Akibat Pergaulan Bebas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

Akibat Pergaulan Bebas

Akibat Pergaulan Bebas Pergaulan bebas biasanya dilakukan oleh anak remaja yang dalam masa pertumbuhan dan ingin tahu. Karena masa remaja adalah masa yang paling indah, disitu kita masih mencari jati diri kita. Tetapi dimasa itu banyak remaja yang salah langkah, akibat bergaul yang diluar batas sehingga menimpa dampak buruk para mereka seperti hamil duluan, overdoses akibat narkoba, terkena penyakit HIV /AIDS. Pergaulan bebas sekarang suka mulai ke tingkat bawah dan berkembang di anak SMA dan SMP. Di setiap SMA di indonesia sudah 40 % muridnya tidak virgin lagi, dan 20 % untuk anak SMP. Semua itu terjadi karena pergaulan bebas dan dunia internet dan ponsel yang dengan gampang menyimpan film biru sehingga membuat anak anak tersebut penasaran untuk meniru adegan tersebut Kalau disimpulkan berikut ini adalah dampak akibat pergaulan bebas 1. Terserang Penyakit HIV / AIDS Itu dikarenakan melakukan hubungan gonta ganti pasangan yang tidak menggunakan alat pengaman, sebagai akibat rasa ingin tahu atau mungkin masalah ekonomi 2. Hamil di Luar Nikah Dikarenakan kurang pengetahuan masalah seksologi para remaja melakukan tanpa memikirkan resiko yang terjadi hanya untuk mencari tahu bagaimana rasanya berhubungan badan yang di akibatkan menonton film biru 3. Ketergantungan Obat Indonesia sekarang semakin buruk, karena banyak kasus obat obatan terlarang yang menjadikan berita di televisi. Bila kita sudah terkontaminasi dengan obat, bila tidak membeli akan sakit dan itu menguras uang akibatnya bila tidak punya uang, kita akan mencuri atau melakukan tindakan kriminal untuk mendapatkan obat tersebut. Dan akibat paling buruk adalah overdosis, atau kelebihan kita menggunakan obat sehingga membuat kita meninggal. 4. Aborsi Diakibatkan sering melakukan hubungan badan akan berakibat kita hamil di luar nikah. Bila itu terjadi pasti akan membuat remaja bingung, karena belum waktunya untuk menikah dan jeleknya kejadian itu tidak diketahui oleh orang tua, sehingga jalan terbaik adalah melakukan aborsi untuk menutupi mati pada orang tua dan masyarakat. Dan resiko yang paling parah bila aborsi dilakukan tidak sesuai dengan prosedur berakibat kematian 5. Tawuran Remaja

Mungkin kita tiap hari melihat di televisi tentang berita tawuran antar pelajar yang meresahkan masyarakat. Sampai diadakan sweeping oleh pihak kepolisian kepada pelajar. Semua itu akibat pergaulan bebas yang membuat emosi tinggi dan berakibat pada tawuran Masih banyak lagi akibat pergaulan bebas yang bisa kita ambil, tetapi dari keterangan diatas itu paling menonjol dan meresahkan masyarakat. Bagaimana nasib negara kita bila para pelajar salah dalam bergaul. Tingkat kriminalitas akan meningkat diakibatkan pergaulan yang salah tersebut. Untuk itu kita harus sadar bila semua itu salah, dan didik anak kita menjadi yang benar. Semua itu tergantung pada diri kita sendiri bagaimana menyikapi hal tersebut, bila kita bisa menjaga dan bergaul dengan benar maka kejadian diatas tidak akan terjadi

Komentar:
Menurut saya,anak-anak zaman sekarang kurang mendapat perhatian dari orang tuanya yang notabanenya sibuk bekerja diluar rumah.akibat dari perlakuan ini anak mulai merasa jenuh dengan kehidupannya,sehingga melampiaskan kekecewaannya dengan memsuki dunia yang bebas.

KENAKALAN REMAJA DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Kenakalan Remaja Kenakalan remaja merupakan gejala umum, khususnya terjadi di kota-kota besar yang kehidupannya diwarnai dengan adanya persaingan-persaingan dalam memenuhi kebutuhan hidup, baik yang dilakukan secara sehat maupun secara tidak sehat. Persaingan-persaingan tersebut terjadi dalam segala aspek kehidupan khususnya kesempatan memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Betapa kompleksnya kehidupan tersebut memungkinkan terjadinya kenakalan remaja. Penyebab kenakalan remaja sangatlah kompleks, baik yang berasal dari dalam diri remaja tersebut, maupun penyebab yang berasal dari lingkungan, lebih-lebih dalam era globalisasi ini pengaruh lingkungan akan lebih terasa. Pemahaman terhadap penyebab kenakalan remaja mempermudah upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Upaya-upaya tersebut dapat bersifat preventif, represif, dan kuratif. Tanggung jawab terhadap kenakalan remaja terletak pada orangtua, sekolah, dan masyarakat, khususnya para pendidik baik yang ada di keluarga (orangtua), sekolah (guru-guru dan para guru pembimbing) maupun para pendidik di masyarakat, yakni para pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat. Adapun macam macam kenakalan remaja yang sering terjadi diantaranya adalah : 1. Tawuran antar pelajar Tawuran antar pelajar adalah perbuatan yang sangat bodoh, karena dapat fasilitas umum dan fasilitas yg terdapat di sekolah. merusak

Tawuran juga dapat merusak masa depan, karena jika tertangkap polisi mereka yang tertangkap akan tercemar. 2. Mencoret coret dinding sekolah Mencoret coret secara ilegal adalah perbuatan yang tidak baik, karena dapat sekitar lingkungan.

nama

membuat kotor

Tetapi jika kita melakukannya dengan baik, coretan coretan itu dapat manjadi karya karya seni yang baik, dan juga dapat manghasilkan mata pancaharian yang baik .

