Sikap Duduk Kerja
Sikap Duduk Kerja
Sikap Duduk Kerja
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata I untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh Nama NIM Jurusan Fakultas : Ita Indi Rahayu : 6450401064 : Ilmu Kesehatan Masyarakat : Ilmu Keolahragaan
SARI Ita Indi Rahayu, 2005. Hubungan antara Sikap Kerja Duduk terhadap Produktivitas Kerja Pada Penjahit Konveksi Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang Tahun 2005. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci : Sikap kerja duduk, Produktivitas. Dalam industri informasi, salah satu masalah yang sering terjadi adalah tidak adanya kesesuaian antara tempat duduk dan meja kerja dengan antropometri tenaga kerja. Apabila hal ini terjadi dengan sendirinya akan mempunyai pengaruh buruk terhadap tenaga kerja, antara lain timbulnya keluhan-keluhan akibat sikap duduk yang pada akhirnya dapat mengakibatkan turunnya produktivitas kerja. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penjahit yang bekerja pada industri konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang berjumlah 45 orang. Penentuan sampel dalam penelitian ini dengan teknik purposive samping, dan dari 45 penjahit yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdapat 30 penjahit yang dapat dijadikan sampel karena telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu sikap kerja duduk sebagai variabel bebas dan produktivitas kerja sebagai variabel terikat. Metode pengumpulan yang digunakan adalah teknik survei dengan menggunakan kuesioner, wawancara dan pengukuran. Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan uji chi square. Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh 2hitung = 12,656 dengan probabilitas 0,000. Hal ini berarti nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari batas kesalahan yang ditetapkan yaitu 0,05. Dengan demikian maka hipotesis kerja diterima dan berarti pula bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit Panca Daya Sakti Semarang. Hasil analisis diperoleh pula koefisien kontingensi 0,545. Dengan demikian hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas termasuk kategori cukup kuat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penulis mengajukan saransaran yaitu (1) Dengan adanya hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas, maka bagi para tenaga kerja hendaknya membiasakan sikap duduk yang baik agar terjadinya keluhan-keluhan pada bagian tubuh tertentu seperti pegal pada bahu, punggung, pinggang, leher, tangan dan kaki serta pada pantat, yang akhirnya akan menyebabkan menurunnya produktivitas kerja dapat dihindari; dan (2) Untuk penelitian lebih lanjut perlu dilakukan kajian pada variabel-variabel lain yang berhubungan dengan produktivitas kerja agar diperoleh informasi yang lebih lengkap tentang faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya produktivitas kerja dengan sikap kerja duduk. ii
LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II untuk diajukan mengikuti ujian skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang
Mengetahui
Pembimbing I
Pembimbing II
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Univeritas Negeri Semarang pada: Hari Tanggal : Rabu : 31 Agustus 2005
Panitia Ujian
Ketua
Sekretaris
Dewan Penguji
1. Eram Tunggal Pawenang, SKM, M.Kes. (Ketua)............................................. NIP. 132303538 2. Drs. Herry Koesyanto, M.S. NIP. 131571549 3. dr. Yuni Wijayanti NIP. 132296576 (Anggota I)........................................
(Anggota II).......................................
iv iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perbedaan Produktivitas Kerja Antara Sikap duduk ergonomis Dan Non Ergonomis Pada Penjahit Konveksi 2004/2005. Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tersusunnya skripsi ini bukan hanya atas kemampuan dan usaha penulis semata, namun juga berkat bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat : 1. Bapak Drs. Sutardji M. S, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang atas pemberian ijin penelitian. 2. Ibu dr. Oktia Woro K. H, M. Kes, Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang atas pemberian ijin penelitian. 3. Pembimbing I, Bapak Drs. Herry Koesyanto, M.S. yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Pembimbing II, Ibu dr. Yuni Wijayanti yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Slamet Wibowo, pengusaha konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang yang telah memberikan ijin penelitian. 6. Seluruh karyawan konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang yang telah dengan sepenuh hati membantu terlaksananya penelitian ini. v Panca Daya Sakti Semarang Tahun
7.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan dalam penelitian ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda atas kebaikan
Semarang,
Oktober 2005
Penulis
vi
Motto : 1. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap (Al Insyiroh : 6-8). 2. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat (Al Mujadalah : 11).
Persembahan : Skripsi ini ku persembahkan untuk: 1. Bapak dan ibu tercinta yang telah berjuang dan berdoa demi keberhasilanku. 2. Kakak dan Adikku yang tersayang . 3. Kharis yang selalu memberi motivasi dalam Penulisan skripsi ini. 4. Sahabat-sahabatku Deni, Titin, Tina, Atik, Ririn yang telah memberikan dukungan dan bantuan. 5. Almamater Semarang. vii Universitas Negeri
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. SARI ........................................................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... KATA PENGANTAR............................................................................... MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................ DAFTAR ISI.............................................................................................. DAFTAR TABEL ..................................................................................... DAFTAR GAMBAR................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ....................................................... 1.2 Permasalahan....................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian................................................................. 1.4 Penegasan Istilah ................................................................. 1.5 Manfaat Penelitian............................................................... 1 3 3 4 5
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori .................................................................... 2.2.1 Definisi Ergonomi ........................................................... 2.2.2 Prinsip-prinsi Ergonomi .................................................. 2.2.3 Ukuran-ukuran Kerja....................................................... 2.2.4 Desain Kursi .................................................................... 2.2.5 Sikap Duduk .................................................................... 2.2.6 Produktivitas Kerja .......................................................... 2.2 Kerangka Teori.................................................................... 2.3 Kerangka Konsep ................................................................ 2.4 Hipotesis.............................................................................. viii 6 6 7 8 9 12 14 25 26 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi .............................................................................. 3.2 Sampel................................................................................ 3.3 Variabel Penelitian ............................................................. 3.4 Rancangan Penelitian ......................................................... 3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................. 3.6 Prosedur Penelitian............................................................. 3.7 Instrumen Penelitian........................................................... 3.8 Validitas dan Reliabilitas ................................................... 3.9 Pengolahan Data................................................................. 3.10 Analisis Data ...................................................................... 27 27 28 28 29 30 31 32 34 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 4.1.1 4.1.2 4.1.3 4.1.4 4.2 Hasil Penelitian .................................................................. Deskripsi Karakteristik Responden ................................. Penilaian sikap Kerja Duduk Responden. ....................... Pengukuran Produktivitas Kerja Responden ................... Analisis Bivariat .............................................................. Pembahasan........................................................................ 36 36 38 39 40 42 42 42 45
4.2.1 Karakteristik Reponden ................................................... 4.2.2 Hubungan Sikap Kerja Duduk Terhadap Produktivitas Kerja ................................................................................ 4.3 Keterbatasan Penelitian......................................................
BAB V
47 48
ix
1. Ukuran-ukuran Antropometri Terpenting .............................................. 2. Distribusi Umur Responden ................................................................... 3. Distribusi Tingkat pendidikan Responden ............................................. 4. Distribusi Massa Kerja Responden ........................................................ 5. Deskripsi Data Hasil Pengukuran Sikap Duduk. ................................... 6. Deskripsi Data Produktivitas Kerja........................................................ 7. Crosstabs Data Sikap Kerja Duduk dengan Produktivitas Kerja Tenaga Kerja Konveksi Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang ............... 8. Analisis Chi Square Sikap Kerja Duduk dengan produktivitas Kerja. ..
41 41
1. Ukuran Terpenting pada Sikap Duduk.................................................... 2. Kerangka Teori........................................................................................ 3. Kerangka Konsep .................................................................................... 4. Rancangan Penelitian. ............................................................................. 5. Bagan Distribusi Frekuensi Sikap Kerja Duduk Tenaga Kerja Konveksi Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang. ......................................... 5. Bagan Distribusi Frekuensi Produktivitas Tenaga Kerja Konveksi Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang ..........................................
