Filsafat Komunikasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

TUGAS FILSAFAT KOMUNIKASI

NAMA : ANTHONY R. METE NIM : 1003052020 JURUSAN : ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK KUPANG 2013

FILSAFAT KOMUNIKASI Prof Dr Amsal Bakhtiar M.A

Menurut : Teori dan Filsafat Komunikasi, bahwa Filsafat Komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analisis, kritis, dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, teknik dan perannya.

Filsafat sebagai akar ilmu komunikasi Para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponen filsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya ramburambu normatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis. Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi (keapaan), epistemologi (kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau kemanfaatan). Pada dasarnya filsafat komunikasi memberikan pengetahuan tentang kedudukan Ilmu Komunikasi dari perspektif epistemology:

1. Ontologis: What It Is? Ontologi berarti studi tentang arti ada dan berada, tentang cirri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu Komunikasi. Ilmu komunikasi dipahami melalui objek materi dan objek formal. Secara ontologism, Ilmu komunikasi sebagai objek materi dipahami sebagai sesuatu yang monoteistik pada tingkat yang paling abstrak atau yang paling tinggi sebagai sebuah kesatuan dan kesamaan sebagai makhluk atau benda. Sementara objek forma melihat Ilmu Komunikasi sebagai suatu sudut pandang (point of view), yang selanjutnya menentukan ruang lingkup studi itu sendiri. Contoh relevan aspek ontologis Ilmu Komunikasi adalah sejarah ilmu Komunikasi, Founding Father, Teori Komunikasi, Tradisi Ilmu Komunikasi, Komunikasi Manusia, dll. 2. Epistemologis: How To Get? Hakikat pribadi ilmu (Komunikasi) yaitu berkaitan dengan pengetahuan mengenai pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory of Knowledge. Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah mengenai persoalan apa yang dapat ita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya, what can we know, and how do we know it? (Lacey: 1976). Menurut Lacey, hal-hal yang terkait meliputi belief, understanding, reson, judgement, sensation, imagination, supposing, guesting, learning, and forgetting. Secara sederhana sebetulnya perdebatan mengenai epistemology Ilmu Komunikasi sudah sejak kemunculan Komunikasi sebagai ilmu. Perdebatan apakah Ilmu Komunikasi adalah sebuah ilmu atau bukan sangat erat kaitannya dengan bagaimana proses penetapan suatu bidang menjadi sebuah ilmu. Dilihat sejarahnya, maka Ilmu Komunikasi dikatakan sebagai ilmu tidak terlepas dari ilmu-ilmu social yang terlebih dahulu ada. pengaruh Sosiologi dan Psikologi sangat berkontribusi atas lahirnya ilmu ini. Bahkan nama-nama seperti Laswell, Schramm, Hovland, Freud, sangat besar pengaruhnya atas perkembangan keilmuan Komunikasi. Dan memang, Komunikasi ditelaah lebih jauh menjadi sebuah ilmu baru oada abad ke-19 di daratan Amerika yang sangat erat kaitannya dengan aspek aksiologis ilmu ini sendiri.

Contoh konkret epistemologis dalam Ilmu Komunikasi dapat dilihat dari proses perkembangan kajian keilmuan Komunikasi di Amerika (Lihat History of Communication, Griffin: 2002). Kajian Komunikasi yang dipelajari untuk kepentingan manusia pada masa peperangan semakin meneguhkan Komunikasi menjadi sebuah ilmu. 3. Aksiologis: What For? Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek kebermanfaat ilmu itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek epistemologis bahwa aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan pragmatic filosofis yaitu azas kebermanfaatan dengan tujuan kepentingan manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu Komunikasi erat kaitannya dengan kebutuhan manusia akan komunikasi. Kebutuhan memengaruhi (persuasive), retoris (public speaking), spreading of information, propaganda, adalah sebagian kecil dari manfaat Ilmu Komunikasi. Secara pragmatis, aspek aksiologis dari Ilmu Komunikasi terjawab seiring perkembangan kebutuhan manusia.
Filsafat ilmu adalah bagian filsafat yang mempertanyakan soal pengetahuan dan juga soal bagaimana kita dapat mengetahui sesuatu. Buku ini menjawab pertanyaan-pertanyaan filsafat ilmu mengenai ilmu komunikasi. Sementara itu, pertanyaan-pertanyaan dalam filsafat komunikasi itu baik secara ontologis, epistemologis dan aksiologisnya adalah: Apakah pengetahuan itu, atau Apakah i1mu komunikasi itu; Bagaimana kita dapat memperoleh pengetahuan, Bagaimana kita tahu tentang sesuatu, atau Bagaimana kita tahu bahwa sesuatu itu adalah komunikasi; dan Apakah kebenaran itu atau Apakah kebenaran itu dalam ilmu komunikasi.

