Portofolio Etik Dan Hukum Keperawatan Ry
Portofolio Etik Dan Hukum Keperawatan Ry
Portofolio Etik Dan Hukum Keperawatan Ry
Nim : 130011035 / 4A
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang ikut
berperan dalam upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan pada
berbagai sarana pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun di komunitas. Maka perawat
dalam memberikan pelayanan harus mempunyai etika.
Etik merupakan peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh seseorang
dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab moral. Sedangkan menurut Webster, etika
adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan yang buruk secara moral. Dari
pengertian diatas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimanaa sepatutnya
manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang
menentukan tingkah laku yang benar, yaitu baik dan buruk serta kewajiban dan tanggungjawab
(Ismani, 2001).
Dalam profesi apapun pasti memiliki masalah, apalagi dalam dunia kesehatan terutama
kita sebagai perawat kita harus tahu macam- macam masalah dan penyebab masalah hukum
dibidang kesehatan & keperawatan. Sehingga kita dapat membuktikan, mencegah dan
menghadapai kasus seperti malpraktek dibidang kesehatan dan keperawatan. Maka dari itu
perawat harus benar- benar mengetahui serta memahami kode etik dengan baik sehingga dalam
pemberian pelayanan keperawatan masalah yang tidak dikehendaki atau kejadian – kejadian
yang dapat merugikan masyarakat serta meugikan diri perawat sendiri dapat dihindari.
PEMBAHASAN
Etik dan hukum keperwatan tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab dan tanggung
gugat. Dimana yang dimaksud dalam tanggung jawab perawat disini adalah keadaan yang dapat
dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini menunjukkan bahwa perawat professional menampilkan
kinerja secara hati – hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. (Koziers 1983:25).
Berbicara tentang tanggung jawab yang berkaitan dengan profesi keperawatan, maka kita
dapat mengacu pada UU RI Nomor 23 1992 tentang kesehatan dalam Bab IV tentang tugas dan
tanggung jawab, pada pasal 9 yaitu pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin, yang dijabarkan dalam MUNAS PPNI tahun 1989 tentang kode
etik keperawatan yaitu perawat Indonesia yang berjiwa Pancasila dan UUD 1945 merasa
terpanggil untuk menunaikan karyanya dalam bidang keperawatan dengan penuh tanggung
jawab yang berpedoman kepada dasar-dasar tentang :
Dalam tanggung jawab hukum eksekutif keperawatan yang dimaksud disini adalah
Perawat professional mempunyai peran dan fungsi sebagai pengelola dan penanggung jawab
unit-unit pelayanan keperawatan, tugas dan kewajiban perawat ini sarat dengan tanggung jawab
secara hukum.
a. Bab V pasal 32
b. Bab VIII Pasal 73
c. Bab VIII Pasal 74
d. Bab VIII pasal 76
e. Bab VIII pasal 77
f. Bab VIII pasal 82
Perawat mempunyai tanggung jawab dan tanggung gugat yang dibarengi dengan kode
etik keperawatan. Kode etik adalah kumpulan azas dan nilai yang berkenaan dengan nilai dan
moral, sehingga bersifat normatif dan tidak empiris seperti pada behavioral science. Sedangkan
kode etik profesi adalah norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota profesi yang
bersangkutan dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
Kode etik keperawatan Indonesia menurut PPNI (2000) terdiri dari 4 bab dan 16 pasal.
Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap individu,
keluarga, dan masyarakat. Bab 2, terdiri dari lima pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab
perawat terhadap tugasnya. Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab
perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain. Bab 4, terdiri dari empat pasal,
menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan. Bab 5, terdiri dari
dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat tehadap pemerintah, bangsa, dan tanah
air.