39
40
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman 59 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76
1. Kuesioner ................................................................................................ 2. Data Hasil Penskoran Uji Coba Angket ................................................. 3. Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket ............................................. 4. Data Hasil Penskoran Kuesioner Sikap Kerja......................................... 5. Deskripsi Data Hasil Penelitian .............................................................. 6. Data Hasil Pengkuran Sarana Kerja........................................................ 7. Data Hasil Pengukuran Antropometri..................................................... 8. Penilaian Sikap Duduk Berdasarkan Sarana Kerja dan Antropometri.... 9. Data Hasil Pengukuran Produktivitas Kerja ........................................... 10.Penentuan Kategori Produktivitas Kerja................................................ 11.Uji Normalitas Data. .............................................................................. 12.Deskripsi Data Produktivitas Kerja........................................................ 13.Hasil Analisis t-test ................................................................................ 14. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Hiperkes .............. 15.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Pengusaha ............ 16. Surat Ijin Penelitian dari FIK UNNES.................................................. 17.Surat Rekomendasi dari Universitas Negeri Semarang .........................
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul Tujuan Pembangunan kesehatan sebagaimana tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat menunjukkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Pembangunan di sektor industri akhir-akhir ini terus meningkat, baik industri besar, sedang maupun kecil. Pembangunan di sektor industri ditujukan untuk memperluas lapangan kerja, kesempatan berusaha dan untuk meningkatkan mutu serta perlindungan bagi tenaga kerja. Perlindungan tenaga kerja ditujukan kepada perbaikan upah, syarat kerja, serta jaminan sosial lainnya dalam rangka perbaikan kesejahteraan tenaga kerja. Upaya perlindungan terhadap bahaya yang timbul serta pencapaian ketentraman atau ketenangan kerja agar tenaga kerja tetap sehat dan selamat bertujuan untuk pencapaian produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Penerapan ergonomi pada berbagai bidang pekerjaan telah terbukti menyebabkan kenaikan produktivitas kerja secara nyata. Besarnya kenaikan produktivitas kerja ergonomi dapat mencapai 10% atau lebih. Apabila manfaat ini dapat dipetik pada seluruh kegiatan ekonomi seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan dan jasa akan dapat memberikan kontribusi yang besar sekali terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sehingga dapat dikatakan xiii
bahwa ergonomi mempunyai peranan besar dalam meningkatkan produktivitas yang penting bagi pembangunan nasional (Sumamur, 1996:5). Penerapan ergonomi untuk peningkatan kesehatan, keselamatan dan produktivitas tenaga kerja serta perbaikan mutu produk dalam suatu proses produksi semakin dirasakan. Oleh karena itu, penyelenggaraan ergonomi perlu segera dilakukan dengan lebih baik melalui penyesuaian mesin, alat dan perlengkapan kerja terhadap tenaga kerja yang dapat mendukung kemudahan, kenyamanan dan efisiensi kerja (Eko Nurmianto, 2003:2). Penyesuaian dan keselarasan antara ukuran alat kerja dan antropometri tenaga kerja akan meningkatkan optimasi serta efisiensi kerja secara maksimal. Mengingat antropometri manusia tidak dapat dibuat, maka ukuran-ukuran, kemampuan dan keterbatasannya harus menjadi dasar rancangan alat kerjanya. Umumnya prinsip-prinsip ergonomi belum banyak diterapkan pada berbagai sektor industri, misalnya pada industri konveksi rumah tangga. Penggunaan alatalat kerjanya belum sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi, seperti pembuatan tempat duduk terlalu rendah atau terlalu tinggi. Penjahit konveksi pada industri rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang termasuk dalam jenis usaha sektor informal. Usaha sektor informal adalah kegiatan ekonomi tradisional yang biasanya mempunyai kegiatan usaha sederhana, skala usaha relatif kecil, tidak memerlukan ijin usaha resmi, sehingga lebih mudah untuk membuka usaha. Menurut Depkes RI (1994), pada tahun 1993/1994 usaha sektor informal diperkirakan mencapai 90%, dengan tenaga kerja yang lebih banyak dilakukan xiv
oleh para pekerja wanita dibandingkan tenaga kerja pria. Di dalam kegiatannya, penjahit konveksi Panca Daya sakti Semarang Semarang untuk menghasilkan produk masih menggunakan tenaga manusia dan pralatan tradisional (mesin jahit injak) dengan produk yang di hasilkan adalah baju dan celana. Dari survei awal didapatkan jumlah penjahit di Konveksi Panca Daya Sakti Semarang sebanyak 45 orang penjahit dan ketika bekerja di lapangan
penjahit tersebut dengan sikap duduk membungkuk. Biasanya tenaga kerja menggunakan kursi tanpa sandaran akan mempengaruhi produktivitas kerja. Menurut Sugeng Budiono (2003) sikap duduk seseorang dalam bekerja akan mempengaruhi produktivitas kerja seseorang, di mana selama bekerja dengan sikap duduk yang baik, maka produktivitas akan meningkat dan sebaliknya bila sikap duduk tidak baik, maka produktivitas kerja akan menurun. Oleh karena itu peneliti ingin mencoba meneliti hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang.
1.2 Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang ?
xv
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang. 1.4 Penegasan istilah Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan agar tidak terjadi salah dalam pemahaman penulisan dalam suatu penelitian sehingga diharapkan bisa mengarah pada tujuan penelitian, maka ada beberapa istilah yang perlu ditegaskan yaitu sebagai berikut : 1.5.1 Sikap Kerja Duduk Sikap kerja merupakan penilaian kesesuian antara alat kerja yang digunakan oleh pekerja dalam bekerja dengan ukuran antropometri pekerja dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan (Sugeng Budiono dkk, 2003:78). Dalam penelitian ini yang dimaksud sikap kerja duduk adalah posisi penjahit dalam keadaan duduk saat bekerja. 1.5.2 Produktivitas Kerja Produktivitas kerja adalah jumlah barang yang dihasilkan oleh tenaga kerja per satuan waktu (barang/hari). Dalam penelitian ini produktivitas kerja dilihat dari perbandingan antara keluaran (Output) dan masukan (Input) (Sugeng Budiono, 2003:263). 1.1.1 Tenaga Kerja pada Konveksi Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang Tenaga kerja adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan, dam sebagainya) dengan xvi mendapatkan gaji atau upah
(Purwadarminta, 1989:393). Yang dimaksud tenaga kerja di sini adalah tenaga kerja bagian penjahitan pada konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang yang memproduksi pakaian jadi yang merupakan tempat peneliti mengadakan penelitian untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Industri Konveksi Rumah Tangga Sebagai masukan tentang ukuran sarana kerja dan pengaturan lingkungan kerja yang baik, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas serta derajat kesehatan tenaga kerja secara optimal. 1.5.2 Bagi Tenaga Kerja Agar lebih memahami sikap kerja duduk sehingga dapat mengurangi kelelahan dan gangguan kesehatan yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja. 1.5.3 Bagi Ilmu Kesehatan Diharapkan dapat menambahkan koleksi data dan reverensi tentang hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja. 1.5.4 Bagi Penulis Diharapkan dapat mendapatkan pengalaman secara langsung dalam merencanakan, melaksanakan serta melaporkan hasil penelitian, serta menambah pengalaman tentang hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja.