Prof Dr Amsal bakhtiar dalam buku Filsafat Ilmu ini membagi pembahasan kedalam 6 bab, dimana setiap bab memiliki kaitan dengan bab lain sebagai satu kesatuan yang saling terkait, karena menyangkut dua kata yang saling terkait yaitu filsafat dan ilmu karena keduanya secara substansial maupun historis kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Pada Bab I dalam buku ini membahas tentang Ruang lingkup filsafat ilmu yang mencakup ilmu sebagai obyek kajian filsafat, pengertian filsafat ilmu dan tujuan filsafat ilmu. Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal memiliki objek material dan objek formal, objek material filsafat adalah segala yang ada, segala yang ada mencakup yang tampak dan tidak tampak , yang tampak adalah dunia empiris sedangkan yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sementara sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian : yaitu yang ada di alam empiris, yang ada dalam fikiran dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek formal filsafat adalah sudutpandang yang menyeluruh, radikal dan rasional tentang segala yang ada.

1. 2. 3. 4. 5. 1.

Cakupan objek filsafat lebih luas bila dibandingkan dengan ilmu Karena ilmu hanya terbatas pada persoalan yang empiris saja, sedangkan filsafat mencakup yang empiris dan yang non empiris, awalnya filsafat terbagi pada teoritis dan praktis, filsafat teoritis mencakup metafisika, fisika, matematika, dan logika sedangkan filsafat praktis adalah ekonomi, politik, hukum dan etika. Setiap bidang ilmu ini kemudian berkembang dan menspesialisasi, seperti fisika berkembang menjadi biologi, biologi berkembng menjadi anatomi, kedokteran dan kedokteran pun terspesialisasi menjadi beberapa bagian. Bahkan pada perkembangan berikutnya filsafat tidak hanya dipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi sudah menjadi bagian dari ilmu itu sendiri yang juga mengalami spesialisasi. Secara pengertian bahasa filsafat dalam bahasa inggris yaitu : philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa yunani : philosophia yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi) jadi secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom) orangnya disebut filosof yang dalam bahasa arab disebut failasuf. Harun Nasution berpendapat bahwa istilah filsafat berasal dari bahasa arab karena orang arab lebih dulu datang dan sekaligus mempengaruhi bahasa Indonesia daripada orang atau bahasa inggris, oleh karena itu dia konsisten menggunakan kata falsafat bukan filsafat. Dalam pandangan sidi gazalba filsafat adalah berpikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. Pendapat ini memperlihatkan adanya tiga ciri pokok dalam filsafat yaitu : 1, adanya unsur berfikir yang dalam hal ini menggunakan akal 2, adanya unsur tujuan yang ingin dicapai melalui berfikir tersebut 3, adanya unsur ciri yang terdapat dalam fikiran tersebut yaitu mendalam. Sedangkan pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala gejala tertentu di bidang pengetahuan itu, Mulyadi Kartanegara mengatakan bahwa ilmu adalah any organized knowlwdge, ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda terutama sebelum abad ke 19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang fisik dan inderawi sedangkan ilmu melampauinya pada bidang bidang nonfisik seperti metafisika. Persamaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut : Keduanya mencari rumusan yang sebaik baiknya dan menyelidiki obyek selengkap lengkapnya sampai ke akar akarnya. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab sebabnya Keduanya berhk memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan Keduanya mempunyai metode dan sistem Keduanya berhak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektivitas) akan pengetahuan yang lebih mendasar. Perbedaan filsafat dan ilmu adalh sebagai berikut : Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum) yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris artinya ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing masing secara kaku dan terkotak kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak kotak dalam disiplin tertentu.

