Pengecatan Bakteri
Pengecatan Bakteri
Pengecatan Bakteri
PENDAHULUAN
bentuk
morfologi mikroba itu berdasarkan karakteristiknya dalam berikatan dengan zat warna.
Pengecatan mikroba dalam praktikum ini, dilakukan terhadap berbagai jenis
bakteri dan dengan menggunakan beberapa zat pewarna, seperti kristal violet, metilen
biru, KI, safranin, karbolsuksin, malachite green, dan tembaha sulfat. Hal ini agar dapat
diketahui prinsip penggunaan masing-masing metoda tersebut terhadap mikroba uji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Asam, bila zat warna yang digunakan memiliki muatan pada bagian anionnya. Zat
warna ini biasanya mewarnai struktur sel yang bersifat basa.
Contoh zat warna asam :
Eosin dalam bentukgaram Na-cosin
Fuksin asam
3. Netral, bila zat warna merupakan garam yang terdiri dari zat warna asam dan basa.
Langkah-langkah utama dalam mempersiapkan spesimen mikroba yang diwarnai
untuk pemeriksaan mikroskopik (3:82) :
1. Penempatan olesan, atau lapisan tipis spesimen, pada kaca objek.
2. Fiksasi olesan itu pada kaca objek, biasanya dengan pemanasan, menyebabkan
mikroorganisme itu melekat pada kaca objek.
3. Aplikasi pewarna tunggal (Pewarnaan sederhana) atau serangkaian larutan pewarna
atau reagen (Pewarnaan diferensial).
Fiksasi yang dilakukan sebelum zat warna digunakan, bertujuan untuk (1:43) :
1. Melekatkan sel pada gelas objek.
2. Membunuh mikroba, karena sel dalam keadaan mati lebih muda diwarnai dari pada sel
dalam keadaan hidup.
3. Melepaskan granular protein menjadi gugus reaktif NH 3+ yang akan bereaksi dengan
gugus OH- dari satu warna.
4. Mencegah terjadinya otolisis sel yaitu proses pecahnya sel yang disebabkan oleh
enzim yang ada di dalamnya.
5. Merubah daya ikat satu warna.
A. Pewarnaan Sederhana
Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan 1 macam zat warna untuk
meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Lazimnya prosedur
pewarnaan ini menggunakan zat warna basa. Seperti kristal violet, biru metilen, karbol
fuksin basa, safranin atau hijau malakit. Kadang kala digunakan zat warna negatif
untuk pewarnaan sederhana; zat warna asam yang sering digunakan adalah nigrosin
dan merah kongo (4:16).
Pewarnaan sederhana ini memungkinkan dibedakannya bakteri dengan
bermacam-macam tipe morfologi (kokus, basilus, vibrio, spirilum, dan sebagainya) dari
bahan-bahan lainnya yang ada pada olesan yang diwarnai. Di samping itu dapat pula
diamati struktur-struktur tertentu seperti endospora. berbeda denga spesimen hidup,
sel-sel yang diwarnai terfiksasi pada kaca objek sehingga dapat disimpan sebagai
dokumentasi untuk jangka waktu lama (5:99).
B. Pewarnaan Negatif
Beberapa mikroba sulit diwarnai dengan zat warna yang bersifat basa, tetapi
mudah dilihat dengan pewarnaan negatif. Pada metode ini mikroba dicampur
dengan tinta Cina atau nigrosin, kemudian digesekkan di atas kaca obyek. Zat
warna tidak akan mewarnai bakteri, akan tetapi mewarnai lingkungan sekitar
bakteri. Dengan mikroskop, mikroba akan terlihat tidak berwarna dengan latar
belakang berwarna (4:17).
C. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram memilah bakteri mejadi kelompok Gram positif dan Gram
negatif. Bakteri-Gram positif berwarna ungu disebabkan kompleks zat warna kristal
violet-yodium tetap dipertahankan meskipun diberi larutan pemucat, sedangkan bakteri
Gram-negatif berwarna merah karena kompleks tersebut larut sewaktu pemberian
larutan pemucat dan kemudian mengambil zat warna kedua yang berwarna merah.