xvii
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu : ergon yang artinya kerja dan nomos yang artinya peraturan atau hukum. Dengan demikian ergonomi berarti ilmu serta penerapannya yang berusaha menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin (Sugeng Budiono, 2003:75). Ergonomi merupakan suatu studi ilmiah mengenai keterkaitan antara orang dengan lingkungan kerjanya. Yang dimaksud dengan lingkungan kerja di sini adalah keseluruhan alat dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitar tempat bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perorangan maupun kelompok (Sastrowinoto, 1998:164). Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik sektor modern maupun pada sektor tradisional dan informal. Pada sektor modern penerapan ergonomi dalam bentuk pengaturan sikap, tata cara kerja dan perencanaan kerja yang tepat adalah persyaratan bagi efisiensi dan produktivitas yang tinggi. Peralatan kerja dan mesin dalam industri-industri masih banyak didatangkan dari luar negeri dan perlu penyesuaian seperlunya dengan bentuk ukuran dan tubuh tenaga kerja. Begitu pula dirasa perlu lebih meningkatkan perhatian tentang konstruksi alat-alat xviii 6
kerja, meter-meter penunjang, tombol-tombol yang penting bagi pekerja. Pada sektor tradisional, pekerjaan pada umumnya dilakukan dengan sikap bahan dan cara-cara kerja yang secara ergonomis dapat diperbaiki (Soeripto, 1992: Majalah Hiperkes volume XXV). Pada sikap sikap duduk ergonomis, tinggi kursi lebih rendah dari panjang tungkai bawah, sehingga dapat menambah penekanan pada kaki saat bekerja. Pengarahan tenaga kerja diperlukan untuk menggerakkan mesin jahit, sehingga produktivitas meningkat. Sedangkan pada sikap duduk non ergonomis, dimana tinggi kursi lebih tinggi dari panjang tungkai bawah, sehingga kaki dalam keadaan menggantung. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pengarahan tenaga kerja yang lebih besar dan akan mempercepat kelelahan sehingga produktivitas menurun.
2.1.2 Prinsip-prinsip Ergonomi Beberapa prinsip ergonomi yang telah disepakati yang dapat digunakan sebagai pegangan yaitu : 2.1.2.1 Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penenpatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara, harus menyelaraskan mesin (macam gerak, arah dan kekuatan). 2.1.2.2 Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri, harus diambil ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat digunakan oleh tenaga kerja yang kecil, seperti tempat duduk yang dapat distel naik turun dan lain-lain.
xix
2.1.2.3 Ukuran-ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran dan penempatan alat-alat industri :
Tabel 1. Ukuran-ukuran Antropometri Terpenting Berdiri a.Tinggi badan berdiri b.Tinggi bahu c.Tinggi siku d.Tinggi panggul e. Depan f. Panjang lengan Duduk a. Tinggi duduk b. Panjang lengan atas c. Panjang lengan atas dan tangan d.Jarak lekuk lutut sampai garis punggung e. Jarak lekuk lulut sampai telapak
2.1.3 Ukuran-Ukuran Kerja Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1) Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar. 2) Papan tolak punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung. 3) Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm. 4) Pekerjaan yang berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. 5) Dalam hal ini tidak mungkin, kepada pekerjaan diberi tempat dan kesempatan untuk duduk. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-27 ke bawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk 32-44 ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed). xx
Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung, lengan seluruhnya dan lengan bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan di daerah tersebut, lebihlebih bila sikap tubuh tidak berubah. Macam gerakan yang kontinyu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan gerakan yang tiba-tiba pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat melelahkan, gerakan ke atas harus dihindari. Berilah papan penyokong pada setiap lengan yang melelahkan. Gerakan ritmis seperti mendayung pedal, memutar roda, dan lain-lain memerlukan frekuensi yang paling optimum, yang menggunakan tenaga yang paling sedikit, misalnya pada frekuensi 60/menit, mengayuh pedal dirasakan tenang. Kemampuan seseorang bekerja seharinya 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja sangat menurun. Waktu istirahat didasarkan pada keperluan atas dasar pertimbangan ergonomi, harus dihindari istirahat-istirahat sekehendak tenaga kerja, istirahat oleh karena penurunan kapasitas tubuh dan istirahat curian. Beban tambahan akibat lingkungan sebaiknya ditekan menjadi sekecilkecilnya. Demikian juga daya penglihatan harus dipelihara sebaik-baiknya terutama dengan penerangan yang baik dan kondisi mental (psikologis) dipertahankan dengan adanya premi perangsang, motivasi, iklim kerja dan lainlain.
2.1.4.1 Kursi Ergonomi Penerapan ergonomi dalam pembuatan kursi dimaksudkan untuk mendapatkan sikap tubuh yang ergonomi dalam bekerja. Dengan sikap yang ergonomi ini diharapkan efisiensi kerja dan produktivitas meningkat. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam posisi duduk dan sikap berdiri secara bergantian. Semua sikap tubuh yang tidak alami seperti gerakan tiba-tiba harus dihindarkan, apabila hal ini tidak mungkin hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil. Tempat duduk (kursi) harus dibuat sedimikian rupa sehingga memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-bagian tersebut (Siswanto, 1995:20). Kriteria dan ukuran kursi yang ergonomi: 1) Tinggi alas duduk Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas dari bagian depan alas duduk. Ukuran yang dianjurkan 38-48 cm. Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari jarak antara lekuk lutut dan telapak kaki. 2) Panjang alas duduk Diukur dari pertemuan garis proyeksi permukaan depan sandaran duduk pada permukaan atas alas duduk sampai kebagian depan alas duduk. Ukuran yang dianjurkan adalah 36 cm. Panjang alas duduk harus lebih pendek dari jarak antara lekuk lutut dan garis punggung. 3) Lebar alas duduk xxii
Diukur pada garis tengah alas duduk melintang. Lebar alas duduk harus lebih besar dari lebar pinggul. Ukuran yang diusulkan adalah 44- 48 cm. 4) Sandaran pinggang Bagian atas dari sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung tulang belikat, dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul. 5) Sandaran tangan Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan (harus lebih lebar dari pinggul dan tidak melebihi lebar bahu). 6) Tinggi Sandaran adalah setinggi siku Panjang sandaran tangan: sepanjang lengan bawah. Ukuran yang dianjurkan adalah jarak tepi dalam kedua sandaran tangan: 46-48 cm. Tinggi san daran tangan adalah 20 cm dari alas duduk. Panjang sandaran tangan : 21 cm. 7) Sudut alas duduk Alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan bagi pekerja untuk menentukan pemilihan gerakan dan posisi. Alas duduk hendaknya dibuat horisontal. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memerlukan sikap sedikit membungkuk ke depan, alas duduk dapat dibuat ke belakang (3-5 derajat). Bila keadaan memungkinkan, dianjurkan penyediaan tempat duduk yang dapat diatur. 2.1.4.2 Kursi Non Ergonomi Selain kursi yang ergonomi dapat pula kursi yang non ergonomi. Adapun kriteria kursi yang non ergonomi adalah: 1) Kursi yang terlalu panjang dapat menyebabkan pekerja duduk maju kedepan sehingga yang bersangkutan tidak dapat memanfaatkan sandaran pinggang. xxiii
2) Kursi yang terlalu dan tidak dilengakapi dengan sandaran kaki dapat menyebabkan sandaran pinggang tidak dapat dimanfaatkan oleh pekerja karena ia harus duduk maju ke depan agar dapat melakukan pekerjaan. Ruang antara alas duduk dan tepi bawah meja terlalu sempit sehingga menyebabkan paha pekerja tertekan. 3) Sandaran pinggang yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gerakan bahu dan lengan terbatas dan posisi kerja yang tidak nyaman (Siswanto, 1995:25).
