Penentuan Kadar Natrium Benzoat
Penentuan Kadar Natrium Benzoat
Penentuan Kadar Natrium Benzoat
: 26 April 2013
A. Tujuan Percobaan - Menentukan kadara Natrium benzoat, Vitamin C dan Kafein dalam sampel minuman menggunakan HPLC. B. Dasar Teori Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen - komponen campuran yang berdasarkan distribsi diferensial dari komponen - komponen sampel diantara dua fasa, yaitu fasa bergerak dan fasa diamnya. Salah satu teknik kromatografi yang dimana fasa gerak dan fasa diamnya menggunakan zat cair adalah HPLC (High Performance Liquid Chromatogrpahy) atau dalam bahasa Indonesia disebut KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). Teknik HPLC merupakan satu metode kromatografi cair - cair, yang dapat digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas area standar. Pada prakteknya, metode perbandingan area standar dan sampel kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan suatu konsentrasi standar. Oleh karena itu, dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi. (Wiji, dkk. 2010 : 17) HPLC yang modern telah muncul akibat pertemuan dari kebutuhan, keinginan manusia untuk meminimalis pekerjaan, kemampuan teknologi, dan teori untuk memandu pengembangan pada jalur yang rasional. Jelas sebelum era perlatan yang modern bahwa LC (Liquid Chromatography) memiliki kekuatan pemisahan yang sangat ampuh, bahkan untuk komponen - komponen yang berhubungan sangat erat. LC harus ditingkatkan kecepatannya dan harus disesuaikan dengan sampel-sampel yang lebih kecil, waktu elusi yang hanya beberapa jam. (Underwood, Day. 2002:553) HPLC berbeda dar 5i kromatografi kolom cairan konvensional dalam hal penggunaan bahan pengisi kolom berupa partikel yang sangat kecil berukuran sampai 3 5 m (1 m = 10-6 m). sehingga mengharuskan digunakannya tekanan tinggi sampai 20.000 kpa (200 atm) untuk mengalirkan fasa gerak melalui kolom tersebut. Fasa diam yang digunakan pada HPLC harus memenuhi syarat berikut : 1. Berukuran pori - pori kecil dengan luas permukaan besar. 2. Ukuran partikel 3 - 10 m. 3. Ukuran pori 70 - 300 Ao. 4. Luas permukaan penampang 50 - 250 m2/g.
Umumnya, fasa diam yang digunakan dalam HPLC adalah Oktadesil silika (ODS) karena mampu memisahkan senyawa. Senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang maupun tinggi. Oksil atau rantai yang lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika aminopropil (nitril) lebih coock sebagai pengganti silika yang tidak dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan memberikan waktu retensi bervariasi disebabkan karena adanya kandungan air yang digunakan. Fasa gerak pada HPLC berupa zat cair, memiliki beberapa syarat, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kemurniannya tinggi Tidak bereaksi dengan fasa diam Tercampurkan dengan komponen sistem Pelarut yang cocok bagi cuplikan (sampel) Viscositas rendah Pelarut yang dipilih harus membasahi permukaan kemasan
Berikut adalah jenis - jenis HPLC. 1. Kromatografi padat - cair (adsorbsi) Teknik ini bergantung pada teradsorbsinya zat padat adsorber seperti silika gel atau alumina. Kolomnya dipadati atau di pak dengan partikel mikro dan makro partikuler (berkulit 37 44 m). Teknik ini bisasanya digunakan untuk zat padat yang mudah larut dalam pelarut organik dan tidak teroksidasi. Biasanya digunakan untuk memisahkan isomer - isomer. Berdasarkan kepolaranya, HPLC ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu : a) Fasa Normal HPLC HPLC jenis ini secara esensial sama dengan kromatografi kolom. Meskipun biasa disebut normal, ini bukan bentuk biasa dari HPLC. Kolom ini diisi dengan partikel silika yang sangat kecil dan pelarut dan pelarut nonpolar seperti heksan. Sebuah kolom sederhana memiliki diameter internal 4,6 m (dan kemungkinan kurang dari ini) dengan panjang 120 nm - 250 nm. Senyawa - senyawa polar dalam campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada silika yang polar dibanding senyawa senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom. Apabila jalannya fasa diam lebih polar daripada fasa gerakannya maka sistem ini disebut HPLC fasa normal. b) Fasa Balik HPLC Pada HPLC jenis ini, kuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi menjadi non polar melalui pelekatan hidrokarbon dengan rantai panjang pada permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam kasus ini, akan terdapat interaksi yang kuat antara pelarut polar dan molekul polar dalam campuran yang melalui kolom. Interaksi yang terjadi tidak sekuat interaksi antara rantai - rantai hidrokarbon yang berdekatan pada silika (fasa diam) dan molekul - molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu molekul - molekul polar akan lebih cepat
2.
