengan BNPB atau BPBD dan instansi terkait tingkat pusat
maupun daerah;

b) Merencanakan kebutuhan personel dan materiil satuan


masing-masing yang diperkirakan terlibat dan digunakan dalam
pelaksanaan tugas;

c) Merencanakan kegiatan masing-masing staf Satgas sesuai


dengan fungsi dan tataran kewenangannya, serta merencanakan
program dan anggaran yang digunakan pertahun anggaran; dan

d) Merencanakan pemanfaatan sumber daya dan potensi yang


ada di satgas, instansi pemerintah/non pemerintah dan masyarakat
yang terkait di daerah kemungkinan terjadi bencana.

2) Tahap Persiapan.

a) Melakukan koordinasi dengan BNPB, BPBD dan instansi terkait


tingkat pusat maupun daerah serta memberikan arahan kepada
unsur-unsur pelaksana di bawahnya, sesuai dengan tugas dan
tanggungjawab masing-masing satuan;

b) Menyiapkan personel dan materiil satuan masing-masing,


yang diperkirakan diperlukan dalam pelaksanaan tugas;

c) Menyiapkan kegiatan operasional satuan-satuan yang akan


digunakan dalam penanggulangan bencana alam dilakukan secara
nasional maupun daerah;

d) Menyiapkan dan menghimpun sumber daya dan potensi di


daerah masing-masing, dalam rangka mendukung penanggulangan
bencana alam; dan

e) Mengajukan kebutuhan anggaran sesuai dengan rencana


kegiatan yang diperlukan kepada komando atas dan atau pemerintah
daerah masing-masing sesuai program kerjata hunan.

3) Pelaksanaan. pada dasarnya pelaksanaan dalam kegiatan pra


bencana adalah kegiatan mitigasi yaitu kegiatan satuan-satuan TNI AD
dibantu oleh instansi terkait dan partisipasi masyarakat untuk melaksanakan
segala kegiatan yang dapat mengurangi kerugian yang lebih besar akibat
dari dampak bencana alam yang timbul, antara lain:
38

a) melaksanakan penyusunan organisasi dan tugas


penanggulangan bencana alam di darat mulai dari tingkat pusat
sampai dengan Daerah (tingkat Mabesad sampai dengan Kodim),
yang disesuaikan dengan kemungkinan bencana, serta kemampuan
satuan, partisipasi masyarakat serta sarana dan prasarana yang
dimiliki satuan/daerah;

b) menentukan perencanaan kegiatan-kegiatan yang


dilaksanakan dan selalu melakukan koordinasi dengan Pemda dan
memadukan dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat didaerah
masing-masing satuan kowil dan satuan non kowil, melalui
pembinaan teritorial (binter);

c) membuat rencana operasi (Renops) dalam rangka tugas


membantu Pemda dalam penanggulangan bencana alam;

d) satgas bersama instansi terkait melaksanakan kegiatan


koordinasi dan sosialisasi ke masyarakat, di daerah yang
diperkirakan rawan terhadap bencana alam. materi difokuskan
tentang mitigasi, bagaimana bertindak dalam menyikapi bencana
yang terjadi, meliputi informasi deteksi dini, pelatihan-pelatihan
dengan geladi kesiapsiagaan yang dikoordinir oleh BNPB pusat dan
atau BPBD daerah Propinsi/Kabupaten/Kota;

e) melakukan koordinasi dan membentuk tim jaringan kerja


dengan instansi terkait untuk meliput, mendata dan mencari informasi
bencana, bantuan evakuasi serta bantuan kemanusiaan;

f) melakukan penentuan satuan yang melakukan siaga


penanggulangan bencana alam pada PRC PB satuan masing-masing
sesuai tingkatan di Mabesad, Kodam/Korem dan Kodim;

g) melakukan penentuan satuan yang melakukan siaga


penanggulangan bencana alam pada Batalyon PRC PB untuk Mabes
TNI dan Batalyon PRC PB di jajaran Divif-1 dan Divif-2 Kostrad;

h) menjabarkan rencana dukungan anggaran yang digunakan


pertahun anggaran, meliputi:

(1) anggaran latihan program sepanjang tahun yang


dituangkan dalam program pembinaan satuan melalui
anggaran TNI;

(2) dukungan operasi (Dukops) dan dukungan logistik


operasi (Duklogops) kemungkinan bencana sudah disiapkan
minimal untuk 7 (tujuh) hari bekal pokok di satuan masing-
masing PRC PB pusat/daerah; dan

