Askep CA Paru

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

kumpulan asuhan keperawatan

blog ini berisi tentang kumpulan asuhan keperawatan.


ASKEP ANAK (24) ASKEP BEDAH (20) ASKEP CAMPURAN (1) ASKEP INTERNA (20) ASKEP MATERNITAS (14) LAPORAN KKN-PK STIK MAKASSAR (1)

Kamis, 08 Maret 2012


ASKEP CA PARU
CA PARU

A. PENGERTIAN. Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995). Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).

B. ETIOLOGI. Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru : 1. Merokok. Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor. 2. Iradiasi. Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan

dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.

3. Kanker paru akibat kerja. Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru paru hematite) dan orang orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden. 4. Polusi udara. Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. ( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).

5. Genetik. Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni : a. Proton oncogen.

b. Tumor suppressor gene. c. Gene encoding enzyme.

Teori Onkogenesis. Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.

Predisposisi

Gen supresor tumor

Inisitor

Delesi/ insersi Promotor

Tumor/ autonomi Progresor

Ekspansi/ metastasis

6. Diet. Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

C. KLASIFIKASI. Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru paru (1977) : 1. Karsinoma Bronkogenik. a. Karsinoma epidermoid (skuamosa). Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum. b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat). Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ organ distal. c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).

Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh. d. Karsinoma sel besar. Merupakan sel sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam macam. Sel sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat tempat yang jauh. e. f. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid. Lain lain. 1). Tumor karsinoid (adenoma bronkus). 2). Tumor kelenjar bronchial. 3). Tumor papilaris dari epitel permukaan. 4). Tumor campuran dan Karsinosarkoma 5). Sarkoma 6). Tak terklasifikasi. 7). Mesotelioma. 8). Melanoma. (Price, Patofisiologi, 1995).

D. MANIFESTASI KLINIS. 1. Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus. 2. Gejala umum. a. Batuk Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder. b. Hemoptisis Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.

c.

Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

E. STADIUM. Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru paru: 1986 American Joint Committee on Cancer.
Gambarn TNM Tumor primer (T) T0 Tx Defenisi Tidak terbukti adanya tumor primer Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus tetapi tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi Karsinoma in situ Tumor dengan diameter 3 cm dikelilingi paru paru atau pleura viseralis yang normal. Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran dimana sudah menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus; harus berjarak 2 cm distal dari karina. Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan langsung pada dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, atau pericardium tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra; atau dalam jarak 2 cm dari karina tetapi tidak melibat karina. Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang mediastinum atau mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, koepua vertebra, atau karina; atau adanya efusi pleura yang maligna.

TIS T1

T2

T3

T4 Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar limfe regional. Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar kelenjar hilus ipsilateral. Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar limfe subkarina. Metastasis pada mediastinal atau kelenjar kelenjar limfe hilus kontralateral; kelenjar kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.

Kelenjar limfe regional (N) N0 N1 N2 N3

Tidak diketahui adanya metastasis jauh Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu (seperti otak).

Metastasis jauh (M) M0 M1

Sputum mengandung sel sel ganas tetapi tidak dapat dibuktikan adanya tumor primer atau metastasis. Karsinoma in situ. Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 tanpa

Kelompok stadium Karsinoma tersembunyi

TxN0M0

Stadium 0 Stadium I

TISN0M0 T1N0M0 T2N0M0

Stadium II

T1N1M0 T2N1M0

Stadium IIIa

T3N0M0 T3N0M0

adanya bukti metastasis pada kelenjar limfe regional atau tempat yang jauh. Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan terdapat bukti adanya metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral. Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau tanpa bukti metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral; tidak ada metastasis jauh. Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar limfe hilus tau mediastinal kontralateral, atau pada kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular; atau setiap tumor yang termasuk klasifikasi T4 dengan atau tanpa metastasis kelenjar limfe regional; tidak ada metastasis jauh. Setiap tumor dengan metastsis jauh.

Stadium IIIb

Setiap T N3M0 T4 setiap NM0

Stadium IV

Setiap T, setiap N,M1

Sumber: (Price, Patofisiologi, 1995).

F. PATOFISIOLOGI. Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK. 1. Radiologi. a. Foto thorax posterior anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada. Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra. b. Bronkhografi. Untuk melihat tumor di percabangan bronkus. 2. Laboratorium. a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma. b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi. c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru). 3. Histopatologi. a. Bronkoskopi. Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui). b. Biopsi Trans Torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %. c. Torakoskopi. Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi. d. Mediastinosopi. Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat. e. Torakotomi. Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor. 4. Pencitraan. a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.

b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

H. PENATALAKSANAAN. Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :

a.

