Khutbah Jumat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38

ahai kaum muslimin dan muslimat !

Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Taala, karena takwa adalah bekal terbaik sepanjang hidup dan sesudah mati. Kaum muslimin yang dirahmati Allah Ada sebuah harapan mulia dan cita-cita luhur yang diidam-idamkan oleh setiap suami dan istri. Ada keinginan mendesak yang diharapkan oleh setiap pengantin. Bila harapan, cita-cita dan keinginan itu terwujud, maka panji-panji cinta dan bahagia akan berkibar di atas keluarga dan kata-kata kasih dan sayang akan bergema di sudut-sudutnya. Bila tidak, rumah tangga akan tenggelam di dalam lautan gelisah dan nestapa, serta bahteranya akan dihempaskan oleh gelombang keburukan dan permusuhan ke dalam samudera bencana dan malapetaka. Saudara-saudara, itulah dia Kabahagiaan Rumah Tangga. Merupakan harta yang sulit dicari di zaman ini, dan barang langka sepanjang masa. Karena persoalan kemasyarakatan sosial kian membesar, persoalan rumah tangga kian menumpuk dan berada di garda depan dalam barisan masalah-masalah umat dan masyarakat. Ini adalah peringatan akan adanya ancaman bahaya yang besar dan kerusakan yang luas terhadap Negara dan bangsa, dalam urusan dunia dan Akhirat. Jamaah sekalian Salah satu anugerah yang diberikan Allah kepada hamba-Nya ialah rumah tangga. Allah memberinya pasangan hidup yang mulia sebagai salah satu tAnda kekuasaan-Nya, sebagai penenang hati, kasih sayang, pakaian dan teman setia. Allah Subhanahu wa Taala berfirman

Dan di antara tAnda-tAnda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tAnda-tAnda bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Ruum :21) Dan Allah Subhanahu wa Taala juga berfirman :

Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah. (QS. An-Nahl: 72) Di rumahnya seorang suami bisa menemukan tempat berlabuh yang mulia dan ketenangan jiwa setelah lelah bekerja. Ia bisa mengibaskan debu-debu kejenuhan dan kebosanan dari dirinya. Ia dapat meluruhkan kesulitan hidup dengan senyuman yang manis, wajah yang ceria, kata-kata yang lembut, perlakuan yang halus, perasaan yang hangat dan emosi yang

meluap. Ia diimbangi oleh pasangan hidupnya, teman perjalanannya, belahan jiwanya dan ibu dari anak-anaknya. Dan di rumahnya seorang istri bisa menemukan sarang keluarga yang bahagia dan tempat hidup yang enak. Di rumah itu lahirlah generasi baru yang shalih dan istimewa di bawah naungan naluri ayah yang penyayang dan naluri ibu yang pengasih, jauh dari pemicu ketegangan dan kegelisahan, pengganggu kenikmatan, dan pengundang kesengsaraan dan kekacauan. Begitulah, Islam menginginkan agar keluarga bisa menjadi markas kebaikan, cinta dan keharmonisan, dan bisa menjadi benteng dalam berbakti, berkasih sayang dan perdamaian. Islam meminta kedua pilar utama keluarga suami dan istri agar bisa menjadi contoh dalam hal kerjasama yang baik dan pelaksanaan hak dan kewajiban masing-masing. Atas dasar itulah kebahagiaan rumah tangga tidak terletak pada pakaian yang mewah, makanan yang enak, dan penghidupan yang segar. Melainkan pada kasih sayang, cinta dan kerjasama. Sesungguhnya rumah tangga yang berdiri di atas pondasi pertengkaran dan perseteruan, dipenuhi cobaan dan masalah adalah benar-benar rentan terhadap hantaman badai kehancuran dan topan perceraian, jauh dari ketenangan batin dan harapan kemapanan. Wahai kaum muslimin dan muslimat ! Wahai para suami dan istri ! Ikatan suami istri adalah ikatan yang memiliki akar yang dalam, pilar yang kokoh, dan dasar yang jauh. Ini dijelaskan oleh firman Allah Subhanahu wa Taala :

Supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. (QS. Ar-Ruum :21) Ini menegaskan adanya ketenteraman (di dalam rumah tangga) dalam bentuk yang paling tinggi dan makna yang paling atas. Dan juga dijelaskan oleh firmah Allah Subhanahu wa Taala :

Mereka (istri-istri kamu) itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. (QS. Al-Baqarah :187) Allahu Akbar, lihatlah keindahan bahasa Alquran yang menggambarkan hubungan antara suami dan istri seperti hubungan antara manusia dan pakaian. Apa yang lebih dekat dan lebih lekat dengan seseorang selain pakaiannya ? Dengan demikian pernikahan bukanlah sekedar ikatan duniawi, materi, birahi, dan hewani, melainkan ikatan ruhani dan jiwa yang mulia. Oleh karena itu, Islam sangat getol dalam upaya memperkuat ikatan ini. Islam memerintahkan agar kita senantiasa menjaganya dan mengingatkan kita agar tidak gegabah dan lalai terhadapnya. Supaya mawar kebahagiaannya tidak layu, bunga kenyamanannya tidak mati, dan pohon ketahanannya tidak kering. Dan hal itu tidak mungkin terjadi tanpa keseriusan dari pihak suami dan istri untuk melaksanakan tugas dan kewajiban masingmasing. Saudara-saudara seiman dan seakidah Sepanjang suami istri harus mengetahui bahwa kesempurnaan hidup berumah tangga adalah sesuatu yang mustahil dicapai. Sebab, keterbatasan adalah watak dasar manusia. Maka, baik

suami maupun istri harus bisa mengkondisikan dirinya untuk menerima kekurangan, memaklumi kesalahan, dan memaafkan kakhilafan. Karena tak ada gading yang tak retak. Karena begitu pentingnya masalah ini maka Kitab Allah datang dengan penjelasan yang sangat lengkap. Sebagaimana diproklamirkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam kepada umat ini di dalam pertemuan agung di padang Arafah. At-Tirmidzi dan lain-lain meriwayatkan dari Amr bin Ahwash al-Jusyami radiyallahu anhu bahwa ia mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda di dalam Haji Wada : Ingatlah! Perlakukanlah kaum wanita (istri-istrimu) dengan baik. Sesungguhnya mereka adalah semacam tawanan di sisimu. Kamu tidak memiliki hak apapun dari mereka selain itu, kecuali mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Jika mereka melakukannya, hindarilah mereka di tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Jika mereka patuh kepadamu maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyalahkan mereka. Ingatlah ! Sesungguhnya kamu punya hak atas istri-istrimu, dan istri-istrimu pun punya hak atas kamu. Adapun hak kamu atas istri-istrimu ialah mereka tidak boleh mengizinkan orang yang tidak kamu sukai menginjak tempat tidurmu dan tidak mengizinkan orang yang tidak kamu sukai masuk ke dalam rumahmu. Ingatlah ! Hak mereka atas kamu ialah kamu harus berbuat baik kepada mereka dalam memberikan pakaian dan makanan mereka. (HR.At-Tirmidzi, 1163 dan Ibnu Majah,1851) Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu anhu bahwa Rasulullah bersabda : Perlakukanlah kaum wanita dengan baik, karena wanita diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya sesuatu yang paling bengkok pada tulang rusuk ialah bagian atasnya. Jika engkau membiarkannya, ia akan senantiasa bengkok. Jadi perlakukanlah kaum wanita dengan baik. (Shahih al-Bukhari, 5186 dan Shahih Muslim, 1468 ) Abu Daud meriwayatkan dari Muawiyah bin Haidah radiyallahu anhu bahwa ia pernah bertanya : Ya Rasulullah, apa kewajiban kami kepada istri kami ? Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Engkau harus memberinya makan jika engkau makan. Engkau harus memberinya pakaian jika engkau berpakaian. Jangan memukul wajah, jangan menjelek-jelekkannya, dan jangan menjauhinya kecuali di dalam rumah. (Sunan Abu Daud, 2142 ) Lebih dari itu Allah Subhanahu wa Taala berfirman :

Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS. An-Nisa :19)

Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang maruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Baqarah :228)

Wahai para suami, bertakwalah kepada Allah dalam memperlakukan istri-istri Anda. Laksanakanlah kewajiban Anda. Jalankanlah tugas Anda sebagai kepala rumah tangga sesuai dengan syariat Allah. Tunaikanlah kewajiban Anda dalam memberikan nafkah dan menyiapkan tempat tinggal menurut kemampuan Anda.

Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. (QS.AtThalaq :6)

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. (QS. At-Thalaq :7) Pergaulilah istri-istri Anda dengan baik. Perlakukanlah mereka dengan akhlak yang baik. Siapakah yang lebih berhak Anda perlakukan dengan akhlak baik selain istri-istri Anda, pendamping hidup Anda ? At-Tirmidzi juga meriwayatkan bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluargaku. (Jami at-Tirmidzi, 3895 ) Wahai para suami! Tunaikanlah kewajiban Anda untuk tidur bersama istri-istri Anda. Ajarilah mereka tentang urusan-urusan agama. Cemburulah kepada mereka, peliharalah kemuliaan dan kehormatan mereka. Jangan biarkan mereka keluyuran sesuka hati. Wajibkan kepada mereka menutup aurat secara benar dan menjaga kehormatan diri mereka dengan baik. Lindungilah mereka dari pemicu-pemicu keburukan dan kerusakan, media-media perusakan dan penghancuran, dan faktor-faktor penyebab timbulnya penyimpangan dan kejahatan. Anda pasti heran melihat beragam perlakuan suami kepada istrinya. Ada suami yang di rumahnya tidak ada bahasa lain selain perintah dan larangan. Hobinya menunjukkan gigi taring dan mengaum. Kejam dan sewenang-wenang. Tidak pAndai bergaul, tidak ramah, susah memaafkan, cepat marah dan temperamental. Kalau berbicara seperti orang tolol. Kalau bertindak seperti orang dungu. Selalu cemberut dan enggan membantu istri. Kalau masuk rumah selalu menggerutu. Kalau keluar rumah selalu curiga. Tidak bisa lembut apalagi penyayang. Istrinya sangat menderita selama hidup bersamanya. Beragam kesengsaraan, cobaan dan ujian ia rasakan. Ada istri yang mengeluh bahwa suaminya tidak pernah menghadiri shalat jumat maupun shalat jamaah. Ada istri yang melaporkan suaminya mengkonsumsi miras dan narkoba. Ada istri yang mengadu bahwa suaminya suka bergadang dan jarang pulang. Ada istri yang mengatakan bahwa suaminya berselingkuh. Dan seterusnya. Fanaudzubillah.

