(SKR) Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 0

i

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL


INDUSTRI TAHU
(Studi Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten
Tangerang, Propinsi Banten)




EMAWATI























JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2007 M/1428 H
ii
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis Oleh :
Nama : Emawati
NIM : 102092026373
Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi Kasus:
Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang, Propinsi
Banten)


Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.



Jakarta, Maret 2007
Menyetujui,
Dosen Pembimbing



Pembimbing I Pembimbing II


Ir. Setyo Adhie, MM Eny Dwiningsih, STP, M.Si
.



Mengetahui,


Dekan, Ketua Jurusan,
Fakultas Sains dan Teknologi Sosek Pertanian/Agribisnis




DR. Syopiansyah Jaya putra, M.Sis Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si
NIP. 150 317 956 NIP. 131 861 314
iii
PENGESAHAN UJIAN


Skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi
Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten).
Telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosah Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Selasa
tanggal 6 Maret 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian/Agribisnis.



Jakarta, Maret 2007



Tim Penguji



Penguji I Penguji II





DR. Elphawati, MM Drh. Zulmanery, MMA



Mengetahui,





Dekan, Ketua Jurusan,
Fakultas Sains dan Teknologi Sosek Pertanian/Agribisnis





DR. Syopiansyah Jaya putra, M.Sis Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si
NIP. 150 317 956 NIP. 131 861 314
iv
PERNYATAAN



DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.




Jakarta, Maret 2007



Emawati
102092026373




























v
RINGKASAN

EMAWATI. 102092026373. Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi
Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang Propinsi Banten).
(Dibawah bimbingan SETYO ADHIE dan ENY DWININGSIH).

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke
tahun, maka permintaan dalam negeri terhadap produk pangan yang merupakan
hasil olahan dari biji kedelai khususnya tahu mengalami pertumbuhan (BPS,
2005). Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat mengkonsumsi tahu
adalah selain komposisi zat-zat yang terkandung dalam produk makanan ini
sangat baik untuk tubuh, tahu juga dapat diolah menjadi aneka masakan (Sarwono
dan Saragih, 2004: 2).
Sejak mencuatnya kembali kasus tahu berformalin (BPOM DARI
WARNET) akhir-akhir ini, bukan berarti prospek dan peluang untuk membuka
usaha tahu tidak lagi menarik untuk dikembangkan. Hal tersebut justru menjadi
tantangan bagi produsen untuk menghasilkan produk tahu yang terbuat dari bahan
alami tanpa bahan pengawet sesuai dengan keinginan konsumen.
Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis kelayakan finansial industri tahu
pada UD. Tahu Bintaro, dan menganalisis tingkat sensitivitasnya terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada manfaat dan biaya.
Penelitian ini dilaksanakan pada industri tahu UD. Tahu Bintaro.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
karena perusahaan tersebut merupakan salah satu dari perusahaan tahu yang
menggunakan mesin dan peralatan modern sehingga membutuhkan investasi yang
cukup besar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
data kuantitatif. Sedangkan sumber datanya berasal dari data primer, dan
sekunder.
Analisis kualitatif meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
teknologi, aspek manajemen dan SDM, aspek hukum, aspek sosial, dan aspek
dampak lingkungan, sedangkan kuantitatif dilakukan untuk menganalisis pada
aspek finansial seperti cash flow, NPV, IRR, Payback Period (PP), Net B/C Ratio,
BEP, ROI serta Analisis Sensitivitas.
Sumber dana yang digunakan untuk mendirikan usaha ini seluruhnya
adalah berasal dari modal sendiri, akan tetapi dalam penelitian ini, penulis
menggunakan simulasi dengan menggunakan modal pinjaman sebesar 40 persen.
Hasil kelayakan finansial dengan 100% modal sendiri dinyatakan layak
dengan nilai NPV sebesar 605,670 juta, nilai IRR adalah sebesar 28,52%, Net
B/C Ratio sebesar 1,51, payback period-nya 3 tahun 2 bulan 11 hari, ROI untuk
tahun 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 sebesar 11,49, sedangkan untuk tahun ke-5 dan 10
sebesar 20,43, dan 30,63, BEP volume produksi 22.617 bungkus atau penerimaan
sebesar total biaya produksinya yaitu Rp 90.288.893,- per bulan dan BEP harga
jual sebesar Rp 2.850,- per bungkus. Hasil analisis kelayakan finansial dengan
40% modal pinjaman juga dinyatakan layak dengan nilai NPV sebesar 105,828
juta, nilai IRR sebesar 17,94%, nilai Net B/C Ratio sebesar 1,09, payback period-
nya 5 tahun 3 bulan 25 hari, ROI pada tahun ke 1, 2, 3, 4 sebesar 9,53, untuk
vi
tahun ke-6, 7, 8, 9 sebesar 22,49, sedangkan pada tahun ke-5 dan 10 adalah
sebesar 7,73 dan 30,63.
Hasil analisis sensitivitas 100% modal sendiri dinyatakan layak dengan
keemapat variabel utama yang meliputi penurunan penerimaan 10%, harga
kedelai naik 12%, harga solar naik 10%, dan biaya operasional naik 10%,
sedangkan hasil kombinasinya masih layak bila kenaikkan harga kedelai 12%,
harga solar 10%, dan biaya operasional 10% tidak dibarengi dengan penurunan
penerimaan sebesar 10%, dan sebaliknya bila dibarengi dengan penurunan
penerimaan 10% akan mengakibatkan usaha ini tidak layak. Hasil analisis
sensitivitas dengan 40% modal pinjaman sensitiv terhadap perubahan penurunan
penerimaan sebesar 10%, akan tetapi usaha ini masih layak bila maksimal
penurunan penerimaannya adalah sebesar 1%. Selain itu, kenaikkan harga kedelai
sebesar 12%, dan kenaikkan biaya operasional sebesar 10% juga menyebabkan
usaha ini tidak layak. Usaha ini masih layak atau mampu bertahan apabila terjadi
kenaikkan harga solar sebesar 10%.

















vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb
Alhamdulillaahirabbilaalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial
Industri Tahu (Studi Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang,
Propinsi Banten). Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita
yang dimuliakan oleh Allah SWT baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang
telah menuntun umat manusia dari zaman jahiliyah menuju jalan yang diridhoi
oleh-NYA.
Selama penulisan skripsi, penulis banyak sekali mengalami hambatan dan
keterbatasan dalam hal persiapan, penyusunan maupun dalam tahap
penyelesaiannya. Namun demikian banyak pelajaran yang dapat dipetik dari
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, serta
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada :
1. Allah SWT, sujud syukurku atas rahmat dan kasih sayang-MU yang telah
memberiku segalanya, yang membuat semua hal menjadi mungkin dan
yang membuat sulit menjadi mudah.
2. Ayahanda Mustain dan Ibunda Suud tercinta, yang telah memberikan
segala cinta, doa, kasih sayang serta dukungan moril maupun materiil
selama ini sehingga ananda dapat menyelesaikan studi ini hingga selesai.
Adikkku tersayang Achmad Thoriq (Alm) yang telah memberikan
semangat hidup untukqu, sebenarnya aq masih ingin merawatmu (semoga
adinda bahagia dialam sana). Untuk kakakku Achmad Haidar, meskipun
kakak amat keras, tapi aq sangat bersyukur telah diberikan saudara yang
sayang sama aq.
3. Ma2 Yam, yang telah memberikan segala bantuannya selama ema tinggal
dirumah ma2 yam. Ma2 Ming dan Ami Amad yang telah memberikan
pinjaman printernya untuk kelancaran skripsi ini. Untuk semua saudara
viii
sepupuku yang telah mengisi hari-hariqu sehingga ema tidak kesepian
selama tinggal jauh dari orang tua, meskipun kalian semua bandel ema
tetap sayang sama kalian.
4. Ir. Setyo Adhie, MM sebagai dosen pembimbing I dan Eny Dwiningsih,
STP, M.si sebagai dosen pembimbing II yang telah sabar memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan pahala atas jasa-jasa yang telah bapak
dan ibu berikan kepada penulis.
5. Dr. Elphawati, Ir, MP dan Drh. Zulmanery, MMA selaku dosen penguji
yang telah memberikan saran demi kesempurnaan penulisan ini.
6. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis. Selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si dan Ir. Achmad Tjachja M,si selaku
Ketua serta Sekretaris Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.
8. Seluruh dosen jurusan agribisnis yang tidak dapat penulis sebutkan
namanya satu-persatu yang telah memberikan ilmu kepada penulis dalam
proses perkuliahan.
9. Bapak Wadud, Ibu Ofa, Mba Nely, dan seluruh staf akademik yang telah
memfasilitasi penulis selama ini dan perpustakaan Fakultas Sains dan
Teknologi yang telah membantu penulis untuk melengkapi referensi yang
dibutuhkan penulis.
10. Bapak Parkudi Lubis selaku pemilik UD. Tahu Bintaro, bapak Ilham
selaku manajer operasional, mba Dani dan mba Sri yang telah banyak
menyempatkan dan meluangkan waktunya untuk penulis melakukan
penelitian.
11. Nandang.P yang tak pernah kenal waktu dalam memotivasi serta
menemani penulis ketika menghadapi masalah.
12. Sobat dekatqu yang selalu setia mengisi hari-hariqu dalam perkuliahan;
Lala, Umi, C-nul, Evi sumpah gw ga pernah nyesel punya temen kalian
bmpat, Mauliyah yang telah membantu penulis dalam memback-up data
selama proses penulisan, teman seperjuanganqu Eq dan Lu2e, B-ron yang
ix
telah berkorban buat gw sampai kakinya kegencet motor sumpah gw ga
enak bgt sm loe, dan teman-teman KKN tangkil yang lain; mpo iyeh,
Ncex sencex-nceknya, Chilipha, Mpa, Ghulam, Zami, Om Zaky, Arul
SPSS, China lampung (Ano), Dika, Taufik, Dori, Apri, Cemen, Jaink,
Nana, Ray, Cueb, Soy serta temanteman seperjuangan lain: Yani makasih
atas basecampnya selama ini, Amel, Rani, Lince, Iman, Hoerin, Coky,
Nofarita, Marhona, Linu, Mair.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan
kritik sangat penulis harapkan demi hasil yang lebih baik lagi, Akhir kata semoga
penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan perusahaan pada khususnya serta
segenap pembaca skripsi ini pada umumnya. Amin Ya Rabbal Alamin.

Jakarta, Maret 2007

Emawati












x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
RINGKASAN................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6
2.1. Landasan Teoritis...................................................................... 6
2.1.1. Gambaran Umum Tahu.................................................. 6
2.1.1.1. Bahan Pembuatan Tahu....................................... 7
2.1.1.2. Proses Pembuatan Tahu ..................................... 9
2.1.2. Industri Kecil atau Usaha Kecil (UK) ........................ 12
2.1.2.1. Pengertian Usaha Kecil ..................................... 12
2.1.2.2. Karakteristik Usaha Kecil ................................. 13
2.1.3. Studi Kelayakan Bisnis ................................................ 13
2.1.3.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis ................... 13
2.1.3.2. Aspek-aspek dalam Studi kelayakan Bisnis...... 14
2.1.3.3. Analisis Sensitivitas ...........................................20
2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................... 21
2.3. Kerangka Pemikiran................................................................ 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 26
3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian.................................................. 26
3.2. Jenis Dan Sumber Data ........................................................... 26
3.3. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 26
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data.................................... 27
3.4.1. Net Present Value (NPV) ............................................. 28
3.4.2. Internal Rate Of Return (IRR) ..................................... 28
3.4.3. Payback Period (PP) .................................................... 29
3.4.4. Net B/C Ratio ............................................................... 30
3.4.5. Break Even Point (BEP)............................................... 31
3.4.6. Return of Invesment (ROI) ........................................... 31
3.4.7. Analisis sensitivitas...................................................... 31
3.5. Definisi Operasional ............................................................... 33
xi
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN........................................ 34
4.1. Sejarah Berdiri dan Lokasi Perusahaan................................... 34
4.2. Struktur Organisasi ................................................................. 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 37
5.1. Aspek Pemasaran .................................................................... 37
5.2. Aspek Teknis dan Produksi..................................................... 39
5.3. Aspek Manajemen dan SDM.................................................. 43
5.4. Aspek Hukum ......................................................................... 44
5.5. Aspek Sosial............................................................................ 45
5.6. Aspek Dampak Lingkungan.................................................... 46
5.7. Aspek Finansial....................................................................... 47
5.7.1. Kebutuhan Dana dan Sumber Dana .............................. 47
5.7.2. Biaya ............................................................................. 48
5.7.3. Manfaat ......................................................................... 49
5.7.4. Hasil Analisis Kelayakan Finansial .............................. 50
5.7.4.1. Hasil Analisis (100% Modal Sendiri) .............. 50
5.7.4.2. Simulasi Modal Sendiri Dan Modal Pinjaman....... 54
5.7.5. Analisis Sensitivitas ..................................................... 56
5.7.5.1. Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri) ... 58
5.7.5.2. Analisis Sensitivitas (40% Modal Pinjaman) .. 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 75
6.1. Kesimpulan ............................................................................. 75
6.2. Saran........................................................................................ 76

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 78










xii
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Pertumbuhan Konsumsi Tahu Perkapita Di Indonesia Tahun 19902004... 2
2. Nilai Gizi Tahu Dan Kedelai (Berdasarkan Berat Kering) ........................... 3
3. Komponen Biaya UD. TB Per Bulan............................................................ 49
4. Pemasukan UD. TB Per Bulan...................................................................... 50
5. Hasil Analisis Kelayakan Finansial (100% Modal Sendiri) ......................... 51
6. Break Event Point (BEP) UD. TB................................................................. 52
7. Return On Investment (ROI) UD. TB (100% Modal Sendiri)...................... 53
8. Pilihan Simulasi Pinjaman Modal................................................................. 54
9. Hasil Analisis Kelayakan Finansial UD. TB (40% Modal Pinjaman) .......... 55
10. Return On Investment (ROI) UD. TB (40% Modal Pinjaman) .................... 56
11. Distribusi Biaya Operasional Per Hari UD. TB............................................ 57
12. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%
Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................................ 58
13. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%
Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................................ 59
14. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10%
Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................................ 60
15. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10%
Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................................ 61
16. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%,
Harga Kedelai Naik 12% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)................... 61
17. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%,
Harga Solar Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)....................... 62

xiii
18. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%,
Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............ 63
19. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%,
Harga Solar Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)....................... 63
20. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%,
Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............ 64
21. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10%,
Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............ 65
22. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%,
Harga Kedelai Naik 12% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)................... 66
23. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%,
Harga Kedelai Naik 12%, Biaya Operasional Naik Pada UD. TB
(100% Modal Sendiri)................................................................................... 66
24. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%,
Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB
(100% Modal Sendiri)................................................................................... 67
25. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%,
Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB
(100% Modal Sendiri)................................................................................... 68
26. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%,
Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10%,
Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............ 69
27. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%
Pada UD. TB (40% Modal Pinjaman)........................................................... 70
28. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%
Pada UD. TB (40% Modal Pinjaman)........................................................... 70
29. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10%
Pada UD. TB (40% Modal Pinjaman)........................................................... 71
30. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10%
Pada UD. TB (40% Modal Pinjaman)........................................................... 72
31. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri)...................... 73
32. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas (40% Modal Pinjaman) .................... 74
xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................. 25
2. Struktur Organisasi UD. Tahu Bintaro ..................................................... 36
3. Rantai Distribusi UD. Tahu Bintaro ......................................................... 39
4. Sistem Aerodinamis .................................................................................. 47

















xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Daftar Pertanyaan...................................................................................... 80
2. Layout Perusahaan .................................................................................... 86
3. Proses Produksi Tahu Line ....................................................................... 87
4. Proses Produksi Tofu Line........................................................................ 88
5. Jabatan dan Tingkat Pendidikan Pekerja UD. TB..................................... 89
6. Volume Penjualan Per Hari Dan Harga Produk Natura Tofu................... 90
7. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2001-2006................ 91
8. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006 ................................................. 92
9. Pendekatan Persentase Nilai Tertinggi Dan Terendah
Rupiah Terhadap Dollar............................................................................ 93
10. Perhitungan BEP Per Bulan ...................................................................... 94
11. Perhitungan Kombinator ........................................................................... 95
12. Klasifikasi Biaya Tetap UD. TB............................................................... 96
13. Klasifikasi Biaya Tidak Tetap UD. TB..................................................... 97
14. Biaya Penyusutan UD. TB........................................................................ 98
15. Klasifikasi Manfaat UD. TB..................................................................... 99
16. Rekapitulasi Biaya Dan Manfaat UD. TB (100% Modal Sendiri).......... 100
17. Ikhtisar Rugi/ Laba UD. TB (100% Modal Sendiri)............................... 100
18. Aliran Kas UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................ 101
19. Aliran Kas UD. TB (10% Modal Pinjaman)........................................... 102
20. Aliran Kas UD. TB (20% Modal Pinjaman)........................................... 103
xvi
21. Aliran Kas UD. TB (30% Modal Pinjaman)........................................... 104
22. Aliran Kas UD. TB (40% Modal Pinjaman)........................................... 105
23. Aliran Kas UD. TB (50% Modal Pinjaman)........................................... 106
24. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10% UD. TB
(100% Modal Sendiri)............................................................................. 107
25. Analisis Sensitivitas Harga Kedelai Naik 12% UD. TB
(100% Modal Sendiri)....................................................................... 108
26. Analisis Sensitivitas Harga Solar Naik 10% UD. TB
(100% Modal Sendiri)............................................................................. 109
27. Analisis Sensitivitas Biaya Operasional Naik 10% UD. TB
(100% Modal Sendiri)............................................................................. 110
28. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%,
Harga Kedelai Naik 12% UD. TB (100% Modal Sendiri)...................... 111
29. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%,
Harga Solar Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ......................... 112
30. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%,
Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ............... 113
31. Analisis Sensitivitas Harga Kedelai Naik 12%,
Harga Solar Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ......................... 114
32. Analisis Sensitivitas Harga Kedelai Naik 12%,
Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ............... 115
33. Analisis Sensitivitas Harga Solar Naik 10%
Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ............... 116
34. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%,
Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10% UD. TB
(100% Modal Sendiri)............................................................................. 117
35. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%,
Harga Kedelai Naik 12%, Biaya Operasional Naik 10% UD. TB
(100% Modal Sendiri)............................................................................. 118

xvii
36. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%,
Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% UD. TB
(100% Modal Sendiri)............................................................................. 119
37. Analisis Sensitivitas Harga Kedelai Naik 12%,
Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% UD. TB
(100% Modal Sendiri)............................................................................. 120
38. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%,
Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10%,
Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ............... 121
39. Payback Period UD. TB (100% Modal Sendiri)..................................... 122
40. Payback Period Analisis Sensitivitas UD. TB
(100% Modal Sendiri)............................................................................. 122
41. Total Biaya Dan Sumber Modal UD. TB ............................................... 127
42. Ikhtisar Rugi/ Laba UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................. 127
43. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%
UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................................................. 128
44. Analisis Sensitivitas Harga Kedelai Naik 12%
UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................................................. 129
45. Analisis Sensitivitas Harga Solar Naik 10%
UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................................................. 130
46. Analisis Sensitivitas Biaya Operasional Naik 10%
UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................................................. 131
47. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 1%
UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................................................. 132
48. Payback Period UD. TB (40% Modal Pinjaman) ................................... 133
49. Payback Period Analisis Sensitivitas UD. TB
(40% Modal Pinjaman) .......................................................................... 133




xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian dan industri merupakan sektor yang terkait satu sama
lain, dimana pertanian sebagai penyedia bahan baku, sedangkan industri mengolah
hasil pertanian untuk memperoleh nilai tambah.
Industri kecil mempunyai peranan yang sangat besar tehadap roda
perekonomian suatu negara. Menurut M. Irfan dalam Anoraga dan Sudantoko
(2002: 244), peranan usaha kecil itu dapat meningkatkan ekspor non migas,
penyerapan tenaga kerja, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan
berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Sarwono dan
Saragih (2004: v), kontribusi industri kecil terhadap produk domestik bruto (PDB)
baru mencapai 14%, hal ini menjadi tantangan bagi para pengusaha kecil untuk
meningkatkan usahanya.
Industri kecil yang mengolah hasil-hasil pertanian (agroindustri) tahan
terhadap dampak krisis ekonomi bersifat padat karya merupakan salah satu
alternatif dalam membangun kembali perekonomian Indonesia saat ini (Anoraga
dan Sudantoko, 2002: 244). Selain dapat menciptakan lapangan kerja bagi
masyarakat sekitar perusahaan, juga dapat menciptakan nilai tambah bagi produk
pertanian khususnya pangan.
Salah satu industri kecil yang potensial untuk dikembangkan adalah pabrik
pembuatan tahu, hal ini terjadi karena konsumen tahu sangat luas, mencakup
semua strata sosial. Tahu tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah
xix
dan menengah saja, akan tetapi juga kelas atas. Ini terlihat telah masuknya produk
tahu di pasar swalayan.
Menurut Sarwono (2001: 12), sekitar 38 % kedelai di Indonesia
dikonsumsi dalam bentuk tahu. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk
Indonesia dari tahun ke tahun, maka permintaan dalam negeri terhadap produk
pangan yang merupakan hasil olahan dari biji kedelai khususnya tahu mengalami
pertumbuhan (BPS, 2005). Pertumbuhan konsumsi tahu perkapita di Indonesia
dari tahun 1990 sampai dengan 2004, terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pertumbuhan Konsumsi Tahu Perkapita Di Indonesia Tahun
19902004

Tahun Konsumsi
1990
1993
1996
1999
2000
2004
4,42
5,04
5,36
6,08
7,70
6,71
Sumber: BPS, 2005
Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat mengkonsumsi tahu
adalah selain komposisi zat-zat yang terkandung dalam produk makanan ini
sangat baik untuk tubuh, tahu juga dapat diolah menjadi aneka masakan. Menurut
Sarwono dan Saragih (2004: 2), tahu seringkali disebut sebagai daging tidak
bertulang karena kandungan gizinya, terutama mutu proteinnya yang setara
dengan daging hewan.
Menurut Sarwono dan Saragih (2004: 3), protein tahu lebih tinggi
dibandingkan protein kedelai yaitu tahu mengandung protein 0,49 gram,
sedangkan kedelai mengandung protein 0,39 gram (Tabel 2).
xx
Tabel 2. Nilai Gizi Tahu dan Kedelai (Berdasarkan Berat Kering)
Zat Gizi Tahu Kedelai
Protein (gram) 0,49 0.39
Lemak (gram) 0,27 0.20
Karbohidrat (gram) 0,14 0.36
Serat (gram) 0,00 0.05
Abu (gram) 0,04 0.06
Kalsium (mg) 9,13 2.53
Natrium (mg) 0,38 0.00
Fosfor (mg) 6,56 6.51
Besi (mg) 0,11 0.09
Vitamin B1(mg) 0,001 0.01 (sebagai B kompleks)
Vitamin B2 (mg) 0,001 -
Vitamin B3 (mg) 0,03 -
Sumber: Sarwono dan Saragih, 2004
Sejak mencuatnya kembali kasus tahu berformalin (BPOM) akhir-akhir
ini, bukan berarti prospek dan peluang untuk membuka usaha tahu tidak lagi
menarik untuk dikembangkan. Hal tersebut, justru menjadi tantangan bagi
produsen untuk menghasilkan produk tahu yang tanpa bahan pengawet sesuai
dengan keinginan konsumen.
Salah satu industri yang memproduksi tahu tanpa menggunakan bahan
pengawet adalah UD. Tahu Bintaro. Dengan demikian, maka perusahaan seperti
ini patut untuk dikembangkan, mengingat permintaan konsumen akan produk tahu
yang aman bagi kesehatan. Selanjutnya penulis ingin meneliti kelayakan finansial
tahu tersebut.

1.2. Perumusan Masalah
Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan akses terhadap
sumber-sumber permodalan telah menjadi salah satu karakteristik dari industri
kecil (Anoraga dan Sudantoko, 2002: 225-226). Lain halnya dengan yang terjadi
xxi
pada UD. Tahu Bintaro, perusahaan ini memiliki modal yang cukup kuat dan
tidak perlu membayar angsuran ataupun bunga pinjaman karena modal
keseluruhan berasal dari modal sendiri. Manfaat yang diterima atas biaya yang
dikeluarkan pada perusahaan ini belum mencapai hasil yang maksimal, karena
modal awal yang cukup besar untuk bangunan, serta pembelian mesin dan
peralatan.
Berkaitan dengan uraian diatas, maka yang menjadi perumusan masalah
dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kelayakan finansial industri tahu pada UD. Tahu Bintaro?
2. Bagaimanakah tingkat sensitivitas usaha tahu pada UD. Tahu Bintaro terhadap
perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya?

1.3. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian
adalah:
1. Menganalisis kelayakan finansial industri tahu pada UD. Tahu Bintaro.
2. Menganalisis tingkat sensitivitas usaha tahu pada UD. Tahu Bintaro terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada manfaat dan biaya.

1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian diharapkan
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi pelaku usaha tahu, penelitian ini dapat memberikan bahan informasi dan
masukan bagi manajemen perusahaan dalam rangka mengambil keputusan
dalam perencanaan dan pengembangan usaha.
xxii
2. Bagi investor dan lembaga keuangan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan atau dasar pertimbangan dalam penanaman modal pada usaha tahu.
3. Bagi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini dapat memberikan masukkan
yang berguna tentang kelayakan finansial usaha tahu pada UD. Tahu Bintaro
dan tingkat sensitivitasnya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
manfaat dan biaya.
4. Dari segi ilmiah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
dan memperkaya bahan acuan (pustaka) dalam rangka penelitian lanjutan atau
peneliti sejenisnya.




























xxiii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teoritis
2.1.1 Gambaran Umum Tahu
Kata tahu berasal dari bahasa Cina yaitu tao-hu atau teu-hu. Tao atau teu
berarti kedelai, sementara hu berarti lumat atau menjadi bubur. Di Jepang, tahu
dikenal dengan nama tohu, sedangkan dalam bahasa inggris disebut soybean curd
atau juga tofu (Supriatna, 2005: 6).
Tahu adalah gumpalan protein kedelai yang diperoleh dari hasil penyarian
kedelai yang telah digiling dengan penambahan air (Sarwono dan Saragih, 2004:
2). Pengertian tahu menurut Adisarwanto (2005: 90), tahu adalah produk
koagulasi protein kedelai.
Menurut Sarwono dan Saragih (2004: 5-7), tahu diperdagangkan dengan
berbagai variasi bentuk, ukuran, dan nama. Selain tahu putih atau tahu biasa,
dipasar juga dikenal berbagai tahu komersil yang sudah memiliki nama dan berciri
khas diantaranya yaitu:
1. Tahu Sumedang
Tahu Sumedang disebut juga tahu pong alias tahu kulit. Tahu ini
merupakan lembaran-lembaran tahu putih setebal sekitar 3 cm dengan tekstur
lunak dan kenyal.
2. Tahu Cina
Tahu Cina berupa tahu putih, teksturnya lebih padat, halus, dan kenyal
dibandingkan tahu biasa. Ukurannya sekitar 12 cm x 12 cm x 8 cm.

xxiv
3. Tahu Kuning
Tahu kuning mirip tahu cina. Bentuknya tipis dan lebar, warnanya kuning
dkarenakan sepuhan atau larutan sari kunyit.
4. Tahu Sutera
Tahu sutera teksturnya sangat lembut dan lunak, tahu yang berasal dari
Jepang ini biasanya dikonsumsi sebagai makanan penutup (dessert).

2.1.1.1. Bahan Pembuatan Tahu
Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan tahu meliputi
bahan baku utama, dan bahan pembantu. Adapun bahan-bahan yang digunakan
dalam proses pembuatan tahu adalah sebagai berikut
1. Bahan Baku Pembuatan Tahu
Bahan baku utama tahu adalah kacang kedelai, terutama kedelai kuning.
Persyaratan bahan baku tahu lebih ketat dari pada bahan baku tempe atau kecap,
karena tahu diproduksi melalui proses ekstraksi (penyaringan) protein kedelai
dengan penambahan air. Jadi jumlah dan mutu protein kedelai amat penting
dipertimbangkan saat memilih bahan baku (Sarwono dan Saragih, 2004: 14).
Menurut Adisarwanto (2005: 84-90), kualitas kedelai sebagai bahan baku
tahu tidak terlalu ditekankan, yang terpenting tersedia secara kontinue. Namun
demikian, kedelai impor lebih disukai karena bentuknya seragam dan tidak
tercampur dengan kotoran, sedangkan biji kedelai lokal mempunyai bentuk,
warna, dan ukuran yang tidak seragam.
Menurut Adisarwanto (2005: 3), bahan baku kedelai yang digunakan
selama ini sebagian besar berasal dari kedelai impor. Hal ini bisa terjadi di
xxv
Indonesia karena kurang tersedianya stock kedelai lokal di pasaran, sehingga
kebutuhan bahan baku dipenuhi dari impor.
2. Bahan Pembantu Pembuatan Tahu
Menurut Sarwono dan Saragih (2001: 16-20), dalam proses pembuatan
tahu, digunakan bahan pembantu agar bahan baku (kedelai) dapat diproses lebih
lanjut. Bahan pembantu yang digunakan adalah:
a. Penggumpal yang digunakan untuk mengendapkan protein dan larutan
padat pada sari kedelai. Beberapa bahan penggumpal yang dapat digunakan
yaitu batu tahu atau sioko, biang tahu (Whey), dan Glucono-Delta-Lacton
(GDL). Sedangkan menurut Supriatna (2005: 31-33), bahan penggumpal yang
digunakan untuk pembuatan tahu adalah biang tahu bagi usaha yang sudah
rutin produksinya dan bagi usaha yang baru akan memulai usahanya, bahan
penggumpal yang digunakan adalah asam cuka makanan (asam asetat) pekat.
b. Pewarna
Ada dua jenis pewarna makanan, yaitu pewarna alami dan pewarna
sintetik. Pewarna alami tahu biasanya menggunakan ekstrak kunyit. Tahu
yang diberi pewarna alami ini cukup mudah dikenali karena pada
permukaannya terdapat sedikit gumpalan-gumpalan dan beraroma khas
kunyit. Apabila menggunakan pewarna sintetik sebaiknya menggunakan
pewarna makanan dan bukan bahan pewarna cat atau kain selain dilarang oleh
pemerintah juga bisa membahayakan kesehatan.


xxvi
c. Antibusa
Bahan ini berfungsi untuk mencegah timbulnya busa sewaktu memasak
bubur kedelai. Ada beberapa zat antibusa yang bisa digunakan dalam
pembuatan tahu, antara lain kalsium karbonat, minyak goreng, dan silicone
defoamer. Adanya busa atau gelembung-gelembung udara yang terkait dalam
tahu dapat menurunkan umur simpan tahu.
d. Air
Air sangat berpengaruh pada mutu tahu, oleh karena itu air yang
digunakan harus memenuhi persyaratan untuk industri pangan, seperti tidak
berwarna, tidak berbau, jernih, tidak berasa, tidak mengandung besi dan
mangan, serta bebas dari jasad renik patogen.