Tujuan dari kode etik adalah upaya agar perawat, dalam menjalankan setiap tugas dan
fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat manusia. Serta kode etik dalam
keperawatan juga bertujuan yaitu :
1. Untuk mengatur hubungan antar perawat, klien/pasien, teman sejawat, masyarakat, dan
unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan sendiri maupun hubungannya dengan
profesi lain
2. Untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan yang tidak
mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan secara
tidak adil oleh institusi maupun masyarakat
4. Sebagai dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap professional keperawatan.
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai atau pengguna tenaga keperawatan
akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktik keperawatan
Kode etik selain menurut PPNI juga ada kode etik menurut keperawatan menurut
American Nurses Association (ANA) dan menurut kode etik keperawatan menurut ICN. Dimana
isi dari kode etik tersebut sama secara global , perawat harus memiliki tanggung jawab,
memberikan pelayanan dengan penuh hormat tanpa ada unsur membedakan terhadap pasien
yang membutuhkan pelayanan kesehatan, senantiasa membina hubungan baik dengan
masyarakat maupun teman sejawat dan profesi lain, selalu menambah ilmu dan menjaga nama
baik profesi keperawatan.
1. Antonomy (otonomi)
Otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk mengatur dan membuat keputusan
sendiri, meskipun demikina masih terdapat berbagai keterbatasan, terutama yang terkait
dengan situasi dan kondisi, latar belakang individu, campur tangan hukum, dan tenaga
kesehatan professional yang ada.
2. Beneficience
Prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain (kemurahan hati).
Yang dimaksud kemurahan hati disini contohnya menghindari kondisi yang dapat
merugikan pasien serta berbuat baik terhadapa pasien dan keluarga pasien selama
pemberian asuhan keperawatan maupun memberikan pelayanan.
3. Justice ( Keadilan)
Prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu setiap individu mendapat tindakan
yang sama/konstribusi yang sama tanpa ada perbedaan yang memandang status social,
budaya, agama , bangsa, serta ras. Karena setiap orang berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan secara baik.
4. Veracity (Kebenaran)
Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry (1987) didefinisikan sebagai menyatakan hal
yang sebenarnya dan tidak berbohong. Merupakan suatu kewajiban untuk mengatakan
yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain / pasien. contohnya memberikan
informasi kondisi pasien sesuai dengan keadaan yang dialami.
5. Non-maleficence (Tidak membahayakan)
Tindakan atau perilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau membahayakan orang
lain (Aiken, 2003). Kerugian atau cedera dapat diartikan sebagai kerusakan fisik seperti
nyeri, kecacatan, kematian atau adanya gangguan emosi seperti perasaan tidak berdaya,
merasa terisolasi, dan adanya penyesalan ( Sumijiatun, 2009).
6. Fidelity (Kesetiaan)
Menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia pada komitennya. Memenuhi kewajiban
dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab, memenuhi janji yang telah
dibuatnya pada klien, kejujuran dan kesetiaan merupakan modal dalam memupuk rasa
percaya klien pada perawat.
7. Confidenciality
Upaya merahasiakan informasi yang sifatnya rahasia bagi pasien untuk menjaga privasi,
dan perawat hanya akan memberikan informasi tersebut pada orang yang tepat.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertanggungjawabkan suatu tindakan yang
dilakukan, dan menerima konsikuensi dari tindakan tersebut (Kozier, erb, 1991).
Mengandung dua komponen utama yaitu tanggung jawab dan tanggung gugat (Fry, 1990)
Nilai dalam praktik keperawatan professional, menurut Potter dan Perry (1997), nilai
memberikan identitas, memengaruhi tindakan, dan mempertahankan apa yang bermanfaat;
profesi memiliki nilai yang sama kuat dengan nilai yang mendasarinya.
American Association of Collages of Nursing (AACN) menentapkan tujuh nilai
keperawatan esensial yang perlu diketahui oleh perawat.
Berbagai masalah hukum dalam praktik keperawatan telah diidentifikasi oleh para ahli.