Wahai para suami! Bertakwalah kepada Allah. Berikanlah hak-hak istri-istri Anda, terutama ketika sudah tua, sakit atau masa talak raji. bagi Anda yang ingin melakukan poligami, bertakwalah kepada Allah dalam menjaga keadilan di antara mereka. Jangan sampai Anda mendzalimi istri tua dan menyayangi istri muda. Dalam hal ini Anda pasti menemukan banyak keanehan dan kisah-kisah yang mengherankan. Ada wanita yang setelah dimadu tidak pernah bertemu dengan suaminya selama bertahun-tahun. Dan si suami pun tidak memenuhi kewajibannya kepada sang istri maupun kepada anak-anaknya. Allahumma sallim. Wahai kaum muslimin Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Taala. Para suami dan istri harus mau melaksanakan tugasnya masing-masing agar keluarga dan rumah tangga yang tersisa tidak dihabisi oleh pertengkaran. Mudah-mudahan Allah berkenan memperbaiki hati, amal dan niat kita. Dan semoga Allah berkenan menganugerahi kita istri dan keturunan yang bisa meneduhkan mata dan menjadi pelipur lara. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Mulia.

Read more about Artikel Khutbah Jumat by null Allah Taala senantiasa menyerukan agar kita menjadi hamba-hamba yang berbahagia di dunia dan di akhirat, dengan cara menaati, patuh, dan mengikuti dengan ikhlas petunjuk dan aturan Dinul Islam, yaitu rahmat bagi kita sekalian. Termasuk bukti rahmat Allah dalam Dinul Islam adalah wasiat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sunnahnya tentang menjaga lisan. Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda, . Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau hendaklah diam. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah). Hadirin Rahimakumullah! Wasiat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tersebut menunjukkan betapa pentingnya kedudukan lisan. Dengan lisan, seorang hamba bisa mencapai derajat yang tertinggi, bahkan mendapat karunia yang amat agung di sisi Allah. Namun sebaliknya, dengan lisan pula seorang hamba jatuh tersungkur ke dalam jurang kehinaan yang sedalam-dalamnya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

. Sesungguhnya seseorang mengucapkan kalimat dari keridhaan Allah yang tidak diperhatikannya, namun Allah mengangkatnya disebabkan kalimat itu beberapa derajat, dan sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat dari kemurkaan Allah yang tidak diperhatikannya, sehingga Allah melemparkannya disebabkan kalimat itu ke dalam Neraka Jahanam. (HR. al-Bukhari). Hadirin Rahimakumullah! Itulah kekuatan lisan dalam menentukan kedudukan dan keselamatan seorang hamba.

Kemudian marilah kita renungkan, bagaimana agar kita secara pribadi-pribadi sekaligus secara maj-muk masyarakat, mampu mempergunakan kekuatan lisan kita untuk mencapai kedudukan yang tinggi, derajat yang terhormat, bahkan pangkat yang paling mulia, bukan hanya di kalangan manusia atau segenap makhluk, akan tetapi kemuliaan di sisi Allah juga, bagaimana caranya? Junjungan kita Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai pemimpin yang paling mengasihi dan menyayangi umatnya, telah berpesan serta berwasiat demi keselamatan, kemuliaan, serta ketinggian derajat kita, umat beliau, dalam sabda beliau shallallahu alaihi wasallam, beliau menerangkan,

. Sesungguhnya seseorang dari kalian berkata dengan perkataan yang diridhai Allah, dia tidak menyangka bahwa kalimat itu bisa sampai pada apa yang dicapai (oleh kalimat itu), kemudian Allah mencatat baginya disebabkan kalimat itu pada keridhaanNya sampai hari dia bertemu denganNya. (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa`i, Ibnu Hibban dari sahabat Bilal bin Harits y). Sekali lagi, kita perhatikan dalam wasiat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tersebut, bahwa derajat yang tinggi dapat dicapai dengan kalimat yang diridhai oleh Allah. Kalimat apakah itu? Hadirin Rahimakumullah! Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menunjukkan bahwa kalimat yang diridhai oleh Allah Taala, dijamin dapat menyelamatkan dan menjadikan kita bahagia bahkan mencapai derajat yang setinggi-tingginya di sisi Allah adalah dzikir kepada Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang sebaik-baik amal kalian, yang paling bersih di sisi Maharaja kalian, amalan yang paling tinggi (yang mengangkat) derajat kalian, dan lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas maupun perak, juga lebih baik (bagi kalian) daripada kalian bertemu musuh kalian, kemudian kalian memenggal leher mereka atau mereka memenggal leher kalian? Mereka (para sahabat) menjawab, Tentu (wahai Rasulullah). Beliau bersabda, Dzikir kepada Allah Taala. (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim). Bersyukurlah bapak-bapak, saudara-saudara, hadirin rahimakumullah! Hanya karena hidayah dan taufik Allah semata, kita dapat senantiasa berdzikir dan bersyukur kepadaNya.. Maka sekarang tergantung kita, apakah kita sebagai umat, sebagai bangsa, sebagai generasi, ingin tetap mempertahankan kedudukan yang mulia dan tertinggi itu, atau malah kita tidak mau peduli dan tidak mau sadar bahwa kita sedang menukik terjun ke dalam jurang kehinaan dan kehancuran umat dan bangsa. Hadirin Rahimakumullah! Tiada cara untuk bisa mempertahankan kedudukan termulia dan tertinggi itu selain dari

bersyukur kepada Allah, senantiasa mensyukuri nikmat kesehatan lisan, dengan berupaya mengguna-kannya untuk mengucapkan kalimat yang diridhai Allah Taala semata, menggunakan lisan hanya untuk menyeru kepada Allah, memperbanyak dzikir di manapun berada, sehingga bibir senantiasa basah oleh dzikir. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya oleh seorang sahabat, Duhai Rasulullah, sesungguhnya syariat Islam telah terlalu banyak yang harus aku jalankan, maka beritahukan kepadaku apa yang dapat aku pegangi (terus menerus). Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, . Lidahmu tidak henti-hentinya basah dari dzikir kepada Allah. (HR. at-Tirmidzi). Di samping itu juga, sangat dianjurkan bahkan akan memperoleh satu kedudukan yang tinggi jika kita menggunakan lisan untuk bermudzakarah, menyebarkan, dan menuntut ilmu. Allah Taala berfirman,

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Al-Mujadilah: 11). Hadirin Rahimakumullah! Dengan cara seperti itulah kaum muslimin senantiasa bisa mempertahankan kedudukan yang paling mulia sejak zaman para nabi dan rasul sampai saat sekarang, maka janganlah sekalikali kita melupakan atau tidak mau mewarisinya dengan sungguh-sungguh, sehingga tersungkur dalam jurang kehancuran, karena tidak mampu lagi menjaga lisan dan mensyukurinya dengan sebaik-baiknya. Apabila kita tidak mampu untuk berkata yang baik, maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberi satu solusi jitu yaitu, Diamlah! Karena diam itu mampu menahan seorang hamba agar tidak jatuh ke dalam jurang kehancuran. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, . Siapa yang diam, niscaya akan selamat. (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, ad-Darimi, Ibnul Mubarak, Ibnu Abi ad-Dunya). Dengan diam, kita akan selamat dari jurang neraka, seperti yang diperingatkan oleh Rasulullah dalam haditsnya, Dan sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat dari yang dimurkai Allah yang tidak diperhatikannya, sehingga Allah melemparkannya disebabkan kalimat itu ke dalam Neraka Jahanam. (HR. al-Bukhari). Hadirin Rahimakumullah wa Aazzakumullah! Sesungguhnya perkataan yang tidak baik dapat menyebabkan kehancuran dan kesengsaraan

di dunia dan di akhirat, semua itu dikarenakan tidak mau mengendalikan lisan atau tidak bisa diam. Di sini khatib mencoba menyebutkan beberapa ucapan yang harus kita hindari, agar kita selamat dari laknat dan murka Allah: BERDUSTA ATAS NAMA ALLAH Jika perbuatan itu dilakukan, maka dia termasuk orang-orang yang zhalim, yang telah dipersiapkan baginya azab yang sangat pedih dan mengerikan oleh Allah, Allah berfirman,

Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan. (Al-Anam: 21). Allah berfirman,

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta Ini halal dan ini haram, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit; dan bagi mereka azab yang pedih. (An-Nahl: 116 117). MEMBANTAH ATAU BERPALING DARI KITAB ATAU SUNNAH RASULNYA. Perbuatan ini akan menyebabkan kemurkaan Allah, sehingga Allah membiarkannya berkubang lebih lama di dalam kesesatan, setelah itu dilemparkan ke dalam Neraka Jahanam sebagai tempat yang paling buruk, di dalam Jahanam dia akan memakan buah Zaqqum yang memenuhi perutnya, ketika haus, dia akan memi-num air nanah yang sangat panas, Allah Taala berfirman,

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasai-nya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruknya tempat kembali. (An-Nisa`: 115). Allah Taala berfirman, Kemudian sesungguhnya kamu hai orang yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan memakan pohon zaqqum, dan akan meme-nuhi perutmu dengannya. Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas. Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum. (Al-Waqiah: 51-55). MENERTAWAKAN ATAU MENGOLOK-OLOK SYARIAT ALLAH, MENGOLOKOLOK NABI MAUPUN AL-QUR`AN Allah mengancam orang-orang yang berbuat demikian dengan cap munafik dan kafir, bahkan orang-orang yang sekedar duduk-duduk bersama mereka ketika mereka sedang mengolok-

olok syariat Allah, Rasul-Nya dan al-Qur`an, Allah setarakan kedudukan mereka dengan orang-orang kafir dan munafik di Neraka Jahanam. Allah Taala berfirman,

Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam al-Qur`an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di da-lam jahanam. (An-Nisa`: 140). Allah berfirman, Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab, Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja. Katakanlah, Apa-kah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (At-Taubah: 65 66). GEMAR BERSUMPAH PALSU, MENGADU DOMBA DAN MENYEBARKAN FITNAH (BERITA BOHONG) Allah Taala berfirman, { {10} {11}

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah. (Al-Qalam: 1011). - Menuduh. Allah Taala berfirman, {23} {24{ Sesungguhnya orang-orang yang menuduh (berbuat zina) wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman, mereka menda-patkan laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar, pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (An-Nur: 2324).

Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkan kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata. (An-Nisa`: 112). GHIBAH, GOSIP, MENGGUNJING, DAN BERBURUK SANGKA Allah Taala berfirman,

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Al-Hujurat: 12). Banyak bicara (tanpa manfaat), menyakiti hati, kalimat sia-sia, bersenda gurau yang melalaikan Allah, bermain-main dengan doa, menjuluki dengan julukan yang jelek dan menyebut-nyebut pemberian yang telah diberikan kepada seseorang, juga termasuk ke dalam serangkaian berkata yang mengakibatkan kita terjerumus ke dalam jurang neraka, maka kita semua harus menghindari semua itu, agar kita terhindar dari laknat dan murka Allah. . , .

Read more about Akhlak dan Muamalah by null aasyiral muslimin rahimakumullah

Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu. (QS. Al-Baqarah: 238). Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Taala atas segala karunia, hidayah dan berjuta kenikmatan tak terhingga yang telah Dia anugerahkan kepada kita semua. Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, beserta keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian. Selanjutnya marilah kita meningkatkan takwa kita kepada Allah Subhanahu wa Taala dengan sebenar-benar takwa, yakni dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Kaum muslimin azzakumullah Di zaman yang semakin dekat dengan hari akhir ini, kita menyaksikan suatu fenomena memprihatinkan yang menimpa kaum muslimin, yaitu sebuah realita banyaknya orang yang mengaku beragama Islam namun tidak memahami hakikat agama Islam yang dianutnya, bahkan tingkah laku keseharian mereka sangatlah jauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri. Di antaranya adalah banyaknya kaum muslimin di masa sekarang yang mulai meremehkan dan menyia-nyiakan salat, bahkan tidak sedikit dari mereka yang berani meninggalkannya dengan sengaja dan terang-terangan. Padahal dalam Agama Islam, salat memiliki kedudukan

yang tidak bisa ditandingi oleh ibadah lainnya. Keistimewaan tersebut tergambar dengan peristiwa isra dan miraj dimana Rasullah shalallahu alaihi wa sallam menerima wahyu perintah salat. Setelah beliau sampai di Sidratul Muntaha, Allah Subhanahu wa Taala berbicara langsung kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Yang demikian itu menunjukkan bahwa betapa agung kedudukan ibadah salat dalam Islam, karena ia adalah tiang agama, di mana agama ini tidak akan tegak kecuali dengannya. Dalam suatu hadis sahih Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

Pokok agama adalah Islam (berserah diri), tiangnya adalah salat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah. (HR. At-Tirmidzi no. 26160). Sidang Jumat yang dimuliakan Allah Salat adalah ibadah yang pertama kali diwajibkan setelah ikhlas dan tauhid, sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Taala,

Dan tidaklah mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5) Dan sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam,

. Aku telah diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, kemudian mendirikan salat dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan itu, maka mereka menjaaga darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka diserahkan kepada Allah. (HR. al-Bukhari dan Muslim) Salat juga merupakan amal pertama kali yang akan dihisab di Hari Kiamat kelak, seperti tersebut dalam hadis dari sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

. Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amal seorang hamba pada Hari Kiamat adalah salat. Apabila salatnya baik, maka ia telah berbahagia dan sukses, tetapi apabila salatnya jelek, maka ia telah celaka dan rugi. (HR. At-Tirmidzi, no. 413) Di samping itu, salat adalah wasiat terakhir Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam kepada umatnya, sebagaimana telah diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwasanya ia berkata,

. Wasiat terakhir Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam adalah Kerjakanlah salat, Kerjakanlah salat, dan tunaikanlah kewajiban kalian terhadap budak-budak yang kalian miliki. (HR. Ahmad, no. 25944) Hadirin yang Dirahmati Allah Inilah gambaran agungnya kedudukan ibadah salat dalam agama Islam yang kita anut. Alquran dan Sunah yang sahih memberikan ancaman keras bagi orang yang meninggalkan salat. Dalam surat Al-Mudatstsir ayat 42-43 Allah Subhanahu wa Taala berfirman, . Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (Neraka)? Mereka menjawab, Kami dahulu (di dunia) tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat. Adapun di dalam Sunah disebutkan bahwa orang yang meninggalkan salat diancam akan dikumpulkan bersama Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf. Beliau shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

. Barangsiapa yang menjaganya (salat fardhu) maka pada Hari Kiamat dia akan memperoleh cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya), dan keselamatan. Dan barangsiapa yang tidak menjaganya, maka dia tidak memiliki cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya), dan keselamatan, serta pada Hari Kiamat dia akan (dikumpulkan) bersama Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf. (HR. Ahmad, no. 6540, Ad-Darimi, no. 2721, Sahih Ibnu Hibban, no. 1476. Syuaib al-Arnauth mengatakan Isnadnya sahih. Didhaifkan oleh al-Albani di dalam Dhaif al-Jami no. 2851). Jamaah Jumat hafizhakumullah Lantas, apa hukum orang yang meninggalkan salat? Seluruh ulama umat Islam sepakat bahwa orang yang meninggalkan salat karena mengingkari kewajibannya adalah kafir. Namun kemudian mereka berbeda pendapat tentang orang yang meninggalkan salat tanpa mengingkari kewajibannya. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa ia telah kafir dan keluar dari Islam. Sementara yang lain menyatakan bahwa hukumnya masih berada di bawah kesyirikan dan kekafiran. Para ulama juga berbeda pendapat tentang hukuman yang layak bagi orang yang meninggalkan salat. Sebagian mereka berpendapat bahwa hukumannya adalah didera dan dipenjara, sedangkan yang lain mengatakan bahwa ia harus dibunuh sebagai hukum had baginya, bukan karena murtad. Akan tetapi jamaah sekalian, terlepas dari perbedaan pendapat para ulama tentang hukum dan hukuman bagi orang yang meninggalkan salat dengan sengaja, hendaknya seorang muslim merasa takut apabila keislamannya diperdebatkan oleh para ulama dengan sebab

meninggalkan salat. Meski seharusnya sudah cukup bagi kita untuk merasa takut jikalau meninggalkan salat dikarenakan ancaman yang begitu keras dari Allah Subhanahu wa Taala maupun dari Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Sehingga Ibnu Qayyim berkata, Orang yang meninggakan salat telah berbuat dosa besar daripada berzina, mencuri, dan minum khamar. Orang yang meninggalkan salat akan mendapatkan hukuman dan kemurkaan Allah di dunia dan di Akhirat. (Kitab Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha, Hal. 9). Salat adalah kebutuhan batin seorang hamba, layaknya makan dan minum sebagai kebutuhan lahirnya. Sehari saja manusia tidak makan, maka badannya akan terasa lemas dan tidak berdaya. Makan adalah hajat manusia dan penopang kesehatan badannya. Kebutuhan jasmani terhadap makanan harus dipenuhi, sebagaimana kesehatan rohani juga harus dipenuhi. Kebutuhan hati kita harus dipenuhi dengan banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Taala, dan di antaranya adalah dengna mengerjakan salat. Hadirin rahimakumullah Perhatikanlah orang-orang yang tidak salat! Hidupnya tidak mengalami ketenangan, meskipun secara lahiriyah hidupnya kaya raya dan mempunyai harta yang berlimpah, namun mereka sama sekali tidak mengalami ketenangan dan tidak juga kenyamanan. Berbeda dengan orang yang salat, ia merasa tenang dan bahagia. Melaksanakan salat dapat menenangkan hati, karena di dalam salat mengandung dzikrullah (mengingat Allah) dan itu mebawa kepada ketenangan batin, sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Taala,

Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. (QS. Ar-Rad: 28) Jiwa orang yang melakukan salat akan mengalami ketenangan dan akan mendapatkan thumaninah dalam hidup. Berbeda dengan orang yang enggan salat. Hidupnya mengalami was-was, tidak tentang, ketakutan, dan selalu diganggu oleh setan. Tunaikanlah salat karena ajal begitu dekat. Laksanakanlah perintah-Nya selagi amal masih dicatat. Segeralah bertaubat sebelum pintu-Nya tertutup rapat. Jadilah hamba yang taat demi meraih surga-Nya yang penuh dengan nikmat. .