2.1.1.2. Proses Pembuatan Tahu
1. Proses Pembuatan Tahu Sutera
Tahu sutera atau tahu lunak ini berasal dari Jepang. Disebut tahu sutera
atau tahu lunak karena teksturnya sangat lunak dan lembek, karena dalam
pembuatannya tidak dilakukan pembuangan sebagian air. Adanya air ini
menyebabkan tahu sutera tidak tahan lama. Menurut Sarwono dan Saragih (2004:
43-45), proses pembuatan tahu sutera dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
sebagia berikut:
a. Pembuatan Tahu Sutera Cara I:
Tahapan awal (pembuatan sari kedelai) dalam pembuatan tahu sutera
sama dengan pembuatan sari kedelai pada pembuatan tahu keras. Tahap
selanjutnya berupa tahap penuangan.
xxvii
Sari kedelai yang baru disaring dipindahkan dengan penyiduk ke
baki logam antikarat. Dari baki ini, sari kedelai dipindahkan ke baki lain
yang bagian dalamnya telah dibalur dengan larutan asam sulfat. Suhu saat
sari kedelai dipindahkan sekitar 70-80C. Apabila menginginkan tahu
sutera mempunyai rasa udang, daging sapi, atau telur ayam, sari kedelai
yang telah disaring dapat dicampur dengan perasa tersebut. Sari kedelai
didiamkan selama 10 menit, kemudian tahu dilepaskan dari baki dan
dipotong-potong menjadi 36 potong.
b. Pembuatan Tahu Sutera Cara II:
Proses pengolahan tahu sutera dengan memanfaatkan teknologi baru
dapat memperpanjang daya simpan, adapun cara pembuatannya adalah
sebagai berikut: Sari kedelai yang mengandung padatan 3-4% disterilkan
sampai suhu 130C selama 2-5 detik dengan sistem UHT (ultra high
temperature), setelah didinginkan sampai suhu 10-15C, sari kedelai diberi
zat penggumpal GDL (glucono delta-lactone). Zat itu dimasukkan secara
aseptik dalam plastik yang tertutup rapat. Plastik yang berisi sari kedelai
tersebut kemudian dicelupkan dalam air panas bersuhu 95C selama 30
menit agar terjadi penggumpalan protein. Setelah itu didinginkan dalam air
mengalir.
2. Proses Pembuatan Tahu Putih
Menurut Sarwono dan Saragih (2004: 32-35), proses pembuatan tahu lokal
yang sering dilakukan adalah sebagai berikut:

xxviii
a. Pembuatan Sari Kedelai
Biji kedelai dibersihkan dari kotoran atau benda asing, seperti kerikil,
pasir, dan sisa tanaman. Biji kedelai yang sudah bersih direndam selama 8-12
jam, kemudian ditiriskan dan digiling dengan menggunakan mesin penggiling
sehingga menjadi bubur. Pada saat penggilingan berlangsung, air ditambahkan
sedikit demi sedikit. Kedelai yang telah menjadi bubur ditampung dalam
wadah logam antikarat atau tong kayu, kemudian dimasak dan selama
pemasakan berlangsung air ditambahkan berulang-ulang kali dengan jumlah
kebutuhan air sekitar 10 liter untuk 1 kg kacang kedelai. Proses selanjutnya
adalah penyaringan yang dilakukan untuk memperoleh sari kedelai.
b. Penggumpalan dan Pengendapan
Proses penggumpalan dilakukan dengan cara menambahkan larutan sioko
yang telah diendapkan selama satu malam. Pada saat penambahan sioko,
pengadukan dilakukan dengan cara searah dan dihentikan bila penggumpalan
bubur tahu telah berbentuk.
Bubur tahu kemudian diendapkan hingga turun ke dasar wadah.
Pengendapan ini bertujuan untuk memudahkan pemisahan air tahu (whey)
dengan bubur tahu.
c. Pencetakan dan Pengepresan
Gumpalan bubur tahu dimasukkan ke dalam cetakan yang telah dialasi
kain, lalu bagian atas juga ditutupi dengan kain serupa dan papan. Dimana
papan selanjutnya diletakkan pemberat berbobot sekitar 30 kg selam 15 menit
xxix
atau hingga air tahu menetes habis, kemudian dipotong-potong sesuai dengan
ukuran yang diinginkan.

2.1.2. Industri Kecil atau Usaha Kecil (UK)
2.1.2.1.Pengertian Usaha Kecil
Menurut UU RI No. 9 tahun 1995 dalam Anoraga dan Sudantoko (2002:
330), pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta
kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Kriteria usaha kecil dalam UU tersebut tercantum pada pasal 5 ayat 1,
yaitu sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau,
2. Memilki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu
milyar rupiah).
3. Milik Warga Negara Indonesia.
4. Berdiri Sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau usaha besar.
5. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 yang pertama dan kedua,
nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang
diatur dengan peraturan pemerintah (Anoraga dan Sudantoko, 2002: 331-332).
xxx
2.1.2.2.Karakteristik Usaha Kecil
Menurut Anoraga dan Sudantoko (2002: 225226), secara umum sektor
usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti
kaedah administrasi pembukuan standar. Kadang kala pembukuan tidak
diperbaharui, sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya.
2. Marjin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.
3. Modal terbatas.
4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.
5. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk mampu
menekan biaya mencapai titik efisien jangka panjang.
6. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta deversifikasi pasar sangat terbatas.
7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah,
mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan
dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi
standar dan harus transparan.

2.1.3. Studi Kelayakan Bisnis
2.1.3.1.Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang
tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis di bangun, tetapi juga saat
dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maximal
untuk waktu yang tidak di tentukan (Umar, 2003: 8). Menurut Ibrahim (2003: 1),
yang menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan
xxxi
dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu
gagasan usaha atau proyek yang direncanakan.
Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari
keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata
tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 2000: 6-7).

2.1.3.2. Aspek-Aspek Dalam Studi Kelayakan Bisnis
1. Aspek Pemasaran
Analisis aspek pemasaran akan dilakukan dengan menggunakan bauran
pemasaran, yaitu seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk
mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran. Menurut Swastha dan Sukotjo
(1995: 193), alat-alat bauran pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi 4 unsur,
yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi.
2. Aspek Teknis dan Produksi
Menurut Ibrahim (2003: 118), aspek taknis produksi adalah aspek yang
berhubungan dengan pembangunan dari proyek yang direncanakan, baik dilihat
dari faktor lokasi, luas produksi, proses produksi, penggunaan teknologi
(mesin/peralatan), maupun keadaan lingkungan yang berhubungan dengan proses
produksi.
3. Aspek Manajemen dan SDM
Menurut Umar (2003: 115), bahwa manajemen dalam pembangunan
proyek bisnis maupun manajemen dalam implementasi rutin bisnis adalah sama
saja dengan manajemen lainnya. Ia berfungsi untuk aktivitas-aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.
xxxii
Aspek SDM bertujuan untuk mengetahui apakah dalam pembangunan dan
implementasi bisnis diperkirakan layak atau sebaliknya dilihat dari ketersediaan
SDM. Kesuksesan suatu perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sebuah
proyek bisnis sangat tergantung pada SDM yang solid, yaitu manajer, dan tim-nya
(Umar, 2003: 157-158).
Perencanaan tenaga kerja merupakan suatu cara untuk menetapkan
keperluan mengenai tenaga kerja suatu periode tertentu. Perencanaan ini
dimaksudkan agar perusahaan dapat terhindar dari kelangkaan SDM pada saat
dibutuhkan maupun kelebihan SDM pada saat kurang dibutuhkan (Umar, 2003:
161-162).
Menurut Umar (2003: 164), aspek SDM mencakup produktivitas dari
suatu tenaga kerja yang secara umum, mengandung arti sebagai perbandingan
antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yanng
digunakan (input). Produktivitas memiliki 2 dimensi, yaitu:
a. Suatu efektivitas yang mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang
maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas,
kuantitas, dan waktu.
b. Efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan
realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
4. Aspek Hukum
Aspek ini mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan,
jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dana
xxxiii
yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan
sebagainya (Husnan dan Suwarsono, 2000: 20).
5. Aspek Sosial
Tujuan utama perusahaan adalah mencari keuntungan yang sebesar-
besarnya, namun perusahaan tidak dapat hidup sendirian. Perusahaan hidup
bersama-sama dengan komponen lain dalam satu tatanan kehidupan yang
kompleks. Salah satu komponen yang dimaksud adalah lembaga sosial, sehingga
dalam rangka keseimbangan tadi, hendaknya perusahaan memiliki tanggung
jawab sosial.
Bisnis hendaknya memiliki manfaat-manfaat sosial yang dapat diterima
oleh masyarakat, seperti:
a. Membuka lapangan kerja baru
Maksudnya dengan dibukanya proyek bisnis akan menarik masyarakat
sekitar untuk turut membuka lapangan kerja baru.
b. Melaksanakan alih teknologi
Dilakukannya alih teknologi kepada pekerja dengan berbagai cara
pelatihan terprogram dengan baik, maka diharapkan tidak hanya
meningkatkan skill pekerja tetapi juga sikap mental tenaga kerja yang
andal semakin kokoh.
c. Meningkatkan mutu hidup
Adanya proyek bisnis turut serta mengurangi angka pengangguran,
sehingga dapat meningkatkan mutu hidup mereka (Umar, 2003: 252-254).


xxxiv
6. Aspek Dampak Lingkungan
Menurut Soeharto (2002: 97), aspek lingkungan adalah suatu pengkajian
yang dikenal sebagai analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang
merupakan suatu mekanisme untuk mencapai kelesatriaan lingkungan, aspek
lingkungan meliputi limbah yang dihasilkan proses produksi. AMDAL hasil studi
memengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan dan diperkirakan
mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup.
Aspek ini harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan
beroperasinya proyek-proyek industri. Manusia dalam usahanya untuk memenuhi
kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan melakukan aktifitas yang makin lama
makin mengubah lingkungan (Umar, 2003: 303).
7. Aspek Finansial
Aspek finansial merupakan aspek kunci dari suatu studi kelayakan, karena
sekalipun aspek lain tergolong layak, jika studi aspek finansial memberikan hasil
yang tidak layak, maka usulan proyek akan ditolak karena tidak akan memberikan
manfaat ekonomi (Haming dan Basalamah, 2003: 13).
Tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu studi kelayakan proyek
bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan
manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan
pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk
membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai
apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar, 2003: 178).
xxxv
Untuk mengetahui apakah pelaksanaan proyek tersebut menguntungkan
atau tidak, dilakukan evaluasi proyek dengan cara menghitung manfaat dan biaya
yang diperlukan sepanjang umur proyek. Adapun komponen yang diperlukan
dalam analisis kelayakan finansial adalah sebagai berikut:
a. Cash Flow
Aliran kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu
periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut
dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-
penggunaannya (Umar, 2003: 179). Berdasarkan jenis transaksinya
menurut Haming dan Basalamah (2003: 67), kas dalam cash flow dibagi
menjadi dua macam, yaitu:
1) Arus kas masuk (cash inflow), yaitu arus kas menurut jenis
transaksinya yang mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas. In
Flow pada industri kecil tahu terdiri dari penerimaan penjualan,
manfaat tambahan, dan nilai sisa. Ketiga penerimaan tersebut yang
paling utama adalah penerimaan penjualan karena penerimaan ini
bersifat rutin.
2) Arus kas keluar (cash outflow), yaitu arus kas menurut jenis
transaksinya yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas.
Arus kas keluar dalam industri tahu dapat digolongkan menjadi:
a) Pengeluaran investasi, yaitu arus pengeluaran kas yang ditujukan
untuk membiayai kegiatan pembangunan atau pengadaan proyek.
Arus kas ini biasanya disebut dengan arus kas awal.
xxxvi
b) Pengeluaran operasi, yaitu arus pengeluaran kas yang ditujukan
untuk membiayai kegiatan operasi proyek sesudah memasuki fase
operasi komersial.
Menurut Umar (2003: 202), pendapatan perusahaan merupakan
penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan sedangkan biaya operasinya
merupakan pengeluaran yang juga karena kegiatan perusahaan.
b. Kriteria Kelayakan Investasi
1) Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang yaitu selisih antara
Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-
penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Umar, 2003: 200).
2) Internal Rate of Return (IRR) adalah merupakan metode yang
digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai
sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang atau
penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 2003:
198).
3) Payback Period (PP) adalah suatu periode yang menunjukkan berapa
lama modal yang ditanamkan dalam proyek tersebut dapat kembali
(Rangkuti, 2004: 214).
4) Net B/C Ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat berapa
manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu rupiah pengeluaran
proyek. Menurut Sofyan (2004: 177), Net B/C Ratio adalah suatu rasio
yang membandingkan antara benefit atau penerimaan dari suatu usaha
xxxvii
dengan biaya yang di keluarkan untuk merealisasikan rencana
pendirian dan pengoperasian usaha tersebut.
5) Break event point merupakan suatu keadaan atau penjualan usaha
dimana jumlah manfaat (pendapatan ) sama besarnya dengan
pengeluaran (biaya) dengan kata lain keadaan dimana perusahaan
tidak mendapatkan keuntungan dan tidak menderita kerugian ( Fatah,
1994: 45).
6) Return Of Investment (ROI) adalah pengukur kemampuan perusahaan
secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi
rasio ini, semakin baik keadaan perusahaan (Rahardi, 2004: 106).

2.1.3.3.Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan suatu alat yang langsung menganalisa
pengaruh-pengaruh resiko yang ditanggung sebagai akibat dari ketidakpastian
proyek. Menurut Fatah (1994: 96), analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkaji
sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial terhadap apa yang
dipilih. Unsur-unsur tersebut dapat berupa harga bahan baku, biaya produksi,
menurunnya pangsa pasar dan turunnya harga produk per unit atau terhadap bunga
pinjaman.
Perubahan yang terjadi dalam tingkat penerimaan dan biaya akan
mempengaruhi kondisi usaha tersebut yang dilihat dari nilai Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Net B/C Ratio, Break
Even Value (BEP), serta Return Of Investment (ROI) setelah terjadi perubahan.
xxxviii
2.2. Penelitian Terdahulu
Dananjoyo, A. (2005), melakukan penelitian di Kota Bogor, Provinsi Jawa
Barat, dengan judul Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tempe. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa usaha pengrajin tempe biasa dan tempe Malang di
Kota Bogor layak untuk dilaksanakan, hal ini dapat dilihat dengan hasil analisis
kriteria kelayakan berikut: NPV pengrajin tempe biasa positif yaitu sebesar Rp
8.805.006,00 dan NPV pengrajin tempe Malang Rp 7.157.760,00; IRR pengrajin
tempe biasa dan tempe Malang lebih tinggi dari tingkat diskonto 13 persen yaitu
35 persen pada tempe biasa dan untuk tempe Malang 32 persen; Net B/C Ratio
pada tempe biasa dan tempe Malang yaitu 1,59 untuk tempe biasa dan 1,47 untuk
tempe Malang.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa baik tempe biasa maupun
tempe Malang sangat sensitiv terhadap perubahan bahan baku (kedelai) dan
penurunan harga output. Menurut analisis switching value perubahan yang dapat
ditolerir oleh pengrajin tempe biasa untuk perubahan harga bahan baku tidak
boleh naik lebih dari 5,3 persen dan untuk tempe Malang 6,9 persen. Perubahan
harga output yang masih dapat ditoleransi pada pengrajin tempe biasa sebesar 6,3
persen dan pengrajin tempe Malang sebesar 3,4 persen.
Menurut penelitian Suherliyanti, Lely. (2003) yang berjudul Analisis
Kelayakan Finansial Perusahaan Tahu Di Kabupaten Sumedang menunjukkan
bahwa usaha tahu Sumedang baik pada skala usaha menengah maupun skala
usaha kecil layak untuk diusahakan. Hal ini terlihat dari nilai NPV, IRR, dan Net
B/C yang diperoleh telah memenuhi syarat kelayakan investasi dengan
xxxix
memperhitungkan pajak penghasilan. Namun jika dibandingkan antara skala
usaha menengah dan kecil, maka manfaat proyek lebih dirasakan oleh pengusaha
pada skala menengah. Hal ini terlihat dari nilai kriteria yang diperoleh lebih baik
pada skala usaha menengah dari pada skala kecil.
Hasil analisis tingkat pengembalian investasi, investasi pada usaha tahu
Sumedang ini relatif cepat. Pengembalian investasi untuk skala usaha menengah
adalah selama 9 bulan lebih singkat dibandingkan pada skala usaha kecil yaitu
selama 1 tahun 4 bulan. Tingkat pengembalian investasi akan berbeda-beda jika
terjadi perubahan input dan output usaha tahu Sumedang ini. Namun demikian
usaha tahu Sumedang ini menghasilkan tingkat pengembalian investasi yang
cepat.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha pengolahan kedelai
menjadi tahu Sumedang ini menunjukkan kepekaan usaha ini terhadap perubahan
yang terjadi pada saat terjadi penurunana harga jual output (tahu) sebesar 17
persen dan peningkatan harga input (kedelai) sebesar 14 persen dengan tingkat
diskonto 15 persen dan 19 persen. Pada skala usaha menengah kepekaan yang
nyata dalam ketidaklayakan usaha terjadi pada saat terjadi peningkatan harga
input (kedelai) bersamaan dengan penurunan harga jual tahu pada kedua jenis
tingkat diskonto dan masih layak diusahakan pada saat terjadi penurunan harga
jual tahu tanpa adanya peningkatan harga kedelai. Pada skala usaha kecil
ketidaklayakan usaha terjadi pada saat terjadi penurunan harga output (tahu),
penurunan harga output yang diikuti oleh peningkatan harga kedelai pada kedua
xl
tingkat diskonto yang digunakan. Kondisi tesebut memperlihatkan kepekaan yang
nyata dalam ketidaklayakan usaha tahu Sumedang berdasarkan kriteria kelayakan.

