Kesehatan Ibu Dan Anak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

A.

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)



1. Pengertian
Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya kesehatan primer yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam
menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas serta upaya
kelangsungan hidup, perkembangan dan perlindungan bayi, anak di
bawah lima tahun (Balita) dan anak usia prasekolah dalam proses tumbuh
kembang
(1,2)
.

Salah satu unsur yang penting untuk menurunkan angka kematian dan
kesakitan diantara ibu, bayi dan anak adalah memberikan pemeliharaan
dalam waktu hamil yang cukup baik dan dimulai sedini-dininya.
Penurunan angka kematian ibu maternal, bayi dan anak balita serta
penurunan angka kelahiran merupakan sasaran prioritas dalam
pembangunan di bidang kesehatan
(1,2)
.

Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu melahirkan, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Dalam pengertian
ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka
masyarakat serta menambah keterampilan paraji (dukun bayi) serta
pembinaan kesehatan anak di taman kanak-kanak
(1,2)
.

Pelayanan KIA di puskesmas terdiri dari
(1,2)
:
1. Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas
2. Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah

Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas adalah
bagian dari pelayanan kesehatan menyeluruh terpadu yang merupakan
salah satu wujud upaya pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif/
penanganan kedaruratan kebidanan, yang meliputi pelayanan pemeliharaan
ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan
bayi baru lahir, keluarga berencana, ibu sedang menyusui, serta calon ibu
di wilayah kerja
(1,2)
.

Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah di Puskesmas
adalah bagian dari pelayanan kesehatan menyeluruh terpadu yang
merupakan salah satu wujud kegiatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang meliputi pemeliharaan kesehatan anak dalam kandungan,
pelayanan kesehatan neonatal, pemeriksaan bayi, manajemen terpadu
balita sakit, serta deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang balita dan
anak pra sekolah di wilayah kerja
(1,2)
.

2. Tujuan KIA

Tujuan umum kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu
dan keluarganya untuk menuju Norma Kelurga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin
proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya
(1,2)
.

Adapun tujuan khusus dari kesehatan ibu dan anak adalah sebagai
berikut
(1,2,3)
:
1. Meningkatnya kemampuan ibu dalam mengatasi kesehatan diri dan
keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya
pembinaan kesehatan keluarga, penyelenggaraan posyandu dan
sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri didalam lingkungan keluarga posyandu dan sebagainya.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, persalinan, ibu nifas dan ibu menyusui.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, persalinan,
ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita,
anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dalam
keluarganya.

Sasaran
Sasaran pelayanan KIA adalah Ibu, bayi, balita, anak usia prasekolah dan
keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Pusksmas serta yang
berkunjung ke Puskesmas
(1,2)
.

Kegiatan
Pelayanan KIA meliputi penyelenggaraan
(1,2)
:
1. Pembinaan dan pemantauan kegiatan KIA di wilayah kerja
Puskesmas
2. Pelayanan Ante natal
3. Persalinan/ pendampingan persalinan
4. Pelayanan masa nifas pasca persalinan dan bayi baru lahir
5. Pelayanan ibu menyusui
6. Pelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatal
7. Pelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang bayi
8. Pelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak balita
9. Pelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak usia
pra sekolah di taman kanak-kanak.

Adapun kegiatan petugas Puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan
ibu dan anak mencakup hal-hal berikut, yaitu
(1,2)
:
1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui,
bayi, anak balita dan anak prasekolah.
2. Pemberian nasehat tentang makanan guna mencegah gizi buruk
karena kekurangan protein, kalori dan lainnya serta pembagian
makanan tambahan, vitamin dan mineral.
3. Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara
stimulasinya.
4. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3
kali, Polio 3 kali, dan Campak 1 kali pada bayi.
5. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai
tujuan program KIA.
6. Pelayanan KB kepada semua Pasangan Usia Subur, dengan
perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya
karena melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu risti.
7. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak prasekolah untuk
macam-macam penyakit ringan.
8. Kunjungan ke rumah untuk mencari ibu dan anak yang
memerlukan pemeliharaan, memberi penerangan dan pendidikan
tentang kesehatan, dan untuk mengadakan pemantauan pada
mereka yang lalai mengunjungi Puskesmas dan meminta agar
mereka datang ke Puskesmas lagi.
9. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan paraji
(dukun bayi).

Kegiatan diatas adalah kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh
petugas Puskesmas dalam upaya peningkatan Program KIA yang
termaktub dalam Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I yang diadakan
oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1989/1990
(1,2)
.


