Kanker Payudara
Kanker Payudara
Kanker Payudara
1. LATAR BELAKANG Kanker payudara merupakan ancaman bagi kaum wanita. Walaupun kini sudah ada pengobatan terbaik, tetapi perjuangan melawan kanker payudara tidak selalu berhasil. Hal itu karena masih kurangnya atensi dari kaum wanita dalam memahami kanker payudara guna menghindarkan diri dari serangan kanker payudara serta cara melakukan deteksi sejak dini1. Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250,000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700,000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertamadiantara kanker lainnya pada wanita. Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini sedangkan di Eropa lebih dari 165,000. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18 30 bulan.2 2. PEMBAHASAN 2.1 Definisi Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltratif dan destruktif, serta dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh progresif, dan relatif cepat membesar. Pada stadium awal tidak terdapat keluhan sama sekali, hanya berupa fibroadenoma atau fibrokistik yang kecil saja, bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, dan konsistensi padat dan keras (Ramli,1994). 2.2 Gejala Kanker Payudara
Eni Setiati. 2009. Waspada 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Jogjakarta : C.V ANDI OFFSET
Pada tahap awal kanker payudara, biasanya kita tidak merasakan sakit atau tidak ada tanda-tandanya sama sekali. Namun, ketika tumor semakin membesar, gejala-gejala di bawah ini mungkin muncul: a. Benjolan yang tidak hilang atau permanen, biasanya tidak sakit dan terasa keras bila disentuh atau penebalan pada kulit payudara atau di sekitar ketiak. b. Perubahan ukuran atau bentuk payudara. c. Kerutan pada kulit payudara. d. Keluarnya cairan dari payudara, umumnya berupa darah. e. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Hendrapalaga, 2009). f. Pembengkakan atau adanya tarikan pada puting susu3 2.4 Diagnosis Kanker Payudara4 Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan pemeriksaan klinik payudara dan mammogram. Mammografi dapat mendeteksi tumor payudara 2 tahun sebelum kanker tersebut mencapai ukuran yang dapat dirasakan melalui metode palpasi. Association Cancer Sosiety merekomendasikan untuk melakukan mammogram dimulai pada usia 40 tahun dan melakukan pemeriksaan klinik payudara minimal setiap 3 tahun sekali (LeMone & Burke, 2008). a. Anamnesis Anamnesis yang dilakukan meliputi beberapa hal yaitu status menstruasi, perkawinan, riwayat partus, menyusui, riwayat kelainan payudara yang pernah dialami sebelumnya, riwayat keluarga dengan kanker, fungsi kelenjar tiroid, dan penyakit ginekologik. Sedangkan riwayat penyakit atau keluhan yang dialami saat ini yang perlu diperharikan adalah kapan waktu timbulnya massa, kecepatan pertumbuhan massa serta apakah ada hubungan dengan menstruasi. b. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh sesuai dengan pemeriksaan rutin, serta pemeriksaan payudara. Metode pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara inspeksi yaitu dengan mengamati kesimetrisan kedua payudara, adanya benjolan atau
3
http://www.pitapink.com/id/tentang-kanker-payudara.html diakses pada tanggal 10 Juni 2011 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23162/4/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal 10 Juni 2011