Kuratif Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.

b. Paliatif. Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup. c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal. Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga. d. Supotif.

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)

1. Pembedahan. Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru paru yang tidak terkena kanker. 1. Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy. 2. Pneumonektomi pengangkatan paru). Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat. 3. Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois. 4. Resesi segmental. Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

5. Resesi baji. Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru paru berbentuk baji (potongan es). 6. Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura viscelaris) 2. Radiasi Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus. 3. Kemoterafi.

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

I.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER PARU.

1. PENGKAJIAN. a. Preoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,1999).

1). Aktivitas/ istirahat. Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea karena aktivitas. Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut). 2). Sirkulasi. Gejala : JVD (obstruksi vana kava). Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi). Takikardi/ disritmia. Jari tabuh. 3). Integritas ego. Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan. Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang ulang. 4). Eliminasi. Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil). Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid) 5). Makanan/ cairan. Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan. Kesulitan menelan Haus/ peningkatan masukan cairan. Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut) Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil) Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid). 6). Nyeri/ kenyamanan.

Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma) Nyeri abdomen hilang timbul.

7). Pernafasan. Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum. Nafas pendek Pekerja yang terpajan polutan, debu industri Serak, paralysis pita suara. Riwayat merokok Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi) Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis. 8). Keamanan. Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma) Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil) 9). Seksualitas. Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar) Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil) 10). Penyuluhan. Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis Kegagalan untuk membaik.

b. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999). Karakteristik dan kedalaman pernafasan dan warna kulit pasien. Frekuensi dan irama jantung. Pemeriksaan laboratorium yang terkait (GDA. Elektolit serum, Hb dan Ht). Pemantauan tekanan vena sentral. Status nutrisi.

Status mobilisasi ekstremitas khususnya ekstremitas atas di sisi yang di operasi. Kondisi dan karakteristik water seal drainase.

1). Aktivitas atau istirahat. Gejala : Perubahan aktivitas, frekuensi tidur berkurang. 2). Sirkulasi. Tanda : denyut nadi cepat, tekanan darah tinggi. 3). Eliminasi. Gejala : menurunnya frekuensi eliminasi BAB Tanda : Kateter urinarius terpasang/ tidak, karakteristik urine Bisng usus, samara atau jelas. 4). Makanan dan cairan. Gejala : Mual atau muntah 5). Neurosensori. Gejala : Gangguan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anastesi. 6). Nyeri dan ketidaknyamanan. Gejala : Keluhan nyeri, karakteristik nyeri Nyeri, ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya insisi Atau efek efek anastesi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA KEPERAWATAN. a. Preoperasi (Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000, dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).

1). Kerusakan pertukaran gas Dapat dihubungkan : Hipoventilasi. Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan. Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/ situasi. Intervensi :

a) Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas. Rasional : Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas. b) Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi. Rasional : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor. c) Kaji adanmya sianosis Rasional : Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari organ hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif. d) Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi Rasional : Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.

e) Awasi atau gambarkan seri GDA. Rasional : Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi

keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.

2). Bersihan jalan nafas tidak efektif. Dapat dihubungkan : - Kehilangan fungsi silia jalan nafas - Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru. - Meningkatnya tahanan jalan nafas Kriteria hasil : - Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea. - Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih - Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan. - Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersiahn jalan nafas. Intervensi : a) Catat perubahan upaya dan pola bernafas. Rasional : Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan

peningkatan upaya bernafas.

b) Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya. Rasional : Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus. c) Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan karakteristik sputum. Rasional : Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen.

d) Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan. Rasional : Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasein

dipengaruhi. e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia. Rasional : Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.

3). Ketakutan/Anxietas. Dapat dihubungkan : - Krisis situasi - Ancaman untuk/ perubahan status kesehatan, takut mati. - Faktor psikologis. Kriteria hasil : - Menyatakan kesadaran terhadap ansietas dan cara sehat untuk mengatasinya. - Mengakui dan mendiskusikan takut. - Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatangani. - Menunjukkan pemecahan masalah dan pengunaan sumber efektif. Intervensi : a) Observasi peningkatan gelisah, emosi labil. Rasional : Memburuknya penyakit dapat menyebabkan atau meningkatkan ansietas.

b) Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan. Rasional : Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan energi. c) Tunjukkan/ Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi, bimbingan imajinasi.