2. Objek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas mendalam dan mendasar, sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik dan intensif. Disamping itu objek formal ilmu itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dan realita. 3. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir yang mutlak dan mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukkan sebab sebab yang tidak begitu mendalam yang lebih dekat yang sekunder (secondary cause) Tujuan filsafat ilmu adalah : 1. Mendalami unsur unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu 2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis 3. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan. Pada bab 2 dibahas tentang sejarah perkembangan ilmu, dimana periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu ini terjadi perubahan pola piker manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Pola pikir mitosentris adalah pola pikir masyarakat yang mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam. Pada bab ini Prof Amsal bahtiar membagi fase perkembangan ilmu dan filsafat menjadi beberapa fase : Perkembangan ilmu dizaman Islam Penyampaian ilmu dan filsafat yunani ke dunia Islam Perkembangan Ilmu pada masa klasik Perkembangan ilmu pada masa kejayaan Islam Masa keruntuhan Islam tradisi keilmuan dalam Islam Kemajuan Ilmu Zaman Renaisans modern Masa Renaisans Zaman Modern Ilmu yang berbasis rasionalisme dan empirisme Perkembangan filsafat pada zaman modern Kemajuan Ilmu zaman Kontemporer Puncak kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM) ia murid plato seorang filosof yang berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem : logika, matematika, fisika, metafisika. Logika aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut silogisme. Aristoteles yang pertama kali membagi filsafat pada hal yang teoritis dan praktis, yang teoritis mencakup logika, metafisika Dan fisika sedangkan yang praktis mencakup etika, ekonomi dan politik. Pembagian ilmu inilah yang menjadi pedoman juga bagi klasifikasi ilmu di kemudian hari. Aristoteles dianggap bapak ilmu karena dia mampu meletakkan dasar dasar dan metode ilmiah secara sistematis. Filsafat yunani yang rasional itu boleh dikatakan berakhir setelah aristoteles menuangkan fikirannya, akan tetapi sifat rasional itu

masih digunakan selama berabad abad sesudahnya sampai sebelum filsafat benar benar memasuki dan tenggelam dalam pertengahan. Pengalihan pengetahuan ilmiah dan filsafat Yunani ke dunia Islam serta pengintegrasian pengetahuan itu oleh umat Islam merupakan sebuah catatan sejarah yang unik, dalam sejarah peradaban manusia, amat jarang ditemukan suatu kebudayaan asing dapat diterima sedemikian rupa oleh kebudayaan lain yang kemudian menjadikan landasannya bagi perkembangan intelektual dan pemahaman filosofisnya. Dalam perjalanan ilmu dan juga filsafat didunia Islam, pada dasarnya terdapat upaya rekonsiliasi dalam arti mendekatkan dan mempertemukan dua pandangan yang berbeda bahkan seringkali ekstrim antara pandangan filsafat yunani dan pandangan keagamaan dalam Islam yang seringkali menimbulkan benturan benturan, usaha usaha para filosof islam pada gilirannya menjadi alat dalam penyebaran filsafat dan penetrasinya kedalam studi studi keislaman lainnya dan tak diragukan lagi upaya rekonsiliasi oleh para filosof muslim ini menghasilkan afinitas dan ikatan yang kuat antara filsafat arab dan filsafat yunani. Perubahan pola kehidupan manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu tahap tahap perkembangan itu kita sebut dalam konteks ini sebagai periodisasi sejarah perkembangan ilmu sejak zaman klasik, zaman pertengahan, zaman modern dan zaman kontemporer. Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa adalah ibarat mata rantai yang tidak pernah terputus satu sama lain, hal baru yang ditemukan pada suatu masa menjadi unsur penting bagi penemuan penemuan lainnya dimasa berikutnya demikianlah semua saling terkait. Yang dimaksud dengan zaman kontemporer artinya adalah era tahun tahun terakhir yang kita jalani hingga sekarang ini hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu di zaman modern dengan zaman kontemporer adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke 15, sedangkan zaman kontemporer memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang. Pada bab 3 buku ini membahas tentang pengetahuan dan ukuran kebenaran, secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge dalam encyclopedia of philosopy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief) sedangkan secara terminology menurut Drs sidi gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu, pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi fikiran dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari hasil usaha manusia untuk tahu, dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri Burhanudin salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada 4 yaitu : 1. Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan sebagai good sense. 2. Pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science yang diartikan sebagai pengetahuan yang kuantitatif dan objektif.

3. Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif, pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. 4. Pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat utusannya, pengetahuan agama bersifat mutlak dn wajib diyakini oleh parapemeluk agama. Dari sejumlah pengertian yang ada sering ditemukan kerancuan antara pengertian pengetahuan dan ilmu, kedua kata tersebut dianggap memiliki kesamaan arti bahkan ilmu dan pengetahuan terkadang dirangkum menjadi kata majemuk yang mengandung arti tersendiri. Dalam kamus besar bahasa Indonesia ilmu disamakan artinya dengan pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan. Pengetahuan terbagi menjadi 2 yaitu pra ilmiah dan ilmiah, pengetahuan pra ilmiah adalah pengetahuan yang belum memiliki syarat syarat ilmiah pada umumnya, sebaliknya pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang harus memilki syarat syarat ilmiah. Syarat syarat yang dimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah : harus memiliki objek tertentu (formal dan material) dan harus bersistem (runtut) selain itu pengetahuan ilmiah harus memiliki metode tertentu dengan sifatnya yang umum, metodenya berupa metode deduksi, induksi dan analisis. Pada pembahasan mengenai hakikat dan sumber pengetahuan penulis menjelaskan, tentang hakikat pengetahuan yang meliputi apa itu pengetahuan dan bagaimana memperoleh pengetahuan tersebut. Ada 2 teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu yaitu : a. Realisme, teori ini mempunyai pandangan yang realistis terhadap alam pengetahuan, ajaran realism percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara ada hal hal yang hanya terdapat didalam dan tentang dirinya sendiri serta yang hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang. b. Idealisme, ajaran idealism menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil, premis pokok yang diajukan oleh idealism adalah jiwa mempunyai kedudukan utama dalam alam semesta, idealism tidak mengingkari adanya materi, namun materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Semua orang mengakui memiliki pengetahuan, persoalnnya dari mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan itu diperoleh, dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain : a. Empirisme, menurut aliran ini manusia mendapatkan pengetahuan dari pengalamannya, manusia bisa mendapatkan nya melalui indera, pengetahuan inderawi bersifat parsial, itu disebabkan adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lain, sehingga john locke (1632-1704) bapa empiris britania mengemukakan teori tabula rasa (sejenis buku catatan kosong). Jadi dalam empirisme sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diterima oleh indera, akal tidak banyak berfungsi kalaupun ada hanya sebatas ide yang kabur. Kelemahan aliran ini adalah : indera terbatas, indera kadang menipu, objek yang menipu, berasal dari indera dan objek sekaligus. b. Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwaakal adalah dasar kepastian pengetahuan, pengetahuan yang benar diperoleh melalui akal manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Bagi aliran ini kelemahan aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera dapat dikoreksi seandainya akal digunakan. c. Intuisi, Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi, kemampuan ini mirip dengan insting tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya,

1.

2.

3.