perubahan patologik pada kulit seperti edema, kemerahan, cekungan, retraksi, erosi dan nodul. Metode pemeriksaan fisik selanjutnya yang dilakukan adalah dengan cara palpasi. Metode palpasi dilakukan untuk mengetahui adanya benjolan serta sifatnya pada payudara. Jika sewaktu melakukan palpasi teraba benjolan, maka harus dikaji lokasi, ukuran, konsistensi, kondisi batas, permukaan, mobilitas, apakah kondisi benjolan melakat pada dasarnya dan apakah ada nyeri tekan. Sekret pada papilla payudara kemungkinan juga didapatkan sewaktu dilakukan pemeriksaan, jika hal tersebut terjadi maka harus dibuat apusan untuk dilakukan pemeriksaan sitologi. c. Pemeriksaaan penunjang 1) Mamografi 2) USG 3) MRI Payudara 4) Pemeriksaan Laboratorium 5) Pemeriksaan sitologi aspirasi jarum halus 6) Pemeriksaan histologik pungsi jarum mandarin 2.5 Konsep Host Agent dan Environment Agent
Faktor resiko dari kanker payudara ini hampir sama dengan kanker serviks. Di antaranya ; unsur kimiawi yang disebabkan karena bahan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri (karbon monoksid, obat-obatan, arsen, pestisida, dll) serta unsur psikis atau genetik yang terkait dengan heriditer atau keturunan. Demikian juga dengan unsur kebiasaan hidup (rokok, alcohol, dll), perubahan hormonal dan unsur fisioloigis seperti kehamilan, persalinan, dll. 1. 2. 3. 4. 5. Host Wanita yang berusia 30 sampai 39 tahun. Namun, dapat juga terjadipada pria dengan persentase sebesar 5% Genetik (hubungan keluarga). Pengguna estrogen Pengguna pil oral Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri
Environment
Lingkungan Sosial Ekonomi Yang termasuk dalam faktor lingkungan soial ekonomi adalah sistem ekonomi yang berlaku yang mengacu pada pekerjaan sesorang dan berdampak pada penghasilan yang akan berpengaruh pada kondisi kesehatannya. 2.6 Faktor Resiko Kanker Payudara Faktor resiko adalah sesuatu yang meningkatkan risiko menderita kanker payudara. Banyak faktor risiko terpenting untuk kanker payudara berada diluar kendali kita, seperti usia, riwayat keluarga, dan riwayat medis. Namun, ada beberapa faktor risiko yang dapat dikontrol, seperti berat badan, aktivitas fisik dan konsumsi alkohol. Faktor risiko yang dapat dikendalikan:
1. Bobot/berat badan. Kegemukan yang dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker
kanker payudara, tetapi belum ada studi mengenai jenis makanan yang meningkatkan risiko tersebut.
3. Latihan/Olahraga. Bukti yang berkembang bahwa latihan dapat mengurangi resiko
kanker payudara. American Cancer Society merekomendasikan melakukan olahraga selama 45-60 menit 5 hari atau lebih dalam seminggu.
4. Konsumsi alkohol. Studi menunjukkan bahwa risiko kanker payudara meningkat
seiring dengan banyaknya jumlah konsumsi alkohol. Alkohol dapat membatasi kemampuan hati untuk mengendalikan tingkat hormon estrogen darah yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko.
5. Merokok. Merokok dikaitkan dengan sedikit peningkatan resiko kanker payudara. 6. Wanita bekerja pada malam hari. Pusat penelitian kanker Fired Hutchison Cancer di
Seatle, Amerika Serikat, menyebutkan bahwa wanita yang bekerja pada malam hari mempunyai peluang 60% terkena kanker payudara. Cahaya lampu yang kusam pada malam hari dapat menekan produksi melatonin nocturnal pada otak sehingga hormone estrogen yang diproduksi oleh ovarium meningkat. Padahal diketahui melatonin dapat menekan pertumbuhan sel kanker payudara.
