Inseminasi Buatan
Inseminasi Buatan
Inseminasi Buatan
com/t1650-inseminasibuatan-ib
Inseminator. a) . perlu tenga kerja tambahan untuk pelaksanaan penampungan semen dan inseminasi ,hal itu bukan merupakan kendala serius karena asalkan diprogramkan dengan baik .. b) Kwalitas semen ayam cepat menurun pada kondisi alami diudara terbuka . Samapai saat ini belum ada methode Praktis untuk mengawetkan semen ayam seperti biasa yang dilakukan pada semen ternak besar, Oleh karena itu , Inseminasi tidak dapar ditunda tunda harus segera dilaksanakan setelah semen ditampung. Pelaksanaan Inseminasi Buatan . Pelaksanaan Inseminasi Buatan atau kawin suntik terdiri tiga tahap yaitu: a) Pemanpungan semen . b) Pengenceran semen . c) Inseminasi , Untuk Pelaksanaan Inseminasi , perlu dipersiapkan peralatan untuk menampung Semen dan alat suntik serta Bahan pengencer semen. Alat pemanpung semen yang paling baik dan praktis berupa tabung reaksi . Bahan mudah diperoleh di toko-toko alat alat Laboratorium atau apotik Hindari pengunaan wadah yang besar karena menyulitkan saat memindahkan semen ke alat suntik mengingat produki semen sangat sedikit 0.3 1.0 ml setiap pemampungan . Alat suntik untuk inseminasi berupa alat suntik ( spuit ) yang mudah diperoleh di apotek . laboratorium Atau poultry shop . Hanya saja perlu dilakukan pengantian selang kecil, sedikit lebih kecil dari sedotan Mimunan ( selang untuk Infus ).alat
tersebut memudahkan dalam pemasukan semen kedalam alat kelamin ayam betina . 1.Penampungan Semen . Penampungan semen dilakukan oleh dua orang , seorang memegang ayam jantan yang akan ditampung semenya dan seorang Lagi melakukan pengurutan untuk mengeluarkan semen dari alat kelamin ayam jantan . sekaligus menampunya . 1. Cara Memegang ayam jantan . a) Pegang ayam dengan tangan kiri pada daerah sekitar paha. Kemudian ,dekap ayam diantara ketiak dan badan pemegang dengan posisi tubuh ayam menghadap kebelakang dan ekor ayam kearah depan . b) Pegang ekor ayam dengan tangan kanan dan sigkapkan kearah atas sehingga bagian kloaka tampak jelas .. 2. Cara menampung semen . a) Pegang ekor dengan tangan kiri dan tekan otot ekor reara atas sehingga Kloka tampak jelas. Letakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri yang sesuai untuk memerah semen pada saat yg tepat. b) Pegang tabung penampung dengan tangan kanan diantara jari tengah dan telunjuk . Dengan tangan kanan pula , lakukan pengurutan pada daerah ujung ekor. Tepat dibawah tulang Pubis ( tulang supit istilah kita ) dengan ibu jari dan telunjuk pengurutan dilakukan dengan cepat dan kontiniu sampai Pejantan memberikan respon dengan mengeluarkan Papilea dari kloaka . pada saat itu , ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri dan kanan berkerja sama memerah keluar semen sampai reflek ejakulasi menghilang ... ( mantap toh kata sijago. hehehehe ).
3. Cara Pengenceran semen . a) Produksi semen setiap pemerahan dari seekor pejantan sedikit sekitar 0.3 1.0 ml. Untuk keperluan inseminasi ,0,005 0.1 ml telah memberikan hasil yang baik . oleh karna dosis sangat sedikit , untuk memudahkan inseminasi dilakukan pengenceran semen terlebih dahulu sehingga dosisnya dapat ditingkatkan untuk memudahkan pengukuran . b) Pengenceran dilakukan setelah semen ditampung , Bahan pengencer berupa larutan NaCl fisiologi atau Aqua bidest . Hasil yang diperoleh pada pengenceran 1 : 1 Agar campuran merata , alat penampung digoyang .jangan mengunakan alat pengaduk karena akan merusak kualitas sperma . c) Setelah diencerkan 1:1 maka dosis semula 0.05 0.10 ml menjadi 0.1- 0.2 ml . Dengan demikian , semen seekor pejantan yang ditampung 0.3-1.0 ml . cukup untuk 5-10 betina . Diudara terbuka , sperma ayam hidup dalam jangka waktu terbatas , sebaiknya ,semen digunakan sebelum lebih dari 30 menit. Setelah pemanpungan .hasil yang baik diperoleh tidak lebih dari 15 menit....setelah mantap toh ( pemampungan ). Didalam alat kelamin betina , Sperma mampu bertahan hidup sekitar 2-3 minggu .. semakin lama , kemampuan membuahi sel betina ( ovom ) semakin menurun . hasil pembuahan yang baik ( daya tunas ) diperoleh sampai satu minggu setelah inseminasi . Oleh karena itu , inseminasi dilakukan dua kali seminggu . Penampungan semen dari seekor pejantan dapat dilakukan setiap hari , untuk menjaga kwalitas sperma tetap baik pada setiap pemerahan , berikan
pakan sesuai kebutuhan , baik kuantitas maupun Kwalitasnya . oleh karenanya dalam satu minggu , seekor pejantan menghasilkan semen untuk inseminasi 35 75 betina ( banyak kan . ) 2, Teknis inseminasi . Caranya sebagai berikut . a) untuk inseminasi, diperoleh dua orang pelaksana , seperti halnya pada pada pemampungan semen . seorang memegang ayam betina dan seseorang lagi melakukan inseminasi . b) Pegang ayam betina bagian paha dengan tangan kiri (dilakukan oleh asisiten ) . posisi ayam dengan bagian ekor menghadap kearah orang yang akan melakukan inseminasi , ibu jari tangan kanan ditempatkan diatas kloaka . dengan menekan bagian perut /abdomen dan kloka terbuka lubangnya . dan tampak dua lubang saluran , Pada bagian kiri berupa saluran telur dan sebelah kanan saluran pencernaan ( sebelah kiri ayam atau sebelah kiri inseminator ) c) Masukan alat inseminasi yang telah disiapkan oleh inseminator kelubang saluran telur dan semprotkan semen saat semen masuk , penekanan pada kloka dilonggarkan sehingga semen dapat masuk kedalam saluran telur ( asyik ....ehemmmmm) Methode Inseminasi Buatan Inseminasi Buatan pada ayam dapat dilakukan dengan dua metode yaitu: 1. Metode intra vaginal artinya sperma disuntikkan ke dalam vagina dengan kedalaman 3 cm. 2. Metode intra uterin artinya sperma dimasukkan ke bagian uterus dengan kedalaman 7-8 cm
Methode Intravaginal menghasilkan fertilitas lebih tinggi karena hampir sama dengan kawin alam . fertilitas yang dicapai sekitar 90%. Factor faktor yang mempengaruhi keberhasilan inseminasi sebagai berikut, 1) Sterilasi alat yang digunakan. 2) Kwalitas semen / sperma . 3) Dosis ( 100 jt sperma / inseminasi ). 4) Kondisi betina ( umur .pakan, dan lain lain ) 5) Waktu inseminasi : sore hari sekitar jam 14:00 .pada saat itu . diharapkan tidak ada telur didalam saluran reproduksi ayam betina sehingga tidak ada gerakan otot kearah luar ( peneluran). 6) Ketrampilan insiminator .. Salam : Ferry Bun DAFTAR PUSTAKA . Ensminger,M.E 1991, Animal Science .9th Ed The interstate printer abd Publisher inc, Denvil,illinois. Etches, R.J 1996 Reproduction in poultry ,cab internasional .The University Press, Cambridge.
