5 Profil Perusahaan Yang Menerapkan HACCP

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN HACCP PADA PERUSAHAAN

(Tugas Jaminan Mutu Hasil Pertanian)








Oleh

Isah Nur Chasisca 1114051027
Nur Anisa HTF 1114051036
Rosi Mauliana Sari 1114051050
Shely Olivia Tania 1114051051
Wayan Adyatma 1114051063






JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
Penerapan Sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Pada Proses
Pengolahan Sosis Sapi Di PT Canning Indonesian Products (PT CIP)


A. Profil Perusahaan

PT Canning Indonesian Products (PT CIP) merupakan perusahaan penghasil makanan kaleng
yang beroperasi sampai saat ini di Indonesia. Perusahaan ini mulanya didirikan pada masa
penjajahan Jepang pada tahun 1942 saat perang dunia II.
Tujuan didirikannya pabrik ini adalah untuk membuat makanan dalam kaleng (canned
food), daging beku (frozen meat), dan daging babi yang diasinkan (bacon) untuk perbekalan
angkatan laut Jepang dalam perang menghadapi sekutu di lautan. Lokasi pendirian pabrik dipilih
di pulau Bali berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain: kemudahan dalam memperoleh
bahan baku yang berkualitas baik, tersedianya tenaga kerja yang cukup dan sarana transportasi
yang cukup memadai pada saat itu.
Setelah perang usai, pabrik dalam kondisi yang berantakan, kemudian diswastanisasi dan
didirikan kembali pada tahun 1948 dengan akte notaris Sie Khwan Djioe no 80. Adapun para
pendirinya adalah:
1. Liem Sam Tjiang (Sam Liman) / Bandung
2. Sie Hiem Kham / Malang
3. Kwie Soen Tik (Pratignyo Dipokusuma) / Malang
Didirikannya atas nama NV CIP. Produk yang dibuat hanya produk daging yang dibekukan
(frozen meat) dan produksi daging babi (bacon), karena hanya menggunakan mesin-mesin lama
peninggalan Jepang. Hal ini berlangsung sampai tahun 1953. Kemudian dilakukan peremajaan
dan perluasan pabrik, sehingga pabrik mulai memproduksi makanan kaleng dengan merk CIP
selain dari produk yang telah ada sebelumnya. Produk-produk yang dibuat pada saat itu adalah
Corned Beef, Sosis Sapi, Sosis Babi, Liver Paste Sapi dan Babi, Hament Worst dari Babi, Babi
Kecap, dan Ikan Sardines dalam kaleng.
Pada tahun 1977, perusahaan bergabung dalam Mantrust group, salah satu perusahaan
penghasil produk makanan terkemuka di Indonesia, melalui pembelian sebagian besar sahamnya.
Selanjutnya perusahaan diperbesar lagi hingga kondisinya seperti saat ini dan varian produk
ditambah dengan produk Corned Beef dan sosis bermerk PRONAS dan KIKU.
Seiring dengan adanya kesadaran akan kehalalan produk yang dihasilkan maka sejak
tahun 1987, PT CIP hanya mengkonsentrasikan diri pada produk yang berasal dari daging sapi
dan ayam. Produk berbahan baku babi tidak di produksi lagi. Demikian juga dengan pemotongan
hewan yang tadinya dilakukan di lokasi pabrik dipindahkan ke tempat lain dengan fasilitas yang
dikelola pemerintah daerah.
Pada awal operasionalnya, perusahaan menggunakan konsultan-konsultan dari Belanda
dan Taiwan dalam rangka transfer teknologi, tetapi mulai tahun 1992 perusahaan sudah di
jalankan secara penuh oleh putra-putri Indonesia yang berpengalaman dan memiliki ketrampilan
yang tinggi di Indonesia.
Sebelumnya PT CIP menggunakan kemasan kaleng yang dibeli dari PT NAFO
Banyuwangi. Seiring dengan peningkatan permintaan, maka pada bulan Januari 2006 PT CIP
memproduksi dan mendesain kalengnya sendiri dengan mesin yang di impor dari Cina dan bahan
kaleng yang berasal dari Jepang dan Korea.

B. Produk

1. Sosis sapi

2. Casing sosis


C. HACCP yang diterapkan

HACCP yang diterapkan dalam perusahaan tersebut adalah GMP, SSOP.

Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) di PT. Delta
Pasifik Indotuna Bitung Propinsi Sulawesi Utara


A. Profil Perusahaan

PT. Delta Pasifik Indotuna didirikan oleh dua orang bersaudara yaitu Faizal Bawazier dan
Khalid Bawazier. Perusahaan ini didirikan pada bulan Mei 2005 dan mulai beroperasi pada
tanggal 4 Januari 2007. Pendirian perusahaan ini didasarkan pada Akte Notaris No.C-00797
HT.01.01.2006 tentang Pengesahan PT.Delta Pasifik Indotuna Bitung Sulawesi Utara.
PT. Delta Pasifik Indotuna Bitung melakukan hubungan kerja dengan perusahaan-
perusahaan lain yaitu: perusahaan pengalengan di Yaman, Eka Timur Raya, Tepung Ikan di
Surabaya dan perusahaan Sarung Cap Tangan di Jakarta. PT. Delta Pasifik Indotuna
mempekerjakan 600 orang karyawan, yaitu terdiri atas 540 karyawan harian dan 60 orang
karyawan tetap (bulanan).
Produk utama yang dihasilkan adalah ikan tuna kaleng dan di pasarkan ke negara Timur
Tengah (Yaman, Syiria, Yordania, Kuwait, Dubai, Uni Emirat Arab, Meksiko, Kroasia,
Thailand, dan Afrika Selatan). Pada saat sekarang PT. Delta Pasifik Indotuna sedang bekerja
sama dengan negara Amerika Serikat.

B. Produk

Produk dari perusahaan tersebut adalah ikan tuna kaleng

C. HACCP yang diterapkan

HACCP yang diterapkan dalam perusahaan tersebut adalah GMP, SSOP.

Penerapan HACCP Pada Pengalengan Ikan Sardine (Sardinella sp.) Di PT. Maya Food
Industries Pekalongan - Jawa Tengah


A. Profil Perusahaan

PT. Maya Food industries merupakan salah satu perusahaan dibawah naungan Maya Group,
pendirian perusahaan ini didasarkan atas upaya untuk memanfaatkan hasil perikanan laut,
membantu pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja dan usaha untuk mendapatkan
keuntungan secara ekonomis.
PT. Maya Food Industries adalah perusahaan penanaman modal asing (PMA) murni. Pada
mulanya PT. Maya Food Industries pekalongan bernama PT. Bali Maya Permai pekalongan yang
didirikan pada tanggal 26 Juni 1979. PT. Bali Maya Permai Pekalongan Merupakan cabang dari
PT. Bali Maya Permai yang terletak di Desa Tegal Badeng, Kecamatan Negara, Kabupaten
Tabanan, Bali. PT. Bali Maya Permai ini dimiliki oleh Soekardjo Wibowo, Soekardi Wibowo,
dan Baswan yang ketiganya orang Indonesia serta Mr. Chang yang berasal dari Singapura. Status
perusahaan PT. Bali Maya Permai merupakan perusahaan swasta nasional non fasilitas dan
berbentuk badan hukum perseroan terbatas.
Operasi percobaan PT. Bali Maya Permai Pekalongan dilakukan pada bulan September
1981 berdasarkan izin TK II no. 53547 yang ditetapkan tanggal 2 Mei 1981 oleh walikota
Pekalongan. Perusahaan telah siap menghasilkan produk yang dapat dipasarkan pada bulan April
1982 dipimpin Ir. Hasdi Prawira.
PT. Bali Maya Permai Pekalongan berubah menjadi PT. Maya Food Industries pada
tanggal 1 Agustus 1997 dibawa pimpinan Mr. Chang dari singapura setelah membeli semua
saham PT Bali Maya Permai Pekalongan. PT. Maya Food Industries pekalongan beroperasi pada
tanggal 13 Mai 1997 berdasarkan IUT No 208/T/Industri/1997 oleh Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BPKM).
PT. Maya Food Industries pekalongan merupakan lokasi produksi sedangkan kantor
pemasarannya adalah PT. Indo Maya Mas Jakarta sebagai distributor uantuk pasar dalam negeri
dan Wayan SDN BHD yang terletak di Malaysia sebagai distributor untuk pasar luar negeri.
Semua produk pengalengan ikan yang diproduksi oleh PT. Maya Food industries sudah
mendapatkan sertifikat halal dari LP-POM MUI dengan No. 10810999. PT. Maya Food
Industries telah mendapatkan Sertifikat Kelayakan Pengolahan dari Direktorat Jendral Perikanan
No. 189/PP/SKP/PL/VI/07/05 yang akan ditinjau setiap dua tahun sekali. Sertifikat lain yang 4
telah di peroleh PT. Maya Food Industries ialah serifikat system manajemen mutu ISO 9001-
2000.