2.1.5 Sikap Duduk Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk. Sikap duduk yang paling baik yaitu tanpa pengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung. Sikap demikian dapat dicapai dengan kursi dan sandatan punggung yang tepat. Dengan begitu otot punggung terasa enak (Santoso, 1997 : 38). Keuntungan kerja sambil duduk adalah ; (1) Kurangnya kelelahan, (2) Berkurangnya pemakaian energi, dan (3) Berkurangnya sikap keperluan sirkulasi darah. Namun begitu terdapat pula kerugian-kerugian sebagai akibat kerja sambil duduk antara lain (1) Melembekkan otot-otot perut, (2) Melengkungkan punggung dan (3) Tidak baik bagi alat tubuh bagian dalam, khususnya peralatan
pencernaan, jika posisi dilakukan secara membungkuk (Sumamur, 1997 : 87). Keterbatasan gerak akan akan membiasakan bekerja dengan sikap tubuh yang salah. Postural/sikap posisi pekerjaan secara salah dan dilakukan menahun akan menyebabkan keluhan yang dikenal sengan Low back point (LBP) yaitu xxiv
otot-otot pingang menjadi lelah (fatique) menimbulkan ketidakstabilan dari tulang belakang sehingga timbul proses degeberasi yang dapat menimbulkan keluhan sakit/pegal di daerah pinggang. Apabila hal ini tidak dikoreksi, maka gangguan kesehatan tersebut akan menyebabkan penyakit/kelainan dan akhirnya
menurunkan kemampuan melakukan aktivitas. Atas dasar ukuran-ukuran yang dimiliki, ukuran tempat duduk untuk menurut Santoso (1997 : 203) adalah : 1) Tinggi alas duduk sebaiknya dapat disetel di antara 38 48 cm, 2) Topangan pinggang dapat distel ke atas ke bawah dan begerak 8 12 cm di atas alas duduk. 3) Dalamnya topangan pinggang adalah 35 sampai 38 dari ujung depan alas duduk (Depnaker RI, 1994). 4) Dalamnya alas duduk 36 cm. Sikap dan sistem kerja yang ergonomis memungkinkan peningkatan produktivitas. Sikap tubuh dalam bekerja selalu diusahakan dilaksanakan dengan duduk atau dalam sikap duduk dan sikap berdiri secara bergantian. Oleh karena itu, sistem kerja berdiri sebaiknya diganti dengan sistem kerja duduk. Selain pemakaian kursi yang tidak sesuai kita juga harus memperhatikan sikap duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Dan bila ini berlanjut terus akan menyebabkan penekanan pada hernia nucleus polposus. Hernia polposus yaitu saraf tulang belakang sehingga menyebabkan nyeri pinggang dan kesemutan yang menjalar ketungkai sampai kaki.
xxv
Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang kursi. Caranya, duduk diujung kursi dan bungkukkan badan seolah terbentuk huruf C. Setelah itu tegakkan badan buatlah lengkungan tubuh sebisa mungkin. Tahan untuk beberapa detik kemudian lepaskan posisi tersebut secara ringan (sekitar 10 derajat). Posisi duduk seperti inilah yang terbaik. Duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks (Eko Nurmianto, 2003:110).
xxvi
Produktivitas
mempunyai
beberapa
pengertian
pertama,
menurut
pengertian filosofis, produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini (Sugeng Budiono, 2003 : 85). Dewasa ini produktivitas dapat di katakan sebagai ukuran pendaya
gunaan faktor produksi dan peran serta tenaga kerja dalam proses produksi. Hal ini penting dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi, dan kesempatan perluasan kerja. Pentingnya arti poduktivitas dalam meningkatkan kesejahteraan nasional telah disadari secara universal. Tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak mendapatkan keuntungan dari poduktivitas yang ditingkatkan sebagai kekuatan untuk menghasilkan lebih banyak barangbarang maupun jasa. Dengan kata lain dapat dikatakan produktivitas kerja akan selalu dengan pengertian efektivitas dan efisiensi kerja. Efektivitas berkaitan dengan
pencapaian hasil kerja yang maksimal dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan upaya kualitas, kuantitas, dan waktu. Sedangkan efisiensi berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input). Pengertian produktivitas bisa diformulasikan sebagai :
P= O I
O = keluaran (output) I = Masukan (input) Jumlah keluaran dapat berupa jumlah produk yang dihasilkan oleh tenaga kerja secara utuh. Sedangkan dapat berupa jumlah jam/orang yang merupakan waktu produksi dari seorang pekerja untuk menghasilkan sejumlah keluaran tersebut. Waktu produktif adalah waktu yang sebenarnya dipakai yaitu jumlah jam kerja sehari. Produktivitas dapat dikatakan mengalami peningkatan apabila : 1) Volume/kualitas keluaran bertambah besar tanpa menambah jumlah masukan. 2) Volume/kualitas keluaran tidak bertambah akan tetapi masukannya berkurang. 3) Volume/kualitas keluaran bertambah besar sedangkan masukannya tidak bertambah. 4) Jumlah masukan bertambah, asalkan volume/kualitas keluaran bertambah berlipat ganda. 2.1.6.1 Ruang Lingkup Produktivitas Gambaran mengenai produktivitas untuk keperluan definisi dan
pengertiannya belumlah konsisten atau seragam. Pada saat ini banyak sekali pandangan tentang produktivitas yang semakin mengacaukan pengertiannya. Produktivitas dapat dilihat dari 4 ruang lingkup, yaitu : 1) Ruang lingkup rasional, memandang negara secara keseluruhan. Dalam hal ini memperhitungkan faktor-faktor, secara sederhana seperti pengaruh dari buruh, manajemen, bahan mentah dan sumber lainnya sebagai kekuatan yang mempengaruhi barang-barang ekonomi dan jasa.
xxviii
2)
Ruang lingkup industri, dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi dan berhubungan dikelompokkan dalam kelompok industri yang sama, misalnya : industri penerbangan, industri minyak, industri baja, dan lain-lain.
3)
Ruang lingkup perusahaan / organisasi. Dalam sebuah perusahaan/ organisasi hubungan anta faktor-faktor lebih memungkinkan untuk di ukur. Produk per jam dapat diukur dan dapat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya atau dibandingkan dengan perusahaan lain. Dalam sebuah organisasi,
produktivitas tak hanya diukur dari beberapa dan seberapa baik buruh melakukan pekerjaannya. 4) Ruang lingkup pekerjaan perorangan. Produktivitas perorangan dipengaruhi oleh lingkungan kerja serta peralatan yang digunakan, proses dan perlengkapan. Di sini timbul faktor baru yang tak dapat diukur yaitu motivasi. Motivasi sangat dipengaruhi oleh kelompok kerja dimana si pekerja menjadi anggota dipengaruhi oleh kelompok dan sebab-sebab mengapa si pekerja dapat bekerja lebih produktif. 2.1.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Agar seorang tenaga kerja dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti dapat menjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerja setinggi-tingginya, maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor beban kerja, kapasitas kerja, beban tambahan akibat lingkungan kerja. (Sumamur, 1999:43). 2.1.6.2.1 Beban Kerja
Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik berupa fisik maupun mental dan menjadi tanggung jawabnya. Dalam xxix
hal ini, harus ada keseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan individu agar tidak terjadi hambatan ataupun kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan. Seorang tenaga kerja mempunyai kemampuan tersendiri dalam hubungan dengan beban kerja, mungkin diantara pekerjaan ada yang cocok untuk beban fisik, mental atau sosial, namun sebagai persamaan yang umum, hanya mampu memikul sampai suatu berat tertentu. Bahkan ada beban dirasa optimal bagi seseorang. Inilah maksud penempatan yang tepat pada pekerjaan yang tepat. (Sumamur, 1999:102). Pembebanan fisik yang dibenarkan adalah pembebanan yang melebihi 3040% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam waktu 8 jam sehari dengan memperhatikan peraturan jam kerja yang berlaku. Pembebanan yang lebih berat diperkenakan dalam waktu yang lebih singkat dan ditambah dengan istirahat yang sesuai dengan bertambah beratnya beban. (Sumamur, 1999:54). 2.1.6.2.2 Kapasitas Kerja
Kemampuan seorang tenaga kerja berbeda antara yang satu dengan yang lainnya dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, usia, masa kerja, status gizi dan kesehatan. 2.1.6.2.3 Jenis Kelamin
Ukuran dan daya tahan tubuh wanita berbeda dengan pria. Pria lebih sanggup menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak sedikitpun dapat dikerjakan wanita, kegiatan wanita pada umumnya lebih banyak membutuhkan ketrampilan tangan dan kurang memerlukan tenaga. Beberapa data menunjukan
xxx
bahwa pekerja wanita lebih diperlukan ada suatu industri yang memerlukan ketrampilan dan ketelitian daripada tenaga kerja laki-laki. (Soeripto, 1992:36). 2.1.6.2.4 Umur