3. Mencuri Mancuri juga dapat merusak nama baik kita, karena jika kita ketahuan mencuri, kita akan merasa sangat malu, dan kita juga akan di jauhi oleh orang orang yang dekat dengan kita, karena orang itu sudah tidak percaya lagi dengan kita. 4. Bolos Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi mengatakan kebiasaan anak menghabiskan waktu luang atau membolos saat jam sekolah salah satunya disebabkan karena pelajaran atau kegiatan di sekolah tidak menarik. Kalau diperhatikan, anak-anak akan berteriak bahagia ketika mendengar bel istirahat atau bel pulang sekolah, ungkap Kak Seto, beberapa waktu lalu di Jakarta. Lebih lanjut Kak Seto mengatakan, para akedimisi seharusnya lebih memperhatikan kegiatan yang menarik di sekolah sehingga perhatian anak akan fokus pada kegiatan positif di sekolah. Dia menunjuk, sekolah negeri dan perangkatna yang masih kurang maksimal dalam mengajar kreatif. Bahkan Kak Seto menegaskan, belajar bukanlah kewajiban melainkan hak anak. Banyak guru yang tidak melihat proses kreativitas anak. Padahal tipe kecerdasan dan gaya belajar anak yang satu dengan yang lainnya berbeda, tapi semuanya disama ratakan. Ini yang membuat anak tidak betah ada di ruang kelas, paparnya. 5. Merusak fasilitas sekolah Merusak fasilitas sekolah akan merugikan diri saendiri dan orang lain, karena kita tidak bisa memakai atau manggunakan fasilitas fasilitas tersebut

Komentar:perilaku menyimpang

yang dilakukan anak-anak pada gambar diatas adalah karena faktor lingkungan yang tidak kondusif,sehingga anak mudah sekali terpengaruh oleh hal-hal yang dapat merugikan dirinya dan juga lingkungan yang ia tempati.

Faktor Ekonomi Penyebab Tingginya Kasus KDRT di Cianjur


Selasa, 26 Maret 2013 | 07:51 WIB

Metrotvnews.com, Cianjur: Faktor ekonomi dituding menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Sayangnya, masih banyak korban KDRT yang tak melaporkan kejadian yang dialaminya lantaran dianggap aib keluarga.

Kepala Bidang Advokasi dan Penanganan Kasus Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TPA2) Kabupaten Cianjur, Lidya Umar Indrayani, mengatakan, setiap tahunnya di Kabupaten Cianjur kerap terjadi kasus KDRT. Malahan trennya cenderung meningkat. "Kasus KDRT merupakan sebuah fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Rata-rata, penyebabnya lantaran faktor ekonomi. Tapi ada juga karena perebutan anak," kata Lidya di ruang kerjanya, Senin (25/3). Lidya menyebutkan, selama tahun 2012, P2TP2A Kabupaten Cianjur menangani sedikitnya 14 kasus KDRT. Rata-rata korbannya mengaku mendapatkan perlakukan kasar karena faktor ekonomi.

"Tapi kami prediksi, jumlah kasusnya lebih banyak dari laporan. Sayangnya, masih banyak pula yang enggan melaporkan lantaran bagi sebagian keluarga, KDRT merupakan sebuah aib," ujarnya. Berdasarkan kasus pelaporan ke P2TP2A, selama tahun 2010, jumlah kasus KDRT di Kabupaten Cianjur sebanyak 16 kasus, dan 2011 sebanyak 11 kasus. Lidya mengaku tak bosan-bosannya memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya kaum perempuan agar bertindak aktif ketika mendapatkan kekerasan. "Selain faktor ekonomi, terjadinya KDRT juga bisa disebabkan masih rendahnya tingkat pendidikan kaum perempuan. Artinya, tingkat intelektualitas kaum perempuan yang jadi korban masih rendah sehingga mereka bingung harus melaporkan kemana saat mengalami kekerasan. Padahal saat ini sudah ada undang-undangnya yang mengatur masalah KDRT," tegas Lidya. Korban KDRT di Kabupaten Cianjur tersebar di beberapa kecamatan, misalnya di Kecamatan Karangtengah, Cipanas, Gekbrong, Cilaku, termasuk di Cianjur. "Mudah-mudahan banyaknya sosialisasi yang kita lakukan pada akhirnya bisa membuka mata kaum perempuan bagaimana menyikapi ketika mengalami kasus KDRT," tuturnya. Kasubbid Pemberdayaan Perempuan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Cianjur, Yenny Rosyeni membenarkan, berbagai kasus KDRT terhadap perempuan lebih didominasi akibat faktor ekonomi. Kasusnya pun di Kabupaten Cianjur relatif masih tinggi. "Kasus kekerasan perempuan di Cianjur memang cukup tinggi. Yang kami terima ada sekitar 54 kasus. Sementara kekerasan terhadap anak usia antara 0-17 tahun sebanyak 16 kasus," pungkasnya. (Budi Kansil)

Komentar:sebaiknya kaum perempuan lebih tegas dalam bertindak ketika terjadi kekerasan, agar plaku kekerasan dapat cepat ditangani oleh pihak berwajib.