B. Produk

Nama-nama produk ikan kaleng yang dihasilkan PT. Maya Food Industries, yaitu:
1. Botan Mackerel in Tomato Sauce
2. Botan Mackerel Kari
3. Botan Mackerel Goreng Sambal
4. Botan Mackerel Sambal
5. Botan Chunk Tuna in Soya Bean Oil
6. Botan Flake Tuna in Soya Bean Oil
7. Botan Tuna Kari
8. Botan Tuna Sambal
9. Botan Canned Herring in Tomato Sauce
10. Botan Sardines Goreng Sambal
11. Botan Sardines in Tomato Sauce
12. Ranesa Fried Sardines in Chili Sauce
13. Sesibon Sardines in Tomato Sauce
14. Tuna in Oil
15. Tuna in Brine
Produk-produk diatas merupakan produk pengalengan yang telah mendapatkan sertifikat
halal dari MUI, tidak semua produk tersebut sekarang diproduksi terutama tuna kaleng hal ini
dikarena sulit mendapatkan bahan baku terkecuali telah ada pesanan yang bahan bakunya
didatangkan dari import. Produk-produk merk Botan adalah produk dibawah lisensi Mitsui. Co
Ltd. Japan. Sedangkan untuk merek Ranesa dan Sesibon adalah produk milik PT. Maya Food
Industries.
Selain pengalengan ikan produk lain yang dihasilkan oleh PT. Maya Food yaitu : Berbagai aneka
kerupuk mulai dari kerupuk sayur, bawang sampai kerupuk ikan, pengalengan Koktail, Tepung
Ikan dan Surumi serta Otosimi.

C. HACCP yang diterapkan

PT. Maya Food Industries menerapkan standar HACCP dan ISO 9000.


Aplikasi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Pada Produk Es Krim Di PT>
Unilever Indonesia Tbk., Cikarang


A. Profil Perusahaan

PT. Unilever Indonesia Tbk. Merupakan bagian dari perusahaan m ultinasional di dunia yang
memproduksi consumer goods. Nama Unilever diambil dari penggabungan nama perusahaan
Margarine Union dari Belanda dan perusahaan sabun Lever Brothers dari Inggris. Karena
persamaan bahan baku yaitu minyak kelapa, perusahaan Lever Brother tertarik untuk ikut
memproduksi margarine begitu pula sebaliknya sehingga pada tahun 1927 terbentuklah Margarin
Unie di Belanda dan margarine Union di Inggris. Untuk menghindari persaingan karena
terbatasnya bahan baku, maka kedua perusahaan tersebut bergabung pada tanggal 1 Januari 1930
dengan dua kantor pusat, masing-masing di London (Inggris) dan Rotterdam (Belanda).
Awal mula PT. Unilever Indonesia Tbk, dimulai ketika sebuah pabrik sabun bernama Levers
Zeep Fabrieken N.V. dibangun Angke, Kota Jakarta, pada tanggal 5 Desember 1933. Pendirian
cabang Unilever di Indonesia, yang saat ini dikenal dengan nama PT. Unilever Indonesia, Tbk.
Adalah dengan pertimbangan bahwa Indonesia adalah negara yang banyak menghasilkan kopra
untuk bahan baku produksi. Pada bulan oktober 1936, di lokasi yang sama didirikan Van den
Bergh Fabrieken N. V. yang memproduksi margarine Blue Band. Kemudian pada tahun 1941,
Unilever membeli pabrik kosmetik Colibri di Surabaya. Tahun 1947 Unilever membeli pabrik
kosmetik Colibri di Surabaya. Tahun 1947 Unilever membeli pabrik minyak Archa N. V. di
daerah Jakarta Kota. System pemerintahan Orde Baru yang dimulai pada tahun 1966 memberi
kesempatan kepada orang asing untuk memiliki perusahaan sendiri. Dengan adanya Undang
Undang Penanaman Modal Asing (PMA) No. 1 tahun 1967, Unilever diizinkan melanjutkan
operasinya di Indonesia. Tahun 1970 Unilever mendirikan pabrik detergen (NSD) yang
memproduksi sabun cuci Rinso. Pada tahun 1981 Unilever menjual sebagian sahamnya kepada
umum. Pada tahun 1982 didirikan pabrik perlengkapan kosmetika baru (Elida Gibbs) di kawasan
industry Rungkut-Surabaya. Pada tahun 1992 didirikan pabrik sabun di Rungkut dan juga
didirikan pabrik es krim Walls di Cikarang. Pada tahun 1995 dilakukan perluasan pabrik es krim
dan perluasan cold store untuk es krim pada tahun 1996. Pada tahun 1996, pabrik Angke (Divisi
produk pangan / SCC&C dan Divisi Non Soapy Detergents / NSD ) ditutup dan dipindahkan ke
kawasan industry Cikarang bersebelahan dengan pabrik es krim Walls. penutupan pabrik di
Angke dilakukan pada tahun 1997. Sedangkan produksi di Cikarang dimulai pada bulan Agustus
1996. Kemudian pada tahun 2001 dimulai produksi minuman dari the di Cikarang. Saat ini
Unilever telah menjadi salah satu perusahaan consumer goods terbesar di dunia yang beroperasi
di dunia yang beroperasi di lebih dari 75 negara.
Standar mutu produk secara internasional diwujudkan melalui komitmen perusahaan di
seluruh pabrik. Hal terse but telah terbukti dengan peraihan beberapa sertifikat dan penghargaan
seperti :
a. Sertifikat ISO 9001 (Pabrik Rungkut pada tahun 1997 dan pabrik lainnya tahun 1998).
b. Sertifikat Total Productive Maintenance (TPM).
c. Sertifikat Occupational Health and Safety Management System (OHSMS).
d. Penghargaan nihil kecelakaan dari Unilever global dan pemerintah RI.
Sedangkan untuk kategori es krim, sertifikat yang telah didapatkan adalah :
i. 1998 : Sertifikat TPM
ii. 1998 : Sertifikat ISO 9001
iii. 1999 : Sertifikat ISO 14001 dan BS 8800
Bronze Excellence Trophy
TPM Excellence Award

