DCG 1 - DR - Sofwan Dahlan, SP.F
DCG 1 - DR - Sofwan Dahlan, SP.F
DCG 1 - DR - Sofwan Dahlan, SP.F
HOSPITAL (1)
Tempat dimana pasien mendapat makanan, pemondokan dan layanan keperawatan selagi menjalani pengobatan atau pembedahan. Sebuah institusi yang menerima, merawat serta mengobati secara medis terhadap orang sakit atau terluka; meliputi pula gedung yang digunakan untuk tujuan itu. Juga diartikan sebagai tempat dimana praktek kedokteran dilaksanakan oleh Dr.
(Morris and Moritz)
HOSPITAL (2)
Tempat dimana: 1. Orang dg problem kesehatan datang. 2. Dr, perawat dan profesional lainnya melakukan aktivitas profesionalnya. 3. Pendidikan dan penelitian di lapangan kesehatan dilakukan. 4. Segmen dari masyarakat memperoleh lapangan pekerjaan.
(Magula, M, 1982)
HOSPITAL (3) Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
(Definisi Yuridis Menurut Pasal 1 angka 1 UURS)
Penyuluhan Kesehatan:
melakukan penyuluhan kesehatan kepada staf, pasien serta keluarganya, dan masyarakat.
(Hematram Yadav, 2006)
RINGKASNYA
RS merupakan tempat bertemunya banyak unsur dan kepentingan, a.l: 1. Pemilik; 2. Manajemen (CEO, COO, Manajer, Spv.); 3. Profesional (Dr, Drg, Perawat, Bidan, dll); 4. Pasien dan keluarganya; 5. Masyarakat beserta lingkungannya; 6. Mahasiswa, residen dan peneliti; 7. Pemerintah, DPR, Pemda, DPRD, dll.
KONFLIK Kepentingan yang berbeda dari banyak unsur dalam RS berpotensi menimbulkan konflik yang sudah pasti akan membawa pengaruh pada mutu layanan kesehatan di RS yang bersangkutan.
LAYANAN PRIMA
Merupakan layanan yang: 1. Dari aspek biologik mampu menyelesaikan problem kesehatan pasien. 2. Dari aspek psiko-sosial aman, nyaman dan memanusiakan pasien. 3. Dari aspek finansial dapat terjangkau oleh kantong pasien. Ciri suatu layanan prima adalah better, newer dan faster.
PENYEBAB KONFLIK Keterbatasan sumber daya. Kerja-kerja yg saling bergantungan satu sama lain. Perbedaan nilai & persepsi diantara staf RS. Tidak ada peraturan & protap di RS. Adanya difficult people.
(Hematram Yadav, 2006)
DIFFICULT PEOPLE Adalah orang yang: a. tidak mau melakukan apa yang kita diinginkan; atau b. melakukan apa yang kita tidak inginkan. Pada hakekatnya kita tidak akan bisa merubah difficult people. Kita hanya bisa melakukan komunikasi agar mereka merubah dirinya sendiri.
MENANGANI DIFFICULT PEOPLE Dengarkan dgn tetap cool, meski ada provokasi; Tetap berlaku sopan; Jangan menghindar (Dont pass the buck); Gunakan pendekatan yang menyenangkan.
DEVELOP STAFF
o Pelajari bagaimana memotivasi staf dgn menganalisis kebutuhan dan problemnya. o Sediakan pelatihan pd setiap level dari staf. o Berikan semangat dengan social activities, open day di RS, piknik, dll. o Evaluasi staf dan berikan regular feedback berkaitan dengan kinerjanya. o Berikan pujian kepada staf yang berhak dan jangan berikan kepada yang tidak berhak. o Ambillah tindakan disiplin kepada staf yang bermasalah (membandel).
SOLUSI KONFLIK Perlu perangkat hukum sebagai: a. landasan bagi pengelolaan RS; dan b. acuan dalam penyelesaian konflik di RS. Perangkat hukum tsb adalah: 1. Hukum dalam UU: a. UURS; b. UUPK, dll. 2. Hukum diluar UU: a. Hospital Bylaws (oleh Pemilik RS); b. Peraturan Direktur RS (oleh Direktur); c. Prosedur Tetap (oleh Direktur).
UU RUMAH SAKIT
Pasal 29 ayat (1) huruf r UURS: Setiap RS mempunyai kewajiban: a. .................. r. menyusun dan melaksanakan peraturan internal RS (hospital bylaws).
Peraturan Internal corporate bylaws dan medical staff bylaws.