Penelitian Flippo (1984) menunjukan bahwa pada pekerja yang mempunyai tingkat kesukaran absensi tinggi adalah bukan karena penyakit tetapi karena adanya kesukaran adaptasi terhadap lingkungan kerja. Pada usia tua penyakit syaraf seperti trmor pada tangan dapat menurunkan produktivitas kerja pada perusahaan yang memerlukan ketrampilan tangan. Hal ini juga dapat diukur dengan tingkat absensi yang tinggi pada golongan umur ini. 2.1.6.2.5 Masa Kerja
Sumamur (1999:160), menunjukan bahwa masa kerja mempunyai kaitan dengan kepuasan kerja. Tenaga kerja mempunyai kepuasan kerja yang terus meningkat sampai masa kerja 5 tahun dan kemudian mulai terjadi penurunan sampai masa kerja 8 tahun, tetapi kemudian setelah tahun ke delapan maka kepuasan kerja secara perlahan-lahan akan meningkat lagi. 2.1.6.2.6 Status Kesehatan
Seorang tenaga kerja yang sakit biasanya kehilangan produktivitasnya secara nyata, bahkan tingkat produktivitasnya menjadi nihil sama sekali. Keadaan sakit yang menahun menjadi sebab rendahnya produktivitas untuk relatif waktu yang panjang. Keadaan diantara sehat dan sakit juga menjadi turunnya produktivitasnya yang sering dapat dilihat secara nyata bahkan besar (Budiono, 2003:59). 2.1.6.2.7 Status Gizi xxxi
Menurut Emil Salim (2002: 232) bahwa gizi kerja adalah gizi yang diterapkan pada kayawan untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis dan tempat kerja dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang setinggi-tingginya. Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan seimbang dari variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (I Dewa N, dkk, 1999:18). Sehingga dapat disimpulkan bahwa status gizi seseorang menunjukkan kekurangaan atau kelebihan gizi seseorang, yang dapat menimbulkan resiko penyakit tertentu dan mempengaruhi produktivitas kerja (I Dewa N, dkk, 1999: 59). Untuk mengetahui status gizi dapat dihitung dengaan Indeks Masa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI), yaitu: IMT = Beratbadan(kg ) Tinggibadan(m) xTinggibadan(m)
2.1.6.3 Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja Beban tambahan akibat lingkungan kerja antara lain terdiri dari : 2.2.2.3.1 Faktor Lingkungan Fisik Faktor lingkungan fisik lingkungan kerja merupakan beban tambahan akibat lingkungan pekerjaan. Sedangkan beban pekerjaan itu sendiri meliputi beban fisik, beban mental dan beban sosial yang harus ditanggung tenaga kerja sebagai pelakunya dalam setiap melakukan pekerjaanya. Faktor-faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi produktivitas kerja : 1) Cuaca Kerja xxxii
Cuaca kerja adalah kombinasi dari sushu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan angin dan suhu radiasi. Koordinasi keempat faktor tersebut dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. (Sumamur, 1996:79). Suhu udara dapat diukur dengan termometer yang disebut suhu kering, kelembaban udara diukur dengan hygrometer. Sedangkan suhu dan kelembaban dapat diukur bersama-sama dengan sling psychometer atau arsmann psychometer yang menunjukan suhu basah sekaligus. Kecepatan udara yang besar dapat diukur dengan suatu anemometer, sedangkan kecepatan yang kecil dapat diukur dengan thermometer kata. Suhu radiasi diukur dengan thermometer bola. Efisiensi kerja sangat dipengaruhi oleh cuaca kerja. Suhu nikmat kerja sekitar 24 26 0C bagi orang-orang Indonesia, suhu dingin mempengaruhi efisiensi dengan keluhan kaku-kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas terutama berakibat menurunnya prestasi kerja pikir, penurunan sangat hebat sesudah 32 0C. Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motorik. Sedangkan kelembaban yang optimal (nyaman) adalah 65 % - 67 %. (Sumamur, 1996:246). 2) Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media lain. Kebisingan adalah suara yang tidak enak didengar oleh telinga, tidak disukai, mengganggu atau menjengkelkan, mengganggu konsentrasi pikiran,
xxxiii
memperlambat waktu reaksi bahkan menurunkan daya rekasi/ketrampilam dan lain-lain. (Sastrowinoto, 1989:90). Ada dua hal yang menentukan kualitas kebisingan yaitu frekuensi dan intesitas, frekuensi dinyatakan dalam hearts (Hz) dan intensitas dinyatakan dalam desibel (dB). Telinga manusia mampu mendengan frekuensi antara 16 20.000 Hz. Pengaruh utama kebisingan pada kesehatan adalah kerusakan jaringan pendengaran yang megakibatkan ketulian progresif. Disamping itu efek kebisingan biasanya merugikan daya kerja dan gangguan komunikasi antar tenaga kerja baik secara lisan maupun psikis. Kebisingan mengganggu perhatian yang terus-menerus dicurahkan sehingga mengakibatkan kesalahan, kelelahan dan kerugian-kerugian. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/Men/1999, NAB untuk kebisingan adalah 85 dB (A). 3) Penerangan Pada umumnya pekerjaan memerlukan upaya penglihatan. Untuk melihat, manusia membutuhkan penerngan. Hanya pekerjaan tertentu mungkin tidak memerlukan pencahayaan. Oleh sebab itu salah satu masalah lingkungan tempat kerja yang harus diperhatikan adalah penerangan. (Depkes RI, 1994). Penerangan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan kerja yang nyaman dan aman, disamping itu, penerangan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan meningkatkan produktivitas. Keadaan terang merupakan persyarat yang mendukung terhadap kondisi penglihatan manusia. xxxiv
Dalam kegelapan total tidak dapat melihat apa-apa, sebaliknya dalam keadaan yang sangat terang justru membuat mata tidak tahan terhadap kesilauan. Suatu daerah optimum diantara daerah terang minimum dan terang maksimum diperlukan untuk bisa melihat secara sehat dan nikmat (Budiyono, 2003:Majalah Hiperkes Volume IV). Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seorang tenaga kerja melihat pekerjaannya dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan. Akibat dari penerangan yang buruk adalah : (a) Kelelahan mata dengan berkurangnya daya efisiensi kerja, (b) Kelelahan mental, (c) Keluhan pegal didaerah mata dan sakit kepada sekitar mata, (d) Kerusakan alat penglihatan, (e) Meningkatnya kecelakaan. 4) Getaran Mekanik Getaran mekanik dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis, yang dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh. Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas (meter/detik) dan frekuensi getarnya (getaran/detik). Getaran mekanis pada umumnya sangat mengganggu tubuh karena
Sedangkan alat-alat yang satu berbeda frekuensi alaminya dengan alat yang lain. Gangguan terhadap suatu alat dalam tubuh terjadi apabila frekuensi alam ini beresonansi dengan frekuensi getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal (1) Mempercepat datangnya kelelahan, (2) Dapat menyebabkan timbulnya, dan (3) Beberapa penyakit diantaranya karena gangguan terhadap mata, syaraf, peredaran darah, otot-otot, tulang-tulang dan lain-lain (Santoso, 1997:177). 5) Ventilasi Suatu proses produksi didalam suatu industri umumnya tidak pernah berjalan sempurna, namun selalu diikuti oleh efek samping yang berupa pencemaran lingkungan tempat kerja seperti : debu, gas, serta panas yang timbul akibat proses produksi. Ventilasi adalah tempat pertukaran udara bersih dan udara kotor. Tujuan pertukaran udara umumnya untuk membantu tenaga kerja agar tetap merasa segar atau untuk menurunkan suatu kontaminan di udara tempat kerja yang dapat terhirup dan mungkin akan mengganggu kesehatan para tenaga kerja. Pertukaran udara merupakan alat pengenali yang sangat efektif untuk melindungi faal tubuh tenaga kerja dan terkena panas yang sebagian tersebar dipancarkan dengan cara konveksi melalui udara, serta melindungi terhadap gangguan kesehatan dari udara kontaminan yang kebanyakan masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan diabsorsi di dalam paru-paru. Usaha-usaha pencegahan dengan tujuan mengamankan lingkungan kerja dapat dilakukan dengan penerapan teknologi diperkes dan keselamatan dengan memasang sistem ventilasi industri langsung pada sumbernya. (Sugeng Budiono, 2003:76). xxxvi
2.2.2.3.2 Faktor Kimia Faktor kimia ini dapat beracun atau tidak tergantung dari : 1) Sifat fisik bahan kimia, meliputi ; gas, uap , asap, debu, kabut, dan awan. 2) Sifat kimiawi bahan tersebut, yang menyangkut jenis persenyawaan, besar molekul, konsentrasi, derajat larut dan jenis pelarut. Jalan masuk bahan tersebut ke dalam tubuh manusia yaitu melalui : (1) Pernafasan, untuk bahan kimia di udara, (2) Pencernaan, untuk bahan kimia yang melekat di tenggorokan dan ditelan atau bahan-bahan cair dan padat, (3) Kulit, untuk bahan cair atau bahan-bahan di udara yang mengendap dipermukaan kulit.
