Skripsi ini menganalisis kelayakan finansial usaha tahu Bintaro dengan modal sendiri dan pinjaman. Hasilnya menunjukkan usaha ini layak dengan NPV positif, IRR diatas batas, dan payback period kurang dari 5 tahun. Akan tetapi, usaha ini sensitif terhadap penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
370 tayangan0 halaman
Skripsi ini menganalisis kelayakan finansial usaha tahu Bintaro dengan modal sendiri dan pinjaman. Hasilnya menunjukkan usaha ini layak dengan NPV positif, IRR diatas batas, dan payback period kurang dari 5 tahun. Akan tetapi, usaha ini sensitif terhadap penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku.
Skripsi ini menganalisis kelayakan finansial usaha tahu Bintaro dengan modal sendiri dan pinjaman. Hasilnya menunjukkan usaha ini layak dengan NPV positif, IRR diatas batas, dan payback period kurang dari 5 tahun. Akan tetapi, usaha ini sensitif terhadap penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pdf atau txt
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
Skripsi ini menganalisis kelayakan finansial usaha tahu Bintaro dengan modal sendiri dan pinjaman. Hasilnya menunjukkan usaha ini layak dengan NPV positif, IRR diatas batas, dan payback period kurang dari 5 tahun. Akan tetapi, usaha ini sensitif terhadap penurunan penjualan dan kenaikan harga bahan baku.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 0
i
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
INDUSTRI TAHU (Studi Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten)
EMAWATI
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007 M/1428 H ii JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis Oleh : Nama : Emawati NIM : 102092026373 Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Maret 2007 Menyetujui, Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Setyo Adhie, MM Eny Dwiningsih, STP, M.Si .
Mengetahui,
Dekan, Ketua Jurusan, Fakultas Sains dan Teknologi Sosek Pertanian/Agribisnis
Skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten). Telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Selasa tanggal 6 Maret 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis.
Jakarta, Maret 2007
Tim Penguji
Penguji I Penguji II
DR. Elphawati, MM Drh. Zulmanery, MMA
Mengetahui,
Dekan, Ketua Jurusan, Fakultas Sains dan Teknologi Sosek Pertanian/Agribisnis
DR. Syopiansyah Jaya putra, M.Sis Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si NIP. 150 317 956 NIP. 131 861 314 iv PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR- BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Maret 2007
Emawati 102092026373
v RINGKASAN
EMAWATI. 102092026373. Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang Propinsi Banten). (Dibawah bimbingan SETYO ADHIE dan ENY DWININGSIH).
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun, maka permintaan dalam negeri terhadap produk pangan yang merupakan hasil olahan dari biji kedelai khususnya tahu mengalami pertumbuhan (BPS, 2005). Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat mengkonsumsi tahu adalah selain komposisi zat-zat yang terkandung dalam produk makanan ini sangat baik untuk tubuh, tahu juga dapat diolah menjadi aneka masakan (Sarwono dan Saragih, 2004: 2). Sejak mencuatnya kembali kasus tahu berformalin (BPOM DARI WARNET) akhir-akhir ini, bukan berarti prospek dan peluang untuk membuka usaha tahu tidak lagi menarik untuk dikembangkan. Hal tersebut justru menjadi tantangan bagi produsen untuk menghasilkan produk tahu yang terbuat dari bahan alami tanpa bahan pengawet sesuai dengan keinginan konsumen. Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis kelayakan finansial industri tahu pada UD. Tahu Bintaro, dan menganalisis tingkat sensitivitasnya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada manfaat dan biaya. Penelitian ini dilaksanakan pada industri tahu UD. Tahu Bintaro. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan karena perusahaan tersebut merupakan salah satu dari perusahaan tahu yang menggunakan mesin dan peralatan modern sehingga membutuhkan investasi yang cukup besar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sedangkan sumber datanya berasal dari data primer, dan sekunder. Analisis kualitatif meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan SDM, aspek hukum, aspek sosial, dan aspek dampak lingkungan, sedangkan kuantitatif dilakukan untuk menganalisis pada aspek finansial seperti cash flow, NPV, IRR, Payback Period (PP), Net B/C Ratio, BEP, ROI serta Analisis Sensitivitas. Sumber dana yang digunakan untuk mendirikan usaha ini seluruhnya adalah berasal dari modal sendiri, akan tetapi dalam penelitian ini, penulis menggunakan simulasi dengan menggunakan modal pinjaman sebesar 40 persen. Hasil kelayakan finansial dengan 100% modal sendiri dinyatakan layak dengan nilai NPV sebesar 605,670 juta, nilai IRR adalah sebesar 28,52%, Net B/C Ratio sebesar 1,51, payback period-nya 3 tahun 2 bulan 11 hari, ROI untuk tahun 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 sebesar 11,49, sedangkan untuk tahun ke-5 dan 10 sebesar 20,43, dan 30,63, BEP volume produksi 22.617 bungkus atau penerimaan sebesar total biaya produksinya yaitu Rp 90.288.893,- per bulan dan BEP harga jual sebesar Rp 2.850,- per bungkus. Hasil analisis kelayakan finansial dengan 40% modal pinjaman juga dinyatakan layak dengan nilai NPV sebesar 105,828 juta, nilai IRR sebesar 17,94%, nilai Net B/C Ratio sebesar 1,09, payback period- nya 5 tahun 3 bulan 25 hari, ROI pada tahun ke 1, 2, 3, 4 sebesar 9,53, untuk vi tahun ke-6, 7, 8, 9 sebesar 22,49, sedangkan pada tahun ke-5 dan 10 adalah sebesar 7,73 dan 30,63. Hasil analisis sensitivitas 100% modal sendiri dinyatakan layak dengan keemapat variabel utama yang meliputi penurunan penerimaan 10%, harga kedelai naik 12%, harga solar naik 10%, dan biaya operasional naik 10%, sedangkan hasil kombinasinya masih layak bila kenaikkan harga kedelai 12%, harga solar 10%, dan biaya operasional 10% tidak dibarengi dengan penurunan penerimaan sebesar 10%, dan sebaliknya bila dibarengi dengan penurunan penerimaan 10% akan mengakibatkan usaha ini tidak layak. Hasil analisis sensitivitas dengan 40% modal pinjaman sensitiv terhadap perubahan penurunan penerimaan sebesar 10%, akan tetapi usaha ini masih layak bila maksimal penurunan penerimaannya adalah sebesar 1%. Selain itu, kenaikkan harga kedelai sebesar 12%, dan kenaikkan biaya operasional sebesar 10% juga menyebabkan usaha ini tidak layak. Usaha ini masih layak atau mampu bertahan apabila terjadi kenaikkan harga solar sebesar 10%.
vii KATA PENGANTAR Assalamualaikum.wr.wb Alhamdulillaahirabbilaalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi Kasus: Usaha Dagang Tahu Bintaro, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten). Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita yang dimuliakan oleh Allah SWT baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun umat manusia dari zaman jahiliyah menuju jalan yang diridhoi oleh-NYA. Selama penulisan skripsi, penulis banyak sekali mengalami hambatan dan keterbatasan dalam hal persiapan, penyusunan maupun dalam tahap penyelesaiannya. Namun demikian banyak pelajaran yang dapat dipetik dari penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, serta kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada : 1. Allah SWT, sujud syukurku atas rahmat dan kasih sayang-MU yang telah memberiku segalanya, yang membuat semua hal menjadi mungkin dan yang membuat sulit menjadi mudah. 2. Ayahanda Mustain dan Ibunda Suud tercinta, yang telah memberikan segala cinta, doa, kasih sayang serta dukungan moril maupun materiil selama ini sehingga ananda dapat menyelesaikan studi ini hingga selesai. Adikkku tersayang Achmad Thoriq (Alm) yang telah memberikan semangat hidup untukqu, sebenarnya aq masih ingin merawatmu (semoga adinda bahagia dialam sana). Untuk kakakku Achmad Haidar, meskipun kakak amat keras, tapi aq sangat bersyukur telah diberikan saudara yang sayang sama aq. 3. Ma2 Yam, yang telah memberikan segala bantuannya selama ema tinggal dirumah ma2 yam. Ma2 Ming dan Ami Amad yang telah memberikan pinjaman printernya untuk kelancaran skripsi ini. Untuk semua saudara viii sepupuku yang telah mengisi hari-hariqu sehingga ema tidak kesepian selama tinggal jauh dari orang tua, meskipun kalian semua bandel ema tetap sayang sama kalian. 4. Ir. Setyo Adhie, MM sebagai dosen pembimbing I dan Eny Dwiningsih, STP, M.si sebagai dosen pembimbing II yang telah sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas jasa-jasa yang telah bapak dan ibu berikan kepada penulis. 5. Dr. Elphawati, Ir, MP dan Drh. Zulmanery, MMA selaku dosen penguji yang telah memberikan saran demi kesempurnaan penulisan ini. 6. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis. Selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si dan Ir. Achmad Tjachja M,si selaku Ketua serta Sekretaris Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. 8. Seluruh dosen jurusan agribisnis yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu yang telah memberikan ilmu kepada penulis dalam proses perkuliahan. 9. Bapak Wadud, Ibu Ofa, Mba Nely, dan seluruh staf akademik yang telah memfasilitasi penulis selama ini dan perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi yang telah membantu penulis untuk melengkapi referensi yang dibutuhkan penulis. 10. Bapak Parkudi Lubis selaku pemilik UD. Tahu Bintaro, bapak Ilham selaku manajer operasional, mba Dani dan mba Sri yang telah banyak menyempatkan dan meluangkan waktunya untuk penulis melakukan penelitian. 11. Nandang.P yang tak pernah kenal waktu dalam memotivasi serta menemani penulis ketika menghadapi masalah. 12. Sobat dekatqu yang selalu setia mengisi hari-hariqu dalam perkuliahan; Lala, Umi, C-nul, Evi sumpah gw ga pernah nyesel punya temen kalian bmpat, Mauliyah yang telah membantu penulis dalam memback-up data selama proses penulisan, teman seperjuanganqu Eq dan Lu2e, B-ron yang ix telah berkorban buat gw sampai kakinya kegencet motor sumpah gw ga enak bgt sm loe, dan teman-teman KKN tangkil yang lain; mpo iyeh, Ncex sencex-nceknya, Chilipha, Mpa, Ghulam, Zami, Om Zaky, Arul SPSS, China lampung (Ano), Dika, Taufik, Dori, Apri, Cemen, Jaink, Nana, Ray, Cueb, Soy serta temanteman seperjuangan lain: Yani makasih atas basecampnya selama ini, Amel, Rani, Lince, Iman, Hoerin, Coky, Nofarita, Marhona, Linu, Mair. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi hasil yang lebih baik lagi, Akhir kata semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan perusahaan pada khususnya serta segenap pembaca skripsi ini pada umumnya. Amin Ya Rabbal Alamin.