Rasional : Memberikan kesempatan untuk pasien menangani ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol. d) Identifikasi perspsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi. Rasional : Membantu pengenalan ansietas/ takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu untuk individu. e) Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan. Rasional : Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah terhadap identifikasi dan

ekspresi. Mendorong penerimaan situasi dan kemampuan diri untuk mengatasi.

4). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis. Dapat dihubungkan : - Kurang informasi. - Kesalahan interpretasi informasi. - Kurang mengingat. Kriteria hasil : Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi. Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program aktivitas. Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medik. Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut. Intervensi : a) Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beriak informasi dalam cara yang jelas/ ringkas. Rasional : Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi/ tugas baru. b) Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat Rasional : Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memmampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program pengobatan. c) Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan kalori tinggi. Rasional : Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhan. d) Berikan pedoman untuk aktivitas. Rasional : Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan mengimbangi periode

istirahatdan aktivitas untuk meningkatkan regangan/ stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen berlebihan.

b. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999). 1). Kerusakan pertukaran gas. Dapat dihubungkan : - Pengangkatan jaringan paru - Gangguan suplai oksigen - Penurunan kapasitas pembawa oksigen darah (kehilangan darah). Kriteria hasil : - Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal. - Bebas gejala distress pernafasan.

Intervensi : a) Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan. Observasi penggunaan otot bantu, nafas bibir, perubahan kulit/ membran mukosa. Rasional : Pernafasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru. b) Auskultasi paru untuk gerakamn udara dan bunyi nafas tak normal. Rasional : Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang dioperasi normal pada pasien pneumonoktomi. Namun, pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara normal pada lobus yang masih ada. c) Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien dengan memberikan posisi, penghisapan, dan penggunaan alat Rasional : Obstruksi jalan nafas mempengaruhi ventilasi, menggangu pertukaran gas. d) Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi duduk juga telentang sampai posisi miring. Rasional : Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase sekret. e) Dorong/ bantu dengan latihan nafas dalam dan nafas bibir dengan tepat. Rasional : Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi dan menurunkan/ mencegah atelektasis.

2). Bersihan jalan nafas tidak efektif Dapat dihubungkan : - Peningkatan jumlah/ viskositas sekret

- Keterbatasan gerakan dada/ nyeri. - Kelemahan/ kelelahan.

Kriteria hasil : Menunjukkan patensi jalan nafas, dengan cairan sekret mudah dikeluarkan, bunyi nafas jelas, dan pernafasan tak bising.

Intervensi : a) Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi nafas dan adanya sekret. Rasional : Pernafasan bising, ronki, dan mengi menunjukkan tertahannya sekret dan/ atau obstruiksi jalan nafas. b) Bantu pasien dengan/ instruksikan untuk nafas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk tinggi dan menekan daerah insisi. Rasional : Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan penekanan

menmguatkan upaya batuk untuk memobilisasi dan membuang sekret. Penekanan dilakukan oleh perawat. c) Observasi jumlah dan karakter sputum/ aspirasi sekret. Rasional : Peningkatan jumlah sekret tak berwarna / berair awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan. d) Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam toleransi jantung. Rasional : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/ peningkatan pengeluaran. e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, dan/ atau analgetik sesuai indikasi. Rasional : Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara, mengencerkan dan menurunkan viskositas sekret. 3). Nyeri (akut). Dapat dihubungkan : - Insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal. - Adanya selang dada. - Invasi kanker ke pleura, dinding dada Kriteria hasil : - Melaporkan neyri hilang/ terkontrol. - Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik. - Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan. Intervensi :

a) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada skala 0 10. Rasional : Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefktifan analgesic, meningkatkan control nyeri. b) Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien. Rasional : Ketidaklsesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/ keefketifan intervensi. c) Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi. Rasional : Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi

anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya. d) Dorong menyatakan perasaan tentangnyeri. Rasional : Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri. e) Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian. 4). Anxietas. Dapat dihubungkan: Krisis situasi Ancaman/ perubahan status kesehatan Adanya ancman kematian. Kriteria hasil : Mengakui dan mendiskusikan takut/ masalah Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks/ istirahat Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi. Intervensi : a) Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang terdekat tentang diagnosa. Rasional : Pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini melibatkan susunan tekanan perawatan individu dan memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat. b) Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan

Rasional

: Dukungan memampukan pasien mulai membuka atau menerima kenyataan

kanker dan pengobatannya. c) Terima penyangkalan pasien tetapi jangan dikuatkan. Rasional : Bila penyangkalan ekstrem atau ansiatas mempengaruhi kemajuan

penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan emebuka cara penyelesaiannya. d) Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama. Rasional : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi/ salah interpretasi terhadap informasi.. e) Libatkan pasien/ orang terdekat dalam perencanaan perawatan. Berikan waktu untuk menyiapkan peristiwa/ pengobatan. Rasional : Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan kontrol/ kemandirian pada pasien yang merasa tek berdaya dalam menerima pengobatan dan diagnosa. f) Berikan kenyamanan fiik pasien. Rasional : Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman ekstrem/

ketidaknyamanan fisik menetap. 5). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis. Dapat dihubungkan : Kurang atau tidak mengenal informasi/ sumber Salah interperatasi informasi. Kurang mengingat Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program pengobatan. Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alas an tindakan tersebut. Berpartisipasi dalam proses belajar. Melakukan perubahan pola hidup. Intervensi : a) Diskusikan diagnosa, rencana/ terapi sasat ini dan hasil yang diharapkan. Rasional : Memberikan informasi khusus individu, membuat pengetahuan untuk belajar lanjut tentang manajemen di rumah. Radiasi dan kemoterapi dapat menyertai intervensi bedah dan informasi penting untuk memampukan pasien/ orang terdekat untuk membuat keputusan berdasarkan informasi.

b) Kuatkan penjelasan ahli bedah tentang prosedur pembedahan dengan memberikan diagram yang tepat. Masukkan informasi ini dalam diskusi tentang harapan jangka pendek/ panjang dari penyembuhan. Rasional : Lamanya rehabilitasi dan prognosis tergantung pada tipe pembedahan, kondisi preoperasi, dan lamanya/ derajat komplikasi. c) Diskusikan perlunya perencanaan untuk mengevaluasi perawatan saat pulang. Rasional : Pengkajian evaluasi status pernafasan dan kesehatan umum penting sekali untuk meyakinkan penyembuhan optimal. Juga memberikan kesempatan untuk merujuk masalah/ pertanyaan pada waktu yang sedikit stres.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung. Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Diposkan oleh SENNI SUSILO, S. Kep di 05:45 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: ASKEP INTERNA Tidak ada komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Share Mengenai Saya

SENNI SUSILO, S. Kep makassar, sulawesi selatan, Indonesia Lihat profil lengkapku

askep Populer

askep ANC BAB I KONSEP MEDIS perawatan selam... I. Pengertian Antenatal care adalah

askep anemia ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA A. keadaan dimana kadar Hb dan atau hi... PENGERTIAN Anemia adalah suatu

askep thypoid pada anak ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ANAK DENGAN THIPOID A. PENGERTIAN Demam tifoid adalah penyakit menular yang...

askep bayi lahir normal BAB I KONSEP MEDIS Bayi Baru Lahir (BBL) Normal A. Saifuddin, (2002)... Pengertian Menurut

askep Kanker serviks TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah...

askep INC BAB I KONSEP DASAR Normal Persali... I. Pengertian Persalinan dan Persalinan

askep SECTIO CAESAREA SECTIO CAESAREA A. cukup bulan hidup ... PENGERTIAN Operasi caesarea adalah kelahiran janin

askep KB suntik BAB I KONSEP MEDIS Secar... I. Pengertian A. Pengertian

ASKEP CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE ) CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE ) A. ginjal kronik (G... PENGERTIAN Gagal

ASKEP CA PARU

CA PARU A. PENGERTIAN. Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisio...