2.3. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui kelayakan finansial, sehingga
dapat dinilai layak atau tidaknya usaha tersebut untuk dilaksanakan. Dalam
mengembangkan usaha tahu pada perusahaan ini, maka terlebih dahulu
diidentifikasi karakteristik usaha tersebut dengan melihat berbagai aspek. Aspek-
aspek yang perlu dikaji antara lain adalah aspek non finansial yang meliputi:
aspek pemasaran, aspek teknis dan produksi, aspek manajemen dan SDM, aspek
hukum, aspek sosial, aspek dampak lingkungan, serta aspek finansial. Dalam
penelitian ini, untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk
diteruskan hanya ditentukan pada aspek finansial yang data-datanya didukung
oleh aspek non finansial. Untuk menentukannya pertama dianalisis Cash flow
sebagai landasan untuk melakukan pengukuran dengan beberapa kriteria
kelayakan investasi, yang meliputi: NPV, IRR, dan Net B/C Ratio. Untuk
mengetahui waktu pengembalian investasi dianalisis dengan Payback Period,
kemudian untuk mengetahui dimana keadaan perusahaan tidak mendapatkan
keuntungan dan tidak juga mengalami kerugian dianalisis dengan BEP. Selain itu,
alat analisis ROI juga digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan
operasi perusahaan. Analisis Sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh yang terjadi atas perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya
terhadap kelayakan usaha tersebut.
xli
Setelah mendapatkan hasil tentang studi kelayakan pada perusahaan tahu
tersebut, maka dapat disimpulkan apakah usaha tersebut layak atau tidak. Apabila
usaha dikatakan layak maka usaha dapat terus dilaksanakan atau dilanjutkan,
sedangkan apabila usaha tersebut tidak layak maka perusahaan harus mengadakan
perbaikan manajemen dalam perusahaan dan efisiensi terhadap biaya yang
dikeluarkan. Adapun alur pemikiran diatas dapat digambarkan oleh kerangka
pemikiran seperti yang terdapat pada Bagan 1.
















xlii





















Bagan 1. Kerangka Pemikiran Operasional


Analisis Kelayakan Usaha
UD. Tahu Bintaro
Aspek
Pemasaran
Aspek
Teknik &
Produksi
Aspek
Manajemen
& SDM
Aspek
Hukum
Aspek
Sosial
Aspek
Dampak
Lingkungan
1. Cash Flow
Inflow
Outflow
2. Kriteria Kelayakan Investasi:
NPV
IRR
PP
Net B/C Ratio
BEP
ROI
3. Analisis Sensitivitas:
Penerimaan Turun 10%
Harga Kedelai Naik 12%
Harga Solar Naik 10%
Biaya Operasional Naik 10%
Interpretasi Hasil Analisis
Efisiensi Biaya Dan Perbaikan
Manajemen Dalam Perusahaan
Usaha Ini Dapat Terus
Dilaksanakan/Dilanjutkan
Layak Tidak layak
Aspek
Finansial
xliii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada industri tahu UD. Tahu Bintaro yang
beralamat di JL. Kampung Rawa Barat No. 11, Bintaro Sektor IX. Pemilihan
lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan karena
perusahaan tersebut merupakan salah satu dari perusahaan tahu yang
menggunakan mesin dan peralatan modern sehingga membutuhkan investasi yang
cukup besar. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan, dimulai pada bulan
September sampai bulan Oktober 2006.

4.2. Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
data kuantitatif. Sumber datanya berasal dari data primer, dan sekunder. Data
primer diperoleh melalui observasi dan wawancara yang dilakukan dengan
berbagai pihak terkait dalam topik penelitian, sedangkan data skunder diperoleh
dari berbagai literatur.

4.3. Metode Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data-data dan keterangan yang diperlukan dalam
penelitian ini melalui beberapa cara, yaitu:
1. Data primer diperoleh dengan cara:
a. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung objek penelitian
sehingga dapat diperoleh gambaran yang nyata dari keadaan perusahaan.
xliv
b. Wawancara atau interview, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung
dengan wakil Direktur Utama dan karyawan yang memiliki informasi yang
diperlukan.
2. Data sekunder diperoleh dengan cara:
a. Proses membaca
b. Penelitian terdahulu
c. Mempelajari dan mengambil keterangan yang diperlukan dari buku
d. Bahan-bahan kuliah serta sumber-sumber data yang lainnya yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data
kualitatif dilakukan untuk mengetahui karakteristik perusahaan tahu tersebut yang
disajikan pada aspek-aspek non finansial dalam bentuk uraian deskriptif, tabel,
bagan, atau gambar untuk mempermudah pemahaman. Data kuantitatif dilakukan
untuk mengetahui keadaan perusahaan secara finansial seperti NPV, IRR,
Payback Period (PP), Net B/C Ratio, BEP, ROI serta Analisis Sensitivitas.
Analisis kuantitatif ini disajikan dalam bentuk tabulasi yang mengelompokkan
dan mengklasifikasikan data agar mempermudah dalam melakukan analisis data.
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan kalkulator dan komputer program
Microsoft Excel.
Untuk mengetahui apakah pelaksanaan suatu proyek tersebut
menguntungkan atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi proyek dengan cara
menghitung manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Setelah
xlv
dilakukan identifikasi terhadap semua manfaat dan biaya tersebut, maka baru
dapat dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai dari kriteria investasi.
Adapun metode yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:

4.4.1. Net Present Value (NPV)
Menurut Umar (2003: 200), untuk menghitung nilai sekarang perlu
ditentukan tingkat bunga yang relevan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan
NPV adalah sebagai berikut:



Dimana:
CFt = Aliran kas pertahun pada periode t
Io = Investasi awal pada tahun 0
K = Suku bunga (discount rate)
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV yaitu:
Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima
Jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima
ataupun ditolak.
Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak.

4.4.2. Internal Rate Of Return (IRR)
Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung nilai NPV
1
dan nilai
NPV
2
dengan cara coba-coba. Apabila nilai NPV
1
telah menunjukkan angka
n CFt
NPV = - Io
t=1 (1 + K)
t
xlvi
positif maka discount faktor yang kedua harus lebih besar dari SOCC dan
sebaliknya apabila NPV
1
menunjukkan angka negatif maka discount faktor yang
kedua berada di bawah SOCC atau discount faktor.
Menurut Ibrahim (2003: 147), formula untuk IRR dapat dirumuskan
sebagai berikut:



Dimana:
i
1
= adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV
1

i
2
= adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV
2

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan IRR yaitu:
IRR > tingkat bunga, maka usulan proyek diterima
IRR < tingkat suku bunga, maka usulan proyek ditolak

4.4.3. Payback Period (PP)
Menurut Kasmir dan Jakfar (2004: 155), metode Payback Period (PP)
merupakan teknik penilain terhadap jangka waktu (periode) pengembalian
investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitunghan
kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan
penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika
investasi 100% menggunakan modal sendiri). Rumus yang digunakan dalam
perhitungan Payback Period adalah sebagai berikut:

NPV
1

IRR = i
1
+ x (i
2
i
1
)
(NPV
1
NPV
2
)

xlvii





4.4.4. Net B/C Ratio
Untuk menghitung Net B/C yaitu membagi jumlah nilai sekarang aliran
kas manfaat bersih positif dengan jumlah nilai sekaranng aliran kas manfaat bersih
negatif pada tahun-tahun awal proyek (Gittingar, 1986: 401). Secara matematis
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:






Dimana:
NPV Positif = Jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih positif.
NPV Negatif = Jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih negatif.
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C Ratio, yaitu:
Net B/C Ratio > 1, maka proyek layak atau dapat dilaksanakan.
Net B/C Ratio = 1, maka proyek impas antara biaya dan manfaat sehingga
terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan atau tidak.
Net B/C Ratio < 1, maka tidak layak atau tidak dapat dilaksanakan.
t=n B
t
C
t


t=1 (1 + i)
t
NPV Positif
Net B/C Ratio = =
t=n B
t
C
t
NPV Negatif
-
t=1 (1 + i)
t


Payback Period = Investasi = xxx
Proceeds tahun 1 = xxx -
Sisa = xxx
Proceeds tahun 2 = xxx -
Sisa = xxx
dst
xlviii
4.4.5. Break Even Point (BEP)
BEP merupakan titik impas usaha. Dari nilai BEP dapat diketahui pada
tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha tidak memberikan keuntungan dan
tidak pula mengalami kerugian (Rahardi dan Hartono, 2003: 70). Secara
matematis rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:







3.4.6. Return of Invesment (ROI)
Untuk mengetahui keuntungan perusahaan melalui metode ROI, maka
dapat dilakukan dengan cara membagi laba bersih setelah pajak dengan total
assets, kemudian untuk mendapatkan nilai persentasenya dikalikan 100% (Kasmir
dan Jakfar, 2004: 206). Secara matematis rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:




3.4.7. Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas akan melihat apa yang akan terjadi dengan hasil
kegiatan suatu usaha, jika terjadi perubahan-perubahan dalam dasar-dasar
Total biaya
BEP Produksi =
Harga penjualan
Total biaya
BEP Harga =
Total produksi
Net Profit after Tax
ROI = x 100%
Total Assets
xlix
perhitungan biaya dan manfaat. Dalam analisis sensitivitas setiap kemungkinan
harus dicoba, yang berarti bahwa tiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini
diperlukan karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang
mengandung banyak ketidakpastian tentang yang terjadi di waktu yang akan
datang.
Perubahan yang diamati adalah bagaimana nilai NPV, IRR, Net B/C
Ratio, dan Payback period jika terjadi perubahan pada variabel alat analisis.
Variabel-variabel yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian
ini adalah: (1) penurunan penerimaan sebesar 10%, (2) peningkatan harga kedelai
sebesar 12%, (3) peningkatan harga solar sebesar 10%, (4) peningkatan biaya
operasional sebesar 10%. Penggunaan variabel analisis untuk penurunan
penerimaan, kenaikkan harga solar, dan kenaikkan biaya operasional sebesar 10%
didasarkan pada terjadinya laju inflasi nasional periode 2001-2006 (Lampiran 7).
Untuk kenaikkan harga kedelai sebesar 12% diambil melalui pendekatan
persentase nilai tertinggi dan terendah yang dicapai oleh rupiah terhadap dollar
periode 2001-2006 (Lampiran 8).
Kajian analisis sensitivitas pada penelitian ini adalah jika keempat variabel
analisis yang digunakan menyatakan layak, maka dari keempat variabel tersebut
dilakukan analisis kombinasi. Apabila ketiga variabel analisisnya menyatakan
tidak layak, maka secara otomatis variabel tersebut tidak dapat dikombinasikan.



l
3.5. Definisi Operasional
1. Ningari adalah air laut yang diproses dengan cara dipanaskan dan penyulingan
sehingga zat-zat yang terkandung bermacam-macam didalamnya dapat
terpisahkan sehingga menjadi bahan penggumpal susu menjadi tahu.
2. Manfaat adalah segala sesuatu yang menambah pendapatan. Manfaat yang
diperhitungkan yaitu manfaat yang dapat diukur, misalnya hasil dari penjualan
tahu.
3. Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi pendapatan. Arus biaya ada dua
jenis yaitu biaya investasi dan biaya operasional.
4. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha.
5. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk berjalannya suatu
usaha. Biaya operasional dibagi menjadi 2 yaitu biaya tetap dan biaya
variabel.
6. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung kepada
perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan produk.
7. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan tingkat produksi.






li
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Sejarah Berdiri dan Lokasi Perusahaan
UD. Tahu Bintaro merupakan industri kecil yang bergerak pada usaha
pengolahan kedelai menjadi tahu. Industri kecil ini merupakan salah satu usaha
pembuatan tahu yang menggunakan peralatan dan mesin modern.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 2002 oleh bapak Parkudi Lubis yang
bertempat tinggal di Jl. Cendrawasih Bintaro sektor I. Latar belakang berdirinya
adalah berawal dari pemilik yang sangat gemar mengkonsumsi tahu, sehingga dari
kegemarannya itu beliau mencoba untuk memproduksi tahu sendiri.
Pertama didirikan berstatus Perseroan Terbatas (PT) dan diberinama PT.
Natura Tofu Indonesia. Pemilihan kata Natura Tofu Indonesia pada nama
perusahaan tersebut berdasarkan pada produk yang dihasilkan yaitu berupa tahu
yang terbuat dari bahan tanpa pengawet yang di produksi oleh perusahaan dalam
negeri (Indonesia).
Pada tanggal 1 september 2005 perusahaan yang berstatus Perseroan
Terbatas (PT) tersebut diganti dengan Usaha Dagang (UD) yang kemudian
diberinama UD. Tahu Bintaro. Pergantian status perusahaan terjadi karena
menurut manager operasional pada perusahaan tersebut, penggunaan kata PT
cakupannya terlalu luas. Pemilihan kata Tahu Bintaro pada nama baru perusahaan
tersebut berdasarkan pada jenis produk yang mereka hasilkan dan nama wilayah
tempat perusahaan tersebut didirikan. Penggunaan nama Natura Tofu sampai
sekarang masih digunakan sebagai merek dagang dari produk yang dihasilkan.
lii
UD. Tahu Bintaro merupakan anak perusahaan dari Cosmo (supermarket
Jepang) yang terletak di Grand Wijaya, Jakarta. Industri ini berlokasi di Jl.
Kampung Rawa Barat No. 11 Bintaro Sektor IX. Pabrik ini terletak di tengah
pemukiman penduduk.

4.2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dalam perusahaan ini, pemilik merangkap sebagai
Direktur Utama yang mempunyai wewenang mengambil keputusan pada saat
rapat. Dirut memiliki seorang wakil yang merangkap sebagai manajer operasional
yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan,
mulai dari pembelanjaan, proses produksi, sampai pemasaran, serta mengelola
karyawan.
Manajer operasional membawahi beberapa bagian, yaitu bagian
administrasi, keuangan, bagian umum, kepala produksi, serta bagian-bagian lain
yang mendukung aktivitas perusahaan. Adapun bagian-bagian dari srtuktur
organisasi dan tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Bagian administrasi, bertugas mencatat pengiriman produk serta persediaan
atau stok produk, bagian ini membawahi bagian distribusi dan keamanan.
Bagian distribusi bertugas sebagai pengantar pesanan, sedangkan bagian
keamanan bertugas menjaga keamanan diwilayah perusahaan, selain itu
bagian keamanan ini tugasnya juga merangkap sebagai pengantar pesanan bila
bagian distribusi sedang tidak berada ditempat.
2. Bagian keuangan tugasnya mencatat arus kas perusahaan setiap hari yang
meliputi pengeluaran dan pemasukan. Bagian ini membawahi bagian umum
yang bertugas mencatat jumlah stock bahan baku, bahan pembantu, bahan
liii
pengemas, bahan bakar. Bagian umum membawahi bagian kebersihan yang
bertanggung jawab atas kebersihan seluruh lingkungan pabrik.
3. Kepala produksi bertugas mencatat proses produksi, dan membawahi
supervisor produksi tahu line dan tofu line yang masing-masing bertugas
sebagai leader yang bertanggung jawab terhadap timnya pada saat proses
produksi berlangsung.
4. Marketing bertanggung jawab atas perencaan strategi pemasaran, yang sampai
sekarang masih di pegang oleh manajer operasional. Bagian ini membawahi
salesman yang bertugas menjual dan menawarkan produk. Adapun bentuk
struktur organisasi pada UD.Tahu Bintaro terdapat pada Bagan 2.
