Terakhir diubah oleh ferry bun tanggal Mon May 03, 2010 9:43 pm, total 1 kali diubah
http://drhyudi.blogspot.com/2009/08/inseminasi-buatan-pada-ayam-dan-ayam.html
Pendahuluan Inseminasi buatan (IB) pada unggas sebenarnya sudah dikenal sebelum tahun 1926 di daratan China dimana pada saat itu IB dilaksanakan untuk ternak itik. 25 tahun kemudian IB dipraktekkan di Eropa Timur dan Israel pada angsa. Namun dalam perkembangannya hingga saat ini sudah jauh dikenal untuk mengembangkan unggas terutama untuk ayam pembibit. Teknik perkawinan secara IB mutlak diperlukan untuk mempercepat peningkatan populasi ayam, khususnya ayam petelur, pedaging dan ayam kesayangan lainnya. Teknik IB merupakan bagian dari tatalaksana ternak unggas dengan tujuan utama adalah memproduksi anak ayam semaksimal mungkin. Disini ada keterkaitan antara fertilitas, daya tetas dan kemampuan memproduksi anak ayam. Keberhasilan untuk menghasilkan anak ayam yang berkualitas tinggi tidak terlepas dari jumlah anak ayam yang menetas (daya tetas), sedangkan daya tetas selalu berhubungan dengan fertilitas telur. Tatalaksana yang baik dari induk yang meliputi; perkandangan, pemberian pakan, pemilihan bibit dan teknik perkawinan yang betul akan menghasilkan fertilitas yang tinggi. Dengan manajemen yang baik maka anak ayam yang dihasilkan kemudian akan digunakan sebagai pengganti induk. Tujuan inseminasi buatan pada ayam dan ayam kesayangan adalah: 1. Mempercepat proses regenerasi Regenerasi pada makhluk hidup selalu terjadi terus menerus dan merupakan fenomena alam. Siklus dari regenerasi pada unggas relative cepat dibandingkan dengan ternak mamalia. Namun apabila dibandingkan dengan perkawinan alam ternyata regenerasi ini dapat dipercepat dengan cara perkawinan secara alam
tidak dapat dikontrol umlah sperma yang digunakan dan kurang efisien untuk unggas. Dengan adanya IB maka kemampuan induk (pejantan dan betina) untuk berkembang biak akan lebih leluasa. 2. Mempertahankan sifat keturunan yang baik Keberhasilan IB tidak hanya menurunkan jumlah biaya untuk pemeliharaan ayam pembibit tetapi dengan perkawinan ini peternak dapat mempertahankan sifat genetic yang baik dari unggas (ayam) yang dimilikinya. Sifat yang baik dari pejantan dapat dipertahankan kemudian dikembangkan dan disebarluaskan kepada peternak lain yang membutuhkan. Disamping itu dapat mengurangi dan menanggulangi adanya kesulitan kawin karena perbedaan berat badan antara pejantan dan betina, pada perkawinan secara alam dengan system pemeliharaan dengan lantai letter (tanah). Pejantan yang unggul tetapi mempunyai berat badan yang besar dan dapat mengawini betina yang proporsi badannya lebih ringan dengan jalan IB. Hal ini berarti sifat genetic yang baik masih tetap dapat disebarluaskan tanpa adanya hambatan perkawinan. Apabila dibandingkan dengan perkawinan secara alam ternyata IB pada unggas memberikan beberapa keuntungan, yaitu: 1. Menurunkan jumlah pejantan Sungguh tidak efisien apabila beternak unggas tidak merencanakan pejantan dan betina yang dipelihara. Perbandingan antara jumlah jantan dan betina mementukan jumlah keuntungan dari peternak unggas. Pada perkawinan alam setiap 100 ekor betina membutuhkan 8-10 ekor pejantan, tetapi pada perkawinan secara IB hanya membutuhkan 3-4 ekor pejantan, ini disesuaikan dengan kebutuhan sperma untuk jumlah tertentu dari ayam betina yang dipelihara. 2. Menghemat pakan Dengan mengurangi jumlah pejantan yang dipelihara berarti akan mengurangi jumlah pakan yang diberikan dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar. Pemeliharaan pejantan pada kandang battery ternyata mampu menghemat pakan 10% dibandingkan dengan pemeliharaan secara letter. 3. Menghemat tempat untuk pemeliharaan ayam pejantan Mengurangi jumlah pejantan yang dipelihara berarti mengurangi jumlah kebutuhan ruangan dan kandang, sehingga ruangan tersebut dapat digunakan untuk memelihara induk. 4. Meningkatkan fertilitas telur Perkawinan secara IB dapat meningkatkan fertilitas telur. Hal ini karena
kebutuhan optimal sperma untuk menghasilkan fertilitas yang maksimal dapat dekat secara pasti sejak awal. Penggunaan sperma 100 juta/ml sudah cukup menghasilkan fertilitas lebih dari 95%. Sedangkan dengan kawin alam adalah 78%. 5. Meningkatkan harga DOC Karena fertilitas meningkat maka jumlah anak ayam (DOC) yang dihasilkan meningkat pula. Metode perkawinan secara IB dapat meningkatkan jumlah DOC antara 8-10%. Meskipun perkawinan secara IB banyak memberikan keuntungan namun terdapat juga beberapa kerugian, antara lain: 1. Membutuhkan tenaga kerja yang terampil. IB merupakan teknologi baru di dunia peternakan unggas sehingga mau tidak mau harus dipersiapkan tenaga terampil untuk menangani IB. 2. Membutuhkan peralatan ekstra sehingga peternak mengeluarkan biaya tambahan. 3. Kemungkinan penyebaran penyakit melalui sperma yang bercampur feses. Kerugian ini tidaklah seberapa bila dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh. Alat kelamin ayam jantan secara anatomi dan fungsinya terbagi dalam tiga bagian yaitu, testes dengan epididimis, sepasang saluran deferens dan alat kopulatoris. Testes terlihat di rongga badan deret pada tulang belakang yaitu bagian belakang paru-paru atau bagian depan dari ginjal. Testes berbentuk seperti biji buah buncis dengan warna putih krem. Testes berfungsi untuk menghasilkan spermatozoa pada tubulus semeniferus dan hormone testosterone pada sel Laydig. Setelah tubulus semeniferus kemudian ke saluran epididimis lalu diperpanjang oleh saluran deferens dan berakhir di kloaka. Saluran deferens ini merupakan tempat transit dari sperma. Bila dibandingkan dengan mamalia maka saluran deferens pada unggas merupakan tempat pemasakan dan terjadi pada epididimis. Saluran deferens ini berakhir pada kloaka. Alat kopulasi pada ayam berupa penis (papila) yang rudimenter. Pada itik dan angsa papila ini lebih panjang berbentuk spiral. Organ reproduksi unggas betina secara normal memiliki hanya satu ovarium dan satu saluran telur, yaitu sebelah kiri. Ovarium terletak di ujung cranial ginjal dan agak ke kiri dari garis tengah daerah
sublumbal cavum abdominal, ia tergantung pada dinding dorsal abdomen oleh suatu lipatan peritoneum. Saluran telur dapat dibagi atas lima bagian, masingmasing dengan fungsi tertentu. Infundibulum yang berbentuk corong, menampung kuning telur yang diovulasikan dari ovarium. Kuning telur diteruskan ke magnum yang menghasilkan albumin atau putih telur. Selanjutnya ke isthmus yang mensekresikan selaput kulit ke uterus atau kelenjar kulit yang menghasilkan kulit telur, dan akhirnya ke vagina yang membantu pengeluaran telur. Dalam penerapan teknologi IB ada faktor yang berpengaruh terhadap fertilitas telur, yaitu: konsentrasi sperma, interval antara waktu indeminasi, waktu inseminasi, deposisi semen, umur, dan strain ayam. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan IB pada ayam: 1. Konsentrasi spermatozoa 100 juta/ml cukup untuk menghasilkan fertilitas lebih dari 95% dari telur yang dikumpulkan dari hari ke 2-9 setelah IB. Konsentrasi kurang dari 100 juta/ml menurunkan fertilitas telur. 2. Interval antara waktu inseminasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan sperma untuk hidup transit dan disimpan pada alat reproduksi ayam betina. Spermatozoa ini disimpan dalam glandula oviduct. Waktu ideal untuk memperoleh fertilitas yang tinggi adalah 6-10 hari (rata-rata 7 hari), oleh karena itu IB dilakukan sekali dalam seminggu. 3. Transit dan penyimpanan spermatozoa di dalam saluran reproduksi dipengaruhi oleh aktivitas dari oviduct antara lain ada atau tidaknya telur di uterus, sekresi bagian telur, sekresi cairan uterus. Keberhasilan IB berkorelasi dengan saat prooses pembentukan telur. Di dalam industry peternakan ayam pembibit, IB dilakukan 8 jam setelah matahari terbit atau memakai penerangan buatan. Hal ini karena sebagian besar ayam bertelur 4 jam setelah mendapatkan cahaya. 4. Secara teoritis tempat untuk IB dapat dilakukan pada alat reproduksi ayam pada bagian vagina, uterus atau magnum. Tempat terbaik untuk IB sebenarnya pada utero-vaginal junction tetapi sulit pelaksanaannya karena tempatnya masuk ke dalam alat reproduksi kira-kira 3-4 cm dari kloaka. Biasanya IB sering dilakukan pada pertengahan vagina yaitu kira-kira 1-2 cm dari kloaka agar sperma tidak kembali karena adanya kontraksi oviduct atau erosi dari uterovaginal junction. Erosi sperma yang masuk menyebabkan terjadinya infertilitas. Ayam yang berumur lebih dari 40 minggu mempengaruhi fertilitas yang rendah ini disebabkan karena kemampuan original dari ayam betina itu sendiri di dalam menghasilkan telur yang fertil.
Pelaksanaan IB Sebelum melaksanakan inseminasi spermatozoa ayam pejantan ke ayam betina, persiapan-persiapan yang dilakukan adalah: a. Persiapan alat-alat IB - Corong plastic atau gelas dilapisi paraffin pada bagian lobangnya. - Tabung penampung. - Tuberculine pipet/spuite 1 cc. Pejantan harus dipisahkan sekurang-kurangnya 1 hari dari betina sebelum diambil air maninya. Ayam pejantan harus diperlakukan secara halus dan perlakuan yang kasar dapat mengakibatkan kegagalan memperoleh air mani. Makanan ayam jantan yang dipakai harus terdiri dari banyak makanan butirbutiran. b. Cara pengambilan air mani Cara terbaik untuk mengambil air mani pada ayam jantan dengan cara mengurut pada bagian sekitar anus. Untuk itu diperlukan 2 orang yaitu untuk memegang ayamnya, dan yang lainnya mengadakan urutan pada bagian sekeliling anus dan menampung air mani yang keluar dengan corong beserta tabung penampungnya. Orang pertama memegang ayam jantan pada bagian diantara kedua kaki dengan tangan kiri, sambil menarik ke bawah kedua sayapnya dengan tangan kanan. Orang kedua dengan tangan kiri mengangkat ekornya ke atas, sambil mengadakan urutan ke muka dan ke belakang pada bagian sekeliling anus, dengan corong yang berisi tabung penampung pada tangan kanan menampung air mani yang keluar. Urutan pada anus dilakukan dengan jari telunjuk dan ibu jari secara teratur dan terus-menerus sampai ayam jantan member respon dengan keluarnya penis dari kloaka dan pada saat ini akan diejakulasikan air maninya. Kadang-kadang air mani yang diperoleh terkontaminasi oleh darah, ini disebabkan oleh adanya luka pada papilla penis, ayam jantan harus segera diistirahatkan. c. Evaluasi semen d. Pengenceran air mani Air mani pada ayam akan mengalami banyak kerusakan di dalam bahan pengencer daripada air mani mamalia. Bahan pengencer untuk sapi bukanlah bahan pengencer yang baik untuk air mania yam. Sel spermatozoa akan lebih lama hidup di dalam oviduct bagian anterior karena di bagian itu banyak terdapat albumin. Sel-sel spermatozoa hanya dapat hidup beberapa menit di dalam bahan pengencer. Oleh karena itu penambahan bahan pengencer air mani ayam hanya mempunyai arti penambahan volume air mani dan bukan untuk penyimpanan. Air
mani yang diencerkan harus segera diinseminasikan. e. Cara inseminasi pada ayam betina Dalam melakukan inseminasi pada ayam diperlukan 2 orang, pertama pemegang betina yang akan diinseminasi pada bagian antara kedua paha dengan tangan kiri dan ditaruh diantara badan dan tangan kiri dengan bagian kepala menghadap ke belakang. Tangan kanan mencari vagina dan kloaka dengan mengadakan penekanan pada bagian abdomen sekeliling anus dengan ibu jari dan jari telunjuk. Lubang sebelah kiri dalam kloaka adalah vagina, lubang kedua sebelah kanan adalah anus. Segera setelah vagina keluar dari kloaka orang kedua memasukkan pipet tuberculin ke dalam vagina kira-kira sedalam 2 cm. sementara itu tekanan pada abdominal dikurangi untuk mencegah keluarnya air mani dari vagina, tetapi mengalir ke depan dan masuk ke oviduct. f. Evaluasi hasil IB Untuk mengetahui keberhasilan IB dapat dilakukan dengan pemeriksaan telur (peneropongan telur) mulai hari ke-3 setelah pengeraman. Sumber: Wayan Bebas, FKH Universitas Udayana-Bali
http://n2rooms.blogspot.com/2012/05/inseminasi-buatan-pada-ayam.html
INSEMINASI BUATAN adalah teknik untuk meindahkan sperma (jantan) ke dalam saluran reproduksi betina. Teknik ini mudah dilakukan oleh peternak, alat yang dipake sederhana, gak susah nyariya, murah, nggak perlu tu namanya LABORATORIUM. Teknik ini memiliki beberapa keunggulan seperti: 1. Menghasilkan keturunan yang unggul sesuai dengan indukan yang kita inginkan. 2. Menghindari perkawinan sedarah (tentunya degan recording yang bagus). 3. Mencegah penularan penyakit reproduksi..(kalo perawatan alatnya bener sih ga bakalan ada penyakit2 yang nular) 4. Meningkatkan kemampuan ayam betina menghasilkan telur dengan daya tetas baik (maksudnya yang berembrio lebih banyak kali yaaak) 5. Banyak deeh
Ayam yang digunakan ayam betina dewasa yang sedang berproduksi telur (7-8 bulan) Ayam jantan yang sehat umur minimal 10 bulan, maksimal 24 bulan (yang menghasilkan semen terbaik coooy) Pengencer semen: cairan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat.
CARANYA??? 1. KOLEKSI SPERMA Ayam jantan keluarin dari kandangnya Daerah sekitar kloaka dibersihin, termasuk bulu-bulunya Ayam dirangsang, dengan cara mengurut punggungnya diterusin sampai kloaka. Terus koleksi tuh sperma, caranya tangan kanan menekan pangkal ekor, tangan kirinya megang tabung penampung sperma (kalo kidal bias dibalik, senyaman-nyamanya loooo coooy) Sperma yang udah ketampung di tabung diencerin menggunakan NaCl fisiologis perbandingan 1:4 sampai 1:6 tergantung kualitas sperma. Campur tuh sampai homogen, caranya digoyang-goyang.
2. IB KE AYAM BETINANYA.... Ambil tuh ayam betina Bulu dan kotoran disekitar kloaka dibersihin Cairan sperma yang udah diencerin tadi disedot pake spuit, 0,2 ml (jarumnya copot yaaaa) Saluran reproduksi betina dikeluarin, caranya tekan bagian bawah anusnya Spuit berisi sperma dimasukin ke lubang yang sebelah kiri depan, kira-kira sedalam 2-3 cm Suntikan cairan sperma ke dalam saluran repro Diulang 3-4 hari Selamat mencoba
sekian dan terima kasih ooooya.....ada videonya juga dari Youtube KELIK AJAH
http://omkicau.com/2009/01/07/teknologi-inseminasi-buatan-pada-ayamburas/comment-page-1/
I. PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Ayam buras atau ayam kampung termasuk ayam Kedu banyak dipelihara oleh peternak dan merupakan sumber pendapatan keluarga di pedesaan. Salah satu permasalahan yang menonjol dalam pemeliharaan ayam buras adalah pengadaan bibit, baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya. Kendala dalam pengadaan bibit ini sangat dirasakan terutama oleh peternak ayam buras yang telah menerapkan sistem pemeliharaan secara intensif adalah pada saat akan menambah populasi induk atau menggantikan induk yang sudah tidak produktif lagi, seperti hasil pengamatan penulis pada kelompok ternak ayam buras Karya Makmur, Desa Cibiyuk Kabupaten Pemalang; Gemah Ripah, Desa Soropadan Kabupaten Temanggung dan kelompok tani ternak ayam buras di Desa Tegalrejo Dabupaten Magelang (Muryanto, 1993). Demikian juga dengan laporan hasilhasil penelitian ayam buras di Sub Balai Penelitian Ternak Klepu-Ungaran, disimpulkan bahwa pemeliharaan ayam buras saat ini dihadapkan pada tantangan pengadaan bibit. Upaya untuk mengatasi kendala pengadaan bibit baik secara kuantitas maupun kualitas adalah dengan memperbaiki/menerapkan sistem perkawinan dan program seleksi yang baik (Warwick and Legate, 1979). Saat ini ayam buras telah banyak diusahakan oleh peternak dengan sistem intensif, yang ditandai antara lain dengan penggunaan kandang batere. Salah satu metode perkawinan yang mempunyai prospek untuk dikembangkan pada pemeliharaan ayam buras dalam kandang batere adalah dengan menerapkan teknologi inseminasi buatan (IB). Dengan penerapan teknologi IB maka akan diperoleh peningkatan produksi telur tetas yang berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai produksi tinggi, sehingga apabila telur tersebut ditetaskan maka akan diproduksi anak dalam jumlah banyak dan kualitasnya baik. Manfaat lain dari penerapan IB adalah meningkatkan efisiensi penggunaan pejantan, memungkinkan dilaksanakan persilangan serta dapat dijadikan sebagai sarana peningkatan mutu genetik. Penerapan teknologi IB bertujuan untuk meningkatkan produksi telur tetas (telur fertil) yang berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai produksi tinggi, sehingga apabila
telur tersebut ditetaskan maka akan diproduksi anak-anak dalam jumlah banyak dan kualitasnya baik. Manfaat lain dari penerapan IB adalah : Meningkatkan effisiensi penggunaan pejantan. Meningkatkan produksi telur tetas. Memungkinkan dilaksanakan persilangan. Dapat dijadikan sebagai sarana meningkatkan mutu genetik. 1.2. Kata Kunci dan Definisi a. Kata Kunci Inseminasi buatan, ayam Buras b. Definisi Dalam aplikasi teknologi IB dikenal beberapa istilah yang perlu untuk dipahami yaitu : Fertilitas adalah persentase telur yang tertunasi (fertil) dari jumlah telur yang ditetaskan. Jumlah telur fertil Fertilitas = x 100% Jumlah telur yang ditetaskan Kematian embrio adalah persentase jumlah telur yang embrionya mati dari jumlah telur fertil. Embrio adalah benih dalam telur yang telah dibuahi. Jumlah embrio mati Kematian embrio = x 100% Jumlah telur fertil Daya tetas adalah persentase jumlah telur yang menetas dibagi jumlah telur fertil. Jumlah telur menetas Daya tetas = x 100% Jumlah telur fertil II. lokasi pengkajian dan daerah rekomendasi 2.1. Lokasi Pengkajian Pengkajian teknologi IB dilakukan sebanyak 3 kali penelitia di 3 lokasi yang berbeda yaitu : Penelitian pertama dilakukan pada kelompok tani ternak ayam Buras Gemah Ripah Desa Soropadan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung. Penelitian kedua di unit tanaman ternak ayam Kedu Maron, Kabupaten Temanggung. Penelitian ketiga dilakukan pada kelompok tani ternak ayam Buras Sumber Makmur Desa sumingkir, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga. 2.2. Daerah Rekomendasi Daerah rekomendasi teknologi hasil pengkajian ini pada dasarnya adalah tidak terbatas pada spesifik lokasi tertentu karena ayam Buras mampu beradaptasi pada berbagai agroekosistem wilayah. III. LANGKAH OPERASIONAL penerapan teknologi Teknologi IB ini dikaji menggunakan materi induk sebanyak 550 ekor dan pejantan 15 ekor yang dilaksanakan melalui tiga tahap penelitian. Penelitian pertama dilakukan pada Tahun Anggaran 1995/1996 dengan menggunakan materi induk ayam buras (kampung) sebanyak 200 ekor dan 5 ekor pejantan, dari hasil IB didapat telur tetas sejumlah 4.321
butir yang dialokasikan dalam 19 angkatan penetasan. Penelitian kedua dilakukan pada Tahun Anggaran 1995/1996 menggunakan materi induk ayam Kedu sejumlah 150 ekor dan 5 ekor pejantan, dari hasil IB didapat telur tetas sejumlah 1.200 butir yang dialokasikan dalam 6 angkatan penetasan. Penelitian ketiga dilakukan pada Tahun Anggaran 1997/1998 menggunakan materi induk ayam buras 200 ekor dengan 5 ekor pejantan, dari hasil IB didapat telur tetas sejumlah 645 butir yang dialokasikan dalam 4 angkatan penetasan. Induk yang digunakan merupakan induk terpilih yang mempunyai produksi rata-rata 40%. Telur yang dihasilkan diseleksi berdasarkan bobot dan bentuk fisik (normal dan tidak cacat). Penetasan dilakukan dengan menggunakan mesin tetas kapasitas 100 butir/mesin, sedangkan pejantan yang digunakan adalah pejantan yang berumur 1,5 tahun yang sudah terlatih untuk diambil spermanya. Sistem perkandangan yang digunakan adalah kandang batere untuk induk dan untuk pejantan dipelihara pada kandang individu. Pakan yang diberikan merupakan campuran antara konsentrat petelur, jagung giling dan katul dengan perbandingan 1 : 2 : 5 ditambah dengan mineral dan vitamin 2% per kg dari pakan campuran (Tabel 1). Konsumsi pakan induk adalah 0,1 kg/ekor/hari, sedangkan untuk pejantan 0,11 kg/ekor/hari. Pakan tersebut diberikan 2 kali/hari yakni pada pagi dan siang hari. Tabel 1. Komposisi dan kandungan nutrisi pakan ayam buras
Uraian Konsentrat Jagung Bekatul Nutrisi : Kadar air Protein kasar Serat kasar Lemak Karbohydrat (kkal/kg)
Abu
9.82