Pasal 36 UURS: Setiap RS harus menyelenggarakan tata kelola RS dan tata kelola klinis yang baik.
TUJUAN UURS
1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. 2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan RS dan SDM RS. 3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan RS. 4. Memberikan kepastian hukum kpd pasien, masyarakat, SDM RS dan RS.
(Pasal 3 UU RS)
BYLAWS
Inggris Kuno: Kata by bisa berarti kota sehingga bylaws berarti peraturan kota / peraturan setempat.
Oxford dictionary: Regulasi yang dibuat oleh otoritas setempat atau korporasi. Wharton: Bylaws memiliki kekuatan mengikat selama tidak bertentangan dg kelaziman, iktikat baik, hukum dan tdk mengenai hal-hal yg dilarang.
HOSPITAL BYLAWS
Adalah Peraturan Internal Dasar RS, terdiri dari: 1. Corporate Bylaws; dan 2. Medical Staff Bylaws. Tujuan HBL adalah sbb: 1. Corporate Bylaws: agar tercipta good corporate governance. 2. Medical Staff Bylaws: agar tercipta good clinical governance.
Disahkan oleh pemilik RS atau Badan Otoritas tertinggi yang diberi kewenangan oleh pemilik (mis: Governing Body atau Pengurus). Berlakunya hanya di RS ybs (tailored made).
CORPORATE GOVERNANCE Tujuannya untuk mengamankan investasi shareholders dan aset organisasi; yg intinya: a. melindungi investor; dan b. meminimalkan risiko penipuan dan salah urus (malpractice). (Friedman, 1995) Cadbury Committee mengidentifikasi adanya tiga kebutuhan dasar utk menjamin terciptanya good corporate governance, yaitu: 1. Internal financial controls. 2. Efficient and effective operations. 3. Compliance with law and regulation.
PRINSIP GOOD GOVERNANCE 1. Accountability --- setiap yang dikerjakan harus bisa dipertanggungjawabkan kepada semua pihak (pemilik, pasien, masyarakat, etika, hukum dll).
2. Probity --- harus ada absolute standard of honesty dalam menangani aset rumah sakit dimana soal integritas harus dijadikan the hallmark of personal conduct dalam membuat keputusan yang dapat mempengaruhi pasien, staf, suppplier, dsb-nya 3. Openness --- harus ada transparansi yang cukup guna meningkatkan kepercayaan semua pihak (staf, pasien, masyarakat). (Sherry, Pearce, Tingle, 2007)
MEDICAL STAFF BYLAWS Tujuan Medical Staff Bylaws adalah agar tercipta good clinical governance. Clinical governance: Sebuah sistem yang mampu menunjukkan, baik pd pelayanan primer maupun sekunder, bahwa sistem tersebut menjamin adanya upaya peningkatan mutu pada semua level dari layanan kesehatan. Organisasi RS harus akontabel terhadap layanan kesehatan yang disediakan.
(Sherry, Pearce, Tingle: 2007)
CLINICAL GOVERNANCE
1. Harus ada harmonisasi antara tanggungjawab klinik dan manajemen dgn akontabilitas praktek. 2. Harus dapat diwujudkan adanya tim kerja yang bersifat interdependen. 3. Harus dpt diwujudkan adanya sistem monitoring, evaluating & improving menuju standar yg aman. 4. Harus ada dorongan agar selalu ada peningkatan mutu. 5. Harus bisa menciptakan budaya belajar terusmenerus. 6. Harus ada upaya meningkatkan kinerja individu, team, dan kinerja organisasi.
(Sherry, Pearce, Tingle: 2007)
CORPORATE BYLAWS
Menyediakan roadmap bagi operasionalisasi RS sebagai sebuah badan usaha atau badan layanan umum.
KEINGINAN PEMILIK
HUKUM DAN PER-UU-AN MORAL DAN ETIKA
HOSPITAL BYLAWS
disahkan Pemilik
disahkan Direktur RS
disahkan Direktur RS
HOSPITAL BYLAWS
CORPORATE BYLAWS
PERDIR PROTAP
PERDIR PROTAP
PERDIR PROTAP
PERDIR PROTAP
Peraturan Direktur dan Protap: harus berlandaskan pada HBL dan Peraturan Perundang-undangan !!!
CIRI-CIRI BYLAWS:
Bersifat abstrak, berisi prinsip-prinsip umum. Sebagai landasan bagi Direktur RS dalam pembuatan Peraturan Direktur & Protap. Disahkan oleh Pemilik atau Governing Body (otoritas tertinggi yang mewakili pemilik).