Kriminalitas di Indonesia Menjadi Fenomena Tersendiri


OPINI | 25 February 2012 | 21:18 Dibaca: 1992 Komentar: 2 Nihil

Ketidak Adilan Hukum, Kurangnya Lapangan Pekerjaan dan Perekonomian Yang Kronis Membuat Lahirnya Tindakan Kejahatan Kriminalitas Mengamati berbagai kejadian tindakan kriminalitas yang terjadi di Indonesia sungguh mengerikan, dan bahkan membuat merinding disetiap benak hati kita dalam menyikapinya. Dari tindakan penculikan anak, penjualan anak-anak dibawah usia untuk dijadikan komoditi seksual, pencurian dan perampokan, pengeroyokan dan bahkan pembunuhan berantai. Belum lagi soal maraknya premanisme yang tidak pernah hilang di negeri ini, Indonesia. Dari setiap kejadian tindakan kriminalitas pastilah ada korban, baik materil hingga nyawa. Dan tindakan kriminalitas sering kali terjadi adanya rasa ketidak adilan, dendam bahkan kurangnya pendidikan tentang hukum dan kemanusiaan. Belum lagi pemerintah menunjukan tidak tegasnya pada penerapan hukum yang sesungguhnya. Hal inilah yang membuat kehidupan dalam tatanan bermasyarakat menjadi tidak nyaman. Ditambah lagi kondisi negara ini dalam keadaan kronis dibidang lapangan pekerjaan serta ekonomi yang morat marit. Selain persoalan ketidak adilan dalam hukum dan rasa dendam maupun lainnya, ternyata persoalan ekonomi dan lapangan pekerjaan menjadi biang keladinya. Bagaimana tidak ?. Pemerintah sendiri seakan-akan tidak peduli soal kebutuhan rakyat, ekonomi dan lapangan pekerjaan.Inilah fenomena yang terus menerus terjadi di Indonesia, yang katanya negara Hukum dan menghargai Hak Azasi Manusia, namun kenyataannya tidak !!!. Narkoba, penculikan anak-anak tak berdosa, penjualan manusia untuk komoditi seksual, pemerkosaan, pembunuhan, bahkan sampai dengan dunia premanisme, semua itu fenomena kriminalitas yang terjadi di Indonesia hingga sampai saat ini. Bahkan pemerintahnyapun sebenarnya adalah biangnya premanisme. Bukti nyata, pemerintah beserta para bawahannya, baik dari tingkat kepala desa sampai dengan tingkat menteri, semuanya preman yang gemar korupsi. Ditambah lagi para anggota dewan perwakilan rakyat juga para preman-preman berdasi. Dari tinggkat pejabat saja sudah menunjukan gelagatnya seperti preman-preman yang tidak punya rasa kemanusiaan. Yang bukan menjadi haknyapun disikat, diembat, dan digelapkan. Nah kalau sudah seperti itu, bagaimana tidak banyak para premanisme berkembang ditengah-tengah masyarakat, soalnya pemerintah sendiri tidak mencontohkan dan tidak memiliki perilaku yang bermoral serta tidak berahklak mulia. Maka jadilah contoh yang tidak benar di mata masyarakat.

Komentar: kriminalitas di Indonesia sebaiknya segera ditanggulangi,karena sudah sangat meresahkan masyarakat.apalagi sudah ada pejabat yang gelagatnya seperti preman pasar.