Jakarta, Maret 2007
Emawati
x DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii RINGKASAN................................................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................... vii DAFTAR ISI..................................................................................................... x DAFTAR TABEL........................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6 2.1. Landasan Teoritis...................................................................... 6 2.1.1. Gambaran Umum Tahu.................................................. 6 2.1.1.1. Bahan Pembuatan Tahu....................................... 7 2.1.1.2. Proses Pembuatan Tahu ..................................... 9 2.1.2. Industri Kecil atau Usaha Kecil (UK) ........................ 12 2.1.2.1. Pengertian Usaha Kecil ..................................... 12 2.1.2.2. Karakteristik Usaha Kecil ................................. 13 2.1.3. Studi Kelayakan Bisnis ................................................ 13 2.1.3.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis ................... 13 2.1.3.2. Aspek-aspek dalam Studi kelayakan Bisnis...... 14 2.1.3.3. Analisis Sensitivitas ...........................................20 2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................... 21 2.3. Kerangka Pemikiran................................................................ 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 26 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian.................................................. 26 3.2. Jenis Dan Sumber Data ........................................................... 26 3.3. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 26 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data.................................... 27 3.4.1. Net Present Value (NPV) ............................................. 28 3.4.2. Internal Rate Of Return (IRR) ..................................... 28 3.4.3. Payback Period (PP) .................................................... 29 3.4.4. Net B/C Ratio ............................................................... 30 3.4.5. Break Even Point (BEP)............................................... 31 3.4.6. Return of Invesment (ROI) ........................................... 31 3.4.7. Analisis sensitivitas...................................................... 31 3.5. Definisi Operasional ............................................................... 33 xi BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN........................................ 34 4.1. Sejarah Berdiri dan Lokasi Perusahaan................................... 34 4.2. Struktur Organisasi ................................................................. 35
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 37 5.1. Aspek Pemasaran .................................................................... 37 5.2. Aspek Teknis dan Produksi..................................................... 39 5.3. Aspek Manajemen dan SDM.................................................. 43 5.4. Aspek Hukum ......................................................................... 44 5.5. Aspek Sosial............................................................................ 45 5.6. Aspek Dampak Lingkungan.................................................... 46 5.7. Aspek Finansial....................................................................... 47 5.7.1. Kebutuhan Dana dan Sumber Dana .............................. 47 5.7.2. Biaya ............................................................................. 48 5.7.3. Manfaat ......................................................................... 49 5.7.4. Hasil Analisis Kelayakan Finansial .............................. 50 5.7.4.1. Hasil Analisis (100% Modal Sendiri) .............. 50 5.7.4.2. Simulasi Modal Sendiri Dan Modal Pinjaman....... 54 5.7.5. Analisis Sensitivitas ..................................................... 56 5.7.5.1. Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri) ... 58 5.7.5.2. Analisis Sensitivitas (40% Modal Pinjaman) .. 69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 75 6.1. Kesimpulan ............................................................................. 75 6.2. Saran........................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 78
xii DAFTAR TABEL
Halaman 1. Pertumbuhan Konsumsi Tahu Perkapita Di Indonesia Tahun 19902004... 2 2. Nilai Gizi Tahu Dan Kedelai (Berdasarkan Berat Kering) ........................... 3 3. Komponen Biaya UD. TB Per Bulan............................................................ 49 4. Pemasukan UD. TB Per Bulan...................................................................... 50 5. Hasil Analisis Kelayakan Finansial (100% Modal Sendiri) ......................... 51 6. Break Event Point (BEP) UD. TB................................................................. 52 7. Return On Investment (ROI) UD. TB (100% Modal Sendiri)...................... 53 8. Pilihan Simulasi Pinjaman Modal................................................................. 54 9. Hasil Analisis Kelayakan Finansial UD. TB (40% Modal Pinjaman) .......... 55 10. Return On Investment (ROI) UD. TB (40% Modal Pinjaman) .................... 56 11. Distribusi Biaya Operasional Per Hari UD. TB............................................ 57 12. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................................ 58 13. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................................ 59 14. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................................ 60 15. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................................ 61 16. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)................... 61 17. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Solar Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)....................... 62
xiii 18. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............ 63 19. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)....................... 63 20. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............ 64 21. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............ 65 22. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)................... 66 23. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12%, Biaya Operasional Naik Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)................................................................................... 66 24. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)................................................................................... 67 25. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri)................................................................................... 68 26. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (100% Modal Sendiri) ............ 69 27. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Pada UD. TB (40% Modal Pinjaman)........................................................... 70 28. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12% Pada UD. TB (40% Modal Pinjaman)........................................................... 70 29. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10% Pada UD. TB (40% Modal Pinjaman)........................................................... 71 30. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. TB (40% Modal Pinjaman)........................................................... 72 31. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri)...................... 73 32. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas (40% Modal Pinjaman) .................... 74 xiv DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................. 25 2. Struktur Organisasi UD. Tahu Bintaro ..................................................... 36 3. Rantai Distribusi UD. Tahu Bintaro ......................................................... 39 4. Sistem Aerodinamis .................................................................................. 47
xv DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Daftar Pertanyaan...................................................................................... 80 2. Layout Perusahaan .................................................................................... 86 3. Proses Produksi Tahu Line ....................................................................... 87 4. Proses Produksi Tofu Line........................................................................ 88 5. Jabatan dan Tingkat Pendidikan Pekerja UD. TB..................................... 89 6. Volume Penjualan Per Hari Dan Harga Produk Natura Tofu................... 90 7. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2001-2006................ 91 8. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006 ................................................. 92 9. Pendekatan Persentase Nilai Tertinggi Dan Terendah Rupiah Terhadap Dollar............................................................................ 93 10. Perhitungan BEP Per Bulan ...................................................................... 94 11. Perhitungan Kombinator ........................................................................... 95 12. Klasifikasi Biaya Tetap UD. TB............................................................... 96 13. Klasifikasi Biaya Tidak Tetap UD. TB..................................................... 97 14. Biaya Penyusutan UD. TB........................................................................ 98 15. Klasifikasi Manfaat UD. TB..................................................................... 99 16. Rekapitulasi Biaya Dan Manfaat UD. TB (100% Modal Sendiri).......... 100 17. Ikhtisar Rugi/ Laba UD. TB (100% Modal Sendiri)............................... 100 18. Aliran Kas UD. TB (100% Modal Sendiri) ............................................ 101 19. Aliran Kas UD. TB (10% Modal Pinjaman)........................................... 102 20. Aliran Kas UD. TB (20% Modal Pinjaman)........................................... 103 xvi 21. Aliran Kas UD. TB (30% Modal Pinjaman)........................................... 104 22. Aliran Kas UD. TB (40% Modal Pinjaman)........................................... 105 23. Aliran Kas UD. TB (50% Modal Pinjaman)........................................... 106 24. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10% UD. TB (100% Modal Sendiri)............................................................................. 107 25. Analisis Sensitivitas Harga Kedelai Naik 12% UD. TB (100% Modal Sendiri)....................................................................... 108 26. Analisis Sensitivitas Harga Solar Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri)............................................................................. 109 27. Analisis Sensitivitas Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri)............................................................................. 110 28. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12% UD. TB (100% Modal Sendiri)...................... 111 29. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, Harga Solar Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ......................... 112 30. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ............... 113 31. Analisis Sensitivitas Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ......................... 114 32. Analisis Sensitivitas Harga Kedelai Naik 12%, Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ............... 115 33. Analisis Sensitivitas Harga Solar Naik 10% Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ............... 116 34. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri)............................................................................. 117 35. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12%, Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri)............................................................................. 118
xvii 36. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri)............................................................................. 119 37. Analisis Sensitivitas Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri)............................................................................. 120 38. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (100% Modal Sendiri) ............... 121 39. Payback Period UD. TB (100% Modal Sendiri)..................................... 122 40. Payback Period Analisis Sensitivitas UD. TB (100% Modal Sendiri)............................................................................. 122 41. Total Biaya Dan Sumber Modal UD. TB ............................................... 127 42. Ikhtisar Rugi/ Laba UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................. 127 43. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10% UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................................................. 128 44. Analisis Sensitivitas Harga Kedelai Naik 12% UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................................................. 129 45. Analisis Sensitivitas Harga Solar Naik 10% UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................................................. 130 46. Analisis Sensitivitas Biaya Operasional Naik 10% UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................................................. 131 47. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 1% UD. TB (40% Modal Pinjaman) ............................................................. 132 48. Payback Period UD. TB (40% Modal Pinjaman) ................................... 133 49. Payback Period Analisis Sensitivitas UD. TB (40% Modal Pinjaman) .......................................................................... 133
xviii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dan industri merupakan sektor yang terkait satu sama lain, dimana pertanian sebagai penyedia bahan baku, sedangkan industri mengolah hasil pertanian untuk memperoleh nilai tambah. Industri kecil mempunyai peranan yang sangat besar tehadap roda perekonomian suatu negara. Menurut M. Irfan dalam Anoraga dan Sudantoko (2002: 244), peranan usaha kecil itu dapat meningkatkan ekspor non migas, penyerapan tenaga kerja, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Sarwono dan Saragih (2004: v), kontribusi industri kecil terhadap produk domestik bruto (PDB) baru mencapai 14%, hal ini menjadi tantangan bagi para pengusaha kecil untuk meningkatkan usahanya. Industri kecil yang mengolah hasil-hasil pertanian (agroindustri) tahan terhadap dampak krisis ekonomi bersifat padat karya merupakan salah satu alternatif dalam membangun kembali perekonomian Indonesia saat ini (Anoraga dan Sudantoko, 2002: 244). Selain dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar perusahaan, juga dapat menciptakan nilai tambah bagi produk pertanian khususnya pangan. Salah satu industri kecil yang potensial untuk dikembangkan adalah pabrik pembuatan tahu, hal ini terjadi karena konsumen tahu sangat luas, mencakup semua strata sosial. Tahu tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah xix dan menengah saja, akan tetapi juga kelas atas. Ini terlihat telah masuknya produk tahu di pasar swalayan. Menurut Sarwono (2001: 12), sekitar 38 % kedelai di Indonesia dikonsumsi dalam bentuk tahu. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun, maka permintaan dalam negeri terhadap produk pangan yang merupakan hasil olahan dari biji kedelai khususnya tahu mengalami pertumbuhan (BPS, 2005). Pertumbuhan konsumsi tahu perkapita di Indonesia dari tahun 1990 sampai dengan 2004, terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pertumbuhan Konsumsi Tahu Perkapita Di Indonesia Tahun 19902004
Tahun Konsumsi 1990 1993 1996 1999 2000 2004 4,42 5,04 5,36 6,08 7,70 6,71 Sumber: BPS, 2005 Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat mengkonsumsi tahu adalah selain komposisi zat-zat yang terkandung dalam produk makanan ini sangat baik untuk tubuh, tahu juga dapat diolah menjadi aneka masakan. Menurut Sarwono dan Saragih (2004: 2), tahu seringkali disebut sebagai daging tidak bertulang karena kandungan gizinya, terutama mutu proteinnya yang setara dengan daging hewan. Menurut Sarwono dan Saragih (2004: 3), protein tahu lebih tinggi dibandingkan protein kedelai yaitu tahu mengandung protein 0,49 gram, sedangkan kedelai mengandung protein 0,39 gram (Tabel 2). xx Tabel 2. Nilai Gizi Tahu dan Kedelai (Berdasarkan Berat Kering) Zat Gizi Tahu Kedelai Protein (gram) 0,49 0.39 Lemak (gram) 0,27 0.20 Karbohidrat (gram) 0,14 0.36 Serat (gram) 0,00 0.05 Abu (gram) 0,04 0.06 Kalsium (mg) 9,13 2.53 Natrium (mg) 0,38 0.00 Fosfor (mg) 6,56 6.51 Besi (mg) 0,11 0.09 Vitamin B1(mg) 0,001 0.01 (sebagai B kompleks) Vitamin B2 (mg) 0,001 - Vitamin B3 (mg) 0,03 - Sumber: Sarwono dan Saragih, 2004 Sejak mencuatnya kembali kasus tahu berformalin (BPOM) akhir-akhir ini, bukan berarti prospek dan peluang untuk membuka usaha tahu tidak lagi menarik untuk dikembangkan. Hal tersebut, justru menjadi tantangan bagi produsen untuk menghasilkan produk tahu yang tanpa bahan pengawet sesuai dengan keinginan konsumen. Salah satu industri yang memproduksi tahu tanpa menggunakan bahan pengawet adalah UD. Tahu Bintaro. Dengan demikian, maka perusahaan seperti ini patut untuk dikembangkan, mengingat permintaan konsumen akan produk tahu yang aman bagi kesehatan. Selanjutnya penulis ingin meneliti kelayakan finansial tahu tersebut.
1.2. Perumusan Masalah Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan akses terhadap sumber-sumber permodalan telah menjadi salah satu karakteristik dari industri kecil (Anoraga dan Sudantoko, 2002: 225-226). Lain halnya dengan yang terjadi xxi pada UD. Tahu Bintaro, perusahaan ini memiliki modal yang cukup kuat dan tidak perlu membayar angsuran ataupun bunga pinjaman karena modal keseluruhan berasal dari modal sendiri. Manfaat yang diterima atas biaya yang dikeluarkan pada perusahaan ini belum mencapai hasil yang maksimal, karena modal awal yang cukup besar untuk bangunan, serta pembelian mesin dan peralatan. Berkaitan dengan uraian diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kelayakan finansial industri tahu pada UD. Tahu Bintaro? 2. Bagaimanakah tingkat sensitivitas usaha tahu pada UD. Tahu Bintaro terhadap perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya?
1.3. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian adalah: 1. Menganalisis kelayakan finansial industri tahu pada UD. Tahu Bintaro. 2. Menganalisis tingkat sensitivitas usaha tahu pada UD. Tahu Bintaro terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada manfaat dan biaya.
1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi pelaku usaha tahu, penelitian ini dapat memberikan bahan informasi dan masukan bagi manajemen perusahaan dalam rangka mengambil keputusan dalam perencanaan dan pengembangan usaha. xxii 2. Bagi investor dan lembaga keuangan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam penanaman modal pada usaha tahu. 3. Bagi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini dapat memberikan masukkan yang berguna tentang kelayakan finansial usaha tahu pada UD. Tahu Bintaro dan tingkat sensitivitasnya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada manfaat dan biaya. 4. Dari segi ilmiah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan memperkaya bahan acuan (pustaka) dalam rangka penelitian lanjutan atau peneliti sejenisnya.
xxiii BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teoritis 2.1.1 Gambaran Umum Tahu Kata tahu berasal dari bahasa Cina yaitu tao-hu atau teu-hu. Tao atau teu berarti kedelai, sementara hu berarti lumat atau menjadi bubur. Di Jepang, tahu dikenal dengan nama tohu, sedangkan dalam bahasa inggris disebut soybean curd atau juga tofu (Supriatna, 2005: 6). Tahu adalah gumpalan protein kedelai yang diperoleh dari hasil penyarian kedelai yang telah digiling dengan penambahan air (Sarwono dan Saragih, 2004: 2). Pengertian tahu menurut Adisarwanto (2005: 90), tahu adalah produk koagulasi protein kedelai. Menurut Sarwono dan Saragih (2004: 5-7), tahu diperdagangkan dengan berbagai variasi bentuk, ukuran, dan nama. Selain tahu putih atau tahu biasa, dipasar juga dikenal berbagai tahu komersil yang sudah memiliki nama dan berciri khas diantaranya yaitu: 1. Tahu Sumedang Tahu Sumedang disebut juga tahu pong alias tahu kulit. Tahu ini merupakan lembaran-lembaran tahu putih setebal sekitar 3 cm dengan tekstur lunak dan kenyal. 2. Tahu Cina Tahu Cina berupa tahu putih, teksturnya lebih padat, halus, dan kenyal dibandingkan tahu biasa. Ukurannya sekitar 12 cm x 12 cm x 8 cm.
xxiv 3. Tahu Kuning Tahu kuning mirip tahu cina. Bentuknya tipis dan lebar, warnanya kuning dkarenakan sepuhan atau larutan sari kunyit. 4. Tahu Sutera Tahu sutera teksturnya sangat lembut dan lunak, tahu yang berasal dari Jepang ini biasanya dikonsumsi sebagai makanan penutup (dessert).
2.1.1.1. Bahan Pembuatan Tahu Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan tahu meliputi bahan baku utama, dan bahan pembantu. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan tahu adalah sebagai berikut 1. Bahan Baku Pembuatan Tahu Bahan baku utama tahu adalah kacang kedelai, terutama kedelai kuning. Persyaratan bahan baku tahu lebih ketat dari pada bahan baku tempe atau kecap, karena tahu diproduksi melalui proses ekstraksi (penyaringan) protein kedelai dengan penambahan air. Jadi jumlah dan mutu protein kedelai amat penting dipertimbangkan saat memilih bahan baku (Sarwono dan Saragih, 2004: 14). Menurut Adisarwanto (2005: 84-90), kualitas kedelai sebagai bahan baku tahu tidak terlalu ditekankan, yang terpenting tersedia secara kontinue. Namun demikian, kedelai impor lebih disukai karena bentuknya seragam dan tidak tercampur dengan kotoran, sedangkan biji kedelai lokal mempunyai bentuk, warna, dan ukuran yang tidak seragam. Menurut Adisarwanto (2005: 3), bahan baku kedelai yang digunakan selama ini sebagian besar berasal dari kedelai impor. Hal ini bisa terjadi di xxv Indonesia karena kurang tersedianya stock kedelai lokal di pasaran, sehingga kebutuhan bahan baku dipenuhi dari impor. 2. Bahan Pembantu Pembuatan Tahu Menurut Sarwono dan Saragih (2001: 16-20), dalam proses pembuatan tahu, digunakan bahan pembantu agar bahan baku (kedelai) dapat diproses lebih lanjut. Bahan pembantu yang digunakan adalah: a. Penggumpal yang digunakan untuk mengendapkan protein dan larutan padat pada sari kedelai. Beberapa bahan penggumpal yang dapat digunakan yaitu batu tahu atau sioko, biang tahu (Whey), dan Glucono-Delta-Lacton (GDL). Sedangkan menurut Supriatna (2005: 31-33), bahan penggumpal yang digunakan untuk pembuatan tahu adalah biang tahu bagi usaha yang sudah rutin produksinya dan bagi usaha yang baru akan memulai usahanya, bahan penggumpal yang digunakan adalah asam cuka makanan (asam asetat) pekat. b. Pewarna Ada dua jenis pewarna makanan, yaitu pewarna alami dan pewarna sintetik. Pewarna alami tahu biasanya menggunakan ekstrak kunyit. Tahu yang diberi pewarna alami ini cukup mudah dikenali karena pada permukaannya terdapat sedikit gumpalan-gumpalan dan beraroma khas kunyit. Apabila menggunakan pewarna sintetik sebaiknya menggunakan pewarna makanan dan bukan bahan pewarna cat atau kain selain dilarang oleh pemerintah juga bisa membahayakan kesehatan.
xxvi c. Antibusa Bahan ini berfungsi untuk mencegah timbulnya busa sewaktu memasak bubur kedelai. Ada beberapa zat antibusa yang bisa digunakan dalam pembuatan tahu, antara lain kalsium karbonat, minyak goreng, dan silicone defoamer. Adanya busa atau gelembung-gelembung udara yang terkait dalam tahu dapat menurunkan umur simpan tahu. d. Air Air sangat berpengaruh pada mutu tahu, oleh karena itu air yang digunakan harus memenuhi persyaratan untuk industri pangan, seperti tidak berwarna, tidak berbau, jernih, tidak berasa, tidak mengandung besi dan mangan, serta bebas dari jasad renik patogen.