Perbedaan hasil dalam pewarnaan ini disebabkan perbedaan struktur kedua kelompok
bakteri tersebut (4:18).
Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara bakteri positif Gram
dan negatif Gram (6:15)
Ciri
Positif gram
Negatif gram
Lebih tebal
lebih tipis
1-4%
11-22%
tidak larut
Larut
lebih peka
kurang peka
eksotoksin
endotoksin
lebih tahan
lebih peka
1. Dinding sel
lapisan peptidoglikan
kadar lipid
2. Resistensi terhadap alkali
(1%KOH)
tahan asam
D. Pewarnaan Ziehl-Neelsen
Pewarnaan Ziehl-Neelsen atau pewrnaan tahan asam memilahkan kelompok
Mycobacterium dan Nocardia dari bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut tahan
asam karena dapat mempertahankan
Pewarnaan Khusus
1. Pewarnaan Kapsel
Kapsel merupakan lapisan yang melekat di luar dinding selyang terdiri dari
polisakarida atau polipeptida dengan tebal sekitar 1-2 m. Kapsel berfungsi untuk
melekatkan diri pada permukaan dan melindungi bakteri terhadap sel fagosit (4:23).
Lapisan kapsel cukup tebal, sehingga dapat dilihat dengan mikroskop cahaya,
namun demikian sulit diwarnai sehingga digunakan pewarnaan spesimen atau
prosedur pewarnaan khusus lainnya. Pada pewarnaan spesimen, latar belakang
diwarnai zat warna spesimen, sedangkan bakteri diwarnai dengan zat basa. Kapsel
tidak akan menyerap warna sehingga terlihat sebagai lapisan terang-tembus
dengan latar belakang yang berwarna (4:23).
2. Pewarnaan Spora
Spora pada bakteri merupakan struktur yang tahan panas dan bahan kimia. Spora
dibentuk oleh bakteri tertentu untuk mengatasi lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi bakteri (4:24).
Sifat endospora yang demikian itu menyebabkan dibutuhkannya perlakuan yang
keras untuk mewarnainya. Hanya bila diberi perlakuan panas yang cukup, pewarna
yang sesuai dapat menembus endospora (5:112).
3. Pewarnaan Flagela
Flagela merupakan struktur yang sangat tipis dan panjang bakteri dapat bergerak
karena mempunyai flagella. Ketebalan flagella sekitar 0,025 m sehingga sulit
terlihat dengan mikroskop cahaya (4:26).
Cat bakteri adalah senyawa garam, cat ini dibagi menjadi dua macam yaitu cat
basis dan cat asam tergantung pada muatan listrik cat.
1. Cat asam
Cat yang ion catnya (khromofornya) adalah anion-anion dan kation-kationnya Na +,
K+,Ca++,NH4++. Asam pikrat adalah zat asam yang menghasilkan khromogen nionik.
2. Cat basis
Yaitu garam-garam cat yang ion-ion (khromofornya) adalah ktion (bermuatan +)
misalnya methylene blue, safranin, dan lain-lain. Sedang anion pada umunya ialah Cl -,
SO4,, asetat dan oksalat
: Aethanolum
Sinonim
: Etanol, alkohol
RM / BM
: C2H6O / 46,06
Pemerian
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam eter
P.
Penyimpanan
Kegunaan
: Aqua Destillata.
Nama lain
: Air suling/aquades.
RM/BM
: H2O/18,02.
Pemerian
Penyimpanan
Kegunaan
: Iodum
Sinonim
: Iod
RM / BM
: I / 126, 90
Pemerian
Kelarutan
: Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam karbon sulfida,
dalam kloroform, dalam karbon tetraklorida dalam eter larut
dalam etanol, agak sukar larut dalam gliserin
Penyimpanan
Kegunaan
: Bahan pewarna
: Kristal violet
Pemerian
Kelarutan
: Sukar larut dalam air, etanol (95 %)P, dan dalam asetat glasial P,
dalam larutan berwarna lembayung tua.