Masalah kemiskinan Indonesia

Masyarakat miskin Indonesia mencapai 13,33 persen atau sebanyak 31,02 juta orang, dari jumlah penduduk Indonesia. Ini data yang disajikan Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2010 lalu. Di akhir tahun 2010, jumlah kemiskinan tersebut tentunya tidak jauh berbeda pertambahan ataupun pengurangannya. Ini berarti bahwa kemiskinan masih merupakan masalah besar bangsa yang sudah puluhan tahun merdeka ini. Bayangkan, dengan jumlah penduduk miskin sebesar itu, kita mencatatkan diri sebagai Negara yang orang miskinnya lebih banyak dari jumlah penduduk Negara tetangga Malaysia. Karena di waktu yang sama Malaysia berpenduduk 26,79 juta orng. Ironi ini belum terjadi ketika di tahun 1975 dimana kemiskinan bukanlah topik bahasan utama di berbagai seminar dan surat-surat kabar. Baik masyarakat maupun pemerintah seperti tabu membahasnya. Pembangunan dianggap akan menghapuskan kemiskinan dengan sendirinya. Dan pakar ekonomi dengan analisis-analisisnya berdiri paling depan dalam barisan para pakar yang manganggap bahwa pertumbuhan ekonomi cukup mampu mengatasi segala masalah sosial ekonomi bangsa. Selama periode 1976-1996 (20 tahun, Repelita II-V) angka kemiskinan Indonesia turun drastis dari 40% menjadi 11% yang dianggap cukup menjadi pembenaran bahwa pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% per tahun dalam periode itu adalah faktor penentunya. Maka krismon 1997-98 yang kembali meningkatkan angka kemiskinan menjadi 24% tahun 1998 dengan mudah dijadikan alasan kuat lain bahwa memang pertumbuhan ekonomi adalah segala-galanya. Perhatian pemerintah terhadap kemiskinan seperti menemukan momentumnya setelah terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Meskipun demikian, berdasarkan penghitungan BPS, persentase penduduk miskin di Indonesia sampai tahun 2003 masih tetap tinggi, sebesar 17,4 persen, dengan jumlah penduduk yang lebih besar, yaitu 37,4 juta orang. Bahkan, berdasarkan angka Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2001, persentase keluarga miskin (keluarga prasejahtera dan sejahtera I) pada 2001 mencapai 52,07 persen, atau lebih dari separuh jumlah keluarga di Indonesia. Angka- angka ini mengindikasikan bahwa program-program penanggulangan kemiskinan selama ini belum berhasil mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia. Program Penanggulangan Kemiskinan bersasaran (targeted poverty alleviation) paling serius dalam sejarah bangsa Indonesia adalah program IDT di sepertiga desa di Indonesia, dan program Takesra/Kukesra di dua pertiga desa lainnya. Keduanya didasarkan atas Inpres 5/1993 dan Inpres 3/1996, yang pertama dengan anggaran APBN dan yang kedua dari APBN ditambah bantuan konglomerat. Program IDT maupun Takesra/Kukesra keduanya dilaksanakan melalui pendekatan kelompok sasaran antara 15-30 kepala keluarga dengan pemberian modal bergulir, yang pertama (IDT) sebagai hibah dan yang kedua sebagai pinjaman/kredit mikro.

Meskipun terkesan sudah gagal total karena tidak ada lagi dana segar yang disalurkan kepada penduduk miskin, dan sudah ada program-program penggantinya yaitu PPK (Program Pengembangan Kecamatan), tetapi penelitian membuktikan sebaliknya. Penyebab kemiskinan Persoalan kemiskinan di Negara berkembang merupakan fenomena global. Karenanya peran berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, para pekerja sosial diperlukan dalam menangani permasalahan kemiskinan sangat diperlukan. Terlebih dalam memberikan masukkan (input) dan melakukan perencanaan strategis (strategic planning) tentang apa yang akan menjadi suatu kebijakan dari pemerintah. Perlu dibahas tentang macam-macam dan sebab-sebab munculnya kemiskinan yang secara tidak langsung menjadi standar global itu. Pertama, kemiskinan kebudayaan; Biasanya disebabkan adanya kesalahan pada subyeknya. Misalny malas, tidak percaya diri, gengsi, tak memiliki jiwa wirausaha yang kompatibel, tidak mempunyai kemampuan dan keahlian, dan sebagainya. Kedua, kemiskinan structural; Ini biasanya terjadi disebabkan faktor eksternal yang melatarbelakangi kemiskinan itu sendiri. Faktor eksternal itu biasanya disebabkan kinerja dari pemerintah di antaranya : pemerintah yang tidak adil, korupsi, paternalistik, birokrasi yang berbelit, dan sebagainya. Selanjutnya ada beberapa dimensi dari akar kemiskinan tersebut. Isbandi Rukminto Adi, Phd menegaskan pula tentang akar kemiskinan berdasarkan level permasalahan dan membaginya menjadi beberapa dimensi, di antaranya: Pertama, dimensi Mikro : mentalitas materialistic dan ingin serba cepat (instan). Dua, dimensi Mezzo : melemahnya social trust (kepercayaan sosial) dalam suatu komunitas dan organisasi, dan otomatis hal ini sangat berpengaruh terhadap si subyek itu sendiri. Tiga, dimensi Makro : kesenjangan (ketidakadilan) pembangunan daerah yang minus (desa) dengan daerah yang surplus (kota), strategi pembangunan yang kurang tepat (tidak sesuai dengan kondisi sosio-demografis) masyarakat Indonesia. Empat, dimensi Global : adanya ketidakseimbangan relasi antara Negara yang sudah berkembang dengan Negara yang sedang berkembang. Usaha kecil Masalah lain yang kita hadapi adalah kondisi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), yang berpotensi menyerap tenaga kerja kurang terdidik, keberadaannya masih belum sepenuhnya mendapat perhatian serius. Berbeda dengan usaha besar yang padat modal dan teknologi, dengan mudahnya digelontori kredit perbankan dan berbagai kemudahan lainnya. Sebagai gambaran, sepanjang 2010, sekitar 10-15 persen atau sekitar 790 ribu - 1,17 juta pelaku UMKM produksi di Jawa Barat menutup usahanya dan beralih menjadi pedagang produk impor asal Cina. Keuntungan yang lebih besar dan risiko yang lebih kecil menjadi alasan mereka beralih (Pikiran Rakyat, 22 Desember 2010). Fakta ini menunjukkan bahwa serbuan barang impor, terutama asal China telah mematikan usaha