2.2.2.3.3 Faktor Biologis Faktor biologis pengakit akibat kerja yaitu : virus, bakteri, protozoa, jamur, cacing, dan kemungkinan pula hewan atau tumbuhan besar. Banyaknya pekerjaan yang dikarenakan sifat pekerjaannya lebih memudahkan tenaga kerja mendapat sakit infeksi sehingga menurunkan produktivitas kerja. 2.2.2.3.4 Faktor Psikologis Manusia bekerja bukan seperti mesin, karena manusia mempunyai perasaan, pikiran dan kehidupan sosial. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap keadaan pekerjaan dalam pekerjaannya sehingga faktor psikologis yang baik harus diciptakan dan dibina. Hal ini perlu suatu dorongan jiwa yang berupa motivasi, hadiah-hadiah, jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, serta upah untuk peningkatan produktivitas kerja.
xxxvii
Manusia - umur - jenis kelamin - masa kerja - kondisi kesehatan - status gizi
Produktivitas kerja
Gambar 2. Kerangka Teori Keterangan: Untuk faktor ligkungan tidak diukur karena dalam ruangan dan ukuran yang sama 2.3 Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Sukidjo Notoatmodjo, 1997:69). Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut : Variabel Bebas Sikap Kerja Duduk Variabel Terikat Produktivitas
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pernyataan yang dikemukakan dalam perumusan masalah (Sugiono, 2003:86). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit Panca Daya Sakti Semarang.
xxxix
3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:79). Populasi dalam penelitian ini adalah semua penjahit yang bekerja pada industri konveksi rumah tangga di Panca daya Sakti Semarang berjumlah 45 orang.
3.2 Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi disebut sampel penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:79). Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan purposive sampling yang menggunakan kriteria sebagai berikut : 1) 2) Responden yang telah bekerja pada usia antara 15-30 tahun. Responden pada penelitian ini jenis kelaminnya wanita dan bekerja di konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang. 3) Responden yang diambil adalah karyawan yang mempunyai masa kerja 1-5 tahun. 4) 5) Responden yang memiliki kondisi kesehatan yang sehat. Responden yang memiliki status gizi normal.
xl
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah sampel dalam penelitian ini sebanya 30 orang. 3.3 Variabel Penelitian 27
Variabel merupakan obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian dalam penelitian. Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki anggotaanggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:70). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah: 3.3.1 Variabel Bebas (X) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:70). Variabel bebas pada penelitian ini adalah sikap kerja duduk dengan kategori baik dan tidak baik. Skala : ordinal 3.3.2 Variabel terikat (Y) Variabel terikat adalah variabel yang terpengaruh (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:70). Variabel terikat pada penelitian ini adalah produktivitas kerja dengan kategori rendah dan tinggi. Skala : ordinal
3.4 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah merupakan penelitian penjelasan (explanatorial). Metode yang digunakan adalah survei analitik dengan melihat hubungan variabel xli
bebas terhadap variabel terikat pada saat bersamaan (cross sectional) dengan kerangka konsep sebagai berikut :
Sampel
3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 3.5.1 Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena sosial dan gejala-gejala fisik dengan jalan mengamati dan mencatat
(Soekidjo Notoatmodjo, 2002:93). Pada penelitian ini peneliti melihat dan mengamati keadaan lingkungan di Konveksi Panca Daya Sakti Semarang. 3.5.2 Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab baik secara langsung maupun tidak langsung (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:102). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, melibatkan berbagai pihak dengan tujuan untuk mengetahui sikap duduk para pekerja di Konveksi Panca Daya Sakti Semarang. xlii
3.5.3
Pengukuran adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan cara mengukur dan menggunakan bahan atau alat kemudian mencatat hasilnya (Suharsimi Arikunto, 2002:133). Pengukuran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengukuran
produktivitas kerja responden dengan mencatat hasil baju/celana yang dihasilkan setiap hari selama 3 hari pengamatan.
3.6 Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Memilih masalah yang akan diteliti 2) Merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah, kemudian berdasarkan masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk menghimpun informasi dan teori sebagai dasar menyusun kerangka konsep penelitian. 3) Membuat asumsi atau tanggapan yang menjadi dasar perumusan hipotesis penelitian. 4) Merumuskan hipotesis penelitian. 5) Menentukan populasi dan sampel. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua penjahit yang bekerja pada industri konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang berjumlah 45 orang sebagai populasi adapun cara pemilihan sampelnya dengan menggunakan teknik purposif sampling didapatkan dengan wawancara dan kuesioner sehingga didapatkan jumlah sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 30 orang.
xliii
6) Menentukan teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dan observasi. 7) Melakukan uji coba kuesioner dengan tujuan untuk menghindari pertanyaan yang sulit dimengerti atau kekurangan dari materi kuesioner itu sendiri.
3.7 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti cepat, lengkap, sistematis (Suharsimi Arikunto, 2002:136). Instrumen yang dipakai peneliti adalah : 3.7.1 Lembar Observasi Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencatat produk yang dihasilkan responden setiap hari selama tiga hari berturut-turut. Dengan penilaian sebagai berikut : 1. Interval skor 14,33-17,17 dengan kriteria rendah 2. interval skor 17,18-20,00 dengan kriteria tinggi 3.7.2 Kuesioner Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto, 2002:128). Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk pengumpulan data tentang sikap duduk responden. Jenis kuesioner yang digunakan yaitu tertutup yang dibuat berdasarkan indikator variabel. xliv
Pemberian skor pada pemilihan jawaban menggunakan ketentuan sebagai berikut: 1) Pilihan jawaban ya diberi skor 1 dengan penilaian 9-16 2) Pilihan jawaban tidak diberi skor dengan penilaian 0-8
3.8 Validitas dan Reliabilitas Instrumen 3.8.1 Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen ( Suharsimi Arikunto. 2002: 160). Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang iinginkan dan sebuah instrumen dikatakan tidak valid apabila tidak dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengukur validitas digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut : rxy =
Nxy (x) (y) ( NX 2 (x)2 ) ( Ny 2 (y)2 )
Keterangan : rxy x y : koefisien korelasi item : skor item nomor tertentu : skor total
xlv
Apabila rxy > rtabel, maka butir angket dinyatakan valid dan apabila rxy < rtabel, maka butir angket dinyatakan tidak valid. Berdasarkan hasil uji coba angket kepada 15 responden diperoleh hasil bahwa seluruh butir angket valid karena memiliki harga rxy > rtabel = 0,514 untuk =5% dengan n = 15. Dengan demikian seluruh butir angket tersebut dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.