Read more about Fikih by null Kaum Muslimin rahimakumullh, Hendaklah kita senantiasa menjaga ketaqwaan kita kepada Allh Subhanahu wa Taala dengan menjalankan perintah-perintah-Nya sesuai kemampuan kita dan menjauhi semua larangan-Nya. Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, Allh Subhanahu wa Taala yang telah menciptakan seluruh alam ini mewajibkan kita untuk berakhlak dengan akhlak terpuji dan melarang kita berakhlak dengan akhlak buruk dan tercela. Di antara akhlak tercela yang harus kita hindari adalah prilaku melampiaskan amarah tanpa kendali. Suatu ketika salah seorang shahabat Raslullh shallallahu alaihi wa sallam mendatangi beliau shallallahu alaihi wa

sallam dan meminta nasihat ringkas tentang sesuatu yang bermanfaat baginya dalam urusan agama. Raslullh shallallahu alaihi wa sallam menasihatinya agar tidak marah. Beliau shallallahu alaihi wa sallam mengulanginya sampai tiga kali. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Janganlah kamu marah! Lalu beliau shallallahu alaihi wa sallam mengulang-ulang sabda beliau shallallahu alaihi wa sallam, Janganlah kamu marah! (HR. Bukhari)
Kaum Muslimin rahimakumullh, Perhatikanlah nasihat ringkas Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada salah seorang shahabat beliau shallallahu alaihi wa sallam yang memintanya. Shahabat ini meminta nasihat ringkas agar mudah dihafal dan selanjutnya mudah diamalkan. Jika nasihat itu banyak, dia khawatir tidak bisa mengingatnya dengan baik sehingga juga tidak bisa mengamalkannya dengan baik. Jawaban Raslullh shallallahu alaihi wa sallam yang diulang-ulang ini menunjukkan bahwa marah merupakan sumber keburukan, sebaliknya menahan amarah adalah pangkal berbagai kebaikan. Dan ini bisa saksikan dalam banyak fakta kehidupan kita saat ini atau kehidupan orang-orang sebelum kita. Mengingat besarnya dampak buruk dari marah ini, maka tidaklah mengherankan kalau Raslullh shallallahu alaihi wa sallam mengulang-ulang nasihat tersebut. Sementara dilain waktu, Raslullh shallallahu alaihi wa sallam juga memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk menahan amarah dengan segala cara yang bisa dilakukan. Kaum Muslimin rahimakumullh, Dari amarah yang tidak terkendali sering bermunculan berbagai prilaku yang diharamkan syariat. Misalnya, mencela, menuduh orang dengan sesuatu yang tidak benar, melakukan perbuatan keji dan mungkar, mengucapkan sumpah yang tidak mungkin dilaksanakan karena bertentangan dengan ajaran Islam dan berbagai perbuatan buruk lainnya, termasuk sering berdampak pada keutuhan rumah tangga. Dan hampir bisa dipastikan, pelampiasan amarah yang tidak terkendali akan menimbulkan penyesalan yang berkepanjangan. Kaum Muslimin rahimakumullh, Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa bertaqwa kepada Allh Subhanahu wa Taala dengan senantiasa berusaha menahan amarah kita. Jadikanlah sabda Raslullh shallallahu alaihi wa sallam di atas sebagai pedoman dan hendaklah kita menjadikan prilaku Raslullh shallallahu alaihi wa sallam sebagai tauladan. Bukankah Allh Subhanahu wa Taala sudah berfirman,

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Raslullh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allh (QS. al-Ahzb/33:21)

Dalam masalah me-manage marah ini, diriwayatkan bahwa Raslullh shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah marah karena dipicu urusan pribadi beliau shallallahu alaihi wa sallam, namun beliau shallallahu alaihi wa sallam akan sangat marah kalau aturan-aturan Allh Subhanahu wa Taala yang dilanggar. Dan ketika marah, beliau shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah memukukul atau pun menendang, kecuali dalam peperangan. Salah seorang shahabat Raslullh shallallahu alaihi wa sallam yang pernah membantu beliau shallallahu alaihi wa sallam selama bertahun-tahun menceritakan,

Anas radhiallahu anhu mengatakan, Demi Allah Subhanahu wa Taala, aku telah membantu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selama tujuh atau sembilan tahun. (Selama itu) Saya tidak pernah mengetahui beliau shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, Kenapa kamu lakukan ini dan itu untuk sesuatu yang telah saya lakukan, sedangkan terhadap sesuatu yang tidak aku kerjakan, beliau shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah mengatakan, Tidakkah engkau lakukan ini dan itu? Subhnallh, alangkah indah akhlak Raslullh shallallahu alaihi wa sallam yang sangat menghargai orang yang dipandang rendah sekalipun. Ketika Aisyah radhiallahu anha ditanya tentang akhlak Raslullh shallallahu alaihi wa sallam, beliau radhiallahu anha menjawab,

Akhlak beliau shallallahu alaihi wa sallam adalah alquran. Maksudnya, beliau shallallahu alaihi wa sallam ridha dengan segala yang diridhai alqurn dan beliau shallallahu alaihi wa sallam marah dengan sebab kemarahannya. Namun kemarahan beliau shallallahu alaihi wa sallam tidak dilanjutkan dengan sesuatu yang diharamkan. Perhatikanlah bagaimana sakit dan marahnya beliau shallallahu alaihi wa sallam ketika disampaikan kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam tentang perkataan seseorang yang mengatakan bahwa pembagian ghanimah yang dilakukan oleh Raslullh shallallahu alaihi wa sallam dalam perang Hunain bukan dalam rangka mencari ridha Allh Subhanahu wa Taala. Begitu besar murka beliau shallallahu alaihi wa sallam sampaisampai tanda amarah beliau shallallahu alaihi wa sallam terlihat di wajah beliau shallallahu alaihi wa sallam, namun beliau shallallahu alaihi wa sallam hanya mengatakan, Nabi Musa shallallahu alaihi wa sallam pernah disakiti dengan perkataan yang lebih menyakitkan dari ini, namun beliau alaihissalam bersabar. Kaum Muslimin rahimakumullh, Dan Raslullh shallallahu alaihi wa sallam jika melihat ataupun mendengar sesuatu yang dibenci oleh Allh Subhanahu wa Taala, beliau shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah tinggal diam. Suatu saat Raslullh shallallahu alaihi wa sallam memasuki rumah Aisyah radhiallahu anha dan melihat ada sitr yang bergambar makhluk hidup. Melihat kemungkaran itu, rona wajah Raslullh shallallahu alaihi wa sallam seketika berubah dan bersabda,

Sesungguhnya, di antara orang-orang yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah orang yang membuat gambar-gambar ini. (HR. Bukhari) Contoh lain tentang kemampuan beliau shallallahu alaihi wa sallam mengatasi emosi yaitu ketika beliau shallallahu alaihi wa sallam dikabarkan tentang seorang imam yang memperpanjang shalatnya sehingga memberatkan makmum yang ada di belakangnya, beliau shallallahu alaihi wa sallam sangat marah. Kemudian beliau shallallahu alaihi wa sallam memberikan nasihat dan memerintahkan agar memperpendek shalatnya. Itulah beberapa contoh gambaran kemarahan Raslullh shallallahu alaihi wa sallam, penyebabnya serta perilaku beliau shallallahu alaihi wa sallam ketika marah, semoga Allh Subhanahu wa Taala memberikan taufik kepada kita semua sehingga bisa menjadikan Raslullh sebagaia contoh tauladan yang baik bagi diri kita sediri.

KHUTBAH KEDUA

Di antara yang perlu diingat agar kita bisa menahan emosi kita adalah dampak buruk yang diakibatkan oleh pelampiasan emosi yang tidak terkontrol, yang hampir bisa dipastikan akan mendatangkan penyesalan. Dan hendaklah kita selalu ingat bahwa apapun yang kita lakukan semua tercatat, baik yang kecil maupun yang besar. Jika baik yang kita lakukan, maka kebaikan pula yang akan raih, tapi jika keburukan yang kita tabung untuk diri kita, maka keburukan pula yang akan menimpa kita dan pada akhirnya penyesalan yang tidak berkesudahan akan menjadi akhir dari perjalanan hidup kita. Allh Subhanahu wa Taala berfirman, . Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. az-Zalzalah/99: 7-8)

Read more about Akhlak dan Muamalah by null

hutbah jumat tentang memelihara derajat kemanusiaan


Kesempatan khutbah jumat kali ini kan memposting kkhutbah yang berbicara tentang derajat kemanusiaan, dimaksudkan untuk menemukan korelasi antara derajat kemanusiaan dengan nilai tema khutbah jumat tentang ikhlas selamat membaca... . . . Hadirin sidang jumat rahimakumullah Isi alam semesta ini beragam adanya, ada makhluk yang berkembang seperti pepohonan namun adapula makhluk yang tidak berkembang, seperti bebatuan, ada yang kasat mata, seperti kita ini, ada pula yang tak nampak oleh pandangan mata seperti jin, malaikat dan sejenisnya ada yang dilengkapi dengan sarana akal saja seperti malaikat, ada pula yang hanya dibekali dengan insting nafsu saja untuk memenuhi hidupnya seperti binatang. Uniknya penciptaan manusia lengkap dengan kedua hal tersebut, yakni diberi akal dan nafsu. Sungguh maha besar Allah yang telah menciptakan kesempurnaan pada diri kita semua. Makhluk Allah sejenis binatang akan memenuhi kebutuhan hidupnya didasarkan atas nafsu yang ia punya, oleh sebab itu binatang tidak mampu memberdakan mana yang haq atau bathil dan tidak mengenal salah atau benar. Berbeda pula dengan malaikat yang selalu beribadah kepada Allah sesuai dengan perintah yang ditklifkannya, tidak pernah maksiat namun tidak pernah melebihi perintah yang diberikannya. Hal ini tentu sangat berbeda dengan penciptaan manusia, terkadang manusia membangkang atas perintah Allah, tetapi manusia juga bisa beribadah, tidak hanya yang diwajibkanya saja. Tetapi manusia bias beribadah yang sunnah, Sungguh sebagai manusia seperti kita ini harus bersyukur kepada Allah taala, karena mendapat perlakuan yang istimewa dari-NYA . . . . .

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. Al-Isra`: 70) Kesempurnaan ini dipersiapkn sedemikian rupa oleh Allah untuk manusia agar mampu mengemban menjadi menjadi khalifatullah fil ard sehinnga mampu berbuat dan memilih jalan hidupnya, imma syakiran wa imma kafuuran Adakalanya manusia bersyukur dan adakalanya manusia yang kufur terhadap nikmat-nikmat Allah. Untuk melengkapi kebutuhannya, manusia juga dilengkapi oleh Allah seperangkat anggota tubuh dan panca indera, tangan untuk berbuat, kaki untuk melangkah, mata untuk melihat dan mulut untuk makan dan berbicara. Telinga untuk mendengar akal untuk berfikir. Sungguh Allah maha pemurah atas segala anugerahnya.

