Gas Well Deliverability
Gas Well Deliverability
Gas Well Deliverability
Secara garis besar, terdapat dua jenis uji sumur untuk sumur gas,
yang pertama adalah uji deliveribilitas termasuk back pressure test, Isochronal test
dan Modified Isochronal test dan yang kedua adalah pressure test (pressure
buildup dan pressure drawdown).
4.2 Uji Deliverabilitas
untuk
berproduksi, yang dinyatakan dalam bentuk grafik (Pr2 Pwf2) vs Qsc. Uji
deliverability merupakan suatu uji sumur yang umum digunakan untuk
menentukan produktivitas sumur gas. Uji ini terdiri dari tiga atau lebih aliran
dengan laju alir, tekanan dan data lain yang dicatat sebagai fungsi dari waktu.
Indikator produktivitas yang diperoleh dari uji ini adalah Absolute Open Flow
Potential (AOFP), yang didefinisikan sebagai kemampuan suatu sumur gas untuk
memproduksi gas ke permukaan dengan laju alir maksimum pada tekanan alir
dasar sumur (sandface) sebesar tekanan atmosphere ( 14,7 psia). Hal ini tidak
dapat diukur secara langsung tetapi dapat diperoleh dari uji deliverability.
Pada masa awal tes penentuan deliverabilitas ini sudah dikenal persamaan
empiris yang selaras dengan hasil pengamatan. Persamaan ini menyatakan bahwa
hubungan antara Qsc terhadap p2 pada kondisi aliran yang stabil.
Qsc =C (Pr2 Pwf2)n
Dimana :
Qsc = laju aliran gas (Mscf/d)
C
= bilangan
eksponen,
deliverability yang
merupakan
dari garis
kurva
inverse slope
umumnya
berharga antara
Gambar 4.1
Grafik Deliverabilitas
Convensional back pressure atau disebut juga flow after flow test , metode
ini pertama kali ditemukan oleh Pierce dan Rawlins (1929) untuk mengetahui
kemampuan
sumur
berproduksi
dengan
memberikan
tekanan
balik
(back pressure) yang berbeda-beda. Pelaksanaan dari tes yang konvensional ini
dimulai dengan jalan menutup sumur, untuk menentukan harga Pr. Selanjutnya
sumur diproduksi dengan laju sebesar Qsc sehingga aliran mencapai stabil,
sebelum diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi
tidak didahului dengan penutupan sumur.
Gambar skematis dari proses back pressure test diperlihatkan pada
Gambar 4.2. Analisis deliverability didasarkan pada kondisi aliran yang stabil.
Untuk keperluan ini diambil tekanan alir di dasar sumur (Pwf), pada akhir
dari periode suatu laju produksi.
Lama
waktu
pencapaian
kondisi
stabil
dipengaruhi
oleh
Gambar 4.2
Diagram Laju Produksi dan Tekanan Dari Back Pressure Test
Back Pressure Test hanya dapat memberikan hasil yang baik bila
dilangsungkan pada reservoir dengan permeabilitas tinggi. Sedang untuk reservoir
dengan permeabilitas rendah, akan diperlukan waktu yang cukup lama untuk
mencapai kondisi yang stabil, sehingga apabila uji dilakukan pada sumur
yang belum mempunyai fasilitas produksi, jumlah gas yang dibakar cukup besar.
Bertolak
dari
kelemahan
back-pressure
test,
maka
Cullender
dilihat pada Gambar 4.3. Setiap perubahan laju produksi didahului oleh penutupan
sumur sampai tekanan reservoir (Pr) mencapai stabil.
Pada Gambar 4.3 ditunjukkan beberapa hal penting yang berkaitan dengan
urutan uji isochronal, yaitu :
1. Waktu alir, kecuali pengaliran yang terakhir, berlangsung dalam selang waktu
yang sama.
2. Perode penutupan berlangsung sampai P = Pr, bukannya selang waktu yang
sama panjang.
3. Pada periode pengaliran terakhir, sumur dialirkan sampai mencapai keadaan
stabil, tetapi hal ini tidak mutlak.
Gambar 4.3
Diagram Laju Produksi dan Tekanan Dari Isochronal Test
Metoda
ini
merupakan
pengembangan
dari
metoda
isochronal,
perbedaannya terletak pada penutupan sumur tidak perlu mencapai kondisi stabil.
Pada reservoir yang ketat, penggunaan tes isochronal belum tentu menguntungkan
bila diinginkan penutupan sumur sampai mencapai keadaan stabil. Katz dkk(1959)
telah mengusulkan suatu metode untuk memperoleh hasil yang mendekati hasil
tes isochronal. Perbedaan metode ini dengan metode lain terletak pada
persyaratan bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil. Selain dari itu,
selang waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar.
Pengolahan data untuk analisa deliverabilitas tes modified isochronal sama
seperti pada metode isochronal, kecuali untuk harga Pr diganti dengan Pws, yaitu
harga tekanan yang dibaca pada akhir dari setiap massa penutupan sumur. Dari
Gambar 4.4. terlihat bahwa untuk suatu harga q diperoleh pasangan p2 dengan
kondisi sebagai berikut :
q1= (Pws1)2- (Pwf1)2
q2= (Pws2)2- (Pwf2)2
q3= (Pws3)2- (Pwf3)2
q4= (Pws4)2- (Pwf4)2
Sedangkan pengolahan kurva deliverabilitas yang stabil diperoleh
dengan jalan menggambarkan sebuah garis sejajar yang melalui (Pws2- Pwf2).
Gambar 4.4
Diagram Tekanan Dan Laju Produksi Selama Tes Modified Isochronal
membentuk beberapa harga Pws yang mana harga Pws ini akan semakin kecil
untuk periode aliran berikutnya.
2. Sumur diproduksi dengan laju aliran tertentu (q1) selama waktu t1 dan catat
laju aliran serta tekanan alir sebagai q1 dan Pwf1.
3. Sumur ditutup kembali selama waktu t, dan catat tekanannya sebagai Pwf2.
4. Sumur diproduksi selama t2 (sama dengan t1) dengan ukuran choke yang
berbeda, dan catat laju aliran dan tekanan alir sebagai q2 dan Pwf2.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali (umumnya cukup sampai empat titik)
dengan waktu aliran dan waktu penutupan sama dengan t1 hingga mencapai
kondisi extended flow.
.