Adapun kegiatan yang dilakukan untuk program KIA di Puskesmas
tersebut adalah sebagai berikut
(1,2,3)
:

1. Pemeriksaan ibu hamil dan bayi/anak.
2. Penimbangan Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan bayi,
balita dan anak prasekolah.
3. Pengukuran suhu tubuh pada bayi/anak.
4. Pengisian KMS bumil dan KMS anak.
5. Pemberian imunisasi bagi ibu hamil, bayi dan balita.
6. Pemberian makanan tambahan bergizi (bubur kacang hijau dan
susu murni).
7. Penyuluhan gizi baik.
8. Penyuluhan KB.
9. Penyuluhan Kebersihan lingkungan terutama dalam mengatasi
penyebaran nyamuk penyebab DBD.
10. Penyuluhan kepada suami dan anggota keluarga lainnya untuk
berperan serta aktif dalam menunjang kesehatan ibu dan anaknya.
11. Pengobatan bermacam-macam penyakit ringan bagi ibu, bayi,
balita, anak prasekolah dan keluarga.

B. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Penyakit Menular dikelompokkan berdasarkan sifat penyebarannya di dalam
masyarakat wilayah tersebut, yaitu
(1,2,3)
:
1. Penyakit Menular yang secara endemik berada di dalam wilayah, yang
pada waktu tertentu dapat menimbulkan wabah, yang dikelompokkan
kedalam Penyakit Menular Potensial Wabah seperti: Diare, DBD, Malaria,
Filaria.
2. Penyakit menular yang berada di wilayah dengan endemisitas yang cukup
tinggi sehingga jika tidak diawasi dapat menjadi ancaman bagi kesehatan
masyarakat umum. Penyakit Menular Endemik Tinggi seperti ;
Tuberkulosis Paru, Lepra, Patek, Rabies, Antraks.
3. Penyakit-penyakit menular lain yang walaupun endemisitasnya tidak
terlalu tinggi didalam masyarakat, tetapi oleh karena sifat penyebarannya
dianggap sangat membahayakan masyarakat, maka penyakit-penyakit ini
perlu di awasi keberadaannya.
1. Tuberkulosis Paru
(1,2,4,5)

a. Pengertian dan Gejala
Penyakit tuberkulosis yang selanjutnya disebut penyakit TBC adalah
salah satu penyakit menular yang masih merupakan masalah besar
dalam kesehatan masysarakat di Indonesia yang tak pernah
menunjukan perbaikan sampai dengan saat kita memasuki milenium
ketiga saat ini. Penyakit TBC adalah suatu penyakit menular dengan
gejala -gejala sebagai berikut :
1) Batuk yang terus - menerus dan berdahak selama 3 minggu atau
lebih. Setiap orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan
dengan gejala utama ini harus di anggap sebagai suspek
tuberkulosis atau tersangka penderita TBC dan segera diperiksa
dahaknya di laboratorium.
2) Mengeluarkan dahak bercampur darah (hemoptisis), sesak nafas
dan nyeri pada dada.
3) Lemah badan, kehilangan nafsu makan, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam tanpa disertai kegiatan dan meriang
lebih dari satu bulan.
Pada balita diagnostik TBC adalah berdasarkan di bawah ini menurut
urutan prioritas:
1) Adanya riwayat kontak dengan penderita TBC yang menular,
terutama yang tinggal serumah.
2) Adanya suatu gambaran abnormal dari foto rontgen dada di mana
menunjukkan adanya unilateral limfadenopati dan atau bayangan
paru yang mengisyaratkan adanya suatu infiltrat.
3) Adanya hasil yang positif dari tes tuberkulin, sedang pada orang
dewasa dengan pemeriksaan sputum ( dahak) ditemukan 2 kali
basil tahan asam ( BTA ) positif pada pemeriksaan mikroskopik
dahak tiga kali ( sewaktu, pagi, sewaktu)



b. Etiologi dan Penularan TBC
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Umumnya penularan melalui
droplet infection. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya.
5

Gambar 1. Skema faktor risiko TB












c. Diagnosis
Menurut American Thoracic Society dan WHO 1964 diagnosis pasti
tuberkulosis paru adalah dengan menemukan kuman Mycobacterium
tuberculosae dalam sputum atau jaringan paru secara biakan (Amin dan
Bahar, 2006). Berikut adalah alur diagnosis TBC paru pada orang dewasa.



Gambar 2. Alur Diagnosis TB


d. Klasifikasi
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe pasien yaitu:
1) Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2) Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan
atau kultur).
3) Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
4) Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
5) Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB
lain untuk melanjutkan pengobatannya.
6) Kasus lain :
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
4,5


e. Pengobatan TB
1. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
2,5

Tabel 1. Jenis, sifat dan dosis OAT

2. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai
berikut:
1) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) .
Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
3) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan.
2,5





a. Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari
dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya
resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam
kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan.

b. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
3. Kategori Pengobatan
a. Kategori -1 (2RHZE/ 4H3R3), diberikan untuk
1) Penderita baru BTA positif
2) Penderita baru BTA negatif/ Rontgen positif yang sakit berat
dan ekstra paru berat.