Bersifat lebih konkrit, spesifik, lebih teknis. Sebagai pedoman operasional RS. Disahkan oleh Direktur utk keperluan implementasi dari prinsip umum yang ada di HBL.
CIRI-CIRI PROTAP: Bersifat lebih konkrit sebab sudah menjelaskan tentang urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan tentang: a. siapa yang harus melakukan (who). b. apa yang harus dilakukannya (what). c. kapan harus dilakukan (when). d. bagaimana cara melakukannya (how). Sebagai pedoman praktis bagi semua staf RS. Sebagai parameter bagi Direktur untuk menilai pelaksanaan tanggungjawab staf RS. Disahkan Direktur RS guna implementasi Perdir.
FUNGSI HBL
1. Acuan bagi pemilik untuk melakukan pengawasan terhadap RS miliknya. 2. Acuan bagi direktur RS dalam mengelola dan menyusun kebijakan operasional RS. 3. Menjamin efektivitas, efisiensi dan mutu. 4. Perlindungan hukum bagi stake holders. 5. Pencegahan & penyelesaian konflik. 6. Persyaratan bagi akreditasi dan perijinan.
SANKSI Pasal 29 ayat (2) UURS: Pelanggaran kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi adminstratif berupa: a. teguran; b. teguran tertulis; atau c. denda dan pencabutan izin RS.
HOSPITAL BYLAWS DI AS
Didasarkan three legged stool model, yaitu: a. Governing Body (Pengarah & Pengawas). b. Executive (Administration). c. Medical Staff. Board of Trustees: Bertanggungjawab secara hukum menyangkut kebijakan dan jalannya RS secara keseluruhan. Executive (Administration): Bertanggungjawab thd manajemen keseharian. Medical Staff: Bertanggungjawab terhadap semua layanan kesehatan di RS.
(Blum, J, D,. 2001)
RS SWASTA
GOVERNING BODY
EKSEKUTIF
STAF MEDIK
CORE BUSSNISS
RS PEMERINTAH
DEWAN PENGAWAS
PEJABAT PENGELOLA
STAF MEDIK
CORE BUSSNISS
RINGKASNYA
RS memiliki tiga kepemimpinan, yaitu:
1. GOVERNING BODY: pemegang otoritas tertinggi sbg pengarah dan pengawas yang mewakili Pemilik. 2. EKSEKUTIF / PEJABAT PENGELOLA: motor penggerak yang bertanggungjawab terhadap manajemen keseharian. 3. STAF MEDIS: pelaku utama core business yang memiliki otonomi sendiri (self governing entity).
UU RUMAH SAKIT
Pasal 56 (1) Pemilik RS dpt membentuk Dewan Pengawas RS. (5) Dewan Pengawas RS bertugas:
a. menentukan arah kebijakan RS; b. menyetujui da mengawasi pelaksanaan rencana strategis; c. menilai dan menyetujui pelaksanaan anggaran; d. mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan biaya; e. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien; f. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban RS; dan g. mengawasi kepatuhan penerapan etika RS, etika profesi, dan peraturan perundang-undangan.
GOVERNING BODY
Suatu badan yang memiliki kekuasaan tertinggi untuk menentukan kebijakan dan pengawasan.
Kewenangannya bersifat kolektif, tidak individual. Fungsi, tanggungjawab, kewenangan, tugas, kewajiban dan hak-haknya diatur dlm Cor. Bylaws. Kewenangannya bersifat kolektif, tidak individual. Punya pembantu yang minim dan tidak memiliki pembantu berjenjang (hirarki) seperti eksekutif. Bertindak hanya atas hasil keputusan rapat GB. Dibentuk dari kumpulan orang yg secara khusus tdk ahli dlm pelayanan yang menjadi program RS.
FUNGSI GB
Mengawal misi RS secara keseluruhan. Menyetujui atau merevisi rencana jangka panjang institusi. Mengawasi program-program RS. Memilih eksekutif dan menentukan persyaratanpersyaratannya. Bekerjasama secara dekat dan interaktif dengan eksekutif. Berperan sebagai penengah apabila terjadi konflik antara staf dengan eksekutif atau antara staf dgn staf lainnya (atas permintaan eksekutif).
Mengeluarkan kebijakan umum untuk mengatur program. Memastikan dasar legal dan tanggungjawab etik terpenuhi. Menerima tanggungjawab untuk menjaga dan mengurus sumber daya yang cukup. Memastikan bahwa organisasi terintegrasi dgn baik dengan lingkungan sosialnya. Senantiasa menganalisa diri sendiri dgn secara kontinyu dan periodik menganalisa struktur dan kinerjanya.