Bagan 2. Struktur Organisasi UD. Tahu Bintaro
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)



Manajer Operasional
Keuangan
Bagian umum
Kebersihan
Kepala Produksi
Supervisor Produksi Tahu Line
Pelaksana Produksi
Pelaksana Produksi
Administrasi Marketing
Distribusi Keamanan
Salesman
Direktur utama
Supervisor Produksi Tofu Line
liv
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Aspek Pemasaran
Aspek pasar yang diteliti meliputi bauran pemasaran yang terdiri dari 4P,
yaitu produk, price (harga), promosi, dan place (distribusi) yang digunakan
perusahaan.
1. Produk
a. Produk utama
Produk utama yang dihasilkan adalah tahu dengan dua jenis
berdasarkan proses produksinya, yaitu tahu lokal dan tofu. Perbedaan antara
kedua jenis produk tersebut selain pada proses produksinya, juga pada
kemasan produknya. Untuk bahan penggumpalnya ada sebagian yang sama
dan ada juga yang tidak misalnya, produk tahu bahan penggumpalnya
memakai ningari dan cioko, sedangkan untuk produk tofu memakai ningari
dan GDL. Adapun jenis produk yang dihasilkan terdapat pada Lampiran 6.
b. Produk sampingan
Produk sampingan yang dihasilkan adalah ampas tahu (limbah padat)
yang dijual ke peternak sebagai makanan ternak. Adapun harga ampas
tahunya adalah sebesar Rp 5000,- per karung dengan volume 8-10 karung
per hari.
2. Harga
Harga produk Natura Tofu berbeda-beda sesuai dengan jenis tahu yang
dihasilkan. Penentuan harga yang diberikan kepada konsumen berdasarkan harga
lv
yang tertera pada brosur promosi (Lampiran 6), akan tetapi untuk pelanggan tetap
dengan pembelian skala besar diberikan diskon sebesar 10 persen. Hal tersebut
dilakukan selain untuk mempertahankan pelanggan juga supaya mark-up harga
yang akan diberikan kepada konsumen akhir tidak terlalu tinggi (melebihi harga
yang tertera pada brosur promosi).
3. Promosi
Promosi yang dilakukan adalah dengan melalui penyebaran brosur di
lingkungan sekitar perusahaan, di pusat perbelanjaan, dan di perumahan.
Penyebaran brosur dilakukan oleh bagian distribusi pada saat pengantaran dan
penjualan produk Natura Tofu di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta
Barat, Tanggerang, dan Depok. Penyebaran brosur juga dilakukan dalam
perusahaan itu sendiri yang langsung diberikan kepada setiap konsumen baru
yang datang langsung ke Perusahaan.
Promosi juga dilakukan melalui kata-kata yang tertera pada kemasan
produk (label), diantaranya: merek dagang yang dipakai yaitu Natura Tofu,
komposisinya terbuat dari cioko, ningari, GDL, dan garam tanpa bahan pengawet.
Adapun biaya yang dikeluarkan untuk promosi adalah sebesar Rp 350.000,- per
tiga bulan dengan penggunaan 5 rim (2500 lembar).
4. Distribusi
Produk yang dihasilkan didistribusikan untuk supermarket seperti Cosmo
yang merupakan induk perusahaan, dan Tip-Top. Selain itu, juga untuk restauran
Jepang seperti Hoka-Hoka Bento dan restauran Jepang lainnya termasuk cabang
dari restauran tersebut, dengan harga diskon sebesar 10%. Biaya untuk
lvi
pendistribusian ditanggung oleh UD. Tahu Bintaro yaitu sebesar Rp 85.000,-
per hari.
Penjualan produk juga dilakukan dengan cara directselling (penjualan
langsung dengan cara menawarkan kepada pelanggan), telemarketing (penjualan
melalui telepon), retailling (penjualan dengan cara eceran), dan canvasing
(penjualan melalui alat peraga). Penjualan melalui telemarketing mempunyai
batas minimum order, yaitu sebesar Rp 15.000,- untuk wilayah Bintaro sektor I
sampai dengan IX dan Rp 35.000,- untuk wilayah diluar komplek Bintaro, selain
itu, perusahaan juga melayani pembeli yang langsung datang ke pabrik, tanpa
adanya batas minimum pembelian dengan harga sesuai brosur. Adapun rantai
distribusinya terdapat pada Bagan 3.




Bagan 3. Rantai Distribusi UD. Tahu Bintaro
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)


5.2. Aspek Teknis dan Produksi
1. Lokasi usaha
Lokasi pabrik cukup strategis karena sarana dan prasarananya menunjang
seperti dekat dengan jalan raya dan perumahan, serta fasilitas umum lainnya,
sehingga memudahkan untuk akses pembelanjaan dan pemasaran.

UD. Tahu Bintaro
Supermarket
Restauran Jepang
Konsumen akhir
lvii
2. Bahan baku
Pembuatan tahu membutuhkan bahan baku utama berupa kacang kedelai.
Dalam memproduksi tahu, perusahaan menggunakan kacang kedelai impor dari
Amerika, dengan alasan penggunaan kacang kedelai impor lebih berkualitas,
harganya cenderung lebih murah, dan kadar susunya lebih banyak dibandingkan
dengan kacang kedelai lokal.
Pemenuhan kebutuhan bahan baku diperoleh dengan cara membeli kacang
kedelai dari pasar Cileduk dengan harga rata-rata Rp. 4000,- per kg. Dalam jurnal
keuangan harian perusahaan dapat diketahui bahwa biaya pembelian kacang
kedelai, yaitu sebesar 37,2 persen dari total biaya operasional.
Rata-rata penggunaan bahan baku dalam setiap proses produksi adalah
sebesar 200 kg per hari untuk tahu line, sedangkan untuk tofu line sebesar 60 kg
per hari. Jadi dalam satu bulan, perusahaan memerlukan sekitar 6,24 ton kedelai
sebagai bahan baku utama.
Pembuatan tahu juga membutuhkan bahan pembantu berupa antifoam,
bahan penggumpal (ningari, GDL, cioko, dan garam), serta bahan tambahan rasa
(kunyit, telur, kemiri dan bawang putih). Biaya yang dikeluarkan untuk
penggunaan bahan pembantu dalam proses produksi terdapat dalam Lampiran 10.
3. Tenaga kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi untuk tahu line dan
tofu line masing-masing adalah 5 orang, dan satu diantaranya termasuk
supervisor. Supervisor bertanggung jawab penuh terhadap proses produksi yang
dilakukan oleh timnya (pelaksana produksi).
lviii
4. Teknologi
Teknologi yang digunakan pada tahu line masih tergolong semi
tradisional, karena meskipun dalam proses penghancuran kacang sudah
menggunakan mesin penggiling dan juga menggunakan mesin boiller untuk
merebus bubur kacang, pada tahu line ini dalam proses selanjutnya masih
menggunakan alat tradisional. Hal ini dapat dilihat dari proses penyaringan yang
masih menggunakan tanggok, kain, dan tahang (digedog), pencetakan yang masih
menggunakan cetakan kayu, kemudian untuk memotong tahu yang telah melalui
tahap pengepresan juga masih menggunakan pisau dapur, sampai pada proses
pengemasannya pun juga masih memerlukan bantuan tangan manusia secara
langsung, akan tetapi untuk penyimpanan produk jadinya tahu line menggunakan
chiller.
Lain halnya dengan tofu, pada proses pembuatannya teknologi yang
digunakan pada tofu line ini memiliki tingkat teknologi yang modern. Hal ini
dapat dilihat mulai dari proses pengupasan kedelai yang menggunakan mesin
pengupas kacang, penggilingan kacang yang menggunakan mesin giling,
pemasakan yang menggunakan mesin boiller, proses penyaringan awal yang
menggunakan bantuan mesin penyaring, kemudian untuk produk tofu kotak
pengemasannya menggunakan mesin sill, sedangkan untuk tofu tube proses
pengemasannya menggunakan mesin vakum dan untuk proses pasteurisasi
selanjutnya untuk tofu tube menggunakan mesin water chiller. Untuk
penyimpanan produk jadi tofu line sama dengan tahu line yaitu menggunakan
chiller.
lix
Mesin dan alat-alat penunjang operasional lain yang dibutuhkan untuk
tahu dan tofu line adalah mesin expayer, mesin pompa air, tungku pemasakan, bak
stainless steel, tabung susu, box culler, countainer, kain sutra, tatakan stainless
steel, alat ukur kekentalan susu (atago), dan ember perendaman. Adapun biaya
yang dikeluarkan untuk pembelian mesin dan alat penunjang operasional terdapat
dalam Lampiran 12.
5. Proses produksi
Perbedaan proses produksi yang mendasar antara jenis tahu line dan tofu
line terletak pada aktivitas pengupasan kulit kering kedelai dan proses
pasteurisasi yang dilakukan oleh jenis tofu line. Proses pasteurisasi merupakan
perlakuan kepada produk tofu line dari kondisi suhu tinggi (panas) ke kondisi
suhu rendah (dingin).
Proses produksi kelompok produk tahu line sangat sederhana yaitu terdiri
dari aktivitas pencucian dan perendaman, penggilingan, pemasakan, penyaringan,
penggumpalan dan pengendapan, pencetakan, serta tahap terakhir adalah
pengemasan (Lampiran 3). Sedangkan proses produksi kelompok tofu line
dibedakan atas penggunaan kemasan. Untuk kelompok tofu line kemasan kotak
tray, setelah proses penggumpalan dilakukan pencetakan dengan memasukkan
gumpalan tahu dalam kotak tray dan ditaruh pada cetakan loyang stainless yang
kemudian dilakukan pemasakan kedua. Sedangkan pada kelompok tofu line
kemasan tube dilakukan proses vacum pada kemasan tube setelah penggumpalan
dianggap selesai, kemudian dilanjutkan pada pemasakan kedua dan pendinginan
pada water chiller (Lampiran 4).
lx
6. Layout
Tanah seluas 4000 m yang dimiliki dimanfaatkan untuk bangunan pabrik
tahu lokal berukuran 4x6, pabrik tofu berukuran 16x6 yang termasuk didalamnya
adalah gudang bahan pembantu, untuk gudang bahan baku berukuran 8x5 yang
digunakan juga untuk proses pengupasan kedelai, kamar tidur pekerja (mess)
berukuran 8x6, gudang peralatan berukuran 3x3, tempat pengolahan limbah
berukuran 3x3, kantor berukuran 2,5x5, dan untuk pos security berukuran 2x2,
serta pendopo yang merupakan tempat peristirahatan (tempat pribadi) berukuran
20x10. Sisa lahannya dimanfaatkan untuk tanaman organik, kolam ikan, dan
kandang hewan ternak. Adapun layout UD. Tahu Bintaro terdapat dalam
Lampiran 2.

5.3. Aspek Manajemen dan SDM
Sistem manajemennya bersifat open manajemen. Hal ini dapat dilihat
dengan adanya rapat dengan agenda mereview semua pengeluaran dan
pemasukkan yang terjadi dalam perusahaan yang dilaksanakan secara rutin satu
kali dalam seminggu. Setiap hari karyawan bekerja mulai pukul 08.0016.00 WIB
dengan waktu istirahat 1 jam. Perusahaan memberikan libur kerja pada hari
minggu, dan pada hari raya besar.
Saat ini perusahaan mempekerjakan 21 orang termasuk Direktur Utama,
dalam perusahaan ini manajer operasional memegang kekuasaan penuh untuk
merekrut dan memberhentikan karyawan. Dalam merekrut karyawan perusahaan
mengambil dari berbagai tingkatan yaitu mulai dari SD sampai perguruan tinggi,
lxi
akan tetapi perusahaan lebih mengutamakan kemauan dan kemampuan kerja
karyawan dari pada tingkat pendidikan yang dimiliki.
Dari 21 orang pekerja tersebut, terdapat 1 orang yang berpendidikan
terakhir S-2, 2 orang adalah tamatan S-1, 11 orang berpendidikan terakhir
SLTA/sederajat, dan selebihnya adalah tamatan SD dan SLTP. Secara rinci,
tingkat pendidikan pekerja pada UD. Tahu Bintaro terdapat pada Lampiran 5.
Sistem penggajiannya adalah per bulan untuk tenaga kerja tidak langsung,
sedangkan untuk tenaga kerja langsung bagian produksi adalah per minggu. Gaji
terendah yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan standart ketentuan dari
wilayah Kabupaten Tangerang yaitu sebesar Rp. 800.000,-, sedangkan untuk gaji
direktur utama, manajer operasional, bagian keuangan, dan bagian administrasi,
serta tenaga kerja tidak langsung lainnya terdapat dalam Lampiran. 12.
Insentif diberikan kepada karyawan yang produktifitasnya meningkat
diukur dari loyalitas, kinerja, komitmen, absensi, inisiatif, dan kemauan yang
tinggi untuk bekerja. Insentif diberikan berupa uang dengan jumlah beragam.
Fasilitas yang terdapat perusahaan berupa mess diberikan bagi tenaga kerja
langsung yang tempat tinggalnya jauh dari lokasi pabrik, selain itu perusahaan
juga memberikan tunjangan kesehatan kepada semua karyawan tanpa terkecuali
dengan cara mengganti biaya pengobatan sebesar 50%, apabila ada keluarga
karyawan yang sedang sakit atau melahirkan.

5.4. Aspek Hukum
Secara hukum, keberadaan UD. Tahu Bintaro telah terdaftar. Hal ini
terbukti dengan adanya surat izin yang dimiliki yaitu domisili usaha dengan
lxii
nomor 503/04/Ek.Bang/Ds.Pd.P pada tanggal 11 Agustus 2005 yang dikeluarkan
oleh kepala desa pondok Pucung, Izin Usaha Perdagangan (IUP) dari Departemen
Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag) dengan nomor 503.1/0602/30-
03/PK/X/2005 pada tanggal 11 Oktober 2005, Surat Tanda Daftar Perusahaan
(TDP) dengan nomor 30.03.5.52.15181 yang dikeluarkan pada tanggal 26 Oktober
2005, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang dikeluarkan pada tanggal 11
oktober 2005 dengan nomor 08-091-567.1-411.001.
Perusahaan juga memiliki surat izin dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM), dan Sertifikat penyuluhan dari Departemen Kesehatan
(Depkes). Adapun biaya keseluruhan yang dikeluarkan untuk membuat perizinan
perusahaan adalah sebesar Rp 20.000.000,-.

5.5. Aspek Sosial
Keberadaan UD. Tahu Bintaro membawa pengaruh positif dan dapat
meningkatkan mutu hidup masyarakat setempat. Hal ini terjadi karena dalam
penyerapan tenaga kerjanya baik operasional maupun pra operasional perusahaan
melibatkan masyarakat sekitar sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran.
Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) sebesar Rp 1.500.000,- yang
diberikan kepada masyarakat sekitar menjadi rutinitas yang dikeluarkan setiap
tahun oleh perusahaan. Fungsi sosial perusahaan terhadap masyarakat juga dapat
dilihat dari pemberian sumbangan setiap kali ada permohonan bantuan yang
masuk ke perusahaan, misal acara 17 Agustus, acara Maulid Nabi, dan lain-lain
yang bersifat sosial (mengikuti kegiatan dalam masyarakat sekitar).

lxiii
5.6. Aspek Dampak Lingkungan
Kegiatan operasional usaha ini tidak mengganggu keseimbangan
lingkungan karena limbah padat yang dihasilkan berupa ampas tahu langsung
dijual kepada peternak sebagai pakan ternak dengan harga Rp 5000,- per karung,
sedangkan untuk limbah cair diberikan perlakuan khusus yaitu sistem netralisir
atau yang diberi nama aerodinamis. Pembuangan limbah cair hasil aerodinamis
yang sudah bersih pun tidak dibuang ke dalam sungai daerah setempat, akan tetapi
dimanfaatkan lagi untuk menyiram tanaman yang berada disekitar perusahaan.
Perlakuan limbah untuk sistem netralisir ini membutuhkan 3 unit kolam
besar dan 1 unit kolam kecil. Adapun tahapan untuk proses aerodinamis adalah
sebagai berikut:
1. Kolam kecil digunakan untuk menghilangkan benda padat. Kolam ini
dilengkapi dengan saringan kawat. Dari kolam penyaringan, air limbah
disalurkan ke kolam besar pertama.
2. Kolam besar pertama terdiri dari 8 skat, skat tersebut berisi ijuk, pasir, dan
batu koral. Air limbah dialirkan secara bergantian mulai dari skat satu sampai
skat delapan. Sebelum dialirkan ke kolam besar pertama air limbah diberi
bahan penetral terlebih dahulu yaitu kapur, kaporit, dan karbit.
3. Kolam besar kedua berisi ijuk, pasir, dan batu koral yang berfungsi sebagai
penyerapan.
4. Kolam besar ketiga digunakan untuk penampungan terakhir. Air limbah
tersebut telah siap digunakan untuk menyiram tanaman. Proses aerodinamis
terdapat pada Bagan 4.
lxiv





Keterangan:
= ijuk
= pasir
= batu koral
= tutup
= saringan kawat

Bagan 4. Sistem Aerodinamis
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Masyarakat setempat tidak merasa terganggu dengan adanya kebisingan
yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang sedang beroperasi, karena penggunaan
mesin-mesin tersebut waktunya masih dalam batas normal untuk melakukan
aktivitas bekerja ditambah lagi suara yang ditimbulkan oleh mesin yang
digunakan juga tidak terlalu bising.
Adapun biaya untuk perlakuan aerodinamis adalah sebesar Rp 5000,- per
hari. Perusahaan juga memberikan retribusi untuk RT sebesar Rp 50.000,- per
bulan.

