Makalah Pembuktian Hukum Acara Perdata

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

Makalah Pembuktian Hukum Acara Perdata

Diposkan oleh Juliana Niswah Qonita on Sabtu, 05 Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembuktian merupakan tindakan yang dilakukan oleh para pihak dalam suatu sengketa. Pembuktian ini bertujuan untuk menetapkan hokum diantara kedua belah pihak yang menyangkut suatu hak sehingga diperoleh suatu kebenaran yang memiliki nilai kepastian, keadilan, dan kepastian hokum. Dalam pembuktian itu, maka para pihak member dasar-dasar yang cukup kepada hakim dilarang melampaui batas yang diajukan oleh para pihak yang berperkara. Berkaitan dengan materi pembuktian maka dalam proses gugat menggugat, beban pembuktian dapat ditujukan kepada penggugat, tergugat, maupun pihak ketiga yang melakukan intervensi. Pada prinsipnya, siapa yang mendalilkan sesuatu maka ia wajib membuktikannya. Berkaitan dengan masalah ini maka kami akan membahas lebih lanjut dan lebih dalam mengenai Pembuktian dan Alat Bukti sebagai salah satu tata cara beracara dalam hukum acara perdata. 2. Rumusan Masalah 1. Apa dan bagaimana Pembuktian dalam ukum Acara Perdata ! ". Apa saja alat bukti yang terdapat dalam ukum Acara Perdata !

BAB II PEMBAHASAN 1. Pembuktian #asuk kedalam pembahasan pembuktian, sebelumnya harus diketahui bagaimana dan apa yang perlu dibuktikan atau objek dari pembuktian tersebut, didalam pembahasan kali ini, pembuktian dikhususkan pada ranah ukum Acara Perdata yang dimana ada kaitannya dengan tugas hakim dalam mengkonstatirkan peristiwa atau $akta yang diajukan para pihak. %ebenaran yang diperoleh dari pembuktian berhubungan langsung dengan keputusan yang adil oleh hakim. Ada hal atau peristiwa yang dikecualikan atau tidak perlu diketahui oleh hakim, diantaranya &

a.

Peristiwanya memang dianggap tidak perlu diketahui oleh atau tidak mungkin diketahui oleh hakim. b. akim secara e' o$$icio dianggap mengenall peristiwanya, sehingga tidak perlu dibuktikan lebih lanjut. c. Pengetahuan tentang pengalaman. (1) *eperti yang dijelaskan dalam %itab +ndang-+ndang ukum Perdata bahwa pembuktian pada umumnya diatur dalam Buku ,mpat tentang Pembuktian dan Daluarsa pasal 1-./ 0*etiap orang yang mengaku mempunyai suatu hak, atau menunjuk suatu peristiwa untuk meneguhkan haknya itu atau untuk membantah suatu hak orang lain, wajib membuktikan adanya hak itu atau kejadian yang dikemukakan itu.1(") 2erdapat juga hal yang perlu dibuktikan diluar yang telah dikecualikan diatas, #embuktikan dalam pembahasan hukum acara dikenal mempunyai arti yuridis. *eperti yang diuraikan *udikno #ertokusumo dalam bukunya ukum Acara Perdata 3ndonesia, membuktikan berarti memberi dasar yang cukup kepada hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna memberi kepastian tentang kebenaran peristiwa yang diajukan. 4ebih lanjut *udikno menjelaskan tujuan pembuktian. Bila dalam tujuan pembuktian ilmiah adalah semata-mata untuk mengambil kesimpulan, tujuan pembuktian yuridis adalah untuk mengambil keputusan yang bersi$at de$initive, yakni keputusan yang pasti, dan tidak meragukan serta mempunyai keputusan hukum. Putusan pengadilan harus objekti$ sehingga tidak ada pihak yang merasakan terlalu rendah kadar keadilannya dari pihak lainnya. 4ebih dalam mengenai ukum Pembuktian Positi$, dalam acara perdata diatur dalam 35 dan 5bg, serta dalam B6 buku 37. 8ang terantum dalam 35 dan 5bg adalah hokum pembuktian yang materiil maupun $ormil.(9) #engenai apa dan siapa yang dibuktikan dan membuktikan maka yang harus dibuktikan adalah peristiwanya, hakim dalam proses perdata haruslah menemukan peristiwanya

1.

".

9.

?.

/.

atau hubungan hukumnya kemudian menerapkan hokum terhadap peristiwa yang tersebut, kaitan antara peristiwa dan hukum yang ada tersebut. Dari peristiwa tersebut yang harus dibuktikan adalah kebenarannya dimana kebenaran itu haruslah kebenaran $ormil, yang artinya hakim tidak boleh melampaui batas yang diajukan oleh yang berperkara, maka hakim tidak melihat kepada bobot atau isi, akan tetapi kepada luas daripada pemeriksaan oleh hakim. Pasal 1:- ayat 9 35 ;Ps. 1-< ayat 9 5bg./= ayat 9 5v> melarang hakim untuk menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut, atau akan meluluskan lebih dari yang dituntut.(?) 8ang mencari kebenaran dan menetapkan peristiwa adalah hakim lalu yang wajib membuktikan atau mengajukan alat alat bukti adalah yang berkepentingan didalam perkara atau sengketa, berkepentingan bahwa gugatannya dikabulkan atau ditolak.(/) *esuai pasal "-9 35 0Barang siapa beranggapan mempunyai suatu hak atau suatu keadaan untuk menguatkan haknya atau menyangkal hak orang lain, harus membuktikan hak atau keadaan itu ;%+ Perdata 1-./ @ 35. 1.9>1(.) *elanjutnya mengenai beban pembuktian, kedua belah pihak, baik penggugat maupun tergugat dapat dibebani dengan pembuktian. 2erutama penggugat yang wajib membuktikan peristiwa yang diajukannya, sedang tergugat berkewajiban membuktikan kebenaran bantahannya. (:) Dalam hal ini ada beberapa teori tentang beban pembuktian yang dapat merupakan pedoman bagi hakim. 2eori Pembuktian yang bersi$at menguatkan belaka ;bloot affirmatief>(-) 2eori ini mengemukakan sesuatu harus membuktikannya dan bukan yang mengingkari atau menyangkalnya. Dasar hokum teori ini adalah pendapat bahwa hal hal yang negative tidak mungkin dibuktikan ;negativa opn sunt probanda>. 2eori ukum *ubjekti$ 2eori ini menggambarkan suatu proses perdata itu selalu merupakan pelaksanaan hokum subjekti$ atau bertujuan memepertahankan hokum subjekti$, dan siapa yang mengemukakan atau mengaku mempunyai sesuatu hak harus membuktikannya. 2eori ini berdasarkan pada pasal 1-./ B6 0Pasal 1-./ *etiap orang yang mengaku mempunyai suatu hak, atau menunjuk suatu peristiwa untuk meneguhkan haknya itu atau untuk membantah suatu hak orang lain, wajib membuktikan adanya hak itu atau kejadian yang dikemukakan itu.1 2eori ukum Abjekti$ 2eori ini mengajukan tuntutan hak atau gugatan berarti bahwa penggugat minta kepada hakim agar hakim menerapkan ketentuan-ketentuan hokum objekti$ terhadap peristiwa yang diajukan. 2eori ukum Publik(<) #enurut teori ini mencari kebenaran suatu peristiwa didalam peradilan merupakan kepentingan publik. 2eori ukum Acara