3.8.2 Reliabilitas Reliabilitas menunjukan pada instrumen bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya (Suharsimi Arikunto. 2002: 147). Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0.
k r11 = (k 1)
Keterangan : r11 K
2 b 1 2 t
Jika r11 > rtabel instrumen dikatakan reliabel dan jika r11hitung < r11tabel instrumen dikatakan tidak reliabel (Suharsimi Arikunto, 2002:193). xlvi
Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,9046. Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 15 diperoleh harga rtabel = 0,514. Karena koefisien reliabilitas lebih besar dari nilai rtabel, dapat dinyatakan bahwa angket tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.
3.9 Pengolahan Data Dalam penelitian ini pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Editing : Untuk memeriksa kelengkapan daya yang didapat melalui
koesioner dan wawancara. 2) Coding : Memberikan kode pada mempermudah pengelolaan data. 3) Entri data : Proses pemindahan data ke dalam media komputer agar didapat data masukan yang siap diolah 4) Tabulasi : Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan deskriptif. masing-masing jawaban untuk
3.10 Analisis Data Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan langkah sebagai berikut : 1) Analisis Univariat
xlvii
Yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil setiap penelitian. Dalam analisis ini hanya perhitungan mean, median, modus, standar deviasi dan distribusi dan persentase dari tiap variabel. 2) Analisis Bivariat Analisis bivariat ini digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas dan variabel terikat dengan skala ordinal dan ordinal yaitu uji chi square. Perhitungan rumus chi square dalam penelitian ini dilakukan dengan program komputer. Kriteria hubungan berdasarkan nilai p value (probabilitas) yang dihasilkan dibandingkan dengan nilai kemaknaan yang dipilih, dengan kriteria sebagai berikut : a) Jika p value > 0,05, maka Ho diterima b) Jika p value < 0,05, maka Ho tidak diterima. Singgih Santoso (2003:236) Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas dengan terikat dapat diketahui dari koefisien kontingensi. Kriteria keeratan hubungan dengan menggunakan koefisien kontingensi yaitu sebagai berikut : a) 0,00 0,19 = hubungan sangat lemah b) 0,20 0,39 = hubungan lemah c) 0,40 0,59 = hubungan cukup kuat d) 0,60 0,79 = hubungan kuat e) 0,80 1,00 = hubungan sangat kuat (Sugiono, 2002:216) xlviii
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden 4.1.1.1 Umur responden Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa kisaran umur penjahit konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang yang menjadi responden dalam penelitian ini berkiran antara umur 15 sampai 30 tahun. Lebih jelas distribusi umur responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Distribusi Umur Responden No 1 2 3 Rentang Umur 15 20 Tahun 21 25 Tahun 26 30 Tahun Jumlah 23 5 2 Persentase 76,67 % 16,67 % 6,66 %
Sumber : Data Penelitian 2005 Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini yaitu 76,67% memiliki tingkatan umur antara 15 sampai dengan 20 tahun, selebihnya yaitu 16,67% responden memiliki tingkatan umur antara 21 sampai dengan 25 tahun, dan 6,66% responden memiliki tingkatan umur antara 26 sampai dengan 30 tahun. Mengacu dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa yang menjadi reponden dalam penelitian ini merupakan karyawan yang berada pada usia produktif. xlix
36
Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa trek masa kerja dari 30 sampel terbanyak adalah 1 tahun. Lebih jelas distribusi masa kerja responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Distribusi Masa Kerja Responden No 1 2 3 4 5 Masa Kerja 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun Jumlah 10 3 8 5 4 Persentase 33,3 % 10,0% 26,7% 16,7% 13,3%
Sumber : Data Penelitian 2005 Berdasarkan tabel 4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini yaitu 26,7% memiliki masa kerja antara 3 tahun, selebihnya yaitu 16% responden memiliki masa kerja 4 tahun, 13,3% responden memiliki masa kerja 5 tahun, 10% responden memiliki masa kerja 2 tahun, dan 33,3% responden yang memiliki masa kerja 1 tahun. Mengacu dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa yang menjadi reponden dalam penelitian ini merupakan karyawan yang telah memiliki masa kerja cukup lama. 4.1.2 Penilaian Sikap Kerja Duduk Responden Berdasarkan data pengkuran sikap kerja duduk responden menggunakan kuesioner dengan jumlah item pertanyaan 10. Hasil penelitian pada lampiran menunjukkan bahwa rata-rata skor sikap kerja duduk adalah 7,70 dengan persentase 48,13% dan termasuk kategori tidak baik karena berada pada rentang l
persentase 0,00%-50,00%. Ditinjau sikap kerja duduk masing-masing tenaga kerja berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase pada lampiran diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Pengukuran Sikap Duduk Rentang Skor 08 9 16 Jumlah Sumber : Data Penelitian 2005 Berdasarkan tabel 5 di atas terlihat bahwa sebagain besar responden yaitu 63,33% memiliki sikap kerja duduk yang tidak baik dan selebihnya yaitu 36,67% responden memiliki sikap kerja duduk yang baik. Secara grafis hasil tersebut di atas dapat diperlihatkan pada bagan berikut ini : Kategori Tidak baik Baik Jumlah 19 11 30 Persentase 63,33 36,67 100
Gambar 5. Bagan Distribusi Frekuensi Sikap Kerja Duduk Tenaga Kerja Konveksi Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang
li
4.1.3
Pengukuran Produktivitas Kerja Responden Produktivitas kerja responden dihitung dengan menjumlahkan barang
(baju/celana) yang dihasilkan oleh responden tiap hari selama 3 hari, kemudian diambil interval dengan menggunakan kategori sebagai berikut: Tabel 6. Deskripsi Data Produktivitas Kerja Rentang Nilai 14,33 17,17 17,18 20,00 Jumlah Sumber : Data Penelitian 2005 Berdasarkan tabel 6 tersebut di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 18 orang atau 60% memiliki produktivitas kerja rendah, selebihnya yaitu 12 orang atau 40% memiliki produktivitas kerja tinggi. Secara grafis distribusi frekuensi produktivitas kerja responden tersebut di atas dapat diperlihatkan pada bagan berikut ini : Kategori Rendah Tinggi Jumlah 18 12 30 Persentase 60,00 40,00 100
lii
Gambar 6. Bagan Distribusi Frekuensi Produktivitas Tenaga Kerja Konveksi Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang 1.4.7 Analisis Bivariat Analisis bivariat untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja tenaga kerja konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang adalah uji chi square. Hasil tabulasi silang sikap kerja duduk dengan produktivitas kerja menunjukkan bahwa rendahnya produktivitas kerja responden dikarenakan sikap kerja duduknya yang tidak baik sedangkan responden yang sikap kerja duduknya baik tidak ada satupun yang memiliki produktivitas rendah. Lebih jelasnya hubungan antara sikap kerja duduk dengan produktivitas kerja tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
liii
Tabel 7. Crosstabs Data Sikap Kerja Duduk dengan Produktivitas Kerja Tenaga Kerja Konveksi Rumah Tangga Panca Daya Sakti Semarang Sikap Kerja Duduk Baik Tidak Baik Jumlah Produktivitas Kerja Tinggi 9 (30,0%) 3 (10,0%) 12 (40,0%) Rendah 2 (6,7%) 16 (53,3%) 18 (60,0%) 11 (36,7%) 19 (63,3%) 30 (100,%) Jumlah
Sumber : Data Penelitian 2005 Berdasarkan tabel 7 tersebut di atas menunjukkan bahwa dari 36,7% tenaga kerja pada konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang yang sikap kerjanya baik, 30,0% diantaranya produktivitasnya tinggi dan 6,7% diantaranya produktivitasnya rendah. Dari 63,3% tenaga kerja yang memiliki sikap kerja duduk tidak baik, 53,3% diantaranya produktivitasnya rendah dan 10,0% diantaranya produktivitasnya tinggi. Dengan demikian menunjukkan bahwa baik tidaknya sikap kerja duduk menentukan tinggi rendahnya produktivitas kerja responden. Secara statistik adanya hubungan antara sikap kerja duduk dengan produktivitas kerja tersebut dibuktikan dari hasil uji chi square yang terangkum pada tabel berikut : Tabel 8. Analisis Chi Square Sikap Kerja Duduk dengan produktivitas Kerja Variabel Sikap kerja duduk Produktivitas kerja Sumber : Data Penelitian 2005 Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh pula koefisien kontingensi antara sikap kerja dengan produktivitas kerja sebesar 0,545 dan harga odds ratio (OR) liv Pvalue 12,656 Kriteria Signifikan
sebesar 24,00. Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa keeratan hubungan antara sikap kerja duduk dengan produktivitas kerja tenaga kerja pada konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang adalah 0,516 dan termasuk kategori cukup kuat.