3.
4.
5.
bergerak melalui kolom. Sedangkan molekul - molekul non polar akan bergerak lambat karena interaksi dengan gugus hidrokarbon Kromatografi Partisi Teknik ini tergantung pada partisi aktif zat padat diantara dua pelart yang tidak dapat bercampur, salah satunya bertindak sebagai fasa diam dan yang lainnya sebagai fasa geraknya. Fasa diam (polar atau non polar) dilapisi pada pendukung inert dan dipak ke dalam sebuah kolom. Bentuk kromatografi ini disebut kromatografi cair - cair. Kromatografi penukar ion Teknik ini bergantung pada penukaran (absorbsi) ion - ion diantara fasa gerak dan tempat - tempat berion dari pengepak Kromatografi Ekslusi Teknik ini didasarkan pada kuran molekul dari zat padat. Pengepak adalah suatu gel dengan permukaan yang lubangnya sangat kecil dan inert. Molekul - molekul kecil dapat masuk dalam jaringan dan ditahan dalam fasa gerak. Teknik ini digunakan untuk analisis polimer - polimer dan bahan bahan biologi, terutama digunakan untuk molekul molekul kecil. Kromatografi Pasangan Ion (Kromatografi Ekstraksi) Kromatografi ini biasa digunakan untuk menangani senyawa yang sangat polar, senyawa yang terionisasi secara kompleks dan senyawa basa kuat. Berdasarkan jenis elusinya, HPLC dibagi menjadi 2 teknik yaitu : 1. Isokratik, komposisi eluen konstan dipompa melalui kolom selama analisis 2. Elusi gradien, komposisi eluen ters berubah selama analisis
Prinsip kerja HPLC adalah ketika suatu sampel yang akan diuji diinjeksikan kedalam kolom maka sampel tersebut akan terurai dan terpisah menjadi senyawa senyawa kimia (analit) sesuai dengan perbedaan afinitasnya. Hasil pemisahan tersebut kemudian akan dideteksi oleh detektor, hasil yang muncul dari detektor tersebut selanjutnya dicatat oleh recorder yang biasanya dapat ditampilkan menggunakan integrator atau mengggunakan PC yang terhubung on-line dengan alat HPLC tersebut. (Mulyadi dan Andri. 2008 : 2) Instrumentasi HPLCsendiri dari tandon (reservoir), cairan fasa gerak, pompa, injektor, kolom, detektor dan recorder. 1. Tandon (Reservoir) Reserboir terbuat dari gelas atau stainless steel, jumlahnya bisa satu, dua atau lebih. Reservoir yang baik disertai dengan degassing system yang berfungsi untuk mengusir gas - gas yang terlarut dalam solvent. Gas terlarut tersebut antara lain oksigen. Degassing dilakukan dengan mengalirkan gas inert dengan kelarutan yang sangat kecil, misalnya Helium. Sistem yang lebih lengkap disertai dengan penyaring debu. Debu dan partikel yang terbawa dapat menyumbat kolom.