Asas audi et alteram atau juga asas kedudukan proseusuil yang sama daripada para pihak di muka hakim yang merupakan asas pembagian beban pembuktian menurut teori ini. *elanjutnya mengenai alat pembuktian diatur dalam %itab +ndang-+ndang ukum Perdata Pasal 1-.., Alat pembuktian meliputi & bukti tertulis, bukti saksi, persangkaan, pengakuan, sumpah. Pembahasan mengenai macam alat bukti akan dibahas di poin kedua ditambah pemeriksaan setempat dan saksi ahli. (1=) 2. Ma am!ma am Alat Bukti Pada bagian ini akan dibicirakan mengenai alat bukti, yang meliputi pengertian jenis dan perkembangannya. 2.1 Pengertian Alat Bukti "an Perkembangann#a. Alat bukti ; bewijsmiddel > memiliki macam-macam bentuk dan juga jenisnya, yang memiliki kemampuan untuk menjelaskan dan juga memberikan keterangan tentang masalah yang diperkarakan di pengadilan. Berdasarkan keterangan dan penjelasan dari alat bukti itulah hakim melakukan penilaian, pihak mana yang paling sempurna pembuktiannya. Badi, para pihak yang berperkara hanya dapat membuktikan kebenaran dalil gugat dan dalil bantahan sesuai $akta-$akta yang mereka kemukakan dengan jenis atau alat bukti tertentu.(11) ukum pembuktian yang berlaku di 3ndonesia saat ini adalah masih berpegang pada jenis alat bukti tertentu saja. Para pihak yang terkait dalam persidangan ;hakim-tergugat-penggugat> tidak bebas menerima-mengajukan alat bukti dalam proses penyelesaian perkara. +ndang-undang telah menentukannya secara enumerative apa saja yang sah dan bernilai sebagai alat bukti, dengan kata lain hukum pembuktian yang berlaku disini masih bersi$at tertutup dan terbatas. Camun di beberapa Cegara seperti Belanda(1"), telah terjadi perpindahan pola pembuktian yang sekarang telah berubah menjadi hukum pembuktian kea rah system terbuka. Dalam hukum pembuktian di pengadilan tidak lagi ditentukan secara enumerative lagi. %ebenaran tidak saja dapat diperoleh melalui bukti-bukti tertentu saja melainkan dapat pula diperoleh dari alat bukti apapun asal dapat diterima secara hukum kebenarannya dan tidak mertentangan denga kepentingan umum. Artinya alat bukti yang sah dan dibenarkan sebagai alat bukti tidak disebutkan satu persatu. Camun demikian, oleh karena sampai sekarang hukum pembuktian di 3ndonesia ini belum mengalami pembaharuan seperti yang terjadi di beberapa Cegara lainnya, para pihak yang berperkara maupun hakim masih berpegang pada system lama karena sampai sekarang pengadilan belum berani melakukan terobosan menerima alat bukti baru, diluar yang disebutkan +ndang-+ndang.(19) 2.2 Ma am!ma am Alat Bukti #enurut *istem 35, dalam hukum acara perdata hakim terikat pada alat-alat bukti yang sah, yang artinya hakim hanya boleh memutuskan perkara melalui alat bukti yang telah ditentukan sebelumnya oleh undang-undang. Alat-alat bukti yang disebutkan oleh undangundang adalah & alat bukti tertulis, pembuktian dengan saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan dan sumpah ;ps. 1.? 35, ps. 1-.. %+ Perdata>. a. Alat bukti tertulis