Oleh karenanya, manusia pada kondisi tertentu apabila terjaga semua inderanya ia akan naik pangkat melebihi derajat malaikat, tetapi di sisi lain jika nafsu menjadi imamnya, sedang perangkat indera sebagai mamumnya maka tidak selayaknya dianggap sebagai hamba Allah yang semestinya. Menurut Al Madudi (seorang ulama besar India), beliu berpendapat, kita selalu menyaksikan hampir pada setiap zaman justru sebagian besar manusia itu lebih tidak terkendali dalam memenuhi kebutuhan hawa nafsunya dibanding dengan binatang. Aul A'la al-Maududi juga berkata, kalau kita berbicara tentang binatang yang diberi gelar oleh manusia dengan sebutan Binatang Buas. Padahal, sebuas-buasnya binatang tidak akan mengalahkan buasnya manusia. Sejak binatang buas dan manusia itu ada, berapa jumlah korban manusia yang pernah dimakan binatang buas dibandingkan kebuasan manusia atas manusia pada Perang Dunia I, misalnya. Jadi, sebenarnya manusia lebih buas daripada binatang buas itu sendiri. Bahkan, pernah kita jumpai dillayar kaca televisi, seorang ibu tiri terlibat dalam kasus pembunuhan mutilasi, seorang pejabat merampas hak orang lain dengan cara korupsi, seorang bapak tega memperkosa anaknya sendiri, sungguh zaman edan, karena itu segeralah melakukan taubat nasuha bagi yang belum melakukannya. Dengan tegas Al Quran menyatakan

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tandatanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai" (Al Araaf: 7:179). Didahulukannya hati dari penyebutan mata dan telinga juga memperlihatkan urgensi hati bagi keseluruhan tubuh manusia. Hati menjadi tempat seluruh perasaan jiwa, kekuatan berpikir dan keyakinan manusia. Perasaan cinta, benci, bahagia, gelisah, marah, takabbur, tawadhu, yakin dan ragu muncul dari hati. Hadirin sidang jumat rahimakumullah Kemuliaan manusia jika di bandingkan dengan mahluk yang lain merupakan sebuah amanah yang harus di jaga dan dilestarikan oleh setiap manusia, karena kemuliaan manusia ini dapat menjadi berkurang apabila manusia melakukan perbuatan yang terlarang. Sebaliknya akan makin meningkat jika yang kita lakukan lebih dari sekedar yang diwajibkan, yakni memperbanyak amalan sunnah.

"Sesungguhnya binatang atau mahluk yang paling buruk di sisi Allah adalah orang-orang kafir karena mereka itu tidak beriman". (Q.S. Al-Anfal: 55). Rupanya yang membedakan manusia dengan binatang tidak hanya sekedar akalnya tetapi nilai ketaqwaan yang diperbuat oleh manusia sendiri, mudah-mudahan kita adalah termasuk hamba Allah yang mulia berkategori memelihara derajat kemanusiaan serta digolongkan

hamba Allah yang bertaqwa sebagaimana firman-Nya : Sesungguhnya orang yang paling mulya di sisi Allah adalah orang-orang yang bertaqwa amiin ya rabbal alamin

....

Marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada . Dan sesungguhnya perintah2 adalah kenikmatan dan kelezatan jika dinilai dg iman. Untuk itu kita mesti resapi makna dan kandungan yg ada di dalam perintah2-Nya, maka kita akan ketahui kebesaran . Betapa banyak ibadah yg telah kita lakukan namun tidak disertai dengan ruh dan kenikmatan. Ibadah sholat dan puasa sering kita lakukan, belasan tahun dan ribuan rakaat, akan tapi kita sendiri tidak tahu apa enaknya dan nikmatnya melakukan kedua ibadah tersebut, selain hanya rasa lelah (untuk sholat) dan lapar serta haus (untuk puasa). Banyak orang yg cinta dunia dan takut mati. Saat ibadah, mereka tidak menyertakan jiwa. Saat maksiat, justru mereka nikmat melakukannya. Rasululloh SAW sudah memperingatkan hal ini dalam haditsnya,Kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong, kufur nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri, dengki, dan dendam sehingga mereka melakukan kezaliman (melampaui batas).(HR. Al Hakim) Orang2 yg mengalami hal tsb sesungguhnya orang yg senang melakukan maksiat. Orang yg suka bermaksiat akan membuat hatinya mati, karena dosa2 yg bertumpuk akan membuat hati tidak bisa menikmati kelezatan ibadah. Hati orang yg suka bermaksiat akan berkarat dan selanjutnya mati (tidak mau mendengar dan mengikuti kebenaran). Dari Ibn Umar r.a., Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya hati itu berkarat sebagaimana besi berkarat jika terkena air. Tanya sahabat: Ya Rasulullah, apakah pembersihnya? Sabda baginda: Banyak mengingati mati dan membaca Al-Quran. (HR Al-Baihaqi) Orang yg suka beribadah tapi tetap berbuat dosa, maka tidak akan diberi kenikmatan beribadah. Bahkan, seorang ulama mengatakan bahwa org yg baru berniat maksiat saja sudah akan kehilangan kenikmatan ibadah. Hal ini dikarenakan pada saat seorang mukmin bermaksiat, maka sesungguhnya dia bukan lagi menjadi mukmin. Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu Rasululloh sallahu alaihi wa sallam berkata: Tidaklah seorang yang melakukan zina ketika ia melakukannya sebagai seorang mukmin, tidaklah seorang yang mencuri di saat ia melakukan pencurian sebagai seorang mukmin, dan tidaklah seorang peminum arak ketika ia meminumnya sebagai seorang mukmin, sedangkan taubat dibentangkan sesudah itu. Ikrimah (salah seorang anak murid Abdullah bin Abbas radiyallahu anhu) menuturkan: Aku berkata kepada Abdullah bin Abbas, Bagaimanakah iman itu terlepas darinya? Beliau menjawab: Begini sambil mengeratkan jari-jemarinya kemudian dilepaskannya Jika ia bertaubat, iman itu kembali kepadanya. lalu beliau mengeratkan kembali jari-jemari

kedua tangannya. (HR al-Bukhari no.6809) Kita temui banyak orang berhaji, namun sepulangnya berhaji tidak ada perubahan. Kemungkinan besar org ini tidak tahu kelezatan beribadah karena punya dosa dan gemar bermaksiat, meski orang ini sudah berhaji sekian kali. Orang2 ini, yg sudah berhaji, jika masih melakukan hal2 yg tidak bermanfaat, sudah selayaknya digugat. Sesaungguhnya tahu apa yg ada di dalam hati. - Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al Baqarah(2):284) - Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz). (Al Anam(6):59) Sesungguhnya semua manusia akan diminta pertanggungjawabannya mengenai apa yg dia perbuat di dunia pada saat di akhirat kelak. - Katakanlah: Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat. (Saba(34):25) -Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban. (Az Zukhruf(43):44) - Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, (Al Muddatstsir(74):38)

Khutbah Jumat 15 Maret 2013: Menumbuhkan Sifat Kasih Sayang

Oleh Irfan Nugroho on Thursday, March 14, 2013 | 6:34 am

Oleh Tim Mimbar Indo

Khutbah Pertama

. : { : } [ : ]201 . { } []17-17 :

.
Jamaah kaum muslimin yang dimuliakan Allah

Ar-Rahman dan Ar-Rahim adalah dua sifat Allah Taala, dan juga merupakan nama dari namanamanya yang mulia, yang diambil dari kata rahmat dengan bentuk mubalaghah. Ar-Rahman lebih kuat maknanya dari Ar-Rahim, karena Ar- Rahman bermakna memiliki kasih sayang yang meliputi semua makhluk di dunia, dan bagi mukminin di akhirat. Sedangkan Ar-Rahim bermakna memiliki kasih sayang bagi mukminin pada Hari Kiamat. Ini adalah pendapat sebagian besar ulama. Karena rahmatnya yang tak terhitunglah kita dapat melakukan hal yang sesuai dengan yang kita inginkan. Allah Shubhanahu wa taalla:

{ : )1 :} (
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu, (Fathir : 2).

Syaikh As-Syinqiti Rahimahullah berkata, Rahmat yang disebutkan dalam ayat adalah kasih sayang Allah berupa nikmat-nikmat dunia dan akhirat secara umum bagi siapa saja yang ia kasihi dari makhluknya, seperti rahmat hujan, sebagaimana firman Allah,

Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu, dan firman-Nya, Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan), (Al-Araf:57).

Rahmat yang meliputi segala sesuatu ini adalah rahmat yang umum, jadi tidak satupun makhluk yang terlepas dari rahmatnya di dunia dan akhirat. Adapun di dunia rahmatnya meliputi semua makhluknya dalam bentuk dan takaran yang sudah ditetapkan. Namun, di akhirat tidak ada satupun azab kecuali Allah yang berkuasa atasnya, dan rahmat yang Allah yang ditetapkan untuk orang bertakwa adalah rahmat yang khusus, sebagaimana firman-Nya, Maka akan Aku tetapkan rahmatKu untuk orang-orang yang bertakwa. Maknanya, rahmat yang bersifat khusus bukan untuk

semuanya, namun rahmat Allah itu tidak berujung karena sifat kasih sayang-Nya yang tak terbatas, dan rahmat Allah tak berkurang sedikitpun, sebagaimana tidak berkurang dari hikmah dan kuasaNya sedikitpun.

Jamaah kaum muslimin yang dimuliakan Allah

Kita adalah hamba Allah yang dituntut untuk menebarkan kasih sayang pada sesama kita dan sesama makhluk dengan banyak sebab, diantaranya karena hal tersebut adalah perintah Allah, maka wajib bagi kita untuk melaksanakannya sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam saat beliau di atas mimbar,

"Kasihilah niscaya kalian akan dikasihi, maafkanlah niscaya Allah akan mengampuni kalian. Kecelakaanlah bagi al-aqma' al-qaul (yakni mereka yang memiliki telinga seperti corong, mereka mendengarkan perkataan yang benar dari lubang yang satu, kemudian keluar lewat lubang yang lain). Dan Kecelakaanlah bagi para penggambar atas apa yang mereka perbuat, padahal mereka mengetahuinya, (HR. Ahmad dan Thabarani dengan sanadnya).

Diantara sebab lainnya kita diwajibkan berkasih sayang adalah karena kita diciptakan dengan tabiat yang baik ini, dan Allah telah menetapkan orang-orang yang merahmati kita, dan dia jualah yang merahmati kita di dunia dan akhirat. Diriwayatkan oleh Amr bin Ash Radhiyallahu Anhu dengan hadist yang marfu, "Orang-orang yang mengasihi akan dikasihi oleh Ar-Rahman. Karena itu berkasih sayanglah kepada siapapun yang ada dibumi, niscaya Yang ada di langit akan mengasihi kalian. (HR.Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Hakim. Tirmidzi berkata, Hadits ini hasan shahih)

Adapun bentuk-bentuk rahmat Allah Taala adalah:

Allah menciptakan makhluk-Nya dengan bentuk terbaik, memuliakan dan melebihkan anak cucu Adam dari makhluk-makhluk-Nya. Allah berfirman,

{ : )4 :}(
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, (At-Tin:4).