Keterangan : Hasil analisa Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Semarang Peralatan inseminasi buatan yang digunakan berupa : alat suntik (spuit), slang, tabung penampung sperma, tabung pengencer sperma, pengencer sperma (NaCl fisiologis 0,9%) dan kain lap (Ilustrasi 1). Alat-alat tersebut tersedia di apotik-apotik dan harganya relatif murah. . Umur pemakaian dari alat-alat tersebut dapat digunakan selama 5 tahun. Sebelum teknologi IB ini direkomendasikan, telah melalui 3 periode pengkajian pada 3 lokasi yang berbeda yakni pada: 1) kelompok tani ternak ayam buras Gemah Ripah Desa Soropadan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung; 2) Unit Taman Ternak ayam Kedu Maron, Kabupaten Temanggung, dan 3) kelompok tani ternak ayam buras Sumber Makmur Desa Sumingkir, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga. Namun demikian mengingat ayam buras dalam pengembangannya mampu beradaptasi pada berbagai agroekosistem wilayah, maka penerapan teknologi B pada ayam buras ini tidak terbatas pada spesifik lokasi tertentu. Metode yang digunakan dalam penerapan teknologi IB adalah metode inseminasi secara langsung, yaitu sperma yang diambil dari pejantan langsung diinseminasikan ke induk (sperma tidak disimpan).Tahapan pelaksanaan IB tersebut adalah sebagai berikut : 3.1. Tahap Persiapan Pada tahap ini dipersiapkan yang digunakan, ternak induk dan pejantan. Sebelum alat yang digunakan harus dibersihkan dahulu dengan air mendidih. Slang yang tersedia dimasukkan ke ujung alat suntik (tempat jarum), hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengambilan sperma. Induk yang akan diinseminasi merupakan induk yang sehat, mempunyai produksi tinggi, induk tersebut harus sedang berproduksi dan pemeliharaan induk pada kandang batere/individu (Ilustrasi 2). Pejantan sebagai penghasil sperma harus sehat, berumur 1,5 3 tahun, pejantan tersebut dipelihara pada kandang individu dan dilatih terlebih dahulu untuk diambil spermanya. Cara melatih pejantan: elus secara bersamaan bagian punggung dari bawah leher ke arah ekor dan dari bawah anus ke arah ekor (Ilustrasi 3). Pengelusan dilakukan 5 10 kali. Biasanya setelah 7 hari pejantan sudah terlatih. Tanda pejantan yang sudah terlatih adalah apabila dilakukan pengelusan, maka ekornya langsung terangkat. 3.2. Pengambilan sperma Disiapkan pejantan yang akan diambil spermanya, pengambilan sperma agar menghasilkan kualitas yang baik mulai dilakukan pada sore hari jam 15.00 (Nasroedin et al., 1993). Pengambilan sperma dilakukan oleh 2 orang, satu memegang pejantan dan lainnya bertugas mengambil sperma (Ilustrasi 4). Bersihkan kotoran pada anus dan sekitarnya dengan kain lap (bulu sekitar anus dibersihkan/dipotong). Rangsang pejantan sesuai dengan penjelasan sebelumnya. Pengambilan sperma dilakukan dengan menekan dari atas pangkal ekor dengan tangan kanan, sedang tangan kiri memegang tabung penampung sperma, begitu sperma keluar langsung ditampung dalam tabung yang sudah disiapkan (Ilustrasi 5). Encerkan sperma dengan NaCl fisiologis 0,9%, dengan derajat pengenceran 1 : 6. Cara pengenceran : sedot sperma dari tabung penampung, setelah
diketahui banyaknya sperma, masukkan sperma ke tabung pengencer secara perlahanlahan melalui dinding tabung. Ambil NaCl sesuai dengan derajat pengenceran, masukkan kedalam tabung pengencer kemudian goyang-goyangkan tabung sampai sperma dan NaCl tercampur (Ilustrasi 6). Umur sperma yang telah diencerkan + 30 menit. Hindarkan sperma dari sinar matahari secara langsung. Sedot sperma yang telah diencerkan dengan spuit dan sperma siap diinseminasikan. Seekor pejantan dapat diambil spermanya 3 5 kali per minggu. 3.3. Pelaksanaan IB Disiapkan induk yang akan diinseminasikan dan alat suntik yang sudah diisi sperma yang diencerkan. Bersihkan kotoran di anus dan sekitarnya, bulu di sekitar anus dibersihkan (dipotong). Inseminasi dilakukan 2 orang, dimana 1 orang memegang ayam dan satu orang melaksanakan inseminasi (Ilustrasi 7). Pengeluaran alat reproduksi/ saluran telur induk: tekan bagian tubuh dibawah anus dengan tangan kiri ke arah dada sampai keluar saluran/lubang telurnya yaitu sebelah kiri arah depan dan saluran kotoran sebelah kanan (Ilustrasi 8), sementara tangan kanan memegang alat suntik yang sudah berisi sperma. Masukkan alat suntik (slangnya) secara perlahan kedalam saluran telur sedalam + 2 cm. kemudian dilakukan penyuntikan/inseminasi, bersamaan penyuntikan tersebut penekanan bagian bawah anus dilepaskan (Ilustrasi 9). Tiap inseminasi membutuhkan 0,1 0,2 ml sperma yang sudah diencerkan dan inseminasi diulang 3 hari dari inseminasi sebelumnya. 3.4. Pengambilan telur Pengambilan telur dilakukan pada hari ke 2 setelah IB, karena telur yang pertama kemungkinan sudah lengkap atau sudah mempunyai kerabang, sehingga tidak dapat dibuahi. Penyimpanan telur maksimal 10 hari. Cara meletakkan telur, bagian tumpul diatas dan telur siap ditetaskan (Ilustrasi 10 dan 11). iV. HASIL pengkajian 4.1. Keragaan Hasil Hasil keragaan teknologi yang utama pada pengkajian teknologi IB ditunjukkan dengan tingginya angka fertilitas telur yang dapat menyamai atau lebih tinggi dari fertilitas telur hasil kawin alam. Pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa rata-rata fertilitas telur dari penelitian 1 sampai 3 adalah 73,5%. Sedangkan fertilitas telur hasil kawin alam yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan IB rata-ratanya adalah 64,4%. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa teknologi IB menghasilkan fertilitas telur lebih tinggi 9,1% dibandingkan pada kawin alam. Dari pengamatan selama proses penetasan menunjukkan bahwa kematian embrio telur tetas hasil IB sebesar 30,8%, sedangkan pada telur tetas hasil kawin alam lebih besar yakni 42,2%. Rata-rata daya tetas dari telur hasil IB sedikit lebih tinggi bila dibandingkan pada kawin alam, yakni 69,2% vs 62,8%. Berdasar hasil keragaan tersebut dapat disimpulkan bahwa teknologi IB mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan dalam upaya meningkatkan produksi telur tetas sekaligus sebagai sarana memenuhi kebutuhan bibit ayam buras. Tujuan utama usaha ayam buras pada kelompok-kelompok tani ternak ayam buras yang menerapkan pemeliharaan sistem semi intensif/intensif pada umumnya adalah
memproduksi telur konsumsi. Namun dengan introduksi teknologi IB ternyata dapat membuka peluang usaha yaitu memproduksi telur tetas, seperti yang dilakukan kelompok ternak Sumber Makmur Desa Sumingkir, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga yang telah memasarkan telur hasil IB kepada kelompok ternak ayam buras lainnya. Berdasarkan laporan dari kelompok yang membeli telur tetas, ternyata fertilitas telurnya cukup baik yaitu 80%. Jumlah telur tetas yang sudah dipasarkan oleh kelompok ternak Sumber Makmur tersebut selama 1 tahun mencapai 900 butir dengan harga antara Rp. 450,-/butir, atau lebih tinggi Rp. 100,-/butir dibandingkan dengan harga telur konsumsi. 