Penyimpanan
Kegunaan
: Bahan pewarna
Nama resmi
: Methilthionini chloridum
Sinonim
: Basic blue
RM / BM
: C16H18ClN3S.H2O / 372, 90
Pemerian
Kelarutan
: Larut dalam 40 bagian air, dalam 100 bagian etanol (95%) P, dan
450 bagian kloroform.
Penyimpanan
Kegunaan
: Bahan pewarna
9. Nigrosin (FI
10. Safranin (FI
11. Tembaga (II) Sulfat (FI III : 731)
Nama resmi
: Cupri sulfas
Nama lain
RM
: CuSO
Pemerian
Kelarutan
: Larut dalam tiga bagian air dan dalam tiga bagian gliserol P,
sangat sukar larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan
Kegunaan
: Procaryotae
Divisio
: Scotobacteria
Kelas
: Bacteria
Ordo
: Eubacteriales
Suku
: Enterobacteriaceae
Genus
: Escherichia
Spesies
: Escherichia coli
Morfologi
: Procaryotae
Divisio
: Scotobacteria
Kelas
: Bacteria
Ordo
: Eubacteriales
Suku
: Bacillaceae
Genus
: Bacillus
Spesies
: Bacillus subtilis
Morfologi
: Procaryotae
Divisio
: Scotobacteria
Class
: Bacteria
Ordo
: Eubacteriales
Familia
: Micrococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Species
: Staphylococcus aureus
Morfologi
: Procaryotae
Divisio
: Scotobacteria
Kelas
: Bacteria
Ordo
: Actinomycetales
Suku
: Mycobacteriaceae
Genus
: Mycobacterium
Spesies
: Mycobacterium sp.
Morfologi
: Procaryotae
Divisio
: Scotobacteria
Class
: Bacteria
Ordo
: Acetobacteriales
Famili
: Acetobacteriaceae
Genus
: Acetobacter
Species
: Acetobacter sp.
Morfologi
: Procaryotae
Divisio
: Scotobacteria
Kelas
: Bacteria
Ordo
: Eubacteriales
Suku
: Enterobacteriaceae
Genus
: Proteus
Spesies
: Proteus vulgaris
Morfologi
: Procaryotae
Divisio
: Scotobacteria
Kelas
: Bacteria
Ordo
: Eubacteriales
Suku
: Bacillaceae
Genus
: Clostridium
Spesies
: Clostridium sp.
Morfologi
BAB III
METODE KERJA
CuSO 20%
Kertas isap
Kristal violet
Larutan Karbol Fuksin
Larutan hijau Malakit
Larutan Mordan (iodium)
Larutan Nigrosin
Larutan Safranin
Metilen biru
Tissue
2. Pengecatan negatif
Diletakkan setetes nigrosin pada ujung objek glass.
Dimasukkan inokulum bakteri Escherichia coli dari ose kedalam nigrosin,
dicampurkan.
Diambil objek glass lain lalu diletakkan di sebelah luar nigrosin dengan posisi
miring (30).
Objek glass digeser secara perlahan-lahan hingga membentuk lapisan tipis.
Diamati dibawah nikroskop dengan perbesaran 10x10
Digambar bentuk morfologinya.
Diulangi cara yang sama untuk Bacillus subtilis.
B. Pengamatan jenis bakteri (pewarnaan diferensial)
1. Pengecatan Gram
Disiapkan preparat olesan bakteri Staphylococcus aureus kemudian difiksasi.
Diteteskan sebanyak 2-3 tetes kristal violet, dibiarkan selama 1 menit kemudian
dicuci dengan air mengalir dan kelebihannya dikeringkan dengan kertas isap.
Diteteskan 1 tetes larutan Mordan, dibiarkan selama 30 detik kemudian dicuci
dengan air mengalir dan kelebihannya dikeringkan dengan kertas isap.
1. Pengecatan spora
Disterilkan alat-alat
Disiapkan preparat olesan bakteri Bacillus subtilis.
Diambil 1 ose suspensi bakteri lalu diletakkan di atas gelas objek.
Ditutup preparat dengan kertas isap.
Diteteskan larutan hijau malakit.
Dipanaskan preparat diatas spiritus selama beberapa menit hingga preparat
tidak terlalu kering.
