Serangga Tanah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN Latar belakang Tanah adalah tempat berbagai makhluk hidup.

Karena ditempat tersebut terdapat bahan yang diperlukan yntuk kehidupan hewan tersebut. Baik tumbuhan hewan ataupun mikrofauna dan mikroflora, asalkan disana memerlukan apa yang ia butuhkan tersedia dia akan berhasil hidup ditempat tersebut. Serangga tanah dapat didefinisikan sebagai serangga yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di tanah, baik di permukaan tanah maupun di dalam lapisan tanah. Serangga tanah (Artopoda tanah ) menempati urutan dalam organisme yang hidup ditanah. Mereka termasuk dalam golongan detritus yang berfungsi menambah unsur anorganik dalam tanah yang sangat bermanfaat sekali untuk kesuburan tanah. Untuk mengetahui berapa banyak serangga tanah dalam suatu area, sering peneliti melakukan metode penangkapan dan selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui berapa nilai keberlimpahannya.

Hal inilah yang melatar belakangi kami (mahasiswa pertanian) untuk melakukan percobaan dengan melihat dan mengetahui berapa tingkat keanekaragaman spesies serangga tanah dalam suatu lahan. Tujuan Adapun tujuan dalam melakukan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui karakter serangga tanah pada suatu tempat.

TINJAUAN PUSTAKA Di dalam tanah hidup berbagai jasad renik (mikroorganisme yang melakukan berbagai kegiatan yang menguntungkan bagi kehidupan makhluk-makhluk hidup lainnya atau dengan perkataan lain menjadikan tanah memungkinkan bagi kelanjutan siklus kehidupan makhluk-makhluk alami. Sejumlah protozoa mendiami tanah dikenal sejak masa EHRENDBURG (1939), ektinomisetes membentuk suatu golongan unsur penting pada populasi tanah. Golongan-golongan utama (besar) yang menyusun populasi mikrobiologis tanah terdiri dari flora dan fauna, golongan flora yang meliputi bakteri (autotroph, heterotroph). Aktinomesiteres fungi dan

ganggang (algae), golongan fauna meliputi protozoa, binatang berderajat agak tinggi, nematode dan cacing tanah. (Lubis. 2008) Sudah sejak lama metode identifikasi nematoda dilakukan dengan cara membandingkan fitur morfologi nematoda dengan deskripsi yang sudah dipublikasikan, dan sering kali menggunakan bantuan kunci identifikasi. Oleh sebab itu, nematode yang akan diidentifikasi harus diawetkan dan dibuat preparat untuk diobservasi dan di ukur dibawah mikroskop. Agar identifikasi memenuhi tingkat kepercayaan yang memdai maka dibutuhkan sekurang-kurangnya 5-10 ekor nematoda betina dewasa, termasuk nematoda jantan. Hal itu dikarenakan pengenalan fitur biasanya dibuat secara kuantitatif (seperti: panjang badan, panjang stilet, dsb) dan juga disebabkan adanya variasi intra spesifik. (Pusat Karantina Tumbuhan, 2009) Untuk mengamati benda-benda mikroskopis, kecil dan tembus pandang (transparan) sangat memerlukan alat bantu seperti silet, kaca objek, kaca penutup, dan bahan pewarna. Silet berfungsi untukmenyayat benda yang akan diamati. Kaca objek digunakan untuk meletakkan benda yang akan diamati. Kaca penutup digunakan untuk menutup benda yang diletakkan pada kaca objek. Bahan pewarna digunakan untuk memudahkan dalam pengamatan, misalnya eosin, biru metilena dan lugol. (Kadaryanto,.Dkk. 2006). Koleksi awetan juga berguna untuk menjaga kelestarian suatu hewan dan tumbuhan, khususnya hwan atau tumbuhan langka. Untuk membuat koleksi awetan, perlu diperhatikan beberapa hal, seperti kelengkapan organ tubuh, cara pengawetan, cara penyimpanan, dan kelestarian objek dengan membatasi pengambilan objek. Pengawetan terhadap hewan dan tumbuhan dapat dilakukan dengan cara basah dan kering. Cara dan bahan pengawet yang digunakan bervariasi, tergantung dari sifat objeknya. Untuk organ tumbuhan berdaging seperti buah, biasanya dilakukan pengawetan dengan menggunakan awetan basah. Organ tumbuhan seperti daun, batang, akar dilakukan pengawetan dengan menggunakan awetan kering. Awetan specimen tumbuhan itu dikenal dengan herbarium. Hewan dapat diawetkan dengan cara kering maupun basah. Macam-macam serangga dapat diawetkan dengan cara kering yang disebut dengan insektarium. Awetan kering untuk burung disebut dengan taksidermi. Pengawetan juga dapat dilakukan terhadap hewa-hewan invertebrate lainnya dan juga mikroorganisme kecil.(Prasodjo,.Dkk. 2007)