Beberapa masalah yang dibahas secara singkat disini meliputi :
1. Menandatangani peryataan hukum
2. Format persetujuan (Consent)
3. Laporan (Report)
4. Penggunaan obat
Selain masalah hukum dalam praktik keperawatan juga terdapat lima masalah dasar etika
dalam keperawata yang meliputi yaitu:
1. Kuantitas versus kualitas hidup
2. Kebebasan versus pananganan dan pencegahan bahaya
3. Berkatajujur versus berkata bohong
4. Keinginan terhadap pengetahuan yang bertentangan dengan falsafah, agama, politik,
ekonomi, dan ideology
5. Terapi ilmiah konvensional versus terapi tidak ilmiah dan coba-coba
Dikarena dalam praktek keperawatan banyak terjadi masalah hukum dan etik maka
terdapat strategi pencegahan serta penyelesaian masalah. Masalah hukum memang merupakan
hal yang kompleks karena menyangkut nasib manusia. Untuk itu sebagai perawat harus
mengetahui prinsip-prinsip dalam mencegah hukum. beberapa hal yang dapat dilakukan perawat
yang merupakan nurse defender terhadap masalah hukum :
a. Ketahui hukum atau UU yang mengatur praktik anda
b. Jangan melakukan apapun yang anda tidak tahu bagaimana melakukannya (bila perlu,
pelajarilah caranya)
c. Pertahankan kompetisi praktik anda
d. Sebagai penuntut untuk meningkatkan praktik, mendapatkan kritik, dan kesenjangan
pengetahuan/ ketrampilan. Lakukan pengkajian diri, evaluasi kelompok, audit dan
evaluasi dari supervisor.
e. Jangan ceroboh dalam melakukan praktik keperawatan dan lain- lain.
Didalam penyelesaian masalah maka ada pembuatan keputusan dalam dilema etik
mengandung teori dasar. Teori ini untuk memudahkan dalam membuat keputusan agar proses
keperawatan dengan pemecahan masalah secara rasional bukan emosional. Ada dua dasar dalam
pembuatan keputusan dilema etik yaitu :
1. Teleologi
Doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau
konsekuensi yang dapat terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil dengan
kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kelly, 1987).
Teleologi juga dibedakan lagi menjadi dua yaitu :
a. Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu tindakan tergantung
pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan pada
manusia
b. Act utilitarianisme bersifat lebih terbatas; tidak melibatkan aturan umum tetapi
berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu, dengan pertimbangan terhadap
tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidak
baikan sekecil-kecilnya pada individu.
Contoh penerapan teori ini misalnya bayi-bayi yang lahir cacat lebih baik
diizinkan meninggal dari pada nantinya menjadi beban di masyarakat.
2. Deontologi (Formalisme)
Berprinsip pada aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan
oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. di
sini perhatian difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang dapat
memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar atau salah. Contoh
penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin bahwa pasien harus diberitahu
tentang apa yang sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan.
Selain teori dasar dalam pembuatan keputusan dalam dilema etik , perawat juga harus
memahami metode pendekatan yang digunakan dalam diskusi masalah etika. Ada 4 metode
utama yaitu ;
a. Metode Otoritas
Metode ini menyatakan bahwa dasar setiap tindakan atau keputusan adalah
otoritas. Yang berasal dari manusia atau kepercayaan supernatural, kelompok manusia
atau suatu institusi seperti majelis ulama, dewan gereja atau pemerintah. Penggunaan
metode ini terbatas hanya pada penganut yang percaya.
b. Metode Concencum Hominum
Metode ini menggunakan pendekatan persetujuan masyarakat luas atau
sekelompok manusia yang terlibat dalam pengkajian suatu masalah. Segala sesuatu yang
diyakini bijak dan secara etika dapat diterima, dimasukkan dalam keyakinan.
c. Metode pendekatan intuisi
Metode ini dinyatakan oleh pada ahli filsafat berdasarkan pada apa yang mereka
kenal sebagai konsep teknik intuisi. Metode ini terbaca hanya pada orang-orang yang
mempunyai intuisi tajam.
