Jenis Pantun
Jenis Pantun
Jenis Pantun
JENIS-JENIS
PANTUN
Umumnya,
pantun
Melayu
terbina
dalam
bentuk
berangkap,
mengandungi bahagian pembayang/sampiran dan maksud. Bentuk
pantun terbahagi kepada rangkap pantun dua baris/kerat, empat
baris/kerat, enam baris/kerat, lapan baris/kerat, dua belas baris/kerat
dan tiga puluh baris/kerat. Rima pantun pula tersusun dalam bentuk yang
tetap seperti ab/ab atau abc/abc dan seterusnya. Walau bagaimanapun,
penciptaan pantun di Alam Melayu memperlihatkan pelbagai ciri kreativiti
masyarakat setempat hingga melahirkan beberapa ciri kelonggaran dalam
bentuk dan rima pantun yang dihasilkan.
Pantun Dua Baris
Ada ubi ada batas,
Ada budi ada balas.
Sebab pulut santan binasa,
Sebab mulut badan merana.
Pantun Empat Baris
Pulau Pandan jauh ke tengah,
Gunung Daik bercabang tiga;
Hancur badan dikandung tanah,
Budi yang baik dikenang juga.
Nasi lemak buah bidara,
Sayang selasih saya lurutkan;
Buang emak buang saudara,
Sebab kasih saya turutkan.
Pantun Enam Baris
Apa didapat orang memburu,
Dapat rusa jantan betina,
Sedang bersembunyi di celah batu;
Bila mendapat bunga yang baru,
Bunga yang lama tiada berguna,
Adat dunia sudah begitu.
Bukan cempedak kami katakan,
Buah delima dalam pasu,
Pisau lipat baru diasah;
[Petikan daripada Puisi Melayu Tradisi susunan Mohd. Yusof Md. Nor dan
Abd. Rahman Kaeh, Penerbit Fajar Bakti, 1985, halaman 20]
Pantun Berkait
Angsana berpucuk di atas batu,
Pucuk digangsa beribu-ribuan;
Ada bunga di naung batu,
Kuntumnya kaca tangkainya embun.
Pucuk digangsa beribu-ribuan,
Kembang diuca balik beroleh;
Kuntumnya kaca tangkainya embun,
Dipandang sahaja diambil tak boleh.
Kembang diuca balik beroleh,
Tambang garam di dalam sekoci;
Dipandang sahaja diambil tak boleh,
Bertambah geram di dalam hati.
[Petikan daripada Warisan Puisi Melayu susunan Mohd. Taib Osman,
Dewan
Bahasa
Dan
Pustaka,
1975,
halaman
28]
102043656
Pantun - Pengenalan
Pantun juga adalah bentuk puisi Melayu yang asli dan unik. Ia merupakan sumber khazanah
dalam kehidupan masyarakat di Alam Melayu, baik dari segi pemikiran, kesenian, maupun nilai-nilai
moral dan sosialnya. Akalbudi orang Melayu dapat dilihat dalam pantun yang diungkapkan secara
spontan dengan begitu ringkas dan padat. Ini termasuklah kebijaksanaan dan ketangkasannya
menjana makna yang dalam dan mengukir gerak hati serta lukisan rasa yang indah bersama
penampilan unsur-unsur alam.
Pantun adalah genre kesusasteraan tradisional Melayu yangberkembang di seluruh dunia
khususnya di Nusantara sejak ratusan tahun lampau. Pantun adalah simbol artistik masyarakat
Nusantara dan ia adalah lambang kebijaksanaan berfikir. Pantun sering dijadikan sebagaialat
komunikasi. Pantun bersifat ringkas, romantik dan mampu mengetengahkan aspirasi masyarakat
dengan lebih jelas. Pantun begitu sinonim dengan pemikiran dan kebudayaan masyarakat nusantara
danMalaysia.
Menurut Zaba, pantun itulah kaedah rangkapan yang tertua dan memang asal kepunyaan
Melayu betul. Semenjak Orang Melayu belum tahu surat-menyurat dahulupun mereka telah pandai
berpantun dan biasa berbalas-balas pantun sesama sendiri.
Pantun wujud dalam pelbagai bentuk dan wajah, dari pantun dua kerat dan pantun empat
kerat sehingga ke pantun berkait. Genre ini menduduki tempat yang penting dalam kehidupan
masyarakat Melayu, justeru diungkapkan dalam permainan kanak-kanak, dalam percintaan, upacara
peminangan dan perkahwinan, nyanyian, dan upacara adapt. Pendeknya setiap tahap kehidupan
manusia Melayu, yakni dari dalam buaian hingga ke alam percintaan dan hari-hari tua, dibantu dan
dihiasi oleh pantun.