Alat bukti tertulis yang berisi keterangan tentang suatu peristiwa, keadaan, atau halhal tertentu. Dalam hukum acara perdata dikenal beberapa macam alat bukti tertulis diantaranya sebagai berikut. Pertama adalah surat ialah sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau untuk menyampaikan buah pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai pembuktian. *urat sebaagai alat bukti tertulis dibagi menjadi dua yaitu surat sebagai akta dan bukan akta, sedangkan akta sendiri lebih lanjut dibagi menjadi akta otentik dan akta dibawah tangan. Kedua adalah akta ialah surat sebagai alat bukti yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian.(1?) Badi untuk dapat dibuktikan menjadi akta sebuah surat haruslah ditandatangani. Akta otentik ialah Dakta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang untuk itu ditempat akta dibuatE ;ps. 1-.- %+ Perdata>. Dari penjelasan pasal diatas dapat disimpulkan bahwa akta otentik dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang yang disebut pejabat umum. Apabila yang membuatnya pejabat yang tidak cakap - tidak berwenang atau bentuknya cacat maka menurut Pasal 1-.< %+ Perdata & akta tersebut tidak sah atau tidak memenuhi syarat $ormil sebagai akta otentik@ namun akta yang demikian mempunyai nilai kekuatan sebagai akta dibawah tangan.(1/) Akta dibawah tangan ialah akta yang sengaja dibuat untuk pembuktian oleh para pihak tanpa bantuan dari seorang pejabat. Badi semata-mata dibuat antara para pihak yang berkepentingan.(1.) Akta dibawah tangan dirumuskan dalam Pasal 1-:? %+ Perdata, yang mana menurut pasal diatas, akata dibawah tangan ialah & a. 2ulisan atau akta yang ditandatangani dibawah tangan, b. 2idak dibuat atau ditandatangani pihak yang berwenang. c. *ecara khusus ada akta dibawah tangan yang bersi$at partai yang dibuat oleh paling sedikit dua pihak. Akta pengakuan sepihak ialah akta yang bukan termasuk dalam akta dibawah tangan yang bersi$at partai , tetapi merupakan surat pengakuan sepihak dari tergugat.(1:) Aleh karena bentuknya adalah akta pengakuan sepihak maka penilaian dan penerapannya tunduk pada ketentuan Pasal 1-:- %+ Perdata. Dengan demikian harus memenuhi syarat & a. *eluruh isi akta harus ditulis dengan tulisan tangan si pembuat dan si penandatangan@ b. Atau paling tidak, pengakuan tentang jumlah atau objek barang yang disebut didalamnya, ditulis tangan sendiri oleh pembuat dan penanda tangan. *elanjutnya ada penambahan alat bukti tertulis yang si$atnya melengkapi namun membutuhkan bukti otentik atau butuh alat bukti aslinya, diantaranya adalah alat bukti salinan, alat bukti kutipan dan alat bukti $otokopi. Camun kembali ditegaskan kesemuanya alat bukti pelengkap tersebut membutuhkan penunjukan barang aslinya.(1-)

c.

d.

e.

$.

g.

a. b. c. h.

Alat bukti kesaksian Alat bukti kesaksian diatur dalam pasal 19<-1/", 1.--1:" 35 dan 1<="-1<1" B6. %esaksian adalah kepastian yang diberikan kepada hakim dipersidangan tentang peristiwa yang dipersengketakan dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara, yang dipanggil dalam persidangan.(1<) Badi keterangan yang diberikan oleh seorang saksi haruslah kejadian yang telah ia alami sendiri, sedangkan pendapat atau dugaan yang diperoleh secara ber$ikir tidaklah termasuk dalam suatu kesaksian. Alat bukti persangkaan 0Persangkaan adalah kesimpulan yang oleh undang-undang atau oleh hakim ditarik dari satu peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu peristiwa yang tidak diketahui umum1, pasal 1<1/ %+ Perdata. %ata lain dari persangkaan adalah vermoedem yang berarti dugaan atau presumptive. ("=) Alat bukti pengakuan Pengakuan ;bekentenis con$ession> diatur dalam 35 pasal 1:?-1:. dan %+ Perdata pasal 1<"9-1<"-. Pengakuan merupakan sebuah keterangan sepihak, karenanya tidak diperlukan persetujuan dari pihak lawan. Pengakuan merupakan pernyataan yang tegas, karena pengakuan secara diam-diam tidaklah member kepastian kepada hakim tentang kebenaran suatu peristiwa, pada hal alat bukti dimaksudkan untuk memberi kepastian kepada hakim tentang kebenaran suatu peristiwa.("1) Alat bukti sumpah *umpah sebagai alat bukti ialah suatu keterangan atau pernyataan yang dikuatkan atas nama 2uhan, dengan tujuan agar orang yang memberi keterangan tersebut takut akan murka 2uhan bilamana ia berbohong. *umpah tersebut diikrarkan dengan lisan diucapkan di muka hakim dalam persidangan dilaksanakan di hadapan pihak lawan dikarenakan tidak adanya alat bukti lain. Pemeriksaan setempat *alah satu hal yang erat kaitannya dengan hukum pembuktian adalah pemeriksaan setempat, namun secara $ormil ia tidak termasuk alat bukti dalam Pasal 1-.. %+ Perdata. *umber $ormil dari pemeriksaan setempat ini adalah ada pada pasal 1/9 35 yang diantaranya memiliki maksud sebagai berikut & Proses pemeriksaan persidangan yang semestinya dilakukan diruang sidang dapat dipindahkan ke tempat objek yang diperkarakan. Persidangan ditempat seperti itu bertujuan untuk melihat keadaan objek tersebut ditempat barang itu terletak. Dan yang melakukannya adalah dapat seorang atau dua orang anggota #ajelis yang bersangkutan dibantu oleh seorang panitera.("") *aksi ahliFPendapat ahli

Agar maksud pemeriksaan ahli tidak menyimpang dari yang semestinya, perlu dipahami dengan tepat arti dari kata ahli tersebut yang dikaitkan dengan perkara yang bersangkutan. *ecara umum pengertian ahli adalah orang yang memiliki pengetahuan khusus dibidang tertentu. 5aymond ,mson menyebut, 0specialiGed are as o$ knowledge1. ("9) Badi menurut hukum seseorang baru ahli apabila dia & a. #emiliki pengetahuan khusus atau spesialisasi b. *pesialisasi tersebut dapat berupa skill ataupun pengalaman c. *edemikian rupa spesialisasinya menyebabkan ia mampu membantu menemukan $akta melebihi kemampuan umum orang biasa ;ordinary people>.("?) Dari pengertian diaatas tidak semua orang dapat diangkat sebagai ahli. Apalagi jika dikaitkan dengan perkara yang sedang diperiksa, spesialisasinya mesti sesuai dengan bidang yang disengketakan.