DEWAN PENGAWAS
Permen Keu No 8 th 2006, DP dibentuk bila: a. omset 15-30 M + asset 75-200 M (3 anggota). b. omset > 30 M + asset > 200 M (5 anggota). Dibentuk dengan keputusan Menteri, Gubernur, Walikota atau Bupati. Bertugas melakukan pengawasan terhadap pengurusan BLU / BLUD yang dilakukan oleh Pejabat Pengelola mengenai: a. pelaksanaan Rencana Bisnis & Anggaran; b. Rencana Strategis Bisnis Jangka Panjang; c. ketentuan peraturan per-UU-an yg berlaku.
STRUKTUR DEWAN PENGAWAS 1. Ketua; diangkat dari salah satu anggota. 2. Anggota; terdiri dari: a. unsur-unsur pejabat dari Kementerian Negara; b. unsur-unsur pejabat dari Kementerian Keuangan; dan c. tenaga ahli, yang sesuai kegiatan BLU. 3. Sekretaris; yg bukan merupakan anggota.
(PP No. 23 Th. 2005)
KEWAJIBAN DEWAS
1. Memberikan pendapat dan saran kepada Pemilik mengenai RBA yang diusulkan pejabat pengelola; 2. Mengikuti perkembangan kegiatan BLU, memberikan pendapat dan saran kepada Pemilik mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan; 3. Melaporkan kepada Pemilik tentang kinerja BLU; 4. Memberikan nasehat kepada pejabat pengelola dalam melaksanakan pengelolaan BLU; 5. Melakukan evaluasi & penilaian kinerja, keuangan dan non-keuangan, serta memberikan saran dan ca-tatan penting untuk ditindaklanjuti oleh manajemen; 6. Memonitor tindak-lanjut dari hasil evaluasi dan penilaian kinerja. (PP No. 23 Th. 2005)
EXECUTIVE (PEJABAT PENGELOLA) Individu atau gabungan individu yang bertidak atas dasar otoritas yang diberikan.
Fungsi, tanggungjawab, kewenangan, tugas, kewajiban dan haknya diatur dlm Corporate Bylaws.
PEJABAT PENGELOLA Pejabat Pengelola BLU terdiri dari: 1. Pemimpin: 2. Pejabat Keuangan: 3. Pejabat Teknis:
Sebutan untuk ketiga pejabat tersebut dapat disesuaikan nomenklatur, mis: a. Direktur Utama, dibantu Direktur Keu, ..... b. Direktur, dibantu Wakil Direktur ............... c. Direktur, dibantu Kepala Bidang ...............
ORGANISASI PELAKSANA Organisasi dalam RS yang akan melaksanakan core bussiness, yaitu antara lain: 1. Instalasi. 2. Kelompok Staf Medis Fungsional. 3. Staf Medis Fungsional.
ORGANISASI PENDUKUNG
1. Satuan Pengawas Intern (SPI): a. Kedudukannya dibawah Direktur. b. Tugasnya membantu Direktur dalam melakukan pengawasan. c. Bertanggungjawab kepada Direktur. 2. Komite Medis: a. Kedudukannya dibawah Direktur. b. Tugasnya membantu Direktur mengawal mutu layanan medis. 3. Komite Keperawatan? Silahkan jika perlu.
CLINICAL GOVERNANCE
1. Harus ada harmonisasi antara tanggungjawab klinik dan manajemen dgn akontabilitas praktek. 2. Harus dapat diwujudkan adanya tim kerja yang bersifat interdependen. 3. Harus dpt diwujudkan adanya sistem monitoring, evaluating & improving menuju standar yg aman. 4. Harus ada dorongan agar selalu ada peningkatan mutu. 5. Harus bisa menciptakan budaya belajar terusmenerus. 6. Harus ada upaya meningkatkan kinerja individu, team, dan kinerja organisasi.
(Sherry, Pearce, Tingle: 2007)
MATERI MEDICAL STAFF BYLAWS 1. Tujuan, otoritas staf klinik, keanggotaan, katagori keanggotaan, clinical privileges, dsb. 2. Penanganan terhadap professional performance dan ethical performance dibawah standar (tatalaksana sidang, skorsing dan banding). 3. Rincian mengenai departemen klinik, komite medis, rapat-rapat dan kebijakan menyangkut halhal yang bersifat konfidensial. 4. Prinsip-prinsip umum menyangkut admisi, otopsi, informed consent, layanan emergensi, rekam medik dan kebijakan mengenai operasi, dll.
