Keseimbangan Hama

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

BAB IV KESEIMBANGAN POPULASI HAMA A.

HERBIVORA SEBAGAI HAMA Herbivora atau pemakan tanama menempati aras trofi kedua atau sebagai konsumen pertama. Berbeda dengan herbivora lainnya, keberadaan herbivora yang memakan tanaman yang dibudidayakan yang umumnya tidak dikehendaki karena dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan atau kerugian bagi manusia. Herbivora yag merugikan dikelompokan sebagai hama. Karena itu istilah hama merupakan istilah yang berorientasi pada kepentingan manusia atau istilah yang atntropogenik, bukan istilah ekologik. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa tidak semua herbivora di agroekosistem merupakan hama. Binatang atau serangga karivora yanag memakan hama menenmpati aras ketiga atau predator atau parasitoid. Pemangsa atau predator memangsa herbivora, tetapi karnivora yang hidupnya didalam atau diluar tubuh inang untuk kurun waktu tertentu dinamakan parasitoid. Pada kenyataannya hama merupakan kumpulan organisme yang hidup diekosistem bersama manusia dan melaksanakan fungsi kehidupannya, antara lain makan dan berkembang biak. Sebagai bagian ekosistem hama juga berperan dalam menjaga stabiitas ekosistem. Populasi hama meningkat dan menjadi sangat tinggi karena ketersedian makanan hama yang sesuai sebagai akibat kegiatan manusia membudidayakan tanaman tertentu pada areal luas dan dilakukan secara terus-menerus. Tujuan pengelolaan hama adalah mengelola ekosistem sedemikian rupa sehingga keberadaan hama di pertanaman tidak memberikan dampak yang merugikan. B. PENGELOMPOKAN HAMA Pada ekosistem pertanian dijumpai komunitas serangga yang terdiri atas banyak jenis serangga, dan masing-masing jenis memperlihatkan sifat populasi yang khas. Tidak semua jenis serangga dalam agroekosistem merupakan serangga hama. Sebagian besar jenis hama bukan hama yang merugikan tetapi merupakan musuh alami (predator, parasitoid), serangga penyerbuk bunga dan serangga penghancur sisa-sisa bahan organik yang sangant bermanfaat. Banyak jenis serangga yang tertangkap pada suatu tempat kebetulan berada dipertanaman tersebut untuk beristirahat atau akan pindah ke tempat lain. Mungkin ada serangga-serangga yang menetap sementara di suatu tempat untuk memasuki dan melampaui fase pupa.

Pengelompokan hama yang sering digunakan adalah membagi jenis-jenis hama menurut kisaran bahaya yang di akibatkanya, pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hama Utama atau Hama Kunci Merupakan satu atau beberapa jenis hama yang dalam kurun waktu lama (sekitar 5 tahun) selalu merusak pertanaman di suatu daerah yang luas dengan intesitas serangan berat. Tanpa usaha pengendalian hama utama dapat mendatangkan kerugian ekonomi besar bagi petani. Biasanya pada suatu agroekosistem ada satu atau dua jenis hama yang termasuk dalam kategori hama yang lain. Penerapan dan pengembagan PHT lebih dahulu ditujukan pada ham-hama utama pada suatu daerah. Jenis hama utama pada suatu daerah tidak selalu tetap, dapat berubah tergantung pada perubahan agroekosistem yang terjadi. 2. Hama Minor atau Kadangkala Merupakan hama-hama yang relatif kurang penting karena kerusakn yang diakibatkan masih dapat ditoleransikan baik oleh tanaman maupun oleh petani. Kadang-kadang populasi hama monir pada suatu saat meningkat melebihi aras toleransi ekonomi tanaman. Peningkatan populasi ini mungkin disebabkan karena ganguan pada proses pengendalian alami, keadaan ikli yang tidak menetu, atau kesalahan pengelolaan oleh manusia. Hama minor disebut juga hama kadang-kadang, atau hama kadangkal (occasional pests). Kelompok hama ini seringkali peka terhadap perlakuan pengendalian yang ditujuka pada hama utama, oleh karena itu mereka juga perlu diawasi agar tidak menimbulkan apa yang disebut letusan hama kedua. Banyak faktor yang memungkinkan hama minor dapat berubah statusnya menjadi ham utama atau sebaliknya. 3. Hama Potensial Merupakan sebagian besar jenis serangga herbivora yang berada di ekosistem yang saling berkompetisi dalam memperoleh makanan dan tempat hidup. Organisme-organisme tersebut yang tidak pernah mendatangkan kerugian bearti dalam kondisi pengelolaan agroekosistem yang normal. Namun, karena kedudukannya tertentu dalam rantai makanan, mereka mempunyai potensi menjadi hama yang membahayakan karena terjadinya perubahan cara pengelolaan ekosistem tertentu oleh manusia.