2.1.1.2. Proses Pembuatan Tahu 1. Proses Pembuatan Tahu Sutera Tahu sutera atau tahu lunak ini berasal dari Jepang. Disebut tahu sutera atau tahu lunak karena teksturnya sangat lunak dan lembek, karena dalam pembuatannya tidak dilakukan pembuangan sebagian air. Adanya air ini menyebabkan tahu sutera tidak tahan lama. Menurut Sarwono dan Saragih (2004: 43-45), proses pembuatan tahu sutera dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagia berikut: a. Pembuatan Tahu Sutera Cara I: Tahapan awal (pembuatan sari kedelai) dalam pembuatan tahu sutera sama dengan pembuatan sari kedelai pada pembuatan tahu keras. Tahap selanjutnya berupa tahap penuangan. xxvii Sari kedelai yang baru disaring dipindahkan dengan penyiduk ke baki logam antikarat. Dari baki ini, sari kedelai dipindahkan ke baki lain yang bagian dalamnya telah dibalur dengan larutan asam sulfat. Suhu saat sari kedelai dipindahkan sekitar 70-80C. Apabila menginginkan tahu sutera mempunyai rasa udang, daging sapi, atau telur ayam, sari kedelai yang telah disaring dapat dicampur dengan perasa tersebut. Sari kedelai didiamkan selama 10 menit, kemudian tahu dilepaskan dari baki dan dipotong-potong menjadi 36 potong. b. Pembuatan Tahu Sutera Cara II: Proses pengolahan tahu sutera dengan memanfaatkan teknologi baru dapat memperpanjang daya simpan, adapun cara pembuatannya adalah sebagai berikut: Sari kedelai yang mengandung padatan 3-4% disterilkan sampai suhu 130C selama 2-5 detik dengan sistem UHT (ultra high temperature), setelah didinginkan sampai suhu 10-15C, sari kedelai diberi zat penggumpal GDL (glucono delta-lactone). Zat itu dimasukkan secara aseptik dalam plastik yang tertutup rapat. Plastik yang berisi sari kedelai tersebut kemudian dicelupkan dalam air panas bersuhu 95C selama 30 menit agar terjadi penggumpalan protein. Setelah itu didinginkan dalam air mengalir. 2. Proses Pembuatan Tahu Putih Menurut Sarwono dan Saragih (2004: 32-35), proses pembuatan tahu lokal yang sering dilakukan adalah sebagai berikut:
xxviii a. Pembuatan Sari Kedelai Biji kedelai dibersihkan dari kotoran atau benda asing, seperti kerikil, pasir, dan sisa tanaman. Biji kedelai yang sudah bersih direndam selama 8-12 jam, kemudian ditiriskan dan digiling dengan menggunakan mesin penggiling sehingga menjadi bubur. Pada saat penggilingan berlangsung, air ditambahkan sedikit demi sedikit. Kedelai yang telah menjadi bubur ditampung dalam wadah logam antikarat atau tong kayu, kemudian dimasak dan selama pemasakan berlangsung air ditambahkan berulang-ulang kali dengan jumlah kebutuhan air sekitar 10 liter untuk 1 kg kacang kedelai. Proses selanjutnya adalah penyaringan yang dilakukan untuk memperoleh sari kedelai. b. Penggumpalan dan Pengendapan Proses penggumpalan dilakukan dengan cara menambahkan larutan sioko yang telah diendapkan selama satu malam. Pada saat penambahan sioko, pengadukan dilakukan dengan cara searah dan dihentikan bila penggumpalan bubur tahu telah berbentuk. Bubur tahu kemudian diendapkan hingga turun ke dasar wadah. Pengendapan ini bertujuan untuk memudahkan pemisahan air tahu (whey) dengan bubur tahu. c. Pencetakan dan Pengepresan Gumpalan bubur tahu dimasukkan ke dalam cetakan yang telah dialasi kain, lalu bagian atas juga ditutupi dengan kain serupa dan papan. Dimana papan selanjutnya diletakkan pemberat berbobot sekitar 30 kg selam 15 menit xxix atau hingga air tahu menetes habis, kemudian dipotong-potong sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
2.1.2. Industri Kecil atau Usaha Kecil (UK) 2.1.2.1.Pengertian Usaha Kecil Menurut UU RI No. 9 tahun 1995 dalam Anoraga dan Sudantoko (2002: 330), pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Kriteria usaha kecil dalam UU tersebut tercantum pada pasal 5 ayat 1, yaitu sebagai berikut: 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau, 2. Memilki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah). 3. Milik Warga Negara Indonesia. 4. Berdiri Sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. 5. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 yang pertama dan kedua, nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan peraturan pemerintah (Anoraga dan Sudantoko, 2002: 331-332). xxx 2.1.2.2.Karakteristik Usaha Kecil Menurut Anoraga dan Sudantoko (2002: 225226), secara umum sektor usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaedah administrasi pembukuan standar. Kadang kala pembukuan tidak diperbaharui, sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya. 2. Marjin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi. 3. Modal terbatas. 4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas. 5. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisien jangka panjang. 6. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta deversifikasi pasar sangat terbatas. 7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan.
2.1.3. Studi Kelayakan Bisnis 2.1.3.1.Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis di bangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maximal untuk waktu yang tidak di tentukan (Umar, 2003: 8). Menurut Ibrahim (2003: 1), yang menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan xxxi dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan. Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 2000: 6-7).
2.1.3.2. Aspek-Aspek Dalam Studi Kelayakan Bisnis 1. Aspek Pemasaran Analisis aspek pemasaran akan dilakukan dengan menggunakan bauran pemasaran, yaitu seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran. Menurut Swastha dan Sukotjo (1995: 193), alat-alat bauran pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi 4 unsur, yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi. 2. Aspek Teknis dan Produksi Menurut Ibrahim (2003: 118), aspek taknis produksi adalah aspek yang berhubungan dengan pembangunan dari proyek yang direncanakan, baik dilihat dari faktor lokasi, luas produksi, proses produksi, penggunaan teknologi (mesin/peralatan), maupun keadaan lingkungan yang berhubungan dengan proses produksi. 3. Aspek Manajemen dan SDM Menurut Umar (2003: 115), bahwa manajemen dalam pembangunan proyek bisnis maupun manajemen dalam implementasi rutin bisnis adalah sama saja dengan manajemen lainnya. Ia berfungsi untuk aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. xxxii Aspek SDM bertujuan untuk mengetahui apakah dalam pembangunan dan implementasi bisnis diperkirakan layak atau sebaliknya dilihat dari ketersediaan SDM. Kesuksesan suatu perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sebuah proyek bisnis sangat tergantung pada SDM yang solid, yaitu manajer, dan tim-nya (Umar, 2003: 157-158). Perencanaan tenaga kerja merupakan suatu cara untuk menetapkan keperluan mengenai tenaga kerja suatu periode tertentu. Perencanaan ini dimaksudkan agar perusahaan dapat terhindar dari kelangkaan SDM pada saat dibutuhkan maupun kelebihan SDM pada saat kurang dibutuhkan (Umar, 2003: 161-162). Menurut Umar (2003: 164), aspek SDM mencakup produktivitas dari suatu tenaga kerja yang secara umum, mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yanng digunakan (input). Produktivitas memiliki 2 dimensi, yaitu: a. Suatu efektivitas yang mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu. b. Efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. 4. Aspek Hukum Aspek ini mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dana xxxiii yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan sebagainya (Husnan dan Suwarsono, 2000: 20). 5. Aspek Sosial Tujuan utama perusahaan adalah mencari keuntungan yang sebesar- besarnya, namun perusahaan tidak dapat hidup sendirian. Perusahaan hidup bersama-sama dengan komponen lain dalam satu tatanan kehidupan yang kompleks. Salah satu komponen yang dimaksud adalah lembaga sosial, sehingga dalam rangka keseimbangan tadi, hendaknya perusahaan memiliki tanggung jawab sosial. Bisnis hendaknya memiliki manfaat-manfaat sosial yang dapat diterima oleh masyarakat, seperti: a. Membuka lapangan kerja baru Maksudnya dengan dibukanya proyek bisnis akan menarik masyarakat sekitar untuk turut membuka lapangan kerja baru. b. Melaksanakan alih teknologi Dilakukannya alih teknologi kepada pekerja dengan berbagai cara pelatihan terprogram dengan baik, maka diharapkan tidak hanya meningkatkan skill pekerja tetapi juga sikap mental tenaga kerja yang andal semakin kokoh. c. Meningkatkan mutu hidup Adanya proyek bisnis turut serta mengurangi angka pengangguran, sehingga dapat meningkatkan mutu hidup mereka (Umar, 2003: 252-254).
xxxiv 6. Aspek Dampak Lingkungan Menurut Soeharto (2002: 97), aspek lingkungan adalah suatu pengkajian yang dikenal sebagai analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang merupakan suatu mekanisme untuk mencapai kelesatriaan lingkungan, aspek lingkungan meliputi limbah yang dihasilkan proses produksi. AMDAL hasil studi memengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan dan diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup. Aspek ini harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan beroperasinya proyek-proyek industri. Manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan melakukan aktifitas yang makin lama makin mengubah lingkungan (Umar, 2003: 303). 7. Aspek Finansial Aspek finansial merupakan aspek kunci dari suatu studi kelayakan, karena sekalipun aspek lain tergolong layak, jika studi aspek finansial memberikan hasil yang tidak layak, maka usulan proyek akan ditolak karena tidak akan memberikan manfaat ekonomi (Haming dan Basalamah, 2003: 13). Tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar, 2003: 178). xxxv Untuk mengetahui apakah pelaksanaan proyek tersebut menguntungkan atau tidak, dilakukan evaluasi proyek dengan cara menghitung manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Adapun komponen yang diperlukan dalam analisis kelayakan finansial adalah sebagai berikut: a. Cash Flow Aliran kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan- penggunaannya (Umar, 2003: 179). Berdasarkan jenis transaksinya menurut Haming dan Basalamah (2003: 67), kas dalam cash flow dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1) Arus kas masuk (cash inflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas. In Flow pada industri kecil tahu terdiri dari penerimaan penjualan, manfaat tambahan, dan nilai sisa. Ketiga penerimaan tersebut yang paling utama adalah penerimaan penjualan karena penerimaan ini bersifat rutin. 2) Arus kas keluar (cash outflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas. Arus kas keluar dalam industri tahu dapat digolongkan menjadi: a) Pengeluaran investasi, yaitu arus pengeluaran kas yang ditujukan untuk membiayai kegiatan pembangunan atau pengadaan proyek. Arus kas ini biasanya disebut dengan arus kas awal. xxxvi b) Pengeluaran operasi, yaitu arus pengeluaran kas yang ditujukan untuk membiayai kegiatan operasi proyek sesudah memasuki fase operasi komersial. Menurut Umar (2003: 202), pendapatan perusahaan merupakan penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan sedangkan biaya operasinya merupakan pengeluaran yang juga karena kegiatan perusahaan. b. Kriteria Kelayakan Investasi 1) Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang yaitu selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan- penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Umar, 2003: 200). 2) Internal Rate of Return (IRR) adalah merupakan metode yang digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 2003: 198). 3) Payback Period (PP) adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal yang ditanamkan dalam proyek tersebut dapat kembali (Rangkuti, 2004: 214). 4) Net B/C Ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat berapa manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu rupiah pengeluaran proyek. Menurut Sofyan (2004: 177), Net B/C Ratio adalah suatu rasio yang membandingkan antara benefit atau penerimaan dari suatu usaha xxxvii dengan biaya yang di keluarkan untuk merealisasikan rencana pendirian dan pengoperasian usaha tersebut. 5) Break event point merupakan suatu keadaan atau penjualan usaha dimana jumlah manfaat (pendapatan ) sama besarnya dengan pengeluaran (biaya) dengan kata lain keadaan dimana perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan tidak menderita kerugian ( Fatah, 1994: 45). 6) Return Of Investment (ROI) adalah pengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan perusahaan (Rahardi, 2004: 106).
2.1.3.3.Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas merupakan suatu alat yang langsung menganalisa pengaruh-pengaruh resiko yang ditanggung sebagai akibat dari ketidakpastian proyek. Menurut Fatah (1994: 96), analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial terhadap apa yang dipilih. Unsur-unsur tersebut dapat berupa harga bahan baku, biaya produksi, menurunnya pangsa pasar dan turunnya harga produk per unit atau terhadap bunga pinjaman. Perubahan yang terjadi dalam tingkat penerimaan dan biaya akan mempengaruhi kondisi usaha tersebut yang dilihat dari nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Net B/C Ratio, Break Even Value (BEP), serta Return Of Investment (ROI) setelah terjadi perubahan. xxxviii 2.2. Penelitian Terdahulu Dananjoyo, A. (2005), melakukan penelitian di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, dengan judul Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tempe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengrajin tempe biasa dan tempe Malang di Kota Bogor layak untuk dilaksanakan, hal ini dapat dilihat dengan hasil analisis kriteria kelayakan berikut: NPV pengrajin tempe biasa positif yaitu sebesar Rp 8.805.006,00 dan NPV pengrajin tempe Malang Rp 7.157.760,00; IRR pengrajin tempe biasa dan tempe Malang lebih tinggi dari tingkat diskonto 13 persen yaitu 35 persen pada tempe biasa dan untuk tempe Malang 32 persen; Net B/C Ratio pada tempe biasa dan tempe Malang yaitu 1,59 untuk tempe biasa dan 1,47 untuk tempe Malang. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa baik tempe biasa maupun tempe Malang sangat sensitiv terhadap perubahan bahan baku (kedelai) dan penurunan harga output. Menurut analisis switching value perubahan yang dapat ditolerir oleh pengrajin tempe biasa untuk perubahan harga bahan baku tidak boleh naik lebih dari 5,3 persen dan untuk tempe Malang 6,9 persen. Perubahan harga output yang masih dapat ditoleransi pada pengrajin tempe biasa sebesar 6,3 persen dan pengrajin tempe Malang sebesar 3,4 persen. Menurut penelitian Suherliyanti, Lely. (2003) yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Perusahaan Tahu Di Kabupaten Sumedang menunjukkan bahwa usaha tahu Sumedang baik pada skala usaha menengah maupun skala usaha kecil layak untuk diusahakan. Hal ini terlihat dari nilai NPV, IRR, dan Net B/C yang diperoleh telah memenuhi syarat kelayakan investasi dengan xxxix memperhitungkan pajak penghasilan. Namun jika dibandingkan antara skala usaha menengah dan kecil, maka manfaat proyek lebih dirasakan oleh pengusaha pada skala menengah. Hal ini terlihat dari nilai kriteria yang diperoleh lebih baik pada skala usaha menengah dari pada skala kecil. Hasil analisis tingkat pengembalian investasi, investasi pada usaha tahu Sumedang ini relatif cepat. Pengembalian investasi untuk skala usaha menengah adalah selama 9 bulan lebih singkat dibandingkan pada skala usaha kecil yaitu selama 1 tahun 4 bulan. Tingkat pengembalian investasi akan berbeda-beda jika terjadi perubahan input dan output usaha tahu Sumedang ini. Namun demikian usaha tahu Sumedang ini menghasilkan tingkat pengembalian investasi yang cepat. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha pengolahan kedelai menjadi tahu Sumedang ini menunjukkan kepekaan usaha ini terhadap perubahan yang terjadi pada saat terjadi penurunana harga jual output (tahu) sebesar 17 persen dan peningkatan harga input (kedelai) sebesar 14 persen dengan tingkat diskonto 15 persen dan 19 persen. Pada skala usaha menengah kepekaan yang nyata dalam ketidaklayakan usaha terjadi pada saat terjadi peningkatan harga input (kedelai) bersamaan dengan penurunan harga jual tahu pada kedua jenis tingkat diskonto dan masih layak diusahakan pada saat terjadi penurunan harga jual tahu tanpa adanya peningkatan harga kedelai. Pada skala usaha kecil ketidaklayakan usaha terjadi pada saat terjadi penurunan harga output (tahu), penurunan harga output yang diikuti oleh peningkatan harga kedelai pada kedua xl tingkat diskonto yang digunakan. Kondisi tesebut memperlihatkan kepekaan yang nyata dalam ketidaklayakan usaha tahu Sumedang berdasarkan kriteria kelayakan.