(3) anggaran menggunakan dana APBN pusat dan APBD


daerah (koordinasi dengan BNPB dan BPBD Propinsi/
Kabupaten/Kota).
39

i) mengatur dan mengendalikan rencana pendidikan dan latihan


guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dengan menyiapkan
personel dari kemampuan kualitas dan kuantitas secara bertahap,
bertingkat, berlanjut dan berkesinambungan,melalui pelatihan dari
tingkat perorangan sampai dengan tingkat satuan sesuai dengan
sisbinlat, manajemen latihan, nikgarlat dan proglatsi sepanjang tahun
program satuan dengan materi penanggulangan bencana alam di
darat;

j) menyempurnakan data tentang sumber daya dan potensi yang


ada terkait penanggulangan bencana alam, yaitu menghimpun
sumber dan potensi kemampuan yang ada disatuan dan daerah
kemungkinan terjadi bencana, dari potensi geografi, demografi dan
kondisi sosial masyarakat; dan

k) melaksanakan geladi posko I dan posko II serta melaksanakan


uji siap penanggulangan (USP) bencana alam.

4) Pengakhiran.

a) Melaksanakan penyempurnaan dan revisi rencana kegiatan


dari hasil asistensi dan evaluasi yang telah dilaksanakan oleh
masing-masing fungsi baik staf maupun pelaksana pada program
pendidikan atau hasil dari latihan latihan;

b) Memelihara kesiapan pelaksanaan tugas dengan cara


melakukan pembinaan kemampuan dengan melakukan kegiatan
latihan yang bersifat gabungan untuk penyempurnaan Protap protap
satuan; dan

c) Membuat laporan pelaksanaan prabencana alam ke komando


atas.

b. Tahap Tanggap Darurat.

1) Perencanaan.

a) Memberlakukan rencana operasi (Renops) menjadi perintah


operasi (PO) tugas membantu penanggulangan bencana alam;

b) Merencanakan tindakan bantuan penanggulangan bencana


alam yang akan dilaksanakan dan berkoordinasi dengan BNPB, BPBD
serta instansi terkait tingkat pusat maupun daerah;

c) Mengirimkan Tim Aju untuk menentukan skala prioritas


sasaran penanggulangan bencana dan penentuan rencana tugas
PRC PB;

d) Menentukan lokasi dan disposisi penempatan posko,TB/TD,


poslong PB dan satuan-satuan sesuai dengan kepentingan tugas dan
faktor keamanan;
40

e) Menyusun rencana pergeseran pasukan (Serpas) untuk


pelaksanaan tugas penanggulangan ke daerah bencana;

f) Merencanakan kegiatan penyaluran bantuan untuk


penanggulangan bencana, evakuasi dan bantuan kemanusiaan; dan

g) Merencanakan tindakan yang bersifat antisipatif yang timbul


dari dampak bencana alam selanjutnya.

2) Persiapan.

a) Melaksanakan kegiatan pergeseran pasukan sesuai dengan


skala prioritas penanggulangan bencana;

b) Mengaktifkan jaring komunikasi intern dan ekstern satgas


dengan instanti terkait;

c) Menyiapkan tindakan bantuan penanggulangan bencana alam


yang akan dilaksanakan dan berkoordinasi dengan BNPB, BPBD serta
instansi terkait tingkat pusat maupun daerah;

d) Menyiapkan kegiatan untuk melaksanakan tugas sesuai data


dan informasi yang telah terhimpun, terutama tentang keterlibatan
badan SAR di daerah atau pusat;

e) Menyiapkan kegiatan penyaluran bantuan sesuai skala


prioritas sasaran ke daerah bencana melalui titik-titik distribusi yang
ada di wilayah bencana; dan

f) Mengecek kesiapan alat peralatan yang diperlukan dalam


penanggulangan bencana.

3) Pelaksanaan. kegiatan dalam tahap ini adalah melaksanakan aksi


penanggulangan dan penyelamatan awal dengan segera terhadap korban
bencana dengan segenap kemampuan Satgas bersama Instansi terkait,
meliputi:

a) membuat perkiraan secara cepat dan tepat melalui identifikasi


terhadap; cakupan lokasi bencana, jumlah korban bencana,
kerusakan sarana dan prasarana, gangguan terhadap fungsi
pelayanan umum dan pemerintah serta kemampuan sumber daya
alam dan buatan;

b) mengendalikan dan mengkoordinir tindakan bantuan


penanggulangan bencana alam di tingkat nasional atau daerah serta
mengendalikan unsur pencari dan pertolongan bencana/SAR;

c) melaksanakan koordinasi dan konsolidasi dengan badan


nasional penanggulangan bencana (BNPB) pada tingkat pusat, badan
penangulangan bencana daerah (BPBD) tingkat Propinsi/Daerah/Kota
dengan melakukan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap
lokasi bencana, macam kerusakan dan sumber daya yang ada untuk
segera dapat dioperasikan;
41