5.7. Aspek Finansial
5.7.1. Kebutuhan Dana dan Sumber Dana
Investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan UD. Tahu Bintaro adalah
sebesar Rp 1.183.068.068 (satu milyar seratus delapan puluh tiga juta enam puluh

Kolam 2 Kolam 3

Kolam
penyaringan


Kolam 1
R. Produksi
mesin mesin
lxv
delapan ribu enam puluh delapan rupiah). Digunakan untuk biaya aktiva adalah
sebesar Rp 1.081.455.000, untuk modal kerja selama satu bulan sebesar Rp
81.613.068, dan sisanya sebesar Rp 20.000.000 digunakan untuk biaya perizinan
perusahaan.
Sumber dana yang digunakan untuk mendirikan usaha ini seluruhnya
adalah berasal dari modal sendiri (induk perusahaan). Dalam penelitian ini,
digunakan simulasi dengan modal pinjaman sebesar 40%.

5.7.2. Biaya
Biaya-biaya yang dikeluarkan adalah termasuk biaya tetap, biaya tidak
tetap, biaya operasional, dan biaya penyusutan. Untuk biaya tetap (gaji) sebesar
Rp 14.600.000 per bulan (Lampiran 12), biaya tidak tetap adalah sebesar biaya
operasional yaitu sebesar Rp 67.013.068 per bulan. Biaya tidak tetap ini
digunakan untuk pembelian bahan baku, kemasan, batu es, bahan bakar, biaya
listrik, telepon, tenaga kerja langsung, transportasi, promosi, serta biaya lain-lain
(Lampiran 13), sedangkan biaya penyusutannya adalah sebesar Rp 8.675.825 per
bulan (Lampiran 14). Adapun biaya UD. Tahu Bintaro terdapat pada Tabel 3.













lxvi
Tabel 3. Komponen Biaya UD. Tahu Bintaro Per Bulan
No Komponen biaya Jumlah (Rp)
1 Biaya gaji tetap 14.600.000
2 Biaya tidak tetap
a. bahan baku utama 24.960.000
b. bahan penunjang 3.244.092
c. bahan kemasan 8.914.176
d. biaya batu es 4.800.000
e. biaya bahan bakar 10.800.000
f. biaya listrik 3.600.000
g. biaya telepon 384.000
h. biaya tenaga kerja langsung 8.000.000
i. biaya transportasi 2.040.000
j. biaya promosi 100.800
k. biaya lain-lain 170.000
3 Biaya penyusutan 8.675.825
Total biaya 90.288.893
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)


5.7.3. Manfaat
Manfaat usaha ini diperoleh dari nilai penjualan hasil produksi yang terdiri
dari manfaat utama dan manfaat tambahan. Manfaat utama adalah hasil penjualan
tahu, sedangkan manfaat tambahannya adalah hasil penjualan ampas tahu
(Lampiran 15).
Volume penjualan tahu dan ampas tahu diperkirakan mencapai 90% dari
total penjualan berdasarkan pertimbangan kerusakan dalam proses produksi serta
produk yang kembali (tidak terjual) sebesar 10%. Harga jual diasumsikan 70%
dari harga diskon dan 30% dari harga brosur, karena sebagian besar penjualannya
dilakukan dengan skala besar sehingga harga yang diberikan sebagain besar juga
merupakan harga diskon. Penjualan tahu lokal diasumsikan 24 kali dalam satu
lxvii
bulan, sedangkan penjualan tofu tube dan tofu kotak masing-masing 12 kali dalam
satu bulan. Pemasukan UD. Tahu Bintaro terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pemasukan UD. Tahu Bintaro Per Bulan
No Komponen Jumlah (Rp)
1 Manfaat Utama 114.007.608
2 Manfaat Tambahan 1.080.000
Total 115.087.608
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa pemasukan UD. Tahu Bintaro
per bulan adalah sebesar Rp 115.087.608. Setelah dikurangi pajak dan penyusutan
maka akan didapat keuntungan sebesar Rp 266.026.122 untuk tahun ke
1,2,3,4,6,7,8, dan 9, sedangkan pada tahun ke 5 dan 10 keuntungan yang didapat
adalah sebesar RP 246.622.572, dan Rp 362.412.072 seperti yang terdapat pada
Ikhtisar Rugi/ Laba dalam Lampiran 17. Jika ditinjau dari hasil penjualan pada
perusahaan ini, yaitu sebesar Rp 1.381.051.296 per tahun, maka usaha ini lebih
mendekati pada skala industri kecil mengingat penjualan yang tejadi pada usaha
ini tidak terjual habis (masih tersedia stock).

5.7.4. Hasil Analisis Kelayakan Finansial
5.7.4.1. Hasil Analisis (100% Modal Sendiri)
Perhitungan kelayakan finansial usaha ini diperoleh dari data hasil
pengurangan aliran kas manfaat dengan aliran kas biaya. Manfaat bersih setelah
pajak ditambah penyusutan kemudian didiskontokan dengan tingkat suku bunga
investasi sebesar 16% yang merupakan tingkat suku bunga rata-rata kredit
lxviii
investasi Bank Umum periode 2001-2006 (Lampiran 7). Adapun hasil
perhitungan kelayakan fianasial UD. Tahu Bintaro adalah sebagai berikut:
Hasil perhitungan dari kriteria kelayakan investasi yang meliputi NPV,
IRR, dan Net B/C Ratio, diperoleh dari hasil pengurangan aliran kas manfaat
dengan aliran kas biaya. Manfaat bersih setelah pajak ditambah penyusutan
kemudian didiskontokan dengan tingkat suku bunga investasi sebesar 16%.
Sedangkan untuk perhitungan Payback Period didasarkan pada data cashflow
sehingga Payback Period tidak dijadikan sebagai hasil untuk menentukan layak
atau tidaknya usaha, akan tetapi hanya digunakan sebagai waktu pengembalian
investasi, adapun hasil analisis terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Kelayakan Finansial (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp 605.670.078 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 28,52 % Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,51 Layak
4 Payback Period 3 thn 2 bln 11 hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial pada Tabel 5, menyatakan
bahwa usaha ini memiliki NPV sebesar Rp 605,670 juta yang berarti bahwa usaha
ini akan memberikan keuntungan sebesar Rp 605,670 juta selama 10 tahun
menurut nilai waktu uang sekarang. Nilai IRR adalah sebesar 28,52% yang
berarti lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank (16%).
Sehingga usaha ini layak dilaksanakan dibandingkan apabila dananya disimpan di
Bank, karena mempunyai kemampuan memperoleh tingkat return yang tinggi.
lxix
Nilai Net B/C Ratio sebesar 1,51 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- biaya yang
dikeluarkan, akan memberikan keuntungan sebesar Rp 0,51 (Lampiran 18).
Berdasarkan kriteria kelayakan pada Tabel 5, dimana NPV bernilai positif,
Net B/C lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang
berlaku (16%), maka secara kelayakan investasi usaha ini layak untuk diusahakan.
Hasil analisis payback period menunjukkan bahwa untuk mengembalikan
nilai investasi sebesar Rp 1.183.068.068,- memerlukan waktu 3 tahun 2 bulan 11
hari (Lampiran 39).
Analisis BEP digunakan untuk melihat keadaan dimana jumlah manfaat
(penerimaan penjualan) sama besarnya dengan jumlah pengeluaran (biaya),
dengan kata lain keadaan dimana usaha ini tidak mendapatkan keuntungan dan
juga tidak menderita kerugian. Perhitungan BEP pada usaha ini ditinjau
berdasarkan harga jual dan volume produksi. Hasil perhitungan analisis Break
Event Point (BEP) terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Break Event Point (BEP) UD. Tahu Bintaro
No Keterangan Jumlah
1 Total Biaya Produksi (Rp)/bulan 90.288.893
2 Total Produksi (bks)/bulan 31.680
3 BEP Harga jual (Rp)/bks 2.850
4 Harga Jual produk (Rp)/bks 3.992
5 BEP Volume Produksi (bks)/bulan 22.617
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis BEP pada Tabel 6, dapat diketahui bahwa usaha
ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume produksi atau penjualan
mencapai 22.617 bungkus atau penerimaan sebesar total biaya produksinya yaitu
lxx
Rp 90.288.893,- per bulan dan dengan BEP harga jual sebesar Rp 2.850,- per
bungkus (Lampiran 10).
Metode ROI menunjukkan pengembalian atas modal investasi dimana
besarnya manfaat bersih setelah pajak yang dicapai dibagi dengan besarnya modal
investasi, adapun hasil perhitungan ROI terdapat pada Tabel 7.

Tabel 7. Return On Investment (ROI) UD. Tahu Bintaro (100% Modal
Sendiri)

Tahun
No

Uraian 1,2,3,4,6,7,8,9 5 10
1 Manfaat Bersih (Rp) 266.026.122 246.622.572 362.412.072
2 Investasi (Rp) 1.183.068.068 1.183.068.068 1.183.068.068
3 Reinvestasi (Rp) - 23.955.000 -
4 ROI (%) 22,49 20,43 30,63
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis Return On Investment pada Tabel 7, dapat
diketahui bahwa kemampuan mengembalikan investasi untuk setiap pengeluaran
modal investasi sebesar Rp 1000,- akan diperoleh pengembalian suatu investasi
sebesar Rp 1.224,9 pada tahun pertama, kedua, ketiga, keempat, keenam, ketujuh,
kedelapan, dan kesembilan. ROI pada tahun kelima menurun menjadi Rp 1.204,3
karena adanya reinvestasi, sedangkan tahun kesepuluh naik menjadi Rp 1.306,3
karena adanya penambahan pada aliran kas manfaat dari nilai sisa, sehingga
mampu mengembalikan investasi lebih besar, dengan demikian perusahaan ini
sehat.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa
penggunaan modal investasi dalam usaha ini telah digunakan dengan efisien. Hal
lxxi
ini, ditunjukkan dengan nilai ROI yang besar sehingga perusahaanya mampu
mengembalikan investasi secara cepat.

5.7.4.2. Simulasi Modal Sendiri Dan Modal Pinjaman
Dalam usaha tahu ini, kiranya dapat dilakukan simulasi penggunaan
modal baik dari modal sendiri maupun modal pinjaman dari lembaga perbankkan.
Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui sampai berapa persen besarnya pinjaman
maksimal simulasi yang masih layak. Adapun pilihan simulasi pinjaman modal
terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pilihan Simulasi Pinjaman Modal
Investasi (Kredit) Tingkat Kelayakan Investasi No
Proporsi Jumlah (Rp) NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Keterangan
1 10% 118.306.807 480.709.698 25,50 1,41 Layak
2 20% 236.613.614 355.749.315 22,93 1,30 Layak
3 30% 354.920.420 230.788.934 20,36 1,20 Layak
4 40% 473.227.227 105.828.554 17,94 1,09 Layak
5 50% 591.534.034 (19.131.829) 15,61 0,98 Tidak Layak
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa semakin besar proporsi
pinjaman, maka semakin rendah tingkat kelayakan investasinya. Usaha ini masih
layak sampai dengan batas pinjaman modal sebesar 40%. Oleh karena itu, penulis
menggunakan simulasi pinjaman modal sebesar 40% yang merupakan proporsi
investasi yang masih dinyatakan layak (Lampiran 19-23).
Perhitungan modal pinjaman 40% dari investasi sebesar Rp
1.183.068.068,- adalah sebesar Rp 473.227.227,-. Biaya bunga sebesar Rp
75.716.356,- (bunga bank dikalikan dengan pinjaman 40%). Angsuran pokoknya
lxxii
sebesar 20% yaitu Rp 94.645.445,- per tahun selama 5 tahun, adapun hasil
analisisnya terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Analisis Kelayakan Finansial UD. Tahu Bintaro (40% Modal
Pinjaman)


No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp 105.828.554 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 17,94 % Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,09 Layak
4 Payback Period 5 thn 3 bln 25 hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis kelayakan investasi pada Tabel 9, dapat
diketahui bahwa usaha ini memiliki nilai NPV sebesar Rp 105,828 juta yang
berarti usaha ini akan menerima keuntungan sebesar Rp 105,828 juta selama 10
tahun menurut nilai waktu uang sekarang. Nilai IRR adalah sebesar 17,94% yang
berarti lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank (16%).
Sehingga usaha ini layak dilaksanakan dibandingkan apabila dananya disimpan di
Bank, karena mempunyai kemampuan memperoleh tingkat return yang tinggi.
Nilai Net B/C Ratio adalah sebesar 1,09 yang berarti setiap pengeluaran Rp 1,-
akan memberikan keuntungan sebesar Rp 0,09 (Lampiran 22).
Berdasarkan kriteria kelayakan pada Tabel 9, dimana NPV bernilai positif,
Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga
yang berlaku (16%), maka secara kelayakan investasi usaha pada pinjaman 40%
layak untuk diusahakan.
lxxiii
Hasil analisis payback period-nya menjelaskan bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasi dalam waktu 5 tahun 3 bulan 25 hari. Sedangkan
untuk hasil perhitungan payback period-nya terdapat pada Lampiran 48.
Hasil analisis Return On Investment (ROI) dengan 40% modal pinjaman
menunjukkan bahwa setiap pengeluaran modal investasi sebesar Rp 1000,- akan
diperoleh pengembalian investasi sebesar Rp 1.095,3 pada tahun pertama, kedua,
ketiga, dan keempat. Untuk tahun keenam, ketujuh, kedelapan, dan kesembilan
diperoleh pengembalian investasi sebesar Rp 1.077,3 sedangkan pada tahun
kelima dan kesepuluh masing-masing adalah sebesar Rp 1.224,9 dan Rp 1.306,3.
Adapun hasil analisis ROI terdapat pada Tabel 10.

Tabel 10. Return On Investment (ROI) UD. Tahu Bintaro (40% Modal
Pinjaman)

Tahun
Uraian 1,2,3,4, 5 6,7,8,9 10
Manfaat Bersih 112.700.501 93.296.951 266.026.122 362.412.072
Investasi 1.183.068.068 1.183.068.068 1.183.068.068 1.183.068.068
Reinvestasi - 23.955.000 - -
ROI (%) 9,53 7,73 22,49 30,63
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 10, dapat diketahui bahwa
penggunaan modal investasi dengan 40% modal pinjaman dalam usaha ini telah
digunakan dengan efisien. Hal ini, ditunjukkan dengan nilai ROI yang hasilnya
lebih besar sampai tahun ke-10.