Diangkat kertas isap, preparat dicuci dengan air mengalir.
Ditetesi dengan safranin.
Dikeringkan dengan kertas saring.
Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x10.
Digambar hasil pengamatan.
Diulangi cara yang sama untuk Clostridium sp.
2. Pengecatan kapsul
Disterilkan alat-alat
Disiapkan preparat olesan bakteri Acetobacter sp.
Diambil 1 ose suspensi bakteri lalu diletakkan di atas gelas objek.
Ditetesi dengan larutan kristal violet hingga menggenangi preparat.
Dibilas dengan CuSO, kelebihannya dikeringkan dengan kertas isap.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Pewarnaan kapsul
Pewarnaan spora
Bakteri
Eschericia coli
Bacillus subtilis
Eschericia coli
Bacillus subtilis
Staphylococcus aureus
Biru ungu
Bacillus subtilis
Biru ungu
Eschericia coli
Merah muda
Mycobacterium sp.
Bacillus subtilis
Acetobacter sp.
Proteus vulgaris
Violet
Bacillus subtilis
Merah
Clostridium sp.
Bakteri
Metode
: Pewarnaan sederhana
1.
2.
Latar belakang
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keterangan :
A.
Eschericia coli
B.
Bacillus subtilis
1. Bentuk sel bakteri
2. Latar belakang
Bakteri
Metode
: Pewarnaan negatif
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keterangan :
A. Staphylococcus aureus
B. Eschericia coli
C. Bacillus subtilis
1. Bentuk sel bakteri
2. Latar belakang
Bakteri
Metode
: Pewarnaan gram
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keterangan :
A. Mycobacterium sp.
B. Bacillus subtilis
1. Bentuk sel bakteri
2. Latar belakang
Bakteri
Metode
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keterangan :
A.
Acetobacter sp.
B.
Proteus vulgaris
1. Bentuk sel bakteri
2. Latar belakang
Bakteri
Metode
: Pewarnaan kapsul
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keterangan :
A. Clostridium sp.
B. Bacillus subtilis
1. Bentuk sel bakteri
2. Latar belakang
Bakteri
Metode
: Pewarnaan spora
BAB V
PEMBAHASAN
Pewarnaan Negatif
Beberapa mikroba sulit diwarnai dengan zat warna yang bersifat basa, tetapi
mudah dilihat dengan pewarnaan negatif. Pewarnaan negatif ini dilakukan untuk
mewarnai latar belakang preparat. Pada metode ini mikroba dicampur dengan tinta
Cina atau nigrosin, kemudian digesekkan di atas kaca obyek. Zat warna tidak akan
mewarnai bakteri, akan tetapi mewarnai lingkungan sekitar bakteri. Dengan mikroskop,
mikroba akan terlihat tidak berwarna dengan latar belakang berwarna.
Pada percobaan ini digunakan bakteri Eschericia coli dan Bacillus subtilis
dengan zat warna nigrosin yang bermuatan negatif. Adapun fungsi penambahan zat
warna yang bermuatan negatif yaitu akan menyebabkan zat warna tersebut mewarnai
permukaan sel bakteri yang bermuatan positif.
Pada pewarnaan bakteri Eschericia coli terlihat latar belakang berwarna biru
dan selnya tidak berwarna, sedangkan pada pewarnaan bakteri Bacillus subtilis terlihat
latar belakang berwarna biru tua dan sel berwarna biru muda dan sedikit bening.
2. Pengamatan jenis bakteri (pewarnaan diferensial)
Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram memilah bakteri mejadi kelompok Gram positif dan Gram
negatif. Bakteri Gram-positif adalah bakteri yang mengikat cat utama sehingga tidak
dilunturkan oleh cat peluntur dan tidak terwarnai lagi oleh cat penutupnya. Bakteri jenis
ini akan berwarna ungu sesuai dengan pewarna utamanya yaitu kristal violet karena
pemucat untuk melarutkan zat warna dimana bakteri Gram positif akan tetap berwarna
ungu karena kompleks persenyawaan kristal violet-iodium tetap terikat pada dinding
sel. Sedangkan pada bakteri Gram negatif berwarna pucat atau tidak berwarna karena
larutan pemucat melarutkan lipida dan menyebabkan pori-pori dinding sel membesar,
sehingga meningkatkan daya larut persenyawaan kristal violet-iodium pada dinding sel.