BAB III PENU$UP %esim&ulan Dijelaskan dalam %itab +ndang-+ndang ukum Perdata bahwa pembuktian pada umumnya diatur dalam Buku ,mpat tentang Pembuktian dan Daluarsa pasal 1-./ 0*etiap orang yang mengaku mempunyai suatu hak, atau menunjuk suatu peristiwa untuk meneguhkan haknya itu atau untuk membantah suatu hak orang lain, wajib membuktikan adanya hak itu atau kejadian yang dikemukakan itu.1 8ang mencari kebenaran dan menetapkan peristiwa adalah hakim lalu yang wajib membuktikan atau mengajukan alat alat bukti adalah yang berkepentingan didalam perkara atau sengketa, berkepentingan bahwa gugatannya dikabulkan atau ditolak. Alat bukti ; bewijsmiddel > memiliki macam-macam bentuk dan juga jenisnya, yang memiliki kemampuan untuk menjelaskan dan juga memberikan keterangan tentang masalah yang diperkarakan di pengadilan. Berdasarkan keterangan dan penjelasan dari alat bukti itulah hakim melakukan penilaian, pihak mana yang paling sempurna pembuktiannya. #acam-macam Alat Bukti Alat bukti tertulis Alat bukti tertulis yang berisi keterangan tentang suatu peristiwa, keadaan, atau halhal tertentu. Dalam hukum acara perdata dikenal beberapa macam alat bukti tertulis diantaranya sebagai berikut. *urat sebaagai alat bukti tertulis dibagi menjadi dua yaitu surat sebagai akta dan bukan akta, sedangkan akta sendiri lebih lanjut dibagi menjadi akta otentik dan akta dibawah tangan. Alat bukti kesaksian Alat bukti kesaksian diatur dalam pasal 19<-1/", 1.--1:" 35 dan 1<="-1<1" B6. %esaksian adalah kepastian yang diberikan kepada hakim dipersidangan tentang peristiwa yang dipersengketakan dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara, yang dipanggil dalam persidangan. Alat bukti persangkaan 0Persangkaan adalah kesimpulan yang oleh undang-undang atau oleh hakim ditarik dari satu peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu peristiwa yang tidak diketahui umum1, pasal 1<1/ %+ Perdata. Alat bukti pengakuan Pengakuan ;bekentenis con$ession> diatur dalam 35 pasal 1:?-1:. dan %+ Perdata pasal 1<"9-1<"-. Pengakuan merupakan sebuah keterangan sepihak, karenanya tidak diperlukan persetujuan dari pihak lawan. Alat bukti sumpah *umpah sebagai alat bukti ialah suatu keterangan atau pernyataan yang dikuatkan atas nama 2uhan, dengan tujuan agar orang yang memberi keterangan tersebut takut akan murka

a.

b.

c.

d.

e.

2uhan bilamana ia berbohong. *umpah tersebut diikrarkan dengan lisan diucapkan di muka hakim dalam persidangan dilaksanakan di hadapan pihak lawan dikarenakan tidak adanya alat bukti lain. $. Pemeriksaan setempat *alah satu hal yang erat kaitannya dengan hukum pembuktian adalah pemeriksaan setempat, namun secara $ormil ia tidak termasuk alat bukti dalam Pasal 1-.. %+ Perdata. *umber $ormil dari pemeriksaan setempat ini adalah ada pada pasal 1/9 35 g. *aksi ahliFPendapat ahli Agar maksud pemeriksaan ahli tidak menyimpang dari yang semestinya, perlu dipahami dengan tepat arti dari kata ahli tersebut yang dikaitkan dengan perkara yang bersangkutan. *ecara umum pengertian ahli adalah orang yang memiliki pengetahuan khusus dibidang tertentu. 5aymond ,mson menyebut, 0specialiGed are as o$ knowledge1. Dari pengertian diaatas tidak semua orang dapat diangkat sebagai ahli. Apalagi jika dikaitkan dengan perkara yang sedang diperiksa, spesialisasinya mesti sesuai dengan bidang yang disengketakan.

DA'$AR PUS$A%A %itab +ndang +dang ukum Perdata #ertokusumo, *udikno. "==.. Hukum Acara Perdata Indonesia. ;8ogyakarta & 4iberty. ,disi 733> #r. H. AsserEs andleiding tot de beoe$ening van het Cedherlands Burgerlijk 5echt, 7ij$de Deel & 7an Bewijs, C.7. +igevers #aatschappij, 6.,.B. 2jeenk 6illink, Iwolle. 1</9. 5eglement Biusten Jovesten ;5Bg> 8ahya, #. arahap, "=11. Hukum Acara Perdata. ;Bakarta & *inar Jra$ika>

(1) *udikno #ertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, ;8ogyakarta & 4iberty. ,disi 733 >, 19"- 199 (") %itab +ndang-+ndang

ukum Perdata. ;5hedBook Publisher>, ?""

(9) *udikno #ertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, ;8ogyakarta & 4iberty. ,disi 733 >, 19: (?) 5eglement Biusten Jovesten ;5Bg>, 1(/) Apcit, 19< (.) Apcit, ?: [7] *udikno #ertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, ;8ogyakarta & 4iberty. ,disi 733 >, 1?" (-) Asser K Anema K 7erdam, .? (<) 3bid, :" (1=) %itab +ndang +dang [11] 8ahya (19) 8ahya (1/) 8ahya (1") Apcit, ///

ukum Perdata ;5hedBook Publisher>, ?""

arahap, Hukum Acara Perdata, ;Bakarta& *inar Jra$ika, "=11>, //? arahap, Hukum Acara Perdata, ;Bakarta& *inar Jra$ika, "=11>, hal. //. arahap, Hukum Acara Perdata, ;Bakarta& *inar Jra$ika, "=11>, hal. /..