d) melakukan dan mengerahkan sumber daya manusia/personel,


materiil/peralatan dan logistik ke daerah lokasi bencana dengan cepat
sesuai kebutuhan pada tempat tempat yang memungkinkan, guna
dapat memberikan bantuan pada kesempatan pertama kepada
masyarakat;

e) menentukan titik pasti posko utama (Poskout) dan menyiapkan


posko taktis (Poskotis), sesuai tingkatan satuan penanggulangan
bencana alam dan dengan mengaktifkan semua sistem komunikasi
sesuai Instap dan insop komlek, serta memanfaatkan sarana
komunikasi daerah dan komunikasi masyarakat yang ada;

f) menyiapkan titik bekal dan titik distribusi disesuaikan dengan


situasi kondisi daerah bencana, yaitu dengan melaksanakan
koordinasi pada instansi terkait tentang kebutuhan dan kesiapan
sarana dan prasarana. titik-titik distribusi (TD) harus dapat dijangkau
dengan segera oleh masyarakat dan satuan di lapangan, pos
pertolongan bencana (poslong bencana) dapat segera merawat
korban bencana dan titik-titik bekal (TB) harus dapat menghimpun
beberapa macam kelas bekal, yang diperlukan sesuai dengan
kepentingan dalam penanggulangan bencana;

g) menentukan dan menyiapkan tempat penampungan/barak


sementara, baik untuk evakuasi maupun pengungsian korban;

h) memberikan bantuan kesehatan dan psykologis kepada


korban bencana secara terpadu;

i) melaksanakan penghimpunan dan pencatatan data serta


informasi di lapangan tentang kondisi nyata dampak bencana alam;

j) mengorganisir kembali personel dan materiil satuan sesuai


perkembangan situasi;

k) melaksanakan pencarian dan pertolongan (SAR) terhadap


korban bencana dengan berkordinasi pada Unit/ SSK SAR di daerah
bencana dengan Basarnas dan Departemen Perhubungan;

l) menyingkirkan atau memusnahkan barang dan atau benda


yang dapat membahayakan dan menghambat proses penyelamatan,
dengan persetujuan pejabat daerah dan instansi terkait;

m) melaksanakan kegiatan penyaluran bantuan untuk


penanggulangan bencana, evakuasi (korban, pengungsi, harta
benda) dan bantuan kemanusiaan;

n) melaksanakan rapat koordinasi setiap saat diperlukan untuk


kepentingan tugas dan memanfaatkan waktu malam hari (waktu
efektif) mengevaluasi kegiatan yang telah dikerjakan maupun tugas
yang akan dilaksanakan pada tugas selanjutnya;

o) melaksanakan tindakan bersifat antisipatif yang timbul dari


dampak terjadinya bencana alam yang mungkin timbul (seperti
berjangkitnya wabah penyakit) pada situasi tanggap darurat, melalui
evakuasi masyarakat, rehabilitasi daerah bencana secara darurat;
42

p) melakukan koordinasi terus menerus dan membentuk tim


jaringan kerja dengan instansi terkait untuk mendata dan melaporkan
kegiatan meliputi: informasi bencana, bantuan evakuasi dan bantuan
logistik pada kesempatan pertama;

q) melakukan pemberdayaan potensi masyarakat yang ada untuk


tugas bantuan, terutama untuk evakuasi, perawatan, pengungsian
dan pendistribusian bekal serta kesiapan dapur umum;

r) memberikan penerangan, informasi, penyuluhan dan motivasi


pada masyarakat umum dan masyarakat yang tertimpa bencana
alam;

s) melaksanakan pengawasan dan pengendalian pada setiap


kegiatan yang dilakukan semua unsur pelaksana dilapangan;

t) melaksanakan kegiatan keamanan ketertiban masyarakat di


daerah bencana dengan melibatkan unsur pengamanan terkait dan
masyarakat; dan

u) melaporkan perkembangan situasi setiap saat kepada


komando atas sesuai dengan tingkatannya.

4) Pengakhiran.

a) Menyusun dan mengorganisir kembali personel dan materiil


yang digunakan dalam pelaksanaan tugas;

b) Menghimpun data dan informasi tentang kegiatan


penanggulangan bencana alam;

c) Mengadakan pengecekan terhadap semua hasil kegiatan


bantuan bencana alam; dan

d) Melaksanakan tindakan yang bersifat antisipasi yang timbul


dari dampak terjadinya bencana alam.

c. Tahap Pasca Bencana.