Pantun
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pantun (Jawi: )merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam
bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang
berarti "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa
Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca:
uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris
terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b,
atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga
pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris
pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat
pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan
maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang
merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki bagian
sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan
talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).
Pantun Adat
P
a
n
t
u
n
A
g
a
m
a
Pantun Percintaan
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Ke hulu memotong pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Jangan jadi sesal kemudian
Kerat kerat kayu di ladang
Hendak dibuat hulu cangkul
Berapa berat mata memandang
Barat lagi bahu memikul
Harapkan untung menggamit
Kain di badan didedahkan
Harapkan guruh di langit
Air tempayan dicurahkan
Pohon pepaya di dalam semak
Pohon manggis sebasar lengan
Kawan tertawa memang banyak
Kawan menangis diharap jangan
Jenis-jenis pantun di Indonesia sangat banyak karena terbagi menjadi pantun dua baris atau kerat, empat baris
atau kerat, enam baris atau kerat, delapan baris atau kerat dua belas baris atau kerat serta tiga puluh baris atau
kerat. Walaupun terdapat banyak jenis, jenis-jenis pantun empat larik lah yang banyak digunakan. Umumya
berisi 8-12 kata dengan menggunakan pola a-b-a-b dan a-a-a-a
Semua jenis pantun terdiri dari 2 bagian yaitu sampiran dan isi. Sampiran merupakan dua baris pertama yang
biasanya berkaitan dengan alam seperti menggunakan kata hutan misalnya atau mencirikan masyarakat sekitar
dan tidak mempunyai hubungan dengan bagian isi yang nantinya akan menyampaikan pesan pantun tersebut.
Perkembangan jenis-jenis pantun juga terjadi, dibuktikan dengan adanya Karmina dan Talibun. Karmina adalah
jenis-jenis pantun yang hanya 2 baris dan Talibun merupakan jenis-jenis pantun yang cukup panjang yaitu enam
baris atau lebih.
Jenis-Jenis Pantun
Banyak sekali jenis-jenis pantun yang umumnya dipakai di keseharian seperti jenis-jenis pantun agama seperti
menyampaikan ajaran-ajaran dalam agama islam misalnya, pantun adat, pantun budi, pantun jenaka, pantun
kepahlawanan contohnya menggambarkan perjuangan Soekarno demi tercapainya proklamasi kemerdekaan
Indonesia atau jasa-jasa guru yang sudah mendidik generasi bangsa, pantun kias, pantun percintaan, pantun
perpisahan, dan pantun teka teki. Berikut beberapa contoh jenis-jenis pantun yang ada di Indonesia :
Pantun Adat
Pantun Adat adalah salah satu dari banyaknya jenis-jenis pantun yang gaya bahasanya mencirikan sebuah
daerah dan biasanya kental akan unsur seni dan budaya yang ada di Indonesia. Pantun adat sendiri karena
Indonesia terdiri dari banyak suku dan adat sudah tentu pantun adat daerah A dan daerah B berbeda. Berikut
contoh pantun adat :
Pohon nangka berbuah lebat
Bilalah masak harum juga
Berumpun pusaka berupa adat
Daerah berluhak alam beraja
Pantun Agama
Pantun agama yaitu jenis-jenis pantun yang berisi kata-kata nasihat yang bisa kita jadikan sebagai pedoman
atau motto dalam menjalani kehidupan serta menasihati agar kita tidak melakukan hal-hal yang keluar dari
perintah agama. Berikut contoh pantun agama :
Daun terap di atas dulang
Anak udang mati di tuba
Dalam kitab ada terlarang
Yang haram jangan dicoba
Pantun Teka Teki
Terendak bentan lalu dibeli
Untuk pakaian saya turun ke sawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala di bawah ?
Pantun Perpisahan
Pantun perpisahan merupakan sebuah jenis-jenis pantun yang di dalamnya berisi sebuah pesan perpisahaan
yang bisa ditujukan kepada orang-orang terkasih baik itu keluarga, kekasih, ataupun sahabat.
Kalau ada sumur di ladang
Bolehlah kita menumpang mandi
Kalau ada umurku panjang
Bolehlah kita bertemu lagi