4.

kemampuan pengembangan kemampuan ini memerlukan suatu usaha. Menurutnya intuisi bersifat lahiriah pengetahuan simbolis yang pada dasarnya bersifat analisis menyeluruh dan mutlak dan tanpa dibantu penggambaran secara simbolis. Pada bagian selanjutnya penulis membahas tentang ukuran kebenaran, secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebanaran, namun masalahnya tidak hanya sampai disitu saja, problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya epistimologi, telaah epistimologi terhadap kebenaran membawa kita pada sebuah kesimpulan bahwa perlu dibedakan adanya 3 jenis yaitu kebenaran epistimologis, kebenaran ontologis dan kebenaran semantik. Kebenaran epistimologis adalah kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia, kebenaran dalam arti ontologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan, kebenaran dalam arti semantic adalah kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata dan bahasa.Dalam pembahasannya penulis membahas kebenaran epistimologis karena kebenaran yang lainnya secara inheren akan masuk dalam kategori kebenaran epistimologis, teori yang menjelaskan episyimologis adalah sebagai berikut : Teori korespondensi, atau the correspondence theory of truth, menurut teori ini kebenaran itu apabila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju oleh pernyataan itu. Suatu proposisi atau pengertian adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang diselaraskannya, yaitu apabila ia menyatakan apa adanya, kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang berselaras dengan realitas yang serasi dengan situasi akal Teori koherensi tentang kebenaran, atau teori konsistensi atau the consistence of truth yang sering pula dinamakan the coherence of truth, menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain yaitu fakta dan realitas, tetapi atas hubungan antara antara putusan putusan itu sendiri dengan kata lain kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru itu dengan dengan putusan putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui kebenarannya terlebih dahulu. Teori Fragmatisme tentang kebenaran, atu the fragmatic theory of truth. Menurut teori ini benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau teori semata mata tergantung kepada azas manfaat, sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat dan akan dikatakan salah jika tidak mendatangkan manfaat. Menurut teori ini suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur dengan criteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia, teori hipotesa atau ide adalah benar apabila ia membawa pada akibat yang memuaskan, apabila ia berlaku dalam praktik apabila ia mempunyai nilai praktis, jadi kebenaran adalah sesuatu yang berlaku. Agama sebagai teori kebenaran, Manusia sebagai makhluk pencarikebenaran salah satu cara untuk menemukan suatu kebenaran adalah melalui agama, agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas persoalan asasi yang dipertanyakan manusia baik tentang alam, manusia maupun tentang Tuhan, agama mengedepankan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Dengan demikian suatu hal dianggap benar apabila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak, oleh karena itu sangat wajar bila Imam Al Ghazali merasa tidak puas dengan penemuan penemuan akalnya dalam mencari suatu kebenaran, akhirnya Al Ghazali sampai kepada kebenaran dalam tasawuf, tasawuf lah yang menghilangkan keragu raguan tentang segala sesuatu.