5.7.5. Analisis Sensitivitas
Pengaruh dari faktor inflasi dalam analisis suatu usaha sangat penting dan
berdampak langsung terhadap biaya khususnya biaya operasional. Untuk
lxxiv
melakukan analisis sensitivitas, penulis mengasumsikan bahwa yang berpengaruh
terhadap inflasi pada perusahaan ini adalah penurunan penerimaan, kenaikkan
harga bahan bakar minyak berupa solar, dan kenaikkan biaya operasional yaitu
sebesar 10% yang ditentukan berdasarkan rata-rata laju inflasi nasional periode
2001-2006 (Lampiran 8). Kenaikkan harga kedelai sebesar 12% diperoleh atas
pertimbangan perhitungan pendekatan nilai tertinggi dan terendah yang dicapai
oleh rupiah terhadap dollar periode 2001-2006 (Lampiran 9). Hal ini
diperhitungkan atas pertimbangan dari distribusi biaya operasional per hari.
Adapun distribusi biaya operasional per hari terdapat pada Tabel 11.

Tabel 11. Distribusi Biaya Operasional Per Hari UD. Tahu Bintaro
No Komponen Biaya Besarnya (%)
1 Kacang kedelai 37,2
2 Bahan penunjang 4,8
3 Kemasan 13,4
4 Batu es 7,1
5 Solar 16,1
6 Listrik 5,4
7 Telepon 0,6
8 Tenaga kerja langsung 11,9
9 Transportasi 3,0
10 Promosi 0,2
11 Lain-lain 0,3
Total 100
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan data pada Tabel 11, menunjukkan bahwa jumlah biaya
operasional untuk kacang kedelai dan solar memiliki persentase terbesar, maka
dari itu usaha ini sangat bergantung pada pasokan kacang kedelai dan solar. Untuk
kebutuhan skenario analisis sensitivitas pada perubahan biaya operasional
memfokuskan pembahasan pada kenaikkan harga kacang kedelai, harga solar, dan
lxxv
biaya operasional secara keseluruhan. Persentase untuk biaya kemasan juga
terlihat cukup besar, akan tetapi masih bisa dilakuakan penekanan biaya apabila
terjadi kenaikkan harga dengan cara mengganti kemasan lain (misalnya, kotak
tray diganti dengan plastik).

5.7.5.1. Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri)
Variabel yang digunakan untuk analisis sensitivitas pada penelitian ini
meliputi penurunan penerimaan sebesar 10%, harga kedelai naik sebesar 12%,
harga solar naik sebesar 10%, dan biaya operasional naik sebesar 10%. Dari
keempat variabel tersebut dinyatakan layak dengan kondisi 100% modal sendiri,
maka dari itu sesuai dengan kajian analisis sensitivitasnya hasil tersebut
dikombinasikan dengan perhitungan kombinator (Lampiran 11). Untuk lebih
jelasnya hasil perhitungan analisis sensitivitas 100% modal sendiri terdapat pada
Tabel 12 sampai dengan 26.

Tabel 12. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Pada
UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp 9.055.918 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 16,19 % Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,01 Layak
4 Payback Period 4 thn 10 bln 17 hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 12, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, IRR lebih besar dari
tingkat suku bunga yang berlaku (16%), dan Net B/C Rationya adalah labih besar
dari satu. Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% tidak
lxxvi
berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 24). Akan
tetapi, apabila dilihat dari nilai Net B/C Ratio pada hasil analisis diatas yaitu
sebesar 1,01 dapat diperkirakan bahwa perubahan yang terjadi pada penurunan
penerimaan sebesar 10% akan menyebabkan usaha ini rentan terhadap kelayakan
apabila dibarengi dengan perubahan pada variabel lain. Hal tersebut terlihat dari
minimnya angka yang diperoleh pada hasil analisis bila dibandingkan dengan
standart penilaian kelayakan. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui
bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 4 tahun 10
bulan 17 hari. Untuk hasil perhitungan Payback Period Analisis Sensitivitas
dengan 100% modal sendiri terdapat pada Lampiran 40.

Tabel 13. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12% Pada
UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp 450.398.910 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 25,27 % Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,38 Layak
4 Payback Period 3thn 6bln 1hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 13, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, nilai Net B/C Ratio
lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku
(16%). Maka secara kelayakan investasi, usaha pada sensitivitas kenaikkan harga
kedelai sebesar 12% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini.
Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 3 tahun 6 bulan 1 hari. Dari hasil
kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga kedelai
lxxvii
naik sebesar 12% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada
penurunan penerimaan 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada
Lampiran 25.

Tabel 14. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10% Pada UD.
Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp 549.682.878 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 27,44 % Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,46 Layak
4 Payback Period 3thn 3bln 18hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 14, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, nilai Net B/C Ratio
lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku
(16%). Maka secara kelayakan investasi, usaha pada sensitivitas kenaikkan harga
solar sebesar 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Hasil
analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan mengembalikan
nilai investasinya dalam waktu 3 tahun 3 bulan 18 hari. Dari hasil kelayakannya,
menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga solar naik 10% lebih baik
dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12% dan
penurunan penerimaan 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada
Lampiran 26.




lxxviii
Tabel 15. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10%
Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp 258.274.332 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 21,47 % Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,22 Layak
4 Payback Period 3thn 11bln 20hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 15, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, nilai Net B/C Ratio
lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku
(16%). Maka secara kelayakan investasi, usaha pada sensitivitas kenaikkan biaya
operasional sebesar 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha
ini. Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 3 tahun 11 bulan 20 hari. Dari
hasil kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada biaya
operasional naik 10% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang terjadi
pada penurunan penerimaan 10%, dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi
pada harga kedelai naik 12% dan harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya,
hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 27.

Tabel 16. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Kedelai Naik 12% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp (146.215.250) Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 12,77 % Tidak Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,88 Tidak Layak
4 Payback Period 5thn 7bln 18hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

lxxix
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 16, dapat diketahui
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang
dibarengi dengan kenaikkan harga kedelai sebesar 12% berpengaruh terhadap
kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui
bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 7
bulan 18 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 28.

Tabel 17. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp (46.931.282) Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 14,90 % Tidak Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,96 Tidak Layak
4 Payback Period 5thn 1bln 19hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 17, dapat diketahui
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang
dibarengi dengan kenaikkan harga solar sebesar 10% berpengaruh terhadap
kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui
bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 1
bulan 19 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 29.

lxxx
Tabel 18. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Biaya
Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal
Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp (338.339.828) Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 8,16 % Tidak Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,71 Tidak Layak
4 Payback Period 6thn 11bln 6hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 18, dapat diketahui
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang
dibarengi dengan kenaikkan biaya operasional 10% berpengaruh terhadap
kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui
bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 6 tahun 11
bulan 6 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 30.

Tabel 19. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Harga
Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp 394.411.710 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 24,33 % Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,33 Layak
4 Payback Period 3thn 7bln 16hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 19, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih
besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%).
Dengan demikian, kenaikkan harga kedelai 12% yang dibarengi dengan
lxxxi
kenaikkan harga solar 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha
ini. Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 3 tahun 7 bulan 16 hari. Dari hasil
kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga kedelai
naik 12% yang dibarengi dengan harga solar naik 10% lebih baik dibandingkan
dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%, biaya
operasional naik 10%, dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga
kedelai naik 12% dan harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil
perhitungan terdapat pada Lampiran 31.

Tabel 20. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Biaya
Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal
Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp 103.003.164 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 18,18 % Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,09 Layak
4 Payback Period 4thn 5bln 28hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 20, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih
besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%).
Dengan demikian, kenaikkan harga kedelai 12% yang dibarengi dengan biaya
operasional naik 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini.
Hasil analisis payback periodnya menyatakan bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 4 tahun 5 bulan 28 hari. Dari hasil
kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga kedelai
lxxxii
naik 12% yang dibarengi dengan biaya operasional naik 10% lebih baik
dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%,
dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12%,
harga solar naik 10%, biaya operasional naik 10%, serta harga kedelai naik 12%
yang dibarengi denga harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil
perhitungan terdapat pada Lampiran 32.

Tabel 21. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10%, Biaya
Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal
Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp 202.287.132 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 20,26 % Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,17 Layak
4 Payback Period 4thn 1bln 22hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 21, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih
besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%).
Dengan demikian, kenaikkan harga solar 10% yang dibarengi dengan biaya
operasional naik 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini.
Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 4 tahun 1 bulan 22 hari. Dari hasil
kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga solar naik
10% yang dibarengi dengan biaya operasional naik 10% lebih baik dibandingkan
dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%, dan harga
kedelai naik 12% yang dibarengi dengan biaya operasional naik 10%, serta tidak
lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12%, harga solar
lxxxiii
naik 10%, biaya operasional naik 10%, harga kedelai naik 12% yang dibarengi
denga harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada
Lampiran 33.

Tabel 22. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro
(100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp (202.202.450) Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 11,49 % Tidak Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,83 Tidak Layak
4 Payback Period 5thn 11bln 15hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 22, dapat diketahui
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang
dibarengi dengan kenaikkan harga kedelai 12% dan kenaikkan solar 10%
berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback
period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya
dalam waktu 5 tahun 11 bulan 15 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan
terdapat pada Lampiran 34.

Tabel 23. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Kedelai Naik 12%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu
Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp (493.610.996) Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 4,11 % Tidak Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,58 Tidak Layak
4 Payback Period 8thn 6bln 8hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)

lxxxiv
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 23, dapat diketahui
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang
dibarengi dengan harga kedelai naik 12% dan kenaikkan biaya operasional 10%
berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback
period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya
dalam waktu 8 tahun 6 bulan 8 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan
terdapat pada Lampiran 35.

Tabel 24. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu
Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp (394.327.028) Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 6,85 % Tidak Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,67 Tidak Layak
4 Payback Period 7thn 5bln 5hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 24, dapat diketahui
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang
dibarengi dengan harga solar naik 10% dan kenaikkan biaya operasional 10%
berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback
period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya
lxxxv
dalam waktu 7 tahun 5 bulan 5 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan
terdapat pada Lampiran 36.

Tabel 25. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Harga
Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu
Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp 47.015.964 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 17,01 % Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,04 Layak
4 Payback Period 4thn 8bln 18hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 25, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih
besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%).
Dengan demikian, kenaikkan harga kedelai 12% yang dibarengi dengan
kenaikkan harga solar 10% dan kenaikkan biaya operasional 10% tidak
berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Hasil analisis payback
period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya
dalam waktu 4 tahun 8 bulan 18 hari. Dari hasil kelayakannya, menunjukkan
bahwa perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12% yang dibarengi
dengan harga solar naik 10% dan biaya operasional naik 10% lebih baik
dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%,
dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12%,
harga solar naik 10%, biaya operasional naik 10%, harga kedelai naik 12% yang
dibarengi dengan harga solar naik 10%, harga kedelai naik 12% yang dibarengi
dengan biaya operasional naik 10%, harga solar naik 10% yang dibarengi dengan
lxxxvi
biaya operasional naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada
Lampiran 37.

Tabel 26. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga
Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional
Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp (549.598.196) Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 2,89 % Tidak Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,54 Tidak Layak
4 Payback Period 9thn 1bln 30hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 26, dapat diketahui
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang
dibarengi dengan harga kedelai naik 12%, harga solar naik 10%, dan kenaikkan
biaya operasional 10% berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari
hasil analisis payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 9 tahun 1 bulan 30 hari. Untuk
lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 38.

5.7.5.2. Analisis Sensitivitas (40% Modal Pinjaman)
Hasil perhitungan analisis sensitivitas UD. Tahu Bintaro terhadap
perubahan yang terjadi pada manfaat dan biaya dengan pinjaman 40% terdapat
pada Tabel 27 sampai dengan 30.

lxxxvii
Tabel 27. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Pada
UD. Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp (490.785.606) Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 6,19 % Tidak Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,59 Tidak Layak
4 Payback Period 8 thn 3 hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 27, dapat diketahui
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10%
berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback
period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya
dalam waktu 8 tahun 3 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada
Lampiran 43. Sedangkan untuk hasil perhitungan Payback Period analisis
sensitivitas dengan 40% modal pinjaman terdapat pada Lampiran 49.

Tabel 28. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12% Pada
UD. Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp (49.442.614) Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 15,01 % Tidak Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,96 Tidak Layak
4 Payback Period 5 thn 9 bln 29 hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 28, dapat diketahui
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV negatif, Net B/C Ratio
lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku
lxxxviii
(16%). Dengan demikian, kenaikkan harga kedelai 12% berpengaruh terhadap
kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui
bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 9
bulan 29 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 44.

Tabel 29. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10% Pada UD.
Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp 49.841.354 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 16,87 % Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,04 Layak
4 Payback Period 5 thn 5 bln 27 hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 29, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih
besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%).
Dengan demikian, kenaikkan harga solar 10% tidak berpengaruh terhadap
kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui
bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 5
bulan 27 hari. Dari hasil kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang
terjadi pada harga solar naik 10% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang
terjadi pada harga kedelai naik 12% dan penurunan penerimaan 10%. Untuk lebih
jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 45.




lxxxix
Tabel 30. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10%
Pada UD. Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)

No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp (241.567.192) Tidak Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 11,38 % Tidak Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,80 Tidak Layak
4 Payback Period 6 thn 7 bln 11 hr
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 30, dapat diketahui
bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C
Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang
berlaku (16%). Dengan demikian, kenaikkan biaya operasional sebesar 10%
berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback
period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya
dalam waktu 6 tahun 7 bulan 11 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan
terdapat pada Lampiran 46.
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas dengan menggunakan 100% modal
sendiri dan 40% modal pinjaman pada Tabel 12 sampai dengan 30, dapat
ditunjukkan pada tabel ringkasan.







xc
Tabel 31. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri)
Sumber Komponen Perubahan Keterangan
Tabel 12 a. Penerimaan turun 10% Layak
Tabel 13 b. Harga kedelai naik 12% Layak
Tabel 14 c. Harga solar naik 10% Layak
Tabel 15 d. Biaya operasional naik 10% Layak
Tabel 16 a + b Tidak Layak
Tabel 17 a + c Tidak Layak
Tabel 18 a + d Tidak Layak
Tabel 19 b + c Layak
Tabel 20 b + d Layak
Tabel 21 c + d Layak
Tabel 22 a + b + c Tidak Layak
Tabel 23 a + b + d Tidak Layak
Tabel 24 a + c + d Tidak Layak
Tabel 25 b + c + d Layak
Tabel 26 a + b + c + d Tidak Layak
Sumber: Tabel 12 sampai dengan 26
Berdasarkan tabel ringkasan, dapat diketahui bahwa keempat variabel
utama yang meliputi penurunan penerimaan 10%, harga kedelai naik 12%, harga
solar naik 10%, dan biaya operasional naik 10% pada analisis sensitivitas
dinyatakan layak, sedangkan hasil kombinasi dari variabel utama tersebut, masih
layak apabila kenaikkan harga kedelai 12%, harga solar 10%, dan biaya
operasional 10% tidak dibarengi dengan penurunan penerimaan sebesar 10%, dan
sebaliknya bila dibarengi dengan penurunan penerimaan 10% akan
mengakibatkan usaha ini tidak layak.
Hasil analisis sensitivitas dengan modal pinjaman sebesar 40%, dapat
diketahui bahwa penurunan penerimaan sebesar 10% menjadikan usaha ini tidak
layak, akan tetapi usaha ini masih layak bila maksimal penurunan penerimaannya
adalah sebesar 1% atau dengan kata lain penurunan penerimaan lebih dari 1%
mengakibatkan usaha ini tidak layak. Untuk lebih jelasnya, perhitungan
xci
penurunan penerimaan sebesar 1% terdapat pada Lampiran 47, selain itu,
kenaikkan harga kedelai sebesar 12%, dan kenaikkan biaya operasional sebesar
10% juga menyebabkan usaha ini tidak layak. Usaha ini masih layak atau mampu
bertahan apabila terjadi kenaikkan harga solar sebesar 10%.