7. Penggunaan estrogen. Karena hormon estrogen perempuan merangsang pertumbuhan
sel payudara, terpapar dengan estrogen dalam waktu yang lama, tanpa terputus dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan: 1. Gender/Jenis Kelamin. Wanita adalah faktor risiko kanker payudara. 2. Usia. Dari usia 30 sampai 39, risikonya adalah 1 dalam 233, atau 0,43%. Yang menjadi 1 dari 27 atau hampir 4% pada saat seseorang berada di usia 60 tahun. 3. Riwayat kanker payudara dalam keluarga. Jika seseorang memiliki garis keturunan pertama (ibu, anak perempuan, saudara perempuan) yang memiliki kanker payudara atau ada beberapa keluarga yang terkena kanker payudara atau ovarium (terutama sebelum mereka berumur 50), berarti seseorang tersebut memiliki resiko lebih tinggi mendapatkan kanker payudara. 4. Riwayat pribadi kanker payudara. Jika seseorang telah didiagnosa dengan kanker payudara, maka risiko berkembang lagi, baik di payudara yang sama atau payudara lainnya, lebih tinggi daripada jika tidak pernah memiliki penyakit ini sebelumnya. 5. Ras. Perempuan kulit putih sedikit lebih tinggi untuk mendapat kanker payudara selain perempuan afro amerika. Orang asia, Hispanic dan non amerika memiliki resiko lebih rendah kanker payudara. 6. Terapi radiasi pada dada. Setelah terapi radiasi pada daerah dada saat masih anakanak atau dewasa muda untuk pengobatan kanker lain secara signifikan meningkatkan resiko kanker payudara. Peningkatan risiko kelihatannya meningkat jika radiasi diberikan saat payudara masih berkembang (selama masih remaja). 7. Perubahan seluler payudara. Perubahan sel payudara yang tidak biasanya ditemukan saat biopsi payudara dapat menjadi faktor risiko untuk kanker payudara. Perubahan ini meliputi pertumbuhan yg terlalu cepat dari sel (disebut hyperplasia) atau penampakan yang abnormal (atipikal). 8. Terpapar estrogen. merangsang pertumbuhan sel payudara, terpapar estrogen lebih lama, tanpa jeda, dapat meningkatkan risiko kanker payudara. 2.7 RAP Kanker Payudara Sistem penentuan stadium yang tersering digunakan adalah yang telah dirancang oleh American Joint Committe on Cancer Staging dan International Union Againts Cancer, yaitu: Stadium 0 Stadium I DCIS (termasuk penyakit Paget pada puting payudara) dan LCIS. Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai metastasis ke kelenjar getah bening negatif.
Stadium IIA
Karsinoma invasif dengan ukuran 2cm atau kurang disertai metastasis ke kelenjar getah bening atau karsinoma invasif lebih dari 2 cm, tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening negatif.
Stadium IIB
Karsinoma invasif dengan ukuran lebih dari 2 cm, tetapi kurang dari 5 cm denan kelenjar getah bening positif atau karsinoma invasif berukuran lebih dari 5 cm tanpa keterlibatan kelenjar getah bening.
Stadium IIIA Karsinoma invasif ukuran berapa pun dengan kelenjar getah bening terfiksasi (yaitu invasi ekstranodus yang meluas diantara kelenjar getah bening atau menginvasi ke dalam struktur lain) atau karsinoma dengan ukuran lebih dari 5 cmdengan metastasis kelenjar getah bening nonfiksasi. Stadium IIIB Karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada, karsinoma yang menginvasi kulit, karsinoma dengan nodus kulit satelit, atau setiap karsinoma dengan metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna ipsilateral. Stadium IV Metastasis ke tempat jauh.
2.8 Prevalensi Kanker Payudara Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang (Moningkey, 2000). Di Amerika Serikat, keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap tahunnya (Oemiati, 1999). American Cancer Society memperkirakan kanker payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 1990-2000 (Moningkey, 2000).5 Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara
5
Data
dari Direktorat
Jenderal
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut golongan penyebab sakit menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8 (Ambarsari, 1998).6 Diperkirakan pada tahun 2006 di Amerika, terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara pada wanita dan 1.720 kasus baru pada pria, dengan 40.970 kasus kematian pada wanita dan 460 kasus kematian pada pria (Anonimc, 2006). Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan ke dua setelah kanker leher rahim (Tjindarbumi, 1995). Kejadian kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian kanker (Siswono, 2003).7 2.9 Distribusi Kanker Payudara Menurut Orang Tempat Waktu a. Orang Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi. Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan ke dua setelah kanker leher rahim (Tjindarbumi, 1995). b. Tempat8 Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. c. Waktu Kanker payudara tidak terbatas oleh waktu. Dimana saat penderitanya tidak dapat menjaga dan memeriksa kesehatan payudara mereka, kanker payudara dapat menyerang kapan saja.