Pada bagian akhir bab 3 dibahas tentang klasifikasi dan hierarki ikmu, para filosof muslim membedakan ilmu kepada ilmu yang berguna dan ilmu yang tidak berguna, karegori ilmu yang berguna mereka kategorikan kepada ilmu ilmu duniawi seperti ilmu kedokteran, sedangkan ilmu yang tidak berguna seperti ilmu sihir. Sedangkan Al Ghazali secara filosofis membagi ilmu kedalam ilmu syariyah dan ilmu aqliyyah, sedangkan Dr Muhammad Al Bahi membagi ilmu dari sumbernya terbagi menjadi 2 yaitu ilmu yang bersumber dari Tuhan dan ilmu yang bersumber dari manusia, sedangkan al jurjani membagi ilmu kepada ilmu qadim dan ilmu hadis. Namun penulis menganggap perlu mengemukakan klasifikasi al ghazali, karena al ghzali lah sebagai peletak dasar filosofis pertama kali teori iluminasiosis dalam arti pengetahuan yang dating dari Tuhan karena adanya pencerahan, dia berpendapat bahwa pengetahuan adalah marifat yang dating dari Allah langsungkepada seseorang itulah pengetahuan yang paling benar. Karena semua bentuk pengetahuan yang bersifat empiris, rasionalis, dan iluminasioris ketiganya bersumber dari manusia yang bersifat relative, relativitas itu tidak saja dari pemikiran tetapi juga perangkat yang dimiliki oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan seperti panca indera, akal dan wahyu. penulis membahas tentang dasar dasar ilmu, yaitu ontology, epistemology dan aksiologi. Ontologi merupakan salah satu lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Dalam persoalan ontology orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini ? pertama kali orang dihadapkan pada adanya 2 macam kenyataan, yang pertama kenyataan yang berupa materi yang kedua kenyataan yang berupa rohani. Term ontology pertamakali dikenalkan oleh rodolf goclenius pada tahun 1636 M, untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis, dalam perkembangannya Rudolf Wolf membagi metafisika menjadi 2 yaitu metafisika umum dan metafisika khusus, metafisika umum dimaksuidkan sebagai istilah lain ontology, dengan demikian metafisika umum atau ontology adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada, sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi dan teologi. Didalam pemahaman ontology dapat diketemukan pandangan pandangan pokok pemikiran sebagai berikut : a. Monoisme, paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari seluruh kenyataan hanyalah satu saja, tidk mungkin dua, faham ini kemudian terbagi 2 yaitu : materialism yang menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi bukan rohani aliran ini sering juga disebut naturalism, yang kedua yaitu idealisme aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh yaitu sesuati yang tidak berbentuk dan menempati ruang. b. Dualisme, aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari 2 macam hakikat yaitu hakekat materi dan hakekat ruhani , benda dan ruh, jasad dan spirit. Umumnya manusia tidak akan mengalami kesulitan untuk menerima prinsip dualism ini, karena setiap kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh panca indera kita, sedang kenyataan bathin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.

c. Pluralime, paham ini berpandangan bahwa segenap bentuk merupakan kenyataan, prularisme bertolak dari keseluruhan danmengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. d. Nihilisme, sebuah doktrin yang tidak mengakui validits alternative yang positif, istilah nihilism sebenarnya sudah ada sejak yunani kuno. e. Agnotisisme yaitu mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakekat benda, baik hakekat materi maupun hakikat ruhani. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkrit akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Epistimologi adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan dasar dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera dan lain lain meiliki metode tersendiri dalam teori pengetahuan diantaranya adalah : a. Metode induktif, yaitu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum, dalam induksi setelah diperoleh pengetahuan, maka akan dipergunakan hal hal lain seperti ilmu mengajarkan kita bahwa kalau logam dipanaskan maka akan mengembang b. Metode deduktif, yaitu metode yang menyimpulkan bahwa data data empiric diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut, hal yang harus ada dalam metode deduktis adalah perbandingan logis antara kesimpulan kesimpulan itu sendiri. c. Metode positivisme, metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang factual dan dan positif, ia mengenyampingkan segala persoalan diluar yang ada sebagai fakta.menurut comte perkembangan pemikiran manusia melaui 3 tahap yaitu, teologis, metafisis dan positif. d. Metode kontemplatif, metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda beda, harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi, pengetahuan yang didapat melalui intuisi ini bias diperoleh dengan cara berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh Al Ghazali. e. Metode dialektis, metode ini mula mula berarti metode Tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat namun plato mengartikannya sebagai diskusi logika. Pengertian aksiologi yang dikutip penulis berasal dari buku jujun s suriasumantri yang berarti sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dari definisi mengenai aksiologi, terlihat jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai, niai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai, teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Makna etika dipakai dalam 2 bentuk arti, pertama etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan perbuatan manusia, arti kedua etika merupakan suatu predikat yang dipakai untk membedakan hal hal, perbuatan perbuatan atau manusia manusia yang lain. Pada penulis kemudian membahas tentang sarana ilmiah yang terdiri dari : Bahasa, Matematika, Statistik dan Logika. Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia, kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan

menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, joseph Broam mengatakan bahwa a language is a structured system of arbitrary vocal symbols by means of wich members of social grup interact (bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari symbol symbol bunyi arbitrer yang digunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain).

Anda mungkin juga menyukai