2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui kelayakan finansial, sehingga dapat dinilai layak atau tidaknya usaha tersebut untuk dilaksanakan. Dalam mengembangkan usaha tahu pada perusahaan ini, maka terlebih dahulu diidentifikasi karakteristik usaha tersebut dengan melihat berbagai aspek. Aspek- aspek yang perlu dikaji antara lain adalah aspek non finansial yang meliputi: aspek pemasaran, aspek teknis dan produksi, aspek manajemen dan SDM, aspek hukum, aspek sosial, aspek dampak lingkungan, serta aspek finansial. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk diteruskan hanya ditentukan pada aspek finansial yang data-datanya didukung oleh aspek non finansial. Untuk menentukannya pertama dianalisis Cash flow sebagai landasan untuk melakukan pengukuran dengan beberapa kriteria kelayakan investasi, yang meliputi: NPV, IRR, dan Net B/C Ratio. Untuk mengetahui waktu pengembalian investasi dianalisis dengan Payback Period, kemudian untuk mengetahui dimana keadaan perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan tidak juga mengalami kerugian dianalisis dengan BEP. Selain itu, alat analisis ROI juga digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Analisis Sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang terjadi atas perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya terhadap kelayakan usaha tersebut. xli Setelah mendapatkan hasil tentang studi kelayakan pada perusahaan tahu tersebut, maka dapat disimpulkan apakah usaha tersebut layak atau tidak. Apabila usaha dikatakan layak maka usaha dapat terus dilaksanakan atau dilanjutkan, sedangkan apabila usaha tersebut tidak layak maka perusahaan harus mengadakan perbaikan manajemen dalam perusahaan dan efisiensi terhadap biaya yang dikeluarkan. Adapun alur pemikiran diatas dapat digambarkan oleh kerangka pemikiran seperti yang terdapat pada Bagan 1.
xlii
Bagan 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Analisis Kelayakan Usaha UD. Tahu Bintaro Aspek Pemasaran Aspek Teknik & Produksi Aspek Manajemen & SDM Aspek Hukum Aspek Sosial Aspek Dampak Lingkungan 1. Cash Flow Inflow Outflow 2. Kriteria Kelayakan Investasi: NPV IRR PP Net B/C Ratio BEP ROI 3. Analisis Sensitivitas: Penerimaan Turun 10% Harga Kedelai Naik 12% Harga Solar Naik 10% Biaya Operasional Naik 10% Interpretasi Hasil Analisis Efisiensi Biaya Dan Perbaikan Manajemen Dalam Perusahaan Usaha Ini Dapat Terus Dilaksanakan/Dilanjutkan Layak Tidak layak Aspek Finansial xliii BAB III METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada industri tahu UD. Tahu Bintaro yang beralamat di JL. Kampung Rawa Barat No. 11, Bintaro Sektor IX. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan karena perusahaan tersebut merupakan salah satu dari perusahaan tahu yang menggunakan mesin dan peralatan modern sehingga membutuhkan investasi yang cukup besar. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan, dimulai pada bulan September sampai bulan Oktober 2006.
4.2. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber datanya berasal dari data primer, dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara yang dilakukan dengan berbagai pihak terkait dalam topik penelitian, sedangkan data skunder diperoleh dari berbagai literatur.
4.3. Metode Pengumpulan Data Penulis mengumpulkan data-data dan keterangan yang diperlukan dalam penelitian ini melalui beberapa cara, yaitu: 1. Data primer diperoleh dengan cara: a. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung objek penelitian sehingga dapat diperoleh gambaran yang nyata dari keadaan perusahaan. xliv b. Wawancara atau interview, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung dengan wakil Direktur Utama dan karyawan yang memiliki informasi yang diperlukan. 2. Data sekunder diperoleh dengan cara: a. Proses membaca b. Penelitian terdahulu c. Mempelajari dan mengambil keterangan yang diperlukan dari buku d. Bahan-bahan kuliah serta sumber-sumber data yang lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan untuk mengetahui karakteristik perusahaan tahu tersebut yang disajikan pada aspek-aspek non finansial dalam bentuk uraian deskriptif, tabel, bagan, atau gambar untuk mempermudah pemahaman. Data kuantitatif dilakukan untuk mengetahui keadaan perusahaan secara finansial seperti NPV, IRR, Payback Period (PP), Net B/C Ratio, BEP, ROI serta Analisis Sensitivitas. Analisis kuantitatif ini disajikan dalam bentuk tabulasi yang mengelompokkan dan mengklasifikasikan data agar mempermudah dalam melakukan analisis data. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan kalkulator dan komputer program Microsoft Excel. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan suatu proyek tersebut menguntungkan atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi proyek dengan cara menghitung manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Setelah xlv dilakukan identifikasi terhadap semua manfaat dan biaya tersebut, maka baru dapat dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai dari kriteria investasi. Adapun metode yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.4.1. Net Present Value (NPV) Menurut Umar (2003: 200), untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut:
Dimana: CFt = Aliran kas pertahun pada periode t Io = Investasi awal pada tahun 0 K = Suku bunga (discount rate) Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV yaitu: Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima Jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima ataupun ditolak. Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak.
4.4.2. Internal Rate Of Return (IRR) Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung nilai NPV 1 dan nilai NPV 2 dengan cara coba-coba. Apabila nilai NPV 1 telah menunjukkan angka n CFt NPV = - Io t=1 (1 + K) t xlvi positif maka discount faktor yang kedua harus lebih besar dari SOCC dan sebaliknya apabila NPV 1 menunjukkan angka negatif maka discount faktor yang kedua berada di bawah SOCC atau discount faktor. Menurut Ibrahim (2003: 147), formula untuk IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana: i 1 = adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 1
i 2 = adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV 2
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan IRR yaitu: IRR > tingkat bunga, maka usulan proyek diterima IRR < tingkat suku bunga, maka usulan proyek ditolak
4.4.3. Payback Period (PP) Menurut Kasmir dan Jakfar (2004: 155), metode Payback Period (PP) merupakan teknik penilain terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitunghan kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri). Rumus yang digunakan dalam perhitungan Payback Period adalah sebagai berikut:
NPV 1
IRR = i 1 + x (i 2 i 1 ) (NPV 1 NPV 2 )
xlvii
4.4.4. Net B/C Ratio Untuk menghitung Net B/C yaitu membagi jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih positif dengan jumlah nilai sekaranng aliran kas manfaat bersih negatif pada tahun-tahun awal proyek (Gittingar, 1986: 401). Secara matematis rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dimana: NPV Positif = Jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih positif. NPV Negatif = Jumlah nilai sekarang aliran kas manfaat bersih negatif. Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C Ratio, yaitu: Net B/C Ratio > 1, maka proyek layak atau dapat dilaksanakan. Net B/C Ratio = 1, maka proyek impas antara biaya dan manfaat sehingga terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan atau tidak. Net B/C Ratio < 1, maka tidak layak atau tidak dapat dilaksanakan. t=n B t C t
t=1 (1 + i) t NPV Positif Net B/C Ratio = = t=n B t C t NPV Negatif - t=1 (1 + i) t
Payback Period = Investasi = xxx Proceeds tahun 1 = xxx - Sisa = xxx Proceeds tahun 2 = xxx - Sisa = xxx dst xlviii 4.4.5. Break Even Point (BEP) BEP merupakan titik impas usaha. Dari nilai BEP dapat diketahui pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha tidak memberikan keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian (Rahardi dan Hartono, 2003: 70). Secara matematis rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
3.4.6. Return of Invesment (ROI) Untuk mengetahui keuntungan perusahaan melalui metode ROI, maka dapat dilakukan dengan cara membagi laba bersih setelah pajak dengan total assets, kemudian untuk mendapatkan nilai persentasenya dikalikan 100% (Kasmir dan Jakfar, 2004: 206). Secara matematis rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
3.4.7. Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas akan melihat apa yang akan terjadi dengan hasil kegiatan suatu usaha, jika terjadi perubahan-perubahan dalam dasar-dasar Total biaya BEP Produksi = Harga penjualan Total biaya BEP Harga = Total produksi Net Profit after Tax ROI = x 100% Total Assets xlix perhitungan biaya dan manfaat. Dalam analisis sensitivitas setiap kemungkinan harus dicoba, yang berarti bahwa tiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini diperlukan karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang yang terjadi di waktu yang akan datang. Perubahan yang diamati adalah bagaimana nilai NPV, IRR, Net B/C Ratio, dan Payback period jika terjadi perubahan pada variabel alat analisis. Variabel-variabel yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian ini adalah: (1) penurunan penerimaan sebesar 10%, (2) peningkatan harga kedelai sebesar 12%, (3) peningkatan harga solar sebesar 10%, (4) peningkatan biaya operasional sebesar 10%. Penggunaan variabel analisis untuk penurunan penerimaan, kenaikkan harga solar, dan kenaikkan biaya operasional sebesar 10% didasarkan pada terjadinya laju inflasi nasional periode 2001-2006 (Lampiran 7). Untuk kenaikkan harga kedelai sebesar 12% diambil melalui pendekatan persentase nilai tertinggi dan terendah yang dicapai oleh rupiah terhadap dollar periode 2001-2006 (Lampiran 8). Kajian analisis sensitivitas pada penelitian ini adalah jika keempat variabel analisis yang digunakan menyatakan layak, maka dari keempat variabel tersebut dilakukan analisis kombinasi. Apabila ketiga variabel analisisnya menyatakan tidak layak, maka secara otomatis variabel tersebut tidak dapat dikombinasikan.
l 3.5. Definisi Operasional 1. Ningari adalah air laut yang diproses dengan cara dipanaskan dan penyulingan sehingga zat-zat yang terkandung bermacam-macam didalamnya dapat terpisahkan sehingga menjadi bahan penggumpal susu menjadi tahu. 2. Manfaat adalah segala sesuatu yang menambah pendapatan. Manfaat yang diperhitungkan yaitu manfaat yang dapat diukur, misalnya hasil dari penjualan tahu. 3. Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi pendapatan. Arus biaya ada dua jenis yaitu biaya investasi dan biaya operasional. 4. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha. 5. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk berjalannya suatu usaha. Biaya operasional dibagi menjadi 2 yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 6. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung kepada perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan produk. 7. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi.
li BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah Berdiri dan Lokasi Perusahaan UD. Tahu Bintaro merupakan industri kecil yang bergerak pada usaha pengolahan kedelai menjadi tahu. Industri kecil ini merupakan salah satu usaha pembuatan tahu yang menggunakan peralatan dan mesin modern. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2002 oleh bapak Parkudi Lubis yang bertempat tinggal di Jl. Cendrawasih Bintaro sektor I. Latar belakang berdirinya adalah berawal dari pemilik yang sangat gemar mengkonsumsi tahu, sehingga dari kegemarannya itu beliau mencoba untuk memproduksi tahu sendiri. Pertama didirikan berstatus Perseroan Terbatas (PT) dan diberinama PT. Natura Tofu Indonesia. Pemilihan kata Natura Tofu Indonesia pada nama perusahaan tersebut berdasarkan pada produk yang dihasilkan yaitu berupa tahu yang terbuat dari bahan tanpa pengawet yang di produksi oleh perusahaan dalam negeri (Indonesia). Pada tanggal 1 september 2005 perusahaan yang berstatus Perseroan Terbatas (PT) tersebut diganti dengan Usaha Dagang (UD) yang kemudian diberinama UD. Tahu Bintaro. Pergantian status perusahaan terjadi karena menurut manager operasional pada perusahaan tersebut, penggunaan kata PT cakupannya terlalu luas. Pemilihan kata Tahu Bintaro pada nama baru perusahaan tersebut berdasarkan pada jenis produk yang mereka hasilkan dan nama wilayah tempat perusahaan tersebut didirikan. Penggunaan nama Natura Tofu sampai sekarang masih digunakan sebagai merek dagang dari produk yang dihasilkan. lii UD. Tahu Bintaro merupakan anak perusahaan dari Cosmo (supermarket Jepang) yang terletak di Grand Wijaya, Jakarta. Industri ini berlokasi di Jl. Kampung Rawa Barat No. 11 Bintaro Sektor IX. Pabrik ini terletak di tengah pemukiman penduduk.
4.2. Struktur Organisasi Struktur organisasi dalam perusahaan ini, pemilik merangkap sebagai Direktur Utama yang mempunyai wewenang mengambil keputusan pada saat rapat. Dirut memiliki seorang wakil yang merangkap sebagai manajer operasional yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan, mulai dari pembelanjaan, proses produksi, sampai pemasaran, serta mengelola karyawan. Manajer operasional membawahi beberapa bagian, yaitu bagian administrasi, keuangan, bagian umum, kepala produksi, serta bagian-bagian lain yang mendukung aktivitas perusahaan. Adapun bagian-bagian dari srtuktur organisasi dan tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut: 1. Bagian administrasi, bertugas mencatat pengiriman produk serta persediaan atau stok produk, bagian ini membawahi bagian distribusi dan keamanan. Bagian distribusi bertugas sebagai pengantar pesanan, sedangkan bagian keamanan bertugas menjaga keamanan diwilayah perusahaan, selain itu bagian keamanan ini tugasnya juga merangkap sebagai pengantar pesanan bila bagian distribusi sedang tidak berada ditempat. 2. Bagian keuangan tugasnya mencatat arus kas perusahaan setiap hari yang meliputi pengeluaran dan pemasukan. Bagian ini membawahi bagian umum yang bertugas mencatat jumlah stock bahan baku, bahan pembantu, bahan liii pengemas, bahan bakar. Bagian umum membawahi bagian kebersihan yang bertanggung jawab atas kebersihan seluruh lingkungan pabrik. 3. Kepala produksi bertugas mencatat proses produksi, dan membawahi supervisor produksi tahu line dan tofu line yang masing-masing bertugas sebagai leader yang bertanggung jawab terhadap timnya pada saat proses produksi berlangsung. 4. Marketing bertanggung jawab atas perencaan strategi pemasaran, yang sampai sekarang masih di pegang oleh manajer operasional. Bagian ini membawahi salesman yang bertugas menjual dan menawarkan produk. Adapun bentuk struktur organisasi pada UD.Tahu Bintaro terdapat pada Bagan 2.