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm diakses pada tanggal 9 Juni 2011 http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia-kanker/kanker-mammae-2/ diakses pada tanggal 9 Juni 2011
8 7
2.10 Pencegahan Kanker Payudara dan Program Pemerintah Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama menjelaskan bahwa pengendalian kanker dilaksanakan secara terpadu. Upaya pengendalian kanker, menurut dia, dilakukan melalui pencegahan faktor risiko, deteksi dini, surveilans epidemilogi, dan penyebaran informasi. Program deteksi dini kanker leher rahim dan payudara ditargetkan dapat menjangkau 80 persen perempuan usia 30-50 tahun. Selain mengembangkan program deteksi dini, pemerintah juga melakukan upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Upaya pencegahan primer dilakukan dengan promosi, edukasi pola hidup sehat dan pencegahan faktor risiko kanker serta pengkajian dan pengembangan vaksin. Pencegahan sekunder dilakukan dengan deteksi dini dan pengobatan segera. Pencegahan tersier dengan pengobatan komprehensif dan perawatan paliatif.9 Pencegahan primer Pada tahap ini dilakukan penyuluhan tentang kanker payudara terutama mengenai factor-faktor resiko dan bagaimana melaksanakan pola hidup sehat dengan menghindari komsumsi lemak berlebihan dengan mengkonsumsi buah dan sayur serta giat berolah raga. (Buku eptm) Berikut 13 tips yang dapat membantu pencegahan kanker payudara: Kesadaran akan payudara itu sendiri Lebih dari 90% tumor payudara dideteksi oleh wanita itu sendiri. Perhatikan setiap perubahan pada payudara menjadi bagian penting perawatan kesehatan wanita.. Berikan ASI pada bayi. Beberapa penelitian menunjukkan ada hubungan antara pemberian ASI dan menurunnya resiko berkembangnya kanker payudara meskipun belum ada kesepakatan yang jelas akan hal ini. jika menemukan gumpalan, segera ke dokter. Cari tahu apakah ada sejarah kanker payudara pada keluarga Perhatikan konsumsi alkohol Perhatikan berat badan (Obesitas) Olahraga secara teratur
Setelah usia 50 tahun, lakukan screening payudara secara teratur Belajar relaks Banyak tercatat bahwa stres dapat menyebabkan semua jenis masalah kesehatan. Masukkan brokoli ke dalam menu harian Anda. Kira-kira dalam sehari Anda hanya membutuhkan secangkir brokoli. Tahukah Anda, brokoli mengandung senyawa sulfuraphane yang secara ilmiah terbukti mengurangi risiko kanker.
Jangan lupakan buah dan sayur dalam menu harian. Pilihlah sayuran berwarna hijau dan oranye. Makanlah tomat yang kaya dengan likopen. Konon likopen juga agen yang berfungsi memerangi kanker.
Minumlah teh hijau yang kaya antioksidan. Disamping minum the hijau, kudaplah dark chocolate sesekali, karena secara ilmiah terbukti cokelat sebagai agen yang memerangi kanker. Namun ingat jangan cokelat manis, karena Anda tidak akan mendapat manfaatnya.10
Pencegahan sekunder Deteksi dini merupakan bentuk pencegahan sekunder dengan melakukan pemeriksaan
payudara sendiri dan mamografi digunakan terutama pada wanita yang mempunyai resiko tinggi. (buku eptm). Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain: Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement setiap tahun. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun. Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker
http://documentdinda.wordpress.com/2009/03/02/13-cara-cegah-kankerpayudara/ diakses pada tanggal 9 Juni 2011
10
survey.