B. Produk

PT. Unilever Indonesia Tbk. Memproduksi di bidang produksi consumer goods dan membagi
produksinya menjadi 2 dicisi yaitu Home and Personal care (HPC dan Foods. Kedua divisi ini
dibagi lagi menjadi 5 kategori yaitu :
1. Home Care Category : deterjen bubuk (Rinso dan Surf), deterjen krim (Omo), deterjen
batangan (Super Busa), cairan dank rim pencuci piring (Sunlight), bahan penggosok (Vim)
dan deterjen pelembut (Comfort dan Silky).
2. Foods Category : margarine (Blue Band, Cake margarine, dan Multi Margarin), lemak
nabati (Minyak Samin), minyak goring (Flora), bumbum masak (Royco dan Knorr), bahan
makanan instan (tara Nasiku dan Knorr), dan teh (Sariwangi dan Lipton Ice Tea).
3. Ice Cream Category : es krim Walls (Conello, Vinetta, Magnum, Paddle Pop, Populaire,
Solo Feast, dan lain-lain).
4. Personal Wash Category : sabun mandi (Lux dan Lifebouy).
5. Personal Care Category : produk perawatan rambut ( Sunsilk, Brisk, Dimension, Clear dan
Organics), deodorant (Impulse dan Rexona), lotion (Citra dan Vaseline), parfum (Denim
dan Axe) dan rangkaian produk perawatan muka (Ponds).

C. HACCP yang diterapkan

PT.Unilever Indonesia Tbk. Sudah menerapkan standar HACCP, ISO 9001, ISO 14001, TPM,
OHSMS, BET dan BS 8800.




















Produk biscuit PT. Tiga pilar sejahtera food tbk unit iv

A. Profil Perusahaan
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk merupakan salah satu perusahaan yang mengambil
bagian persaingan pasar dengan harga bersaing. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk bergerak
dalam industri makanan yang memproduksi mie dan bihun serta makanan ringan yaitu mie
kremes, wafer stik dan biskuit. Makanan ringan sangat diminati masyarakat. Selain itu,
makanan ringan mudah dalam penyajiannya, murah harganya dan banyak varian. Salah satu
varian makanan ringan yang sudah sejak lama dikenal adalah biskuit. Biskuit merupakan
produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu sekitar 70 % serta bahan penunjang
lainnya seperti lemak, dan bahan pengembang yang diolah dengan cara dipanggang. Terigu
yang digunakan dalam proses pambuatan biskuit di PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
merupakan jenis terigu yang mengandung gluten 8-10%. Gluten merupakan jenis protein
yang larut dalam air, memiliki elastisitas yang baik untuk menghasilkan biskuit yang remah
halus dengan tekstur lembut dan kandungan protein antara 12%-13%.

B. Produk
Produk yang dihasilkan dari PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk antara lain yaitu :
Mie bihun
Mie telor
Mie jagung
Biscuit
Wafer

C. HACCP yang diterapkan
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tb.k sudah menerapkan standar HACCP dengan mendapatkan
sertifikat ISO 9001: 2000 pda tahun 2002.

Anda mungkin juga menyukai