Pada fase awal ( intensif ) diberikan setiap hari selam 60 hari (2
bulan) terdiri dari:
INH 300 mg, satu tablet
Rifampisin 450 mg, satu tablet
Pirazinamid 500 mg, 3 tablet
Ethambutol 250 mg, 3 tablet
Satu minggu sebelum fase awal/ intensif selesai, dahak di periksa
ulang, bila tetap positif diberikan obat sisipan selama 30 hari (satu
bulan). Satu minggu sebelum selesai pemberian obat sisipan,
dilakukan kembali pemeriksaan dahak.

Bila hasil pemeriksaan BTA positif, berarti kategori-1 gagal,
pindah ke pengobatan kategori-2. Bila hasil pemeriksaan BTA
negatif, lanjutkan pengobatan dengan fase intermitten diberikan
tiga kali dalam seminggu selama 54 kali ( 4 bulan ) terdiri dari :
INH 300 mg, 2 tablet
Rifampisin 450 mg, 1 tablet

Setelah menelan obat selama tiga bulan pada masa intermitten,
dilakukan periksa ulang dahak, bila negatif lanjutkan obatnya. Bila
pada pemeriksaan ulang dahak, hasilnya positif maka harus diganti
pengobatannya dengan kategori-2 ( penderita gagal ).

b. Kategori-2: (2 HRZES/ HRZE/ 5H3R3Z3)
Obat ini diberikan untuk:
1) Penderita kambuh (relaps) dengan BTA positif
2) Gagal ( failure ) BTA positif
3) Lain-ain BTA positif
Pada fase awal (intensif) diberikan setiap hari selama 3 bulan (90)
kali kecuali streptomisin selama 60 hari setiap hari ( 2 bulan ) :
Injeksi streptomisin 750 mg/ hari selama 2 bulan
INH 300 mg, 1 tablet selama 3 bulan
Rifampisin 450 mg, 1 tablet selama 3 bulan
Pirazinamid 500 mg, 3 tablet selama 3 bulan
Ethambutol 250 mg, 3 tablet selama 3 bulan.
Satu minggu sebelum fase awal/ intensif selesai, dilakukan
pemeriksaan ulang dahak, bila negatif lanjutkan pemberian obat
fase lanjutan (intermiten ) 5H3R3E3 obat ini diberikan selama 5
bulan, 3 kali seminggu (66 kali).
INH 500 mg, 2 tablet
Rifampisin 250 mg, 1 tablet
Ethambutol 1250mg, 3 tablet (500mg 2 tablet, 250mg 1
tablet)

c. Kategori -3 (2HRZ/ 4 H3R3)
1) Penderita baru BTA negatif/ Roentgen positif
2) Penderita ekstra paruringan, maka:
Satu minggu sebelum fase awal intensif selesai dilakukan, periksa
ulang dahak. Bila hasil positif, pindah ke kategori -2. Bila hasil
negatif, lanjutkan ke pengobatan fase lanjutan ( intermiten).
Pada fase awal di berikan setiap hari selama 60 kali (2 bulan)
INH 500 mg, 1 tablet
Rifampisin 450 mg, 1 tablet
Pirazinamide 500 mg, 3 tablet
Dan fase lanjutan (intermiten) diberikan selama 4 bulan 3 kali
seminggu (54 kali)
INH 300 mg, 2 tablet
Rifampisin 450 mg, 1 tablet
Program penanggulangan TBC yang efektif terdiri dari 5 kunci
utama yang merupakan rangkaian proses, yang bila dilaksanakan
secara komprehensif, merupakan kunci keberhasilan
penanggulangan TBC.

4. Strategi Penemuan dan Evaluasi
Strategi penemuan dan evaluasi pengobatan penderita TBC dengan
melaksanakan fungsi PRM dan PS (Puskesmas Rujukan mikroskopis
dan Puskesmas Satelit), dimana Puskesmas Satelit membuat fiksasi
sediaan untuk di warnai dan dibaca oleh Puskesmas Rujukan
Mikroskopis.
Kunci utama strategi tersebut adalah :
1) Diagnostik utama dan pemeriksaan sputum BTA
2) Ketersediaan obat bermutu dan kepastian jumlah dan jaminan
distribusi
3) Pengawasan keteraturan pengobatan dengan pengobatan DOTS
4) Keseragaman sistem pencatatan dan pelaporan.


1. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2004. Pedoman Kerja Puskesmas.
2. Dr. R. Soehadi dkk. 1995. Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di
Puskesmas. Podorejo, Magelang.
3. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Departemen Kesehatan RI. Info Penyakit : Pengendalian TB di Indonesia
mendekati MDG.
4. Trihono, 2002. Pedoman Manajemen Puskesmas. Proyek Kesehatan
Keluarga dan Gizi, Departemen Kesehatan.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Pertama. 2007.

Anda mungkin juga menyukai