4. Hama Migran Merupakan jenis hama tertentu yang tidak berasal agroekosistem setempat, tetapi mereka datang dari luar karena sifatnya yang berpindah-pindah (migran) misalnya belalang kembara, ulat grayak, dan burung. Hama ini apabila mendatangi pada suatu tempat dapat menimbulkan kerusakan yang bearti. Tetapi kerusakan pertanaman hanya terjadi dalam jangka waktu pendek karena mereka kemudian segera pindah ke daerah lainnya. Kecuali pembagian dalam 4 kelompok tersebut, ada pakar yang menambah satu kelompok hama yaitu kelompok hama sekunder atau hama sporadis. Kelompok hama ini dalam keadaan normal selalu dapt dikendalikan oleh musuh alaminya sehingga tidak membahayakan. Kelompok ini baru menjadi masalah bila populasi musuh alami berkurang karena sebab-sebab tertentu. Kelompok hama sekunder dapat juga kita masukan dalam kelompok minor. C. PERKEMBANGAN POPULASI HAMA Pertumbuhan populasi organisme terbagi menjadi 5 tingkat (I sampai V) yang rinciannya sebagai berikut: 1. Tingkat I merupakan periode peningkatan populasi yang tumbuh secara sigmoid. Tingkat ini terdiri atas 3 tahap yaitu pembentukan populasi (A), perumbuhan cepat secara eksponensional (B), serta pertumbuhan menuju ke keseimbangan (C). 2. Tingkat II merupakan periode pencapaian aras atau letak keseimbangan populasi yang merupaka garis asimtot kurve sigmoid. Pada tahap ini populasi telah mencapai statibilitas numerik. 3. Tingkat III merupakan tahap oskilasi dan fluktuasi populasi. Oskilasi populasi adalah penyimpangan populasi sekitar aras keseimbangan yang tidak simetris. Tingkat III berjalan dalam waktu lama tergantung pada berfungsinya mekanisme umpan balik negatif yang berkerja. 4. Apabila mekanisme umpan balik oleh sebab-sebab tertentu menjadi tidak berfungsi, terjadilah tingkat IV yang merupakan periode penurunan populasi atau pertumbuhan negatif. 5. Apabila periode IV terus berlanjut akan menjadi tingkat terakhir pertumbuan populasi yaitu tingkat V yang merupakan periode akhir populasi.

Tingkat IA, IB, IC dapat terjadi pada masa tanam sampai masa pertumbuhan tananaman vegetatif muda. Tingkat II (menuju ke garis keseimbangan) dan tingkat III (fluktuasi dan oskilasi populasi) terjadi pada periode tumbuh tanaman vegetatif tua dan generatif. Sedangkan tingkat IV (penurunan) dan tingkat V (kepunahan) terjadi sewaktu tanaman sedang dan sudah dipanen. Untuk menghitung jumlah pertumbuhan populasi pada suatu periode waktu dan tempat tertentu dapat digunakan rumus sederhana sebagai berikut: P2 P2 P1 N M I E (I-E) : P1 + N M + I E : populasi akhir : populasi permulaan : natalitas atau jumlah kelahiran : mortalitas atau jumlah kematian : jumlah individu yang masuk/melakukan imigrasi : jumlah individu yang keluar/melakukan emigrasi : D atau dispersal, merupakan ukuran penyebaran individu