Bagan 2. Struktur Organisasi UD. Tahu Bintaro Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Manajer Operasional Keuangan Bagian umum Kebersihan Kepala Produksi Supervisor Produksi Tahu Line Pelaksana Produksi Pelaksana Produksi Administrasi Marketing Distribusi Keamanan Salesman Direktur utama Supervisor Produksi Tofu Line liv BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Aspek Pemasaran Aspek pasar yang diteliti meliputi bauran pemasaran yang terdiri dari 4P, yaitu produk, price (harga), promosi, dan place (distribusi) yang digunakan perusahaan. 1. Produk a. Produk utama Produk utama yang dihasilkan adalah tahu dengan dua jenis berdasarkan proses produksinya, yaitu tahu lokal dan tofu. Perbedaan antara kedua jenis produk tersebut selain pada proses produksinya, juga pada kemasan produknya. Untuk bahan penggumpalnya ada sebagian yang sama dan ada juga yang tidak misalnya, produk tahu bahan penggumpalnya memakai ningari dan cioko, sedangkan untuk produk tofu memakai ningari dan GDL. Adapun jenis produk yang dihasilkan terdapat pada Lampiran 6. b. Produk sampingan Produk sampingan yang dihasilkan adalah ampas tahu (limbah padat) yang dijual ke peternak sebagai makanan ternak. Adapun harga ampas tahunya adalah sebesar Rp 5000,- per karung dengan volume 8-10 karung per hari. 2. Harga Harga produk Natura Tofu berbeda-beda sesuai dengan jenis tahu yang dihasilkan. Penentuan harga yang diberikan kepada konsumen berdasarkan harga lv yang tertera pada brosur promosi (Lampiran 6), akan tetapi untuk pelanggan tetap dengan pembelian skala besar diberikan diskon sebesar 10 persen. Hal tersebut dilakukan selain untuk mempertahankan pelanggan juga supaya mark-up harga yang akan diberikan kepada konsumen akhir tidak terlalu tinggi (melebihi harga yang tertera pada brosur promosi). 3. Promosi Promosi yang dilakukan adalah dengan melalui penyebaran brosur di lingkungan sekitar perusahaan, di pusat perbelanjaan, dan di perumahan. Penyebaran brosur dilakukan oleh bagian distribusi pada saat pengantaran dan penjualan produk Natura Tofu di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Tanggerang, dan Depok. Penyebaran brosur juga dilakukan dalam perusahaan itu sendiri yang langsung diberikan kepada setiap konsumen baru yang datang langsung ke Perusahaan. Promosi juga dilakukan melalui kata-kata yang tertera pada kemasan produk (label), diantaranya: merek dagang yang dipakai yaitu Natura Tofu, komposisinya terbuat dari cioko, ningari, GDL, dan garam tanpa bahan pengawet. Adapun biaya yang dikeluarkan untuk promosi adalah sebesar Rp 350.000,- per tiga bulan dengan penggunaan 5 rim (2500 lembar). 4. Distribusi Produk yang dihasilkan didistribusikan untuk supermarket seperti Cosmo yang merupakan induk perusahaan, dan Tip-Top. Selain itu, juga untuk restauran Jepang seperti Hoka-Hoka Bento dan restauran Jepang lainnya termasuk cabang dari restauran tersebut, dengan harga diskon sebesar 10%. Biaya untuk lvi pendistribusian ditanggung oleh UD. Tahu Bintaro yaitu sebesar Rp 85.000,- per hari. Penjualan produk juga dilakukan dengan cara directselling (penjualan langsung dengan cara menawarkan kepada pelanggan), telemarketing (penjualan melalui telepon), retailling (penjualan dengan cara eceran), dan canvasing (penjualan melalui alat peraga). Penjualan melalui telemarketing mempunyai batas minimum order, yaitu sebesar Rp 15.000,- untuk wilayah Bintaro sektor I sampai dengan IX dan Rp 35.000,- untuk wilayah diluar komplek Bintaro, selain itu, perusahaan juga melayani pembeli yang langsung datang ke pabrik, tanpa adanya batas minimum pembelian dengan harga sesuai brosur. Adapun rantai distribusinya terdapat pada Bagan 3.
Bagan 3. Rantai Distribusi UD. Tahu Bintaro Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
5.2. Aspek Teknis dan Produksi 1. Lokasi usaha Lokasi pabrik cukup strategis karena sarana dan prasarananya menunjang seperti dekat dengan jalan raya dan perumahan, serta fasilitas umum lainnya, sehingga memudahkan untuk akses pembelanjaan dan pemasaran.
UD. Tahu Bintaro Supermarket Restauran Jepang Konsumen akhir lvii 2. Bahan baku Pembuatan tahu membutuhkan bahan baku utama berupa kacang kedelai. Dalam memproduksi tahu, perusahaan menggunakan kacang kedelai impor dari Amerika, dengan alasan penggunaan kacang kedelai impor lebih berkualitas, harganya cenderung lebih murah, dan kadar susunya lebih banyak dibandingkan dengan kacang kedelai lokal. Pemenuhan kebutuhan bahan baku diperoleh dengan cara membeli kacang kedelai dari pasar Cileduk dengan harga rata-rata Rp. 4000,- per kg. Dalam jurnal keuangan harian perusahaan dapat diketahui bahwa biaya pembelian kacang kedelai, yaitu sebesar 37,2 persen dari total biaya operasional. Rata-rata penggunaan bahan baku dalam setiap proses produksi adalah sebesar 200 kg per hari untuk tahu line, sedangkan untuk tofu line sebesar 60 kg per hari. Jadi dalam satu bulan, perusahaan memerlukan sekitar 6,24 ton kedelai sebagai bahan baku utama. Pembuatan tahu juga membutuhkan bahan pembantu berupa antifoam, bahan penggumpal (ningari, GDL, cioko, dan garam), serta bahan tambahan rasa (kunyit, telur, kemiri dan bawang putih). Biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan bahan pembantu dalam proses produksi terdapat dalam Lampiran 10. 3. Tenaga kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi untuk tahu line dan tofu line masing-masing adalah 5 orang, dan satu diantaranya termasuk supervisor. Supervisor bertanggung jawab penuh terhadap proses produksi yang dilakukan oleh timnya (pelaksana produksi). lviii 4. Teknologi Teknologi yang digunakan pada tahu line masih tergolong semi tradisional, karena meskipun dalam proses penghancuran kacang sudah menggunakan mesin penggiling dan juga menggunakan mesin boiller untuk merebus bubur kacang, pada tahu line ini dalam proses selanjutnya masih menggunakan alat tradisional. Hal ini dapat dilihat dari proses penyaringan yang masih menggunakan tanggok, kain, dan tahang (digedog), pencetakan yang masih menggunakan cetakan kayu, kemudian untuk memotong tahu yang telah melalui tahap pengepresan juga masih menggunakan pisau dapur, sampai pada proses pengemasannya pun juga masih memerlukan bantuan tangan manusia secara langsung, akan tetapi untuk penyimpanan produk jadinya tahu line menggunakan chiller. Lain halnya dengan tofu, pada proses pembuatannya teknologi yang digunakan pada tofu line ini memiliki tingkat teknologi yang modern. Hal ini dapat dilihat mulai dari proses pengupasan kedelai yang menggunakan mesin pengupas kacang, penggilingan kacang yang menggunakan mesin giling, pemasakan yang menggunakan mesin boiller, proses penyaringan awal yang menggunakan bantuan mesin penyaring, kemudian untuk produk tofu kotak pengemasannya menggunakan mesin sill, sedangkan untuk tofu tube proses pengemasannya menggunakan mesin vakum dan untuk proses pasteurisasi selanjutnya untuk tofu tube menggunakan mesin water chiller. Untuk penyimpanan produk jadi tofu line sama dengan tahu line yaitu menggunakan chiller. lix Mesin dan alat-alat penunjang operasional lain yang dibutuhkan untuk tahu dan tofu line adalah mesin expayer, mesin pompa air, tungku pemasakan, bak stainless steel, tabung susu, box culler, countainer, kain sutra, tatakan stainless steel, alat ukur kekentalan susu (atago), dan ember perendaman. Adapun biaya yang dikeluarkan untuk pembelian mesin dan alat penunjang operasional terdapat dalam Lampiran 12. 5. Proses produksi Perbedaan proses produksi yang mendasar antara jenis tahu line dan tofu line terletak pada aktivitas pengupasan kulit kering kedelai dan proses pasteurisasi yang dilakukan oleh jenis tofu line. Proses pasteurisasi merupakan perlakuan kepada produk tofu line dari kondisi suhu tinggi (panas) ke kondisi suhu rendah (dingin). Proses produksi kelompok produk tahu line sangat sederhana yaitu terdiri dari aktivitas pencucian dan perendaman, penggilingan, pemasakan, penyaringan, penggumpalan dan pengendapan, pencetakan, serta tahap terakhir adalah pengemasan (Lampiran 3). Sedangkan proses produksi kelompok tofu line dibedakan atas penggunaan kemasan. Untuk kelompok tofu line kemasan kotak tray, setelah proses penggumpalan dilakukan pencetakan dengan memasukkan gumpalan tahu dalam kotak tray dan ditaruh pada cetakan loyang stainless yang kemudian dilakukan pemasakan kedua. Sedangkan pada kelompok tofu line kemasan tube dilakukan proses vacum pada kemasan tube setelah penggumpalan dianggap selesai, kemudian dilanjutkan pada pemasakan kedua dan pendinginan pada water chiller (Lampiran 4). lx 6. Layout Tanah seluas 4000 m yang dimiliki dimanfaatkan untuk bangunan pabrik tahu lokal berukuran 4x6, pabrik tofu berukuran 16x6 yang termasuk didalamnya adalah gudang bahan pembantu, untuk gudang bahan baku berukuran 8x5 yang digunakan juga untuk proses pengupasan kedelai, kamar tidur pekerja (mess) berukuran 8x6, gudang peralatan berukuran 3x3, tempat pengolahan limbah berukuran 3x3, kantor berukuran 2,5x5, dan untuk pos security berukuran 2x2, serta pendopo yang merupakan tempat peristirahatan (tempat pribadi) berukuran 20x10. Sisa lahannya dimanfaatkan untuk tanaman organik, kolam ikan, dan kandang hewan ternak. Adapun layout UD. Tahu Bintaro terdapat dalam Lampiran 2.
5.3. Aspek Manajemen dan SDM Sistem manajemennya bersifat open manajemen. Hal ini dapat dilihat dengan adanya rapat dengan agenda mereview semua pengeluaran dan pemasukkan yang terjadi dalam perusahaan yang dilaksanakan secara rutin satu kali dalam seminggu. Setiap hari karyawan bekerja mulai pukul 08.0016.00 WIB dengan waktu istirahat 1 jam. Perusahaan memberikan libur kerja pada hari minggu, dan pada hari raya besar. Saat ini perusahaan mempekerjakan 21 orang termasuk Direktur Utama, dalam perusahaan ini manajer operasional memegang kekuasaan penuh untuk merekrut dan memberhentikan karyawan. Dalam merekrut karyawan perusahaan mengambil dari berbagai tingkatan yaitu mulai dari SD sampai perguruan tinggi, lxi akan tetapi perusahaan lebih mengutamakan kemauan dan kemampuan kerja karyawan dari pada tingkat pendidikan yang dimiliki. Dari 21 orang pekerja tersebut, terdapat 1 orang yang berpendidikan terakhir S-2, 2 orang adalah tamatan S-1, 11 orang berpendidikan terakhir SLTA/sederajat, dan selebihnya adalah tamatan SD dan SLTP. Secara rinci, tingkat pendidikan pekerja pada UD. Tahu Bintaro terdapat pada Lampiran 5. Sistem penggajiannya adalah per bulan untuk tenaga kerja tidak langsung, sedangkan untuk tenaga kerja langsung bagian produksi adalah per minggu. Gaji terendah yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan standart ketentuan dari wilayah Kabupaten Tangerang yaitu sebesar Rp. 800.000,-, sedangkan untuk gaji direktur utama, manajer operasional, bagian keuangan, dan bagian administrasi, serta tenaga kerja tidak langsung lainnya terdapat dalam Lampiran. 12. Insentif diberikan kepada karyawan yang produktifitasnya meningkat diukur dari loyalitas, kinerja, komitmen, absensi, inisiatif, dan kemauan yang tinggi untuk bekerja. Insentif diberikan berupa uang dengan jumlah beragam. Fasilitas yang terdapat perusahaan berupa mess diberikan bagi tenaga kerja langsung yang tempat tinggalnya jauh dari lokasi pabrik, selain itu perusahaan juga memberikan tunjangan kesehatan kepada semua karyawan tanpa terkecuali dengan cara mengganti biaya pengobatan sebesar 50%, apabila ada keluarga karyawan yang sedang sakit atau melahirkan.
5.4. Aspek Hukum Secara hukum, keberadaan UD. Tahu Bintaro telah terdaftar. Hal ini terbukti dengan adanya surat izin yang dimiliki yaitu domisili usaha dengan lxii nomor 503/04/Ek.Bang/Ds.Pd.P pada tanggal 11 Agustus 2005 yang dikeluarkan oleh kepala desa pondok Pucung, Izin Usaha Perdagangan (IUP) dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag) dengan nomor 503.1/0602/30- 03/PK/X/2005 pada tanggal 11 Oktober 2005, Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dengan nomor 30.03.5.52.15181 yang dikeluarkan pada tanggal 26 Oktober 2005, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang dikeluarkan pada tanggal 11 oktober 2005 dengan nomor 08-091-567.1-411.001. Perusahaan juga memiliki surat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Sertifikat penyuluhan dari Departemen Kesehatan (Depkes). Adapun biaya keseluruhan yang dikeluarkan untuk membuat perizinan perusahaan adalah sebesar Rp 20.000.000,-.