bidang produksi. Di Jawa Barat saja mencapai sejuta UMKM, lalu bagaimana jika ditambah dari provinsi lainnya. Misalkan satu UMKM menampung lima tenaga kerja, maka jutaan orang akan kehilangan pekerjaan. Ini berarti jumlah penduduk miskin pun terus meningkat. Baik pemerintah maupun pengamat ekonomi mengklaim bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2011 bisa mencapai 6,2 persen. Namun hal itu sama sekali tidak berarti jika jumlah penduduk miskin tetap banyak. Bahkan jumlah penduduk miskin akan terpicu naiknya harga Sembako dan adanya rencana pemberlakuan pembatasan konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Misalnya ratusan ribu tukang ojek akan menjerit ketika BBM dibatasi, sebagian di antaranya kemudian akan menjadi penganggur. Daya beli masyarakat akan terpangkas besar-besaran, yang akhirnya akan mendongkrak jumlah penduduk miskin. Kebijakan jalan pintas sering ditempuh pemerintah untuk sekedar meredam berita kemiskinan. Lantas, bagaimana solusi untuk mengendalikan pembengkakakan angka kemiskinan? Lebih tepatnya, bagaimana upaya mensejahterakan penduduk miskin, dan mencegah penduduk tidak miskin menjadi miskin. Instrumen yang ada pada pemerintah sebenarnya sudah memadai, ada Kementerian Koperasi dan UKM dan Kementerian Sosial yang perangkatnya sampai ke tingkat daerah. Begitu pula seluruh Pemerintah Daerah memiliki dinas/instansi yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan. Dalam hal ini pemerintah bisa bekerjasama dengan perusahaan besar yang memiliki program corporate social responsibility (CSR) dan Perguruan Tinggi Negeri/Swasta (PTN/PTS) yang memiliki program pengabdian pada masyarakat (PPM). Namun yang selalu menjadi masalah adalah kemauan kuat dan muncul dari keinginan kuat untuk membantu rakyat miskin menjadi lebih sejahtera. Apa yang dilakukan belum bersumber dari hati, dan masih sekedar sebuah upaya menggugurkan kewajiban. Itulah sebabnya penduduk miskin yang menjadi sasaran program tetap miskin cenderung tidak terangkat dari kemiskinan.

Komentar: faktor yang memyebabkan angka kemiskinan meningkat adalah karena tingkat pengagguran yang tinggi dan pngalaman kerja yang kurang.

Beberapa Faktor Penyebab Seks Bebas Terjadi Pada Remaja

Kenakalan remaja belakangan ini sering kita lihat di kota-kota sangat memprihatinkan sekali, semuanya ini bukan hanya disebabkan oleh faktor remaja itu sendiri tetapi ada lagi faktor lain yang mendasarinya. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang melakukan sex bebas yaitu: 1. Orang tua, Kurangnya bimbingan dan pengawasan orang tua sudah pasti akan membuat anak menjadi liar, orang tua yang terlalu percaya kepada anak tanpa mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh anakanaknya merupakan tindakan yang salah yang berakibat fatal bagi si anak sendiri. Bahkan bukan tidak mungkin sebenarnya orang tua sendiri yang menjerumuskan anaknya, sebagai contoh misalnya, orang tua merasa malu kalau anaknya yang sudah SMA ataupun sudah remaja belum punya pacar, pasti akan ditanya, akhirnya si anak cari pacar, awalnya mungkin biasa saja, ke tokok buku, atau sesekali ke cafe. Lalu pelan-pelan naik pangkat pegang tangan, lalu naik pangkat lagi, dan meningkat ke lainnya. Orang tua yang terlalu otoriter juga tidak baik bagi perkembangan psikologi anak, ketika ia mendapatkan sekali kebebasan ia lupa segalanya. 2. Lingkungan/teman Sekuat apapun kita mempertahankan diri kalau lingkungan dan orang-orang terdekat kita tidak mendukung kita, bukan tidak mungkin kita yang akhirnya terikut dengan mereka. Contohnya seorang pecandu narkoba awalnya cuma ikut-ikutan dengan teman-temannya dan sekedar iseng, begitu juga dengan sex bebas. 3. Uang Di zaman sekarang ini uang adalah segala-galanya, tolok ukur seseorang ada pada uang, kehormatan, harga diri semua diukur dengan uang. Makanya orang-orang yang kebutuhannya tidak terpenuhi mencari penghasilan tambahan dengan cara seperti itu, dengan iming-iming uang semua menjadi tidak berarti. Apa yang harampun dihalalkan. 4. Iman yang lemah Seseorang yang tidak punya iman dihatinya sudah pasti dia tidak tahan dengan godaan duniawi yang memang berat, sekecil apapun godaan itu apalagi godaan berat. 5. Ketagihan Sex sama seperti orang makan, kebutuhan mutlak setiap orang. Tetapi kalau dia tidak dikelola dengan benar akibatnya bisa gawat. Sekali saja mencoba pasti akan mau lagi, dan mau lagi, sama seperti kecanduan. Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :

1.Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.

2.Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.

3.Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.

Komentar: sebaiknya orangtua lebih memperhatikan anak-anak nya khususnya anak perempuan.karena anak perempuan lebih beresiko mendapat pengaruh buruk dari lingkungan tempatnya bergaul.