1) Perencanaan.

a) Merencanakan koordinasi dengan instansi terkait tingkat pusat


atau daerah rencana tentang rehabilitasi dan rekonstruksi dampak
bencana;

b) Merencanakan dalam mengorganisir kembali satuan dan


peralatan untuk kebutuhan tugas rehabilitasi dan rekonstruksi;

c) Merencanakan metode dan materi kegiatan rehabilitasi dan


rekonstruksi akibat bencana yang timbul;

d) Merencanakan prioritas kegiatan rehabilitasi terhadap


kerusakan fasilitas umum yang terjadi;
43

e) Merencanakan pemberdayaan wilayah di daerah bencana


dalam rangka ketahanan daerah melalui Pembinaan Teritorial; dan

f) Merencanakan pembuatan laporan kegiatan penanggulangan


bencana.

2) Persiapan.

a) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait tingkat pusat


ataupun daerah tentang rehabilitasi dan rekonstruksi dampak
bencana;

b) Mengorganisir kembali satuan dan peralatan untuk kebutuhan


tugas rehabilitasi dan rekonstruksi;

c) Mempersiapkan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi akibat


bencana yang mungkin akan timbul;

d) Mempersiapkan prioritas kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi


terhadap kerusakan fasilitas umum yang terjadi;

e) Mempersiapkan pemukiman sementara/semi permanen


masyarakat untuk mendapatkan rehabilitasi dan rekonstruksi lanjutan
sesuai rekomendasi pemerintah pusat atau daerah;

f) Menyiapkan pemberdayaan sumber daya dan potensi wilayah


di daerah bencana dalam rangka ketahanan daerah; dan

g) Menyiapkan laporan kegiatan penanggulangan bencana.

3) Pelaksanaan. penyelenggaraan penanggulangan bencana alam pada


tahap pasca bencana pada dasarnya berupa rehabilitasi dan rekonstruksi
daerah bencana maupun terhadap korban, dapat dilakukan dengan:

a) bantuan rehabilitasi. tindakan rehabilitasi dilaksanakan oleh


satgas PRC PB dengan perkuatan satuan dari Kowil dan instansi
terkait, dalam rangka memulihkan kehidupan sosial masyarakat
kembali dan masih bersifat darurat/terbatas, sambil menunggu
program selanjutnya. Melaksanakan rehabilitasi baik fisik maupun
non fisik dan rekonstruksi sesuai skala prioritas akibat dampak
bencana:

(1) bantuan rehabilitasi pisik meliputi:

(a) perbaikan lingkungan daerah bencana. perbaikan


lingkungan daerah bencana dilaksanakan dalam rangka
memperlancar aktivitas masyarakat dan untuk
menghindari terjadinya penyebaran wabah penyakit
akibat bencana, diantaranya meliputi saluran air, jalan
dan fasilitas penerangan/listrik;

(b) perbaikan sarana dan prasarana umum.


perbaikan sarana dan prasarana umum dalam rangka
44

menunjang tetap berlangsungnya aktivitas masyarakat


dan pemerintah, yang meliputi perbaikan sekolah,
tempat ibadah, rumah sakit, jalan, jembatan, serta
fasilitas perkantoran;

(c) pemberian bantuan tempat tinggal. melakukan


pembuatan tenda sementara akibat bencana alam
dalam bentuk darurat untuk tempat tinggal sementara
pada tahap tanggap darurat, serta pemukiman kembali
dengan rumah semi permanen pada tahap pasca
bencana alam;

(d) pelayanan masyarakat. menyelenggarakan


pelayanan masyarakat dalam bidang penyiapan dapur
umum, pelayanan kesehatan, membantu pelayanan
pendidikan dasar dan lanjutan; dan

(e) pemulihan keamanan dan ketertiban masyarakat.


membantu tugas masyarakat dan Kepolisian dalam
rangka keamanan dan ketertiban masyarakat dengan
penyelenggarakan patrol bersama dan menyiapkan Pos
Kamling pada daerah rawan Kamtibmas.

(2) bantuan rehabilitasi non fisik meliputi :

(a) pemulihan psikologis sosial masyarakat.


membantu pemerintah dan instansi terkait dalam rangka
memulikan kondisi psikologi masyarakat (depresi) yang
tertimpa bencana;

(b) rekonsiliasi dan resolusi konflik. membantu


pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi konflik
saat bencana dan pasca bencana, diantaranya masalah
tanah, pembagian hak waris/penyelesaian administrasi
pemukiman dan bantuan sosial;

(c) pemulihan sosial, ekonomi dan budaya.


membantu pemerintah dan masyarakat dalam
pemulihan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya
masyarakat, dengan cara menghidupkan aktifitas pasar
dan memberikan penerangan-penerangan dan hiburan
rakyat; dan

(d) pemulihan fungsi pemerintahan. membantu


pemulihan aktifitas pemerintah desa, guna pelayanan
publik/masyarakat dalam pencatatan korban jiwa, harta
benda serta pelayanan kebutuhan prioritas masyarakat
daerah bencana.