DAFTAR ASKEP

2012 (78) o April (5) o Maret (73) askep SYOCK (GANGGUAN SIRKULASI) ASKEP THALASEMIA askep TUBERCULOSIS PARU ASKEP HIPERTENSI ASKEP HEPATITIS ASKEP HEMATEMESIS MELENA ASKEP GAGAL JANTUNG (HEART FAILURE) ASKEP ENDOKARDITIS ASKEP DIABETES MELLITUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DHF ASKEP CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE ) ASKEP Osteoartritis askep hipopituitari ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CHF ASKEP CA PARU ASUHAN KEPERAWATAN Bronkopneumonia ASKEP BRONKIEKTASIS ASKEP ANGINA PEKTORIS ASKEP AKUT MIOCARD INFARK askep MIOMA UTERI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER VULV... askep Kanker serviks ASKEP KISTA OVARI askep Per eklampsia ASUHAN KEPERAWATAN KALA I PADA IBU DENGAN PERSALI... ASKEP RUPTUR UTERI askep SECTIO CAESAREA ASKEP SEROTINUS askep Sungsang ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR CERV... ASKEP FRAKTUR OS.ALVIOLARIS MAXILLA SINISTRA ASKEP FRAKTUR HUMERUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA... ASUHAN KEPERAWATANCOMBUSTIO ASKEP COLORECTAL CANCER asuhan keperawatan pada pasien cidera kepala sedan... ASKEP CIDERA KEPALA ASKEP FRAKTUR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KARSINOMA RECTI asuhan keperawatan pada pasien CARSINOMA MAMMAE ASKEP CANCER COLON ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KARSINOMA BU... ASKEP BPH ASKEP NEPROLITHIASIS / BATU GINJAL ASKEP ATRESIA ANI ASKEP APPENDISITIS ASKEP AMPUTASI ASKEP GAGAL GINJAL KRONIK ASKEP TETANUS ASKEP HYALINE MEMBRANE DISEASE RESPIRATORY DISTR... ASUHAN KEPERAWATAN BAYI PREMATUR ASKEP PNEUMONIA DAN DIPTHERI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JA... ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN NEONATUS INFEKSI/SEPSIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MENINGITIS askep MARASMUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN INFEKSI S... askep INTUSEPSI askep IKTERUS ASKEP. NEONATUS DENGAN HYPOGLIKEMI SIMPTOMATIS ASKEP. NEONATUS DENGAN HYPOGLIKEMI SIMPTOMATIS askep HIPERAKTIF askep HEMOFILIA ASUAHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GLUMERULONEFRITIS... askep DIARE ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DHF CTEV (Congenital Talipes Equino Varus) ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN BERAT BADAN LAHIR RENDAH... ASKEP BAYI HIPERBILIRUBINEMIA ASUHAN KEPERAWATAN ASPIRASI MEKONIUM askep anemia ASKEP ANAK DENGAN HIDROCEPHALUS askep thypoid pada anak

Label

ASKEP ANAK (24) ASKEP BEDAH (20) ASKEP CAMPURAN (1) ASKEP INTERNA (20)

ASKEP MATERNITAS (14) LAPORAN KKN-PK STIK MAKASSAR (1)

Masuk Community Answers Fish NEWSreel


Apple Google Microsoft Demi Keamanan, Apple Buang Java dari Komputer Mac KOMPAS.com KOMPAS.com - Apple tak menyertakan perangkat lunak Java dari browser internet pada update sistem operasi Mac OS X. Langkah ini dilakukan Apple untuk menjaga keamanan dan meminimalisir kejahatan siber yang saat ini semakin banyak menyerang ... Artikel Terkait Apple 'Bersolek' Jelang Kedatangan iPad Mini Detikcom Selain itu tidak ada banner raksasa seperti acara sebelumnya, hanya sebuah logo khas Apple dengan background warna-warni seukuran poster yang mengelilingi tempat acara ini. Demikian yang detikINET kutip dari Cult of Mac, Senin (22/10/2012). Artikel Terkait Kalah di Pengadilan Inggris, Apple Bisa Banding Okezone LONDON - Apple kalah dalam upaya banding terkait tuduhan penyalinan desain untuk komputer tablet terhadap Samsung. Pengadilan Banding Inggris beberapa hari lalu menguatkan keputusan, bahwa meskipun memiliki beberapa kesamaan tapi tablet ... Artikel Terkait iPhone 5 Langka di Pasaran, Ada Apa? KOMPAS.com KOMPAS.com Apple boleh mengklaim iPhone 5 merupakan smartphone dengan penjualan tertinggi yang mencapai 5 juta unit dalam waktu 3 hari setelah penjualan perdananya, 21 September lalu. Namun, kini Apple seakan menghambat pengiriman ... didukung oleh

CARI ASKEP DI SINI

Health Tip of The Day Amazon MP3 Clips

Twitter Updates statistik


9592

Tampilan slide

Pengikut Access Facebook Social Networker


Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai