Dokumen tersebut membahas tentang kanker palatum. Kanker palatum adalah tumor ganas yang terjadi pada palatum atau langit-langit mulut. Faktor risiko utamanya adalah merokok dan minum minuman beralkohol. Jenis kanker palatum yang paling umum adalah karsinoma sel skuamosa.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan20 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang kanker palatum. Kanker palatum adalah tumor ganas yang terjadi pada palatum atau langit-langit mulut. Faktor risiko utamanya adalah merokok dan minum minuman beralkohol. Jenis kanker palatum yang paling umum adalah karsinoma sel skuamosa.
Deskripsi Asli:
Penjelasan singkat tentang adanya kanker pada palatum yang disebabkan oleh banyak hal, misalnya merokok
Dokumen tersebut membahas tentang kanker palatum. Kanker palatum adalah tumor ganas yang terjadi pada palatum atau langit-langit mulut. Faktor risiko utamanya adalah merokok dan minum minuman beralkohol. Jenis kanker palatum yang paling umum adalah karsinoma sel skuamosa.
Dokumen tersebut membahas tentang kanker palatum. Kanker palatum adalah tumor ganas yang terjadi pada palatum atau langit-langit mulut. Faktor risiko utamanya adalah merokok dan minum minuman beralkohol. Jenis kanker palatum yang paling umum adalah karsinoma sel skuamosa.
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20
KANKER PALATUM
REFERAT ILMU PENYAKIT MULUT
OLEH: Yoanita Wendy 2010.07.0.007 !a"#ie$$a Nata%&a 2010.07.0.00'' (a)i#a& 2010.07.0.00'* Fe$inda !+na,an 2010.07.0.00-. /e0y T#i 2010.07.000.. 1a22i Ra)ad&ani 2010.07.0007- FAKULTA( KE/OKTERAN !I!I UNI3ER(ITA( HAN! TUAH (URA4AYA 201' 4A4 I PEN/AHULUAN 1.1 Lata# 4e$a2an5 Rongga mulut terdiri dari bibir, lidah oral, dasar mulut, trigonum retromolar, alveolar ridge, mukosa bukal dan palatum durum (Tjiptoningsih, 2014). Yang termasuk oroaring adalah dasar lidah, tonsil, uvula, dinding posterior, lateral aring dan palatum mole (!"ariadi, 200# $ Robbins dkk, 200%). !ehingga palatum se&ara anatomi terdapat pada rongga mulut (palatum durum' hard palate) dan oroaring (palatum mole' soft palate). (eganasan rongga mulut merupakan keganasan "ang sering dijumpai dan merupakan salah satu dari sepuluh keganasan "ang paling sering men"ebabkan kematian. !alah satu tumor ganas "ang terjadi pada rongga mulut adalah tumor ganas palatum. Tumor ganas palatum bisa terjadi pada palatum durum ataupun palatum mole. )alatum mole adalah langit*langit pada mulut "ang berada diba+ah, sebelah atas uvula, sedangkan palatum durum adalah langit*langit pada mulut "ang berada paling atas, disebelah belakang gigi seri dan gigi taring Tumor ganas palatum juga bisa mengakibatkan kematian dan ke&a&atan "ang signiikan. ,i -ndonesia, rekuensi relati keganasan rongga mulut diperkirakan men&apai 1,.*./ dari seluruh pen"akit keganasan. !ebagian besar penderita baru men"adari dan berobat bukan padaa stadium "ang a+al. )ada umumn"a sebagian besar penderita baru berobat pada stadium tiga dan empat. )adahal jika pen"akit keganasan ini jika ditemukan dan dilakukan pengobatan pada stadium a+al akan memiliki prognosis "ang lebih baik. !alah satu aktor "ang berperan "aitu kurangn"a perhatian mas"arakat terhadap pen"akit ini. 4A4 II TIN6AUAN PU(TAKA 2.1 Anato)i )alatum durum meliputi daerah semilunar pada permukaan dalam alveolar ridge superior hingga bagian posterior os palatinum. )alatum durum memisahkan rongga mulut dengan rongga hidung dan dengan sinus maksila. 0ukosa palatum adalah epitel skuamosa pseudostratiied berkeratin (keratinized masticatory mucosa). 1apisan submukosa terdiri atas kelenjar* kelenjar liur minor terutama daerah palatum durum. 1apisan periosteal "ang menutup palatum durum menjadi barier relati untuk pen"ebaran sel kanker ke os palatinum (2erning). !a)"a# 2.1 !ara dan pembuluh darah "ang mendarahi dan men"arai palatum berasal dari oramina palatina di medial molar ketiga. 3oramina ini dapat menjadi jalur pen"ebaran tumor. 4rteri palatina "ang berasal dari arteri maksilaris interna berjalan ke anterior melalui oramen nasopalatinum ke rongga hidung men"ediakan suplai darah. 5aras sensorik dan sekretomotorik berasal dari &abang maksilaris nervus trigeminal dan ganglion pterigopalatinum, menuju palatum durum melalui nervus palatinus (Tjiptoniningsih, 2014) . !e&ara anatomi palatum mole adalah bagian oroaring, terdiri atas mukosa di kedua permukaan. ,i antaran"a terdapat jaringan pen"ambung, serabut otot, aponeurosis, pembuluh darah, kelenjar limatik dan kelenjar liur minor. !e&ara ungsional, palatum mole memisahkan oroaring dari nasoaring selama proses bi&ara dan menelan (Tjiptoningsih, 2014). 2.2 Neo7$a%ia 8T+)o#9 4da dua tipe neoplasia, "aitu neoplasia jinak (benign neoplasm) dan neoplasia ganas (malignant neoplasm). )erlu diperhatikan perbedaan antara keduan"a, bah+a neoplasia jinak merupakan pembentukan jaringan baru "ang abnormal dengan proses pembelahan sel "ang masih terkontrol dan pen"ebarann"a terlokalisir. !ebalikn"a pada neoplasia ganas atau kanker, pembelahan sel sudah tidak terkontrol dan pen"ebarann"a meluas. )ada neoplasia ganas, sel tidak akan berhenti membelah selama masih mendapat suplai makanan. )roses terjadin"a neoplasma tidak dapat lepas dari siklus sel karena sistem kontrol pembelahan sel terdapat pada siklus sel. 6angguan pada siklus sel dapat mengganggu proses pembelahan sel sehingga dapat men"ebabkan neoplasma. (erusakan sel pada bagian ke&iln"a, misaln"a gen, dapat men"ebabkan neoplasma ganas. Tetapi jika belum mengalami kerusakan pada gen digolongkan pada neoplasma jinak, sel han"a mengalami gangguan pada aktor*aktor pertumbuhan (growth factors) sehingga ungsi gen masih berjalan baik dan kontrol pembelahan sel masih ada (!"ariadi, 200#). !a)"a# 2.1 I$+%t#a%i Anato)i Pa$at+) 2.2.1 /e:ini%i T+)o# !ana% ; Kan2e# Pa$at+) (anker rongga mulut ialah kanker "ang berasal dari epitel baik berasal dari mukosa atau kelenjar liur pada dinding rongga mulut dan organ dalam mulut. (anker palatum adalah pen"akit keganasan'tumor ganas pada rongga mulut "ang terjadi pada palatum atau langit*langit mulut (Robbins, 200%). !a)"a# 2.2 !7uamous 8ell 8ar&inoma )alatum 2. E7ide)o$o5i dan In%iden% 9erapa besar insidens kanker rongga mulut di -ndonesia belum kita ketahui dengan pasti. 3rek+ensi relati di -ndonesia diperkirakan 1,./*./ dari seluruh kanker. Tingkat kejadian kasus tumor ganas palatum pada jenis kelamin laki*laki &endrung lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan. )erbandingan kejadian antara laki*laki dan perempuan adalah 2 : 1, dengan distribusi umur terban"ak dijumpai pada umur .. *.; tahun (1#,% /) dan "ang paling sedikit dijumpai adalah pada umur < 40 tahun (=,% /). (http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer, ) (anker pada palatum durum terjadi 2/ malignan pada kepala dan leher. !etengah dari seluruh kanker palatum adalah !7uamous &ell &ar&inoma (!88). (anker non sel skuamosa, "aitu meliputi kanker kelenjar saliva minor, sar&oma dan melanoma, merupakan setengah lainn"a (!adeghi, 2014). )ada palatum mole, #0/ adalah !88. 20/ lainn"a adalah non !88. )revalensi kanker rongga mulut dan oroaring se&ara geograis paling tinggi adalah di -ndia (!adeghi,2014). (ebiasaan mengun"ah betel*nut bersama jeruk limau dan tembakau seperti "ang dilakukan mas"arakat di -ndia meningkatkan risiko kejadian kanker rongga mulut. 4ngka kejadian pada laki* laki = kali lipat, angka kejadian dan mortalitas jauh lebih tinggi pada usia tua (Tjiptoningsih, 2014). ,istribusi se&ara histologis hard palate malignant neoplasms: !7uamous &ell &ar&inoma * .=/ 4denoid &"sti& &ar&inoma * 1./ 0u&oepidermoid &ar&inoma * 10/ 4deno&ar&inoma * 4/ 4naplasti& &ar&inoma * 4/ >ther * 14/ (!adeghi, 2014) 2.' Etio$o5i dan Fa2to# Re%i2o )en"ebab pasti dari tumor ganas palatum sebenarn"a belum diketahui pasti pen"ebabn"a. Tetapi merokok dan minum minuman beralkohol adalah aktor etiologi "ang sering ditemukan. )ada perokok berat berisiko . sampai 2. kali lebih tinggi aktor risikon"a mengalami tumor ganas palatum dibandingkan dengan "ang bukan perokok. !eseorang "ang memiliki ri+a"at merokok 40 bungkus dalam setahun dapat meningkatkan aktor risiko seban"ak 40 kali. Reverse smoking atau merokok terbalik merupakan aktor risiko tinggi untuk kanker palatum durum karena ujung rokok men"ala "ang ditempatkan di dalam mulut akan mempengaruhi mukosa daerah tersebut. ?al*hal lain "ang dapat menjadi aktor risiko meliputi ill*itting dentures, oral h"giene "ang buruk, iritasi mekanik, dan penggunaan &airan mouth+ash, +alaupun belum ada bukti n"ata (!adegh, 2014, Tjiptoningsih, 2014). 4lkohol juga merupakan salah satu aktor risiko "ang sering dijumpai pada tumor ganas palatum. !ama haln"a dengan rokok, seseorang "ang memiliki ri+a"at mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko terjadin"a tumorganas pada palatum. !eseorang dengan ri+a"at meminum minuman be ralkohol seban"ak . botol perhari dapat meningkatkan aktor resiko 40 kali lebih tinggi dibandingkan seseorang "ang tidak mengkonsumsi minuman alkohol. @ek langsung dari nikotin dan hidrokarbon poliklik aromatik dipertimbangkan bersiat karsinogenik. 0erokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol juga men"ebabkan mutasi dari gen supresor tumor (!"ariadi, 200#).
Asia juga mempengaruhi aktor risiko dari tumor palatum. 9iasan"a timbul pada usia B 40 tahun. ?al tersebut kemungkinan disebabkan karena adan"a penurunan sistem imunitas karena bertambahn"a usia, akumulasi dari perubahan* perubahan genetik dan laman"a terpapar oleh insisiator dan promotor kegana san seperti iritan kimia "ang menjadi salah satu aktor risiko dari tumor ganas palatum. 3aktor terpajan oleh Cat seperti kromikum, nikel, radium, gas mustard adalah beberapa Cat "ang menjadi aktor dari risiko tumor palatum. @ek hormonal "ang terjadi pada manusia "ang dipengaruhi oleh usia menjadi salah satu alasan aktor usia menjadi aktor risiko terjadin"a tumor palatum.!elainitu, penuaan sel dan penurunan imunitas "ang sering terjadi pa da usia lanjut juga mempengaruhi aktor risiko "ang menjadikan usia termasuk dalam aktor risiko. 3aktor risiko lain"a adalah jenis kelamin, tumor ganas palatum lebih ban"ak terjadi pada laki*laki dibandingkan +anita. 2.- Pato:i%io$o5i Tumor ganas sebagai serangkaian pen"akit dimana sel berhasil meloloskan diri dari mekanisme kontrol "ang pada keadaan normal akan menghalangi pertumbuhann"a. Tumor ganas terbentuk akibat terjadin"a muta si beberapa gen seperti pada gen tumor supresor, gen onkogen sehingga pertumbuhan sel tidak terkontrol. !el normal "ang terkena bahan karsinogenik dapat mengalami mutasi gen dan akan membentuk sel baru. !etelah terbentuk sel baru dengan adan"a hal tersebut maka jaringan akan rusak menembus basal*basal membran dan menjadi sel kanker. !elain bahan karsinogenik "ang memi&u adan"a sel kanker ialah hormon, virus, pen"inaran atau Radiasi dan bahan kimia lain. !el*sel ganas mempun"ai kemampuan untukmengadakaninvasi baik se&ara lo&al maupun ke tempat "ang jauh (meta stasis). 4da dua siat berbaha"a dari tumor ganas "ang membedakann"a dengan tumor jinak "aitu kemampuann"a untuk menginvasi jaringan normal dan kemampuann"a untuk bermetastasis. !elain bermetastasis, tumor stadium lanjut juga menginvasi struktur jaringan "ang letakn"a lebih dalam, karena mempun"ai potensi membentuk tumor primer sekunder. )ertumbuhan dan pen"ebaran tumor ganas palatum atau tumor ganas rongga mulut lainn"a sering bermetastasis se&ara lokal ke kelenjar lime regional, terutama di bagian leher, selanjutn"a membentuk anak sebar di paru, hati, atau tulang. 0etastasis merupakan kemampuan sel kanker dari tumor primer untuk menginiltrasi jaringan normal dan men"ebar ke seluruh tubuh. 0etastasis merupakan salah satu pen"ebab terbesar kematian penderita tumor ganas. ?al ini disebabkan karena metastasis sudah terjadi sebelum tumor primer itu sendiri terdeteksi. )roses metastasis ini terutama melalui aliran lime dan pembuluh darah,namun demikian dapat juga melalui rongga dalam tubuh misaln"a rongga abdomen dan melalui &airan tubuh misaln"a li7uor &erebrospinalis. (emampuan metastasis ini disebabkan karena kemampuan sel kanker untuk melakukan invasi ke dalam jaringan sekitarn"a dan seterusn"a ke pembuluh darah atau pembuluh l"mphe. )roses terjadin"a metastasis terutama disebabkan oleh perubahan siat selganas. !iat sel ganas itu antara lain perubahan biokimia permukaan sel, pertambahan motilitas, kemampuan mengeluarkan Cat litik, dapat membe ntuk pembuluhdarah baru (angiogenesis), berkurangn"a adhesi sel tumor satu dengan lainn"a dan hilangn"a da"a pertumbuhan bersama antara sesama sel tumor dan sel normal diantaran"a. (onsep dasar dari langkah*langkah terjadin"a metastasis "ang dianut sekarang ini, pertama adalah proses terlepasn"a sel*sel tumor dari kelompokn"a (deta&hment) dan kemudian sel*sel ini akan melengket pada membrana basalis pembuluh darah, kemudian sel ini akan mengeluarkan enCim "ang men"ebabkan lisisn"a membrana basalis pembuluh darah. !el kanker tersebut kemudian masuk ke dalam pembuluh darah melalui deek "ang terjadi tadi. 2alaupun sel tersebut telah masuk pembuluh darah, dan beredar dalam aliran darah, hal ini belum menjamin terjadin"a metastasis "ang berhasil, karena tidak jarang ban"ak sel kanker dalam sirkulasi, namun tidak terjadi metastasis. !ebagian besar keganasan palatum terdiagnosis terlambat$ biasan"a baru dikeluhkan setelah tumor menginvasi struktur tulang. 4namnesis terarah dan pemeriksaan isik men"eluruh dapat membantu mengetahui pen"ebaran tumor. )en"ebaran (!! melampaui palatum durum terjadi pada lebih dari %0/ lesi. )en"ebaran ke posterior meliputi palatum molle mengakibatkan insuisiensi veloaringeal dan bi&ara sengau. )alatal h"pesthesia menunjukkan keterlibatan nervus trigeminus dalam oramen senopalatinum atau pen"ebaran ke osa pterigopalatina. Trismus, maloklusi dan n"eri merupakan gejala invasi ke muskulus pterigoideus. )en"ebaran men&apai gingiva memerlukan evaluasi lebih lanjut. ,ental so&ket men"ediakan jalur invasi ke prosesus alveolaris tulang maksila dan ke sinus maksilaris. ,asar rongga hidung dapat terlibat apabila ada pen"ebaran langsung "ang menembus palatum (Tjiptoningsih, 2014). (eterlibatan kelenjar getah bening ((69) termasuk hal khusus "ang harus diperhatikan pada (!! dan kanker mukoepidermoid high grade. (ira* kira =0/ pasien sudah mengalami keterlibatan kelenjar &oli pada saat datang ke dokter. ,rainase a+al adalah ke kelenjar submandibular dan (69 upper deep jugular. )ada tumor "ang men"ebar ke posterior, seperti ke palatum mole, (69 retroaring mungkin dapat terlibat.2 1ebih dari separuh pasien datang dengan pen"ebaran men&apai palatum mole. 1okasi lain "ang sering terkena pen"ebaran meliputi tonsil, trigonum retromolare, prosesus alveolaris superior dan inerior, palatum durum, dan lidah. )en"ebaran ke oramen senopalatinum men"ebabkan hipostasis palatal. )ada lesi "ang meluas ke nasoaring, dapat mun&ul gejala eusi telinga tengah. Tumor juga dapat meluas ke anterosuperior, men&apai osa pterigomaksilaris dan osa inratemporalis (Tjiptoningsih, 2014). 2.. K$a%i:i2a%i Hi%to7ato$o5i dan (tadi+) K$ini% 2...1 K$a%i:i2a%i Hi%to7ato$o5i A. Ti7e Hi%to$o5i !ebagian besar (D;0/) kanker rongga mulut berasal dari mukosa "ang berupa karsinoma epidermoid atau karsinoma sel skuamosa dengan dierensiasi baik, tetapi dapat pula berdierensiasin"a sedang, jelek atau anaplastik. 9ila gambaran patologis menunjukkan suatu rabdomio sarkoma, ibrosarkoma, malignant, fibrohistiocytoma atau tumor ganas jaringan lunak lainn"a, perlua diperiksa dengan teliti apakah tumor itu benar suatu tumor ganas rongga mulut (800*80E) ataukah suatu tumor ganas jaringan lunak pipi, kulit, atau tulang "ang mengadakan invasi ke rongga mulut. 4. /e#a<at /i:e#en%ia%i @ 61 F ,ierensiasi baik 62 F ,ierensiasi sedang 6= F ,ierensiasi jelek 64 F Tanpa dierensiasi F anaplastik =. La7o#an Pato$o5i (tanda# Yang perlu dilaporkan pada hasil pemeriksaan patologis dari spe&imen operasi meliputi : 1. tipe histologis tumor 2. derajat dierensiasi (grade) =. pemeriksaan TG0 untuk menentukan stadium patologis (pTG0) T F Tumor )rimer * ukuran tumor * 4dan"a invasi kedalam pembuluh darah' lime * Radikalitas operasi G F Godus Regional * ukuran (69 * 5umlah (69 ditemukan * 1evel (69 "ang positi * 5umlah (69 "ang positi * -nvasi tumor keluar kapsel (69 * 4dan"a metastase ekstra nodal 0F 0etastase jauh 2...2 (tadi+) K$ini% 0enentukan stadium kanker rongga mulut dianjurkan memakai sistem TG0 dari A-88,2002. Tatalaksana terapi sangat tergantung dari stadium. !ebagai ganti stadium untuk melukiskan beratn"a pen"akit kanker dapat pula dipakai luas ekstensi pen"akit. (lasiikasi dari tumor ganas palatum dibagi menurut keadaan tumor primer (T), regiona kelenjar lime (Godul'G) dan perluasan metastasis (0). Tumor )rimer (T) T0 : Tidak dijumpai tumor primer T1 : Tumor berukuran kurang dari 2&m T2 : Tumor berukuran 2&m samapi lebih ke&il dari 4&m T= : Tumor berukuran 4&m atau lebih T4a : Tumor menginvasi tulang, otot*otot ekstrinsik lidah, sinus maksila atau kulit +ajah T4b : Tumor melibatkan ruang masti&ator, plate pter"goideus, dasar otak, dan atau arteri karotis interna Regional 1ime (G) G0 : Tidak ada pen"ebaran ke (69 1eher G1 : 0etastase single (69 leher ipsilateral dengan ukuran kurang dari =&m G2a : 0etastase single (69 leher ipsilateral dengan ukuran =&m hingga E&m G2b : 0etastase multiple (69 leher ipsilateral dengan ukuran =&m hingga E&m G2& : 0etastase bilateral (69 leher dengan ukuran kurang dari E&m G= : 0etastase single atau multiple (69 leher dengan ukuran lebih dari E&m )erluasan 0etastasis (0) 00 : Tidak dijumpai metastasis jauh 01 : ,ijumpai metastasis jauh !tadium: 0 : T0 G0 00 - : T1 G0 00 -- : T2 G0 00 --- : T= G0 00 T1 G1 00 T2 G1 00 T= G1 00 (!udiono, 2001) 2.7 /ia5no%a Antuk menentukan diagnosis dari tumor palatum perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan isik, dan pemeriksaan penunjang. 4namnesa dilaukakn pada pasien ditan"akan tentang keluhan seperti rasa n"eri pada saat menelan, sulit mengun"ah, dan membuka mulut serta adan"a benjolan pada palatum. 6ejala*gejala tersebut merupakan gejala khas pada keganasan , tetapi bisa juga terjadi pada pen"akit lain. )erjalanan pen"akit pada tumor ganas bersiat progresi &epat membesar dalam jangka +aktu relati pendek. !elain tentang keluhan, aktor resiko juga perlu ditan"akan "ang berkaitan dengan tumor, selain itu pengobatan "ang telah diberikan dan bagaimana hasil dari pengobatan tersebut. )emeriksaan isik dilakukan pemeriksaan status general tentang kesehatan umum pasien dan tanda metastase di organ lain. !tatus lokal dilakukan dengan inspeksi dan palpasi bimanual. )emeriksaan penunjang "aitu pemeriksdaan histopatologi dilakukan pemeriksaan spesimen untuk pemeriksaan histopatologi dapat diambil dari tumor primer atau pada metastase getah bening leher dengan biopsi jarum halus . )emeriksaan radiograi "aitu oto ?ap perlu dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang radiograi pada tumor palatum. !elain itu oto thoraH untuk mengetahui adan"a metastase paru. !elain itu misaln"a A!6 hepar untuk melihat adan"a metastase tumor tersebut. 8T*!84G atau 0R- dilakukan untuk melihat luas ekstensi tumor lokoregional. )emeriksaan penunjang laboraturium rutin, seperti darah, urin, ureum dilakukan untuk menilai keadaan umum dan persiapan operasi. (!udiono,200#). 2.7.1 !a)"a#an K$ini% Rongga mulut adalah regio anatomik "ang dapat dengan mudah diinspeksi dan dipalpasi. 2alaupun demikian, ban"ak penderita datang dengan klinis sudah berat karena saat masih dini tidak terasa n"eri . 6ejala klinis "ang ditemukan pada stadium a+al tumor ganas palatum tidak spesiik. )ada umumn"a pasien "ang menderita tumor ganas palatum tidak menunjukkan gejala pada tahap a+al, tetapi pada stadium lanjut biasan"a baru timbul rasa sakit. (eganasan palatum durum sering tidak n"eri dan gejala utama adalah berupa massa pada palatum, perdarahan, bau busuk, iregularitas mukosa atau ill* itting dentures (gigi palsu "ang tidak pas atau gigi longgar). 6ejala lain berupa ulkus "ang tidak kunjung sembuh, perdarahan hilang timbul dan n"eri. )ada orang dengan tumor ganas palatum mole stadium lanjut kesulitan menelan, otalgia, trismus atau massa leher dapat terjadi. (Tjiptoningsih, 2014). !a)"a# 2. !88 palatum durum !a)"a# 2.' 4denoma pleomorik dari kelenjar liur minor palatum durum 2.7.2 Inte#7#eta%i HPA (arsinoma sel skuamosa se&ara histologis menunjukkan prolierasi sel epitel skuamosa. Terlihat sel "ang atipia disertai perubahan bentuk rete peg pro&essus, pembentukan keratin "ang abnormal, penambahan prolierasi sel basaloid, susunan sel menjadi tidak teratur, dan membentuk tumor nest (anak tumor) "ang beriniltrasi ke jaringan sekitarn"a, atau membentuk anak sebar ke organ lain (metastasis) . !e&ara histologis karsinoma sel skuamosa diklasiikasikan oleh 2?> menjadi: 1. 2ell dierentiated (6rade -): "aitu prolierasi sel*sel tumor dimana sel*sel keratin basaloid masih berdierensiasi dengan baik membentuk keratin (keratin pearl) 2. 0oderate dierentiated (6rade --): "aitu prolierasi sel*sel tumor dimana sebagian sel*sel basaloid tersebut menunjukkan dierensiasi, membentuk keratin. =. )oorl" dierentiated (6rade ---): "aitu prolierasi sel*sel tumor dimana seluruh sel*sel basaloid tidak berdierensiasi membentuk keratin, sehingga sulit dikenali lagi.
!a)"a# 2.-. 6ambaran histopatologis !88 +ell dierentiated. Terlihat prolierasi sel*sel skuamous disertai pembentukan keratin (keratin pearl). !a)"a# 2... 6ambaran histopatologis !88 moderate dierentiated. Terlihat prolierasi sel karsinoma sebagian sel*sel skuamous berdierensiasi membentuk sebuah sarang, dengan pembentukan keratin di dalam sitoplasma sel tumor . (4CiCi T, 201=)
!a)"a# 2.7. 6ambaran histopatologis !88 poorl" dierentiated. Terlihat prolierasi sel karsinoma tanpa adan"a dierensiasi sel sehingga sel menjadi sangat atipikal dan sulit dikenali. (arsinoma sel skuamosa timbul dari permukaan epitel displastik dan se&ara histopatologi ditandai dengan gambaran pulau invasi dan rangkaian sel*sel epitel karsinoma skuamosa. -nvasi ditandai dengan perluasan se&ara ireguler dari epithelium sampai ke membrana basalis dan ke dalam jaringan konekti subepitel. !el "ang menginvasi dan masa sel dapat masuk jauh ke dalam jaringan adipose, otot atau tulang dan dapat mendegradasi pembuluh darah, menginvasi kedalam lumina dari vena dan limatik. !ering terdapat respon inlamasi "ang berat atau respon sel imun terhadap epitel "ang menginvasi tersebut, dan daerah nekrosis sentral dapat terjadi. (?asibuan, 2004) 2.7. Inte#7#eta%i Radio$o5i !&an 8T dan 0egneti& Resonan&e -maging (0R-) "aitu digunakan untuk lesi lebih dalam dan menilai struktur lebih dalam pada tumor dan menunjukkan apakah terdapat metastase atau tidak.(8harlene 5. Reeves, 2001, hal: 1==) ,iambil dari 2 pasien berbeda. 4) terdapat perluasan destruksi tulang pada palatum hingga sinus maHilaris ( panah dan gambar bintang) dan terjadi sklerosis abnormal pada palatum keras pada sisi kanan ( panah putus*putus). (!ingh,201=$ 4CiCi, 201=). 2.* /ia5no%i% 4andin5 Tumor ganas palatum memiliki persamaan gejalan dengan tumor jinak palatum atau "ang disebut kondroma palatum, sehingga kondroma palatum menjadi salah satu diagnosis banding dari tumos ganas palatum. )ada kondroma palatum juga ditemukan gejala adan"a massa. !elain kondroma palatum gingivitis ulserati akut juga menjadi salah satu diagnosis banding untuk tumor ganas palatum. 6ingivitis ulserati akut memiliki gejala "ang mirip sperti bau mulut, ulserasi pada palatum serta rasa n"eri juga sering timbul pada gingivitis ulserati akut (!"airadi, 200#). 2.> Penata$a2%anaan Tergantung pada stadium tumor ganas palatum itu sendiri. )enatalaksanaan tumor ganas palatum bisa melalui radioterapi, kemoterapi, pembedahan atau kombinasi dari ketiga penatalaksanaan tersebut. )ada stadium a+al terapi utama adalah radioterapi ataupun pembedahan. )ada stadium lanjut penatalaksanaan "ang harus dilakukan adalah kombinasi dari kemoterapi,radioterpi, dan pembedahan 2.10 P#o5no%i% )rognosis penderita karsinoma rongga mulut tergantung dari beberapa aktor, "aitu ukuran kanker, daerah' lokasi dari kanker, ada tidakn"a keterlibatan jaringan lima, ada atau tidakn"a metastase pada daerah lain, serta pera+atan "ang dilakukan. kanker "ang berlokasi pada dasar mulut atau palatum lunak sering bermetastase se&ara bilateral didaerah leher dan lebih sulit dalam pera+atann"a, dibandingkan kanker didepan dasar mulut "ang &enderung bermetastase se&ara unilateral didaerah leher (Rodmand, 2011) )rognosis jelek berhubungan dengan perluasan tumor terutama "ang melibatkan sara kranial atau perluasan intrakranial, keterlibatan pembesaran kelenjar lime, kelenjar lime bilateral dan di supraklavikular, peninggian 1,? dan kadar antibodi @9I "ang tinggi. 4ngka harapan hidup bervariasi pada stadium. )ada stadium - dan -- (tanpa metastasi kelenjar lime atau metastasis lainn"a) mempun"ai .*"ear survival sebesar %0*#0/. )ada stadium --- mempun"a 40*.0/ .*"ear survival. !edangkan .*"ear survival pada stadium -I (invasi ke dasar tengkorak atau sara kranial, pembesaran kelenjar lime bilateral atau metastasis jauh) adalah 20*40/. !elain itu terapi kombinasi lebih meningkatkan prognosis dibandingkan dengan terapi tunggal (Tit&omb, 2001). 4A4 III KE(IMPULAN (anker atau tumor ganas palatum adalah salah satu pen"akit keganasan pada rongga mulut "ang terjadi pada palatum atau langit*langit mulut. )en"ebab pasti dari tumor ganas palatum sebenarn"a belum diketahui pasti,tetapi merokok, minum minuman beralkohol, usia, jenis kelamin dan Cat* Cat kimia menjadi aktor resiko terjadin"a tumor ganas palatum. )enatalaksanaan tumor ganas palatum tergantung pada stadium tumor ganas palatum. )enatalaksaan tumor ganas palatum bisa melalui radioterapi, kemoterapi, pembedahan, atau kombinasi dari ketiga penatalaksanaan tersebut. )ada stadium a+al terapi utama adalah radioterapi ataupun pembedahan. )ada stadium lanjut penatalaksaan "ang mesti dilakukan adalah kombinasi dari kemoterapi, radioterapi dan pembedahan. !emakin a+al dilakukan penatalaksanaan pada tumor ganas palatum prognosisn"a pun akan semakin baik /AFTAR PU(TAKA 4CiCi T, 201=. ,iagnosis and 0anagement o 8ommon >ral and 0aHilloa&ial 1esions. 4 teHtbook o advan&ed oral and maHilloa&ial surger" Robbins, dkk, 200%. Buku Aar !atologi "disi #. 5akarta: @68 Rodmand R, 2011. Tumors o The ?ard )alate and Apper 4lveolar Ridge. The Aniversit" o TeHas 0edi&al 9ran&h ,epartment o >tolar"ngolog". 4vailable rom http:''+++.utmb.edu'otore'6rnds'hard*palate*tumors*2011*042.'0* hard*palate*pi&*2011*04.pd !adeghi et al, 2014. 0alignant Tumors o the )alate. 4vailable link: http:''emedi&ine.meds&ape.&om'arti&le'#4%#0%*overvie+Jsho+all. 4&&essed 14*%*2014 !ing G et al, 201=. -maging and Rese&tabilit" -ssues o !inonasal Tumors. @Hpert Rev 4nti&an&er Ther. 201=$1=(=):2#%*=12 !"ariadi, 0ei drg. 200#. !atologi $ulut, %umor &eoplastik ' &on &eoplastik (ongga $ulut. Yog"akarta: )enerbit 4G,- Tjiptoningsih A0, 2014. %ata )aksana (adiasi pada *anker !alatum +urum. 8,(*21=' vol. 41 no. 2, th. 2014. 4vailable link : http:''+++.kalbemed.&om')ortals'E'0;K21=Tatalaksana/20Radiasi /20paHda/20kanker/20)alatum/20,arum.pd. 4&&essed 14*%*2014 Tit&omb 8). 2001. ?igh in&iden&e o Gasophar"ngeal &ar&inoma in 4sia. 5 -nsur 0ed == :2=.L2=# !udiono janti,200#. !emeriksaan !atologi untuk +iagnosis &eoplasma $ulut. @68: 5akarta 2erning 52. 200%. ,ral -ancer: +iagnosis, $anagement, (ehabilitation. Ge+ York : Thieme