4.2
Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Responden Pemilihan responden berdasarkan tingkat pendidikan yang sama dimaksudkan untuk memperoleh karakteristik yang sama. Hal ini, sesuai dengan pendapat Gilmer (1971) yang menyatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan makin mudah seseorang berfikir secara luas, makin tinggi daya inisiatif dan makin mudah pula untuk menemukan cara yang efisien untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Responden diambil dan usia produktif yaitu 15 30 tahun. Adapun rentang usia responden adalah yang pertama 15-20 ini yang terbanyak, karena pada usia itu responden masih mempunyai tenaga yang di butuhkan,sedangkan pada usia 21-25 usia responden semakin berkurang karena di konveksi yang di butuhkan usia muda untuk usia 26-30 di konveksi masih ada hanya beberapa orang saja. Pembatasan umur responden ini dilakukan karena pada kisaran usia tersebut mempunyai kemampuan kerja yang hampir sama karena masih tergolong usia produktif.(Sugeng Budiono, 2003:245)
lv
Responden diambil dari tenaga kerja yang mempunyai masa kerja minimal 1 tahun, diharapkan tenaga kerja tersebut mempunyai pengalaman dan tingkat ketrampilan yang relatif sama.
4.2.2 Hubungan Sikap Kerja Duduk Terhadap Produktivitas Kerja Bagian penjahitan merupakan bagian seorang tenaga kerja/penjahit bekerja dengan posisi duduk. Hal ini sesuai dengan Sumamur (1997) yang menyatakan pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk. Keuntungan bekerja sambil duduk adalah (1) Kurangnya kelelahan pada kaki, (2) Terhindarnya sikapyang tidak alamiah, (3) Berkurangnya pemakaian energi, dan (4) Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah Bagian penjahitan merupakan bagian dimana posisi tenaga kerja secara normal adalah duduk. Hal ini lebih baik, karena menurut Sumamur (1996) posisi kerja yang baik adalah bergantian antara posisi duduk dan posisi berdiri, akan tetapi antara posisi duduk dan berdiri lebih baik dalam posisi duduk. Hal itu dikarenakan sebagian berat tubuh di sangga oleh tempat duduk disamping itu konsumsi energi dan kecepatan sirkulasi lebih tinggi dibandingkan tiduran, tetapi lebih rendah dari pada berdiri. Posisi duduk juga dapat mengontrol kekuatan kaki dalam pekerjaan, akan tetapi harus memberi ruang yang cukup untuk kaki karena bila ruang yang tersedia sangat sempit maka sangatlah tidak nyaman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap kerja duduk tenaga kerja pada konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang belum seluruhnya baik. lvi
Dari 30 responden yang menjadi sampel dalam penelitian yang sikap kerjanya baik hanya 36,67%, sedangkan selebihnya yaitu 63,33% masuk kategori tidak baik. Dengan adanya sikap kerja dari sebagian besar tenaga kerja yang tidak baik tersebut tentunya akan berakibat buruk bagi tenaga kerja itu sendiri maupun bagi perusahaan. Bagi tenaga kerja, dengan adanya sikap kerja yang kurang baik dapat mengganggu kesehatannya akibat pembebanan statis secara terus-menerus pada bagian tubuhnya. Sedangkan bagi perusahaan hal ini dapat menyebabkan menurunnya produktivitas perusahaan.(Singgih Santoso, 2003:210) Uji statistik dengan rumus chi square memperoleh probabilitas sebesar 0,000, hal ini berarti harga probabilitas tersebut lebih kecil daripada batas kesalahan yang ditetapkan yaitu 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara sikap kerja duduk terhaap produktivitas kerja pada penjahit konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang. Pada sikap keja duduk yang baik untuk tenaga kerja bagian penjahitan adalah tinggi kursi diusahakan lebih rendah dari panjang tungkai bawah sehingga dapat menambah penekanan pada kaki saat bekerja. Pengarahan tenaga diperlukan untuk menggerakkan mesin jahit. Sedangkan pada sikap kerja duduk yang tidak baik pada tenaga kerja bagian dapat terlihat dari penggunaan kursi yang lebih tinggi dari panjang tungkai bawah sehingga kaki dalam keadaan menggantung. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pengerahan tenaga yang lebih besar dan akan mempercepat kelelahan dan berdampak pada menurunnya produktivitas kerja.(Eko Nurmianto, 2003:143)
lvii
Pekerjaan menjahit adalah pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dalam bekerja sehingga diperlukan meja kerja dengan tinggi 5-10 cm lebih tinggi dari siku. Dengan tinggi tersebut memungkinkan tubuh sedikit membungkuk dan memberikan jarak lihat yang optimal. Dataran kerja/meja kerja dan tempat duduk yang tidak memenuhi syarat kesehatan menyebabkan sikap duduk dari tenaga kerja tidak ergonomis. Apabila hal ini dilakukan secara terus menerus dengan sendirinya daya kerja akan menurun. Hal tersebut disebabkan sikap duduk yang salah, sehingga dapat menimbulkan kelelahan serta mengalami/merasakan adanya keluhan-keluhan pada bagian tubuh tertentu seperti pegal pada bahu, punggung, pinggang, leher, tangan dan kaki serta pada pantat, yang akhirnya akan mempengaruhi produktivitas.(Retno Astuti, 2000:158) Pada pekerjaan yang dilakukan dengan duduk seperti menjahit, sikap duduk yang paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan tulang belakang adalah sikap duduk sedikit lordosa pada pinggang, dengan sikap duduk tegak untuk menghindari punggung bungkuk dan otot perut lemas (Sumamur, 1997).
4.3 Keterbatasan Penelitian Dalam pengambilan data sering terjadi beberapa kekurangan maupun kesalahan yang tidak disengaja terhadap pengambilan sampel maupun instrumen yang di gunakan.Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
lviii
4.3.1
Adanya kesibukan dan aktivitas responden yang tinggi,sehingga dalam melakukan wawancara dan pengukuran harus sesuai dengan kesibukan responden.
4.3.2
lix
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja tenaga kerja pada konveksi rumah tangga Panca Daya Sakti Semarang dengan derajat hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja termasuk kategori cukup kuat.
5.2 Saran Beberapa saran yang dapat peneliti ajukan berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Dengan adanya hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas, maka bagi para tenaga kerja hendaknya membiasakan sikap duduk yang baik agar terjadinya keluhan-keluhan pada bagian tubuh tertentu seperti pegal pada bahu, punggung, pinggang, leher, tangan dan kaki serta pada pantat, yang akhirnya akan menyebabkan menurunnya produktivitas kerja dapat dihindari. 2) Untuk penelitian lebih lanjut perlu dilakukan kajian pada variabel-variabel lain yang berhubungan dengan produktivitas kerja agar diperoleh informasi yang lebih lengkap tentang faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya produktivitas kerja dengan sikap kerja duduk.
lx 46
lxi