4.2. Analisis Finansial Analisis finansial yang dilakukan pada penerapan teknologi IB adalah analisa inputoutput usaha, dan sebagai perbandingan disajikan analisa finansial pada pemeliharaan untuk tujuan produksi telur konsumsi. Analisis finasial tersebut diperhitungkan pada skala pemeliharaan 100 ekor induk ayam buras (Tabel 3). Terdapat perbedaan jenis input pada analisa finansial jenis usaha produksi telur tetas (penerapan IB) dengan produksi telur konsumsi, yakni dengan diperhitungkannya biaya penyusutan peralatan IB pada usaha produksi telur tetas. Perbedaan pada output usaha adalah nilai jual telur tetas sebesar Rp 450,-/butir, sedangkan telur konsumsi Rp. 350,-/butir. Telur infertil (tidak tertunasi) yang dapat diketahui setelah proses penetasan berjalan 5-7 hari, masih mempunyai nilai yakni seharga telur konsumsi. Berdasarkan analisis tersebut ditunjukkan bahwa keuntungan per bulan dengan penerapan IB lebih tinggi 43,4% dibandingkan dengan usaha pemeliharaan untuk tujuan produksi telur konsumsi (Rp. 203.933 vs Rp. 142.233). Tingginya keuntungan dari penerapan teknologi IB disebabkan karena harga telur tetas lebih tinggi (Rp. 100) dibandingkan dengan harga telur konsumsi, tambahan biaya produksi dan tenaga kerja yang dikeluarkan dari penerapan teknologi IB relatif sedikit, serta telur infertil dari hasil IB dapat dijual sebagai telur konsumsi. Inseminasi Pada Ayam Buras Tanya: Saya tertarik dengan peternakan ayam buras dan mulai mengembangkannya . Sayangnya hasilnya tidak begitu bagus. Karena itu saya ingin mengembangkannya dengan cara inseminasi buatan dan penetasan dengan mesin tetas. Bagaimana langkah-langkah inseminasi buatan, bahannya apa saja, dan kalau ada mohon klipingnya dikirimkan kepada saya.Bagaimana memilih telur yang baik untuk ditetaskan dan bagaimana menentukan telur jenis jantan dan betina. Bagaimana membuat rangkaian pengatur suhu pada Dono Jl Cipinang Raya No.640, Majalengka 45472. Jawab: Untuk melakukan inseminasi buatan pada ayam buras diperlukan bahan berupa ayam jantan umur 12-30 bulan, cairan NaCl 0,9% atau bisa juga Ringers infuse. Ayam jantan mesin tetas. Terima kasih. Sugiarto,
itu diperlukan untuk diambil spermanya. Sedangkan alat-alat yang diperlukan ialah penampung sperma (durham), kapas, tabung reaksi, alat suntik 0,5 cc. Selanjutnya ialah mengambil sperma ayam jantan lalu diproses dengan bahan-bahan didalam tabung reaksi dan penyuntikan sperma pada ayam betina. Pengambilan sperma jantan dilakukan dengan cara mengurut bagian punggungnya mulai dari pangkal leher. Saat pengurutan sampai ke pangkal ekor dilakukan sedikit tekanan lebih kuat agar keluar urinenya dan dibersihkan dari duburnya itu. Pengurutan di lakukan 3-5 kali dan setelah urine keluar maka sperma akan keluar juga menyusul lalu ditampung dengan tabung durham. Jangan sampai bercampur antara urine dan sperma karena sperma akan mati, urine dibersihkan dengan kapas sampai kering demikian juga sebelum pengambilan sperma, dubur ayam harus bersih dari kotoran. Pengambilan sperma dapat dilakukan 2-3 kali dengan jarak waktu 15 menit. Tiap pejantan bisa memberikan 0,25 cc sperma. Daya simpan sperma ini dikulkas dengan suhu 7C bisa 4 hari lamanya tapi pada ruangan biasa bisa disimpan hanya 30 menit, spermanya kira-kira 1,25 cc dipindahkan ketabung reaksi lalu dicampur dengan bahan pengencer berupa NaCl 0,9% ditambah kuning telur dengan perbandingan 4:1 sebanyak 4,17 ml, digoyang perlahan sampai merata lalu disimpan dalam termos sebelum digunakan. Daya simpan hanya 4 hari pada suku 25C. Selanjutnya disuntik pada betina dengan cara mengambil cairan tadi dengan jarum suntik (spuit) sebanyak 1 ml, lalu perut bagian bawah ayam betina ditekan sehingga kloaka akan keluar dan jarum spuit dimasukkan sedalam 3 cm setelah tekanan dihilangkan. Selanjutnya sperma disuntikan. Cara ini membuat ayam jadi stres. Cara lain ialah dengan memasukkan jari kelingking kedalam dubur sedalam 6-8 cm lalu spuit dimasukkan melalui bagian atas jari kelingking dan sperma disemprotkan dibagian ujung kelingking yaitu bagian uterus setelah ujung jari mulai ditarik perlahan. Cara ini dapat mencegah keluarnya sperma/semen kembali, kemudian ayam dikandangkan. Penyuntikan ini dilakukan lagi tiap 3-4 hari. Pengambilan telur dimulai pada hari kedua sejak dikeluarkan karena telur hari pertama tidak digunakan. Memilih telur ialah yang seragam, bentuknya oval, licin, bersih tidak bernoda, atau retak, ruang udara dalam telur (diteropong ke arah lampu/matahari) tidak terlalu lebar dan terletak diujung tunpul telur itu. Soal telur jantan dan betina belum diperoleh kepastian karena belum tentu telur yang ovalitu jantan dan yang agak bulat itu betina. Karena rumit, nanti dibaca klipingnya saja atau buku cara membuat mesin tetas telur karangan Farry B Paimin, terbitan Penebar Swadaya. Ini adalah tulisan Taufiq Rusdi MSc. Semoga bermanfaat untuk Anda.
Salam,
I. PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Ayam buras atau ayam kampung termasuk ayam Kedu banyak dipelihara oleh peternak dan merupakan sumber pendapatan keluarga di pedesaan. Salah satu permasalahan yang menonjol dalam pemeliharaan ayam buras adalah pengadaan bibit, baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya. Kendala dalam pengadaan bibit ini sangat dirasakan terutama oleh peternak ayam buras yang telah menerapkan sistem pemeliharaan secara intensif adalah pada saat akan menambah populasi induk atau menggantikan induk yang sudah tidak produktif lagi, seperti hasil pengamatan penulis pada kelompok ternak ayam buras Karya Makmur, Desa Cibiyuk Kabupaten Pemalang; Gemah Ripah, Desa Soropadan Kabupaten Temanggung dan kelompok tani ternak ayam buras di Desa Tegalrejo Dabupaten Magelang (Muryanto, 1993). Demikian juga dengan laporan hasilhasil penelitian ayam buras di Sub Balai Penelitian Ternak Klepu-Ungaran, disimpulkan bahwa pemeliharaan ayam buras saat ini dihadapkan pada tantangan pengadaan bibit. Upaya untuk mengatasi kendala pengadaan bibit baik secara kuantitas maupun kualitas adalah dengan memperbaiki/menerapkan sistem perkawinan dan program seleksi yang baik (Warwick and Legate, 1979). Saat ini ayam buras telah banyak diusahakan oleh peternak dengan sistem intensif, yang ditandai antara lain dengan penggunaan kandang batere. Salah satu metode perkawinan yang mempunyai prospek untuk dikembangkan pada pemeliharaan ayam buras dalam kandang batere adalah dengan menerapkan teknologi inseminasi buatan (IB). Dengan penerapan teknologi IB maka akan diperoleh peningkatan produksi telur tetas yang berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai produksi tinggi, sehingga apabila telur tersebut ditetaskan maka akan diproduksi anak dalam jumlah banyak dan kualitasnya baik. Manfaat lain dari penerapan IB adalah meningkatkan efisiensi penggunaan pejantan, memungkinkan dilaksanakan persilangan serta dapat dijadikan sebagai sarana peningkatan mutu genetik. Penerapan teknologi IB bertujuan untuk meningkatkan produksi telur tetas (telur fertil) yang berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai produksi tinggi, sehingga apabila telur tersebut ditetaskan maka akan diproduksi anak-anak dalam jumlah banyak dan kualitasnya baik. Manfaat lain dari penerapan IB adalah : Meningkatkan effisiensi penggunaan pejantan. Meningkatkan produksi telur tetas. Memungkinkan dilaksanakan persilangan.