Pertumbuhan populasi positif terjadi apabila jumlah kelahiran dan jumlah imigrasi lebih besar daripada jumlah kematian dan jumlah emigrasi, serta sebaliknya pertumbuhan negatif terjadi apabila jumlah kelahiran dan jumlah imigrasi lebih kecil daripada jumlah kematian di tambah jumlah emigrasi.

D. TABEL KEHIDUPAN Penyusunan tabel kehidupan adalah menunjukan gambaran menyeluruh tentang faktorfaktor mortalitas yang berpengaruh sepnjang daur hidup suatu spesies organisme. Dikenal tabel kehidupan khas umur atau tabel kehidupan horisontal dan tabel kehidupan khas waktu atau tabel kehidupan vertikal. Tabel kehidupan khas umur penyusunannya dilakukan dengan

mengikuti perkembangan satu kelompok induk (pasangan betina dan jantan) yang disebut kohort dari permulaan suatu generasi tertentu sampai satu generasi berikutnya. Beberapa notasi yang sering digunakan dalam suatu tabel kehidupan adalah: x 1x dx dxF : interval umur (telur, larva, pupa, imago) : jumlah individu yang hidup pada permulaan interval umur x : jumlah individu yang mati selama interval umur x : faktor mortalitas yang menyebabkan dx

100qx : persen (%) mortalitas pada umur x

E. MEKANISME KESEIMBANGAN ALAMI Kemampuan serangga mempertahankan kedudukan keseimbangan karena berkerja mekanisme umpan balik negatif di ekosistem. 1. Mekanisme Umpan Balik Negatif Mekanisme umpan balik yang hasilnya membawa sistem menuju keadaan ideal adalah mekanisme umpan balik negatif, sedangkan mekanisme yang membawa sistem semakin menjauh dari keadaan ideal adalah mekanisme umpan balik yang positif. Jadi mekanisme umpan balik negatif membawa sistem selalu dalam keadaan yang stabil dan ideal, sedangkan umpan balik positif membawa sistem menuju ke kerusakan atau kematian. 2. Mekanisme Pengendalian Populasi dalam Ekosistem Naik turunya populasi ornganisme ditentukan oleh dua kekuatan di ekosistem yaitu kemampuan hayati atau potensi biotik dan hambatan lingkungan.potensi hayati merupakan kemampuan organisme untuk berkembang biak dalam kondisi yang optimal. Secara teoritik populasi suatu organisme tanpa adanya hambatan dapat meningkat secara cepat sehingga dalam waktu singkat populasi tersebut dapat menutupi seluruh muka bumi ini. Tetapi kenyataannya di alam tidak terjadi demikian sebab ada berbagai bentuk dan faktor penghambat yang disebut hambatan lingkungan. Hambatan lingkungan adalah berbagai

faktor biotik dan abiotik di ekosistem yang cenderung menurunkan fertilitas dan kelangsungan hidup individu-individu dalam populasi organisme. Dilihat dari asalnya hambatan lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor yang beraal dari luar populasi atau faktor ekstrinsik dan faktor yang berasal dari dalam populasi atau faktor intrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik dapat terdiri dari faktor biotik seperti makanan, predasi, kompetisi, dll, dan faktor abiotik seperti iklim, tanah, air, dll. Sedangkan faktor intrinsik misalkan berupa persaingan interspesifik dalam bentuk teritorialitas dan tekanan sosial. F. FAKTOR TERGANTUNG KEPADATAN DAN FAKTOR BEBAS