2. Pompa Fungsi pompa adalah untuk memompa fasa gerak (Solvent) kedalam kolom dengan aliran gas konstan dan reproducible. Pompa harus memenuhi persyaratan berikut : a. Dapat memberi tekanan sampai 600 psi (360 atm) b. Dapat mengalirkan fasa gerak dengan kecepatan 0,1 sampai 10ml/menit c. Dapat mengalirkan fasa gerak dengan reproducibilitas yang tinggi d. Tahan terhadap korosi Ada beberapa jenis pompa, antara lain : a. Pompa Reciprocating Terdiri dari ruangan kecil tempat pelarut dipompa dengan piston yang bergerak maju mundur. Tekanan yang dihasilkan dapat mencapai 10.000 psi. b. Pompa Displacement Terdiri dari semacam alat suntik (syring) yang besar dengan kapasitas biasanya 250 ml. Solvent dialirkan dengan menggerakan piston. c. Pompa Pneumatic Teridir dari kontainer yang berisi solvent yang dapat ditekan suatu gas. Tekanan yang dihasilkan kurang dari 2000 psi. sistem pemompaan ini dapat diatur secara manual atau dengan menggunakan kontrol sistem komputer. 3. Katup Injector Bagian ini merupakan tempat dimana sampel diinjeksikan (disuntikan) untuk selanjutnya dibawa oleh fasa gerak kedalam kolom. Injektor terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan sampel loop internal atau eksternal. Ada tiga sistem injeksi, yaitu : a. Injeksi Syringe Injeksi menggunakan syringe yang dapat memompakan sampel dengan tekanan sampai 1500 psi. b. Injeksi Stopflow Termasuk jenis injeksi syringe, hanya injeksinya dengan cara memasukkan sampel ke dalam ruang injeksi (atau disebut mixing chamber), sementara itu aliran fasa gerak ditentukan. Setelah sampel masuk, lalu fasa gerak dialirkan kembali dan sampel akan terbang. c. Auto Sampler (Auto Injector) Terdiri dari satu sistem yang dikendalikan oleh control sistem. Sampel ditaruh dalam wadah seperti tabung kecil tertutup. Tutup dapat ditembus oleh jarum pengisap. Sampel disedot secara otomatis dengan sistem pompa yang selanjtnya dimasukan ke dalam aliran fasa gerak. Pada ato sampler ini dapat dipasang 100 sampel sekaligus. Dengan sistem HPLC akan bekerja sendiri, melakukan analisi,
termasuk mencucui sendiri sistem injeksinya setelah melakukan injkeksi. 4. Kolom (Column) Dalam HPLC dikenal kolom analitik dan kolom pengaman. Kolom analitik (utama) tempat terjadinya pemisahan kolom dalam HPLC biasanya terbuat dari stainless steel. Kolom utama berisi fasa diam, tempat terjadinya pemisahan campuran menjadi komponen komponenya ada dua jenis kolom yaitu : a. Kolom Utama Kolom utama dilengkapi dengan partikel berukuran 3 - 10 m. Kolom utama diletakan setelah sistem pemasukan cuplikan. Kolom tama yang digunakan untuk analisis preparatif. b. Kolom Pengaman (Guard Column) Disebut juga pra kolom, karena diletakkan sebelum sistem pemasukan cuplikan. Kolom ini berukuran pendek, 5 cm dengan diameter 4,6 mm dan biasanya dibngkus dengan partikel silika berukuran lebih besar dari ukuran partikel kolom utama. Fungsi kolom pengaman yaitu untuk menyaring kotoran yang terbawa dalam fasa diam atau untuk menjenuhkan fasa diam untuk menghindari terjadinya erosi dasa diam oleh aliran pelarut. 5. Detektor Komponen yang telah dipisahkan didalam kolom ini secara berturut-turut akan melewati suat detektor dan akan dibaca kadarnya. Detektor yang digunakan harus sesuai dengan zat yang dianalisis. Berikut adalah beberapa macam detektor. a. Detektor UV Prinsip kera detektor ini adalah Spektrofotometri Absorbsi. Sampel yang dianalisis harus menyerap sinar UV. Panjang gelombang sinar UV yang biasa digunakan adalah 254 nm. Intensitas sinar keluar akan lebih kecil daripada sinar masuk. Karena ada yang di absorbsi oleh sampel. Besarnya absorbsi yang dinyatakan dengan ukuran absorbsi sebanding dengan kadar zat yang dianalisis. b. Detektor Fluoresensi Prinsip kerja detektor ini adalah Spektrofotometri. Sampel dikenai sinar UV yang sesuai maka zat ini akan berfluoresensi. Sinar yang dipancarkannya ditangkap oleh phototube. Intensitas sinar fluoresensi ini akan sebanding dengan kadar sampel yang diamati. Detektor ini lebih sensitif daripada detektor UV. c. Detektor Indeks Refraksi (Refraksi Index Detector : RID) Detektor ini bekerja atas dasar perbedaan indeks refraksi sampel dengan solvent. Semua larutan suatu zat mempunyai indeks bias yang spesifik, oleh karena itu detektor ini dapat digunakan untuk hampir semua zat
Tabel Detektor yang sering digunakan pada HPLC Detektor Absorbansi Uv-vis Fotometer filter Spektorfotometer Spektrometerphotodiode array Fluoresensi Sensitifitas (g/ml) 5 x 10 5 x 10-10 > 2 x 10-10 10-12 5 x 10-7
-10
Karakteristik Sensitivitas bagus, paling sering digunakan, selektif terhadap gugus gugus dan struktur - struktur yang tidak jenuh. Sensitifitas sangat bagus, selektif, tidak peka terhadap perubahan suhu kecepatan alir fasa gerak. Hampir bersifat universal akan tetapi sensitivitasnya sedang. Sangat sensitif terhadap suhu, dan tidak dapat digunakan pada elusi bergradien. Peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fasa gerak, tidak dapat digunakan pada elusi bergradien. Hanya mendeteksi solut - solut ionik. Sensitifitas sangat bagus, selektif tetapi timbulmasalah dengan adanya kontaminasi elektroda.