b) bantuan rekonstruksi. satgas PRC PB TNI AD dengan


perkuatan satuan-satuan Zeni Tempur/Kontruksi, melakukan tugas
bantuan rekonstruksi daerah bencana dalam waktu jangka sedang,
sesuai dengan rencana dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah
45

yang terkena bencana, dengan program yang tertata sesuai dengan


rencana umum tata ruang (RUTR) pemerintah untuk program jangka
panjang melalui:

(1) pembangunan kembali sarana dan prasarana/fasilitas


umum serta melakukan pemukiman kembali penduduk di
daerah aman;

(2) pembangunan kembali sarana sosial dan pertanian


masyarakat; dan

(3) penerapan rancang bangun yang tepat dan


penggunaan peralatan yang lebih baik serta tahan bencana.

c) pelakukan tugas sosialisasi dan rujukan dalam rangka


terciptanya situasi dan kondisi aman bagi kelancaran pemerintahan
daerah dan pusat serta pembangunan daerah;

d) membantu pemerintah daerah mempercepat pemulihan


kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana, dengan
memperioritaskan rehabilitasi dan rekonstruksi, yang didasarkan
pada analisis kerusakan dan kerugian akibat bencana alam;

e) melakukan koordinasi terus menerus dan membentuk jaringan


kerja dengan instansi terkait, pada kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi daerah bencana, meliputi informasi pasca bencana,
bantuan pemukiman kembali dan dukungan logistik lanjutan kepada
masyarakat;

f) membantu pemerintah melaksanakan pengawasan dan


pengendalian kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi akibat bencana
yang timbul;

g) membantu pemerintah daerah dalam memberdayakan sumber


daya dan potensi wilayah di daerah bencana dalam rangka
ketahanan daerah; dan

h) melaporkan kegiatan penanggulangan bencana kepada


komando atas secara berkala.

4) Pengakhiran.

a) Menyusun dan mengorganisir kembali personel dan materiil


untuk pelaksanaan tugas selanjutnya;

b) Melaksanakan analisa dan mengevaluasi kegiatan dalam


rangka penyempurnaan tugas penanggulangan bencana selanjutnya;

c) Penyelesaian administrasi baik intern satgas maupun dengan


instansi terkait; dan

d) Melaksanakan kegiatan penarikan pasukan kembali


kepangkalan masing-masing.
46

BAB V
ADMINISTRASI DAN LOGISTIK

17. Umum. Dalam rangka pelaksanaan tugas penanggulangan bencana, serta


keberhasilan pelaksanaan tugas satgas tanggap darurat penanggulangan bencana alam,
maka diperlukan pengaturan administrasi dan logistik yang mempunyai peran penting
guna mendukung pelaksanaan tugas pokok penanggulangan bencana alam di darat.
untuk kebutuhan logistik dalam pengerahan satuan tugas TNI AD dan personel pendukung
atau perkuatan lainnya dari satuan, instansi lain, menggunakan anggaran APBN/APBD
serta dukungan dari partisipasi masyarakat. sedangkan untuk kepentingan pembinaan
satuan, tetap menggunakan anggaran yang diprogramkan dari komando atas (TNI/TNI
AD).

18. Administrasi.

a. Mabes TNI/TNI AD menentukan kekuatan unsur-unsur satuan dan alut


satgas PRC PB TNI AD yang dilibatkan dalam penanggulangan bencana alam di
darat, disesuaikan dengan kriteria skala bencana, lokasi serta status bencana yang
ditetapkan oleh pemerintah;

b. Pengerahan dan pelibatan satuan-satuan TNI/TNI AD membantu pemerintah


dalam penanggulangan bencana alam nasional berdasarkan permintaan dari
kepala daerah setempat melalui kepala BNPB dan selanjutnya meminta pada
Presiden untuk mengerahkan satuan TNI/TNI AD ke daerah bencana;

c. Dalam pengerahan pasukan untuk melaksanakan tugas harus dilengkapi


secara administrasi dengan surat perintah dari komando atas sesuai dengan jalur
komando satuannya;

d. Setelah penugasan selesai harus melaksanakan pelaporan paling lambat 7


(tujuh) hari setelah kegiatan penanggulangan bencana dilaksanakan kepada
satuan komando atas masing-masing;

e. Pelibatan satgas PRC PB TNI AD diprioritaskan pada tahap tanggap


darurat, sedangkan pada pelaksanaan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, apabila
pemerintah masih memerlukan bantuan TNI/TNI AD, selanjutnya secara prosedural
mengajukan permintaan kepada Panglima TNI/Pangda muntuk dilaksanakan
operasi bakti TNI;

f. Satgas PRC PB TNI AD dalam membantu pemerintah untuk


menanggulangi bencana alam di darat, membawa senjata dengan jumlah terbatas
hanya untuk tindakan dan tugas pengamanan; dan

g. Anggota TNI AD yang melakukan pelanggaran pidana selama melakukan


tugas, dikenakan sanksi-sanksi hukum yang diatur dalam KUHPT KUHDT dan diadili
dalam peradilan militer.