d. Metode argumentasi atau metode sokratik
Dalam proses pemecahan masalah yang banyak dikemukankan oleh beberapa ahli yang pada
dasarnya dengan kerangka proses keperawatan / pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain :
4. Model Curtin
a. Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang menyebabkan masalah
b. Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan keputusan.
c. Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
d. Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari pilihan itu.
e. Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan.
f. Memecahkan dilemma
g. Melaksanakan keputusan
Setelah melakukan share atau diskusi bersama kelompok, mengenai etik dan hukum
keperawatan. Maka diketahui profesi sebagai perawat bukanlah profesi yang terlihat mudah
dalam melakukan pelayanan kesehatan. Akan tetapi ada kode etik keperawatan yang mengatur
profesi keperawatan. Agar perawat dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat
menghargai dan menghormati martabat manusia. Sebab, dalam profesinya, seorang perawat
berhubungan dengan sesama manusia, baik itu kepada klien atau pasien, serta teman sejawat dan
seprofesi dalam tim sehingga kode etik ini dibutuhkan dalam melindungi hak dan kewajiban
seorang perawat. Jika terjadi pelanggaran, maka sudah ada hukum yang mengaturnya. Kode etik
dibutuhkan untuk meminimalisir terjadinya pelanggaran tersebut sehingga seorang perawat tidak
bisa sewenang-wenang dalam bertugas serta menghormati dan menghargai hak dan martabat
sesama manusia.
Serta perawat mempunyai tanggung jawab yang besar dan tanggung gugat untuk
membuat keputusan dan mengambil keputusan dan mengambil langka – langka tentang asuhan
keperawatan yang akan diberikan terhadapa klien maupun pasien. Maka dari itu seorang perawat
maupun calon perawat agar dapat melakukan pekerjaannya atau yang masih dalam tahap belajar
menjadi seorang perawat yang professional harus mengerti dan memahami tanggungjawab dan
tanggung gugat yang ada dalam profesi keperawatan tanggung jawab yang ada dala profesi
keperawatan yang dijabarkan dalam MUNAS PPNI tahun 1989 tentang kode etik keperawatan
yaitu perawat Indonesia yang berjiwa Pancasila dan UUD 1945 merasa terpanggil untuk
menunaikan karyanya dalam bidang keperawatan dengan penuh tanggung jawab yang
berpedoman kepada dasar-dasar tentang :
Tanggung gugat artinya dapat memberikan alasan atas tindakannnya. Perawat bertanggung
gugat atas dirinya sendiri, klien, profesi, atasan, dan masyarakat. Jika sudah menjadi perawat
yang professional melakukan kelalaian maupun kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja
dalam menjalakan pelayanan keperawatan atau asuhan keperawatan terhadap klien akan
mendapat konsekuensi. Yang sudah diatur dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun
1992. Untuk dapat melakukan tanggung gugat, perawat harus bertindak menurut kode profesinal.
Tanggung gugat memicu evaluasi efektifitas perawat dalam praktik. Tanggung gugat mempunyai
tujuan sebagai berikut
1. Mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang yang telah ada
2. Mempertahankan standart keperawatan
3. Memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan pribadi pada pihak
professional keperawatan.
4. Memberikan dasar pengambilan keputusdan etis.
Maka dari itu mahasiswa harus benar – benar belajar dengan baik agar mendapatkan
pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam menjalakan asuhan keperawatan. Agar tidak
terjadi kesalahan maupun kelalaian yang tidak diiinginkan yang akan merugikan pasien maupun
diri sendiri.