(Blum, J, D,. 2001)
KOMITE MEDIS
Oleh
Sofwan Dahlan
UU RUMAH SAKIT
Pasal 33 UURS: (1) Setiap RS harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel.
(2) Organisasi RS paling sedikit terdiri atas Kepala RS atau Direktur RS, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, KOMITE MEDIS, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.
KOMITE MEDIS
Komite medis adalah perangkat RS untuk menerapkan tata-kelola klinis (clininal governance) agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
(Permenkes No. 755, Th 2011)
KEWENANGAN KLINIS
Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah hak khusus seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis (clinical appointment).
(Permenkes No. 755, Th 2011)
PENUGASAN KLINIS Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan direktur rumah sakit kepada seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis di rumah sakit berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya.
(Permenkes No. 755, Th 2011)
KREDENSIAL
Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilege). Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang telah memiliki kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis tersebut.
AUDIT MEDIS
Audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medis yang dilaksanakan oleh profesi medis.
Hendaknya medical audit dibedakan dg individual case audit dan kedua-duanya sangat diperlukan.
TUJUAN KOMITE MEDIS Komite medis dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tatakelola klinis (clininal governance) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi.
(Permenkes No. 755, Th 2011)
KOMITE MEDIS
Komite medis dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tatakelola klinis (clininal governance) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi. Komite medis merupakan organisasi non struktural yang dibentuk di rumah sakit oleh direktur. Komite medis bukan merupakan wadah perwakilan staf medis.
Jika SDM kurang, susunan organisasi komite medis terdiri dari: - ketua dan sekretaris tanpa subkomite; atau - ketua dan sekretaris merangkap ketua dan anggota subkomite.
KEANGGOTAAN
Keanggotaan komite medis ditetapkan oleh Direktur dengan mempertimbangkan sikap profesional, reputasi, dan prilaku. Jumlah keanggotaan komite medis disesuaikan dengan jumlah staf medis di rumah sakit.
Ditetapkan oleh Direktur dengan memperhatikan masukan dari staf medis yang bekerja di rumah sakit. Sekretaris komite medis dan Ketua subkomite ditetapkan oleh Direktur rumah sakit berdasarkan rekomendasi dari Ketua komite medis dengan memperhatikan masukan dari staf medis yang bekerja di rumah sakit.
Meningkatkan profesionalisme staf medis yang bekerja di rumah sakit dgn cara:
- melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan medis di rumah sakit; - memelihara mutu profesi staf medis; - menjaga disiplin, etika, dan prilaku profesi medis.
Dalam melaksanakan tugas kredensial komite medis memiliki fungsi sebagai berikut: - pengusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan masukan dari kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku;
- penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian: a. kompetensi; b. kesehatan fisik dan mental; c. prilaku; d. etika profesi. e. evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan; f. wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis;
g. penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat; h. pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi kewenangan klinis kpd komite medis; i. melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan klinis dan adanya permintaan dari komite medis; dan j. rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat klinis.
Dalam tugas memelihara mutu profesi staf medis komite medis berfungsi sbg: - pelaksanaan audit medis; - rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf medis; - rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf medis rumah sakit; dan - rekomendasi pendampingan (proctoring) bagi staf medis yg membutuhkan.
Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan prilaku profesi staf medis komite medik memiliki fungsi: - pembinaan etika & disiplin profesi ked; - pemerikasaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin; - rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di rumah sakit; dan - pemberian nasehat/pertimbangan dlm pengambilan keputusan etis pada asuhan medis pasien.
KEWENANGAN KLINIS
- Memberikan kewenangan klinis; - Memberikan rekomendasi dan surat penugasan klinis (clin. appointment). - Memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis tertentu; - Memberikan rekomendasi perubahan atau modifikasi rincian kewenangan klinis; - Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit medis;
- memberikan rekomendasi pedampingan (proctoring); dan - memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.
HUBUNGAN KOMITE MEDIS & DIREKTUR Direktur rumah sakit menetapkan kebijakan, prosedur, dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi komite medis. Komite medik bertanggung-jawab kpd direktur rumah sakit.
PANITIA ADHOC
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite medik dapat dibantu oleh panitia adhoc. Panitia adhoc ditetapkan oleh direktur rumah sakit berdasarkan usulan ketua komite medik. Panitia adhoc berasal dari staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari.