Dapat dijadikan sebagai sarana meningkatkan mutu genetik. 1.2. Kata Kunci dan Definisi a. Kata Kunci Inseminasi buatan, ayam Buras b. Definisi Dalam aplikasi teknologi IB dikenal beberapa istilah yang perlu untuk dipahami yaitu : Fertilitas adalah persentase telur yang tertunasi (fertil) dari jumlah telur yang ditetaskan. Jumlah telur fertil Fertilitas = x 100% Jumlah telur yang ditetaskan Kematian embrio adalah persentase jumlah telur yang embrionya mati dari jumlah telur fertil. Embrio adalah benih dalam telur yang telah dibuahi. Jumlah embrio mati Kematian embrio = x 100% Jumlah telur fertil Daya tetas adalah persentase jumlah telur yang menetas dibagi jumlah telur fertil. Jumlah telur menetas Daya tetas = x 100% Jumlah telur fertil II. lokasi pengkajian dan daerah rekomendasi 2.1. Lokasi Pengkajian Pengkajian teknologi IB dilakukan sebanyak 3 kali penelitia di 3 lokasi yang berbeda yaitu : Penelitian pertama dilakukan pada kelompok tani ternak ayam Buras Gemah Ripah Desa Soropadan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung. Penelitian kedua di unit tanaman ternak ayam Kedu Maron, Kabupaten Temanggung. Penelitian ketiga dilakukan pada kelompok tani ternak ayam Buras Sumber Makmur Desa sumingkir, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga. 2.2. Daerah Rekomendasi Daerah rekomendasi teknologi hasil pengkajian ini pada dasarnya adalah tidak terbatas pada spesifik lokasi tertentu karena ayam Buras mampu beradaptasi pada berbagai agroekosistem wilayah. III. LANGKAH OPERASIONAL penerapan teknologi Teknologi IB ini dikaji menggunakan materi induk sebanyak 550 ekor dan pejantan 15 ekor yang dilaksanakan melalui tiga tahap penelitian. Penelitian pertama dilakukan pada Tahun Anggaran 1995/1996 dengan menggunakan materi induk ayam buras (kampung) sebanyak 200 ekor dan 5 ekor pejantan, dari hasil IB didapat telur tetas sejumlah 4.321 butir yang dialokasikan dalam 19 angkatan penetasan. Penelitian kedua dilakukan pada Tahun Anggaran 1995/1996 menggunakan materi induk ayam Kedu sejumlah 150 ekor dan 5 ekor pejantan, dari hasil IB didapat telur tetas sejumlah 1.200 butir yang dialokasikan dalam 6 angkatan penetasan. Penelitian ketiga dilakukan pada Tahun Anggaran 1997/1998 menggunakan materi induk ayam buras 200 ekor dengan 5 ekor
pejantan, dari hasil IB didapat telur tetas sejumlah 645 butir yang dialokasikan dalam 4 angkatan penetasan. Induk yang digunakan merupakan induk terpilih yang mempunyai produksi rata-rata 40%. Telur yang dihasilkan diseleksi berdasarkan bobot dan bentuk fisik (normal dan tidak cacat). Penetasan dilakukan dengan menggunakan mesin tetas kapasitas 100 butir/mesin, sedangkan pejantan yang digunakan adalah pejantan yang berumur 1,5 tahun yang sudah terlatih untuk diambil spermanya. Sistem perkandangan yang digunakan adalah kandang batere untuk induk dan untuk pejantan dipelihara pada kandang individu. Pakan yang diberikan merupakan campuran antara konsentrat petelur, jagung giling dan katul dengan perbandingan 1 : 2 : 5 ditambah dengan mineral dan vitamin 2% per kg dari pakan campuran (Tabel 1). Konsumsi pakan induk adalah 0,1 kg/ekor/hari, sedangkan untuk pejantan 0,11 kg/ekor/hari. Pakan tersebut diberikan 2 kali/hari yakni pada pagi dan siang hari. Tabel 1. Komposisi dan kandungan nutrisi pakan ayam buras
Uraian Konsentrat Jagung Bekatul Nutrisi : Kadar air Protein kasar Serat kasar Lemak Karbohydrat (kkal/kg) Abu
Keterangan : Hasil analisa Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Semarang Peralatan inseminasi buatan yang digunakan berupa : alat suntik (spuit), slang, tabung penampung sperma, tabung pengencer sperma, pengencer sperma (NaCl fisiologis 0,9%)
dan kain lap (Ilustrasi 1). Alat-alat tersebut tersedia di apotik-apotik dan harganya relatif murah. . Umur pemakaian dari alat-alat tersebut dapat digunakan selama 5 tahun. Sebelum teknologi IB ini direkomendasikan, telah melalui 3 periode pengkajian pada 3 lokasi yang berbeda yakni pada: 1) kelompok tani ternak ayam buras Gemah Ripah Desa Soropadan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung; 2) Unit Taman Ternak ayam Kedu Maron, Kabupaten Temanggung, dan 3) kelompok tani ternak ayam buras Sumber Makmur Desa Sumingkir, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga. Namun demikian mengingat ayam buras dalam pengembangannya mampu beradaptasi pada berbagai agroekosistem wilayah, maka penerapan teknologi B pada ayam buras ini tidak terbatas pada spesifik lokasi tertentu. Metode yang digunakan dalam penerapan teknologi IB adalah metode inseminasi secara langsung, yaitu sperma yang diambil dari pejantan langsung diinseminasikan ke induk (sperma tidak disimpan).Tahapan pelaksanaan IB tersebut adalah sebagai berikut : 3.1. Tahap Persiapan Pada tahap ini dipersiapkan yang digunakan, ternak induk dan pejantan. Sebelum alat yang digunakan harus dibersihkan dahulu dengan air mendidih. Slang yang tersedia dimasukkan ke ujung alat suntik (tempat jarum), hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengambilan sperma. Induk yang akan diinseminasi merupakan induk yang sehat, mempunyai produksi tinggi, induk tersebut harus sedang berproduksi dan pemeliharaan induk pada kandang batere/individu (Ilustrasi 2). Pejantan sebagai penghasil sperma harus sehat, berumur 1,5 3 tahun, pejantan tersebut dipelihara pada kandang individu dan dilatih terlebih dahulu untuk diambil spermanya. Cara melatih pejantan: elus secara bersamaan bagian punggung dari bawah leher ke arah ekor dan dari bawah anus ke arah ekor (Ilustrasi 3). Pengelusan dilakukan 5 10 kali. Biasanya setelah 7 hari pejantan sudah terlatih. Tanda pejantan yang sudah terlatih adalah apabila dilakukan pengelusan, maka ekornya langsung terangkat. 3.2. Pengambilan sperma Disiapkan pejantan yang akan diambil spermanya, pengambilan sperma agar menghasilkan kualitas yang baik mulai dilakukan pada sore hari jam 15.00 (Nasroedin et al., 1993). Pengambilan sperma dilakukan oleh 2 orang, satu memegang pejantan dan lainnya bertugas mengambil sperma (Ilustrasi 4). Bersihkan kotoran pada anus dan sekitarnya dengan kain lap (bulu sekitar anus dibersihkan/dipotong). Rangsang pejantan sesuai dengan penjelasan sebelumnya. Pengambilan sperma dilakukan dengan menekan dari atas pangkal ekor dengan tangan kanan, sedang tangan kiri memegang tabung penampung sperma, begitu sperma keluar langsung ditampung dalam tabung yang sudah disiapkan (Ilustrasi 5). Encerkan sperma dengan NaCl fisiologis 0,9%, dengan derajat pengenceran 1 : 6. Cara pengenceran : sedot sperma dari tabung penampung, setelah diketahui banyaknya sperma, masukkan sperma ke tabung pengencer secara perlahanlahan melalui dinding tabung. Ambil NaCl sesuai dengan derajat pengenceran, masukkan kedalam tabung pengencer kemudian goyang-goyangkan tabung sampai sperma dan NaCl tercampur (Ilustrasi 6). Umur sperma yang telah diencerkan + 30 menit. Hindarkan sperma dari sinar matahari secara langsung. Sedot sperma yang telah