(1?) *udikno #ertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, ;8ogyakarta& 4iberty, "==.>, hal. 1?< (1.) *udikno #ertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, ;8ogyakarta& 4iberty, "==.>, hal. 1/(1:) Apcit, .=: (1-) 8ahya ("=) 8ahya ("") 8ahya

arahap, Hukum Acara Perdata, ;Bakarta& *inar Jra$ika, "=11>, .1.-."" arahap, Hukum Acara Perdata, ;Bakarta& *inar Jra$ika, "=11>, .-? arahap, Hukum Acara Perdata, ;Bakarta& *inar Jra$ika, "=11>, hal. :-1

(1<) *udikno #ertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, ;8ogyakarta& 4iberty, "==.>, 1.. ("1) *udikno #ertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, ;8ogyakarta& 4iberty, "==.>, 1-1 ("9) 3bid, :-< ("?) 3bid, :<=

Teori Pembuktian Dan Alat-Alat Bukti Dalam Hukum Acara Perdata


Home Teori Pembuktian Dan Alat-Alat Bukti Dalam Hukum Acara Perdata

Teori Pembuktian Dan Alat-Alat Bukti Dalam Hukum Acara Perdata

A. Teori Pembuktian 1. Pendahuluan Pokok bahasan mengenai pembuktian mengundang perbedaan pendapat diantara ahli hukum dalam

mengklasifikasikannya apakah termasuk kedalam hukum perdata atau hukum acara perdata. Prof. Subekti S.H. mantan ketua !A dan guru besar hukum perdata pada "ni#ersitas $ndonesiaberpendapat bah%a sebenarnya soal pembuktian ini lebih tepat diklasifikasikan sebagai hukum acara perdata &procesrecht' dan tidak pada tempatnya di masukkan dalam B.(. hukum materil. Akan tetapi memang ada suatu pendapat bah%a hukum acara itu dapat dibagi lagi dalam hukum acara materil dan hukum acara formil. Peraturan tentang alat-alat pembuktian termasuk dalam pembagian yang pertama &hukum acara perdata' yang dapat )uga dimasukkan kedalam kitabundang-undang tentang hukum perdata materil. Pendapat ini rupanya yang dianut oleh pembuat undang-undang pada %aktu B.(. dilahirkan. "ntuk bangsa $ndonesia perihal pembuktian ini telah dimasukkan dalam H.$.*. yang memuat hukum acara yang berlaku di Pengadilan +egeri. Hukum positif tentang pembuktian &pokok bahasan makalah ini' yang berlaku saat ini di *$ terserak dalam H$* dan *bg baik yang materiil maupun yang formil. Serta dalam B( buku $, yang isinya hanya hukum pembuktian materiil. yang pada asasnya hanya mengatur hal-hal yang termasuk

2. Pengertian Pembuktian/membuktikan -!embuktikan. menurut Prof. Dr. Sudikno !ertokusumo S.H. guru besar /H-"0! mengandung

beberapa pengertian1 a' !embuktikan dalam arti logis atau ilmiah !embuktikan berarti memberikan kepastian mutlak karena berlaku bagi setiap orang dan tidak memungkinkan adanya bukti la%an.

b' !embuktikan dalam arti kon#ensionil !embuktikan berarti memberikan kepastian yang nisbi2relatif sifatnya yang mempunyai tingkatan-tingkatan1 - kepastian yang didasarkan atas perasaan belaka2bersifat instuitif &con#iction intime' - kepastian yang didasarkan atas pertimbangan akal &con#iction raisonnee' c' !embuktikan dalam hukum acara mempunyai arti yuridis Didalam ilmu hukum tidak dimungkinkan adanya pembuktian yang logis dan mutlak yang berlaku bagi setiap orang serta menutup segala kemungkinan adanya bukti la%an. Akan tetapi merupakan pembuktian kon#ensionil yang bersifat khusus. Pembuktian dalam arti yuridis ini hanya berlaku bagi pihak-pihak yang beperkara atau yang memperoleh hak dari mereka. Dengan demikian pembuktian dalam arti yuridis tidak menu)u kepada kebenaran mutlak. Ada kemungkinan bah%a pengakuan kesaksian atau surat-surat itu tidak benar atau palsu atau dipalsukan. !aka hal ini dimungkinkan adanya bukti la%an. Pembuktian secara yuridis tidak lain adalah pembuktian -historis. yang mencoba menetapkan apa yang telah ter)adi secara konkreto. Baik pembuktian yang yuridis maupun yang ilmiah maka membuktikan pada hakekatnya berarti mempertimbangkan secara logis mengapa peristi%a-peristi%a tertentu dianggap benar. !embuktikan dalam arti yuridis tidak lain berarti memberikan dasar-dasar yang cukup kepada hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna memberikan kepastian tentang kebenaran peristi%a yang dia)ukan. Berbeda dengan a3as yang terdapat pada hukum acara pidana dimana seseorang tidak boleh dipersalahkan telah melakukan tindak pidana kecuali apabila berdasarkan buki-bukti yang sah hakim memperoleh keyakinan tentang kesalahan terdak%a dalam hukum acara perdata untuk memenangkan seseorang tidak perlu adanya keyakinan hakim. 4ang penting adalah adanya alat-alat bukti yang sah dan berdasarkan alat-alat bukti tersebut hakim akan mengambil keputusan tentang siapa yang menang dan siapa yang kalah. Dengan perkataan lain dalam hukum acara perdata cukup dengan kebenaran formil sa)a.

3. Prinsip-Prinsip Pembuktian

Dalam suatu proses perdata salah satu tugas hakim adalah untuk menyelidiki apakah suatu hubungan hukum yang men)adi dasar gugatan benar-benar ada atau tidak. Adanya hubungan hukum inilah yang harus terbukti apabila penggugat mengiginkan kemenangan dalam suatu perkara. Apabila penggugat tidak berhasil membuktikan dalil-dalilnya yang men)adi dasar gugatannya maka gugatannya akan ditolak sedangkan apabila berhasil maka gugatannya akan dikabulkan. Tidak semua dalil yang men)adi dasar gugatan harus dibuktikan kebenarannya untuk dalil-dalil yang tidak disangkal apabila diakui sepenuhnya oleh pihak la%an maka tidak perlu dibuktikan lagi. Beberapa hal2keadaan yang tidak harus dibuktikan antara lain 1 - hal-hal2keadaan-keadaan yang telah diakui - hal-hal2keadaan-keadaan yang tidak disangkal - hal-hal2keadaan-keadaan yang telah diketahui oleh khalayak ramai &notoire feiten2fakta notoir'. Atau hal-hal yang secara kebetulan telah diketahui sendiri oleh hakim. !erupakan fakta notoir bah%a pada hari !inggu semua kantor pemerintah tutup dan bah%a harga tanah di )akarta lebih mahal dari di desa. Dalam soal pembuktian tidak selalu pihak penggugat sa)a yang harus membuktikan dalilnya. Hakim yang memeriksa perkara itu yang akan menentukan siapa diantara pihak-pihak yang berperkara yang akan di%a)ibkan memberikan bukti apakah pihak penggugat atau sebaliknya pihak tergugat. Secara ringkas disimpulkan bah%a hakim sendiri yang menentukan pihak yang mana yang akan memikul beban pembuktian. Didalam soal men)atuhkan beban pembuktian hakim harus bertindak arif dan bi)aksana serta tidak boleh berat sebelah. Semua peristi%a dan keadaan yang konkrit harus diperhatikan dengan seksama olehnya. Sebagai pedoman di)elaskan oleh pasal 5678 B( bah%a1 9 Barang siapa menga)ukan peristi%a-peristi%a atas mana dia mendasarkan suatu hak di%a)ibkan membuktikan peristi%a-pristi%a itu: sebaliknya barang siapa menga)ukan peristi%a-peristi%a guna pembantahan hak orang lain di%a)ibkan )uga membuktikan peristi%a-peristi%a itu9