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Praktikum ini dilakukan pada tanggal 9 desember 2009 dan tanggal 11 desember 2009. Pada hari pertama yaitu penanaman jebakan yang dilakukan di lingkungan Gd. HPT Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Sedangkan pada hari kedua yaitu pengambilan sample dan identifikasi yang dilakukan di laboratorium Entomologi HPT Faperta UNPAD. Alat dan Bahan Pada praktium kali ini alat alat yang digunakan antara lain, , corong dari karton 2 buah, bohlam, penyangga (kursi) ,solatip, hekter, gunting, Erlenmeyer, mikroskop, dan preparat. Sedangkan bahan bahan yang diperlukan antara lain, tanah, air (pengenceran) dan buku identifikasi. Cara kerja Gali permukaan tanah yang gembur, berpasir dan banyak mengandung humus pada daerah perakaran tanaman, dengan menggunakan alat (cangkul, cetok, sabit, dan lainnya). Cari serangga (telur, larva, nimfa, pupa atau imago) yang mungkin terdapat dalam tanah tersebut. Apabila ditemukan serangga maka lakukan pekerjaan berikut : Buat 2 buah corong sebagai dudukan bohlam dan penyimpanan tanah lalu digantungkan pada kursi penyangga Corong yang berisi tanah tadi diletakkan di atas Erlenmeyer dengan lampu bohlam di atasnya sambil dinyalakan Setelah beberapa hari kemudian lihat dan amati. Lalu ambil dan kumpulkan serangga yang diperoleh sesuai dengan spesies, family, ordo serangga, jangan dicampur manakala serangga berbeda- beda. Ambil satu spesies atau jenis, family atau ordo kemudian masukkan ke dalam air mendidih beberapa menit agar serangga tidak mudah terkontaminasi jamur atau bakteri patogen. Masukkan ke dalam gelas museum atau botol preparat yang berisi formalin 4%, atau alkohol 70% sebagai bahan pengawet. Lakukan hal yang sama pada spesies atau ordo lain.

Awetan serangga telah selesai, beri label. Tulis keterangannya (nama spesies, nama kolektor, tempat pengambilan spesemen, dan lain sebagainya). Simpan pada meja-meja preparat di jurusan HPT.

HASIL dan PEMBAHASAN

Hasil

Serangga tanah yang didapat dalam praktikum ini kebetulan hanya satu yaitu kumbang tanah sejenis kumbang kosmpolitan dalam famili besar, Carabidae.

Pembahasan Setelah diamati melalui mikroskop serangga tanah yang kami peroleh yaitu kumbang tanah dalam famili besar, Carabidae. Klasifikasi
Alam: Filum: Kelas: Order: Suborder: Animalia Artropoda Insecta Coleoptera Adephaga

Superkeluarga: Caraboidea Keluarga: Carabidae


Latreille, 1802

Penampakan

Banyak spesies, sangat bervariasi dalam ukuran (3 - 30mm panjang). Berbadan keras Warna - hitam, coklat, hijau atau violet (sering logam).

Daur Hidup

Biasanya selesai dalam 1 tahun. Predator aktif dan rakus makan pada ulat/larva, siput dan bahan sayuran Dapat ditemukan di dalam rongga.lipatan daun yang dibuat oleh larva penggulung daun Larva pemangsa menjadi kepompong di dalam tanah pematang sawah atau di lahan yang kering

Tiap predator dengan rakus memakan 3-5 larva mangsa per hari. hanya tudung kepalanya yang ditinggalkan

Kebiasaan

Serangga menguntungkan. Sebagai Predator dan biasanya aktif pada malam hari. Jangan berkembang biak di dalam ruangan dan invasi sejumlah besar mungkin karena gangguan di luar gedung.

KESIMPULAN

Serangga tanah dapat didefinisikan sebagai serangga yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di tanah, baik di permukaan tanah maupun di dalam lapisan tanah. Serangga tanah yang dapat teridentifikasi yaitu kumbang tanah sejenis kumbang kosmpolitan dalam famili besar, Carabidae. Daur hidupnya biasanya selesai dalam 1 tahun. Predator aktif dan rakus makan pada ulat/larva, siput dan bahan sayuran. Dapat ditemukan di dalam rongga.lipatan daun yang dibuat oleh larva penggulung daun.

DAFTAR PUSTAKA

Kadaryanto,.dkk. 2006. Biologi 1. Solo: Yudhistira. Karantina, Pusat Tumbuhan. 2009. Pedoman pembuatan dan pengelolaan koleksi penyakit tumbuhan. Jakarta: Badan Karantina Tumbuhan. Lubis, Zulkarnain dan Talimin Lubis. 2008. Kajian komparasi keanekaragaman jamur di Rizosfer tanaman pisang. Ilmiah pendidikan tinggi. 1(2): 9-23. Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Teknik Media Tanam. 2012. Jember: Faperta Universitas Jember. Prasodjo, Budi,.dkk. 2007. Biologi 1B. Solo: Yudhistira. Deptan. 2013. Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu Sekretariat Proyek PHT pusat Departemen pertanian. http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/predator-kumbang-tanahjenis-yang-berguna-bagi-petani

Anda mungkin juga menyukai