Allah menanggung rezeki hamba-hamba-Nya, karena itu tidak ada seorangpun yang menanggung orang lain, Allah lah yang menanggung rezeki semuanya. Tidak ada anak yang ditanggung oleh orangtuanya dan sebaliknya. Bahkan, semuanya di bawah keutamaan, kemurahan, dan kebaikannya.

Allah berfirman, Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, (Al-Ankabut:60).

Allah menundukkan untuk kita apa yang ada di langit dan di bumi semuanya untuk memberikan maslahat kita dan mengatur kehidupan kita. Allah berfirman,

{: )21 :} (
Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya(An-Nahl:12).

dan firman-Nya, Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk (Nya). Di bumi itu ada buahbuahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang. Dan biji-bijian yang berkulit, dan bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman:10-13).

Allah mengutus para Rasul yang membawa berita gembira dan peringatan, mereka mengenalkan kepada makhluk akan Tuhan mereka, menyeru hamba untuk beribadah kepada-Nya dan mengikhlaskan beragama pada ajaran yang diridhai-Nyap, mengajarkan kebenaran kepada mereka, dan memperingati mereka jalan kebatilan dan kesesatan. Allah berfirman,

Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-Rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan Rasul-Rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya, (Al-Hadid:25).

Allah mengutus penghulu orang-orang pertama dan terakhir, imam orang-orang bertakwa, Muhammad bin Abdullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang risalahnya merupakan rahmat bagi seluruh alam, dan Kitab yang diturunkan kepadanya merupakan peringatan bagi seluruh alam. Allah berfirman,

Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam, (Al-Furqan:1).

Dan dalam Shahih Muslim dari Abu Musa Al-Asyari Radhiyallahu Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah seorang laki-laki yang mendengarku dari umat Yahudi dan Nasrani kemudian ia tidak beriman kepadaku kecuali ia akan masuk neraka.

Allah menurunkan kepada hamba-hamba-Nya syariat yang sempurna ini dari asasnya, peraturannya, nilainya, dan akhlaknya. Syariat ini adalah syariat yang sempurna, menyeluruh, cocok dan tepat pada setiap zaman dan generasi manusia. Allah berfirman,

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu sebagai agama bagimu, (Al-Maaidah:3).

Allah mengirim bagi makhluk-Nya rahmat yang sangat luas dan menyeluruh. Rahmat bagi mukminin di dunia dan di akhirat. Juga rahmat bagi selain mukmin di dunia, yang dengannya mereka bersenang-senang dengan kelezatan dunia dan tidak mendapat bagian lagi di akhirat. Adapun kaum mukminin, maka rahmat bagi meraka diperoleh di dunia dan akhirat. Allah berfirman,

Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami," (Al-Araf: 156).

Allah mengirimkan rahmat seorang laki-laki pilihan, Al-Musthafa, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Sosok lelaki yang telah dikabarkan oleh berita-berita yang mutawatir dan disaksikan pula yang dan yang dekat. Allah berfirman,

Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, yang terasa olehnya beratnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin, (At-Taubah:128).

Di antara bentuk-bentuk rahmat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah sebagai berikut :

1. Berkaitan dengan musuhnya. Ketika beliau mengajak orang-orang Thaif memeluk Islam, mereka menjawabnya dengan jawaban yang jelek dengan menghina beliau dengan perlakuan buruk orangorang bodoh diantara mereka, sehingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam keluar dari kota tersebut sedang kedua kakinya yang mulia berlumuran darah. Lalu Allah mengutus kepadanya malaikat penjaga gunung yang siap mengerjakan apapun yang diperintahkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Malaikat itu berkata kepada beliau, Jika kamu mau niscaya aku akan timpakan kepada mereka dua gunung (gunung yang mengelilingi Makkah). Beliau menjawab, Jangan kamu lakukan itu, mudah-mudahan Allah mengeluarkan dari keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allah.

2. Berkaitan dengan orang yang tidak paham agamanya. Suatu ketika, seorang Arab Badui buang air kecil di masjid. Para sahabat berang dan ingin memukulinya, namun Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang mereka sampai orang tersebut menyelesaikan hajatnya. Kemudian beliau datang membawa timba besar berisi air lalu menuangkan di tempat kencing Arab Badui tersebut, lalu beliau bersabda kepada para sahabatnya, Hanya saja aku diutus untuk mempermudah dan tidak diutus untuk mempersulit. Maka, permudahlah dan jangan mempersulit, dan gembirakanlah dan jangan membuat orang menjauh. Dan beliau bersabda kepada Arab Badui, Sesungguhnya masjid ini dibangun untuk berdzikir kepada Allah dan tempat shalat. Arab Badui itu berkata, Demi bapak dan ibuku, Rasulullah tidak mencelahku dan memperlakukanku dengan kejam.

3. Berkaitan dengan Arab Badui yang tidak mengerti sopan santun dalam Islam. Suatu ketika, beliau didatangi salah satu dari mereka dengan berkata, Wahai Muhammad seraya meletakkan tangannya di pundak Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam , lalu beliau menoleh kepadanya dengan senyuman.

Dan di lain kesempatan dengan orang yang berbeda, Rasulullah meminjam kepadanya suatu pinjaman, namun Arab Badui tersebut datang sebelum janji yang ditetapkan dengan berkata, Wahai Muhammad, bayar hutangmu, sesungguhnya kalian Bani Muthalib kaum yang suka menunda pembayaran utang. Para sahabat marah dan ingin memukulnya, namun Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarangnya kemudian bersabda, Sesungguhnya pemilik (pinjaman) punya hak bicara.

4. Berkatan dengan kaum mukminin. Diriwayatkan oleh Malik bin Huwairist Radhiyallahu Anhu ia berkata, "Kami datang menemui Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, saat itu kami adalah para pemuda yang usianya sebaya. Maka kami tinggal bersama beliau selama dua puluh hari dua puluh malam. Beliau adalah seorang yang sangat penuh kasih dan lembut. Ketika beliau menganggap bahwa kami telah ingin, atau merindukan keluarga kami, beliau bertanya kepada kami tentang orang yang kami tinggalkan. Maka kami pun mengabarkannya kepada beliau. Kemudian beliau bersabda, "Kembalilah kepada keluarga kalian dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan perintahkan (untuk shalat)." Beliau lantas menyebutkan sesuatu yang aku pernah ingat lalu lupa. Beliau mengatakan, "Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat. Maka jika waktu shalat sudah tiba, hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan, dan hendaklah yang menjadi Imam adalah yang paling tua di antara kalian." (HR. Al-Jamaah)

5. Berkaitan dengan kepemimpinan umat. Sesungguhnya pemimpin umat Islam dituntut untuk merahmati rakyatnya, diantaranya doa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Ya Allah, siapa saja yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan umatku lalu dia mempersulit urusan mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan umatku lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah dia." (HR.Muttafaq Alaihi).

Para pemimpin dari Salafussaleh mereka memeriksa keadaan umat bukan untuk memata-matai dan mengekang mereka. Atau memberikan rasa takut dalam hati-hati mereka, sampai-sampai ketakutan itu di tempat makan, minum, dan tempat tidur mereka, sebagaimana yang terjadi di sebagian besar negeri kita, negara ketiga.Akan tetapi, mereka memeriksa keadaan umat agar dapat meringankan penderitaan mereka.


Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Pusat khutbah jumat akan share khutbah jumat yang berjudul Berbakti kepada kedua orang tua, semoga bermanfaat dan dijacikan sebagai khutbah yang ikhlas tanpa mengharap apapun. mengawali khutbah kali ini marilah kita simak firman Allah di dalam surat al-Isra: 23

. Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah

kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. al Isra[17]:23)

Beriringannya perintah beribadah kepada Allah dan berbakti kepada orang tua, memberikan isyarat penekanan berbakti kepada kedua orang tua memiliki kebaikan yang berkualitas unggul, terlebih lagi orang tua yang sudah memasuki usia senja, ia butuh kasih sayang dan pengertian yang mendalam dari anak-anaknya.

Sudah menjadi kemestian dalam hidup ini setiap anak mempunyai orang tua, orang tua menjadi kandidat orang pertama yang paling berhak memperolaeh kebaikan dari anaknya dibanding orang lain di sekitarnya, bukan saudaranya, pasangannya apalagi hanya sekedar kekasihnya. Peran orang tua dalam kelangsungan hidup ini sangat besar dibanding peran orang lain, oleh karenanya terlalu mahal untuk dikorbankan demi apa saja. Namun faktanya terkadang tidak demikian adanya, banyak anak yang memandang sebelah mata ketikan keberhasilan hidup telah diraihnya, sungguh suatu saat kehidupannya akan hancur sejak di dunia terlebh di akhiranya. Berbakti kepada orang tua adalah kebaikan yang spesial termasuk dalam infak, Allah berfirman:

Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.(Al-Baqarah[2] : 215)

Kebaikan kepada orang lain secara umum disebut ihsan tetapi berbakti kepada kedua orang tua memiliki istilah birrul waalidain. Arti birrul walidain itu sendiri memiliki beberapa makna yang mendalam, namun kesemuanya memiliki kesamaan yang jelas yakni berbuat baik kepada kedua orang tua, tidak menyakiti dengan baik secara fisik maupun perasaan, tidak menampakkan kekesalan meskipun orang tua menjengkelkan, tidak bersuara lebih keras, hormat dan berkata baik kepadanya dalam suasana apapun dan sederet kebaikan lainnya. Mendengar dan menjalankan nasehat-nasehat baiknya secara istiqomah.