Indeks bias
10-8 10-12
104 105
6. Recorder Hasil pembacaan detektor kemudian diolah oleh suatu processor, kemudian dikirim ke recorder. Recorder akan membuat suatu tampilan. Dalam kromatografi, tampilan ini disebut kromatogram. Untuk HPLC dilengkapi seperangkat software yang dapat menghitung luas kromatogram dan bahkan sekaligus kadarnya. Minuman Energi adalah jenis minuman yang ditujukan untuk menambah energi seseorang yang meminumnya. Bagi beberapa kalangan, minuman energi diminum dengan tujuan untuk menghilangkan kantuk. Kandungan utama didalam minuman energi adalah air, gula (atau penggantinya) dan kafein. Sedangkan kandungan lainnya diantaranya adalah : Taurine Gingseng Gingkobiloba Vitamin Teh hijau Zat pewarna Zat perasa dll
} Zat Aditif
(Wikipedia : 19 April)
Terdapat beberapa zat aditif yang digunakan oleh produsen makanan dan minuman diantaranya adalah Natrium Benzoat. Natrium benzoat adalah salah satu jenis
bahan pengawet organik pada makanan, dimana natrium benzoat merupakan garam atau ester dari asam benzoat (C6H5COOH). Natrium benzoat dikenal juga dengan nama sodium benzoat atau soda benzoat, yaitu lemak tidak jenuh ganda yang telah disetujui penggunaanya oleh FDA untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme. Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut vitamin C, selain asam dehidroaskorbat. Vitamin C adalah adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menyangkal berbagai penyakit. Asam askorat merupakan antioksidan menakjubkan yang melindungi sel dari stres ekstraseluler. Asam askorbat ini sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya dan logam. Kafein ialah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafein merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan dapat mengusir rasa kantuk secara sementara. Sumber utama kafein dunia adalah biji kopi. (Wikipedia. 19 April 13) C. Alat dan Bahan Alat : 1. Perangkat HPLC 2. Spatula 3. Lab ukur 50 ml 4. Lab ukur 10 ml 5. Neraca analitik 6. Corong pendek 7. Pipet tetes 8. Gelas kimia 20 ml 9. Gelas ukur 500 ml 10. Ultrasonic vibrator 11. Pipet seukuran (1, 2, 3, 4 & 5 ml) 12. Kertas saring whattman 13. Membran PTFG & Selulosanitrat Bahan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Natrium benzoat p.a Vitamin C standar Kafein Metanol for HPLC Sampel minuman KH2PO4 Aquabides Asetonitril : 10 mg : 2 mg : 5 mg : secukupnya : 2 ml : 0,6825 g : secukupnya : 40 ml
: 1 set : 1 buah : 1 buah : 6 buah : 1 set : 2 buah : 2 buah : 1 buah : 1 buah : 1 set : 5 buah : secukupnya : secukupnya
D. Data Spesifikasi Bahan Bahan Natrium Benzoat Sifat Fisika Sifat Kimia - Wujud : Serbuk / Kristalin putih - RM : NaC6H5LO2 - Berasa payau - : 144,11 g/mol - T : 300o C (572o F) - Larut dalam air & etanol - Tidak berbau - Kelarutan : 62,9 g/100 ml (air) 1,33 g/100ml etanol Asam Askorbat - Wujud : Padatan putih - kuning - RM : C6H8O8 - Kelarutan : - : 176,12 g/mol 33 g/100ml (air) - pka : 4,10 & 11,6 1,33 g/100ml (air) Terdekomposisi pada T tinggi Kafein - Wujud : Bubuk putih - RM : C8H10N9O2 - Tidak berbau - : 194,19 g/mol - T : - pka : - 0,13 1,22 o 227 228 C (anhidrat) 234 235o C (monohidrat) - Td : 178o C - Kelarutan : 22 mg/ml (25o C) (air) 180 mg/ml (80o C) Kalium Dihidrogen - Wujud : Bubuk putih - RM : KH2PO4 o Posfor - T : 252,6 C - : 136,086 g/mol - Td : 252,6o C - pka : 7,2 - Tidak berbau - pkb : 11,9 - Kelarutan : - indeks bias : 1,4864 22 g/100ml (25o C dalam air) Asam Posfat - Wujud : Cairan kental (> 42o C) - RM : H3PO4 o - T : 42,35 C (anhidrat) - : 97,995 g/mol - Td : 158o C (terurai) - pka : 2,148 ; 7,198 ; - Kelarutan : 5,48 g/ml cair 12,319