19. Logistik.

a. Dukungan logistik untuk membantu pengerahan dan pelibatan satgas PRC


PB TNI AD dalam penanggulangan bencana alam skala nasional atau daerah,
didukung oleh instansi yang meminta atau dari dukungan dana APBN/APBD dan
47

telah mendapatkan persetujuan DPR/DPRD, serta disalurkan melalui Mabes


TNI/Kodam/Korem/Kodim;

b. Dukungan logistik dan alat peralatan kebutuhan Satgas PRC PB TNI AD


diprogramkan oleh Balakpus sesuai dengan fungsinya untuk kebutuhan pembinaan
maupun pelaksanaan tugas dalam penanggulangan bencana;

c. Bantuan logistik dapat juga diperoleh dari partisipasi masyarakat dan


bantuan luar negeri bersifat pemerintah/non pemerintah dalam bentuk material,
jasa atau penyediaan dana dan penerimaannya dikoordinir oleh unsur dari
pemerintah; dan

d. Perawatan kesehatan satuan dan masyarakat dapat menggunakan fasilitas


kesehatan TNI yang ada di satgas dan pada daerah bencana, serta fasilitas
kesehatan umum/rumah sakit yang tersedia di daerah.

BAB VI
KOMANDO DAN PENGENDALIAN

20. Umum. Untuk kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan penanggulangan


bencana alam, pada satuan jajaran TNI AD dan atau bergabung dengan satuan TNI/unsur
lain, maka diperlukan komando dan pengendalian di masing-masing unsur pelaksanaan
secara terpusat maupun tersebar sesuai situasi dan kondisi tugas di lapangan serta
adanya kesatuan komando dari semua satuan yang terlibat.

21. Komando.

a. Komando Operasional TNI tingkat bencana nasional dipimpin oleh


Komandan Satgas PRC PB TNI AD dengan pangkat Mayor Jenderal dan seorang
Wakil Komandan Satgas berpangkat Brigadir Jenderal berdasarkan keputusan
Presiden dan atau berdasarkan surat perintah Panglima TNI;

b. Komando operasional bantuan penaggulangan bencana alam di darat


tingkat nasional dari satgas TNI/TNI AD kepada pemerintah daerah secara terpusat
berada pada Panglima TNI;

c. Komando operasi bantuan penaggulangan bencana alam di darat tingkat


nasional dari satgas TNI/TNI AD kepada pemerintah daerah tingkat Propinsi/
Kabupaten/Kota dalam penanggulangan berskala daerah berada pada Pangdam/
Danrem/Dandim;

d. Komando operasional yang bersifat taktis:

1) komando operasional yang bersifat taktis, bantuan satgas TNI/TNI AD


kepada pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana skala nasional
berada pada masing-masing komandan satuan tugas (Dansatgas PRC PB
TNI AD); dan
48

2) komando operasional yang bersifat taktis, bantuan TNI kepada


pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana skala daerah berada
pada Danrem/Dandim.

e. Wewenang komando dan pengendalian penanggulangan bencana alam di


daerah berada pada Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam), selaku
Panglima Kotama Operasi TNI dan atau pada Komandan Komando Resor Militer
(Danrem), Komandan Komando Distrik Militer (Kodim), sesuai dengan tataran
kewenangan tugas dari komando atas, serta situasi dan kondisi tingkatan bencana
alam.

22. Pengendalian.

a. Pengendalian bencana pada saat tanggap darurat berada dibawah


BNPB/BPBD atau Incident Commander yang ditunjuk;

b. Satgas PRC PB TNI AD pengendaliannya berada dibawah kendali Panglima


TNI;

c. Kendali operasional bantuan Satgas TNI/TNI AD kepada Pemerintah Daerah


dalam penanggulangan bencana alam skala nasional tanggung jawab Komandan
PRC PB TNI AD;

d. Kendali operasional bantuan Satgas TNI kepada pemerintah daerah dalam


penanggulangan bencana alam skala daerah tanggung jawab Pangdam;

e. Pelaksanaan latihan satgas PRC PB TNI AD dilaksanakan secara terpadu


dengan unsur lain, secara bertahap, bertingkat dan berlanjut serta
berkesinambungan sepanjang tahun program satuan dengan memadukan program
kerja pemerintah Pusat/Daerah; dan

f. Pelaksanaan latihan puncak satgas PRC PB TNI AD, dikoordinir oleh


Dankodiklat TNI AD untuk tingkat nasional, oleh Danrindam untuk tingkat daerah
Propinsi, kabupaten/Kota.