Merokok, Trend Pelajar yang Mengkhawatirkan

Di era globalisasi seperti ini, trend yang beredar di kalangan pelajar semakin beragam. Ada beberapa trend yang cukup mengkhawatirkan. Salah satunya, merokok. Kini, rokok bukan lagi barang asing di tangan pelajar. Saya bisa menjamin kalo sebagian besar pelajar pria SMP dan SMA sudah pernah mencoba merokok. Bahkan mungkin pelajar SD sudah ada yang mencobanya. Rokok dianggap bisa menjadi penghilang rasa penat dan stress untuk sebagian orang. Dan yang mengkhawatirkan, benda kecil yang satu ini bisa membuat para pelajar ketagihan layaknya narkoba. Sekali saja mencoba, maka hasrat ingin menghisap akan terus hinggap. Ketika rokok menjadi trend di kalangan pelajar, pihak sekolah mulai mengantisipasi trend ini. Banyak sekolah yang memberikan sanksi tegas terhadap pelajar yang ketahuan merokok di dalam lingkungan sekolah. Bahkan sebagian guru juga sering melakukan inspeksi ke lingkungan sekitar sekolah. Karena biasanya banyak pelajar yang merokok sembunyi-sembunyi di tempattempat sepi seperti kantin atau warung-warung kecil. Pada saat peraturan baru ditegakkan, mungkin cukup banyak pelajar yang menghentikan aksinya. Tapi tak lama kemudian biasanya mereka kembali merokok secara terang-terangan. Sebenarnya aksi merokok di kalangan pelajar menjadi masalah yang cukup pelik bagi orang tua ataupun guru di sekolah. Biasanya pelajar yang suka merokok sering mencuri-curi waktu pada saat jam pelajaran untuk merokok di kantin sekolah. Sayangnya, para penjaga kantin juga memberikan tempat dan fasilitas yang akan memudahkan mereka melakukan aksi tersebut. Bahkan biasanya ada beberapa kantin yang menjual rokok secara sembunyi-sembunyi. Maka itu bisa menurunkan konsentrasi belajar mereka. Yang lebih mengkhawatirkan jika mereka sudah kecanduan. Maka mereka rela menghabiskan uang jajan mereka untuk membeli sebungkus rokok setiap harinya. Bahkan sebagian pelajar berani untuk melakukan hal-hal negatif untuk mendapatkan sebatang rokok.

Larangan merokok di sekolah sebetulnya sudah diterapkan seketat mungkin. Tapi larangan ini hanya berlaku untuk para pelajar saja. Lalu bagaimana dengan guru? Sayangnya guru tidak dilarang dalam peraturan sekolah. Guru dibiarkan merokok di lingkungan sekolah. Ini tentu menjadi dilema bagi para pelajar. Di satu sisi mereka harus mematuhi peraturan yang berlaku. Tapi di sisi lain, mereka sebagai remaja tanggung sulit untuk menghilangkan keinginan untuk merokok, apalagi saat melihat para guru melakukannya. Mereka jadi berpikir, jika guru saja boleh meroko di dalam sekolah, kenapa murid tidak boleh. Tentunya ini menjadi hal yang harus dibenahi oleh para guru. Keinginan untuk merokok juga dipicu oleh kebiasaan orang tua yang merokok di rumah. karena mereka sering melihat orang tua mereka merokok, maka mereka juga berpikir kalau merokok itu hal yang biasa. Kadang banyak orang tua yang melarang anak remajanya merokok, tapi mereka tidak bisa menghentikan kebiasaan merokok dalam dirinya sendiri. Maka kelakuan para orang tua juga menjadi salah satu penyebab merebaknya trend rokok di kalangan pelajar. Untuk mengantisipasi masalah ini, sebenarnya bukan hanya para pelajar yang harus diperhatikan. Tapi juga kebiasaan para pendidik dan orang tua. Remaja yang masih memiliki sifat labil akan meniru kebiasaan orang yang lebih dewasa di lingkungannya. Jika para pendidik dan orang tua tidak bisa memberi contoh yang baik, maka jangan berharap kebiasaan meroko di kalangan pelajar bisa berkurang atau bahkan dihentikan. Walaupun mereka sudah mengerti bahaya dari rokok tersebut, tapi mereka juga sulit untuk menghilangkan kebiasaan itu. Masih adakah orang yang peduli sekarang untuk menasehati anak didik dan guru-guru untuk tidak merokok. Terus terang bahwa merokok sebagai gaya hidup tidak memberikan manfaat apaapa, kecuali hanya meracuni paru- paru anak anak muda. Memilih merokok sebagai gaya hidup sangat merugikan diri karena mendatangkan penyakit. Menjadi penghisap rokok hanya memberikan keuntungan bagi pemilik pabrik rokok Bukankah sudah cukup banyak jumlah orang yang meninggal karena mengalami sakit paru- paru gara- gara mejadi pencandu rokok yang hebat dalam hidupnya? Semoga ini bisa menjadi intropeksi untuk para pelajar, pendidik, dan para orang tua.

Komentar: penyebab anak kecil zaman sekarang sudah berani mencoba-coba rokok adalah karena faktor dari lingkungan keluarga kemudian lingkungan bemain sang anak. Dimulai dari keluarga mulanya dari sang ayahyang merokok didepan sang anak sehingga anak cepat terpengaruh.

