LP Phimosis Ok
LP Phimosis Ok
LP Phimosis Ok
PHIMOSIS
Disusun oleh:
RIKA WIDIANA
N.002.013.015
A.
Definisi
Phimosis atau Phimores adalah penyempitan pada prepusium.
Phimosis adalah prepusium penis yang tidak dapat diretraksi (ditarik)
keproksimal sampai kekoronaglandis. Fimosis merupakan suatu keadaan
normal yang sering ditemukan pada bayi baru lahir atau anak kecil, karena
terdapat adesialamiah antara prepusium dengan glans penis. Dan biasanya
pada masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya. Pada pria yang
lebihtua, fimosis bisa terjadi akibat iritasi menahun. Fimosis bisa
mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas seksual. Biasanya keadaan ini
diatasi dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi). (Ngastiyah, 2005)
Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang
dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium
dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis
yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdi latasi perlahan-lahan
sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada
saat usia 3 tahun, 90% prepusium sudah dapat diretraksi.
B.
Etiologi
1. Konginetal (fimosis fisiologis)
Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya
merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa
remaja. Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan
tidakdapatditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring
bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan
terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans
penis dan lapis glan dalam preputium sehingga akhirnya kulit
preputium terpisah dari glan penis. Suatu penelitian mendapatkan
bahwa hanya 4% bayi seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke
belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3
tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami
fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan
hanya 20% dan 200 anak laki-laki berusia5-13 tahun yang seluruh kulit
preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
2.
Manifestasi Klinis
1.
Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang
2.
Balloning
3.
Sakit saat berkemih
4.
Sulit kencing
5.
Pancaran kencing sedikit
D.
Patofisiologi
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat
adesi alamiah antara preputium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun
penis tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel
preputium (smegma) mengumpul didalam preputium dan perlahan-lahan
memisahkan preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara
berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium
menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal.
Pada bayi, preputium normalnya melekat pada glans tapi sekresi
materi subaseum kental secara bertahap melonggarkannya. Menjelang
umur 5 tahun, preputium dapat ditarik ke atas glans penis tanpa kesulitan
atau paksaan.
Tapi karena adanya komplikasi sirkumsisi, dimana terlalu banyak
prepusium tertinggal, atau bisa sekunder terhadap infeksi yng timbul di
bawah prepusium yang berlebihan. Sehingga pada akhirnya, prepusium
menjadi melekat dan fibrotik kronis di bawah prepusium dan mencegah
retraksi
E.
Pathway
F. Komplikasi
1. Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang kemudian
2.
3.
4.
5.
6.
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
a.
b.
c.
b.
1) Pemeriksaan genetalia
2) Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau
3)
4)
5)
6)
7)
penis,
Rencana Keperawatan
a. Pre Operasi
No. Dx. kep
1
Nyeri
berhubungan
dengan
adanya
tahanan saat
berkemih
diharapkan
Intervensi
NIC:
Pain management
1. Kaji skala nyeri
2. Ajarkan
teknik
tindakan
nyeri
anak
senyaman mungkin
4. Berikan lingkungan
yang nyaman
5. Kaloborasi
dengan
pemberian analgesik
2
Gangguan
eliminasi
NOC
Urinary elimination
Urinary contiunence
Setelah
dilakukan
urin
berhubungan
pola
dengan
NIC
Urinary retention care
1. Pantau eliminasi urine
tindakan
dengan
Kriteria Hasil :
infeksi pada
pasien dapat berkemih > 50
saluran
100 cc setiap kali
perkemihan
Tidak adanya hematuria
meliputi
frekuensi,
konsistensi,
volume
dan
bau,
warna
yang tepat
2. Anjurkan
kepada
keluarga
untuk
mencatat
haluaran
urine
3. Kaloborasi
dengan
atau sunat.
NIC
Anxiety reduction
berhubungan
dilakukan
tindakan 1. Pantau TTV
dengan
2. Berikan
penjelasan
keperawatan diharapkan cemas
tindakan
tentang kondisi pasien
dapat di atasi dengan kriteria hasil :
3. Berikan
dukungan
pembedahan - TTV normal
dan motivasi
yang
akan - Wajah pasien tidak cemas
4. Lakukan pendekatan
dilakukan
pada
pasien
dan
Cemas
NOC
Anxity
Setelah
keluarga
b. Diagnosa keparawatan post operasi
No. Dx. Kep.
1
Nyeri
berhubungan
dengan
trauma
Intervensi
NIC
Pain management
1. Kaji skala nyeri
2. Ajarkan
teknik
distrksi kepada orang
pembedahan
Comfort level
Setelah
dilakukan
keperawatan
diharapkan
tindakan
nyeri
keperawatan
diharapkan
tuanya
3. Atur posisi
anak
senyaman mungkin
4. Berikan lingkungan
yang nyaman
5. Kaloborasi
dengan
pemberian analgesik
NIC
Infection control
1. Kaji adanya tanda
tindakan
tanda
infeksi
di
infeksi
hygiene
pribadi
pasien
4. Ajarkan
teknik
pencucian
tangan
yang
kepada
benar
keluarga
5. Anjurkan
keluarga
berkontak
dengan pasien
6. Kaloborasi
dengan
pemberian antibiotik
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Haws., Paulette S..2008. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi; Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Kusuma.H, Amin.H.N. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
http://www.google.com/asuhan-keperawatan-Phimosis
http://www.blogspot.com/askep-Phimosis