Pada pewarnaan bakteri Eschericia coli terlihat selnya berwarna merah muda
yang berarti termasuk bakteri Gram negatif, sedangkan pada Bacillus subtilis dan
Staphylococcus aureus berwarna biru ungu yang berarti termasuk bakteri Gram positif.
Hasil yang diperoleh pada bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus sudah
sesuai dengan pustaka yang ada, sedangkan bakteri Bacillus subtilis menurut pustaka
adalah bakteri gram negatif. Hasil yang diperoleh dari bakteri Bacillus subtilis ini tidak
sesuai pustaka. Hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan prosedur dalam
pengamatan pada bakteri ini.
Pewarnaan tahan asam
Pewarnaan Ziehl-Neelsen atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok
Mycobacterium dan Nocardia dari bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut tahan
asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (karbol fuksin) sewaktu
dicuci dengan larutan pemucat.
Pada percobaan ini digunakan bakteri Mycobacterium sp. dan Bacillus subtilis
dengan karbol fuksin sebagai zat warna awal, Alkohol-asam sebagai larutan pemucat
dan metilen biru sebagai zat pewarna kedua.
latar belakang yang berwarna. Pengecatan ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya
lapisan kapsul pada bakteri.
Kapsul merupakan bagian yang melekat diluar dinding sel yang terdiri atas
polisakarida atau polipeptida. Kapsul ini merupakan lapisan transparan. Bahan yang
membentuk kapsul diekskresi dari sel dan karena kekentalannya, maka kapsul tidak
akan mudah berdifusi lepas dari sel sehingga tetap menyelubungi dinding sel. Kapsul
bertindak sebagai lapisan pelindung yang dapat menahan serangan dari bakteri lainnya
atau sel-sel fagosit inang. Kebanyakan bakteri yang memiliki kapsul adalah bakteri
patogen. Kemampuan bakteri untuk menyebarkan penyakit tergantung pada adanya
kapsul tersebut. Hilangnya kapsul menyebabkan hilangnya kemampuan bakteri untuk
menyebabkan penyakit, karena kapsul mencegah perusakan sel dalamnya dari kondisi
yang tidak menguntungkan bagi bakteri tersebut.
Pada percobaan ini digunakan bakteri Acetobacter sp. dan Proteus vulgaris
dengan kristal violet sebagai zat warna dan dibilas dengan CuSO 4. Pemberian kristal
violet akan menyebabkan bakteri tersebut berwarna ungu, pembilasan dengan CuSO 4
untuk membilas kelebihan kristal violet.
Pada pewarnaan bakteri Acetobacter sp. terlihat kapsul berwarna biru pucat
yang agak transparan dan sel berwarna ungu sedangkan pada Proteus vulgaris terlihat
warna violet. Hasil ini yang diperoleh pada Proteus vulgaris tidak sesuai dengan
literatur, hal ini mungkin disebabkan karena rusaknya kapsul sewaktu difikasasi.
Pewarnaan spora
Lapisan luar spora merupakan penahan yang baik terhadap bahan kimia,
sehingga spora sukar diwarnai. Spora bakteri dapat diwarnai dengan dipanaskan.
Pemanasan menyebabkan lapisan luar spora mengembang, sehingga zat warna dapat
masuk. Sedangkan pendinginan bertujuan agar zat warna terperangkap pada spora.
Pada percobaan ini digunakan bakteri Bacillus subtilis dan Clostridium sp.
dengan penambahan larutan hijau malakit sebagai zat warna awal dan larutan safranin
sebagai zat warna kedua. Pemberian larutan hijau malakit ini akan menyebabkan
bakteri tersebut berwarna hijau sedangkan larutan safranin akan mewarnai spora
menjadi berwarna merah. Pada percobaan ini juga digunakan kertas saring sebagai
penutup untuk menghindari penguapan yang tidak merata dan menjaga agar sediaan
tidak kering.