BAB VII
PENUTUP

23. Kesimpulan. Untuk mampu melakukan penanggulangan bencana, evakuasi


dan bantuan kemanusiaan maka diperlukan peran, tataran kewenangan dan mekanisme
dalam organisasi yang terstruktur. Organisasi yang terstruktur mulai dari Satgas PRC PB
tingkat Kodim sampai dengan Satgas PRC PB tingkat pusat di TNI AD. Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah dan Satuan jajaran TNI AD baik Kowil maupun Non Kowil, perlu
tanggap dalam menyikapi dengan cepat untuk memberikan bantuan kepada masyarakat
dengan melakukan tindakan pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan,
sehingga situasi dan kondisi daerah bencana segera dapat berfungsi normal dan kembali
kondusif. Untuk dapat berperan dengan baik maka diperlukan pedoman bagi prajurit dan
satuan-satuan dalam jajaran TN AD.
49

24. Penyempurnaan. Hal-hal yang dirasakan perlu dan berkaitan dengan adanya
tuntutan kebutuhan untuk penyempurnaan buku pedoman tentang penanggulangan
bencana alam, agar disarankan kepada Danpusterad sesuai dengan mekanisme umpan
balik.

Jakarta, Maret 2014


Komandan Pusat Teritorial Angkatan Darat,

Zahari Siregar
Mayor Jenderal TNI
50

MARKAS BESAR ANGKATANDARAT Lampiran A


PUSAT TERITORIAL

PENGERTIAN

1. Bencana. Adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


menganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam
dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis;

2. Bencana Alam. Adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, kebakaran karena faktor alam, angin topan
dan tanah longsor;

3. Bantuan Kemanusiaan. Adalah program yang dilaksanakan untuk


menanggulangi akibat bencana alam, bencana akibat ulah manusia dan kondisi khusus di
suatu daerah seperti penderitaan manusia, wabah penyakit, kelaparan atau kesengsaraan
yang dapat menimbulkan ancaman yang serius terhadap jiwa atau dapat menimbulkan
kerusakan yang hebat terhadap harta benda dan lingkungan yang berpengaruh pada
kondisi psikologis masyarakat;

4. Mitigasi. Adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko


akibat bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana;

5. Rehabilitasi. Adalah segala upaya dan kegiatan pemulihan, agar para


korban serta kerusakan sarana, prasarana dan fasilitas umum yang diakibatkan oleh
bencana agar segera dapat berfungsi kembali;

6. Rekonstruksi. Adalah segala usaha dan kegiatan yang dilakukan untuk


membangun kembali sarana, prasarana dan fasilitas umum agar terhindar dari bencana
sehingga menjamin berfungsinya kembali tata kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang makin meningkat;

7. Pemerintah Pusat. Adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang


kekuasaan pemerintah NKRI sebagai dimaksud dalam UUD 1945;

8. Pemerintah Daerah. Adalah Gubernur, Bupati/Walikota atau perangkat


daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan;

9. Operasi Militer Selain Perang. Adalah segala bentuk pengerahan dan


penggunaan kekuatan TNI, dalam bentuk-bentuk tugas operasi baik yang bersifat tempur
maupun non tempur untuk kepentingan pertahanan negara dan atau dalam rangka
mendukung kepentingan nasional sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
51

10. Operasi Bantuan Kemanusiaan. Adalah operasi bantuan yang diberikan


olehTNI kepada pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi kesulitan masyarakat
meliputi penanggulangan korban bencana, SAR, bantuan pengamanan
pelayaran/penerbangan, penanganan pengungsi dan bantuan kemanusiaan lain sesuai
kebutuhan;

11. Tanggap Darurat Bencana. Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta
pemulihan prasarana dan sarana;

12. Komando Taktis. Adalah komando dengan fungsi pengendalian pasukan untuk
menentukan gerakan atau cara bertindak pasukan di lapangan dalam rangka
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh komando atas;

13. Poskout (Pos Komando Utama). Adalah suatu tempat yang bersifat statis
dan dilengkapi dengan fasilitas pengendalian serta fasilitas lainnya dimana Komandan
dan staf dapat melaksanakan pengomandoan dan pengendalian terhadap jalannya tugas
operasi dalam membantu penanggulangan bencana alam; dan

14. Poskotis (Pos Komando Taktis). Adalah suatu tempat yang dipilih dan
disesuaikan dengan situasi taktis bagi Komandan untuk lebih mudah melaksanakan
pengomandoan dan pengendalian terhadap jalannya tugas operasi dalam membantu
penanggulangan bencana alam, yang bersifat statis maupun dinamis.