MITRA BESTARI
Staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari dapat berasal dari rumah sakit lain, perhimpunan Dr Spesialis / Drg Spesialis, dan / atau instansi pendidikan kedokteran/kedokteran gigi.
INSENTIF
Personalia komite medis berhak memperoleh insentif sesuai dengan kemampuan keuangan RS.
Pelaksanaan kegiatan komite medik didanai dengan anggaran RS sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
PEMBINAAN / PENGAWASAN
Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan komite medik dilakukan oleh badan-badan yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pembinaan dan pengawasan diarahkan utk meningkatkan kinerja komite medik dalam rangka menjamin mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien di RS.
Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan melalui: - advokasi, sosialisasi dan bimbingan teknis; - pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia; dan - monitoring dan evaluasi. Dalam rangka pembinaan maka pihakpihak yang bertanggungjawab dapat memberikan sanksi administratif berupa teguran lisan atau tertulis.
SUBKOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI 1. Melindungi pasien dari layanan staf medis yang tidak memenuhi syarat dan tidak layak untuk melakukan asuhan klinis (clinical care).
2. Memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf medis di RS.
1. 2. 3. 4.
5. 6. 7.
8. 9.
Pedoman pelayanan kedokteran di RS; Prosedur kerja pelayanan di RS; Daftra Kewenangan Klinis di RS; Pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan layanan medis di RS; KODEKI; Pedoman prilaku profesional kedokteran; Pedoman Pelanggaran Disiplin Kedokteran (buku praktek kedokteran yang baik); Pedoman pelayanan medik / klinik; dan SOP asuhan medis.
UPAYA PENDISIPLINAN
1. Sumber Laporan:
2. Dasar Dugaan Pelanggaran: a. kompetensi klinis; b. penatalaksanaan kasus; c. pelanggaran disiplin profesi; d. penggunaan obat & alat yg tak sesuai; e. ketidakmampuan berkolaborasi dg staf yang dapat membahayakan pasien.
UPAYA PENDISIPLINAN
3. Pemeriksaan: a. dilakukan oleh panel pendisiplinan; b. melalui proses pembuktian; c. dicatat oleh petugas sekretariat KM; d. terlapor dapatdidampingi oleh personil dari RS; e. panel dapat menggunakan keterangan ahli sesuai kebutuhan; f. pemeriksaan dilakukan secara tertutup dan keputusan bersifat rahasia. 4. Keputusan.
UPAYA PENDISIPLINAN
5. Tindakan pendisiplinan: a. Peringatan tertulis; b. Reduksi kewenangan klinis; c. bekerja dibawah supervisi dalam waktu tertentu; d. Pencabutan kewenangan klinis sementara atau selamanya. 6. Pelaksanaan keputusan.
PEMBINAAN PROFESIONALISME
Subkomite etika & disiplin profesi menyusun materi kegiatan pembinaan prof. kedokteran. Pelaksanaannya dlm bentuk ceramah, diskusi, simposium, lokakarya, yang dilakukan oleh unit kerja RS terkait seperti unit pendidikan dan latihan, komite medik, dsbnya. Staf medis dpt minta pertimbangan pengambilan keputusan etis melalui kelompok profesi kepada komite medis. Subkomite mengadakan pembahasan kasus dg mengikutsertakan pihak terkait.
SUBKOMITE
Sofwan Dahlan
UU RUMAH SAKIT
Pasal 13 UURS: (1) .............................................................. (2) ................................................................ (3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di RS harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan RS, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien. (4) ..................................................................
UU PRAKTIK KEDOKTERAN
Pasal 55 UUPK: (1) Untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran dibentuk Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. (2) ................................................................ (3) .................................................................
Yang dimaksud dengan penegakan disiplin dalam ayat ini adalah penegakan aturan-aturan dan/atau penetapan keilmuan dlm melaksanakan pelayanan yang harus diikuti oleh Dr dan Drg.
MKDKI
1. Untuk menegakkan disiplin dibentuk MKDKI; 2. MKDKI merupakan lembaga otonom dari KKI; 3. Tugasnya bersifat independen, yaitu: a. menerima, memeriksa dan memutus pengaduan pelanggaran disiplin dokter; b. menyusun pedoman dan tatalaksana penanganan kasus pelanggaran disiplin Dr; 4. Bentuk sanksi disiplin berupa: a. peringatan tertulis; b. rekomendasi pencabutan STR / SIP; atau c. kewajiban mengikuti pendidikan / pelatihan.