Pada pewarnaan bakteri Bacillus subtilis yang merupakan bakteri berspora
terlihat sel warna merah sedangkan sporanya tidak tampak jelas warnanya. Hal ini
mungkin disebabkan karena tidak sempurnanya pemanasan sehingga zat warna tidak
memasuki spora, atau bakteri belum membentuk spora karena keadaan lingkungan
sekitarnya yang menyebabkan tidak dibentuknya spora. Pada pewarnaan Clostridium
sp. terlihat spora berwarna hijau dan sel vegetatif berwarna merah.
BAB VI
PENUTUP
VI.1
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada pewarnaan sederhana, pada bakteri Eschericia coli terlihat bentuk sel seperti
batang pendek berwarna biru, sedangkan pada Bacillus subtilis terlihat bentuk sel
batang kecil berwarna biru dengan latar belakang ungu.
2. Pada pewarnaan negatif, pada bakteri
berwarna merah muda keunguan dan selnya tidak berwarna, sedangkan pada
Bacillus subtilis terlihat latar belakang berwarna biru tua dan sel berwarna biru
muda agak bening.
3. Pada pewarnaan Gram, pada bakteri Eschericia coli terlihat selnya berwarna merah
yang berarti bakteri tersebut termasuk bakteri Gram negatif sedangkan pada
Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis berwarna biru ungu yang berarti
termasuk bakteri Gram positif.
4. Pada pewarnaan kapsul, pada bakteri Acetobacter sp. terlihat kapsul berwarna biru
pucat dan sel berwarna ungu sedangkan pada Proteus vulgaris terlihat warna
violet.
5. Pada pewarnaan spora, pada bakteri Bacillus subtilis terlihat sel warna merah
sedangkan sporanya tidak tampak jelas warnanya. Pada pewarnaan Clostridium
sp. terlihat spora berwarna hijau dan sel vegetatif berwarna merah.
VI.2
Saran
Sebaiknya asisten memperhatikan praktikan dalam pengerjaan sampel agar
tidak terjadi kekeliruan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Komposisi Zat Pewarna
1.
Alkohol asam
HCl P
3 ml
Etanol 95 %
ad 100 ml
2.
Karbol suksida
Suksin basa
1 gram
Etanol absolut
10 ml
ad 100 ml
3.
Kristal violet
Kristal violet
0,5 gram
Aquadest
ad 100 ml
4.
Malachite green
Malachite green
1 gram
Aquadest
ad 1 liter
5.
Metilen biru
KOH 1 %
1 ml
30 ml
Aquadest
ad 100 ml
Skema Kerja
1.
Pengecatan sederhana
1 ose suspensi biakan bakteri
Fiksasi
Hasil digambar
2.
Pengecatan negatif
Hasil digambar
3.
4.
Pengecatan gram
Preparat olesan bakteri
Fiksasi
+ 2 tetes gram A (kristal violet)
biarkan 1 menit
Cuci dengan air mengalir dan keringkan dengan tisu
+ gram B (larutan iodum)
biarkan 1 menit
Cuci dengan air mengalir dan keringkan dengan tisu
+ gram C (etanol 95 %)
biarkan 1 menit
Cuci dengan air mengalir dan keringkan dengan tisu
+ gram D (Safranin)
biarkan 1 menit
Amati di bawah mikroskop
5.
Pengecatan kapsul
Preparat olesan bakteri
Fiksasi
+ kristal violet
Panaskan diatas penangas air selama 1 menit
Bilas dengan larutan CuSO4
Keringkan dengan kertas isap
Amati di bawah mikroskop
Gambar bentuk kapsul
6.
Pengecatan spora
Preparat olesan bakteri
Tutup preparat dengan kertas isap
Teteskan larutan hijau malakit
Panaskan 5 menit (jangan terlalu kering)
Dinginkan dan lepas kertas isap
Cuci dengan air mengalir
Keringkan dengan tisu
+ larutan safranin
Cuci dengan air mengalir
Keringkan dengan tisu
Amati di bawah mikroskop
Hasil digambar