5.5. Aspek Sosial Keberadaan UD. Tahu Bintaro membawa pengaruh positif dan dapat meningkatkan mutu hidup masyarakat setempat. Hal ini terjadi karena dalam penyerapan tenaga kerjanya baik operasional maupun pra operasional perusahaan melibatkan masyarakat sekitar sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran. Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) sebesar Rp 1.500.000,- yang diberikan kepada masyarakat sekitar menjadi rutinitas yang dikeluarkan setiap tahun oleh perusahaan. Fungsi sosial perusahaan terhadap masyarakat juga dapat dilihat dari pemberian sumbangan setiap kali ada permohonan bantuan yang masuk ke perusahaan, misal acara 17 Agustus, acara Maulid Nabi, dan lain-lain yang bersifat sosial (mengikuti kegiatan dalam masyarakat sekitar).
lxiii 5.6. Aspek Dampak Lingkungan Kegiatan operasional usaha ini tidak mengganggu keseimbangan lingkungan karena limbah padat yang dihasilkan berupa ampas tahu langsung dijual kepada peternak sebagai pakan ternak dengan harga Rp 5000,- per karung, sedangkan untuk limbah cair diberikan perlakuan khusus yaitu sistem netralisir atau yang diberi nama aerodinamis. Pembuangan limbah cair hasil aerodinamis yang sudah bersih pun tidak dibuang ke dalam sungai daerah setempat, akan tetapi dimanfaatkan lagi untuk menyiram tanaman yang berada disekitar perusahaan. Perlakuan limbah untuk sistem netralisir ini membutuhkan 3 unit kolam besar dan 1 unit kolam kecil. Adapun tahapan untuk proses aerodinamis adalah sebagai berikut: 1. Kolam kecil digunakan untuk menghilangkan benda padat. Kolam ini dilengkapi dengan saringan kawat. Dari kolam penyaringan, air limbah disalurkan ke kolam besar pertama. 2. Kolam besar pertama terdiri dari 8 skat, skat tersebut berisi ijuk, pasir, dan batu koral. Air limbah dialirkan secara bergantian mulai dari skat satu sampai skat delapan. Sebelum dialirkan ke kolam besar pertama air limbah diberi bahan penetral terlebih dahulu yaitu kapur, kaporit, dan karbit. 3. Kolam besar kedua berisi ijuk, pasir, dan batu koral yang berfungsi sebagai penyerapan. 4. Kolam besar ketiga digunakan untuk penampungan terakhir. Air limbah tersebut telah siap digunakan untuk menyiram tanaman. Proses aerodinamis terdapat pada Bagan 4. lxiv
Keterangan: = ijuk = pasir = batu koral = tutup = saringan kawat
Bagan 4. Sistem Aerodinamis Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Masyarakat setempat tidak merasa terganggu dengan adanya kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang sedang beroperasi, karena penggunaan mesin-mesin tersebut waktunya masih dalam batas normal untuk melakukan aktivitas bekerja ditambah lagi suara yang ditimbulkan oleh mesin yang digunakan juga tidak terlalu bising. Adapun biaya untuk perlakuan aerodinamis adalah sebesar Rp 5000,- per hari. Perusahaan juga memberikan retribusi untuk RT sebesar Rp 50.000,- per bulan.
5.7. Aspek Finansial 5.7.1. Kebutuhan Dana dan Sumber Dana Investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan UD. Tahu Bintaro adalah sebesar Rp 1.183.068.068 (satu milyar seratus delapan puluh tiga juta enam puluh
Kolam 2 Kolam 3
Kolam penyaringan
Kolam 1 R. Produksi mesin mesin lxv delapan ribu enam puluh delapan rupiah). Digunakan untuk biaya aktiva adalah sebesar Rp 1.081.455.000, untuk modal kerja selama satu bulan sebesar Rp 81.613.068, dan sisanya sebesar Rp 20.000.000 digunakan untuk biaya perizinan perusahaan. Sumber dana yang digunakan untuk mendirikan usaha ini seluruhnya adalah berasal dari modal sendiri (induk perusahaan). Dalam penelitian ini, digunakan simulasi dengan modal pinjaman sebesar 40%.
5.7.2. Biaya Biaya-biaya yang dikeluarkan adalah termasuk biaya tetap, biaya tidak tetap, biaya operasional, dan biaya penyusutan. Untuk biaya tetap (gaji) sebesar Rp 14.600.000 per bulan (Lampiran 12), biaya tidak tetap adalah sebesar biaya operasional yaitu sebesar Rp 67.013.068 per bulan. Biaya tidak tetap ini digunakan untuk pembelian bahan baku, kemasan, batu es, bahan bakar, biaya listrik, telepon, tenaga kerja langsung, transportasi, promosi, serta biaya lain-lain (Lampiran 13), sedangkan biaya penyusutannya adalah sebesar Rp 8.675.825 per bulan (Lampiran 14). Adapun biaya UD. Tahu Bintaro terdapat pada Tabel 3.
lxvi Tabel 3. Komponen Biaya UD. Tahu Bintaro Per Bulan No Komponen biaya Jumlah (Rp) 1 Biaya gaji tetap 14.600.000 2 Biaya tidak tetap a. bahan baku utama 24.960.000 b. bahan penunjang 3.244.092 c. bahan kemasan 8.914.176 d. biaya batu es 4.800.000 e. biaya bahan bakar 10.800.000 f. biaya listrik 3.600.000 g. biaya telepon 384.000 h. biaya tenaga kerja langsung 8.000.000 i. biaya transportasi 2.040.000 j. biaya promosi 100.800 k. biaya lain-lain 170.000 3 Biaya penyusutan 8.675.825 Total biaya 90.288.893 Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
5.7.3. Manfaat Manfaat usaha ini diperoleh dari nilai penjualan hasil produksi yang terdiri dari manfaat utama dan manfaat tambahan. Manfaat utama adalah hasil penjualan tahu, sedangkan manfaat tambahannya adalah hasil penjualan ampas tahu (Lampiran 15). Volume penjualan tahu dan ampas tahu diperkirakan mencapai 90% dari total penjualan berdasarkan pertimbangan kerusakan dalam proses produksi serta produk yang kembali (tidak terjual) sebesar 10%. Harga jual diasumsikan 70% dari harga diskon dan 30% dari harga brosur, karena sebagian besar penjualannya dilakukan dengan skala besar sehingga harga yang diberikan sebagain besar juga merupakan harga diskon. Penjualan tahu lokal diasumsikan 24 kali dalam satu lxvii bulan, sedangkan penjualan tofu tube dan tofu kotak masing-masing 12 kali dalam satu bulan. Pemasukan UD. Tahu Bintaro terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pemasukan UD. Tahu Bintaro Per Bulan No Komponen Jumlah (Rp) 1 Manfaat Utama 114.007.608 2 Manfaat Tambahan 1.080.000 Total 115.087.608 Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa pemasukan UD. Tahu Bintaro per bulan adalah sebesar Rp 115.087.608. Setelah dikurangi pajak dan penyusutan maka akan didapat keuntungan sebesar Rp 266.026.122 untuk tahun ke 1,2,3,4,6,7,8, dan 9, sedangkan pada tahun ke 5 dan 10 keuntungan yang didapat adalah sebesar RP 246.622.572, dan Rp 362.412.072 seperti yang terdapat pada Ikhtisar Rugi/ Laba dalam Lampiran 17. Jika ditinjau dari hasil penjualan pada perusahaan ini, yaitu sebesar Rp 1.381.051.296 per tahun, maka usaha ini lebih mendekati pada skala industri kecil mengingat penjualan yang tejadi pada usaha ini tidak terjual habis (masih tersedia stock).
5.7.4. Hasil Analisis Kelayakan Finansial 5.7.4.1. Hasil Analisis (100% Modal Sendiri) Perhitungan kelayakan finansial usaha ini diperoleh dari data hasil pengurangan aliran kas manfaat dengan aliran kas biaya. Manfaat bersih setelah pajak ditambah penyusutan kemudian didiskontokan dengan tingkat suku bunga investasi sebesar 16% yang merupakan tingkat suku bunga rata-rata kredit lxviii investasi Bank Umum periode 2001-2006 (Lampiran 7). Adapun hasil perhitungan kelayakan fianasial UD. Tahu Bintaro adalah sebagai berikut: Hasil perhitungan dari kriteria kelayakan investasi yang meliputi NPV, IRR, dan Net B/C Ratio, diperoleh dari hasil pengurangan aliran kas manfaat dengan aliran kas biaya. Manfaat bersih setelah pajak ditambah penyusutan kemudian didiskontokan dengan tingkat suku bunga investasi sebesar 16%. Sedangkan untuk perhitungan Payback Period didasarkan pada data cashflow sehingga Payback Period tidak dijadikan sebagai hasil untuk menentukan layak atau tidaknya usaha, akan tetapi hanya digunakan sebagai waktu pengembalian investasi, adapun hasil analisis terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Analisis Kelayakan Finansial (100% Modal Sendiri) No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp 605.670.078 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 28,52 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,51 Layak 4 Payback Period 3 thn 2 bln 11 hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial pada Tabel 5, menyatakan bahwa usaha ini memiliki NPV sebesar Rp 605,670 juta yang berarti bahwa usaha ini akan memberikan keuntungan sebesar Rp 605,670 juta selama 10 tahun menurut nilai waktu uang sekarang. Nilai IRR adalah sebesar 28,52% yang berarti lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank (16%). Sehingga usaha ini layak dilaksanakan dibandingkan apabila dananya disimpan di Bank, karena mempunyai kemampuan memperoleh tingkat return yang tinggi. lxix Nilai Net B/C Ratio sebesar 1,51 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- biaya yang dikeluarkan, akan memberikan keuntungan sebesar Rp 0,51 (Lampiran 18). Berdasarkan kriteria kelayakan pada Tabel 5, dimana NPV bernilai positif, Net B/C lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), maka secara kelayakan investasi usaha ini layak untuk diusahakan. Hasil analisis payback period menunjukkan bahwa untuk mengembalikan nilai investasi sebesar Rp 1.183.068.068,- memerlukan waktu 3 tahun 2 bulan 11 hari (Lampiran 39). Analisis BEP digunakan untuk melihat keadaan dimana jumlah manfaat (penerimaan penjualan) sama besarnya dengan jumlah pengeluaran (biaya), dengan kata lain keadaan dimana usaha ini tidak mendapatkan keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Perhitungan BEP pada usaha ini ditinjau berdasarkan harga jual dan volume produksi. Hasil perhitungan analisis Break Event Point (BEP) terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6. Break Event Point (BEP) UD. Tahu Bintaro No Keterangan Jumlah 1 Total Biaya Produksi (Rp)/bulan 90.288.893 2 Total Produksi (bks)/bulan 31.680 3 BEP Harga jual (Rp)/bks 2.850 4 Harga Jual produk (Rp)/bks 3.992 5 BEP Volume Produksi (bks)/bulan 22.617 Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis BEP pada Tabel 6, dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume produksi atau penjualan mencapai 22.617 bungkus atau penerimaan sebesar total biaya produksinya yaitu lxx Rp 90.288.893,- per bulan dan dengan BEP harga jual sebesar Rp 2.850,- per bungkus (Lampiran 10). Metode ROI menunjukkan pengembalian atas modal investasi dimana besarnya manfaat bersih setelah pajak yang dicapai dibagi dengan besarnya modal investasi, adapun hasil perhitungan ROI terdapat pada Tabel 7.
Uraian 1,2,3,4,6,7,8,9 5 10 1 Manfaat Bersih (Rp) 266.026.122 246.622.572 362.412.072 2 Investasi (Rp) 1.183.068.068 1.183.068.068 1.183.068.068 3 Reinvestasi (Rp) - 23.955.000 - 4 ROI (%) 22,49 20,43 30,63 Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis Return On Investment pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa kemampuan mengembalikan investasi untuk setiap pengeluaran modal investasi sebesar Rp 1000,- akan diperoleh pengembalian suatu investasi sebesar Rp 1.224,9 pada tahun pertama, kedua, ketiga, keempat, keenam, ketujuh, kedelapan, dan kesembilan. ROI pada tahun kelima menurun menjadi Rp 1.204,3 karena adanya reinvestasi, sedangkan tahun kesepuluh naik menjadi Rp 1.306,3 karena adanya penambahan pada aliran kas manfaat dari nilai sisa, sehingga mampu mengembalikan investasi lebih besar, dengan demikian perusahaan ini sehat. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa penggunaan modal investasi dalam usaha ini telah digunakan dengan efisien. Hal lxxi ini, ditunjukkan dengan nilai ROI yang besar sehingga perusahaanya mampu mengembalikan investasi secara cepat.
5.7.4.2. Simulasi Modal Sendiri Dan Modal Pinjaman Dalam usaha tahu ini, kiranya dapat dilakukan simulasi penggunaan modal baik dari modal sendiri maupun modal pinjaman dari lembaga perbankkan. Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui sampai berapa persen besarnya pinjaman maksimal simulasi yang masih layak. Adapun pilihan simulasi pinjaman modal terdapat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pilihan Simulasi Pinjaman Modal Investasi (Kredit) Tingkat Kelayakan Investasi No Proporsi Jumlah (Rp) NPV (Rp) IRR (%) Net B/C Keterangan 1 10% 118.306.807 480.709.698 25,50 1,41 Layak 2 20% 236.613.614 355.749.315 22,93 1,30 Layak 3 30% 354.920.420 230.788.934 20,36 1,20 Layak 4 40% 473.227.227 105.828.554 17,94 1,09 Layak 5 50% 591.534.034 (19.131.829) 15,61 0,98 Tidak Layak Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa semakin besar proporsi pinjaman, maka semakin rendah tingkat kelayakan investasinya. Usaha ini masih layak sampai dengan batas pinjaman modal sebesar 40%. Oleh karena itu, penulis menggunakan simulasi pinjaman modal sebesar 40% yang merupakan proporsi investasi yang masih dinyatakan layak (Lampiran 19-23). Perhitungan modal pinjaman 40% dari investasi sebesar Rp 1.183.068.068,- adalah sebesar Rp 473.227.227,-. Biaya bunga sebesar Rp 75.716.356,- (bunga bank dikalikan dengan pinjaman 40%). Angsuran pokoknya lxxii sebesar 20% yaitu Rp 94.645.445,- per tahun selama 5 tahun, adapun hasil analisisnya terdapat pada Tabel 9.
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp 105.828.554 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 17,94 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,09 Layak 4 Payback Period 5 thn 3 bln 25 hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis kelayakan investasi pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa usaha ini memiliki nilai NPV sebesar Rp 105,828 juta yang berarti usaha ini akan menerima keuntungan sebesar Rp 105,828 juta selama 10 tahun menurut nilai waktu uang sekarang. Nilai IRR adalah sebesar 17,94% yang berarti lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank (16%). Sehingga usaha ini layak dilaksanakan dibandingkan apabila dananya disimpan di Bank, karena mempunyai kemampuan memperoleh tingkat return yang tinggi. Nilai Net B/C Ratio adalah sebesar 1,09 yang berarti setiap pengeluaran Rp 1,- akan memberikan keuntungan sebesar Rp 0,09 (Lampiran 22). Berdasarkan kriteria kelayakan pada Tabel 9, dimana NPV bernilai positif, Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), maka secara kelayakan investasi usaha pada pinjaman 40% layak untuk diusahakan. lxxiii Hasil analisis payback period-nya menjelaskan bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasi dalam waktu 5 tahun 3 bulan 25 hari. Sedangkan untuk hasil perhitungan payback period-nya terdapat pada Lampiran 48. Hasil analisis Return On Investment (ROI) dengan 40% modal pinjaman menunjukkan bahwa setiap pengeluaran modal investasi sebesar Rp 1000,- akan diperoleh pengembalian investasi sebesar Rp 1.095,3 pada tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Untuk tahun keenam, ketujuh, kedelapan, dan kesembilan diperoleh pengembalian investasi sebesar Rp 1.077,3 sedangkan pada tahun kelima dan kesepuluh masing-masing adalah sebesar Rp 1.224,9 dan Rp 1.306,3. Adapun hasil analisis ROI terdapat pada Tabel 10.