Moral atau yang disebut juga perbuatan manusia yang bisa baik atau buruk. Sebenarnya
moral sudah ditanamkan kepada mahasiswa oleh keluarga sejak kecil yang mengajarkan harus
berbuat baik sesama manusia. Begitu juga dalam profesi perawat, perawat mempunyai prinsip –
prinsip moral yang mahasiswa calon keperawatan harus mengetahui. Prinsip Moral yang sering
di gunakan dalam keperawatan ( Johnstone, 1989, Baird et,at 1991)
1. Autonomi (Otonomi)
Menghargai apa yang pasien putuskan untuk dirinya sendiri. Contohnya perawat
memberi dukungan keputusan pasien yang baik
2. Beneficience (berbuat baik)
Yang dapat mahasiswa praktekan dalam prinsip beneficience contohnya adalah pada saat
mahasiswa praktek di rumah sakit maupun di klinik melakukan perawatan secara baik dan
tidak menyebabkan kerugian untuk pasien
3. Justice (keadilan)
Dalam pemberian asuhan keperawatan tidak membedakan paien satu dengan pasien lain
semua mendapat hak yang sama dalam pelayanan kesehatan.
4. Confidentiality (kerahasiaan)
Meskipun masih menjadi mahasiswa calon perawat akan tetapi juga mempunyai
tanggung jawab untuk merahasiakan sehubungan dengan kodisi pasien yang dirawat untuk
menjaga praivesi.
5. Veracity (kejujuran)
Kejujuran ini merupakan perbuatan yang terkadang sulit dipraktekan untuk beberapa
orang. Contohnya perawat tidak boleh berbohong kepada pasien tentang kondisisnya
meskipun itu akan menyakitkan atau membuat sedih bagi pasien.
6. Avoiding Killing (tidak merugikan)
Prinsip moral ini harus dipegang teguh dalam menjalankan pekerjaan, karena setiap
perbuatan yang merugikan pasien berarti akan melanggar kode etik. Maka perawat dapat
dikenakan hukuman. Meskipun tindakannya tidak sengaja maupun masalah kecil.
7. Fidelity (menepati janji)
Menepati janji dapat terjadi jika sudah terjalin hubungan saling percaya antar perawat dan
pasien. Sehingga pasien dapat menceritakan apa yang dikeluhkan dan tugas perawat tetap
untuk menjaga kerahasian.
8. Akuntabilitas
Mengandung dua komponen utama yaitu tanggung jawab dan tanggung gugat (Fry,
1990). Contohnya dalam memeberikan obat maka ada perawat yang bertanggung jawab
sehingga jika ada kesalahan dalam pemberian dosis yg sudah ditetapkan oleh dokter, dan
harus ada gugatan maka hal ini akan menjadi konsekuensi bagi perawat yang bertugas
memberikan obat.
Nilai esensial dalam keperawatan professional tidak dapat dipisahkan dengan prinsip – prinsip
moral keperawatan dimana juga mengandung yaitu
1. Alturisme ( Peduli dengan kesejahteraan orang lain)
2. Persamaan ( Memiliki hak, kepentingan atau status yang sama)
3. Estetika ( Kualitas objek, peristiwa, dan orang yang memberikan kepuasan )
4. Kebebasan ( Kapasitas untuk menerapkan pilihan )
5. Martabat Manusia( Mewarisi derajat dan keunikan sebagai seorang individu )
6. Keadilan ( Menjunjung moral dan prinsip legal )
7. Kebenaran ( Jujur pada fakta atau realitas )
Sebagai mahasiswa calon keperawatan penting mengetahui masalah apa saja yang akan
timbul dalam profesi keperawatan, masalah mengenai hukum dalam keperawatan maupun
masalah etika dalam keperawatan. Masalah etik dalam keperawatan akan timbul jika ada
permasalahan yang berhubungan dengan kode etik contohnya konflik antar teman sejawat yang
timbul karena ada perbedaan persepsi untuk memberikan asuhan keperawatan secara optimal
bagi pasien atau klien, berkata tidak jujur terhadap pasien mengenai kondisinya dan lali – lain.