4. Teori-Teori Tentang Penilaian Pembuktian

Sekalipun untuk peristi%a yang disengketakan itu telah dia)ukan pembuktian namun pembuktian itu masih harus dinilai. Berhubung dengan menilai pembuktian hakim dapat bertindak bebas ;contoh1 hakim tidak %a)ibmempercayai satu orang saksi sa)a yang berarti hakim bebas menilai kesaksiannya &ps. 5<6= H$* >?@ *bg 5@?6 B('A atau diikat oleh undang-undang ;contoh1 terhadap akta yang merupakan alat bukti tertulis hakim terikat dalam penilaiannya &ps. 578 H$* =68 *bg 56<? B('A. Terdapat > &tiga' teori yang men)elaskan tentang sampai berapa )auhkah hukum positif dapat mengikat hakim atau para pihak dalam pembuktian peristi%a didalam sidang yaitu 1 a' Teori Pembuktian Bebas Teori ini tidak menghendaki adanya ketentuan-ketentuan yang mengikat hakim sehingga penilaian pembuktian seberapa dapat diserahkan kepada hakim. Teori ini dikehendaki )umhur2pendapat umum karena akan memberikan kelonggaran %e%enang kepada hakim dalam mencari kebenaran. b' Teori Pembuktian +egatif Teori ini hanya menghendaki ketentuan-ketentuan yang mengatur larangan-larangan kepada hakim untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pembuktian. Badi hakim disini dilarang dengan pengecualian &ps. 57@ H$* >?7 *bg 5@?8 B(' c' Teori Pembuktian Positif Disamping adanya larangan teori ini menghendaki adanya perintah kepada hakim. Disini hakim di%a)ibkan tetapi dengan syarat &ps. 578 H$* =68 *bg 56<? B('.

5. Teori-Teori Tentang Beban Pembuktian Seperti telah diuraikan sekilas diatas &dalam sub )udul prinsip-prinsip pembuktian' maka pembuktian dilakukan oleh para pihak bukan oleh hakim. Hakimlah yang memerintahkan kepada para pihak untuk menga)ukan alat-alat buktinya. Dalam ilmu pengetahuan terdapat beberapa teori tentang beban pembuktian yang men)adi pedoman bagi hakim antara lain1

a' Teori pembuktian yang bersifat menguatkan belaka &bloot affirmatief' !enurut teori ini siapa yang mengemukakan sesuatu harus membuktikannya dan bukan yang mengingkari atau yang menyangkalnya. Teori ini telah ditinggalkan. b' Teori hukum subyektif !enurut teori ini suatu proses perdata itu selalu merupakan pelaksanaan hukum subyektif atau bertu)uan mempertahankan hukum subyektif membuktikannya. c' Teori hukum obyektif !enurut teori ini menga)ukan gugatan hak atau gugatan berarti bah%a penggugat minta kepada hakim agar hakim menerapkan ketentuan-ketentuan hukum obyektif terhadap pristi%a yang dia)ukan. Cleh karena itu penggugat harus membuktikan kebenaran daripada peristi%a yang dia)ukan dan kemudian mencari hukum obyektifnya untuk diterapkan pada peristi%a itu. d' Teori hukum publik !enurut teori ini maka mencari kebenaran suatu pristi%a dalam peradilan merupakan kepentingan publik. Cleh karena itu hakim harus diberi %e%enang yang lebih besar untuk mencari kebenaran. Disamping itu para pihak ada ke%a)iban yang sifatnya hukum publik untuk membuktikan dengan segala macam alat bukti. De%a)iban ini harus disertai sanksi pidana. e' Teori hukum acara Asas audi et alteram partem atau )uga asas kedudukkan prosesuil yang sama daripada para pihak dimuka hakim merupakan asas pembagian beban pembuktian menurut teori ini. Hakim harus membagi beban pembuktian berdasarkan kesamaan kedudukkan para pihak sehingga kemungkinan menang antara para pihak adalah sama. dan siapa yang mengemukakan atau mempunyai suatu hak harus

