Klasifikasi ECC
Klasifikasi ECC
Klasifikasi ECC
dengan gigi yang terserang karies. Adapun tahap perkembangannya : 1. Tahap awal Ditandai oleh pengapuran (white spot), lesi pada permukaan halus rahang atas gigi susu ketika anak berumur antara 10 dan 20 bulan atau kadang-kadang anak berusia lebih muda dari umur tersebut. Garis-garis keputihan yang khas dapat terlihat didaerah servikal pada permukaan vestibular dan palatal gigi insisivus maksila. 2. Tahap kedua Terjadi ketika anak berusia antara 16 dan 24 bulan. Lesi putih mulai berkembang ke dentin yang berkembang dengan sangat cepat dan terjadi kerusakan pada enamel. Dentin telah terbuka dan terlihat lesi berwarna kekuningan. 3. Tahap ketiga Terjadi pada saat anak berusia antara 20 dan 36 bulan, dengan ciri-ciri lesi besar, dalam, dan mengiritasi pulpa. 4. Tahap keempat Terjadi pada saat anak berusia antara 30 dan 48 bulan, dengan ciri-ciri terjadinya fraktur mahkota pada gigi anterior rahang atas sebagai akibat dari kerusakan amelodentinal. (Msefer S. Importence of early diagnosis of early childhood caries. JOD-Q Suplemen April 2006; 6-8)
Eric Broderick et al, mengelompokkan kriteria dari nursing caries yang terjadi kedalam empat tingkat perluasan, yaitu:
a. Tipe I. Minimal Karies terdapat pada dua permukaan gigi rahang atas dan tidak terdapat pada permukaan gigi posterior.
b. Tipe II. Mild Karies terdapat pada lebih dari dua permukaan gigi rahang atas dan karies tidak ditemukan pada gigi posterior.
Gambar 1. Nursing caries yang mengenai keempat gigi insisivus rahang atas (tipe 2)
c. Tipe III. Moderate Dua atau lebih permukaan gigi anterior rahang atas menderita karies dan ditemukan satu atau lebih gigi posterior menderita karies. d. Tipe IV. Severe Dua atau lebih permukaan gigi anterior rahang atas menderita karies, ditemukan satu atau lebih gigi dengan pulpa terbuka, dan karies telah terlihat pada gigi anterior rahang bawah.
Gambar 2. Nursing caries yang telah meluas hingga posterior dengan pulpa telah terbuka (tipe 4)
Dampak
Apabila gigi sulung tidak dapat dipertahankan lagi, kemudian harus mengalami pencabutan sebelum waktu tanggalnya. Tanggal prematur gigi sulung menyebabkan gigi permanen yang akan tumbuh tidak mempunyai petunjuk sehingga sering salah arah dan mengakibatkan migrasi gigi tetangga. Rahang juga akan mengalami penyempitan, akibatnya tidak cukup untuk menampung semua gigi dalam susunan yang teratur. Hal ini menyebabkan gigi menjadi berjejal atau susunan gigi menjadi tidak beraturan. Selain itu, tanggal prematur juga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan hubungan oklusi. Jika gigi sulung tanggal terlalu dini, maka gigi permanen penggantinya juga akan erupsi lebih cepat atau lebih lambat karena mengerasnya gingival (Andlaw & Rock, 1992). Tanggal prematur pada gigi sulung akan mengakibatkan gigi tetangganya bergeser. Gigi akan cenderung bergeser ke arah mesial karena adanya fenomena mesial drifting tendency dan gaya dari gigi posterior yang akan erupsi pada anak yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan. Akibat dari kehilangan gigi sulung juga dapat menyebabkan terjadianya pergeseran midline, gigi berjejal, perubahan pada lengkung rahang dan kehilangan ruangan untuk gigi permanen pengganti gigi sulung (Andlaw & Rock, 1992).