Sedangkan maslah yang mengenai hukum dalam keperawatan contohnya yaitu:
1. Menandatangani peryataan hukum
Perawat seringkali diminta menandatangi atau diminta untuk sebagai saksi.
2. Format persetujuan (Consent)
Format persutujuan adalah format yang mengandung pernyataan kesanggupan pasien
untuk dirawat dan menjalani pengobatan. Perawat dalam proses persetujuan ini biasanya
berperan sebagai saksi. Sebelum informasi dari dokter ahli bedah atau perawat tentang
tindakan yang akan dilakukan beserta resikonya.
3. Laporan (Report)
Laporan merupakan salah satu komponen yang penting yang memberikan sumber
kesaksian hukum. Betapapun mahirnya keterampilan anda dalam memberikan perawatan,
jika tidak dicatat atau dicatat tetapi tida lengkap, tidak dapat membantu dalam
persidangan. Setiap selesai melakukan suatu tindakan maka perawat harus segera
mencatat secara jelas tindakan yang dilakukan dan respon pasien terhadap tindakan serta
mencantumkan waktu tindakan diberikan dan tanda tangan yang memberikan tindakan.
4. Penggunaan obat
Perawat harus selalu memperhatikan prosedur dan pencatatan yang benar. Agar tidak
terjadi kasus malpraktek yang akan merugikan pasien.
Masalah hukum memang merupakan hal yang kompleks karena menyangkut nasib
manusia. Maka kita sebagai mahasiswa calon perawat harus mengetahui cara pencegangan
terjadinya masalah. Contohnya dengan Ketahui hukum atau UU yang mengatur praktik anda,
jangan melakukan apapun yang anda tidak tahu bagaimana melakukannya (bila perlu, pelajarilah
caranya), pertahankan kompetisi praktik anda , penting mengikuti pendidikan keperawatan
berkelanjutan dan lain – lain. Dikarena dalam praktek keperawatan banyak terjadi masalah
hukum dan etik maka terdapat pemecahan masalah. Hernacki M. dan Bobbi D.P (2001)
menyatakan bahwa dalam pemecahan masalah dikenal adanya tujuh istilah yang sering
digunakan, yakni
1) Berfikir vertical
Suatu proses bergerak selangkah demi selangkah menuju tujuan, yang dilakukan oleh
otak kiri
2) Berpikir lateral
Berlatih atau memasukan penilaian atau evaluasi dengan cermat, seperti penilaian yang
dilakukan dalam nenilai kelayakan suatu gagasan atau produk, yang dilakukan oleh otak
kanan.
3) Berpikir kritis
Berlatih atau memasukan penilaian atau evaluasi dengan cermat, seperti penilaian yang
dilakukan dalam nenilai kelayakan suatu gagasan atau produk, yang dilakukan oleh otak
kiri.
4) Berpikir analitik
Proses pemecahan masalah dengan cara membagi dalam beberapa bagian. Menguji
setiap bagian untuk melihat bagaimana bagian tersebut saling cocok dan bagian tersebut
dapat dikombinasikan kembali dengan cara-cara yang baru, yang dilakukan olek otak
kiri
5) Berpikir strategis
Mengembangkan strategi khusus untuk perencanaan dan arah operasi – operasi skala
besar dengan melihat permasalah dari berbagai sudut pandang, yang dilakukan olek otak
kiri
6) Berpikir tentang hasil
Melakukan tinjauan terhadap perspektif solusi yang dikehendaki, yang dilakukan oleh
otak kanan.
7) Berpikir kreatif
Efek dari “bola lampu” yang terjadi ketika seseorang menyususn kembali fakta – fakta
yang ada dan muncul dengan pandangan baru tentang masalah tersebut, yang dilakukan
oleh otak kanan.
Mahasiswa dalam pelajaran etik dan hukum juga belajar bagaimana jika terjadi masalah
dalam praktek dilapangan untuk menyelesaikan dan mengambil keputusan yang tepat. Ada
banyak hal yang mendasari untuk menyelesaikan masalah etik dan untuk memutuskan
permasalahan etik agar permasalahan bisa diselesaikan secara ilmia bukan secara emosional
yang terkadang permasalah tersebut menjadi dilema etik yang tidak ada benar maupun salah.
Maka terdapat dua teori yang mendasari dalam keputusan etis yaitu :
1) Teleologi atau Utilitarianisme
Lebih mencerminkan pada pengambilan keputusan yang terbaik dari jumlah pilihan yang
dianggap oleh sebagaian besar orang baik juga dilihat ketepatan dan kuatnya alasan
mengapa pilihan tersebut dilakukan. Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
a) Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu tindakan tergantung pada
sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan pada manusia.
Contohnya pasangan yang melakukan bayi tabung karena sulit untuk mempunyai
keturunan.
b) Act utilitarianisme bersifat lebih terbatas; tidak melibatkan aturan umum tetapi berupaya
menjelaskan pada suatu situasi tertentu, dengan pertimbangan terhadap tindakan apa yang
dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidak baikan sekecil-kecilnya
pada individu. Contohnya abortus yang dilakukan karena janin dapat mengancam nyawa
ibu.
2) Deontologi (Formalisme)
Kewajiban yang akan dilakuakan, tidak mengukur baik buruknya suatu perbuatan /tindakan
berdasarkan hasil/dampaknya. Keputusan diambil dengan mempertimbangkan keadaan
pada saat itu dan dibandingkan dengan dampaknya apabila keputusan tersebut diambil.
Contohnya perawat menolak untuk melakukan euthanasia karena hal tersebut dilarang
dalam agama yang dipercayainya karena sama dengan membunuh.
Selain teori dasar yang harus dipelajari mahasiswa, juga harus mengtahui metode
pendekatan yang tepat akan dipakai untuk pembahasan masalah etik Ladd J (1978) dikutip oleh
Frell (McCloskey, 1990) menyatakan ada 4 metode utama yaitu ; metode otoritas , metode
consensum hominum , metode pendekatan intuisi dan metode argumentasi .
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya
menggunakan kerangka proses keperawatan atau pemecahan masalah secara ilmiah yang akan
membantu mempermudah dalam penyelesaian dan memutuskan permasalahan etis, antara lain:
Dan masih banyak lagi kerangka model untuk penyelesaian masalah etika, dari model
kerangka tersebut mahasiswa bisa mencoba menerapkan model penyelesain dengan salah satu
contoh yang akan diaplikasikan dalam sebuah kasus, yang akan dibahas pada tugas kelompok
inti. Selain model kerangka untuk menyelesaikan masalah juga terdapat strategi penyelesaian
masalah etis.
Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan dokter tidak
menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini berlanjut dapat menyebabkan
masalah komunikasi dan kerjasama, sehingga menghambat perawatan pada pasien dan
kenyamanan kerja. (Mac Phail, 1988). Salah satu cara menyelesaikan permasalahan etis adalah
dengan melakuakn rounde (Bioetics Rounds) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde
iniu tidak difokuskan untuk menyelesaikan masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi secara
terbuka tentang kemungkinan terdapat permasalahan etis
Banyak hal yang mahasiswa calon perawat maupun perawat sendiri harus ketahui dan
pahami perawat sebagai profesi baik perorangan dan kelompok hendaknya harus memahami dan
mentaati aturan perundang-undangan yang telah diberlakukan di Indonesia, agar perawat dapat
terhindar dari bentuk pelanggaran baik etik dan hukum. Pemahaman dan bekerja dengan kehati-
hatian, kecermatan, menghindarkan bekerja dengan cerobah, adalah cara terbaik dalam
melakukan praktek keperawatan sehingga dapat terhindar dari kelalaian/malpraktek.
.DAFTAR PUSTAKA
PPNI . Kode Etik Perawat Indonesia : Buku I Konsep Etik dan penerapannya. Jakarta : PPNI