B. Alat-Alat Bukti !enurut undang-undang ada 8 &lima' macam alat pembuktian yang sah yaitu 5. Surat-surat

=. Desaksian >. persangkaan E. Pengakuan 8. Sumpah

Berikut ini akan kami uraikan secara ringkas tentang alat-alat bukti tersebut: 5. Surat-Surat !enurut undang-undang surat-surat dapat dibagi dalam surat-surat akte dan surat-surat lain. Surat akte ialah suatu tulisan yang semata-mata dibuat untuk membuktikan sesuatu hal atau peristi%a karenanya suatu akte harus selalu ditandatangani. Surat-surat akte dapat dibagi lagi atas akte resmi &authentiek' dan surat-surat akte di ba%ah tangan &onderhands'. Suatu akte resmi &authentiek' ialah suatu akte yang dibuat oleh atau dihadapan seorang pe)abat umum yang menurut undang-undang ditugaskan untuk membuat surat-surat akte tesebut. Pe)abat umum yang dimaksud adalah notaris hakim )urusita pada suatu pengadilan Pega%ai Pencatatan Sipil &Ambtenaar Burgeli)ke Stand' dsb. !enurut undang-undang suatu akte resmi &authentiek' mempunyai suatu kekuatan pembuktian sempurna &#olledig be%i)s' artinya apabila suatu pihak menga)ukan suatu akte resmi hakim harus menerimanya dan menganggap apa yang dituliskan didalam akte itu sungguh-sungguh telah ter)adi sehingga hakim tidak boleh memerintahkan penambahan pembuktian lagi. Suatu akte di ba%ah tangan &onderhands' ialah tiap akte yang tidak dibuat oleh atau dengan perantara seorang pe)abat umum. !isalnya surat per)an)ian )ual-beli atau se%a menye%a yang dibuat sendiri dan ditandatangani sendiri oleh kedua belah pihak yang mengadakan per)an)ian itu. Bika pihak yang menandatangani surat per)an)ian itu mengakui atau tidak menyangkal tandatangannya yang berarti ia mengakui atau tidak menyangkal kebenaran apa yang tertulis dalam surat per)an)ian itu maka akte diba%ah tangan tersebut memperoleh suatu kekuatan pembuktian yang sama dengan suatu akte resmi. Akan tetapi )ika tanda tangan itu disangkal maka pihak yang menga)ukan surat per)an)ian tersebut di%a)ibkan untuk membuktikan kebenaran penandatanganan atau isi akte tersebut. $ni adalah suatu hal yang sebaliknya dari apa yang berlaku terhadap suatu akte resmi. Barang siapa menyangkal tanda tangannya pada suatu akte resmi di%a)ibkan

membuktikan bah%a tanda tangan itu palsu dengan kata lain pe)abat umum &notaris' yang membuat akte tersebut telah melakukan pemalsuan surat. Berbagai tulisan-tulisan lain artinya tulisan yang bukan akte seperti surat faktur catatan yang dibuat oleh suatu pihak dsb. 4ang kekuatan pembuktiannya diserahkan kepada pertimbangan hakim hakim leluasa untuk

mempercayai atau tidak mempercayai kebenarannya.

=. Desaksian Sesudah pembuktian dengan tulisan pembuktian dengan kesaksian merupakan cara pembuktian yang terpenting dalam perkara yang sedang diperiksa didepan hakim. Suatu kesaksian harus mengenai peristi%a-peristi%a yang dilihat dengan mata sendiri atau yang dialami sendiri oleh seorang saksi. Badi tidak boleh saksi itu hanya mendengar sa)a tentang adanya peristi%a dari orang lain. Selan)utnya tidak boleh pula keterangan saksi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan yang ditariknya dari peristi%a yang dilihat atau dialaminya karena hakimlah yang berhak menarik kesimpulan-kesimpulan itu. Desaksian bukanlah suatu alat pembuktian yang sempurna dan mengikat hakim tetapi terserah pada hakim untuk menerimanya atau tidak. Artinya hakim leluasa untuk mempercayai atau tidak mempercayai keterangan seorang saksi. Seorang saksi yang sangat rapat hubungan kekeluargaan dengan pihak yang berperkara dapat ditolak oleh pihak la%an sedangkan saksi itu sendiri dapat meminta dibebaskan dari ke%a)ibannya untuk memberikan kesaksian. Selan)utnya undang-undang menetapkan bah%a keterangan satu saksi tidak cukup. Artinya hakim tidak boleh mendasarkan putusan tentang kalah menangnya suatu pihak atas keterangannya satu saksi sa)a. Badi kesaksian itu selalu harus ditambah dengan suatu alat pembuktian lain.

>. Persangkaan Persangkan ialah suatu kesimpulan yang diambil dari suatu peristi%a yang sudah terang dan nyata. Dari peristi%a yang terang dan nyata ini ditarik kesimpulan bah%a suatu peristi%a lain yang dibuktikan )uga telah ter)adi.

Dalam pembuktian ada dua macam persangkaan ada persangkaan yang ditetapkan oleh undang-undang sendiri &%atterli)k #ermoeden' dan persangkaan yang ditetapkan oleh hakim &rechteli)k #ermoeden'. Persangkaan yang ditetapkan oleh undang-undang &%atterli)k #ermoeden' pada hakekatnya merupakan suatu pembebasan dari ke%a)iban membuktikan suatu hal untuk keuntungan salah satu pihak yang berperkara. !isalnya adanya tiga k%itansi pembayaran se%a rumah yang berturut-turut. !enurut "" menimbulkan suatu persangkaan bah%a uang se%a untuk %aktu yang sebelumnya )uga telah dibayar olehnya. Persangkaan yang ditetapkan oleh hakim &rechteli)k #ermoeden' terdapat pada pemeriksaan suatu perkara dimana tidak terdapat saksi-saksi yang dengan mata kepalanya sendiri telah melihat peristi%a itu. !isalnya dalam suatu perkara dimana seorang suami mendak%a istrinya berbuat 3ina dengan lelaki lain. Hal ini tentunya sangat sukar memperoleh saksi-saksi yang melihat dengan mata kepalanya sendiri perbuatan 3ina itu. Akan tetapi )ika ada saksisaksi yang melihat si istri itu menginap dalan satu kamar dengan seorang lelaki sedangkan didalam kamar tersebut hanya ada satu buah tempat tidur sa)a maka dari keterangan saksi-saksi itu hakim dapat menetapkan suatu persangkaan bah%a kedua orang itu sudah melakukan perbuatan 3ina. Dan memang dalam perbuatan 3ina itu la3imnya hanya dapat dibuktikan dengan persangkaan.