Tabel 32. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas (40% Modal Pinjaman)
Sumber Komponen Perubahan Kelayakan
Tabel 27 Penerimaan turun 10% Tidak Layak
Tabel 28 Harga kedelai naik 12% Tidak Layak
Tabel 29 Harga solar naik 10% Layak
Tabel 30 Biaya operasional naik 10% Tidak Layak
Sumber: Tabel 27 sampai dengan 30




























xcii
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan
1. Hasil analisis kelayakan finansial pada UD. Tahu Bintaro dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Hasil analisis kelayakan finansial dengan 100% modal sendiri dinyatakan
layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif pada diskon faktor 16%,
IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), dan nilai Net
B/C Ratio lebih besar dari satu. Payback Period-nya menunjukkan bahwa
usaha ini akan mengembalikan investasinya dalam waktu 3 tahun 2 bulan
11 hari. Usaha ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume
produksi mencapai 22.617 bungkus per bulan, atau dengan harga jual
sebesar Rp 2.850 per bungkus. Penggunaan modal investasi pada usaha ini
telah efisien, ditunjukkan dengan nilai ROI sebesar 22,49% untuk tahun
ke-1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, dan 9, sedangkan tahun ke-5 dan 10 adalah sebesar
20,43% dan 30,63%.
b. Hasil analisis kelayakan finansial dengan 40% modal pinjaman dinyatakan
layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif pada diskon faktor 16%,
IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), dan nilai Net
B/C Ratio lebih besar dari satu. Payback Period-nya menunjukkan bahwa
usaha ini akan mengembalikan investasinya dalam waktu 5 tahun 3 bulan
25 hari. Nilai ROI sebesar 9,53% pada tahun ke-1, 2, 3, 4, untuk tahun ke-
6, 7, 8, 9 nilainya sebesar 22,49%, sedangkan pada tahun ke-5 dan 10 nilai
xciii
ROI-nya sebesar 7,73% dan 30,63%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penggunaan modal investasi dalam usaha ini telah efisien.
2. Hasil analisis sensitivitasnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Hasil analisis sensitivitas 100% modal sendiri dinyatakan layak dengan
keempat variabel utama yang meliputi penurunan penerimaan 10%, harga
kedelai naik 12%, harga solar naik 10%, dan biaya operasional naik 10%.
Sedangkan hasil kombinasinya masih layak bila kenaikkan harga kedelai
12%, harga solar 10%, dan biaya operasional 10% tidak dibarengi dengan
penurunan penerimaan sebesar 10%. Sebaliknya bila dibarengi dengan
penurunan penerimaan 10% akan mengakibatkan usaha ini tidak layak.
b. Hasil analisis sensitivitas dengan modal pinjaman sebesar 40% masih
layak pada kenaikkan harga solar sebesar 10%, akan tetapi bila terjadi
penurunan penerimaan sebesar 10%, kenaikkan harga kedelai sebesar
12%, dan kenaikkan biaya operasonal sebesar 10% tidak layak.

4.2. Saran
Berdasarkan hasil yang telah disimpulkan diatas, untuk pengembangan
UD. Tahu Bintaro, penulis memberikan saran seperti berikut ini:
1. Apabila pinjamannya lebih besar dari 40 persen, maka usaha ini tidak layak
untuk dikembangkan.
2. Sebaiknya produk yang dihasilkan langsung habis terjual, karena bila ada
stock maka akan menambah biaya operasional sehingga akan mengurangi
keuntungan.
xciv
3. Pemanfaatan mesin pada proses tofu line belum optimal, sehingga volume
produksinya masih dapat ditingkatkan lagi.
4. Mengingat jenis produk yang dihasilkan bermacam-macam, maka perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut pada aspek teknik dan produksi khususnya
mengoptimalkan produksi dan pemasaran.


















xcv
DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. Kedelai. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2005).
Anoraga, P. & J. Sudantoko. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil.
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002).

Aqidah, Nur. Analisis Evaluasi Kelayakan Finansial dan Investasi Usaha Pada
Pasar Ikan Higienis, Pejompongan, Jakarta [Skripsi]. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi;
2006.

Badan Pusat Statistik. Pertumbuhan Konsumsi Tahu Perkapita Di Indonesia
Tahun 1990-2004. BPS. Jakarta

. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2001-
2006. BPS. Jakarta

Dananjoyo, Aryo. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tempe: Studi Kasus Di
Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor. Fakultas Pertanian; 2005.

Fatah, N. Evaluasi Proyek Finansial Pada Proyek Mikro. (Jakarta: CV. Asona,
1994).

Gittinger, J. Price. 1928. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Terj. dari
Economic Analysis Of Agriculture oleh Slamet Sutomo dan Komet
Mangiri., Ed ke-2 (Jakarta: UI Press, 1986).

Google. Search Bank Indonesia. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006. Jakarta

.Kurs Dollar Periode 2001-2006. Jakarata

Haming, M & Salim Basalamah. Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis.
(Jakarta: PPM, 2003).

Husnan, S. & Suwarsono. Studi Kelayakan Proyek., Ed ke-4 (Yogyakarta: UPP.
AMP YKPN, 2000).

Ibrahim, M.Y. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003).
Kasmir & Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Kencana, 2004)

Rahardi, F. Cerdas Beragrobisnis: Mengubah Rintangan Menjadi Peluang
Berinvestasi. (Jakarta: Agromedia Pustaka, 2004).
xcvi
Rahardi, F. & Hartono. Agribisnis Peternakan., Ed rev. (Jakarta: Penebar
Swadaya, 2003).
Rangkuti, Freddy. Business Plan Teknis Membuat Perencanaan Bisnis dan
Analisis Kasus, Cet-ke 3 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003).

Umar, Husein. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana
Bisnis secara Komprehensif., Ed ke-2. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2003).
Sarwono. Membuat Tempe dan Oncom. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2001)

Sarwono, B. & Yan Pieter Saragih. Membuat Aneka Tahu. (Jakarta: Penebar
Swadaya, 2004).

Sofyan, Iban. Studi Kelayakan Bisnis., Ed Pertama. (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2004).

Suherliyanti, Lely. Analisis Kelayakan Finansial Perusahaan Tahu Di Kabupaten
Sumedang [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian;
2003.

Supriatna, Dadang. Membuat Tahu Sumedang. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2005).

Swastha, Basu & Sukotjo, Ibnu. Pengantar Bisnis Modern. (Yogyakarta: Liberti,
1995).






















xcvii
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan
Daftar Pertanyaan Penelitian Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu
(Studi Kasus: UD. Tahu Bintaro, Tangerang-Banten)

Gambaran Umum Perusahaan
1. Bagaimana sejarah berdirinya perusahaan?
2. Dimana alamat lokasi perusahaan?
3. Bagaimana struktur organisasi dari perusahaan?

Hasil dan Pembahasan
1. Aspek Pasar dan Pemasaran
a. Apa saja bauran pemasaran yang ada pada perusahaan?
b. Apa produk utama dan produk sampingan yang dihasilkan oleh
perusahaan?
c. Berapa harga tahu yang ditetapkan oleh perusahaan?
d. Bagaimana rantai distribusi tahu pada perusahaan?
e. Bagaimana strategi penjualan terhadap produk yang dihasilkan?
f. Apakah perusahaan menggunakan promosi dalam penjualan tahu?
g. Apa saja promosi yang dilakukan perusahaan?
h. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk promosi?
2. Aspek Manajemen dan SDM
a. Bagaimana sistem manajemen yang ada pada perusahaan?
b. Bagaimana sistem pengelolaan SDM?
c. Bagaimana sistem gaji yang diperoleh karyawan?
d. Berapa gaji yang diperoleh karyawan?
xcviii
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)
e. Apakah ada bonus dan insentif yang diberikan perusahaan kepada
karyawan?
f. Bagaimana sistem pengawasan terhadap pelaksanaan produksi?
g. Bagaimana sistem ketenagakerjaan pada perusahaan?
h. Berasal dari mana rata-rata karyawan?
i. Berapa jumlah karyawan?
j. Apa rata-rata tingkat pendidikan karyawan pada masing-masing bagian?
3. Aspek Hukum
a. Surat izin apa saja yang dimiliki oleh perusahaan?
b. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk perizinan?
4. Aspek Sosial
a. Bagaimana pengaruh pendirian perusahaan terhadap sosial masyarakat?
(positif/negatif)
b. Bagaimana fungsi sosial perusahaan terhadap masyarakat?
c. Apakah dalam penyerapan tenaga kerja, perusahaan melibatkan
masyarakat sekitar?
d. Berapa dana yang dikeluarkan untuk sosial bagi masyarakat sekitar?
5. Aspek Lingkungan
a. Apakah perusahaan mencemari lingkungan pabrik?
b. Bagaimana penanganan limbah yang terdapat pada perusahaan?(baik
limbah padat maupun limbah cair)
c. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk penanganan limbah dan lingkungan?
xcix
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)
6. Aspek Teknik dan Teknologi
a. Bagaimana keadaan di lokasi pabrik?
b. Apa jenis bahan baku yang digunakan dalam proses produksi?
c. Dari mana bahan baku diperoleh dan dengan harga berapa?
d. Berapa penggunaan bahan baku dalam setiap proses produksi?
e. Apa saja bahan pembantu yang digunakan dalam proses produksi?
f. Bagaimana proses produksi pada perusahaan tersebut?
g. Apa saja jenis produk yang dihasilkan?
h. Berapa rata-rata jumlah hasil produksi per hari?
i. Bagaimana layout pabrik dan berapa luas tanah yang dimilki serta
pemanfaatannya?
7. Aspek Finansial
a. Berapa modal yang digunakan untuk mendirikan perusahaan?
b. Sumber modalnya berasal dari mana?
c. Berapa biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan?
1) Bangunan pabrik
2) Sewa lahan
3) Berapa harga dari masing-masing sarana transportasi?
a) Motor
b) Mobil
4) Berapa biaya yang dikeluarkan untuk Investasi Kantor?
5) Mesin: Berapa harga dari masing-masing mesin?
c
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)
a) Mesin expayer
b) Mesin chiller
c) Mesin water chiller
d) Mesin giling kacang
e) Mesin boiler
f) Mesin penyaring
g) Mesin sill
h) Mesin pengupas kacang
i) Mesin vakum
j) Mesin jenset
k) Mesin pompa air
6) Peralatan: Berapa harga dari masing-masing peralatan?
a) Pemasakan stainless steel
b) Bak stainless steel
c) Tabung susu
d) Tahang
e) Cetakan
f) Box culler
g) Countainer
h) Tanggok
i) Kain sutra
j) Pisau
ci
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)
k) Tatakan stainless steel
l) Atago (alat pengukur susu)
m) Ember perendaman
7) Gaji: Berapa gaji karyawan?
a) Direktur utama
b) Manager Operasional
c) Keuangan
d) Administrasi
e) Bagian umum
f) Distribusi
g) Salesmen
h) Keamanan
i) Kebersihan
d. Berapa biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan?
1) Biaya bahan baku berupa kedelai
2) Bahan penunjang
a) cioko
b) GDL
c) Ningari
d) Garam
e) Antibusa
f) Telur
cii
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)
g) Bumbu
3) Biaya kemasan
a) Kotak tray
b) Tube
c) Plastik
d) Kain belacu
4) Biaya bahan bakar (Solar)
5) Batu es
6) Biaya listrik
7) Biaya telepon
8) Biaya tenaga kerja langsung
9) Biaya transportasi
10) Biaya promosi
11) Biaya lain-lain
e. Berapa persen pajak pendapatan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan?







ciii
Lampiran 2. Layout Perusahaan






















civ
Lampiran 3. Proses Produksi Tahu Line

Kedelai
Penjemuran
Perendaman (selama 2-3 jam)
Penggilingan
Pemasakan (100C selama 15 menit)
Penyaringan (digedog)
Pengukuran kadar (4%)
Pencampuran bahan pembantu

Pencetakan (cetakan kayu)
Pengepresan
Pengemasan (plastik, kain belacu)
Penyimpanan di chiller (suhu 4-6C)










cv
Lampiran 4. Proses Produksi Tofu Line

Kedelai
Penjemuran
Pengupasan (mesin)
Perendaman (2-3 jam)
Penggilingan
Pemasakan (100C selama 15 menit)
Penyaringan (mesin)
Pengukuran kadar (12%)
Penyaringan (kain sutra)
Pendinginan

Kotak Tube
Penyaringan (kain sutra) Penyaringan (kain sutra)
Pencampuran bhn pembantu Pencampuran bhn pembantu
Pencetakan (kotak tray) Divakum (tube)
Pemasakan (100-105C) Pemasakan (80C)
Pengemasan (sill) Water chiller (2 jam)
Pengemasan (1 bungkus 15 tube)
Penyimpanan di chiller
(suhu 4-6C)


cvi
Lampiran 5. Jabatan dan Tingkat Pendidikan Pekerja UD. Tahu Bintaro
Nama Jabatan Jumlah Tingkat Pendidikan
Direktur utama 1 S-2
Manajer operasional 1 S-1
Bagian keuangan 1 S-1
Bagian administrasi 1 SLTA
Marketing - -
Bagian umum 1 SLTA
Kepala produksi - -
Supervisor 2 SLTA
Salesmen 1 SLTA
Distribusi 2 SLTA
Keamanan 2 SLTA
Kebersihan 1 SD
Pelaksana produksi 8 70% SD & SLTP, 30% SLTA
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)














cvii
Lampiran 6. Volume Penjualan Per Hari dan Harga Produk (Brosur) Natura
Tofu


No Jenis Tahu
Jumlah
(kemasan)
Harga
(Rp/kemasan)
1 Natura Kinu Tofu Kotak 448 5000
2 Natura Kinu Egg Tofu 200 4000
3 Natura Kinu Tofu Tube 436 3500
4 Natura Tahu Potong 84 3500
5 Natura Tahu Pong 24 3500
6 Natura Tahu Pong Sumedang 24 4500
7 Natura Tahu Kunyit 24 3500
8 Natura Kinu Tofu Kotak Ningari 192 6000
9 Natura Kinu Tofu Tube Ningari 60 4000
10 Natura Tahu Potong Ningari 336 4200
11 Natura Tahu Pong Ningari 84 4200
12 Natura Tahu Kunyit Ningari 24 4200
13 Natura Tahu Kain (China) Ningari 24 4500
14 Natura Momen Tofu Ningari 56 5500
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)













cviii
Lampiran 7. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2001-2006
Tahun Nilai (%)
2001
2002
2003
2004
2005
2006
17,11
18,03
17,04
14,67
13,87
15,50
Rata-rata 16,04% dibulatkan (16%)
Sumber: BPS (diolah)
















cix
Lampiran 8. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006
Tahun Nilai (%)
2001
2002
2003
2004
2005
2006
12,06
11,41
6,25
6,15
8,80
14,55
Rata-rata 9,87 dibulatkan (10%)
Sumber: Bank Indonesia (diolah)
































cx
Lampiran 9. Pendekatan Persentase Nilai Tertinggi dan Terendah Rupiah
Terhadap Dollar Periode 2001-2006


Tahun Nilai tertinggi Nilai terendah
2001
2002
2003
2004
2005
2006
11.675
10.320
8.908
9.415
9.570
9.410
8.865
8.730
8.279
8.441
9.165
8.915
Rata-rata 9.883 8.733
Selisih nilai tertinggi dan
terendah
1.150
Pendekatan (%) 11,5% dibulatkan (12%)
Sumber: Bank Indonesia (diolah)



























cxi
Lampiran 10. Perhitungan BEP Per Bulan

A. Total Biaya Produksi = 90.288.893
B. Total Produksi = a). Tofu Kotak (696 x 12) = 8352
b). Tofu Tube (696 x 12) = 8352
c). Tahu (624 x 24) = 14.976 +
Total Produksi Per Bulan = 31.680
C. Harga Jual = a). X harga jual brosur = 4292,85
b). X harga jual diskon = 3863,57
Rumus: X. n
1
+ X. n
2
n
1
+ n
2

= (4292,85 x 30) + (3863,57 x 70)
30 + 70
= 3.992
BEP Produksi = 90.288.893 = 22.617
3.992
BEP Harga = 90.288.893 = 2.850
31.680











cxii
Lampiran 11. Perhitungan Kombinator


Rumus: C (n,r) =
n
=
n!
r r ! x (n r)!

Kombinasi dari 4 (a,b,c,d) antara lain:
1. 4 = 4! = 4x3x2x1 = 4
1 1! x (4-1)! 1x(3x2x1)


2. 4 = 4! = 4x3x2x1 = 6
2 2! x (4-2)! 2x1x(2x1)

3. 4 = 4! = 4x3x2x1 = 4
3 3! x (4-3)! 3x2x1x(1)

4. 4 = 4! = 4x3x2x1 = 1
4 4! x (4-4)! 4x3x2x1x(0)

Anda mungkin juga menyukai