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi
payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%. * Skrining tes: Skrining tes seperti mammografi tahunan-hasilnya disebut mammogram- diberikan secara rutin untuk orang-orang yang sehat dan tidak diduga mengalami kanker payudara. Tujuannya adalah untuk menemukan kanker payudara sedini mungkin sebelum gejala kanker berkembang dan biasanya lebih mudah untuk ditangani. Skrining mamografi untuk mendeteksi tumor pada payudara perlu dilakukan karena tumor membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membesar sehingga dapat dirasakan oleh kita, namun dapat terdeteksi oleh mamogram. mamografi tahunan atau dua kali setahun dan USG khusus payudara disarankan untuk mendeteksi adanya kelainan pada wanita berusia lanjut dan wanita berisiko tinggi kanker payudara, sebelum terjadi kanker. Jika benjolan bisa teraba atau kelainan terdeteksi saat mamografi, biopsi perlu dilakukan untuk mendapatkan contoh jaringan guna dilakukan tes di bawah mikroskop dan meneliti kemungkinan adanya tumor. Jika terdiagnosis kanker, maka perlu dilakukan serangkaian tes seperti status reseptor hormon pada jaringan yang terkena. Pencegahan tersier Dilakukan penanganan yang tepat pada penderita untuk dapat mengurangi kecacatan.11 (Sumber : buku epid tdk menular). Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan aiternatif.12 2.11 Pengobatan Kanker Payudara13 a. Tindakan Pembedahan
11
12
Nasrin Kodim. Himpunan Bahan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm diakses pada tanggal 9 Juni 2011
13
1) Modified Radical Mastectomy 2) Total Mastectomy 3) Breast Conservation Treatment 4) Sentinel Lymph Node Biopsy (SLNB) b. Radioterapi Tiga tujuan dari radioterapi adalah: 1) Radioterapi murni kuratif 2) Radioterapi adjuvant 3) Radiotarapi paliatif c. Kemoterapi 1) Kemoterapi pra-operasi 2) Kemoterapi adjuvant pasca operasi 3) Kemoterapi terhadap kanker payudara stadium lanjut atau rekuren dan metastatik d. Terapi Hormonal Estrogen merupakan hormon yang diproduksi oleh ovarium yang turut berperan dalam perkembangan sel payudara. Pada wanita dengan hasil tes positif terhadap reseptor estrogen akan diberikan terapi hormon untuk menghalangi efek dari estrogen terhadap pertumbuhan sel kanker. Tamoxifen adalah obat anti-esrtogen yang paling banyak digunakan dan penggunaannya efektif pada wanita dengan postmenstruasi maupun premenstruasi. Angka kekambuhan kanker payudara dapat diturunkan dan pasien menunjukkan angka survival mencapai 10 tahun dengan menggunakan terapi ini. Dengan penggunaan tamoxifen selama 5 tahun, menunjukkan 41% penurunan kekambuhan dan 33% penurunan kematian yang diakibatkan oleh kanker payudara. Terapi hormonal lain yang digunakan dalam pengobatan kanker payudara adalah aromatase inhibitor (AIs) yang dapat digunakan untuk terapi kanker payudara stadium awal dan lanjut. Obat-obatan yang tergolong AIs tersebut adalah etrozole, anastrozole, dan exemestane. Obat-obat tersebut bekerja untuk menghalangi kerja enzim untuk memproduksi sedikit estrogen pada wanita postmenopause, namun obat tersebut tidak efektif digunakan pada wanita premenopause (Makhoul, 2006) DAFTAR PUSTAKA
1. Eni Setiati. 2009. Waspada 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Jogjakarta : C.V ANDI OFFSET 2. http://berita8.com/news.php?cat=4&id=18887 diakses tanggal 9 Juni 2011 3. http://blognyayoan.blogspot.com/2009/11/crs-kanker-payudara.html tanggal 10 juni 2011. 4. http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia-kanker/kanker-mammae-2/ diakses pada Kamis 9 Juni 2011 5. http://documentdinda.wordpress.com/2009/03/02/13-cara-cegah-kanker-payudara/ diakses pada tanggal 9 Juni 2011 6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23162/4/Chapter%20II.pdf pada tanggal 9 Juni 2011 7. http://www.alhamsyah.com/blog/artikel/kanker-payudara-gejala-danpengobatannya.html diakses tanggal 9 Juni 2011 8. http://www.hompedin.org/download/kankerpayudara.pdf, diakses pada Kamis 9 Juni 2011 9. http://www.pitapink.com/id/tentang-kanker-payudara.html, diakses pada Juni 2011 10. http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm diakses pada Kamis 9 Juni 2011
11. Nasrin Kodim. Himpunan Bahan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
diakses
pada
diakses
Kamis 9