KEPADATAN Dilihat dari proses pengendalian dan pengaturan populasi organisme, maka berbagai faktor hambatan lingkungan dapat dikelompokan menjadi faktor tergantung kepadatan populasi (FTK) atau Density Dependent Factors dan Faktor Bebas Kepadatan Populasi (FBK) atau Density Independent Factor. 1. Faktor Tergantung Kepadatan Faktor tergantung kepadatan adalag faktor pengendali alami yang mempunyai sifat penekanan terhadap populasi organisme yang semakin meningkat pada waktu populasi semakin tinggi, dan sebaliknya penekan lebih longgar pada waktu populasi semakin rendah FTK yang timbal balik terutama adalah musuh alami hama seperti predator, parasitoid, dan patogen. Timbal balik di sini berarti bahwa hubungan antara populasi dan mortalitas oleh FTK dapat berjalan dari kedua arah. FTK yang tidak timbal balik misalkan makanan dan ruangan, jumlahnya terbatas yang ditempati oleh populasi organisme yang saling berkompetisi untuk makan dan ruang yang sama. Proses FTK di sini dapat dijelaskan sebagai berikut: bila populasi A semakin tinggi, persaingan antar individu untuk memeproleh makanan dan ruang semakin kuat sehingga mortalitas A menjadi meningkat, dan demikian juga sebaliknya. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa apabila populasi A meningkat keudian jumlah makanan menjadi meningkat, atau jumlah populasi A menurun dan jumlah makanan menurun. Berbeda denga kelompok musuh alami, hambatan lingkungan berupa makanan, ruangan, dan teritolialitas termasuk dalam FTK yang tidak timbal balik.

2. Faktor Bebas Kepadatan Faktor bebas kepadatan (FBK) atau destity Independent Fakctor merupakan faktor motalitas yang daya penekannya terhada populasi organisme tidak terganung pada kepadatan populasi organisme tersebut. Faktor abiotik seperti suhu, kebahsahn, angin, dan lain-lainnya merupakan FBK penting. Dalam proses pengaturan populasi secara alami FTK yang paling berperan dalam mempertahankan populasi untuk tetap berada disekitar aras keseimbangan populasi. Dalam kondisi tertentu FBK dapat membawa populasi menjauh (lebih atau kurang) dari aras keseimbangan. Misal bila keadaan suhu tidak sesuai bagi kehidupan serangga dapat mengakibatkan populasi serangga menurun menjauhi garis keseimbangan. Setelah hal itu terjadi faktor FBK akan bekerja mengangkat kembali populasi ke aras keseimbangan. Bila keadaan cuaca sangat menguntungkan bagi kehisupan dan perkembang biakan suatu hama, dapat mendorong populasi hama tersebut meningkat cepat menjauhi aras keseimbangannya. Namun, peningkatan populasi tersebut juga tidak akan berjalan terus, karena FTK seperti musuh alami akan mengencangkan penekannya sehingga populasi kembali lagi ke aras keseimbangannya. Aras keseimbanagan populasi hama dapat meningkat antara lain dengan penggunaan pestisida yang berlebihan dan kurang tepat, sehingga dapat membunuh musuh alami. Penggunaan pestisida secara terus-menerus dapat menakibatkan aras keseimbangan hama tersebut meningkat melebihi aras keseimbanagan sebelumnya. Peningkatan aras keseimbangan populasi hama dapat juga terjadi sebagai akibat tersediannya makanan hama secara luas dan terus-menerus. Demikian juga jika varietas tanaman yang ditanam adalah varietas peka, lambat laun aras keseimbangan populasi hama akan meningkat. Aras keseimbangan populasi hama dapat juga diturunkan apabila dilakukan peningkatan dan konservasi musuh alami. Tindakan demikian ini akan mendorong berkerjanya proses pengendalian alami di daerah tersebut, yang dalam jangka panjang dapat menurunkan aras keseimbangan populasi hama sehingga berada di bawah ambang pengendalian.

Anda mungkin juga menyukai