diencerkan dengan spuit dan sperma siap diinseminasikan. Seekor pejantan dapat diambil spermanya 3 5 kali per minggu. 3.3. Pelaksanaan IB Disiapkan induk yang akan diinseminasikan dan alat suntik yang sudah diisi sperma yang diencerkan. Bersihkan kotoran di anus dan sekitarnya, bulu di sekitar anus dibersihkan (dipotong). Inseminasi dilakukan 2 orang, dimana 1 orang memegang ayam dan satu orang melaksanakan inseminasi (Ilustrasi 7). Pengeluaran alat reproduksi/ saluran telur induk: tekan bagian tubuh dibawah anus dengan tangan kiri ke arah dada sampai keluar saluran/lubang telurnya yaitu sebelah kiri arah depan dan saluran kotoran sebelah kanan (Ilustrasi 8), sementara tangan kanan memegang alat suntik yang sudah berisi sperma. Masukkan alat suntik (slangnya) secara perlahan kedalam saluran telur sedalam + 2 cm. kemudian dilakukan penyuntikan/inseminasi, bersamaan penyuntikan tersebut penekanan bagian bawah anus dilepaskan (Ilustrasi 9). Tiap inseminasi membutuhkan 0,1 0,2 ml sperma yang sudah diencerkan dan inseminasi diulang 3 hari dari inseminasi sebelumnya. 3.4. Pengambilan telur Pengambilan telur dilakukan pada hari ke 2 setelah IB, karena telur yang pertama kemungkinan sudah lengkap atau sudah mempunyai kerabang, sehingga tidak dapat dibuahi. Penyimpanan telur maksimal 10 hari. Cara meletakkan telur, bagian tumpul diatas dan telur siap ditetaskan (Ilustrasi 10 dan 11). iV. HASIL pengkajian 4.1. Keragaan Hasil Hasil keragaan teknologi yang utama pada pengkajian teknologi IB ditunjukkan dengan tingginya angka fertilitas telur yang dapat menyamai atau lebih tinggi dari fertilitas telur hasil kawin alam. Pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa rata-rata fertilitas telur dari penelitian 1 sampai 3 adalah 73,5%. Sedangkan fertilitas telur hasil kawin alam yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan IB rata-ratanya adalah 64,4%. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa teknologi IB menghasilkan fertilitas telur lebih tinggi 9,1% dibandingkan pada kawin alam. Dari pengamatan selama proses penetasan menunjukkan bahwa kematian embrio telur tetas hasil IB sebesar 30,8%, sedangkan pada telur tetas hasil kawin alam lebih besar yakni 42,2%. Rata-rata daya tetas dari telur hasil IB sedikit lebih tinggi bila dibandingkan pada kawin alam, yakni 69,2% vs 62,8%. Berdasar hasil keragaan tersebut dapat disimpulkan bahwa teknologi IB mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan dalam upaya meningkatkan produksi telur tetas sekaligus sebagai sarana memenuhi kebutuhan bibit ayam buras. Tujuan utama usaha ayam buras pada kelompok-kelompok tani ternak ayam buras yang menerapkan pemeliharaan sistem semi intensif/intensif pada umumnya adalah memproduksi telur konsumsi. Namun dengan introduksi teknologi IB ternyata dapat membuka peluang usaha yaitu memproduksi telur tetas, seperti yang dilakukan kelompok ternak Sumber Makmur Desa Sumingkir, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga yang telah memasarkan telur hasil IB kepada kelompok ternak ayam buras lainnya. Berdasarkan laporan dari kelompok yang membeli telur tetas, ternyata fertilitas
telurnya cukup baik yaitu 80%. Jumlah telur tetas yang sudah dipasarkan oleh kelompok ternak Sumber Makmur tersebut selama 1 tahun mencapai 900 butir dengan harga antara Rp. 450,-/butir, atau lebih tinggi Rp. 100,-/butir dibandingkan dengan harga telur konsumsi. 4.2. Analisis Finansial Analisis finansial yang dilakukan pada penerapan teknologi IB adalah analisa inputoutput usaha, dan sebagai perbandingan disajikan analisa finansial pada pemeliharaan untuk tujuan produksi telur konsumsi. Analisis finasial tersebut diperhitungkan pada skala pemeliharaan 100 ekor induk ayam buras (Tabel 3). Terdapat perbedaan jenis input pada analisa finansial jenis usaha produksi telur tetas (penerapan IB) dengan produksi telur konsumsi, yakni dengan diperhitungkannya biaya penyusutan peralatan IB pada usaha produksi telur tetas. Perbedaan pada output usaha adalah nilai jual telur tetas sebesar Rp 450,-/butir, sedangkan telur konsumsi Rp. 350,-/butir. Telur infertil (tidak tertunasi) yang dapat diketahui setelah proses penetasan berjalan 5-7 hari, masih mempunyai nilai yakni seharga telur konsumsi. Berdasarkan analisis tersebut ditunjukkan bahwa keuntungan per bulan dengan penerapan IB lebih tinggi 43,4% dibandingkan dengan usaha pemeliharaan untuk tujuan produksi telur konsumsi (Rp. 203.933 vs Rp. 142.233). Tingginya keuntungan dari penerapan teknologi IB disebabkan karena harga telur tetas lebih tinggi (Rp. 100) dibandingkan dengan harga telur konsumsi, tambahan biaya produksi dan tenaga kerja yang dikeluarkan dari penerapan teknologi IB relatif sedikit, serta telur infertil dari hasil IB dapat dijual sebagai telur konsumsi. Inseminasi Pada Ayam Buras Tanya: Saya tertarik dengan peternakan ayam buras dan mulai mengembangkannya . Sayangnya hasilnya tidak begitu bagus. Karena itu saya ingin mengembangkannya dengan cara inseminasi buatan dan penetasan dengan mesin tetas. Bagaimana langkah-langkah inseminasi buatan, bahannya apa saja, dan kalau ada mohon klipingnya dikirimkan kepada saya.Bagaimana memilih telur yang baik untuk ditetaskan dan bagaimana menentukan telur jenis jantan dan betina. Bagaimana membuat rangkaian pengatur suhu pada Dono Jl Cipinang Raya No.640, Majalengka 45472. Jawab: Untuk melakukan inseminasi buatan pada ayam buras diperlukan bahan berupa ayam jantan umur 12-30 bulan, cairan NaCl 0,9% atau bisa juga Ringers infuse. Ayam jantan itu diperlukan untuk diambil spermanya. Sedangkan alat-alat yang diperlukan ialah penampung sperma (durham), kapas, tabung reaksi, alat suntik 0,5 cc. Selanjutnya ialah mengambil sperma ayam jantan lalu diproses dengan bahan-bahan didalam tabung reaksi dan penyuntikan sperma pada ayam betina. Pengambilan sperma mesin tetas. Terima kasih. Sugiarto,
jantan dilakukan dengan cara mengurut bagian punggungnya mulai dari pangkal leher. Saat pengurutan sampai ke pangkal ekor dilakukan sedikit tekanan lebih kuat agar keluar urinenya dan dibersihkan dari duburnya itu. Pengurutan di lakukan 3-5 kali dan setelah urine keluar maka sperma akan keluar juga menyusul lalu ditampung dengan tabung durham. Jangan sampai bercampur antara urine dan sperma karena sperma akan mati, urine dibersihkan dengan kapas sampai kering demikian juga sebelum pengambilan sperma, dubur ayam harus bersih dari kotoran. Pengambilan sperma dapat dilakukan 2-3 kali dengan jarak waktu 15 menit. Tiap pejantan bisa memberikan 0,25 cc sperma. Daya simpan sperma ini dikulkas dengan suhu 7C bisa 4 hari lamanya tapi pada ruangan biasa bisa disimpan hanya 30 menit, spermanya kira-kira 1,25 cc dipindahkan ketabung reaksi lalu dicampur dengan bahan pengencer berupa NaCl 0,9% ditambah kuning telur dengan perbandingan 4:1 sebanyak 4,17 ml, digoyang perlahan sampai merata lalu disimpan dalam termos sebelum digunakan. Daya simpan hanya 4 hari pada suku 25C. Selanjutnya disuntik pada betina dengan cara mengambil cairan tadi dengan jarum suntik (spuit) sebanyak 1 ml, lalu perut bagian bawah ayam betina ditekan sehingga kloaka akan keluar dan jarum spuit dimasukkan sedalam 3 cm setelah tekanan dihilangkan. Selanjutnya sperma disuntikan. Cara ini membuat ayam jadi stres. Cara lain ialah dengan memasukkan jari kelingking kedalam dubur sedalam 6-8 cm lalu spuit dimasukkan melalui bagian atas jari kelingking dan sperma disemprotkan dibagian ujung kelingking yaitu bagian uterus setelah ujung jari mulai ditarik perlahan. Cara ini dapat mencegah keluarnya sperma/semen kembali, kemudian ayam dikandangkan. Penyuntikan ini dilakukan lagi tiap 3-4 hari. Pengambilan telur dimulai pada hari kedua sejak dikeluarkan karena telur hari pertama tidak digunakan. Memilih telur ialah yang seragam, bentuknya oval, licin, bersih tidak bernoda, atau retak, ruang udara dalam telur (diteropong ke arah lampu/matahari) tidak terlalu lebar dan terletak diujung tunpul telur itu. Soal telur jantan dan betina belum diperoleh kepastian karena belum tentu telur yang ovalitu jantan dan yang agak bulat itu betina. Karena rumit, nanti dibaca klipingnya saja atau buku cara membuat mesin tetas telur karangan Farry B Paimin, terbitan Penebar Swadaya. Ini adalah tulisan Taufiq Rusdi MSc. Semoga bermanfaat untuk Anda. Salam,