E. Pengakuan Sebenarnya pengakuan bukan suatu alat pembuktian karena )ika suatu pihak mengakui sesuatu hal maka pihak la%an dibebaskan untuk membuktikan hak tersebut sehingga tidak dapat dikatakan pihak la%an ini telah membuktikan hal tersebut. Sebab pemeriksaan didepan hakim belum sampai pada tingkat pembuktian. !enurut undang-undang suatu pengakuan di depan hakim merupakan suatu pembuktian yang sempurna tentang kebenaran hal atau peristi%a yang diakui. $ni berarti hakim terpaksa untuk menerima dan menganggap suatu peristi%a yang telah diakui memang benar-benar telah ter)adi meskipun sebetulnya ia sendiri tidak percaya bah%a peristi%a itu sungguh-sungguh telah ter)adi. Adakalanya seorang tergugat dalam suatu perkara perdata mengakui suatu peristi%a yang dia)ukan oleh penggugat tetapi sebagai pembelaan menga)ukan suatu peristi%a lain yang menghapuskan dasar tuntutan. !isalnya ia mengakui adanya per)an)ian )ual beli tetapi menga)ukan bah%a ia sudah membayar harganya barang yang telah ia terima dari penggugat. !enurut "" suatu pengakuan yang demikian oleh hakim tidak boleh dipecah-pecah hingga merugian kedudukkan pihak tergugat didalam proses yang telah berlangsung itu. Dengan kata lain suatu pengakuan yang disertai suatu peristi%a pembebasan oleh "" tidak dianggap sebagai suatu pengakuan &onplitsbare

bekentenis'. Badi dalam praktek si pen)ual barang masih harus membuktikan adanya per)an)ian )ual beli dan ter)adinya penyerahan barang yang telah dibelinya itu pada si pembeli. Perlu diterangkan bah%a dalam suatu hal "" melarang dipakai pengakuan sebagai alat pembuktian dalam suatu proses yaitu dalam suatu perkara yang dia)ukan oleh seorang istri terhadap suaminya untuk mendapatkan pemisahan kekayaan.

8. Sumpa !enurut "" ada dua macam bentuk sumpah yaitu sumpah yang -menentukan. &decissoire eed' dan -tambahan. &supletoir eed'. Sumpah yang -menentukan. &decissoire eed' adalah sumpah yang diperintahkan oleh salah satu pihak yang berperkara kepada pihak la%an dengan maksud untuk mengakhiri perkara yang sedang diperiksa oleh hakim. Bika pihak la%an mengangkat sumpah yang perumusannya disusun sendiri oleh pihak yang memerintahkan pengangkatan sumpah itu ia akan dimenangkan sebaliknya )ika ia tidak berani dan menolak pengangkatan sumpah itu ia akan dikalahkan. Pihak yang diperintahkan mengangkat sumpah mempunyai hak untuk -mengembalikan. perintah itu artinya meminta kepada pihak la%annya sendiri mengangkat sumpah itu. Tentu sa)a perumusan sumpah yang dikembalikan itu sebaliknya dari perumusan semula. !isalnya )ika rumusan yang semula berbunyi 1 -Saya bersumpah bah%a sungguh-sungguh Saya telah menyerahkan barang. perumusan sumpah yang dikembalikan akan berbunyi -Saya bersumpah bah%a sungguh-sungguh Saya tidak menerima barang.. Bika sumpah dikembalikan maka pihak yang semula memerintahkan pengangkatan sumpah itu akan dimenangkan oleh hakim apabila ia mengangkat sumpah itu. Sebaliknya ia akan dikalahkan apabila dia menolak pengangkatan sumpah itu. Bika suatu pihak yang berperkara hendak memerintahkan pengangkatan suatu sumpah yang menentukan hakim harus mempertimbangkan dahulu apakah ia dapat mengi3inkan perintah mengangkat sumpah itu. "ntuk itu hakim memeriksa apakah hal yang disebutkan dalam perumusan sumpah itu sungguh-sungguh mengenai suatu perbuatan yang telah dilakukan sendiri oleh pihak yang mengangkat sumpah atau suatu peristi%a yang telah dilihat sendiri oleh pihak itu. Selan)utnya harus dipertimbangkan apakah sungguh-sungguh dengan terbuktinya hal yang disumpahkan itu nanti perselisihan antara kedua pihak yang berperkara itu dapat diakhiri sehingga dapat dikatakan bah%a sumpah itu sungguh-sungguh -menentukan. )alannya perkara. Suatu sumpah tambahan adalah suatu sumpah yang diperintahkan oleh hakim pada salah satu pihak yang beperkara apabila hakim itu barpendapat bah%a didalam suatu perkara sudah terdapat suatu -permulaan pembuktian. yang perlu ditambah dengan penyumpahan karena dipandang kurang memuaskan untuk men)atuhkan

putusan atas dasar bukti-bukti yang terdapat itu. Hakim leluasa apakah ia akan memerintahkan suatu sumpah tambahan atau tidak dan apakah suatu hal sudah merupakan permulaan pembuktian. Pihak yang mendapat perintah untuk mengangkat suatu sumpah tambahan hanya dapat mengangkat atau menolak sumpah itu. Tetapi ia tak dapat -mengembalikan. sumpah tersebut kepada pihak la%an. Sebenarnya terhadap sumpah tambahan ini pun dapat dikatakan bah%a ia menentukan )uga )alannya perkara sehingga perbedaan sebenarnya dengan suatu sumpah decissoir ialah bah%a yang belakangan diperintahkan oleh suatu pihak yang beperkara kepada pihak la%annya sedangkan sumpah tambahan diperintahkan oleh hakim karena )abatannya )adi atas kehendak hakim itu sendiri.

Da tar Pustaka

*. Subekti Pokok-Pokok Hukum Perdata Bakarta1 P.T. $ntermasa =??8 Fet. GGG$$ *. Subekti dan *. T)itrosudibio Ditab "ndang-undang Hukum Perdata Bakarta1 P.T. Pradnya Paramita =??8 Fet. GG,

*etno%ulan S dan $skandar C Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan Praktek Bandung1 F., . !andar !a)u =??8 Fet. G

*. Soesilo *$B2H$* Dengan Pen)elasan Bogor1 Politeia 5@@8 Sudikno !ertokusumo Hukum Acara Perdata $ndonesia Hdisi De < 4ogyakarta1 Iiberty =??7 Fet. $

Anda mungkin juga menyukai