Tahun Uraian 1,2,3,4, 5 6,7,8,9 10 Manfaat Bersih 112.700.501 93.296.951 266.026.122 362.412.072 Investasi 1.183.068.068 1.183.068.068 1.183.068.068 1.183.068.068 Reinvestasi - 23.955.000 - - ROI (%) 9,53 7,73 22,49 30,63 Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 10, dapat diketahui bahwa penggunaan modal investasi dengan 40% modal pinjaman dalam usaha ini telah digunakan dengan efisien. Hal ini, ditunjukkan dengan nilai ROI yang hasilnya lebih besar sampai tahun ke-10.
5.7.5. Analisis Sensitivitas Pengaruh dari faktor inflasi dalam analisis suatu usaha sangat penting dan berdampak langsung terhadap biaya khususnya biaya operasional. Untuk lxxiv melakukan analisis sensitivitas, penulis mengasumsikan bahwa yang berpengaruh terhadap inflasi pada perusahaan ini adalah penurunan penerimaan, kenaikkan harga bahan bakar minyak berupa solar, dan kenaikkan biaya operasional yaitu sebesar 10% yang ditentukan berdasarkan rata-rata laju inflasi nasional periode 2001-2006 (Lampiran 8). Kenaikkan harga kedelai sebesar 12% diperoleh atas pertimbangan perhitungan pendekatan nilai tertinggi dan terendah yang dicapai oleh rupiah terhadap dollar periode 2001-2006 (Lampiran 9). Hal ini diperhitungkan atas pertimbangan dari distribusi biaya operasional per hari. Adapun distribusi biaya operasional per hari terdapat pada Tabel 11.
Tabel 11. Distribusi Biaya Operasional Per Hari UD. Tahu Bintaro No Komponen Biaya Besarnya (%) 1 Kacang kedelai 37,2 2 Bahan penunjang 4,8 3 Kemasan 13,4 4 Batu es 7,1 5 Solar 16,1 6 Listrik 5,4 7 Telepon 0,6 8 Tenaga kerja langsung 11,9 9 Transportasi 3,0 10 Promosi 0,2 11 Lain-lain 0,3 Total 100 Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan data pada Tabel 11, menunjukkan bahwa jumlah biaya operasional untuk kacang kedelai dan solar memiliki persentase terbesar, maka dari itu usaha ini sangat bergantung pada pasokan kacang kedelai dan solar. Untuk kebutuhan skenario analisis sensitivitas pada perubahan biaya operasional memfokuskan pembahasan pada kenaikkan harga kacang kedelai, harga solar, dan lxxv biaya operasional secara keseluruhan. Persentase untuk biaya kemasan juga terlihat cukup besar, akan tetapi masih bisa dilakuakan penekanan biaya apabila terjadi kenaikkan harga dengan cara mengganti kemasan lain (misalnya, kotak tray diganti dengan plastik).
5.7.5.1. Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri) Variabel yang digunakan untuk analisis sensitivitas pada penelitian ini meliputi penurunan penerimaan sebesar 10%, harga kedelai naik sebesar 12%, harga solar naik sebesar 10%, dan biaya operasional naik sebesar 10%. Dari keempat variabel tersebut dinyatakan layak dengan kondisi 100% modal sendiri, maka dari itu sesuai dengan kajian analisis sensitivitasnya hasil tersebut dikombinasikan dengan perhitungan kombinator (Lampiran 11). Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan analisis sensitivitas 100% modal sendiri terdapat pada Tabel 12 sampai dengan 26.
Tabel 12. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp 9.055.918 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 16,19 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,01 Layak 4 Payback Period 4 thn 10 bln 17 hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 12, dapat diketahui bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), dan Net B/C Rationya adalah labih besar dari satu. Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% tidak lxxvi berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 24). Akan tetapi, apabila dilihat dari nilai Net B/C Ratio pada hasil analisis diatas yaitu sebesar 1,01 dapat diperkirakan bahwa perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan sebesar 10% akan menyebabkan usaha ini rentan terhadap kelayakan apabila dibarengi dengan perubahan pada variabel lain. Hal tersebut terlihat dari minimnya angka yang diperoleh pada hasil analisis bila dibandingkan dengan standart penilaian kelayakan. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 4 tahun 10 bulan 17 hari. Untuk hasil perhitungan Payback Period Analisis Sensitivitas dengan 100% modal sendiri terdapat pada Lampiran 40.
Tabel 13. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp 450.398.910 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 25,27 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,38 Layak 4 Payback Period 3thn 6bln 1hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 13, dapat diketahui bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, nilai Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Maka secara kelayakan investasi, usaha pada sensitivitas kenaikkan harga kedelai sebesar 12% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 3 tahun 6 bulan 1 hari. Dari hasil kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga kedelai lxxvii naik sebesar 12% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 25.
Tabel 14. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp 549.682.878 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 27,44 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,46 Layak 4 Payback Period 3thn 3bln 18hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 14, dapat diketahui bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, nilai Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Maka secara kelayakan investasi, usaha pada sensitivitas kenaikkan harga solar sebesar 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 3 tahun 3 bulan 18 hari. Dari hasil kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga solar naik 10% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12% dan penurunan penerimaan 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 26.
lxxviii Tabel 15. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp 258.274.332 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 21,47 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,22 Layak 4 Payback Period 3thn 11bln 20hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 15, dapat diketahui bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, nilai Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Maka secara kelayakan investasi, usaha pada sensitivitas kenaikkan biaya operasional sebesar 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 3 tahun 11 bulan 20 hari. Dari hasil kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada biaya operasional naik 10% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%, dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12% dan harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 27.
Tabel 16. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp (146.215.250) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 12,77 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,88 Tidak Layak 4 Payback Period 5thn 7bln 18hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
lxxix Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 16, dapat diketahui bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang dibarengi dengan kenaikkan harga kedelai sebesar 12% berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 7 bulan 18 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 28.
Tabel 17. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp (46.931.282) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 14,90 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,96 Tidak Layak 4 Payback Period 5thn 1bln 19hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 17, dapat diketahui bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang dibarengi dengan kenaikkan harga solar sebesar 10% berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 1 bulan 19 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 29.
lxxx Tabel 18. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp (338.339.828) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 8,16 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,71 Tidak Layak 4 Payback Period 6thn 11bln 6hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 18, dapat diketahui bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang dibarengi dengan kenaikkan biaya operasional 10% berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 6 tahun 11 bulan 6 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 30.
Tabel 19. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp 394.411.710 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 24,33 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,33 Layak 4 Payback Period 3thn 7bln 16hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 19, dapat diketahui bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Dengan demikian, kenaikkan harga kedelai 12% yang dibarengi dengan lxxxi kenaikkan harga solar 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 3 tahun 7 bulan 16 hari. Dari hasil kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12% yang dibarengi dengan harga solar naik 10% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%, biaya operasional naik 10%, dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12% dan harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 31.
Tabel 20. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp 103.003.164 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 18,18 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,09 Layak 4 Payback Period 4thn 5bln 28hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 20, dapat diketahui bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Dengan demikian, kenaikkan harga kedelai 12% yang dibarengi dengan biaya operasional naik 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Hasil analisis payback periodnya menyatakan bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 4 tahun 5 bulan 28 hari. Dari hasil kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga kedelai lxxxii naik 12% yang dibarengi dengan biaya operasional naik 10% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%, dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12%, harga solar naik 10%, biaya operasional naik 10%, serta harga kedelai naik 12% yang dibarengi denga harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 32.
Tabel 21. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp 202.287.132 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 20,26 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,17 Layak 4 Payback Period 4thn 1bln 22hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 21, dapat diketahui bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Dengan demikian, kenaikkan harga solar 10% yang dibarengi dengan biaya operasional naik 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 4 tahun 1 bulan 22 hari. Dari hasil kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga solar naik 10% yang dibarengi dengan biaya operasional naik 10% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%, dan harga kedelai naik 12% yang dibarengi dengan biaya operasional naik 10%, serta tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12%, harga solar lxxxiii naik 10%, biaya operasional naik 10%, harga kedelai naik 12% yang dibarengi denga harga solar naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 33.
Tabel 22. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp (202.202.450) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 11,49 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,83 Tidak Layak 4 Payback Period 5thn 11bln 15hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 22, dapat diketahui bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang dibarengi dengan kenaikkan harga kedelai 12% dan kenaikkan solar 10% berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 11 bulan 15 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 34.
Tabel 23. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp (493.610.996) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 4,11 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,58 Tidak Layak 4 Payback Period 8thn 6bln 8hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
lxxxiv Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 23, dapat diketahui bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang dibarengi dengan harga kedelai naik 12% dan kenaikkan biaya operasional 10% berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 8 tahun 6 bulan 8 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 35.
Tabel 24. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp (394.327.028) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 6,85 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,67 Tidak Layak 4 Payback Period 7thn 5bln 5hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 24, dapat diketahui bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang dibarengi dengan harga solar naik 10% dan kenaikkan biaya operasional 10% berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya lxxxv dalam waktu 7 tahun 5 bulan 5 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 36.
Tabel 25. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp 47.015.964 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 17,01 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,04 Layak 4 Payback Period 4thn 8bln 18hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 25, dapat diketahui bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Dengan demikian, kenaikkan harga kedelai 12% yang dibarengi dengan kenaikkan harga solar 10% dan kenaikkan biaya operasional 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Hasil analisis payback period-nya menyatakan bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 4 tahun 8 bulan 18 hari. Dari hasil kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12% yang dibarengi dengan harga solar naik 10% dan biaya operasional naik 10% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada penurunan penerimaan 10%, dan tidak lebih baik dari perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12%, harga solar naik 10%, biaya operasional naik 10%, harga kedelai naik 12% yang dibarengi dengan harga solar naik 10%, harga kedelai naik 12% yang dibarengi dengan biaya operasional naik 10%, harga solar naik 10% yang dibarengi dengan lxxxvi biaya operasional naik 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 37.
Tabel 26. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10%, Harga Kedelai Naik 12%, Harga Solar Naik 10%, Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp (549.598.196) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 2,89 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,54 Tidak Layak 4 Payback Period 9thn 1bln 30hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 26, dapat diketahui bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% yang dibarengi dengan harga kedelai naik 12%, harga solar naik 10%, dan kenaikkan biaya operasional 10% berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 9 tahun 1 bulan 30 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 38.
5.7.5.2. Analisis Sensitivitas (40% Modal Pinjaman) Hasil perhitungan analisis sensitivitas UD. Tahu Bintaro terhadap perubahan yang terjadi pada manfaat dan biaya dengan pinjaman 40% terdapat pada Tabel 27 sampai dengan 30.
lxxxvii Tabel 27. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Pada UD. Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp (490.785.606) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 6,19 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,59 Tidak Layak 4 Payback Period 8 thn 3 hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 27, dapat diketahui bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Dengan demikian, penurunan penerimaan sebesar 10% berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 8 tahun 3 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 43. Sedangkan untuk hasil perhitungan Payback Period analisis sensitivitas dengan 40% modal pinjaman terdapat pada Lampiran 49.
Tabel 28. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Kedelai Naik 12% Pada UD. Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp (49.442.614) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 15,01 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,96 Tidak Layak 4 Payback Period 5 thn 9 bln 29 hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 28, dapat diketahui bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV negatif, Net B/C Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku lxxxviii (16%). Dengan demikian, kenaikkan harga kedelai 12% berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 9 bulan 29 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 44.
Tabel 29. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Harga Solar Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp 49.841.354 Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 16,87 % Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 1,04 Layak 4 Payback Period 5 thn 5 bln 27 hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 29, dapat diketahui bahwa usaha ini layak, karena memiliki nilai NPV positif, Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Dengan demikian, kenaikkan harga solar 10% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 5 tahun 5 bulan 27 hari. Dari hasil kelayakannya, menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada harga solar naik 10% lebih baik dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada harga kedelai naik 12% dan penurunan penerimaan 10%. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 45.
lxxxix Tabel 30. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 10% Pada UD. Tahu Bintaro (40% Modal Pinjaman)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp (241.567.192) Tidak Layak 2 Internal Rate of Return (IRR) 11,38 % Tidak Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ) 0,80 Tidak Layak 4 Payback Period 6 thn 7 bln 11 hr Sumber: Data Primer, 2006 (diolah) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 30, dapat diketahui bahwa usaha ini tidak layak, karena memiliki nilai NPV yang negatif, Net B/C Ratio lebih kecil dari satu, dan IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%). Dengan demikian, kenaikkan biaya operasional sebesar 10% berpengaruh terhadap kelayakan investasi usaha ini. Dari hasil analisis payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 6 tahun 7 bulan 11 hari. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan terdapat pada Lampiran 46. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas dengan menggunakan 100% modal sendiri dan 40% modal pinjaman pada Tabel 12 sampai dengan 30, dapat ditunjukkan pada tabel ringkasan.
xc Tabel 31. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri) Sumber Komponen Perubahan Keterangan Tabel 12 a. Penerimaan turun 10% Layak Tabel 13 b. Harga kedelai naik 12% Layak Tabel 14 c. Harga solar naik 10% Layak Tabel 15 d. Biaya operasional naik 10% Layak Tabel 16 a + b Tidak Layak Tabel 17 a + c Tidak Layak Tabel 18 a + d Tidak Layak Tabel 19 b + c Layak Tabel 20 b + d Layak Tabel 21 c + d Layak Tabel 22 a + b + c Tidak Layak Tabel 23 a + b + d Tidak Layak Tabel 24 a + c + d Tidak Layak Tabel 25 b + c + d Layak Tabel 26 a + b + c + d Tidak Layak Sumber: Tabel 12 sampai dengan 26 Berdasarkan tabel ringkasan, dapat diketahui bahwa keempat variabel utama yang meliputi penurunan penerimaan 10%, harga kedelai naik 12%, harga solar naik 10%, dan biaya operasional naik 10% pada analisis sensitivitas dinyatakan layak, sedangkan hasil kombinasi dari variabel utama tersebut, masih layak apabila kenaikkan harga kedelai 12%, harga solar 10%, dan biaya operasional 10% tidak dibarengi dengan penurunan penerimaan sebesar 10%, dan sebaliknya bila dibarengi dengan penurunan penerimaan 10% akan mengakibatkan usaha ini tidak layak. Hasil analisis sensitivitas dengan modal pinjaman sebesar 40%, dapat diketahui bahwa penurunan penerimaan sebesar 10% menjadikan usaha ini tidak layak, akan tetapi usaha ini masih layak bila maksimal penurunan penerimaannya adalah sebesar 1% atau dengan kata lain penurunan penerimaan lebih dari 1% mengakibatkan usaha ini tidak layak. Untuk lebih jelasnya, perhitungan xci penurunan penerimaan sebesar 1% terdapat pada Lampiran 47, selain itu, kenaikkan harga kedelai sebesar 12%, dan kenaikkan biaya operasional sebesar 10% juga menyebabkan usaha ini tidak layak. Usaha ini masih layak atau mampu bertahan apabila terjadi kenaikkan harga solar sebesar 10%.