Hadirin jamaah jumat yang berbahagia,

Birrul waalidain itu berbuat baik sehingga kebaikan menjadi melejit dan berubah nama menjadi berbakti, berbakti itu sendiri tidak berarti membalas kebaikan orang tua, karena jelas tidak setara

dengan kebaikan orang tua, melainkan berbuat baik karena memenuhi kewajiban seorang anak kepada orang tuanya. Tak bisa dibenarkan jika dikatakan bahwa berbakti adalah membalas budi baik orang tua, bahkan satu kali kesakitan disaat melahirkan saja seluruh kemampuan kita untuk dikerahkan sebagai imbalannya tidak akan pernah seimbang, belum termasuk mengandungnya apalagi mengasuhnya. Seungguh orang tua kita adalah pahlawan pertama yang membela kehidupan ini, setelah nabi dan rasulnya.

birrul waalidain menurut Al-Imam Adz-Dzahabi adalah sebuah bakti kepada orang tua yang hanya bisa terealisasi dengan memenuhi tiga kewajiban yaitu mentaati segala perintah orang tua selama tidak ada unsur maksiat, menjaga amanah hartanya dan membantu atau menolong orang tua, bila mereka membutuhkan. Bila diantara ketiga unsur tersebut ada yang diabaikan maka belum layak disebut birrul waalidain

Berbeda lagi menurut Imam Nawawi, berbakti kepada kedua orang tua adalah berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka. Senada dengan definisi ini dapat ditemukan dalam sabda Nabi saw,

( ).
Artinya: Abdullah bin Amr berkata: Seseorang pernah mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, ia berkata: Wahai Rasulullah, sungguh aku datang ingin berjihad bersama, aku berharap wajah Allah dan kehidupan ahirat, dan aku telah datang dalam keadaan kedua orang tuaku benarbenar menangis?, beliau menjawab: Kalau begitu, kembalilah kepada keduanya, buatlah mereka berdua tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka berdua menangis. (HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan An Nasai.)

Dibalik tatapan mata seorang ibu yang tak lagi jelas ada doa yang tulus, dibalik kulit keriputnya ada hamparan kebaikan dan bukti telah mengurus serta membesarkan anak-anaknya, dibalik pendengarannya yang mulai berkurang tersimpan nyaringnya doa orang tua dalam pendengaran tuhan. Oleh karenanya rugi besar bagi orang yang mempunyai oran orang tua sudah sepuh namun ia tak bisa masuk ke dalam surga. Mengingat banyaknya kebaikan yang bisa kita lakukan dari seorang ibu atau bapak.

Saking besarnya kebaikan berbakti kepada kedua orang tua, seolah olah pahala kebaikannya melebihi pahala jihad. Hal ini dapat kita tadabburi hadits nabi yang menyuruh seorang pemuda untuk tinggal bersama ibunya daripada berjihad, apabila orang tuanya lebih membutuhkan, berdasarkan hadits Nabi saw:

:
.

Artinya: Muawiyah bin Jahimah meriwayatkan bahwa Jhimah radhiyallahu anhu pernah mendatangi Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, ia berkata: Sungguh aku ingin berperang, dan aku datang meminta petunjuk kepada engkau?, beliau bersabda: Apakah kamu memiliki ibu?, ia menjawab: Iya, beliau bersabda: Pergilah dan tinggallah bersamanya, karena sesungguhnya surga pada kedua kakinya.( HR. Al Hakim)

Hadits di atas bernilai sahih, juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Surga di telapak kaki ibu, darinya ridhoa Allah mengalir kepada sang anak begitu juga sebaliknya durhakan kepada kedua orang tua akan mengalirkan durhaka Allah kepada sang anak.

Hadirin Jamah Jumat rahimakumullah Mendurhakai orang tua sama saja dengan merusak hubungan manusia dengan tuhannya, sudah menjadi ketentua sejarah, bahwa tak seorangpun bisa menuai bahagia apabila durhaka kepada kedua orang tua. Durhaka kepada kedua orang tua siksaanya tidak hanya di akhirat saja sebagaimana dosa-dosa lainnya, tetapi dosaanya sudah di cicil sejak di dunia dan kontan di akhirat kelak. Sungguh mengerikan sekali,

Dalam cerita rakyat kita sering mendengar bahwa menanam kedurhakaan kepada orang tua akan memanen kesengsaraan secara kontan di dunia terlebih di akhirat kelak, sebut saja misalnya kisah Malin Kundang, kyai Barseso dan sederet legenda dan cerita lain yang sejenis. Durhaka kepada seorang bapak adalah dosa besar terlbih kepada seorang ibu, jauh lebih besar lagi dosanya. Keharusan berbuat baik kepada ibu disebut tiga kali kemudia kepada bapak memberikan isyarat kebanyakan kedruhakaan seseorang itu justru kepada ibunya,(lihat syarh Imam Muslim, 1/194)

Dalam hadits lain dikatakan Sesungguhnya Allah mengharamkan sikap durhaka terhadap ibu dan melarang mengabaikan orang yang hendak berhutang. Allah juga melarang menyebar kabar burung, terlalu banyak bertanya dan membuang-buang harta (HR. Bukhariy-Muslim) status hadits shahih

Hadirin jamaah jmat yang berbahagia,

Setiap perbuatan yang menyinggung orang tua adalah dosa besar meskipun dalam pandangan umum tidaklah berdosa, misalnya memberikan sesuatu dengan melempar, begitulah Ibnu Hajar AlHaitsami menjelaskan, atau tidak segera menyambut kedatangan orang tua di muka umum, merujuk pada kitab Az-Zawaajir II : 73. Nampaknya hal ini banyak terjadi di kalangan lingkungan orang keren, yang sebentuk gengsi dengan penampilan orang tua yang terkesan tidak trendy.

Disebut durhaka apabila ada perbuatan seorang anak yang mengusik atau mengganggu orang tuanya. Lebih jauh lagi Imam Ghazali mengatakan: berbuat yang subhat kepada orang lain, berubah hukumnya menjadi wajib jika dilakukan kepada orang tua. Bepergian yang sunnat dan mubah menjadi haram hukumnya jika orang tua tidak mengizinkan dan begitulah seterusnya, tentunya apabila perintah dan larangan tersebut tidak mengandung unsur maksiat di dalamnya.

Di dalam sebuah keterangan lainnya, yang memberikan penegasan larangan durhaka kepada kedua orang tua adalah Abdullah bin Ali Al-Juaitsan yang mengatakan, Apabila kita sadar betapa besar hak sang ibu kepada anaknya anaknya, betapa besar dosanya durhaka terhadap kedua-nya, maafkan segala kekeliruannya di masa lalu, berusahalah menjalin hubungan baik dengannya, menyenangkan dan dahulukan kepentingannya, kurang lebih seperti itulah cara kita untuk menghindari durhaka kepadanya.

Imam Al Qurtubi erpendapat: Termasuk durhaka kepada orang tua adalah menentang keinginankeinginan mereka yang mubah, sebagaimana berbakti kepada keduanya adalah memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. Perintah yang sunnat menjadi wajib, wajib bukan perbuatannya tetapi wajib kerena dalam kerangka berbakti kepada kedua orang tua, kuranglebih seperti itulah penjelasan dalam Al Jami Li Ahkamil Quran 6/238.

Sungguh nista sekali, era saat ini banyak kita temukan ada seorang anak tega membunuh orang tuanya, menghina dan berseteru di muka umum dengan ibunya, tak peduli ia pejabat atau artis atau siapapun mereka. Mereka akan terlaknat di akhirat kelak.

Ketahuilah Allah telah memilihkan rahim seorang ibu sebagai tempat kita menetap selama kurang lebih 9 bulan, begitu arif dan bijaksanaya seorang ibu tega merawatnya meskipun masih dalam kandungan dan menyengsarakan dirinya. Orang tua selalu berusaha menyenangkan anaknya

meskipun terkadang orang tua harus berbohong, jika ada makanana ia katakan tidak, agar sang anak bisa memakannya dengan nimat meskipun orang tua sungguh menginginkannya.

Air mata kesediahan orang tua dikatakan sebagai sakit mata biasa, karena khawatir kesedihan orang tua mengganggu keceriaan anaknya, kesengsaraan kerja dikatakan sebagai hobi, meskipun harus menanggung beban berat agar sang anak tidak menjadi sedih karena beban yang tanggungnya. Begitulah seterusnya, sungguh orang tua berbohong kepada anaknya hanya semata-mata agar anaknya tetap ceria dan bahagia, subhanallah

Sungguh sangat meprihatinkan, faktanya satu ibu bisa mengurusi dan membesarkan 3, 4, 5 anak atau lebih banyak lagi, tetapi tekadang lima anak tidak bisa mengurusi satu ibu saja. Kesedihan yang dahulu ditanggung ibunya mudah dilupakan sang anak pada saat memperoleh kebahagiaan di masa kini, tekadang saat mendapat kebahagiaan sang istri yang didahulukannya, jika awal bulan mendapat gajian kepada isteri diserah terimakan bukan kepada sang ibu yang sekian lama membesarkannya.

Ya rabb, mudahkan kedua orang tua kami dalam menjalani hidup di dunia, dan ampunkan seluruh dosanya agar kelak meghadapmu dalam keadaan orang yang bersih dari dosa dan noda, terimalah taubat nasuha mereka berdua

Hadirin jamaah jumah yang berbahagia Saya berwasiat kepada diri sendiri dan jamaah sekalian untuk senantiasa betaqwa kepada Allah, dengan taqwa yang sebenar-benarnya. Marilah kita beryukur kepada Allah atas segala rahmat dan karunia yang dilimpahkan kepada kita. Terutama nimat iman yang mampu mendorong kita semua beristiqomah mengabdi dan menjalankan jamaah jumah yang penuh berkah ini. Mengapa demikian, karena iman harus menjadi landasan segala amal perbuatan dan perilaku kita. Allah tidak menerima segala bentuk amal perbuatan yang tidak didasari dengan keimanan Hadirin jamaah jumah rohimakumullah Iman dan ibadah ibarat benih dan buahnya. Benih yang bagus harus dapat menumbuhkan pohon dengan kwalitas buah yang terjamin. Dan begitu juga sebaliknya, buah yang berkwalitas akan mampu menjadi benih di masa mendatang. Daur ulang kedua inilah yang nantinya akan menaikkan kwalitas keduanya. Dengan peningkatan yang berkesinambungan antara iman dan ibadah ini secara bertahap akan mampu menaikkan derajat ketaqwaan kita kepada Allah sehingga, kita menjadi seorang mukmin yang sempurna. Iman semacam inilah yang kita harapkan mampu meredusir keinginan dan syahwat serta maksiat, sehingga ketaatan kita kepaa Allah semakin mantap. Ketika kita merasa yakin kepada Allah swt, maka kepasrahan kita kepada-Nya akan semakin total. Pada saat inilah kita mencapai pada satu tingkat yang disebut para sufi dengan ketakukan (khauf) dan harapan (raja) seperti yang tergambarkan dalam surat al-Anfal ayat 2

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

Hadirin jamaah jumah yang mulia Dari keterangan ayat di atas kita dapat menyimpulkan bahwa tawakkal merupakan syarat menjadi mukmin yang sempurna. Seorang mukmin yang dalam hatinya tidak tebersit kekhawatiran menghadapi dunia dan segala kekurangannya, sehingga yang tertinggal dalam hatinya adalah timbunan keikhlasan, dan kepasrahan. Modal inilah yang membuat seseorang rajin taat beribadah, sholat, zakat, puasa, bersedekah dan beribadah lainnya. Bentuk ibadah formal seperti ini merupakan cerminan tingkat ketaqwaan seseorang. Model iman seperti inilah yang mampu menghantarkan kita selalu ingat kepada Allah swt (Dzikrullah). Sehingga semua amal perbuatan hanya kita sandarkan kepada Allah swt semata. Dzikir seperti inilah yang dijanjikan oleh Allah kepada manusia akan derajat yang mulia. Baik di mata manusia maupun di mata-Nya. Bisa saja derajat itu diberikan ketika masih hidup, ataupun kelak ketika janntun naim. Seperti yang termaktub dalam al-Quran

Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nimat) yang mulia. Jamaah jumah yang dimuliakan Allah Rasa-rasanya sudah banyak rahmat yang telah dilimpahka oleh Allah kepada kita. Pernah kita menghitung berapa kali nafas kita hembuskan? Berapa kali kita mendapat kebahagiaan? Berapa kali kita terselamatkan? Andaikan Allah menghendaki yang lain, masihkah kita dapat berkumpul disini? Andaikan Allah menghentikan kerja pernafasan kita beberapa menit, apa yang terjadi? Pernah kita berpeikir untuk berterimakasih kepadanya? Nah, jika demikian bukankah sudah sewajarnya kita mengabdi kepada-Nya, kita menyembahnya setulus hati, bukankah hanya Allah yang mampu memberikan kebahagiaan yang selama ini kita nikmati? Anak, istri, keluarga, semuanya adalah dari-Nya. mengapa kita masih menuntut surga untuk mengabdi kepada-Nya. itulah kita manusia. Selalu merasa kurang dan lupa. Iman yang kuat akan melestariakn ingatan kita kepada-Nya. ingatan yang tidak terbatas dengan ruang dan waktu tertentu. Inilah zikrullah yang hakiki. Jamaah rohimakumullah Ingatlah bahwa Allah telah memberikan begitu banyak rahmat kepada kita, mengapa kita masih sering merasa enggan mengabdi kepada-Nya? Semoga khutbah ini bermanfaat bagi kita semua. amin
, ,

aamu auSlmulam lmulu halaja: :ueumuS

KHUTBAH PERTAMA

. .

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Suatu hari, sepeninggal Rasulullah SAW, Abu Hurairah r.a. beritikaf di masjid Nabawi. Ia tertarik ketika mengetahui ada seseorang di masjid yang sama, duduk bersedih di pojok masjid. Abu Hurairah pun menghampirinya. Menanyakan ada apa gerangan hingga ia tampak bersedih. Setelah mengetahui masalah yang menimpa orang itu, Abu Hurairah pun segera menawarkan bantuan. Mari keluar bersamaku wahai saudara, aku akan memenuhi keperluanmu, ajak Abu Hurairah. "Apakah kau akan meninggalkan i'tikaf demi menolongku?" tanya orang tersebut terkejut. Ya. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Sungguh berjalannya seseorang diantara kamu untuk memenuhi kebutuhan saudaranya, lebih baik baginya daripada i'tikaf di masjidku ini selama sebulan Sabda Rasulullah SAW itu diriwayatkan oleh Thabrani & Ibnu Asakir. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah. Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Sebagaimana Abu Hurairah, seorang Muslim seharusnya juga memiliki keterpanggilan untuk menolong saudaranya, memiliki jiwa dan semangat memberi manfaat kepada sesama, memiliki karakter Nafiun li ghairihi. Kebaikan seseorang, salah satu indikatornya adalah kemanfaatannya bagi orang lain. Keterpanggilan nuraninya untuk berkontribusi menyelesaikan problem orang lain. Bahkan

manusia terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW bersabda:

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah) Seorang Muslim, setelah ia membingkai kehidupannya dengan misi ibadah kepada Allah semata, sebagaimana petunjuk Allah dalam surat Adz Dzariyat ayat 56, maka orientasi hidupnya adalah memberikan manfaat kepada orang lain, menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama, nafiun li ghairihi. Karenanya, Hasan Al Banna memasukkan nafiun li ghairihi ini sebagai salah satu karakter, sifat, muwashafat, yang harus ada pada diri seorang Muslim. Siapapun Muslim itu, di manapun ia berada, apapun profesinya, ia memiliki orientasi untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Seorang Muslim bukanlah manusia egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia juga peduli dengan orang lain dan selalu berusaha memberikan manfaat kepada orang lain. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa seharusnya setiap persendian manusia mengeluarkan sedekah setiap harinya. Dan ternyata yang dimaksud dengan sedekah itu adalah kebaikan, utamanya kebaikan dan kemanfaatan kepada sesama. Rasulullah SAW bersabda:

Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedekah setiap harinya mulai matahari terbit. Berbuat adil antara dua orang adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik adalah sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah sedekah. (HR. Bukhari) Demikianlah Muslim. Demikianlah Mukmin. Ia senantiasa terpanggil untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, nafi'un li ghairihi. Seorang Muslim yang menjadi pedagang atau pebisnis, orientasinya bukanlah sekedar meraup untung sebesar-besarnya, tetapi

orientasinya adalah bagaimana ia memberikan manfaat kepada orang lain, membantu mereka memperoleh apa yang mereka butuhkan. Dengan demikian, pedagang dan pebisnis Muslim pantang menipu customernya, ia bahkan memberikan yang terbaik kepada mereka, dan pada saat dibutuhkan menjadi konsultan serta memberikan pilihan-pilihan yang lebih baik. Seorang Muslim yang menjadi guru, orientasinya bukanlah sekedar mengajar lalu setiap bulan mendapatkan gaji, tetapi orientasinya adalah bagaimana ia memberikan manfaat terbaik kepada peserta didiknya, ia mengasihi mereka seperti mengasihi putranya sendiri, dan ia selalu memikirkan bagaimana cara terbaik dalam melakukan pewarisan ilmu sehingg peserta didiknya lebih cerdas, lebih kompeten dan berkarakter. Seorang Muslim yang menjadi dokter, orientasinya adalah bagaimana ia memberikan pelayanan terbaik kepada pasiennya, ia sangat berharap kesembuhan dan kesehatan mereka, melakukan yang terbaik bagi kesembuhan dan kesehatan mereka. Jama'ah jum'at yang dirahmati Allah, Kelihatannya, memberikan manfaat kepada orang lain, membantu dan menolong sesama itu membuat waktu kita tersita, harta kita berkurang, tenaga dan pikiran kita terporsir. Namun sesungguhnya, saat kita memberikan manfaat kepada orang lain, pada hakikatnya kita sedang menanam kebaikan untuk diri kita sendiri. Jika kita menolong orang lain, Allah akan menolong kita. Allah SWT berfirman:

Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri (QS. 17:7) Rasulullah SAW bersabda:

Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya. (Muttafaq 'alaih) Jika kita menolong dan membantu sesama, pertolongan dari Allah bukan sekedar di dunia, tetapi juga di akhirat. Jika kita memberikan manfaat kepada orang lain, Allah memudahkan kita bukan hanya dalam urusan dunia, tetapi juga pada hari kiamat kelak. Rasulullah SAW bersabda:

Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mumin dari berbagai kesulitan2 dunia, Allah akan menyelesaikan kesulitan2nya di hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat (HR. Muslim)

KHUTBAH KEDUA

Jama'ah jum'at yang dirahmati Allah, Dengan apa kita memberikan manfaat kepada orang lain? Dalam bentuk apa nafi'un li ghairihi kita wujudkan? Sesungguhnya setiap manusia memiliki banyak potensi untuk itu. Pertama, dengan ilmu. Yakni ilmu yang dianugerahkan Allah kepada kita, kita bagikan kepada orang lain. Kita mengajari orang lain, melatih orang lain, dan memberdayakan mereka. Ilmu ini tidak terbatas pada ilmu agama, tetapi juga ilmu dunia baik berupa pengetahuan, keterampilan hidup, serta keahlian dan profesi. Kedua, dengan harta. Kita manfaatkan harta yang dianugerahkan Allah untuk membantu sesama. Yang wajib tentu saja adalah dengan zakat ketika harta itu telah mencapai nishab dan haulnya. Setelah zakat ada infaq dan sedekah yang memiliki ruang lebih luas dan tak terbatas. Ketiga, dengan waktu dan tenaga. Yakni ketika kita mendengar keluhan orang lain, membantu mereka melakukan sesuatu, membantu menyelesaikan urusan mereka, dan sebagainya.

Keempat, dengan tutur kata. Yakni perkataan kita yang baik, yang memotivasi, yang menenangkan dan mengajak kepada kebaikan. Kelima, dengan sikap kita. Sikap yang paling mudah adalah keramahan kita kepada sesama, serta senyum kita di hadapan orang lain. Sederhana, mudah dilakukan, dan itu termasuk memberikan kemanfaatan kepada orang lain. Kelima hal nafi'un li ghairihi itu, jika kita lakukan dengan ikhlas, Allah akan membalasnya dengan kebaikan dan pahala.

Anda mungkin juga menyukai