9. Melakukan tindakan medis tanpa informed consent. 10. Dengan sengaja tidak membuat atau menyimpan RM. 11. Melakukan perbuatan yang bertujuan menghentikan kehamilan yang tidak sesuai ketentuan. 12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaannya atau keluarga. 13. Menjalankan praktik dengan menerapkan pengetahuan atau teknologi yang belum diterima atau diluar tata-cara yang layak. 14. Melakukan penelitian terhadap manusia tanpa ethical clearance dari lembaga yang diakui pemerintah. 15. Tidak memberikan pertolongan emergensi atas dasar kemanusiaan. 16. Menolak/menghentikan pengobatan tanpa alasan yang layak dan sah.
17. Membuka rahasia kedokteran. 18. Memberikan keterangan medis yang tidak didasarkan atas hasil pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan patut. 19. Turut serta dalam tindakan penyiksaan / eksekusi mati. 20. Meresepkan/memberikan obat Napza yang tak sesuai peraturan perundang-undangan. 21. Melakukan pelecehan seksual, intimidasi atau kekerasan di tempat praktik. 22. Menggunakan gelar akademik / sebutan profesi yang bukan haknya. 23. Menerima imbalan dari merujuk/meminta pemeriksaan / memberikan resep obat/alat. 24. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan yang dimiliki, baik lisan atau tulisan yang tak benar atau menyesatkan. 25. Ketergantungan Napza, alkohol atau zat adiktif lainnya.
26. Praktik dengan STR, SIP dan Sertifikat Kompetensi yang tidak sah. 27. Tidak jujur dalam menentukan jasa medis. 28. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lain yang diperlukan MKDKI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.
MORAL
Moral adalah standard tentang benar dan salah yang dipelajari lewat hidup bermasyarakat; berisi nilai dan norma. Norma Moral terdiri dari: a. moral principles (beneficence, nonmalficence, autonomy and justice); b. moral standards; and c. moral rules (kemudian dituangkan dan dikumpulkan dalam Kode Etik).
ETHICS (1) Etika dihasilkan oleh pemikiran dalam dan luas tentang problem kehidupan. Etika menghendaki agar setiap orang menggunakan hati nuraninya untuk melakukan yg baik dan yg benar serta menghindari yg buruk dan yg salah. Etika profesi (merupakan etika terapan) menghendaki agar profesional menggunakan moral dan etika dalam memanaj kinerja profesionalnya.
ETHICS (2)
Etika bersifat pluralistik !!!
Setiap orang boleh tidak setuju tentang apa yang dianggap benar atau salah, bahkan jika setiap orang bersetuju bisa saja persetujuannya didasarkan atas alasan yang berbeda.
Meski demikian nampaknya hampir semua orang bisa menyetujui fundamental ethical principles (Human Rights) -------- ethico-legal. Perlu disadari bahwa dalam etika, lebih banyak pertanyaan daripada jawabannya !!!
KODE ETIK
Merupakan written list dari kumpulan moral rules, yang memuat nilai-nilai dalam organisasi sebagai pedoman atau standar berprilaku. Kerangka acuan dalam mengambil keputusan. Selalu dilakukan revisi secara periodik, diselaraskan dengan perkembangan masyarakat serta perkembangan profesi. Tidak pernah berbenturan dengan hukum.
Setiap anggota organisasi bertanggungjawab atas tegaknya nilai dan standar yang ada dlm kode etik.
Keberlakuannya tidak memerlukan paksaan, tetapi menuntut hati nurani.
MORAL & ETHICS Jika Dr berbicara bahwa aborsi merupakan perbuatan salah (immoral) maka yang sedang dibicarakannya adalah ttg MORAL.
Jika Dr obsgyn menimbang-nimbang akan melakukan aborsi atau tidak pd pasien hamil dgn penyakit jantung berat maka yang sedang ditimbang-timbang adalah tentang ETIKA.
Jadi dalam etika, pandangan moral (yg menyatakan abor si immoral) dikritisi, dianalisis secara logis dan rasional utk ditemukan jastifikasinya pd kasus nyata.
PROFESSIONAL ETHICS Merupakan etika terapan yg mengatur prilaku Dr dalam kaitannya dengan:
Pesakit yang membutuhkan pertolongan; Patients (clients); Health care team (co-workers); Society (social context); dan Profession.
CLINICAL ETHICS Merupakan disiplin praktis yang menyediakan pendekatan terstruktur guna mengidentifikasi, menganalisis dan menyelesaikan isu-isu etik didalam kedokteran klinik. 1. Medical Indication. 2. Patient Preferences (mis DNR). 3. Quality of Life. 4. Contextual Features.
(Jonsen, Siegler dan Winslade, 2006)
THE LAW
Hukum muncul karena adanya conflicts of interest dalam masyarakat yang berpotensi menimbulkan kesulitan atau masalah. Hukum diperlukan sebab ia merupakan social mechanism untuk menyelesaikan masalah. Hukum melindungi kesejahteraan, keamanan dan menyelesaikan konflik dengan cara yang tidak menyakitkan. Hukum ternyata telah mengatur kemanusiaan dan praktek kedokteran sejak beribu tahun.
LAW & ETHICS Hukum & etika berangkat dari basis yang sama, yaitu MORAL. Umumnya apa yang baik menurut etika, juga dipandang sama oleh hukum. Meski demikian hukum tidak mengurusi hal kecil dan sepele, sehingga tidak perlu diatur oleh hukum. Pelanggaran etika ringan belum mengancam publik, dan karenanya tidak perlu diregulasi oleh hukum sebab masyarakat masih mampu mengatasi tanpa menimbulkan keos.
Sanksi Hukum:
Hk. Pidana: hukuman badan atau denda. Hk. Perdata: membayar ganti rugi. Hk. Administrasi: denda, dicabut atau didibekukan izinnya.
PROBLEM SOLVING
ETIKA PROFESI
Menghendaki agar setiap profesional (Dr, perawat dan bidan) dalam melaksanakan aktifitas profesinya menggunakan hati nuraninya untuk berbuat baik dan benar serta menghindari hal-hal buruk dan salah.
Etika profesi mengatur hubungan: 1. Profesional dengan pesakit; 2. Profesional dengan pasien; 3. Profesional dengan health care team; 4. Profesional dengan masyarakat; dan 5. Profesional dengan profesinya sendiri.
ETIKA RUMAH SAKIT RS merupakan artificial entity yang dalam pergaulannya terikat oleh moral, etika dan hukum (termasuk hk. disiplin). Etika RS mengatur hubungan: 1. RS dengan KODERSI; 2. RS dengan masyarakat; 3. RS dengan pasien; 4. RS dengan pimpinan, staf, dan karyawan; 5. RS dengan Lembaga terkait; dll.
BASIC ROLES OF HOSPITAL ETHICS COMMITTEE (PERAN UTAMA KOMITE ETIK RS)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Education. Multidisciplinary Discussion. Resource Allocation. Institutional Commitment. Policy Formulation. Consultation.
Di Indonesia, peran tersebut dipercayakan kepada Komite Etik dan Hukum RS.
EDUCATION: Educating hospital staff about issues in ethical decision making and about how to use the hospital ethics committee. MULTIDISCIPLINARY DISCUSSION: Providing a locus for interdisciplinary participation in value clarification and prioritization leading to conflict resolution. RESOURCE ALLOCATION: Recommendation in-hospital allocation policies to maintain quality of care in the face of cost containment measures.
INSTUTIONAL COMMITMENT: Expressing the spirit of the hospital regarding its stated mission, philosophy, image, and identity (most often applicable to religious or private hospital). POLICY FORMULATION:
APA PERBEDAAN
ANTARA KOMITE ETIK & HUKUM RS DENGAN SUB KOMITE ETIKA & DISIPLIN
PROFESI
SUB KOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI Merupakan organ yang kedudukannya berada dibawah Komite Medis. Bertugas membantu Komite Medis mengawal Dr di RS agar prilakunya (professional performance dan ethical performance) sesuai KODEKI. Intinya mengatur kewajiban Dr terhadap: a. pesakit yang membutuhkan pengobatan; b. pasien (yaitu pesakit yang telah menjalin perjanjian terapetik dengan RS atau Dr); c. health care team (co-worker); d. profession; dan e. masyarakat (Society).
DIREKTUR
KOMITE ETIKA & HUKUM
KOMITE MEDIK
- mengawal kinerja RS sebagai lembaga yang oleh hukum dianggap sebagai person
- acuannya KODERSI
PERAN MAKERSI MAKERSI dapat mengadop the Basic Roles of Hospital Ethics Committee dengan berbagai modifikasi dengan menempatkan RS sebagai subjek, dan peran tersebut dituangkan dlm AD/ART. MAKERSI harus bisa menjadi think tank.
MAKERSI juga harus bisa jadi pengadil apabila ada RS melakukan pelanggaran terhadap KODERSI.