Tabel 32. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas (40% Modal Pinjaman) Sumber Komponen Perubahan Kelayakan Tabel 27 Penerimaan turun 10% Tidak Layak Tabel 28 Harga kedelai naik 12% Tidak Layak Tabel 29 Harga solar naik 10% Layak Tabel 30 Biaya operasional naik 10% Tidak Layak Sumber: Tabel 27 sampai dengan 30
xcii BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1. Hasil analisis kelayakan finansial pada UD. Tahu Bintaro dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Hasil analisis kelayakan finansial dengan 100% modal sendiri dinyatakan layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif pada diskon faktor 16%, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), dan nilai Net B/C Ratio lebih besar dari satu. Payback Period-nya menunjukkan bahwa usaha ini akan mengembalikan investasinya dalam waktu 3 tahun 2 bulan 11 hari. Usaha ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume produksi mencapai 22.617 bungkus per bulan, atau dengan harga jual sebesar Rp 2.850 per bungkus. Penggunaan modal investasi pada usaha ini telah efisien, ditunjukkan dengan nilai ROI sebesar 22,49% untuk tahun ke-1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, dan 9, sedangkan tahun ke-5 dan 10 adalah sebesar 20,43% dan 30,63%. b. Hasil analisis kelayakan finansial dengan 40% modal pinjaman dinyatakan layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif pada diskon faktor 16%, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (16%), dan nilai Net B/C Ratio lebih besar dari satu. Payback Period-nya menunjukkan bahwa usaha ini akan mengembalikan investasinya dalam waktu 5 tahun 3 bulan 25 hari. Nilai ROI sebesar 9,53% pada tahun ke-1, 2, 3, 4, untuk tahun ke- 6, 7, 8, 9 nilainya sebesar 22,49%, sedangkan pada tahun ke-5 dan 10 nilai xciii ROI-nya sebesar 7,73% dan 30,63%. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan modal investasi dalam usaha ini telah efisien. 2. Hasil analisis sensitivitasnya dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Hasil analisis sensitivitas 100% modal sendiri dinyatakan layak dengan keempat variabel utama yang meliputi penurunan penerimaan 10%, harga kedelai naik 12%, harga solar naik 10%, dan biaya operasional naik 10%. Sedangkan hasil kombinasinya masih layak bila kenaikkan harga kedelai 12%, harga solar 10%, dan biaya operasional 10% tidak dibarengi dengan penurunan penerimaan sebesar 10%. Sebaliknya bila dibarengi dengan penurunan penerimaan 10% akan mengakibatkan usaha ini tidak layak. b. Hasil analisis sensitivitas dengan modal pinjaman sebesar 40% masih layak pada kenaikkan harga solar sebesar 10%, akan tetapi bila terjadi penurunan penerimaan sebesar 10%, kenaikkan harga kedelai sebesar 12%, dan kenaikkan biaya operasonal sebesar 10% tidak layak.
4.2. Saran Berdasarkan hasil yang telah disimpulkan diatas, untuk pengembangan UD. Tahu Bintaro, penulis memberikan saran seperti berikut ini: 1. Apabila pinjamannya lebih besar dari 40 persen, maka usaha ini tidak layak untuk dikembangkan. 2. Sebaiknya produk yang dihasilkan langsung habis terjual, karena bila ada stock maka akan menambah biaya operasional sehingga akan mengurangi keuntungan. xciv 3. Pemanfaatan mesin pada proses tofu line belum optimal, sehingga volume produksinya masih dapat ditingkatkan lagi. 4. Mengingat jenis produk yang dihasilkan bermacam-macam, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada aspek teknik dan produksi khususnya mengoptimalkan produksi dan pemasaran.
xcv DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. Kedelai. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2005). Anoraga, P. & J. Sudantoko. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002).
Aqidah, Nur. Analisis Evaluasi Kelayakan Finansial dan Investasi Usaha Pada Pasar Ikan Higienis, Pejompongan, Jakarta [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi; 2006.
Badan Pusat Statistik. Pertumbuhan Konsumsi Tahu Perkapita Di Indonesia Tahun 1990-2004. BPS. Jakarta
. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2001- 2006. BPS. Jakarta
Dananjoyo, Aryo. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tempe: Studi Kasus Di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian; 2005.
Fatah, N. Evaluasi Proyek Finansial Pada Proyek Mikro. (Jakarta: CV. Asona, 1994).
Gittinger, J. Price. 1928. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Terj. dari Economic Analysis Of Agriculture oleh Slamet Sutomo dan Komet Mangiri., Ed ke-2 (Jakarta: UI Press, 1986).
Google. Search Bank Indonesia. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006. Jakarta
.Kurs Dollar Periode 2001-2006. Jakarata
Haming, M & Salim Basalamah. Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis. (Jakarta: PPM, 2003).
Husnan, S. & Suwarsono. Studi Kelayakan Proyek., Ed ke-4 (Yogyakarta: UPP. AMP YKPN, 2000).
Ibrahim, M.Y. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003). Kasmir & Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Kencana, 2004)
Rahardi, F. Cerdas Beragrobisnis: Mengubah Rintangan Menjadi Peluang Berinvestasi. (Jakarta: Agromedia Pustaka, 2004). xcvi Rahardi, F. & Hartono. Agribisnis Peternakan., Ed rev. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2003). Rangkuti, Freddy. Business Plan Teknis Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis Kasus, Cet-ke 3 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003).
Umar, Husein. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif., Ed ke-2. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003). Sarwono. Membuat Tempe dan Oncom. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2001)
Sarwono, B. & Yan Pieter Saragih. Membuat Aneka Tahu. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2004).
Sofyan, Iban. Studi Kelayakan Bisnis., Ed Pertama. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004).
Suherliyanti, Lely. Analisis Kelayakan Finansial Perusahaan Tahu Di Kabupaten Sumedang [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian; 2003.
Supriatna, Dadang. Membuat Tahu Sumedang. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2005).
xcvii Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Daftar Pertanyaan Penelitian Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu (Studi Kasus: UD. Tahu Bintaro, Tangerang-Banten)
Gambaran Umum Perusahaan 1. Bagaimana sejarah berdirinya perusahaan? 2. Dimana alamat lokasi perusahaan? 3. Bagaimana struktur organisasi dari perusahaan?
Hasil dan Pembahasan 1. Aspek Pasar dan Pemasaran a. Apa saja bauran pemasaran yang ada pada perusahaan? b. Apa produk utama dan produk sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan? c. Berapa harga tahu yang ditetapkan oleh perusahaan? d. Bagaimana rantai distribusi tahu pada perusahaan? e. Bagaimana strategi penjualan terhadap produk yang dihasilkan? f. Apakah perusahaan menggunakan promosi dalam penjualan tahu? g. Apa saja promosi yang dilakukan perusahaan? h. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk promosi? 2. Aspek Manajemen dan SDM a. Bagaimana sistem manajemen yang ada pada perusahaan? b. Bagaimana sistem pengelolaan SDM? c. Bagaimana sistem gaji yang diperoleh karyawan? d. Berapa gaji yang diperoleh karyawan? xcviii Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan) e. Apakah ada bonus dan insentif yang diberikan perusahaan kepada karyawan? f. Bagaimana sistem pengawasan terhadap pelaksanaan produksi? g. Bagaimana sistem ketenagakerjaan pada perusahaan? h. Berasal dari mana rata-rata karyawan? i. Berapa jumlah karyawan? j. Apa rata-rata tingkat pendidikan karyawan pada masing-masing bagian? 3. Aspek Hukum a. Surat izin apa saja yang dimiliki oleh perusahaan? b. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk perizinan? 4. Aspek Sosial a. Bagaimana pengaruh pendirian perusahaan terhadap sosial masyarakat? (positif/negatif) b. Bagaimana fungsi sosial perusahaan terhadap masyarakat? c. Apakah dalam penyerapan tenaga kerja, perusahaan melibatkan masyarakat sekitar? d. Berapa dana yang dikeluarkan untuk sosial bagi masyarakat sekitar? 5. Aspek Lingkungan a. Apakah perusahaan mencemari lingkungan pabrik? b. Bagaimana penanganan limbah yang terdapat pada perusahaan?(baik limbah padat maupun limbah cair) c. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk penanganan limbah dan lingkungan? xcix Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan) 6. Aspek Teknik dan Teknologi a. Bagaimana keadaan di lokasi pabrik? b. Apa jenis bahan baku yang digunakan dalam proses produksi? c. Dari mana bahan baku diperoleh dan dengan harga berapa? d. Berapa penggunaan bahan baku dalam setiap proses produksi? e. Apa saja bahan pembantu yang digunakan dalam proses produksi? f. Bagaimana proses produksi pada perusahaan tersebut? g. Apa saja jenis produk yang dihasilkan? h. Berapa rata-rata jumlah hasil produksi per hari? i. Bagaimana layout pabrik dan berapa luas tanah yang dimilki serta pemanfaatannya? 7. Aspek Finansial a. Berapa modal yang digunakan untuk mendirikan perusahaan? b. Sumber modalnya berasal dari mana? c. Berapa biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan? 1) Bangunan pabrik 2) Sewa lahan 3) Berapa harga dari masing-masing sarana transportasi? a) Motor b) Mobil 4) Berapa biaya yang dikeluarkan untuk Investasi Kantor? 5) Mesin: Berapa harga dari masing-masing mesin? c Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan) a) Mesin expayer b) Mesin chiller c) Mesin water chiller d) Mesin giling kacang e) Mesin boiler f) Mesin penyaring g) Mesin sill h) Mesin pengupas kacang i) Mesin vakum j) Mesin jenset k) Mesin pompa air 6) Peralatan: Berapa harga dari masing-masing peralatan? a) Pemasakan stainless steel b) Bak stainless steel c) Tabung susu d) Tahang e) Cetakan f) Box culler g) Countainer h) Tanggok i) Kain sutra j) Pisau ci Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan) k) Tatakan stainless steel l) Atago (alat pengukur susu) m) Ember perendaman 7) Gaji: Berapa gaji karyawan? a) Direktur utama b) Manager Operasional c) Keuangan d) Administrasi e) Bagian umum f) Distribusi g) Salesmen h) Keamanan i) Kebersihan d. Berapa biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan? 1) Biaya bahan baku berupa kedelai 2) Bahan penunjang a) cioko b) GDL c) Ningari d) Garam e) Antibusa f) Telur cii Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan) g) Bumbu 3) Biaya kemasan a) Kotak tray b) Tube c) Plastik d) Kain belacu 4) Biaya bahan bakar (Solar) 5) Batu es 6) Biaya listrik 7) Biaya telepon 8) Biaya tenaga kerja langsung 9) Biaya transportasi 10) Biaya promosi 11) Biaya lain-lain e. Berapa persen pajak pendapatan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan?
ciii Lampiran 2. Layout Perusahaan
civ Lampiran 3. Proses Produksi Tahu Line
Kedelai Penjemuran Perendaman (selama 2-3 jam) Penggilingan Pemasakan (100C selama 15 menit) Penyaringan (digedog) Pengukuran kadar (4%) Pencampuran bahan pembantu
cvi Lampiran 5. Jabatan dan Tingkat Pendidikan Pekerja UD. Tahu Bintaro Nama Jabatan Jumlah Tingkat Pendidikan Direktur utama 1 S-2 Manajer operasional 1 S-1 Bagian keuangan 1 S-1 Bagian administrasi 1 SLTA Marketing - - Bagian umum 1 SLTA Kepala produksi - - Supervisor 2 SLTA Salesmen 1 SLTA Distribusi 2 SLTA Keamanan 2 SLTA Kebersihan 1 SD Pelaksana produksi 8 70% SD & SLTP, 30% SLTA Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
cvii Lampiran 6. Volume Penjualan Per Hari dan Harga Produk (Brosur) Natura Tofu
No Jenis Tahu Jumlah (kemasan) Harga (Rp/kemasan) 1 Natura Kinu Tofu Kotak 448 5000 2 Natura Kinu Egg Tofu 200 4000 3 Natura Kinu Tofu Tube 436 3500 4 Natura Tahu Potong 84 3500 5 Natura Tahu Pong 24 3500 6 Natura Tahu Pong Sumedang 24 4500 7 Natura Tahu Kunyit 24 3500 8 Natura Kinu Tofu Kotak Ningari 192 6000 9 Natura Kinu Tofu Tube Ningari 60 4000 10 Natura Tahu Potong Ningari 336 4200 11 Natura Tahu Pong Ningari 84 4200 12 Natura Tahu Kunyit Ningari 24 4200 13 Natura Tahu Kain (China) Ningari 24 4500 14 Natura Momen Tofu Ningari 56 5500 Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
cviii Lampiran 7. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2001-2006 Tahun Nilai (%) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 17,11 18,03 17,04 14,67 13,87 15,50 Rata-rata 16,04% dibulatkan (16%) Sumber: BPS (diolah)
cix Lampiran 8. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006 Tahun Nilai (%) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 12,06 11,41 6,25 6,15 8,80 14,55 Rata-rata 9,87 dibulatkan (10%) Sumber: Bank Indonesia (diolah)
cx Lampiran 9. Pendekatan Persentase Nilai Tertinggi dan Terendah Rupiah Terhadap Dollar Periode 2001-2006
Tahun Nilai tertinggi Nilai terendah 2001 2002 2003 2004 2005 2006 11.675 10.320 8.908 9.415 9.570 9.410 8.865 8.730 8.279 8.441 9.165 8.915 Rata-rata 9.883 8.733 Selisih nilai tertinggi dan terendah 1.150 Pendekatan (%) 11,5% dibulatkan (12%) Sumber: Bank Indonesia (diolah)
cxi Lampiran 10. Perhitungan BEP Per Bulan
A. Total Biaya Produksi = 90.288.893 B. Total Produksi = a). Tofu Kotak (696 x 12) = 8352 b). Tofu Tube (696 x 12) = 8352 c). Tahu (624 x 24) = 14.976 + Total Produksi Per Bulan = 31.680 C. Harga Jual = a). X harga jual brosur = 4292,85 b). X harga jual diskon = 3863,57 Rumus: X. n 1 + X. n 2 n 1 + n 2
= (4292,85 x 30) + (3863,57 x 70) 30 + 70 = 3.992 BEP Produksi = 90.288.893 = 22.617 3.992 BEP Harga = 90.288.893 = 2.850 31.680
cxii Lampiran 11. Perhitungan Kombinator
Rumus: C (n,r) = n = n! r r ! x (n r)!
Kombinasi dari 4 (a,b,c,d) antara lain: 1. 4 = 4! = 4x3x2x1 = 4 1 1! x (4-1)! 1x(3x2x1)
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro