Mikro Modul 7

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN MIKROBIOLOGI

PENGUJIAN STERILITAS SEDIAAN

KELAS D
KELOMPOK 3
NAMA ANGGOTA :
SYIFA FAUZIYAH

3311131146

MEIDY HELENA LATIF

3311131147

NUR INTAN FITRIANTI K

3311131153

FAHMY AHSANUL HAQ

3311131163

PURI PURNAMA SARI

3311131165

ASISITEN : Ririn Puspadewi, S. Si., M. Si., Apt


FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Prinsip Percobaan
1. Berdasarkan uji sterilitas pada sediaan farmasi sesuai standar farmakope.
2. Berdasarkan pengamatan pertumbuhan mikroba yang diinokulasi pada
media.

1.2 Tujuan Percobaan


Untuk mengetahui apakah sedian-sedian farmasi yang digunakan dalam
kesehatan memenuhi ketentuan farmakope dan juga memenuhi uji sterilitas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
Beberapa sediaan farmasi dan alat kesehatan ditujukan untuk
digunakan pada organ tubuh yang memiliki resiko tinggi. Larutan injeksi,
infuse, tetes mata, tetes telinga, kasa dan benag bedah adalah contoh bahan
yang akan digunakan untuk maksud di atas.
Cara pembuatan dan penanganan bahan-bahan tersebut haruslah
memenuhi ketentuan farmakope Indonesia edia terbaru (Edisi IV, tahun
1995), yaitu memenuhi persyaratan uji sterilitas. Sediaan harus
dikondisikan steril dan selama penyimpanan sediaan masih dijamin
kesterilannya.
2.2 Teori Tambahan
Sterilisasi ditujukkan untuk membunuh semua mikroba pencemar,
baik mikroba menguntungkan maupun merugikan. Sterilisasi yang baik
dapat mencegah tumbuhnya mikroba lain yang tidak diharapkan dalam
bahan yang telah disterilisasi. Tekhnik sterilisasi yang digunakan berbeda
antara satu dengan lainnya, tergantung dari jenis material yang digunakan.
Pada umumnya proses sterilisasi dapat dilakukan secara kering dan basah
sesuai dengan jenis bahan yang akan disterilisasi. Untuk peralatan yang
terbuat dari logam dan gelas tahan panas dapat dilakukan sterilisasi kering.
Bahan yang tidak tahan panas, seperti media kaldu dan media agar,
proses sterilisasinya dilakukan secara basah. Bahan berbentuk cair seperti
larutan

gula,garam

posfat,ammonium,trace

metal,vitamin,dapat

disterilisasi menggunakan pemanasan dan pemyaringan. Sterilisasi kering


dilakukan dengan menggunakan api atau oven. Proses sterilisasi
menggunakan api berlangsung sangat singkat. Suhu api yang tinggi dapat
membunuh mikroba pencemar dalam waktu singkat.

Pada dasarnya, sterilisasi basah adalah proses sterilisasi dimana


panas yang digunakan tidak langsung mengenai bahan atau peralatan
secara langsung tetapi melalui media berupa uap air atau air. Sterilisasi
basah dapat dilakukan menggunakan autoklaf dan waterbath.
Salah satu contoh proses sterilisasi menggunakan api adalah
sterilisasi oase sewaktu akan digunakan untuk memindahkan mikroba.
Contoh lainnya adalah sterilisasi tabung reaksi,labu erlenmeyer atau cawan
petri sewaktu akan mengambil dan menginokulasi mikroba. Pada
prinsipnya, penggunaan oven untuk sterilisasi dilakukan dengan
menggunakan udara panas untuk membunuh mikroba. Udara panas ini
dihasilkan oleh sumber panas berupa api atau arus listrik yang
memanaskan elemen pemanas. Oven digunakan untuk proses sterilisasi
peralatan yang terbuat dari logam atau gelas tahan panas.
Prosedur sterilisasi merupakan tahap penting mencapai produk
steril, namun semua prosedur dan kondisi-kondisi lain yang dibutuhkan
untuk pembuatan produk tersebut harus dirancang untuk membantu tahap
ini. Pembersihan ruangan yang baik, lingkungan yang terkontrol dengan
efektif, suatu muatan dari produk yang dapat dikontril dan diidentifikasi,
proses produksi yang direncanakan dan dikontrol dengan baik, serta
personel yang ditatar dengan baik dan berdedikasi tinggi untuk produksi
dan pengujian sangat penting untuk produksi suatu produk steril. Hanya
bila semua faktor ini melengkapi penemuan-penemuan dari uji sterilisasi,
dapatlah disimpulkan dengan penuh kepercayaan bahwa produk tersebut
steril.
Sterilisasi adalah suatu proses dimana kegiatan ini bertujuan untuk
membebaskan alat ataupun bahan dari berbagai macam mikroorganisme.
Suatu bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup
yang patogen maupun tidak baik dalam bentuk vegetatip walaupun bentuk
nonvegetatip (spora).

Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan


keadaan steril. Secara tradisional keaadan steril adalah kondisi mutlak
yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua
mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah
yang mempunyai konotasi relatif dan kemungkinan menciptakan kondisi
mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi
kinetis angka kematian mikroba.
Sediaan steril memiliki beberapa sifat bentuk takaran yang unik,
seperti bebas dari mikroorganisme, bebas dari pirogen, bebas dari
partikulat dan standar yang sangat tinggi dalam hal kemurnian dan
kualitas. Bagaimanapun, tujuan utama pembuatan sediaan steril adalah
mutlak

tidak

adanya

kontaminasi

mikroba.

Tidak seperti syarat banyak sediaan yang lain, syarat sterilitas adalah nilai
yang mutlak. Sebuah sediaan baik steril maupun non steril. Secara historis,
pertimbangan sterilitas bersandar pada uji sterilitas lengkap yang resmi,
namun sediaan akhir pengujian sterilitas mengalami banyak batasan.
Batasan yang paling nyata adalah sifat dasar dari uji sterilitas. Ini adalah
uji yang dekstruktif sehingga, hal ini tergantung pemilihan statistik sampel
acak dari keseluruhan lot. Ketidakpastian akan selalu ada selama sampel
secara tegas mewakili keseluruhan.
Suatu produk dikatakan steril bila produk tersebut bebas dari
mikroorganisme hidup. Tetapi tidak ada satupun sistem sterilisasi yang
mampu mengukur nilai absolut, sehingga semua proses sterilisasi
mempunyai keterbatasan dalam membunuh mikroorganisme.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat Percobaan
1. Cawan petri
2. Pipet media
3. Bunsen
4. Spatula
5. Pervolator
3.2 Bahan Percobaan
1. Sediaan farmasi (salep, injeksi, kasa)
2. Media NA
3. Media SDA
3.3 Mekanisme Kerja
3.3.1 Sediaan Cair
1. Disiapkan sedian uji: 2ml larutan injeksi atau 2ml tetes mata, 15ml media
NA, 15ml media SDA, 1 pipet media steril, 2 cawan petri
2. Masukan sediaan uji ke dalam 2 cawan petri
3. Tambahkan cawan 1 dengan 15ml media NA dan cawan 2 dengan 15ml
media SDA
4. Geser memutar cawan diatas meja hingga homogeny dan lakukan prainkubasi pada suhu kamar selama 30 menit
5. Inkubasi kedua cawan selama 4 hari yaitu cawan NA pada suhu 35-37C
dan cawan SDA pada 20-25C
6. Lakukan pengamatan dengan teliti, catat perubahan yang terjadi

3.3.2 Sediaan Padat


1. Disiapkan sediaan uji: 1cm2 kasa (siapkan 2 potongan), 15ml media NA
(dibuat pelat), 15ml SDA (dibuat pelat), pinset, gunting

2. Letakkan 2 potngan kasa steril diatas media NA, juga diatas media SDA
3. Inkubasi media NA pada suhu 35-37C dan media SDA pada 20-25C,
keduanya selama 4 hari
4. Lakukan pengamatan dan catatlah dengan teliti
3.3.3 Sediaan Semi solid
1. Disiapkan sediaan uji: 100mg salep mata A dan 100mg salep mata B ,
15ml media NA (dibuat pelat), 15ml media SDA (dibuat pelat)
2. Bagilah media pelat menjadi 2 bagian area dengan cara menarik garis
batas pada dasar cawan petri dengan spidol marker
3. Beri

sebuah

bolongan/ruang

pada

kedua

area

tersebut

dengan

menggunakan pervolator
4. Letakkan kedua salep ke area pertama dan ke area kedua
5. Inkubasi kedua cawan selama 4 hari yaitu cawan NA pada suhu 35-37C
dan cawan SDA pada 20-25C
6. Lakukan pengamatan dan catatlah dengan teliti

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
HASIL/GAMBAR

KETERANGAN
Setelah NA diinukabasi selama 1 hari,

NA CAIRAN INFUS

pada media tersebut tumbuh mikroba


bakteri berwarna kuning. Hal ini
menunjukkan bahwa sediaan farmasi
cairan infus tidak steril, sehingga
timbul mikroba. Sediaan tersebut tidak
layak

digunakan,

karena

membahayakan si pengguna.
Pada media NA yang sudah ditanam
NA SALEP

salep, kemudian di inkubasi selama 1


hari, tidak timbul mikroba pada bagian
yang diinokulasikan.

NA KASA STERIL

Pada media NA yang di inokulasikan


kasa steril tidak timbul koloni bakteri
berwarna putih.

SDA

SEDIAAN

INFUS

CAIRAN Pada

media

SDA

yang

telah

diinokulasikan sediaan injeksi tumbuh


koloni

berlendir

yang

diperkiraan

adalah khamir. Hal ini menunjukan


bahwa sediaan infus tersebut tidak
steril

karena

adanya

pertumbuhan

khamir.
Pada
SDA SALEP

media

diinokulasikan
mikroorganisme

SDA
salep
yang

yang

telah
tumbuh

seharusnya

tumbuh di media SDA yaitu kapang


dan khamir. Hal ini menunjukan bahwa
salep mengandung kapang dan khamir
namun tidak mengandung bakteri,
dapat

disimpulkan

bahwa

salep

tersebut meskipun terbebas dari bakteri


tetap tidak bisa digunakan karena
mengandung

kapang

yang

mengakibatkan sediaan tersebut tidak


steril.
SDA KASA STERIL

Pada

media

SDA

diinokulasikan kasa

yang
steril

telah
dan di

inkubasi selama 2 hari menunjukan


bahwa adanya pertumbuhan kapang
dan khamir. Yang berwarna hitam
menunjukan kapang sedangkan yang
berwarna putih adalah khamir. Dapat
disimpulkan bahwa kasa tersebut tidak
steril sehingga tidak dapat digunakan
dalam kegiatan kesehatan.

4.2. Pembahasan
Pada pengujian sterilitas sediaan farmasai (sediaan obat steril dan
alat kesehatan), telah menjadi suatu keharusan untuk sediaan farmasi
bersifat steril, yaitu bebas dari mikroorganisme terutama untuk oba yang
langsung kontak dengan mukosa atau langsung masuk ke peredaran darah
seperti injeksi atau cairan infuse juga pada alat kesehatan seperti kasa steril
atau benang jahit bedah. Standard tersebut dibuat supaya tidak terjadi
infeksi ketika pasien menggunakan sediaan farmasi atau alat kesehatan
tersebut akibat adanya bakteri pathogen. Pada percobaan ini sediaan yang
di uji adalah cairan infus untuk sampel cair, salep untuk sampel semi padat
dan kasa steril untuk sampel padatnya. Ketiga sampel tersebut akan
diinokulasikan ke dalam media NA dan SDA untuk melihat adanya
kontaminan.

Pada media NA untuk sampel cair (cairan infuse) setelah di


inkubasi selama 24 jam pada suhu 35-37C terlihat banyak sekali
pertumbuhan koloni bakteri yang terbentuk pada cawan petri. Hal ini
menandakan bahwa sediaan cairan infuse telah terkontaminasi oleh bakteri
atau sudah tidak steril lagi. Sementara untuk sampel semi padat, tidak
terbentuk pertumbuhan koloni bakteri yang menandakan bahwa sediaan
tidak terkontaminasi bakteri atau steril. Untuk sampel padat yaitu kasa
steril, tidak terjadi pertumbuhan koloni bakteri pada media yang
menandakan bahwa kasa steril dalam keadaan steril.
Pada media SDA untuk sampel cair (cairan infuse) setelah di
inkubasi selama 2 hari (48 jam) pada suhu 20-30C terlihat banyak sekali
pertumbuhan khamir dengan di tandai banyaknya lendir yang terbentuk
dan dapat diliha secara makroskopik. Hal tersebut menandakan bahwa
sediaan cairan infuse telah terkontaminasi dan tidak steril lagi. Untuk
sampel semi padat, terlihat sedikit sekali pertumbuhan kapang dengan cirri
koloni bulat berbulu yang warnanya masih belum terlihat jelas. Hal
tersebut menandakan bahwa sediaan sudah tidak steril lagi. Untuk sediaan
padat tidak terbentuk koloni kapang ataupun khamir pada media, yang
menandakan bahwa sediaan steril.
Pada sediaan semipadat terjadi perbedaan hasil antari sampel yang
diinokulasi dalam media NA dan SDA, pada media SDA memperlihatkan
adanya kontaminan mikroorganisme, sementara pada media NA Nampak
terlihat adanya kontaminan, menunjukan bahwa pada sediaan semi padat
hanya ada pertumbuhan jenis kapang saja. Dan dapat disimpulkan bahwa
sediaan tidak steril lagi, meskipun hanya terlihat di media SDA saja.

BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari percobaan uji sterilitas yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :
1. Sterilisasi adalah proses menghilangkan kontaminan mikroorganisme.
2. Sediaan steril harus bebas dari kontaminan mikroorganisme dalam bentuk
apapun, karena berhubungan langung dengan mukosa atau aliran darah.
3. Larutan infuse dan salep positif terkontaminasi oleh mikroorganisme yang
artinya sediaan tersebut sudah tidak steril lagi.
4. Kasa steril negative terkontaminasi mikroorganisme, artinya sediaa
tersebut steril.

DAFTAR PUSTAKA

Chatim Aidilfiet dan Suharto. 1994. Sterilisasi dan Disinfeksi dalam Buku
Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta: Bina Rupa Aksara

Schlegel,

Hans

dan

Karin

Scmidt.

1994.

Mikrobiologi

Umum.

Diterjemahkan oleh Tedjo Baskoro. Yogyakarta: UGM Press

Michael J. Pelczar, Jr., dan E.C.S Chan, Dasar-dasar mikrobiologi II

LAMPIRAN I
1. Apakah yang dimaksud dengan sediaan steril ? Apakah tujuan sterilisasi
sediaan ?
2. Apa yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengujian sterilitas
sediaan ?
3. Apakah yang dimaksud dengan media fertil ? Bagaimanakah cara
mengetahui fertilitas media tersebut ?
4. Bagaimanakah cara pengujian sterilitas sediaan dalam bentuk serbuk atau
semi solida menurut aturan Farmakope Indonesia IV ? Jelaskan dengan
lengkap.

Jawaban
1. Sediaan yang terbebas dari kontaminan mikroba, baik mikroba patogen
maupun non patogen, tujuan dari sterilisasi sediaan adalah membuat
sediaan terbebas dari kontaminan mikroorganisme sehingga sediaan layak
untuk dikonsumsi atau digunakan.
2. Semua alat harus steril, media pertumbuhan yang digunakan harus fertil
atau dapat menumbuhkan mikroba.
3. Media fertil adalah media subur yang dapat menumbuhkan mikroba. Cara
mengetahui fertilitas media adalah dengan cara mencampurkan media
dengan sampel yang mengandung mikroba apabila dalam media tumbuh
mikroba artinya media tersebut fertil.
4. Pengujian sterilitas sediaan padat :
a. Siapkan sediaan uji padat, media NA dan SDA 15 mL, cawan petri
dan spatula.
b. Lakukan flambir pada spatula.
c. Tuangkan media pada cawan petri diamkan sampai memadat.
d. Letakan sediaan serbuk diatas media NA dan SDA.
e. Inkubasi media NA pada suhu 35-37C dan media SDA pada suhu
20-25C, selama 4 hari
f. Lakukan pengamatan setelah di inkubasi.
Pengujian sterilitas sediaan semi solid :

a. Siapkan sediaan uji semi solid , media NA dan SDA 15 mL, cawan
petri, spatula
b. Lakukan flambir pada spatula
c. Tuangkan media pada cawan petri sampai memadat
d. Lubangi media dibagian tengah
e. Letakan sediaan semi solid di lubang pada media NA dan SDA
f. Inkubasi media pada suhu 35-37C dan media SDA pada suhu 2025C, selama 4 hari
g. Lakukan pengamatan setelah di inkubasi

LAMPIRAN II

Sampel cair dalam media NA

Sampel semi padat dalam media NA

Sampel padat dalam NA

Sampel cair pada media SDA

Sampel semi padat dalam media SDA

Sampel padat dalam media SDA

Anda mungkin juga menyukai