Tawuran Antar Pelajar, Sebab dan Solusinya


Tawuran menjadi suatu kebiasaan dan trend dikalangan anak sekolah. Tanpa melihat dirinya masih berstatus pelajar dan masih memakai seragam sekolah, aksi tawuran ini sering dilakukan setelah jam pelajaran selesai (pulang sekolah). Sehingga kerap sekali muncul pertanyaan, Apakah jam sekolah dirasa blm cukup untuk menguras waktu mereka?

Beberapa alasan tawuran: Alasan pertama, tawuran bisa terjadi karena pengaruh lingkungan, termasuk di dalamnya media yang menyuguhkan pemberitaan-pemberitaan perlakuan anarkis yang kemudian mereka tonton hampir setiap hari, yang dimaksudkan tontonan ini dapat berupa demonstrasi anarkis yang biasanya dilakukan oleh para kelompok kontra pemerintah. Tindakan yang mereka lakukan terkadang sampai merusak dan baku hantam dengan petugas keamanan. Perbuatan-perbuatan ini lah yang kemudian secara tidak langsung memberikan dampak negatif pada anak-anak dan menciptakan pola pikir yang salah dalam perkembangan anak-anak usia sekolah. Alasan kedua, minimnya pandampingan orang tua terhadap anak-anak usia sekolah. Peran serta orang tua dalam lingkup keluarga jelas merupakan faktor yang sangat mutlak diperlukan bagi tumbuh kembangnya anak. Pembimbingan keluarga sangat menentukan pola pikir dan perbuatan anak. Anak yang dibimbing dengan baik dalam keluarganya biasanya memiliki rasa tanggung jawab tinggi terhadap diri sendiri dan keluarga. Alasan ketiga, kurangnya area bermain. Kenapa tawuran menjadi sering dilakukan oleh anakanak usia sekolah, ini besar kemungkinan karena kurangnya area bermain. Khususnya di Ibukota Jakarta, dengan pesatnya pertumbuhan pembangunan kota yang akhirnya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi seringkali lupa akan kepentingan anak-anak. Kita lupa bahwasanya kita pernah mengalami masa anak-anak. Sekarang banyak anak-anak yang hilang masa kanakkanaknya akibat tidak adanya fasilitas. Mungkin ada, tapi itu sudah menjadi milik anak-anak yang memiliki uang, contohnya bermain di pusat perbelanjaan yang kemudian harus menguras kocek yang tidak sedikit. Bagaimana nasib anak-anak yang berasal dari golongan masyarakat bawah? Dimana tempat mereka bermain? Lalu bagaimana solusinya? Untuk alasan yang pertama, tawuran termasuk dalam kategori ancaman keamanan yakni ancaman keamanan dari dalam negara, INPRES NO 2/ 2013, tentang Penanganan Gangguan Keamanan dalam Negeri merupakan produk yang baik dalam menjaga kestabilan dan keamanan dalam negeri. Tawuran yang kerap kali dilakukan oleh anak-anak sekolah perlu mendapatkan perhatian oleh para pelaksana dalam Inpres No. 2/2013 tersebut. Hal tersebut dapat dimasukkan dalam agenda Inpres no 2/2013 misalnya melakukan pembinaan (bukan hukuman berat) terhadap anak-anak yang melakukan tindakan mengancam keamanan negera. Jelas sekali, masa depan bangsa kita sangat tergantung pada anak-anak tersebut, sehingga setiap kebijakan perlu menyentuh sampai kepada lapisan anak-anak. Untuk alasan yang ketiga, pesatnya pertumbuhan kota pada akhirnya mengabaikan kepentingan anak-anak. Perlu dikaji kembali, fasilitas tempat bermain anak-anak saat ini dirasa sudah sangat kurang, khususnya di daerah Ibukota. Mengapa kemudian anak-anak sekolah melakukan tawuran sangat erat kaitannya karena mereka tidak memiliki kegiatan lain selain disekolah dan juga mereka tidak memiliki tempat bermain. Saat ini banyak tempat-tempat olahraga atau tempat bermain yang untuk bisa masuk kedalamnya harus memerlukan biaya, sedangkan banyak anakanak sekolah yang tidak mempunyai uang untuk hal tersebut. Oleh karena itu, pemerintah perlu menyediakan fasilitas olahraga atau tempat bermain untuk anak-anak. Bisa saja dengan

mempergunakan fasilitas yang sudah ada atau bahkan membangun tempat olahraga yang bebas biaya kepada anak-anak sekolah, dengan menggunakan kartu pelajar sebagai tiket masuknya. Selain menghindari adanya ancaman tawuran dari pelajar, fasilitas tersebut juga berguna mendidik anak-anak untuk lebih berorientasi pada prestasi. Dengan demikian, kita sudah menyelamatkan masa depan Negara dengan menyelamatkan anak-anak bangsa.

Komentar: tawuran pada saat ini sudah menjadi rutinitas dikalangan pelajar.penyebab utama biasanya,karena para pelajar kurang menumbuhkan rasa persaahabatan dan saling menghormati sesama pelajar sehingga sikap saling mengolok-olok menjadi faktor utama terjadinya tawuran.