E. Analisis Data Pada praktikum penentuan kadar Natrium Benzoat, kafein dan vitamin C dalam sampel menggunakan Instrumen + HPLC, digunakan kromatografi fasa balik yaitu kolom dimodifikasi dengan pelekatan rantai rantai hidrokarbon. Panjang pada permukaannya (atom karbon 18). Sedangkan fasa gerak yang digunakan adalah campuran larutan KH2PO4 (pH = 2,65) dan acetonitrit dengan perbandingan 60 : 40. Adapun detektor yang digunakan detektor UV, pemilihan detektor ini didasarkan pada banyaknya senyawa senyawa organik yang mengabsorbsi sinar UV dari beberapa panjang gelombang. Pada analisis menggunakan Instrumen HPLC, pemisahan didasarkan kepada perbedaan distribusi analit didalam fasa diam dan fasa geraknya. Untuk analisis kualitatif, cara yang digunakan adalah cara yang paling sederhana yaitu membandingkan waktu retensi analit dengan waktu retensi standar (campuran Na, Benzoat, Vitamin C dan Kafein). Apabila waktu retensi analit identik dengan waktu retensi standar dapat disimpulkan analit mengandung komponen standar. Sedangkan untuk analisis kuantitatifnya, pada praktikum kali ini digunakan metode kalibrasi yaitu dengan menyiapkan sederet larutan standar yang komposisinya sama dengan analit. Deret larutan standar dibuat menjadi 6 deret. Kromatogram hasil pemisahan dari campuran standar. Na Benzoat, Vitamin C dan Kafein dianalisis waktu retensinya. Dalam melakukan analisis senyawa, terlebih dahulu dicari data mengenai waktu retensi masing - masing komponen sehingga dapat kita prediksi senyawa - senyawa yang muncul pada peak kromatogram berdasarkan waktu retensinya. Pada proses pemisahan didalam kolom, senyawa - senyawa non polar didalam campuran akan cenderung membentuk interaksi dengan gugus hidrokarbon yang ada pada kolom. Oleh karena itu, senyawa non polar ini akan lebih terikat pada kolom sehingga senyawa ini akan menjadi senyawa yang palin terakhir keluar dari kolom. Sedangkan untuk senyawa polar, interaksi dengan pelarut (fasa gerak) yang bersifat polar akan lebih kuat. Sehingga senyawa polar ini akan menjadi senyawa yang paling awal keluar dari kolom. Berdasarkan struktur dari ketiga senyawa yang terdapat dalam standar : Vitamin C yang memiliki gugus OH akan membentuk ikatan hidrogen dengan fasa gerak yang bersifat polar, sehingga vitamin C merupakan komponen yang akan meninggalkan kolom paling pertama. Adapun komponen yang keluar dari kolom selanjutnya adalah kafein dan yang terakhir adalah Na Benzoat. Pada Natrium Benzoat, terdapat cincin benzen yang bersifat non polar. Sehingga cincin benzen inilah yang akan berinteraksi dengan gugus hidrokarbon pada kolom yang mengakibatkan Na Benzoat memiliki waktu retensi paling lama. Pada praktikum kali ini digunakan 6 deret standar dengan pengerjaan secara duplo. Untuk analisis kuantitatif, luas area pada kromatogram dengan konsentrasi standar dibuat menjadi grafik. Untuk standar (1), diperoleh persamaan garis sebagai berikut : Vitamin C : y = - 7643x + 1 x 106 dengan R2 = 0,021 Kafein : y = 53053x + 76596 dengan R2 = 0,947 Na Benzoat : y = 14365x + 23624 dengan R2 = 0,760
