Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan
Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan
Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan
KELOMPOK 2
A8-D
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya .
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sejarah perkembangan keperawatan Dunia dan
Indonesaia dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah mungkin ada
sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen
pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak, atas bantuan,dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan
dapat mengetahui tentang sejarah perkembangan keperawatan dunia dan Indonesial. Makalah ini
mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini.
Penyusun
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
A.Kesimpulan ......................................................................................................10
B.Saran .................................................................................................................10
3
PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Keperawatan Dasar I ( IKD I ). Dengan semakin meningkatnya pendidikan dan kesadaran
masyarakat sebagai penerima jasa keperawatan terhadap hukum, maka tata tertib hukum dalam
pelayanan keperawatan memberikan kepastian hukum kepada perawat, pasien dan sarana
kesehatan. Kepastian hukum berlaku untuk pasien serta perawat sesuai dengan hak dan
kewajiban masing-masing. Hak dan kewajiban perawat harus dilaksanakan seimbang.
Berdasarkan hal tersebut perawat harus mengantisipasi keadaan yang diinginkan oleh pasien
dengan meningkatkan profesionalisme sebagai seorang perawat juga memahami hak dan
kewajiban serta kewenangannya.
Makalah ini membahas tentang perlindungan hukum dalam praktik keperawatan. Untuk
penerapan praktik keperawatan, perlu ketetapan (legislasi) yang mengatur hak dan kewajiban
perawat yang terkait dengan profesi. Legislasi dimaksudkan untuk memberikan perlindungan
hukum bagi masyarakat dan perawat. Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan
dari klien/pasien perlu ditetapkan dengan jelas apa hak dan kewajiban serta kewenangan perawat
agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya. Perawat perlu memahami hukum untuk
melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum,
tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang diharapkan masyarakat
dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.
B. TUJUAN
1. Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar I
2. Sebagai bahan diskusi
3. Sebagai sarana penambah ilmu pengetahuan
4. Untuk mengetahui lebih jauh tentang perlindungan hukum dalam praktik keperawatan
C. MANFAAT
1. Menambah ilmu pengetahuan
2. Menjadi inspirasi
3. Menjadi dasar pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan
4
BAB II
PEMBAHASAN
3. Hukum umum
Berasal dari keputusan pengadilan yang dibuat di ruang pengadilan saat kasus hukum individu
diputuskan. Contoh hukum umum adalah informed consent dan hak klien untuk menolak
pengobatan.
5
pembunuhan tidak direncana, dan pencurian.
2. Hukum Perdata melindungi hak-hak pribadi individu dalam masyarakat dan mendorong
perlakuan yang adil dan pantas di antara individu.
Undang-undang dan strategi diberlakukan untuk melindungi perawat terhadap litigasi. Good
Samaritan Act adalah salah satu contoh hukum yang dibuat untuk melindungi perawat saat
memberikan bantuan dalam suatu kecelakan. Melakukan praktik yang kompeten dan aman yang
sesuai dengan undang-undang dan standar praktik merupakan landasan hukum utama terkait
keamanan bagi perawat. Dokumentasi yang akurat dan lengkap merupakan komponen
perlindungan hukum yang penting bagi perawat.
6
B. Peran Perawat Berdasarkan Hukum
Berdasarkan hukum, perawat memiliki tiga peran berbeda yang saling bergantung, masing-
masing dengan hak dan kewajiban yang terkait, yaitu sebagai penyedia layanan, pegawai atau
penerima kontrak sebagai penyedia layanan, dan warga negara.
7
C. Aspek Legal dalam Praktik Keperawatan
Perawat perlu memahami dan menerapkan banyak aspek legal pada berbagai peran mereka.
Contohnya, sebagai advokat klien, perawat memastikan klien mendapatkan haknya untuk
menyetujui atau menolak tindakan setelah diberikan informasi yang benar, serta mengidentifikasi
dan melaporkan perilaku kekerasan dan pengabaian terhadap pasien yang rentan. Aspek legal
juga mencakup tanggung jawab untuk melaporkan perawat yang diduga melakukan
penyalahgunaan zat kimia.
4.2 Persetujuan
Formulir persetujuan ( consent ) yang telah ditandatangani dibutuhkan untuk semua pengobatan
rutin, prosedur berbahaya seperti operasi, beberapa program pengobatan seperti kemoterapi dan
penelitian yang melibatkan pasien.
4.4 Malpraktek.
Malpraktek didefinisikan sebagaikelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat
pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama . Untuk malpraktek hukum dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang
hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan Administrative
8
malpractice.
1. Criminal malpractice
Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan
tersebut merupakan kesengajaan,kelalaian, kecerobohan. Criminal malpractice yang bersifat
sengaja misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi
medis pasal 299 KUHP). Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya
melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent. Criminal malpractice
yang bersifat lalai misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya
pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan operasi. Pertanggung jawaban
didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu
tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.
2. Civil malpractice
Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan
kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji).
Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya.
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan. Pertanggung
jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak
lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana
kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga
kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.
3. Administrative malpractice
Tenaga perawatan dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga
perawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi. ketentuan di bidang kesehatan,
misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin
Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan
tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar
hukum administrasi.
9
profesi dan menghormati hak pasien.
3) Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan tindakan medis terhadap
seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.
4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien diatur dalam peraturan pemerintah.
2. Pasal 54
1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksankan
tugas profesinya dapat dikenakan tindakan sangsi
2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan
3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja Majelis Disiplin Tenaga
Kesehatan ditetapkan dengan keputusan presiden.
4. Pasal 344 KUHP Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri, yang disebutkannya dengan nyata & sungguh-sungguh dihukum penjara selama-lamanya
duabelas tahun.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu ditetapkan
dengan jelas apa hak dan kewajiban serta kewenangan perawat agar tiadak terjadi kesalahan
dalam melakukan tugasnya.
B. Saran
1. Sebagai seorang perawat hendaknya mengetahui dengan jelas hak dan kewajiban serta
kewenangannya
2. Sebagai seorang perawat hendaknya tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum
sebagai dasar pemahaman terhadap harapan masyarakat pada penyenggara pelayanan
keperawatan yang profesional
11
DAFTAR PUSTAKA
http://malangnews.com
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8105745
http://www.highlands.edu/academics/divisions/healthsciences/nursing/Legal%2520Aspects.ppt
12