Komandan Pusat Teritorial Angkatan Darat,

Zahari Siregar
Mayor Jenderal TNI
52

MARKAS BESAR ANGKATANDARAT


PUSAT TERITORIAL

BUKU PEDOMAN
tentang
PENANGULANGAN BENCANA ALAM

JAKARTA, MARET 2014


53

DAFTAR ISI

Surat perintah Danpusterad Nomor Sprin/174/II/2014 tanggal 21 Februari 2014 tentang


buku pedoman tentang penanggulangan bencana alam ….................................................1

BAB I PENDAHULUAN

1. Umum...............................................................................................................................1

2. Maksud dan Tujuan .........................................................................................................1

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut .........................................................................................1

4. Dasar................................................................................................................................2

5. Pengertian .......................................................................................................................3

BAB II KETENTUAN UMUM

6. Umum............................................................................................................................. ..3

7. Kriteria Bencana Alam......................................................................................................3

8. Prinsip-prinsip dalam Penanggulangan Bencana Alam ..................................................4

9. Pertimbangan Pelaksanaan............................................................................................5

10. Tataran kewenangan....................................................................................................11

BAB III ORGANISASI DAN TUGAS

11. Umum...........................................................................................................................12

12. Organisasi....................................................................................................................13

13. Tugas-tugas.................................................................................................................17

BAB IV PELAKSANAAN

14. Umum ..........................................................................................................................35

15. Mekanisme Pelibatan Satuan TNI AD .........................................................................36

16. Pelaksanaan
Kegiatan .................................................................................................37
54

i
BAB V ADMINISTRASI DAN LOGISTIK

17. Umum................................ ..........................................................................................47

18. Administrasi .................................................................................................................47

19 Logistik...... ..................................................................................................................48

BAB VI KOMANDO DAN PENGENDALIAN

20. Umum ....................... ....... .........................................................................................48

21. Komando....... ..............................................................................................................48

22. Pengendalian ...............................................................................................................49

BAB VIIPENUTUP

23. Kesimpulan... ........ ......................................................................................................50

24. Penyempurnaan...........................................................................................................50

LAMPIRAN

Sublampiran – A Pengertian.

Sublampiran – B Struktur organisasi Batalyon PRC PB.

Sublampiran – C Bentuk Posko Bencana Alam.


55

ii

MARKAS BESAR ANGKATANDARAT Lampiran B


PUSAT TERITORIAL

STRUKTUR ORGANISASI
BATALYON PRC PB

BATALYON
PRC PB

STAF
YON

KOMPI KOMPI
MARKAS LAPANGANI - IV

Komandan Pusat Teritorial Angkatan Darat,

Zahari Siregar
Mayor Jenderal TNI
56

MARKAS BESAR ANGKATANDARAT Lampiran C


PUSAT TERITORIAL

POSKO PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH


SATGAS TNI AD
1

DANSATGAS WADAN
K
E 10
S

B
2 P E
A K 11
3 M A
N
G

O
Z 12
4 P
I
S
Y
O 13
5 M N
I
L
N
6 E 14
L
K
O
7 G
E
V 15
A
8 T K
E
9 R P
16
E
N

Keterangan : (Data-data) LAYAR

1. Peta Induk Bencana 6. Peta Administrasi Logistik. 11. Data Angkutan.


2. Peta Situasi 7. Data Banlog. 12. Data Zeni.
3. Data Pengungsi. 8. Peta Teritorial. 13. Data Yon
4. Peta Operasi. 9. Data Korban. 14. Data Komlek.
5. Data Personel. 10. Data Kesehatan. 15. Data Tim Evak
16. Data Pen.
Komandan Pusat Teritorial Angkatan Darat,

Zahari Siregar
Mayor Jenderal TNI
57

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku pedoman
tentang penanggulangan bencana alam dapat terbit sesuai rencana.

Buku pedoman tentang penanggulangan bencana alam ini adalah suatu buku yang
berisikan petunjuk bagi Komandan jajaran TNI AD dalam menangani kegiatan penanggu-
langan bencana alam di daerahnya.

Pembuatan buku pedoman ini dilatar belakangi terjadinya bencana alam di daerah,
sehingga diharapkan para Komandan satuan dalam kegiatan penanggulangan bencana
alam dapat bekerja sama dengan aparat terkait.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkahi segala tugas yang kita
laksanakan dalam melanjutkan pengabdian kepada bangsa dan negara.

Selamat Bertugas.

Jakarta, Maret 2014


Komandan Pusat Teritorial Angkatan Darat,

Zahari Siregar
Mayor Jenderal TNI

Anda mungkin juga menyukai