Sedangkan untuk standar (2), diperoleh persamaan garis sebagai berikut : Vitamin C : y = 78522x - 35682 dengan R2 = 0,850 Kafein : y = 65946x - 36000 dengan R2 = 0,926 Na Benzoat : y = 17127x - 39940 dengan R2 = 0,872 Berdasarkan regresi setiap komponen pada kedua standar, regresi kopmonen untuk standar 2 lebih baik sehingga standar 2 yang dipilih sebagai kurva kalibrasi untuk menentukan kadar setiap komponen. Karena regresi standar 2 jauh dari 1, maka ada beberapa data yang diabaikan agar regresinya mendekati 1. Data yang diabaikan adalah data untuk penambahan standar dengan volume 1 ml dan 2 ml untuk semua komponen, sehingga diperoleh data sebagai berikut : Vitamin C : y = 11572x + 1 x 106 dengan R2 = 0,903 Kafein : y = 89812x + 2 x 106 dengan R2 = 0,953 Na Benzoat : y = 24886x + 1 x 106 dengan R2 = 0,908 Untuk memperoleh konsentrasi setiap komponen pada sampel, luas area (x) dimasukkan ke dalam persamaan garis sesuai kopmonen yang diteliti. Dari perhitungan diperoleh data sebagai berikut : Senyawa Kadar Hasil Pengukuran Kadar pada label Vitamin C 8,6475 mg Tidak dicantumkan Kafein 25,0968 mg 50 mg Na.Benzoat 30,255 mg Tidak dicantumkan Berdasarkan hasil yang diperoleh, kadar kafein yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 25,0968 mg. hasil ini berbeda dengan yang tertera pada label, yaitu sebesar 50 mg. hal ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kemungkinan terjadi pelebaran peak. Pelebaran peak terjadi dikarenakan ukuran dari partikel pengisi kolom tidak merata, sehingga mengakibatkan panjang jalan yang harus dilalui oleh molekul - molekul solut berbeda - beda. Perbedaan wakt tempuh ini menyebabkan pelebaran peak. Batas aman dari konsumsi kafein adalah 100 150 mg. efek yang diberikan pada tekanan ini adalah meningkatkan aktivitas mental yang membuat orang selalu terjaga. Dengan demikian manusia hanya boleh meminum minuman berenergi dalam satu hari tidak lebih dari 2 3 kali. Kadar vitamin C dalam sampel adalah 8,6475 mg. Kadar ini bisa mencukupi kebutuhan vitamin C pada manusia yaitu untuk orang dewasa 45 mg/hari, anak anak 35 mg/hari dan ibu hamil 60 mg/hari. Sifat vitamin C yang mudah teroksidasi ini terlihat pada pengukuran deret standar, dimana terjadi penurunan luas area pada konsentrasi yang lebih tinggi. Sementara itu, kadar natrium benzoat dalam sampel adalah 30,255 mg, sedangkan jumlah yang diperbolehkan FDA di AS sebanyak 0,1% berat. Berarti dalam
150 ml volume per botol, kandungan natrium benzoat yang diperbolehkan adaah 150 mg Dari data yang diperoleh menunjukan bahwa minuman berenergi boleh dikonsumsi tetapi dalam batas tertentu. F. Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan penentuan kadar Natrium Benzoat, Vitamin C dan Kafein dalam sampel meggunakan instrumen HPLC. Minuman berenergi lipovitan mengandung vitamin C sebanyak 8,6475 mg, kafein sebanyak 25,0968 mg dan Na Benzoat sebanyak 30,255mg dalam 550 ml/kemasan.