Pelecehan seksual terhadap anak

Seorang anak laki-laki yang menjadi korban pelecehan seksual. Dipublikasikan pada tanggal Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak di mana orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk rangsangan seksual.[1][2] Bentuk pelecehan seksual anak termasuk meminta atau menekan seorang anak untuk melakukan aktivitas seksual (terlepas dari hasilnya), memberikan paparan yang tidak senonoh dari alat kelamin untuk anak, menampilkan pornografi untuk anak, melakukan hubungan seksual terhadap anak-anak, kontak fisik dengan alat kelamin anak (kecuali dalam konteks non-seksual tertentu seperti pemeriksaan medis), melihat alat kelamin anak tanpa kontak fisik (kecuali dalam konteks non-seksual seperti pemeriksaan medis), atau menggunakan anak untuk memproduksi pornografi anak.[1][3][4] Efek kekerasan seksual terhadap anak antara lain depresi,[5] gangguan stres pascatrauma,[6] kegelisahan,[7] kecenderungan untuk menjadi korban lebih lanjut pada masa dewasa,[8] dan dan cedera fisik untuk anak di antara masalah lainnya.[9] Pelecehan seksual oleh anggota keluarga adalah bentuk inses, dan dapat menghasilkan dampak yang lebih serius dan trauma psikologis jangka panjang, terutama dalam kasus inses orangtua.[10] Di Amerika Utara, sekitar 15% sampai 25% wanita dan 5% sampai 15% pria yang mengalami pelecehan seksual saat mereka masih anak-anak.[11][12][13] Sebagian besar pelaku pelecahan seksual adalah orang yang dikenal oleh korban mereka; sekitar 30% adalah keluarga dari si anak, paling sering adalah saudara laki-laki, ayah, paman, atau sepupu; sekitar 60% adalah kenalan lainnya seperti 'teman' dari keluarga, pengasuh, atau tetangga, orang asing adalah pelanggar sekitar 10% dalam kasus penyalahgunaan seksual anak.[11] Kebanyakan pelecehan seksual anak dilakukan oleh laki-laki; studi menunjukkan bahwa perempuan melakukan 14% sampai 40% dari pelanggaran yang dilaporkan terhadap anak laki-laki dan 6% dari pelanggaran yang dilaporkan terhadap perempuan.[11][12][14] Sebagian besar pelanggar yang pelecehan seksual terhadap anakanak sebelum masa puber adalah pedofil,[15][16] meskipun beberapa pelaku tidak memenuhi standar diagnosa klinis untuk pedofilia.[17][18]

Berdasarkan hukum, "pelecehan seksual anak" merupakan istilah umum yang menggambarkan tindak kriminal dan sipil di mana orang dewasa terlibat dalam aktivitas seksual dengan anak di bawah umur atau eksploitasi anak di bawah umur untuk tujuan kepuasan seksual.[4][19] Asosiasi Psikiater Amerika menyatakan bahwa "anak-anak tidak bisa menyetujui aktivitas seksual dengan orang dewasa", dan mengutuk tindakan seperti itu oleh orang dewasa: "Seorang dewasa yang terlibat dalam aktivitas seksual dengan anak adalah melakukan tindak pidana dan tidak bermoral yang tidak pernah bisa dianggap normal atau perilaku yang dapat diterima secara sosial."[20]

Komentar: pelecehan seksual saat ini sudah sangat mengkhawatirkan, bukan hanya anak perempuan saja yang mendapatkan perlakuan keji seperti itu,anak laki-lakipun juga mendapatkannya.dampk yang ditimbulkan dari perbuatan ini adalah trauma berkepanjangan yang dapat menyebabkan psiklogis anak menjadi terganggu.

PENYIMPANGAN PRILAKU SISWA DI SEKOLAH

Dalam kehidupan sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X adalah orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat mentaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu lembag tertentu (organisasional-formal).

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa

terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Menurut Wikipedia (1993) bahwa disiplin sekolah refers to students complying with a code of behavior often known as the school rules. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya Dangerous School (1999).

Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah : (1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.

Sementara itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992) mengemukakan: School discipline has two main goals: (1) ensure the safety of staff and students, and (2) create an environment conducive to learning. Sedangkan Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa the goals of discipline, once the need for it is determined, should be to help students accept personal responsibility for their actions, understand why a behavior change is necessary, and commit themselves to change. Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa.

Keith Devis mengatakan, Discipline is management action to enforce organization standarts dan oleh karena itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan korektif. Disiplin preventif, yakni upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan hal itu pula, siswa berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap peraturan yang ada. Disiplin korektif, yakni upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada. Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya.Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah arti penting disiplin sekolah.

Penyebab Terjadinya Penyimpangan Prilaku Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah. Brown dan Brown mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin, sebagai berikut: 1. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru 2. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak. menyenangkan,

3. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang broken home. 4. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.

Cara Penyelesaiannya

Sehubungan dengan permasalahan di atas, seorang guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal. 2. Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya. 3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.

Komentar: dalam penimpangan perilaku siswa di sklah kadangkala menimbulkan konplik antar pelajar,shingga dpt menimbulkan tawuran dan permusuhan baik antar pelajar maupn antar masyarakat..

Tugas
Remedial sosiologi Nama:Tri putri yana Kelas:X1

Sman 06 benteng

Tugas remedial sosiologi Nama:Ruzilah Ningsih Kelas:x1

Sman 06 BENTENG

Anda mungkin juga menyukai